8.RPP Sistem Koordinasi Manusia

  

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMA Batik 1 Surakarta Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : XI MIPA / Genap Materi : SISTEM KOORDINASI MANUSIA Alokasi Waktu : 20 x 45 menit (10 JP)

  A. Kompetensi Inti (KI)

  KI. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI. 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentangilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

  KI. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

  B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

  3.10. Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem koordinasi (saraf, hormone dan alat indera) dalam kaitannya dengan mekanisme koordinasi dan regulasi serta gangguan fungsi yang dapat terjadi pada sistem koordinasi manusia

  3.10.1. Menyebutkan organ penghasil hormone dan hormone yang dihasilkannya

  3.10.2. Menjelaskan fungsi hormone

  3.10.3. Mengelompokkan sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi

  3.10.4. Melakukan percobaan sederhana untuk mempelajar gerak refleks pada kaki

  3.10.5. Menjelaskan tiga fungsi sistem saraf

  3.10.6. Mengidentifikasikan bagian-bagian dari sel saraf

  3.10.7. Menjelaskan proses pengantaran impuls 3.10.8. Menganalisa perbedaan sistem saraf dengan sistem hormon.

  3.10.9. Menyebutkan struktur mata dan fungsi indra penglihatan

  3.10.10.Menjelaskan mekanisme penghataran impuls pada indra penglihatan 3.10.11.Menyebutkan struktur dan fungsi indra pendengaran.

  3.10.12.Menjelaskan mekanisme penghantaran impuls pada indra pendengaran

  3.10.13.Menyebutkan struktur dan fungsi indra peraba

  3.10.14.Menyebutkan struktur dan fungsi indra perasa

  3.10.15.Menyebutkan struktur dan fungsi indra penciuman

  3.11. Mengevaluasi bahaya penggunaan senyawa psikotropika dan dampaknya terhadap kesehatan diri, lingkungan, dan masyarakat

  3.11.1. Menjelaskan pengaruh obat-obatan terhadap kerja sistem saraf 3.11.2. menganalisis penyebab terjadinya berbagai gangguan yang terjadi pada system regulasi (saraf, endokrin, indra)

  3.11.3. Mengumpulkan data informasi berbagai jenis NAPZA melalui browsing di internet

  4.10. Menyajikan hasil analisis pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada struktur dan fungsi organ sistem koordinasi yang menyebabkan gangguan sistem saraf dan hormon pada manusia berdasarkan studi literatur

  4.10.1. membuat laporan pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada struktur dan fungsi organ sistem koordinasi yang menyebabkan gangguan sistem saraf dan hormon pada manusia berdasarkan studi literatur

  4.11. Melakukan kampanye narkoba di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar 4.11.1. membuat poster bahaya narkoba dengan berbagai media.

  C. Tujuan Pembelajaran

  Setelah diskusi kelompok, pengamatan system koordinasi manusia dan pengamatan bahaya penggunaan senyawa psikotropika dan dampaknya terhadap kesehatan diri, lingkungan, dan masyarakat, siswa mampu : 1) Menyebutkan organ penghasil hormone dan hormone yang dihasilkannya 2) Menjelaskan fungsi hormone 3) Mengelompokkan sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi 4) Melakukan percobaan sederhana untuk mempelajar gerak refleks pada kaki 5) Menjelaskan tiga fungsi sistem saraf 6) Mengidentifikasikan bagian-bagian dari sel saraf 7) Menjelaskan proses pengantaran impuls 8) Menganalisa perbedaan sistem saraf dengan sistem hormon.

  9) Menyebutkan struktur mata dan fungsi indra penglihatan 10) Menjelaskan mekanisme penghataran impuls pada indra penglihatan 11) Menyebutkan struktur dan fungsi indra pendengaran.

  12) Menjelaskan mekanisme penghantaran impuls pada indra pendengaran 13) Menyebutkan struktur dan fungsi indra peraba 14) Menyebutkan struktur dan fungsi indra perasa 15) Menyebutkan struktur dan fungsi indra penciuman 16) Menjelaskan pengaruh obat-obatan terhadap kerja sistem saraf 17) menganalisis penyebab terjadinya berbagai gangguan yang terjadi pada system regulasi (saraf, endokrin, indra) 18) Mengumpulkan data informasi berbagai jenis NAPZA melalui browsing di internet 19) membuat laporan pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada struktur dan fungsi organ sistem koordinasi yang menyebabkan gangguan sistem saraf dan hormon pada manusia berdasarkan studi literatur 20) membuat poster bahaya narkoba dengan berbagai media.

  D. Materi Pembelajaran

  Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dan langsung diedarkan oleh darah. Kelenjar tersebut tidak memiliki saluran, maka disebut sebagai kelenjar buntu. Hormon diperlukan dalam jumlah sedikit tetapi pengaruhnya sangat besar.

1. Macam Kelenjar Endokrin

  Kelenjar yang berbeda akan menghasilkan hormon yang berbeda pula. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin akan mempengaruhi berbagai aktivitas tubuh. Berbagai macam hormon yang dihasilkan dari kelenjar endokrin dan peranannya pada aktivitas manusia.

  a. Kelenjar Hipofise Letaknya : terdapat dalam lekukan tulang sela tursika dibagian depan tulang baji.

  Fungsinya terjadi pertumbuhan tulang panjang. Bagian dari Hipofise (master of gland) yaitu :

  a. Lobi anterior (bagian depan)

  Menghasilkan macam hormon : (1) Hormon somatotrop (STH : Somatotrop Hormone = GH : Growth Hormone) berfungsi untuk pertumbuhan.

