OPTIMASI PENETAPAN KADAR AKRILAMIDA YANG DITAMBAHKAN KE DALAM KERIPIK KENTANG SIMULASI SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

  ISSN : 1693-9883 Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.3, Desember 2005, 154 - 163

  O PTIM ASI PEN ETAPAN KADAR AKRILAM IDA YAN G DITAM BAHKAN KE DALAM KERIPIK KEN TAN G SIM ULASI SECARA KRO M ATO GRAFI CAIR KIN ERJA TIN GGI

  Yahdiana Har ahap, Har mita, Binsar Simanjuntak

  Depar temen Far masi, FM IPA-UI, Kampus UI Depok 1 6 4 2 4

ABSTRACT

  A method by high performance liquid chromatography for the analysis of acrylamide

in potato chips, is reported. The retention time for the elution of acrylamide from the

C18 column ranged from 3 to 3,2 minutes, and the eluate was analyzed by UV -V IS

RP

detector. A linear response was found for the acrylamide standard tested within the

concentration range of 0,8 – 10µg/ml and the corelation coefficient (r) greater than

0,999, with detection limit 0,06 ppm and quantitative limit 0,19 ppm. Sample prepa-

ration was performed by means of solvent extraction using dichlormethane and subse-

quent re-extraction of the organic solvent with water. This aqueous sample solution

was found to be free of any interferences and gave acrylamide and recorveries higher

than 90% . acrylamide; high performance liquid chromatography; potato chips;

  Key words : dichlormethane.

  PEN D A HULUA N

  daging sapi dan ayam, juga meng- hasilkan akrilamida dalam jumlah

  A . LA TA R BELA KA N G yang lebih kecil (Gruenwedel, Dieter.

  Whitaker, John, 1984). Pada 24 April 2002, University of A krilam id a terd ap at d alam

  Stockholm National Food A dminis-

  dan makanan bukan karena cemaran dari

  

tration o f Sw ed en mengumumkan luar, tetapi disebabkan pemanasan

  bahw a terdapat pembentukan akri- asam amino dan gula yang terdapat lamida pada makanan yang dipang- dalam makanan pada suhu tinggi (di gang, dibakar, dan digo reng pada atas 120ºC). Asparagin yang merupa- makanan yang tinggi karbo hidrat, kan asam amino utama dalam ken- sep erti kentang g o reng , kerip ik tang d an memiliki struktur yang kentang , p o p co rn, d an biskuit. mirip d engan akrilamid a d id uga Makanan yang kaya protein, seperti sebagai senyaw a yang paling ber-

  Corresponding author : E-mail : yahdiana03@yahoo.com p eran d alam p embentukan akri- lamida.

  W o rld H ealth O rg aniz atio n (W HO) memutuskan bahw a akri- lamida bersifat karsinogenik (toksik terhadap materi genetik dalam sel). A krilamida dapat diabsorpsi pada saluran gastro intestinal, d id istri- busikan secara luas oleh cairan tubuh d an d ap at m enem bus m em bran plasenta. Senyaw a ini juga neuro - toksik (toksik terhadap sel saraf), dan secara o ral mening katkan risiko kanker skrotal, tiroid, tumor adre- nal pada tikus jantan dan mening- katkan risiko kanker mammae, tiroid, dan tumor uterin pada tikus betina. Enviro nmental Pro tectio n A gency m eng klasifikasikan akrilam id a sebagai senyawa yang kemungkinan bersifat karsino g enik terhad ap manusia.

  Dari pernyataan di atas, dapat d isim p ulkan bahw a akrilam id a berbahaya untuk dikonsumsi. Hal ini meng khaw atirkan, karena p eng - gemar makanan tersebut di atas jum- lahnya banyak, terutama kalangan remaja dan anak-anak. Makanan jenis ini sebenarnya juga tidak sehat untuk d iko nsumsi karena meng and ung karbohidrat dan lemak dalam jumlah berlebih.

  Di Indonesia, masalah ini belum mend apat perhatian yang berarti. Penelitian tentang akrilamida dalam makanan dan berita di media massa masih sedikit. A nalisis akrilamida d alam makanan sebenarnya telah bany ak d ilakukan o leh p eneliti m ancaneg ara d eng an berbag ai metode. Metode yang telah diguna- kan antara lain kolorimetri, kroma- to g rafi g as, kro m ato g rafi g as spektrofotometri massa, dan kroma- tografi cair spektrofotometri massa.

