MODEL PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAN KONSEP MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ………. ii

UCAPAN TERIMAKASIH ……… iii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ……….. vi

DAFTAR LAMPIRAN ……… vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 6

C. Batasan Masalah ……….. 7

D. Tujuan Penelitian ………. 7

E. Defini Operasional ………... 8

F. Hipotesis ………... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika ……… 10

B. Model Penemuan Terbimbing ……….. 12

C. Penguasaan Konsep Matematika ……….. 20

D. Motivasi Belajar Siswa ………. 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ……….. 33

B. Prosedur Penelitian ………... 35

C. Subjek Penelitian ……….. 36

D. Instrumen Penelitian ………. 37

E. Teknik Pengumpulan Data ………. 37

F. Teknik Pengolahan Data ……….. 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 51

B. Pembahasan ………. 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………... 86

B. Saran ………. 88

DAFTAR PUSTAKA ……… 90 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(2)

(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya, pembangunan dibidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik di dalam pembinaan Sumber Daya Manusia. Oleh karena itu, bidang pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh pemerintah, keluarga, dan pengelola pendidikan khususnya.

Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas bangsa itu sendiri. Untuk memperlancar proses pendidikan diperlukan suatu wadah atau lembaga yang disebut sekolah. Secara sistematis sekolah telah merencanakan bermacam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan bermacam kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga siswa memperoleh pengalaman pendidikan. Sekolah dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangannya kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dalam pendidikan.

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan dan keterampilan seseorang diperoleh melalui belajar (Hudojo, 1988). Keberhasilan proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari luar dan


(4)

2 faktor dari dalam diri individu. Faktor dari luar yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak/individu, terdiri dari lingkungan dan instrumental

Matematika merupakan ilmu yang bersifat universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.

Perkembangan yang pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang bilangan, aljabar, analisis, dan teori peluang. Untuk dapat menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak usia dini.

Mata pelajaran matematika diberikan kepada semua peserta didik sejak dari Sekolah Dasar untuk membekali siswa kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif di masa mendatang (memasuki era globalisasi).

Matematika memiliki peranan sangat besar dalam kehidupan mendatang, namun dewasa ini mata pelajaran matematika masih menjadi pobia bagi kebanyakan siswa.

Mengacu pada hasil ujian dan rendahnya minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika, maka dipandang perlu untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika. Usaha-usaha yang dilakukan


(5)

3 hendaknya tidak hanya berpusat pada usaha untuk menaikkan prestasi kognitif, namun juga usaha yang dapat menaikkan faktor afektif siswa.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar diperlukan suatu keahlian atau keterampilan pengelolaan kelas yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran karena setiap siswa memiliki kemampuan dan taraf bernalar yang berbeda-beda. Untuk itu, seorang guru hendaknya memiliki pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat agar siswa mampu memahami materi pelajaran yang diajarkan.

Apabila dicermati proses interaksi siswa dapat dibina dan merupakan bagian dari proses pembelajaran, seperti yang dikemukan oleh Corey dalam Sagala (2003 : 61 ) bahwa :

“ Pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.”

Selanjutnya Syaiful Sagala , menyatakan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu :

Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses berfikir. Kedua , dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu


(6)

4 siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. (Sagala, 2003 : 63 )

Dari uraian di atas, proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan oleh siswa baik didalam maupun di luar kelas, dan dengan karakteristik yang dimiliki oleh siswa diharapkan mereka mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman- temannya secara baik dan bijak.

Dengan intensitas yang tinggi serta kontinuitas belajar secara berkesinambungan diharapkan proses interaksi sosial sesama teman dapat tercipta dengan baik dan pada gilirannya mereka saling menghargai dan menghormati satu sama lain walaupun dalam perjalanannya mereka saling berbeda pendapat yang pada akhirnya mereka saling menumbuhkan sikap demokratis antar sesama.

Paradigma metodologi pendidikan saat ini disadari telah mengalami suatu pergeseran dari behaviourisme ke konstruktivisme yang menuntut guru di lapangan harus mempunyai syarat dan kompetensi untuk dapat melakukan suatu perubahan dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Guru dituntut lebih kreatif, inovatif, bukan sebagai teacher center, menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga sebagai subjek belajar dan pada akhirnya bermuara pada proses pembelajaran yang menyenangkan, bergembira, dan demokratis yang menghargai setiap pendapat sehingga pada akhirnya substansi pembelajaran benar-benar dihayati.