  (2) Luteotropic Hormone (LTH) = prolaktin = hormon laktogen, untuk merangsang kelenjar susu (3) Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang berfungsi merangsang sekresi kelenjar tiroid (4) Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) = hormon adrenotropin , berfungsi mengendalikan kelenjar korteks adrenal (5) Gonadotropic Hormone = hormon kelenjar kelamin yang berupa :

  (a) Folikel Stimulating Hormone (FSH) pada pria berfungsi mempengaruhi spermatogenesis dan pada wanita berfungsi merangsang folikel dalam ovarium. (b) Luteinizing Hormone (LH) = Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH), pada pria berfungsi merangsang sel interstitial Leydig dalam testis agar menghasilkan testosteron sedangkan pada wanita berfungsi merangsang ovulasi/pemasakan sel telur.

  b. Lobi intermedia (bagian tengah)

  Berfungsi mengatur perubahan warna kulit. Pada katak mengandung melanosit stimulating hormone (MSH)

  c. Lobi posterior (bagian belakang)

  Menghasilkan macam hormon : (a) Hormon vasopresin dan petresin yang mempengaruhi tekanan darah dan (b) Hormon oksitosin berfungsi membantu proses kelahiran (pada wanita) Gambar ; Lokasi macam-macam kelenjar pada manusia Sumber:

  b. Kelenjar Tiroid (kelenjar Gondok) Terletak di kanan-kiri trakea daerah faring, dekat tulang rawan (buah adam = jakun).

  Menghasilkan beberapa macam hormon, antara lain : Hormon tiroksin, hormon triidiotironin dan hormon kalsitonin. Fungsinya mempengaruhi metabolisme sel, mempengaruhi pertumbuhan, mempengaruhi pengubahan tiroksin.

  c. Kelenjar Paratiroid (kelenjar Anak Gondok)

  Terletak di sebelah dorsal kelenjar toriod. Menghasilkan hormon Parathormon yang berfungsi mengatur pertukaran zat kapur dan fosfor dalam darah.

  d. Kelenjar Epifise

  Sampai sekarang peranan kelenjar epifise pada manusia belum diketahui. Tetapi kelenjar epifise pada katak berfungsi untuk pengaturan pigmen melanin. Peranannya adalah saat katak dalam kondisi yang tidak menguntungkan pigmen melanin akan mengumpul dan berakibat kulit katak menjadi pucat.

  e. Kelenjar Thymus (kelenjar kacangan)

  Fungsinya : menimbun hormon somatotrop (=hormon pertumbuhan) dalam masa pertumbuhan.

  f. Kelenjar Suprarenalis (=kelenjar anak ginjal= kelenjar adrenal)

  Terdiri atas dua bagian yaitu : (1) Kortex (bagian kulit) yang menghasilkan : Kortikoid mineral, Gluko-kortikoid,

  Androgen,

  (2) Medulla (bagian dalam) yang menghasilkan hormon Adrenalin (epineprin) yang berfungsi : memacu aktivitas jantung dan menyempitkan pembuluh darah kulit dan kelenjar mukosa , mengendurkan otot polos batang tenggorok sehingga melapangkan pernapasan dan menaikkan kadar gula darah, mempengaruhi pemecahan glikogen dalam hati (glikogenolisis)

  g. Kelenjar Langerhans

  Menghasilkan Hormon Insulin yang berfungsi antagonis dengan hormon Adrenalin yaitu mengubah gula menjadi glikogen dalam hati dan otot. Hiposekresi menyebabkan

  Diabetis mellitus (kencing manis)

  h. Kelenjar Usus dan Lambung

  Kelenjar usus buntu menghasilkan sekretin dan kolesistokinin yang berfungsi merangsang sekresi getah lambung, sedangkan kelenjar lambung menghasilkan hormon

  gastrin.

i. Kelenjar Kelamin

  (1) Kelenjar kelamin pria adalah Testis , menghasilkan hormon Androgen, sel sperma dan hormon testosteron yang berfungsi dalam spermatogenesis dan berefek negatif terhadap sekresi LH (Luteinizing Hormone)

  (2) Kelenjar kelamin wanita berupa ovarium, menghasilkan hormon estrogen , hormon progesteron dan sel telur (ovum) yang berfungsi (1) estrogen = dihasilkan oleh sel folikel de graaf,(2) progesteron = dihasilkan oleh kopus luteum (bekas folikel yang telah ditinggalkan oleh sel telur). Fungsinya : untuk mengatur pertumbuhan plasenta, menghambat sekresi FSH (Folikel Stimulating hormone) dan bagi ibu yang sedang menyusui bersama dengan hormon Laktogen melancarkan air susu. ADH (Anti Diuretik Hormone) kemudian akan menghambat produksi urine.

  Hubungan Hormon dan saraf.

  Hormon diedarkan melalui neurotransmiter sedangkan saraf melalui sinapsis listrik, kerjasama antara keduanya tampak pada saat dehidrasi; caranya sel saraf melacak kemudian mengirimkan sinyal ke Hipothalamus, akhirnya ke Hipofise, dan Hipofise menghasilkan Hormon.

  Sistem Saraf pada Manusia

  Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan.

  Sistem saraf termasuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer (sistem saraf tepi). Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang dan sistem saraf perifer terdiri atas sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Sistem saraf mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menerima informasi dalam bentuk rangsangan atau stimulus; memproses informasi yang diterima; serta memberi tanggapan (respon) terhadap rangsangan.