  A nalisis y ang ad a umumny a menggunakan peralatan yang mod- ern, sulit didapatkan, dan meto de yang kompleks, sehinga dibutuhkan biaya dan keahlian yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan metode yang lebih sederhana dan relatif murah tetapi dapat memberikan hasil yang baik.

  Pada penelitian ini, dilakukan analisis akrilamida yang ditambah- kan pad a keripik kentang blanko secara kro m ato g rafi cair kinerja tinggi dengan menggunakan detek- tor UV-VIS. Akrilamida pada keripik kentang diekstrasi dengan diklo r- m etan (m eng and ung etano l 2% ) untuk m enarik akrilam id a d an memisahkannya dari senyawa polar yang lain. Diklo rmetan d icampur dengan air, kemudian dipanaskan pada suhu 70 C sampai diklormetan menguap semua sehingga akrilamida d ap at d ip isahkan sari seny aw a organik pengganggu lainnya, agar diperoleh hasil yang tepat.

  B. TUJUA N PEN ELITIA N

  Mencari kondisi optimum pene- tap an kad ar akrilamid a yang d i- tambahkan ke dalam keripik kentang simulasi secara kro mato grafi cair kinerja tinggi dengan menggunakan pelarut-pelarut pro analisis sehingga menghasilkan meto de yang relatif lebih murah dan cara kerja yang lebih sederhana.

C. BA HA N D A N CA RA KERJA BA HA N

  A krilam id a, reag en g rad e, Merck; Metanol, pro analisis, Merck; A seto nitril, p ro analisis, M erck; A quabidest, Ikapharmindo; Diklor- metan, pro analisis, Merck; Etanol, pro analisis, Merck; Asam fosfat 85%, Merck; Kentang; dan Bumbu kentang goreng

  A LA T

  HPLC Shimadzu model LC-6A yang d ilengkapi d engan d etekto r UV-Vis SPD-6AP, kolom C 18 = 25 cm x 4,6 mm, 5µm dan pemroses data

  Class C-R4A; Syringe, Hamilton Co, N ev ad a; Filter eluen d an samp el 0,45µm Whatman; Pengaduk ultra- so nik Branso n 3200; Penangas air; Labo rato ry Shaker, d an A lat-alat kimia.

  CA RA KERJA

  1. Pem buatan larutan stand ar akrilamida Sebanyak 25,0 mg standar akri- lam id a d itim bang seksam a d an dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 ml. Standar akrilamida dilarutkan dengan asam fosfat 10% sampai batas (larutan A). Sebanyak 1,0 ml larutan A dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25,0 ml kemudian ditam- bahkan d eng an asam fo sfat 10% sampai batas (larutan B). Larutan standar akrilamida konsentrasi 1,2,6, dan 10 ppm dibuat dengan meng- encerkan larutan B d engan asam fosfat 10%.

  Sebanyak 20,0 mg standar akri- lam id a d itim bang seksam a d an dimasukkan ke dalam labu ukur 100,0 ml. Standar akrilamida dilarutkan dengan asam fosfat 10% sampai batas (larutan C). Sebanyak 1,0 ml larutan C dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25,0 ml kemudian ditam- bahkan d eng an asam fo sfat 10% sampai batas (larutan D). Larutan standar akrilamida dengan konsen- trasi 0,4, 0,8, 4, dan 8 ppm dibuat d engan mengencerkan larutan D dengan asam fosfat 10%.

  2. Pembuatan kurva serapan akri- lamida Kurva serapan larutan standar akrilamid a 10 p p m d ibuat meng- gunakan spektrofotometer UV-VIS antara panjang gelombang 190 nm sampai 300 nm dengan blangko asam fosfat 10%.

  3. Mencari ko nd isi analisis o pti- mum Sebanyak 20µl larutan standar 4 ppm disuntikkan ke dalam kolom. Fase g erak y ang d ico ba ad alah asetronitril-air-asam fosfat dengan perbandingan 5:94:1 dan 15:84:1 dan variasi laju alir 0,8; 1,0; dan 1,2 ml/ menit. Selanjutnya dipilih ko ndisi yang memberikan harga efisiensi yang tinggi dan waktu retensi yang relatif singkat.