(7)

5 Untuk menciptakan situasi yang diharapkan pada pernyataan di atas, guru harus mempunyai syarat-syarat apa yang diperlukan dalam mengajar dan membangun pembelajaran siswa agar efektif di kelas, saling bekerjasama dalam belajar sehingga tercipta suasana yang menyenangkan dan saling menghargai (demokratis ) , diantaranya :

1. Guru harus lebih banyak menggunakan metode pada waktu mengajar, variasi metode mengakibatkan penyajian bahan lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa, sehingga kelas menjadi hidup, sedangkan metode pelajaran yang selalu sama ( monoton) akan membosankan siswa. 2. Menumbuhkan motivasi, hal ini sangat berperan pada kemajuan,

perkembangan siswa. Selanjutnya melalui proses belajar, bila motivasi guru tepat dan mengenai sasaran akan meningkatkan kegiatan belajar, dengan tujuan yang jelas maka siswa akan belajar lebih tekun, giat dan lebih bersemangat. (Slameto, 1987 :92 )

Kita yakin pada saat ini banyak guru yang telah melaksanakan teori

konstruktivisme dalam pembelajaran di kelas tetapi volumenya masih terbatas,

karena kenyataan di lapangan kita masih banyak menjumpai guru yang dalam mengajar masih terkesan hanya melaksanakan kewajiban. Ia tidak memerlukan strategi, metode dalam mengajar, baginya yang penting bagaimana sebuah peristiwa pembelajaran dapat berlangsung.

Di sisi lain bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di mana pengajar masih memegang peran yang sangat dominan, pengajar banyak ceramah (telling


(8)

6

method) dan kurang membantu pengembangan aktivitas murid. (Kasmadi,

1993:24)

Guru menyadari bahwa matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang diminati, ditakuti, dan dihindari oleh sebagian besar siswa. Siswa seharusnya sadar bahwa kemampuan berpikir logis, bernalar rasional, dan cermat menjadi ciri utama matematika. Penalaran adalah suatu proses berpikir dalam rangka menarik kesimpulan. Siswa yang mempunyai kemampuan bernalar tinggi tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran matematika, sebaliknya siswa yang kemampuan bernalarnya rendah mungkin akan mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran matematika

Berbagai alternatif yang digunakan dalam pembelajaran matematika baik pendekatan matematika yang digunakan atau juga metode yang digunakannya.

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran matematika menggunakan model penemuan terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika dan motivasi belajar siswa. Rumusan ini kemudian dijabarkan dalam pernyataan-pernyataan berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran biasa ditinjau dari level sekolah (sedang dan rendah)?


(9)

7 2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan motivasi antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran biasa ditinjau dari level sekolah (sedang dan rendah)? 3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dan

level sekolah dalam meningkatkan penguasaan konsep matematika?

4. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dan level sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa?

C. Batasan Masalah

Ruang lingkup permasalahan dari penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Materi pelajaran dipilih berkenaan dengan geometri, yaitu: Keliling dan Luas. 2. Indikator penguasaan yang diukur adalah pemahaman relasional, yang meliputi kemampuan kemampuan mengerjakan soal dengan algoritma yang benar dan bisa menjelaskan hasilnya, serta menerapkan konsep yang sudah dipelajari pada keadaan baru yang berkaitan.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mengkaji dan membandingkan peningkatan penguasaan konsep dengan menggunakan pembelajaran model penemuan terbimbing dengan pembelajaran biasa.


(10)

8 2. Mengkaji dan membandingkan peningkatan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model penemuan terbimbing dengan pembelajaran biasa.

3. Melihat interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dan level sekolah dalam meningkatkan penguasaan konsep matematika.

4. Melihat interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dan level sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, perlu dijelaskan dahulu istilah-istilah penting dari judul penelitian yakni sebagai berikut.

1. Model Penemuan terbimbing merupakan suatu rangkaian aktivititas pembelajaran yang melibatkan siswa secara maksimum, di mana siswa dan menemukan jawaban dari hasil yang diperolehnya sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.

2. Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam hal ini mampu menjelaskan kembali konsep dengan baik. Penguasaan konsep dalam hal ini ketercapaian tiga kognitif dari taksonomi bloom yaitu hafalan/ingatan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).

3. Motivasi belajar siswa adalah keinginan untuk mengetahui lebih dalam terhadap sesuatu, hal ini dapat dilihat dari antusias siswa dalam mengikuti


(11)

9 proses pembelajaran yang berbeda yaitu pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan pembelajaran biasa.

F. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ho : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penguasaan konsep matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah (sedang dan rendah).

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penguasaan konsep matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah (sedang dan rendah).

2. Ho : Tidak terdapat perbedaan peningkatan motivasi antara siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah (sedang dan rendah).

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan motivasi antara siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah (sedang dan rendah).


(12)

(13)

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain “control Group Pretest-Postest Design”, yaitu satu kelompok subyek sebagai kelompok eksperimen dan kelompok yang kedua sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen menggunakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran model penemuan terbimbing, sedangkan kelompok kedua dengan pembelajaran konvensional.

Ilustrasi desain penelitian dapat dapat dinyatakan dalam tabel berikut:

Kelas Pretes Perlakuan Postes

E O1 X O2

K O3 O4

Keterangan:

O = Pretes dan postes pada kelas kontrol dan eksperimen

X = Pembelajaran melalui model pembelajaran penemuan terbimbing pada kelas eksperimen

E = Eksperimen K = Kontrol

Dengan membandingkan hasil observasi antara tes akhir dengan tes awal akan diketahui seberapa besar perubahannya sebagai indikator keefektifan perlakuan


(14)

36

(Arikunto, 1988: 86). Menggunakan uji korelasi, statistika inferensi dan metode statistik nonparametrik untuk membandingan dan mengetahui hubungan antara pembelajaran dengan penggunaan model penemuan terbimbing dan konvensional terhadap penguasaan konsep matematika dan motivasi belajar siswa SD.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat alur penelitian di bawah ini.

Pengkajian Teori-teori Belajar

Studi Pendahuluan

Mengkaji Kondisi Lapangan Pengkajian Kurikulum KTSP 2006

Penyusunan rancangan dengan Model Penemuan terbimbing

Penyusunan rancangan Pembelajaran Biasa

Penyusunanan, ujicoba, revisi dan pengesahan instrumen

Penentuan Subjek

Pretest

Implementasi Pembelajaran, Pemberian Angket

Postes Analisis Data


(15)

37

B. Prosedur Penelitian

Langkah pertama dalam penelitian ini dilakukan studi pendahuluan yang meliputi kajian materi subjek dan studi literatur. Hasilnya dipakai untuk menentukan konsep-konsep yang akan diteliti dan menentukan variabel penelitian, yaitu penguasaan konsep matematika dan motivasi belajar siswa.

Hasil kajian literatur tentang penguasaan konsep matematika dan motivasi belajar siswa diterapkan pada siswa kelas IV SD yang diramu dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing. Akhinya, dirumuskan suatu rencana pembelajaran pada siswa kelas IV SD. Pemecahan permasalahan kedua dilakukan dengan melihat pelaksanaan pembelajaran di kelas melalui langkah-langkah berikut:

1. Mengadakan pretes, baik terhadap kelompok eksperimen terhadap kelompok kontrol

2. Melaksanakan pembelajaran dasar-dasar matematika SD dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing terhadap kelompok eksperimen.

3. Mengamati, medeskripsikan, menganalisis, dan membahas data verbal dan data nonverbal pada saat penelitian berlangsung untuk menggali perkembangan penguasaan konsep matematika melalui indikator C1 (ingatan), C2 (pemahamanan) dan C3 (aplikasi) dan motivasi belajar siswa selama pembelajaran berlangsung.


(16)

38

4. Mengadakan postes, baik terhadap kelas eksperimen maupun terhadap kelas kontrol.

5. Pemberian angket motivasi sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen pada level sekolah sedang dan rendah.

C. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sekolah dasar di Kecamatan Cimenyan pada sekolah-sekolah yang berkategori sedang dan rendah berdasarkan hasil ujian nasional data dari dinas pendidikan setempat. Alasan pembatasan ini terkait dengan efektifitas pelaksanaan penelitian, dimana karakteristik dari penelitian ini sangat tergantung pada subyek penelitian yang diambil.

Selanjutnya sampel penelitian ditetapkan di kelas 4 dengan ansumsi bahwa pada level ini, kondisi aktivitas anak cukup stabil dan untuk penguasaan konsep yang menjadi konsep prasyarat untuk jenjang pendidikan selanjutnya.