1. Struktur Saraf

  Sistem saraf pada manusia terdiri dari sel saraf yang biasa disebut dengan neuron dan sel gilial. Neuron berfungsi sebagai alat untuk menghantarkan impuls (rangsangan) dari panca indra menuju otak dan kemudian hasil tanggapan dari otak akan dikirim menuju otot. Sedangkan sel gilial berfungsi sebagai pemberi nutrisi pada neuron.

1.1. Sel Saraf (Neuron)

  Unit terkecil penyusun sistem saraf adalah sel saraf atau bisa juga disebut neuron. Sel saraf adalah sebuahyang berfungsi untuk menghantarkan impuls (rangsangan). Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas tiga bagian utama yang berupa badan sel saraf, dendrit, dan akson. Berikut adalah gambar dan bagian-bagian struktur sel saraf (neuron) beserta penjelasannya:

  1. Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.

  2. Badan Sel adalah bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Badan sel saraf mengandung inti sel dan sitoplasma.

  3. Nukleus adalah inti sel saraf yang berfungsi sebagai pengatur kegiatan sel saraf (neuron).

  4. Neurit (Akson) adalah tonjolan sitoplasma yang panjang (lebih panjang daripada dendrit), berfungsi untuk menjalarkan impuls saraf meninggalkan badan sel saraf ke neuron atau jaringan lainnya. Jumlah akson biasanya hanya satu pada setiap neuron.

  5. Selubung Mielin adalah sebuah selaput yang banyak mengandung lemak yang berfungsi untuk melindungi akson dari kerusakan. Selubung mielin bersegmen-segmen. Lekukan di antara dua segmen disebut nodus ranvier.

  6. Sel Schwann adalah jaringan yang membantu menyediakan makanan untuk neurit (akson) dan membantu regenerasi neurit (akson).

  7. Nodus ranvier berfungsi untuk mempercepat transmisi impuls saraf. Adanya nodus ranvier tersebut memungkinkan saraf meloncat dari satu nodus ke nodus yang lain, sehingga impuls lebih cepat sampai pada tujuan.

  8. Sinapsis adalah pertemuan antara ujung neurit (akson) di sel saraf satu dan ujung dendrit di sel saraf lainnya. Pada setiap sinapsis terdapat celah sinapsis. Pada bagian ujung akson terdapat kantong yang disebut bulbus akson. Kantong tersebut berisi zat kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter dapat berupa asetilkolin dan kolinesterase yang berfungsi dalam penyampaian impuls saraf pada sinapsis. Sel-sel saraf (neuron) bergabung membentuk jaringan saraf. Ujung dendrit dan ujung akson lah yang menghubungkan sel saraf satu dan sel saraf lainnya. Menurut fungsinya, ada tiga jenis sel saraf yaitu:

  1. Sel saraf sensorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi menerima rangsang yang datang kepada tubuh atau panca indra, dirubah menjadi impuls (rangsangan) saraf, dan meneruskannya ke otak. Badan sel saraf ini bergerombol membentuk ganglia, akson pendek, dan dendritnya panjang.

  2. Sel saraf motorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi untuk membawa impuls saraf dari pusat saraf (otak) dan sumsum tulang belakang menuju otot. Sel saraf ini mempunyai dendrit yang pendek dan akson yang panjang.

  3. Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang banyak terdapat di dalam otak dan sumsum tulang belakang. Neuron (sel saraf) tersebut berfungsi untuk menghubungkan atau meneruskan impuls (rangsangan) dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik.

  1.2. Sel Glial

  Sel Glial berfungsi diantaranya untuk memberi nutrisi pada sel saraf. Macam-macam neuroglia diantaranya adalah astrosit, oligodendrosit, mikroglia, dan makroglia.

  2. Sistem Saraf Pusat Pusat saraf berfungsi memegang kendali dan pengaturan terhadap kerja jaringan saraf hingga ke sel saraf. Sistem saraf pusat terdiri atas otak besar, otak kecil, sumsum lanjutan (medula oblongata), dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Otak terletak di dalam tulang tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang terletak di dalam ruas-ruas tulang belakang.

  Tiga materi esensial yang ada pada bagian sumsum tulang belakang serta otak antara lain, yaitu:

  1. Substansi grissea atau bagian materi kelabu yang terbentuk dari badan sel.

  2. Substansi alba atau bagian materi putih yang terbentuk dari serabut saraf.

  3. Jaringan ikat atau sel-sel neuroglia yang ada di dalam system saraf pusat tepatnya di antara sel-sel saraf yang ada. Selain itu, pada sistem saraf pusat terdapat juga Jembatan varol yang tersusun atas serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dengan sumsum tulang belakang. Jembatan varol berfungsi menghantarkan rangsang dari kedua bagian serebelum.

  2.1. Otak Besar

  Otak besar wujudnya kenyal, lunak, ada banyak lipatan, serta berminyak. Otak besar dikelilingi oleh cairan serebrospinal yang berfungsi memberi makan otak dan melindungi otak dari guncangan. Di dalam otak besar terdapat banyak pembuluh darah yang berfungsi memasok oksigen ke otak besar.