  Ko nd isi aw al perco baan yang digunakan : Kolom : C 18 Dimensi kolom : 25 cm x 4,6 mm,

  5µm Detektor : UV-VIS Fase gerak : Asetronitril-Asam- Asam Fosfat (5:94:1) Kecepatan alir : 1,0 ml/ menit Panjang gelombang : 230 nm

  4. Uji keterulangan Sebanyak 20 µl larutan standar 10 ppm disuntikkan ke dalam kolom menggunakan fase gerak dan kece- p atan alir y ang terp ilih, d iulang sebanyak 6 kali, kemudian dicatat luas p uncakny a d an d ihitung koefisien variasinya.

  5. Pengujian batas deteksi dan batas kuantitasi Batas deteksi dan batas kuan- titasi dihitung secara statistik melalui g aris reg resi linier d ari kurv a kalibrasi. N ilai p engukuran akan sama dengan nilai b pada garis linier Y = aX + b, sedangkan simpangan baku blang ko sama d eng an sim- pangan baku residual Sy/ x

  6. Pembuatan kurva kalibrasi Larutan standar 0,8, 1,2 , 6, dan 10 ppm masing-masing disuntikkan sebanyak 20 µl ke dalam kolom pada kondisi terpilih. Luas puncak yang diperoleh dicatat dan dibuat kurva perbandingan luas puncak dengan konsentrasi larutan.

  7. Pembuatan keripik kentang blangko Kulit kentang dikupas dan diiris tipis, kemudian dipanaskan dalam oven, 100 C sampai kentang menjadi reny ah (kurang lebih tig a jam ). Kentang digerus sampai halus kemu- dian diberi bumbu kentang goreng secukupnya.

  8. Uji perolehan kembali (aku- rasi) Sebany ak 20.0 m g stand ar akrilamida ditimbang seksama dan ditambahkan blangko keripk kentang sampai 20 gram kemudian digerus sampai homogen (sampel). Sebanyak 2 gram sampel ditimbang seksama d an d ilarutkan d alam 25 m l d i- klormetan kemudian dikocok dengan laboratory shaker selama 30 menit. Larutan sampel disaring kemudian filtrat ditambahkan 10 ml asam fosfat 10%. Diklormetan diuapkan di atas penangas air pada suhu 70 C sampai diklormetan menguap. Cairan yang tersisa dipindahkan ke dalam labu ukur 10,0 ml kemudian ditambahkan asam fosfat 10% sampai batas. Cairan disaring dengan membilas dahulu kertas saring. Diambil 1,0 ml filtrat, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25,0 ml kemudian ditambahkan asam fo sfat samp ai batas. Saring larutan sampel d engan penyaring sampel Whatman. Sampel disuntik- kan sebanyak 20 µl ke dalam kolom kemudian dicatat luas puncaknya. Konsentrasi dihitung menggunakan p ersam aan kurv a kalibrasi d an dihitung uji perolehan kembalinya.

  D . HA SIL D A N PEM BA HA SA N

  Kecepatan alir : 1,2 ml/ menit Volume injeksi : 20 µl

  HA SIL PERCO BA A N

  1. Spektrum Serapan

  3. Batas Deteksi dan Batas Kuan- Akrilamida memberikan serapan titasi maksimum pada panjang gelombang Batas deteksi untuk akrilamida

  197 nm dengan pelarut asam fosfat adalah 0,06 ppm, sedangkan batas 10%. kuantitasiny a ad alah 0,19 p p m dengan volume penyuntikkan 20 µl.

  2. Kondisi percobaan Kondisi percobaan

  4. Uji keterulangan (Presisi) Kolom : C RP, 25 cm x 4.6 mm, Hasil uji keterulangan untuk 18

  5mm, Supelco akrilamida dengan ko nsentrasi 10 Detekto r : UV-VIS SPD-6A P, ppm adalah 0.63%. Shimadzu Pompa : LC-6A, Shimadzu

  5. Kurva kalibrasi (Linieritas) Fase gerak : Asetronitril : Asam Kurva kalibrasi akrilamida : : Asam Fosfat (5:94:1) Persamaan garis : Pelarut : Asam fosfat 10% Y = 23636,5055X + 51,7911 Panjang gelombang : 230 nm Koefisien korelasi (r) : 0,99999

  

Gambar 1. Kromatogram akrilamida 6 ppm dengan fase gerak asetonitril-air-asam

fosfat (5:94:1), pelarut asam fosfat 10%, volume penyuntikan 20 µl dan laju alir 1,2

ml/menit

  