Subyek penelitian ditentukan berdasarkan perhitungan sampel strata. Sedangkan tingkat kemampuan siswa ditentukan berdasarkan nilai ujian nasional sehingga untuk masing-masing kategori diperoleh proporsi sepertiganya. Setiap kelas kontrol dan kelas eksperimen dipegang oleh guru yang sama. Untuk menjaga agar cara-cara pengajaran pada setiap unit penelitian relatif sama, setiap guru diberikan pengarahan melalui beberapa pertemuan dan latihan pengajaran yang langsung dibimbing oleh peneliti.


(17)

39

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini meliputi : bahan ajar, yang memuat materi pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dan lembar aktivitas siswa (LAS), lembar observasi, yang memuat item-item aktivitas siswa serta guru dalam pembelajaran; catatan lapangan, yang berisi lembar kosong dengan instruksi-instruksi yang harus dilakukan oleh observer berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan guru di luar item-item yang tercantum dalam lembar observasi; lembar evaluasi, yang terdiri dari pretes dan postes serta lembar angket siswa, untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Selain itu dilakukan wawancara langsung dengan beberapa orang siswa dan guru untuk melengkapi tanggapan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan sebagai bahan laporan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan desain penelitian yang telah ditetapkan, maka pengumpulan data diawali dengan penyusunan angket motivasi belajar, penyusunan alat tes, uji coba alat dengan analisis uji coba yaitu validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran ditetapkan sebagai instrumen penelitian, angket motivasi, observasi yang terdiri dari pretes, treatment, dan postes dengan menggunakan pembelajaran penemuan terbimbing.


(18)

40

1. Penyusunan Angket Motivasi belajar

Motivasi belajar yang dimaksud adalah unsur internal dan eksternal yang mencakup dorongan, upaya, keinginan pada siswa dalam proses pembelajaran ke arah perubahan tingkah laku menuju suatu kondisi yang kondusif yang memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik sehingga prestasi belajar meningkat.

Secara operasional motivasi belajar adalah dorongan dalam maupun dari luar diri siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung diantaranya; hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, keinginan untuk berhasil, penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar. Berikut ini peneliti sajikan kisi-kisi angket motivasi belajar siswa dalam tabel di bawah ini.

TABEL 3.1.

KISI-KISI ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA (Mc. Clelland dan Atkinson, 1953)

DIMENSI INDIKATOR NOMOR BUTIR

A. Dorongan 1. Belajar dengan baik 2. Umpan balik 3. Pencapaian tujuan

1,2,3,4,5, 6,8,9,10,12, 13,14,15,16 B. Upaya 1. Bertangung jawab

2. Berani bersaing

17,18,19,20,21,22,35 24,25

C. Keinginan 1. Menikmati kesuksesan 2. Kesediaan menerima tugas 3. Takut akan kegagalan

26,27,28,29 32,33

31,36,37,38,39,40

2. Penyusunan Alat Test

Instrumen penelitian terdiri dari tes penguasaan konsep matematika berupa tes tertulis dan angket digunakan untuk mengukur apakah ada peningkatan secara


(19)

41

signifikan setelah siswa mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran terbimbing dengan pembelajaran konvensional. Sedangkan angket digunakan untuk mengetahui respon (motivasi) siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model penemuan terbimbing.

Tes disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah ditetapkan dan diuji sesuai dengan konsep-konsep yang terdapat dalam GBPP. Tes ini dibuat dan diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan, dimaksudkan untuk melihat apakah alat ukur ini benar-benar mengukur penguasaan konsep matematika. validitas instrumen terdiri dari validitas teoritis (semata-mata hanya berdasarkan pertimbangan rasio) oleh pakar yang meliputi; validitas konstruk (permukaan), validitas isi (content validity) yaitu dengan mencocokkan tiap butir soal dengan kisi-kisi yang disusun berdasarkan GBPP. Kejelasan bahasa dan validitas empiris atau validitas kriteria, yaitu dengan menghitung koefisien korelasi antara tes uji dengan tes lain sebagai kriterianya (standarnya).

TABEL 3.2.

KISI-KISI SOAL PENGUASAAN KONSEP

No. Kompetensi Dasar

Aspek

Kognitif Jumlah Soal C1 C2 C3

1. menuliskan kembali rumus keliling dan Luas jajargenjang dan segitiga

2 2

2. Menghitung keliling dan luas jajargenjang

1 1 2

3. Menghitung Keliling dan Luas Segitiga

1 1 2

4. Menyelesaikan soal pemecahan masalah

1 1 2


(20)

42

3. Uji Coba Alat Test

Uji coba alat test (instrumen) dilaksanakan pada kelas IV di salah satu SD di Kab. Bandung yang terdiri dari 30 siswa. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui koefisien korelasi skor hasil tes uji dengan tes standar, yaitu skor siswa tersebut pada semester 2. Koefisien reliabilitas, koefisien korelasi tiap butir soal dengan skor total, daya pembeda, tingkat kesukaran.