  Bila otak besar pada laki-laki beratnya kira-kira 1,6 kg sedangkan bagi perempuan berat otak besar yang di miliki kira-kira adalah 1,45 kg. Jadi otak laki-laki yang lebih berat dikarenakan ukurannya yang juga lebih besar di bandingkan dengan otak wanita. Namun kecerdasan yang dimiliki masing-masing orang baik laki-laki maupun perempuan tidak tergantung dengan berat otak yang mereka miliki. Tapi yang mengukur dan menentukn tingkat kecerdasan yang ada pada otak yaitu yang jumlah hubungan antar saraf satu dengan lainnya itu dalam jumlah banyak.

  2.2. Otak Kecil

  Otak Kecil terletak di bagian belakang kepala dan dekat leher. Fungsi utama otak kecil adalah sebagai pusat koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Jika terjadi rangsangan yang membahayakan, gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil merupakan pusat keseimbangan. Apabila terjadi gangguan (kerusakan) pada otak kecil maka semua gerakan otot tidak dapat dikoordinasikan.

  2.3. Sumsum Lanjutan

  Sumsum lanjutan (sumsum sambung) atau medula oblongata terletak di persambungan antara otak dengan tulang belakang. Fungsi sumsum lanjutan adalah untuk mengatur suhu tubuh, kendali muntah, pengatur beberapa gerak refleks (seperti batuk, bersin, dan berkedip), dan pusat pernapasan. Selain itu, sumsum lanjutan berperan untuk mengantarkan impuls yang datang menuju otak. Sumsum sambung pun mempengaruhi refleks fisiologi, seperti jantung, tekanan darah, volume, respirasi, pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.

  2.4. Sumsum Tulang Belakang Sumsum tulang belakang atau medula spinalis berada di dalam tulang belakang.

  Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan luar yang berwarna putih dan lapisan dalam yang berwarna kelabu. Sumsum tulang belakang dilindungi oleh tulang belakang atau tulang punggung yang keras. Tulang punggung terdiri dari 33 ruas. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat gerak refleks.

  Di dalam sumsum tulang belakang, terdapat saraf sensorik, motorik, dan saraf penghubung. Fungsi saraf-saraf tersebut adalah sebagai pengantar impuls dari otak dan ke otak. Sumsum tulang belakang memiliki fungsi penting dalam tubuh. Fungsi tersebut antara lain menghubungkan impuls dari saraf sensorik ke otak dan sebaliknya, menghubungkan impuls dari otak ke saraf motorik; memungkinkan menjadi jalur terpendek pada gerak refleks. Skema gerak biasa adalah: impuls (rangsangan) > saraf sensorik > otak > saraf motorik > otot > gerakan

  Skema gerak refleks adalah: impuls (rangsangan) > saraf sensorik > sumsum tulang belakang > saraf motorik > otot > gerak refleks

5. Penyakit Pada Sistem Saraf

  Penyakit dan kelainan sistem saraf adalah penyakit atau kelainan yang mempengaruhi fungsi sistem saraf pada manusia. Penyakit dan kelainan dapat terjadi dan menyerang pusat saraf, yaitu otak dan sumsum tulang belakang, atau sel-sel saraf pada jaringan saraf. Karena otak adalah pusat kendali dari semua aktivitas sadar kita – berpikir, berkemauan, mengingat, dan sebagainya – maka penyakit dan kelainan pada otak dapat menyebabkan perubahan dan gangguan yang dirasakan seluruh tubuh. Penyakit dan kelainan otak dapat menyebabkan kekacauan pikir dan emosi, gangguan fungsi organ tubuh, kelainan dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa penyakit yang khususnya menyerang otak. Baik batang otak maupun kulit otak dan otak kecil.

  5.1. Encephalitis

  Encephalitis (Yunani: encekphalos (otak) dan itis (peradangan)) adalah peradangan otak. Peradangan otak ini dapat melibatkan pula struktur terkait lainnya. encephalomyelitis adalah peradangan otak dan sumsum tulang belakang, dan meningoencephalitis adalah peradangan otak dan “meninges” (membran yang menutupi otak). Penyebab encephalitis paling sering adalah karena infeksi mikroorganisme atau zat-zat kimia seperti timbal, arsen, merkuri (air raksa), dll.

  5.2. Stroke

  Kelayuan tiba-tiba otak akibat dari berkurangnya secara drastis aliran darah ke suatu bagian otak atau akibat pendarahan dalam otak. Keadaan ini berdampak antara lain kelumpuhan sementara atau menetap pada satu atau kedua sisi tubuh, kesulitan berkata-kata atau makan, dan lenyapnya koordinasi otot. Merokok, kolestrol tinggi, diabetes, penuaan, dan kelainan turunan adalah faktor utama penyebab stroke.

  5.3. Alzheimer

  Penyakit alzheimer ditandai oleh kerusakan sel saraf dan sambungan saraf di kulit otak dan kehilangan massa otak yang cukup besar. Gejala khas pertama yang muncul adalah pikun. Ketika makin buruk, kehilangan ingatan si penderita juga makin parah. Keterampilan bahasa, olah pikir, dan gerak turun drastis. Emosi jiwa dan suasana hati jadi labil. Penderita cenderung rentan dan lebih peka terhadap stres. Mudah terombang-ambing antara marah, cemas, atau tertekan. Pada tahap lebih lanjut, penderita kehilangan responsibilitas dan mobilitas serta kontrol terhadap fungsi tubuh.

  5.4. Gegar Otak

  Kehilangan sementara fungsi otak yang disebabkan oleh luka relatif ringan pada otak dan tak selalu berkaitan dengan ketidaksadaran. Orang yang kena gegar otak mungkin tak ingat apa yang terjadi sesaat sebelum atau setelah luka. Gejala gegar otak antara lain cadel berbicara, kebingunan berat, koordinasi otot terganggu, sakit kepala, pusing, dan mual.