Gambar 2. Kromatogram keripik kentang blangko dengan fase gerak asetronitril-

air-asam fosfat (5:94:1), pelarut asam fosfat 10%, volume penyuntikan 20 µl dan laju

alir 1,2 ml/menit

Gambar 3. Kromatogram akrilamida yang ditambahkan ke dalam keripik kentang

blangko dengan fase gerak asetronitril-air-asam fosfat (5:94:1), pelarut asam fosfat

10%, volume penyuntikan 20 µl dan laju alir 1,2 ml/menit

  6. Uji perolehan kembali (Akurasi) Hasil uji perolehan kembali akrilamida rata-rata : 96,93% ± 0,52%.

  PEM BA HA SA N

  Pada penelitian ini ditentukan meto d e analisis akrilamid a y ang d itam bahkan ke d alam kerip ik kentang simulasi secara kromatografi cair kinerja tinggi. Sebenarnya, telah banyak metode yang dikembangkan oleh peneliti mancanegara, seperti kromatografi gas, kromatografi gas spektrofotometri massa, dan kroma- tografi cair spektrofotometri massa. Analisis ini umumnya menggunakan peralatan yang modern, sulit dida- patkan, dan metode yang kompleks. Meto de kero mato grafi cair kinerja tinggi dipilih karena w aktu anali- sisnya cepat, cara kerjanya sederhana, dan relatif murah.

  Detektor yang digunakan pada penelitian ini adalah detektor UV-

  VIS. Akrilamida mempunyai gugus kromofor (gugus yang mempunyai ikatan rangkap berko njugasi) d an gugus auksokrom (gugus yang me- m iliki p asang an elektro n bebas) sehing g a d ap at terjad i transisi elektro nik w alaupun lemah. Pad a pembuatan spektrum serapan akri- lamida diperoleh panjang gelombang maksimumnya 197 nm.

  Pad a p enelitian ini tid ak d i- gunakan panjang gelombang 197 nm tetapi digunakan panjang gelombang 230 nm. Panjang gelombang 230 nm merupakan panjang gelombang yang mendekati panjang gelombang mak- simum d an memberikan ko nd isi analisis yang baik (bebas dari gang- g uan p elarut), tetap i intensitas serapan menjadi lebih lemah yang mengakibatkan berkurangnya kepe- kaan metode ini (intensitas serapan pad a panjang gelo mbang 230 nm kurang lebih sup ersembilan d ari serapan pad a panjang gelo mbang maksimum 197 nm).

  

Tabel 1. Uji Perolehan Kembali

Konsentrasi Waktu Luas Luas puncak RSD Konsentrasi yang Uji perolehan

Sampel (ppm) retensi Puncak rata-rata ( % ) didapatkan (ppm) kembali (%)

  

8,22 3,061 184481 187432 1,68 7,93 96,47

3,112 187067 3,087 190747

8,27 3,054 189461 189489 0,23 8,01 96,86

3,042 189937 3,091 189070

  

8,25 3,072 191792 190095 1,39 8,04 97,45

3,074 191451 3,137 187043

  Pada pencarian kondisi analisis d ivariasikan ko mpo sisi eluen d an laju alir. Pada kondisi awal digunakan eluen aseto nitril:air:asam fo sfat (5:94:1). Dari percobaan didapatkan dua puncak pada menit ke 2,9 dan menit 3,7. Puncak pad a menit 3,7 adalah akrilamida, sedangkan puncak pada menit ke 2,9 adalah pelarut. Hal ini ditunjukkan pada penyuntikan pelarut saja hanya terdapat puncak pad a menit ke 2,9. Reso lusi yang dihasilkan adalah 2,29. Kemudian eluen diubah komposisinya menjadi asetronitril:air:asam fosfat (15:84:1), dan dipero leh w aktu retensi akri- lamid a 3,3 menit d engan reso lusi 1,18. Maka dapat disimpulkan bahwa penambahan asetonitril akan mem- percepat w aktu retensi akrilamida d an memperlambat w aktu retensi pelarut, sehingga resolusi yang di- hasilkan semakin kecil, bahkan di baw ah 1,5 (nilai minimum resolusi yang masih dikatakan baik (Snyder LR, Kirkland JJ, Glajch JL. 1997).