Analisis tes hasil uji coba digunakan untuk mengetahui baik-buruknya tes uji coba tersebut, yang meliputi:

a. Validitas

Validitas adalah suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dsievaluasi. Oleh karena itu keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. (Arikunto: 2005: 70)

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus Product Moment Pearson.

( )

(

) (

)( )

( )

(

) ( )

[

2 2

]

[

( )

(

2

)( )

2

]

− − = Y Y N X X N Y X XY N rxy


(21)

43

Keterangan:

N = Jumlah Sampel X = Nilai hasil ujian Y = Nilai rata-rata harian rxy = Koefisien Validitas

Interpretasi besarnya koefisien korelasi dilakukan berdasarkan patokan disesuaikan nilai r menurut Arikunto (2005 : 75) yaitu:

TABEL 3.3.

PATOKAN KOEFISIEN KORELASI Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < r ≤ 1,00 0,60 < r ≤ 0,80 0,40 < r ≤ 0,60 0,20 < r ≤ 0,40

r ≤ 0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

Signifikansi validitas diuji dengan uji-t dengan rumus berikut:

2 1 2 r N r t − −

= , (Ridwan, 2007:81)

Keterangan:

thitung = Nilai t

r = Nilai Koefisien Korelasi N = Jumlah Sampel

Uji dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara skor butir soal dan skor total. Hipotesis statistik yang diujikan adalah:


(22)

44

Ho : r = 0 : Tidak terdapat korelasi antara skor butir soal terhadap skor total, H1: r ≠ 0 : Terdapat korelasi antara skor butir soal terhadap skor total.

Untuk taraf signifikansi α = 0,01, Ho diterima jika thitung < ttabel dengan dk (n-2), dan untuk thitung ≥ ttabel kesimpulan yang diambil adalah Ho ditolak. Untuk tes penguasaan konsep masing-masing dengan n= 30 dan taraf kepercayaan 99% ttabel = 2,46 diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.4. berikut:

TABEL 3.4.

PERHITUNGAN VALIDITAS TES

Jenis Tes Nomor Soal

Koef Korelasi (rxy)

Interpretasi

Validitas thitung Ket

Penguasaan Konsep

1 0.52 Cukup 3.22 Valid

2 0.54 Cukup 3.39 Valid

3 0.62 Tinggi 4.19 Valid

4 0.36 Rendah 2.04 Valid

5 0.41 Cukup 2.48 Valid

6 0.72 Tinggi 5.49 Valid

7 0.23 Rendah 1.25 Valid

8 0.28 Rendah 1.54 Valid

Terdapat 5 butir soal mempunyai thitung≥ ttabel = 2,46, sehingga Ho ditolak. Artinya soal mempunyai korelasi terhadap hasil belajar yang dicapai seluruh siswa. Sehingga dari 5 butir soal memiliki ketepatan untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.

b. Reliabilitas

Reliabilitas merujuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas juga merujuk pada tingkat keterandalan sesuatu dan dapat dipercaya (Arikunto, 2005: 178). Untuk melihat reliabilitas tes, diawali


(23)

45

dengan membuat sebaran jawaban uji coba tes yang berbentuk tes uraian. Perhitungan reliabilitas tes untuk tes yang berbentuk uraian digunakan rumus

alpha, yaitu:        

=

2

2 11 1 1 t b k k r σ σ

, (Arikunto, 2006:196)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

σ = jumlah varians butir 2

t

σ = varians total

Selanjutnya untuk menginterpretasikan harga koefisien reliabilitas tersebut digunakan kategori Guilford (Ruseffendi, 1991:197) dengan kriteria sebagai berikut.

TABEL 3.5.