  5.5. Epilepsi

  Epilepsi adalah kelainan kronik yang dicirikan oleh serangan mendadak dan berulang- ulang yang disebabkan oleh impils berlebihan sel-sel saraf dalam otak. Serangan dapat berupa sawan, hilang kesadaran beberapa saat, gerak atau sensasi aneh bagian tubuh, tingkah laku aneh, dan gangguan emosional. Serangan epilepsi umumnya berlangsung hanya 1-2 menit. Kemudian diikuti oleh kelemahan, kebingungan, atau kekurangtanggapan.

  5.6. Narkolepsi

  Narkolepsi adalahyang ditandai dengan serangan tidur tiba-tiba dan tak terkendali di siang hari, dengan gangguan tidur di malam hari. Penderita bisa mendadak tertidur di mana saja dan kapan saja bahkan saat berdiri atau berjalan. Tidur berlangsung beberapa detik atau menit dan bahkan lebih dari sejam.

  5.7. Afasia

  Afasia adalah kerusakan dalam pengungkapan dan kepahaman bahasa yang disebabkan oleh kerusakan lobus frontal dan temporal otak. Afasia bisa disebabkan oleh luka kepala, tumor, stroke, atau infeksi.

  5.8. Dementia

  Kemunduran kapasitas intelektual – yang kronis dan biasanya kian memburuk – yang berkaitan dengan kehilangan sel saraf secara meluas dan penyusutan jaringan otak. Dementia paling biasa terjadi di kalangan lansia meskipun dementia ini dapat menyerang segala usia. Kondisi dementia dimulai dengan hilangnya ingatan, yang mula-mula tampak sebagai ketidakingatan atau kelupaan sederhana. Ketika memburuk, lingkup kehilangan ingatan meluas hingga penderita tak lagi ingat akan keterampilan, sosial, dan hidup yang paling dasar sekalipun.

  Sistem Indera

  Tubuh manusia mempunyai berbagai organ indera. Masing-masing organ indera dikhususkan untuk mendeteksi adanya rangsang tertentu. Mata mendeteksi adanya cahaya. Hidung dan lidah mendeteksi adanya molekul-molekul zat kimia. Telinga mendeteksi adanya getaran atau gelombang udara. Kulit mendeteksi adanya panas, dingin, sentuhan, dan tekanan. Organ indera bisa menentukan adanya rangsang tertentu karena ada sel-sel reseptor. Reseptor adalah bagian saraf yang menanggapi rangsang. Reseptor tertentu peka terhadap rangsang tertentu.

1. Indera Penglihatan

  Mata merupakan indera penglihatan yang dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina. Kemudian, rangsangan ini dialihkan ke pusat penglihatan melalui serabut-serabut nervus optikus untuk ditafsirkan.

a. Struktur Mata

  Mata manusia berbentuk agak bulat, dilapisi oleh tiga lapis jaringan yang berlainan, yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam mata.

  1) Lapisan luar mata (lapisan sklera)

  Lapisan sklera sangat kuat dan berwarna putih. Di lapisan ini terdapat kornea yang bening, yang menerima cahaya masuk ke bagian dalam mata dan membelokkan berkas cahaya sedemikian rupa sehingga dapat difokuskan.

  2) Lapisan tengah mata (lapisan koroid)

  Lapisan koroid berpigmen melanin dan mengandung banyak pembuluh darah. Lapisan ini berfungsi untuk menghentikan refleksi berkas cahaya yang menyimpang di dalam mata. Lapisan koroid membentuk iris.

  3) Lapisan dalam mata (retina)

  Retina terdiri atas reseptor cahaya yang sesungguhnya, yaitu berbentuk batang dan kerucut. Pada bagian lapisan retina yang dilewati berkas saraf ke otak tidak memiliki reseptor dan tidak peka terhadap sinar. Oleh karena itu, daerah ini disebut bintik buta. Struktur mata mulai dari depan ke belakang, adalah sebagai berikut. 1) Kornea merupakan bagian depan mata yang transparan dan tembus cahaya. Kornea berfungsi membantu memfokuskan bayangan pada retina. 2) Iris adalah tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput koroid. Iris berfungsi mengecilkan atau membesarkan ukuran pupil. Iris menentukan warna mata. 3) Pupil merupakan bintik tengah iris mata dan merupakan celah dalam iris yang dilalui cahaya untuk mencapai retina. 4) Aqueus humor merupakan cairan yang berasal dari badan siliari dan diserap kembali ke dalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran schlemm. 5) Lensa adalah sebuah benda transparan bikonveks (cembung pada kedua sisi). Lensa terletak persis di belakang iris. 6) Vitreus humor merupakan cairan berwarna putih seperti agar-agar. Cairan ini berfungsi untuk memberi bentuk dan kekokohan pada mata. Selain itu, berfungsi juga untuk mempertahankan hubungan antara retina dengan selaput koroid.

b. Reseptor Mata

  Reseptor penglihatan mata ialah sel batang dan sel kerucut, yaitu sel-sel yang tersusun rapat di bawah permukaan retina.