  Eluen asetronitril:air:asam fosfat (5:94:1) dipilih sebagai eluen yang digunakan pada analisis karena reso- lusinya yang lebih baik dan peng- gunaan asetonitril yang lebih sedikit sehingga biaya relatif lebih murah. Pad a eluen ini d iv ariasikan laju alirnya. Laju alir 1 ml/ menit mem- berikan resolusi 2,29 dengan w aktu retensi 3,7 menit, laju alir 0.8 ml/ m enit m em berikan reso lusi 2,69 dengan waktu retensi 4,5 menit, dan laju alir 1,2 ml/ menit memberikan resolusi 2,21 dengan waktu retensi 3,1 menit. Laju alir 1,2 ml/ menit dipilih karena memberikan w aktu analisis yang singkat dengan resolusi yang masih baik (reso lusi d i atas 1,5) (Snyder LR, Kirkland JJ, Glajch JL. 1997).

  Dari hasil uji keterulangan, di- peroleh koefisien variasi akrilamida dengan konsentrasi 10 ppm sebesar 0,63%. Dengan nilai koefisien variasi di bawah 2% maka dapat disimpul- kan bahw a m eto d e analisis ini memberikan hasil y ang seksama (Snyder LR, Kirkland JJ, Glajch JL. 1997).

  Dari pembuatan kurva kalibrasi, d ip ero leh p ersam aan g aris Y = 51,7911 + 23636,5055X d eng an ko efisien ko relasi 0,99999. Hal ini menunjukkan bahwa kurva kalibrasi akrilamid a memberikan linieritas yang baik, sehingga penetapan kadar d eng an kurv a kalibrasi terjamin kebenarannya (Snyder LR, Kirkland JJ, Glajch JL. 1997).

  Batas deteksi untuk akrilamida adalah 0,06 ppm, sedangkan batas kuantitasiny a ad alah 0,19 p p m dengan volume penyuntikan 20 µl. Perhitungan dilakukan secara sta- tistik melalui garis linier dari kurva kalibrasi. Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi sangat tergan- tung kepada nilai b yang menggam- barkan galat sistematis. Jika nilai b < 0, m aka batas d eteksi d an kuantitasi akan lebih besar yang berarti metode analisis kurang peka. Cara ini umum digunakan karena lebih sederhana (Ibrahim S., 1998).

  Uji perolehan kembali dilakukan d eng an m eng g unakan m eto d e simulasi (

  spiked placebo recovery ).

  Dalam meto d e ini, sejumlah akri- lam id a d itam bahkan ke d alam keripik kentang blangko, kemudian keripik kentang tersebut dianalisis d an d iband ingkan d engan kad ar akrilam id a y ang d itam bahkan. Kerip ik kentang blang ko ad alah kentang yang tid ak mengand ung akrilam id a. A krilam id a d alam kentang terbentuk pada suhu di atas 120

  C, m aka p em buatan kerip ik kentang harus di baw ah suhu ter- sebut.

  Pem buatan kerip ik kentang blang ko p ad a p erco baan m eng - gunakan oven dengan suhu 100 C. Penambahan bumbu kentang goreng d imaksud kan supaya simulasi se- mirip mungkin dan faktor yang dapat mengganggu analisis d apat d ike- tahui. (Ibrahim S., 1998; Wedzicha B, Mottram D., 2004).

  Keripik kentang blangko yang telah disiapkan (sudah ditambahkan akrilam id a) d iekstraksi d eng an diklormetan menggunakan laboratory

  shaker selam a tig a p uluh m enit.

  Diklo rmetan merup akan p elarut organik yang masih dapat melarut- kan akrilamida dan dengan penam- bahan etano l 2% maka kelarutan akrilamida dalam diklormetan dapat bertam bah. Pad a ekstraksi ini d iharapkan penarikan akrilamid a dari kentang tanpa disertai senyawa p o lar lainny a. Filtrat kem ud ian d isaring sehingga d i d alam filtrat hany a terd ap at akrilam id a d an senyaw a organik. Filtrat kemudian ditambahkan air (asam fosfat 10%).

  Akrilamida memiliki kelarutan yang besar d alam air, sehing g a d ap at ditarik lagi dari diklormetan tanpa terbaw anya senyaw a organik yang tid ak larut d alam p elarut p o lar. A krilam id a tid ak d ap at d itarik seluruhnya dari dikormetan, karena itu d iklo rmetan d iuapkan sampai habis dan yang tersisa hanya air. Suhu penguapan dilakukan di bawah titik d id ih air d an d i atas titik d id ih d iklo rmetan. Filtrat ini kemud ian d isaring d an d id ap atkan larutan akrilamida yang diharapkan bebas d ari gangguan zat lain (Barnd l F, Demiani S, Ewender J., 2004).