INTERPRETASI KOEFISIEN RELIABILITAS

Nilai r Interpretasi

0,00 < r ≤ 0,20 0,20 < r ≤ 0,40 0,40 < r ≤ 0,70 0,70 < r ≤ 0,90 0,90 < r ≤ 1,00

reliabilitas sangat rendah reliabilitas rendah reliabilitas sedang reliabilitas tinggi reliabilitas sangat tinggi


(24)

46

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh reliabilitas instrument tes penguasaan konsep secara keseluruhan sebesar r11 = 0.48 (kategori sedang).

c. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. Artinya, bila soal tersebut diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi; dan bila diberikan kepada siswa yang lemah, hasilnya rendah (Sudjana, 2005:141). Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:

B B A A

J B J B

D= − (Arikunto, 2005:213)

Keterangan:

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan salah JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan dengan klasifikasi menurut Arikunto (2005: 210) yang disajikan pada Tabel 3.5. berikut:


(25)

47

TABEL 3.6.

KLASIFIKASI DAYA PEMBEDA Daya Pembeda Klasifikasi Soal

0,00 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,70 0,71 – 1,00

Kurang baik Cukup

Baik Sangat baik

Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda tiap butir soal yang disajikan pada Tabel 3.7 berikut ini.

TABEL 3.7.

DAYA PEMBEDA BUTIR SOAL PENGUASAAN KONSEP Jenis Tes Nomor

Soal

Daya Pembeda Interpretasi

Penguasaan Konsep Matematika

1 0.23 Cukup

2 0.3 Cukup

3 0.4 Cukup

4 0.18 Kurang Baik

5 0.24 Cukup

6 0.47 Baik

7 0.2 Kurang Baik

8 0.31 Cukup

d. Tingkat Kesukaran

Untuk menganalisis tingkat kesukaran P dari setiap item soal dihitung berdasarkan jawaban seluruh siswa yang mengikuti tes. Skor hasil yang diperoleh siswa diklasifikasikan atas dasar benar dan. Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah:

JS B


(26)

48

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi tingkat kesukaran soal ditentukan menurut Tabel 3.8. berikut: TABEL 3.8.

KATEGORI INDEKS KESUKARAN

Indeks kesukaran Kategori Soal

0.00 – 0.30 0.31 – 0.70 0.71 – 1.00

Sukar Sedang Mudah

Dari hasil perhitungan, diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal yang disajikan pada Tabel 3.9 berikut ini.

TABEL 3.9.

PERHITUNGAN TINGKAT KESUKARAN Jenis Tes Nomor

Soal

Tingkat Kesukaran Interpretasi Penguasaan

Konsep

1 0.63 Sedang

2 0.15 Sukar

3 0.48 Sedang

4 0.46 Sedang

5 0.21 Sukar

6 0.46 Sedang

7 0.42 Sedang

8 0.23 Sukar

Secara keseluruhan hasil analisis uji coba soal tes penguasaan konsep dan penalaran matematis disajikan pada Tabel 3.10 berikut ini.


(27)

49

TABEL 3.10.

REKAPITULASI ANALISIS UJICOBA TES

Jenis Tes No Soal Interpretasi Validitas R Interpretasi Tk. Kesukaran Interpretasi Dy. Pembeda Penguasaan Konsep

1 Cukup

0.48

Sedang Cukup

2 Cukup Sukar Cukup

3 Tinggi Sedang Cukup

4 Rendah Sedang Kurang Baik

5 Cukup Sukar Cukup

6 Tinggi Sedang Baik

7 Rendah Sedang Kurang Baik

8 Rendah Sukar Cukup

Berdasarkan hasil uji coba perangkat tes, menunjukkan 8 soal yang diujikan dianggap layak digunakan 5 butir soal yang digunakan sebagai soal pretes dan postes pada penelitian. Karena semua soal penguasaan konsep matematika menunjukkan tingkat keterandalan atau kepercayaan cukup, ketepatan untuk digunakan sebagai instrumen penelitian tinggi dan cukup, kemampuan soal dalam membedakan siswa memiliki interpretasi baik, dan interpretasi tingkat kesukaran soal yaitu sedang dan sukar.

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data hasil penelitian dilakukan untuk menguji hipotesis-hipotesis di atas, data hasil pre tes dan post tes diolah dengan secara statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji normalitas dan homogenitas

Uji normalitas dan homogenitas data dilakukan untuk memenuhi perhitungan statistik parametris. Jika data yang diolah ternyata berdistribusi


(28)

50

normal dan homogen, maka uji statistik selanjutnya adalah uji statistik parametrik. Sebaliknya, jika data yang diolah tidak memenuhi distribusi normal dan homogenitas, maka uji statistik selanjutnya adalah uji statistik nonparametrik jika data tidak berdistribusi normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov Z pada program SPSS, di mana hipotesis dan kriteria

ujinya:

Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel berada dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria uji: Tolak Ho jika sig < α

Untuk pengujian homogenitas variansi data dilakukan dengan Levenes

Test pada SPSS 17, dimana hipotesis dan kriteria ujinya:

Ho : Variansi kedua populasi homogen H1 : Variansi kedua populasi tidak homogen Kriteria uji: Tolak Ho jika sig < α

2. Menguji Perbedaan Dua Rata-rata Terhadap Gain Kelas (uji-t)

Uji perbedaan dua rata-rata terhadap gain kelas ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan penguasaan konsep antara siswa yang belajar matematika dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Serta peningkatan motivasi dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.