  1) Sel batang

  Sel batang berfungsi untuk penglihatan dalam cahaya suram, tetapi tidak mampu membedakan warna. Agar cahaya dapat diserap, pada sel batang terdapat pigmen yang disebut rodopsin. Untuk pembentukan rodopsin diperlukan vitamin A. Jika kamu kekurangan vitamin A, rodopsin yang dihasilkan sedikit sehingga kamu tidak bisa melihat dalam gelap atau yang disebut buta senja.

  2) Sel kerucut

  Sel kerucut sangat peka terhadap intensitas cahaya tinggi sehingga berperan untuk penglihatan pada siang hari dan dapat membedakan warna. Satu sel kerucut hanya menyerap satu macam warna. Pada mata terdapat tiga sel kerucut yang masing-masing menyerap warna merah, hijau, dan biru.

c. Otot pada Mata

  Mata memiliki enam otot penggerak mata, empat di antaranya lurus, sementara yang dua lagi agak serong. Aksi otot-otot ini memungkinkan bola mata diputar ke segala arah. Biasanya, sumbu kedua mata mengarah serentak pada satu titik yang sama. Jika mata tidak dapat mengarah secara serentak lagi, mata mengalami kelainan yang disebut juling.

2. Indera Pendengaran (Telinga)

  Telinga merupakan organ pendengaran. Telinga terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan rongga telinga dalam.

  a. Telinga Luar

  Telinga luar terdiri atas daun telinga yang merupakan tulang rawan elastis. Daun telinga berfungsi untuk menerima dan mengumpulkan suara yang masuk, terdapat rambutrambut halus yang berfungsi untuk menghalangi benda asing yang masuk. Selain itu, terdapat kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga tidak kering.

  b. Telinga Tengah

  Telinga tengah disebut juga rongga timpani merupakan bilik kecil yang mengandung udara. Rongga ini terletak di sebelah dalam membran timpani atau gendang telinga. Di sebelah depan telinga tengah terdapat saluran eustachius yang menghubungkan rongga dengan faring. Saluran ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara antara udara luar dengan udara di dalam telinga tengah.

  c. Telinga Dalam

  Rongga telinga dalam terdiri atas berbagai rongga yang menyerupai saluran-saluran dalam tulang temporalis. Rongga-rongga ini disebut labirin tulang dan dilapisi membran membentuk labirin membranosa. Labirin tulang terdiri atas tiga bagian, yaitu vestibula, saluran setengah lingkaran yang bersambung dengan vestibula, dan kokhlea. Kokhlea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya seperti rumah siput. Dalam setiap belitan terdapat saluran membranosa yang mengandung ujung-ujung akhir saraf pendengaran. Cairan dalam labirin membranosa disebut endolimfa dan di luar labirin membranosa disebut perilimfa.

  d. Saraf Pendengaran

  Saraf pendengaran (nervus auditorius) terdiri atas dua bagian, salah satunya berkaitan dengan bagian vestibuler rongga telinga dalam yang berhubungan dengan keseimbangan. Serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nukleus vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, kemudian bergerak ke cerebellum. Bagian kokhleris pada nervus auditorus adalah saraf pendengar yang sebenarnya. Cedera pada saraf kokhlearis akan mengakibatkan ketulian saraf. Sedangkan, cedera pada saraf vestibularis akan menimbulkan vertigo.

3. Indera Peraba (Kulit)

  Kulit merupakan indera peraba. Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh dan bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubanglubang masuk. Kulit mempunyai banyak fungsi, yaitu sebagai indera peraba, membantu mengatur suhu dan mengendalikan hilangnya air dari tubuh, dan mempunyai sedikit kemampuan eksretori, sekretori, dan absorpsi. Kulit dibagi menjadi dua lapisan, yaitu epidermis (kutikula) dan dermis (korium).

  a. Epidermis

  Epidermis tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan tanduk dan zona germinalis. Lapisan tanduk (lapisan epidermal) terletak paling luar dan tersusun atas tiga lapisan sel yang membentuk epidermis, yaitu stratum korneum, stratum lusidum, dan stratum granulosum. Zona germinalis terletak di bawah lapisan tanduk, terdiri atas sel berduri dan sel basal. Sel berduri adalah sel dengan fibril halus yang menyambung sel satu dengan yang lain. Sedangkan, sel basal terus-menerus memproduksi sel epidermis baru.

  b. Dermis

  Lapisan dermis tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastis. Pada permukaan dermis tersusun papila-papila kecil yang berisi pembuluh darah kapiler. Ujung akhir saraf sensoris terletak di dalam dermis. Kelenjar keringat yang berbentuk tabung berbelit-belit terletak di sebelah dalam dermis, salurannya melalui dermis dan epidermis, kemudian bermuara ke pori-pori kulit. Pada kulit terdapat beberapa jenis reseptor, antara lain rasa nyeri, rasa panas, rasa dingin, rasa sentuhan, dan rasa tekanan. Kulit dan jaringan di bawahnya bekerja sebagai tempat penyimpanan air dan jaringan adiposa tempat menyimpan lemak. Hal ini sangat diperlukan agar panas tubuh tidak cepat keluar dari tubuh (untuk menghangatkan tubuh).

  4. Indera Perasa ( Pengecap)

  Lidah merupakan indera perasa. Selain membantu proses pencernaan, lidah juga dapat merasakan rasa makanan. Permukaan lidah kasar karena terdapat tonjolan yang disebut papila. Papila ini berfungsi untuk mengecap. Ada empat macam rasa kecapan, yaitu rasa manis, pahit, asam, dan asin. Umumnya, makanan memiliki ciri harum dan ciri rasa. Ciri harum merangsang ujung saraf penciuman, bukan pengecapan. Agar dapat dirasakan, semua makanan harus menjadi cairan dan harus bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima rangsangan berbeda-beda. Reseptor rasa manis dan asin terdapat di ujung lidah, rasa pahit di pangkal lidah, dan untuk rasa asam ada di sisi lidah bagian dalam.