  Pada percobaan telah dilakukan tiga metode ekstraksi, yaitu ekstraksi cair - cair antara diklormetan dengan air, penguapan diklormetan kemu- dian penembahan air, dan diklo r- metan ditambahkan air kemudian d iklo rmetan d iuap kan. Pad a eks- traksi cair-cair, hasil uji perolehan kembali yang diperoleh sekitar 60%. Cara ini tid ak m eng hasilkan uji perolehan kembali yang baik karena tidak semua akrilamida dapat ditarik oleh air (masih ada akrilamida yang tertinggal dalam diklormetan). Pada p eng uap an d iklo rmetan terlebih dahulu kemudian ditambahkan air, hasil uji p ero lehan kembali yang didapatkan sekitar 70%. Cara ini juga kurang memberikan hasil yang baik, mungkin akrilamida yang terlarut ikut menguap bersama diklormetan (pad a sisa penguapan akrilamid a didapatkan dalam bentuk cair bukan kristal lagi). Untuk mencegah hal ini ditambahkan dahulu air, sehingga

  D A FTA R PUSTA KA

  terbentuk dua fase cairan (diklo r- metan pada lapisan baw ah dan air

  A Barndl F, Demiani S, Ew ender J.

  pada lapisan atas). Cairan ini kemu-

  Rapid and Convenient Procedure for

  d ian d ip anaskan d an jika d iklo r-

  the D etermination A crylamide in

  metan menguap, akrilamid a yang

  Foodstuffs : 6 halaman. http:/ /

  terbaw a terlarut kembali di dalam ejeaf c he.u v ig o .es/ 1( 3) 2002/ air. Cara ini m eng hasilkan uji

  001132002F.htm 26 Januari 2004, perolehan kembali yang didapatkan pk.9.15. sekitar 97% , tetap i w aktu y ang Gruenwedel, Dieter. Whitaker, John. dibutuhkan untuk penguapan sangat

  Fo o d A nalysis Princip les and lama (sekitar 4 sampai 5 jam) (Mar- Technique v o lume 4, M arcel tin A , Sw arbrick J, Cammarata A ., Dekker Inc, N ew Yo rk, 1984: 1990). 247-249.

  Penggunaan Statistika Ibrahim S. Dalam Validasi M etode Analitik dan

E. KESIM PULA N

  Penerapannya , Pro siding Temu

  Ilmiah Nasional Bidang Farmasi

  KESIM PULA N VI, 1998: 15 – 37.

  1. Metode kromatografi cair kinerja Martin A , Sw arbrick J, Cammarata tinggi dalam menganalisis akri-

  A. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia lamida dalam keripik kentang

  Fisik Dalam Ilmu Farmasetik edisi

  memberikan ko ndisi o ptimum

  ketiga Physical Pharmacy

  , terj. dari , dengan menggunakan kolom C , 18 oleh Yoshita. UI-Press, 1990: 139- 25 cm x 4.6 mm, 5mm, Supelco; 152. D etekto r UV -V IS SPD -6A P, Snyder LR, Kirkland JJ, Glajch JL.

  Shimadzu; Pompa LC-6A , Shi- Practical HPLC M ethod Develop- madzu; Fase gerak Asetronitril :

  ment Second Edition

  , John Wiley A sam : A sam Fo sfat (5:94:1);

  & So ns, Inc, New Yo rk, 1997: Pelarut A sam fosfat 10%; Pan- 616-712. jang gelombang 230 nm; Kece- patan alir 1,2 ml/ menit; Volume

  Wedzicha B, Mottram D. International injeksi 20 µl.

  Developments : M echanism for the

  2. M eto d e ekstraksi akrilamid a

  Formation of A crylamide on Foods

  dalam keripik kentang simulasi

  Discussed at JIFSA N 28 – 30 Octo-

  memberikan uji perolehan kem-

  ber : 38 halaman. http:/ / ifst.org/

  bali sebesar 96,93% + 0,52% fo rmw ed.ppt, 7 Juni 2004, pk.

  7.50.