(29)

51

Ho : µe = µk

H1 : µe > µk

a. Ho : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penguasaan konsep matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah (sedang dan rendah).

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penguasaan konsep matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah (sedang dan rendah).

b. Ho : Tidak terdapat perbedaan peningkatan motivasi belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah (sedang dan rendah).

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan motivasi belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah (sedang dan rendah).


(30)

52

3. Menghitung Indeks Gain yang Ternormalisasi

Jika data memenuhi syarat uji kenormalan dan homogenitas, maka uji statistik hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan uji anova (analysis of

variance) satu jalur melalui gain yang ternormalkan dari skor pretes dan postes.

Rumus untuk menentukan gain yang ternormalkan adalah sebagai berikut:

Normalized gain =

re pretestsco score

re pretestsco re

postestsco

. max


(31)

86

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data pada bab terdahulu dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan masalah penelitian berikut.

1. Terdapat perbedaan kemampuan penguasaan konsep antara siswa yang mengikuti pembelajaran matematika menggunakan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konvensional. Berdasarkan hasil Uji t, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penguasaan konsep matematika yang signifikan antara rata-rata gain kelas eksperimen dan kelas kontrol baik pada sekolah sedang maupun pada sekolah rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing memiliki kemampuan penguasaan konsep yang lebih baik dari siswa yang pembelajarannya dengan pembelajaran konvensional.

2. Adanya peningkatan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing menunjukkan bahwa matematika pelajaran yang mudah dan seluruh siswa berpendapat bahwa pembelajaran berjalan dengan mengasyikkan serta mereka merasa paham atas materi yang diajarkan. Motivasi merupakan hal penting yang harus selalu dimiliki oleh siswa. Berdasarkan hasil Uji t, terdapat perbedaan


(32)

87

peningkatan motivasi belajar siswa yang signifikan antara rata-rata gain kelas eksperimen dan kelas kontrol baik pada sekolah sedang maupun pada sekolah rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing memiliki motivasi belajar siswa yang lebih baik dari siswa yang pembelajarannya dengan pembelajaran konvensional.

3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dan level sekolah dalam meningkatkan penguasaan konsep matematika siswa Pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dapat mengakomodasi siswa pada level sekolah sedang dan rendah, dapat dikatakan metode pembelajaran penemuan terbimbing cocok diberikan pada semua level sekolah dalam upaya meningkatkan kemampuan penguasaan konsep dalam Matematika

4. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dan level sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, hal ini dapat mengakomodasi siswa pada level sekolah sedang dan rendah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian memberikan implikasi penggunaan menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika di SD dapat meningkatkan kemampuan penguasaan konsep matematika dan motivasi belajar siswa. Beberapa rekomendasi yang dapat dikemukaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(33)

88

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan hasil bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik peningkatannya dibandingkan dengan pendekatan konvensional dilihat dari penguasaan konsep karena siswa mampu mengemukakan kembali konsep-konsep matematika secara benar tidak hanya hapal akan tetapi bisa mengaplikasikan dalam soal-soal yang diberikan. Berdasarkan temuan-temuan yang kurang sesuai dengan harapan sebagimana tercantum dalam pembahasan, maka untuk guru yang berminat menggunakan metode penemuan terbimbing perlu memperhatikan dan membuat LAS yang dapat mempersiapkan soal-soal yang lebih mendalam pada aspek kognitif C3 yaitu aplikasi, pada aspek ini hasil dari postes baik level sekolah sedang maupun sekolah rendah masih kurang memuaskan.

2. Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing ini dapat di implementasikan di sekolah level sedang cukup. Untuk sekolah level rendah disarankan terlebih dahulu membiasakan siswa menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah yang diberikan dalam pembelajaran konvensional sebelum menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model penemuan terbimbing

3. Berdasarkan hasil penelitian ini pembelajaran dengan model penemuan terbimbing ini sangat mempengaruhi motivasi belajar, sebaiknya guru selalu mendorong siswa untuk memberikan motivasi secara terbimbing dalam pembelajaran tidak hanya materi yang menggunakan metode penemuan terbimbing, akan tetapi pemberian motivasi saat melakukan pembelajaran.