  5. Indera Penciuman

  Indera penciuman terdapat di rongga hidung. Sel-sel sensori penerima rangsang berupa bau terdapat di lapisan epitel dalam rongga hidung dan dilindungi oleh mukus (lendir). Di akhir setiap sel sensori terdapat silia atau rambut pembau. Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang terhirup. Rasa penciuman ini sangat peka, tetapi kepekaan ini mudah hilang bila dihadapkan pada suatu bau yang sama untuk waktu yang lama. Rasa penciuman akan melemah bila kamu sedang flu karena terdapat penumpukan cairan yang menghalangi silia untuk membaui sesuatu.

C. Kelainan pada Sistem Saraf dan Sistem Indera

  Terdapat beberapa kelainan yang dapat terjadi pada sistem koordinasi dan panca indera, antara lain sebagai berikut:

  1. Meningitis

  Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu. Meningitis merupakan penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.

  2. Alzheimer

  Alzheimer adalah jenis kepikunan yang mengerikan karena dapat melumpuhkan pikiran dan kecerdasan seseorang. Keadaan ini ditunjukkan dengan kemunduran kecerdasan dan ingatan secara perlahan sehingga mengganggu kegiatan sosial sehari-hari. Alzheimer timbul karena adanya proses degenerasi sel-sel neuron otak. Menurut dr. Samino, SpS (K), Ketua Umum Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI), alzheimer merupakan penyakit pembunuh otak karena mematikan fungsi sel-sel otak. Orang yang rentan terserang alzheimer ini adalah para lansia di atas 60 tahun, tetapi orang dewasa muda juga tak tertutup kemungkinan bila memiliki faktor resiko keturunan. Bahkan, menurut Samino, penderita demensia alzheimer berusia 40 tahun pernah ditemukan di Indonesia. Alzhemier dapat dicegah sejak dini dengan mengenali gejala-gejalanya. Berikut ini adalah beberapa tanda atau gejala yang patut diwaspadai tentang kemungkinan hadirnya penyakit alzhemier: a) Kemunduran memori/daya ingat.

  b) Sulit melaksanakan kegiatan/pekerjaan sederhana.

  c) Kesulitan bicara dan berbahasa.

  d) Sulit dalam berhitung.

  e) Salah meletakkan benda. f) Penampilan buruk karena lupa cara berpakaian atau berhias.

  g) Perubahan emosi dan perilaku.

  h) Gangguan berpikir abstrak atau kemampuan imajinasi penderita terganggu. i) Hilang minat dan inisiatif, misalnya cenderung menjadi pendiam, tak mau bergaul, dan menyendiri. j) Tidak dapat membedakan berbagai jenis bau-bauan (kecuali sedang menderita flu).

  3. Dermatitis Atopik Dermatitis atopik atau eksema adalah peradangan kronik kulit yang kering dan gatal.

  Pada umumnya dimulai di awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur. Eksema merupakan penyakit tidak menular. Sebagian besar anak akan sembuh dari eksema sebelum usia 5 tahun. Sebagian kecil anak akan terus mengalami eksema hingga dewasa. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun penanganan yang tepat akan mencegah dampak negatif penyakit ini terhadap anak yang mengalami eksema dan keluarganya.

  4. Anosmia

  Anosmia adalah hilangnya atau berkurangnya kemampuan untuk membaui, merupakan kelainan yang paling sering ditemui. Penciuman dapat dipengaruhi oleh beberapa perubahan di dalam hidung, di dalam saraf yang berasal dari hidung menuju ke otak atau di dalam otak. Misalnya, jika rongga hidung tersumbat karena pilek, penciuman bisa berkurang karena bau tidak sampai ke penerima bau. Kemampuan membaui akan mempengaruhi rasa sehingga pada penderita pilek, rasa dari makanan terasa kurang enak. Sel-sel penciuman kadang mengalami kerusakan sementara oleh virus flu. Beberapa penderita tidak dapat membaui atau merasa dengan baik setelah mengalami flu. Kadang, hilangnya penciuman atau pengecapan berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan bersifat menetap.

  5. Otitis

  Radang telinga atau otitis adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius (saluran yang menghubungkan telinga tengah dan rongga mulut), antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Sebagian besar anakanak pernah mengalami radang telinga dan tidak sedikit yang mengalami gangguan pendengaran akibat penanganan yang terlambat. Bila terjadi proses radang pada telinga tengah, tentu akan terjadi gangguan dalam penghantaran bunyi/suara ke telinga dalam. Akibatnya, kamu seperti menjadi tuli. Penyebab terjadinya radang pada telinga tengah, antara lain: a) Perubahan tekanan udara yang tiba-tiba.

  b) Alergi.

  c) Infeksi.

  d) Sumbatan pada telinga.