(34)

(1)

Ho : µe = µk

H1 : µe > µk

a. Ho : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penguasaan konsep matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah (sedang dan rendah).

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penguasaan konsep matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah (sedang dan rendah).

b. Ho : Tidak terdapat perbedaan peningkatan motivasi belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah (sedang dan rendah).

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan motivasi belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah (sedang dan rendah).


(2)

3. Menghitung Indeks Gain yang Ternormalisasi

Jika data memenuhi syarat uji kenormalan dan homogenitas, maka uji statistik hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan uji anova (analysis of variance) satu jalur melalui gain yang ternormalkan dari skor pretes dan postes. Rumus untuk menentukan gain yang ternormalkan adalah sebagai berikut:

Normalized gain =

re pretestsco score

re pretestsco re

postestsco

− −

. max


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data pada bab terdahulu dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan masalah penelitian berikut.

1. Terdapat perbedaan kemampuan penguasaan konsep antara siswa yang mengikuti pembelajaran matematika menggunakan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konvensional. Berdasarkan hasil Uji t, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penguasaan konsep matematika yang signifikan antara rata-rata gain kelas eksperimen dan kelas kontrol baik pada sekolah sedang maupun pada sekolah rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing memiliki kemampuan penguasaan konsep yang lebih baik dari siswa yang pembelajarannya dengan pembelajaran konvensional.

2. Adanya peningkatan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing menunjukkan bahwa matematika pelajaran yang mudah dan seluruh siswa berpendapat bahwa pembelajaran berjalan dengan mengasyikkan serta mereka merasa paham atas materi yang diajarkan. Motivasi merupakan hal penting yang harus selalu dimiliki oleh siswa. Berdasarkan hasil Uji t, terdapat perbedaan


(4)

peningkatan motivasi belajar siswa yang signifikan antara rata-rata gain kelas eksperimen dan kelas kontrol baik pada sekolah sedang maupun pada sekolah rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing memiliki motivasi belajar siswa yang lebih baik dari siswa yang pembelajarannya dengan pembelajaran konvensional.

3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dan level sekolah dalam meningkatkan penguasaan konsep matematika siswa Pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dapat mengakomodasi siswa pada level sekolah sedang dan rendah, dapat dikatakan metode pembelajaran penemuan terbimbing cocok diberikan pada semua level sekolah dalam upaya meningkatkan kemampuan penguasaan konsep dalam Matematika

4. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dan level sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, hal ini dapat mengakomodasi siswa pada level sekolah sedang dan rendah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian memberikan implikasi penggunaan menggunakan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika di SD dapat meningkatkan kemampuan penguasaan konsep matematika dan motivasi belajar siswa. Beberapa rekomendasi yang dapat dikemukaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(5)

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan hasil bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik peningkatannya dibandingkan dengan pendekatan konvensional dilihat dari penguasaan konsep karena siswa mampu mengemukakan kembali konsep-konsep matematika secara benar tidak hanya hapal akan tetapi bisa mengaplikasikan dalam soal-soal yang diberikan. Berdasarkan temuan-temuan yang kurang sesuai dengan harapan sebagimana tercantum dalam pembahasan, maka untuk guru yang berminat menggunakan metode penemuan terbimbing perlu memperhatikan dan membuat LAS yang dapat mempersiapkan soal-soal yang lebih mendalam pada aspek kognitif C3 yaitu aplikasi, pada aspek ini hasil dari postes baik level sekolah sedang maupun sekolah rendah masih kurang memuaskan.

2. Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing ini dapat di implementasikan di sekolah level sedang cukup. Untuk sekolah level rendah disarankan terlebih dahulu membiasakan siswa menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah yang diberikan dalam pembelajaran konvensional sebelum menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model penemuan terbimbing

3. Berdasarkan hasil penelitian ini pembelajaran dengan model penemuan terbimbing ini sangat mempengaruhi motivasi belajar, sebaiknya guru selalu mendorong siswa untuk memberikan motivasi secara terbimbing dalam pembelajaran tidak hanya materi yang menggunakan metode penemuan terbimbing, akan tetapi pemberian motivasi saat melakukan pembelajaran.


(6)