  6. Tuli

  Tuli merupakan gangguan pendengaran karena kerusakan saraf pendengaran, infeksi bakteri, atau jamur. Tuli merupakan gejala utama radang telinga (otitis). Gendang telinga terlihat utuh, namun tertarik/retraksi, suram, kuning kemerahan, atau keabu-abuan. Penderita tuli tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang diucapkan oleh orang lain. Akibatnya, ketika berkomunikasi dengan temannya yang lain, terkadang tidak nyambung. Dalam kondisi yang sudah parah, penderita tuli tidak dapat mendengar sama sekali apa yang diucapkan oleh orang lain. Penderita tuli akan sulit bersosialisasi dengan orang lain. Oleh karena itu, penderita tuli dapat dibantu dengan alat bantu pendengaran. Alat ini biasanya dipasang di telinga bagian luar. Dengan alat ini, penderita tuli dapat mendengar dengan jelas.

  7. Buta Warna

  Istilah buta warna dapat diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut pada retina mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga warna objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya. Penyebab buta warna adalah faktor keturunan, gangguan terjadi biasanya pada kedua mata, namun tidak memburuk. Penyebab lainnya adalah kelainan yang didapat selama kehidupannya, misalnya kecelakaan/trauma pada mata, umumnya kelainan hanya terjadi pada salah satu mata saja dan bisa mengalami penurunan fungsi seiring berjalannya waktu.

  8. Katarak

  Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya bening dan tembus cahaya menjadi keruh sehingga menyebabkan gangguan pada penglihatan. Pada umumnya, katarak merupakan proses penuaan pada mata. Paparan sinar ultraviolet jangka panjang, penggunaan obat-obatan dan penyakit tertentu, misalnya diabetes, juga dapat mempercepat timbulnya katarak. Katarak juga dapat merupakan bawaan lahir, artinya semenjak dilahirkan sudah menderita katarak. Beberapa gejala umum katarak, antara lain: a) Pandangan menjadi kabur atau ukuran kacamata yang sering berubah.

  b) Warna-warna tampak kusam.

  c) Susah melihat di tempat yang terang akibat silau.

  d) Kesulitan saat membaca atau mengemudi di malam hari. Penderita katarak dapat dibantu dengan menggunakan kacamata yang sesuai. Akan tetapi, jika penglihatan penderita katarak tidak dapat diperbaiki dengan kacamata, harus dilakukan operasi katarak. Operasi katarak dapat dilakukan oleh dokter mata.

  9. Hipermetropi

  Hipermetropi (rabun dekat) adalah suatu keadaan dimana lensa mata tidak dapat menyembung atau bola mata terlalu pendek sehingga bayangan benda jatuh di belakang retina. Penderita hipermetropi akan merasa tidak jelas pada saat melihat benda dari jarak dekat, meskipun untuk jarak jauh masih lumayan jelas. Keadaan ini akan diperparah lagi jika sudah menginjak usia tua. Kesulitan yang hebat akan dialami saat melihat dari jarak dekat atau membaca. Penderita hipermetropi dapat ditolong dengan lensa cembung atau positif. Dengan menggunakan kacamata yang berlensa cembung, penglihatan penderita hipermetropi menjadi normal kembali.

  10. Miopi

  Miopi (rabun jauh) adalah suatu keadaan dimana lensa mata terlalu cembung atau bola mata terlalu panjang sehingga bayangan mata jatuh di depan retina. Miopi biasanya terjadi pada anak-anak remaja usia 8 sampai 14 tahun. Faktor yang menyebabkannya adalah keturunan membaca sambil tiduran, menonton televisi dari jarak yang terlalu dekat, atau menggunakan komputer terlalu lama. Penderita rabun jauh dapat ditolong dengan lensa cekung atau negatif. Dengan menggunakan kacamata yang berlensa cekung, penderita miopi dapat melihat dengan jelas dan normal.

  11. Presbiopi

  Presbiopi adalah hilangnya kemampuan mata untuk melakukan akomodasi karena umur. Karenanya, presbiopi disebut juga sebagai mata tua. Pada umumnya, penderita presbiopi berumur di atas 60 tahun. Gejala yang nampak biasanya dimulai dengan hilangnya kemampuan membaca pada jarak normal, namun tidak mempengaruhi penglihatan jarak jauhnya. Hilangnya daya akomodasi mata akibat menurunnya kemampuan mata untuk mengubah bentuk lensa mata. Salah satu cara untuk mengatasi presbiopi adalah dengan menggunakan kacamata fokus ganda (bifokal). Bagian bawah lensa mata memiliki kuat lensa yang lebih besar ibandingkan bagian atas karena pada saat melihat benda dekat diperlukan kuat lensa yang lebih besar.

  12. Astigmatisme

  Astigmatisme adalah suatu keadaan dimana permukaan lensa mata tidak sama sehingga fokus dan bayangan yang terbentuk tidak sama. Kelainan ini dapat ditolong dengan lensa silindris. NAPZA dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu stimulan, depresan dan halusinogen. Dampak buruk penyalahgunaan NAPZA : gangguan fisik ( gangguan jantung dan paru-paru), psikologis (penurunan berfikir rasional), pemborosan ekonomi, rusaknya hubungan sosial

E. Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan Pertama (2 JP)

  a. Kegiatan Pendahuluan

  4) Memotivasi: Guru menyampaikan manfaat mempelajari materi tentang sistem koordinasi, agar tetap berfungsi dengan baik. 5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

  b. Kegiatan Inti

   Mengamati 1) Peserta didik mengamati gambar beberapa masalah kelainan sistem endokrin (Guru menyajikan gambar seseorang menderita gondok, gigantisme, kretinisme)

   Menanya 1) Guru membimbing peserta didik dalam mengorganisasi hal-hal yang akan dipelajari berdasarkan pertanyaan yang dimunculkan.  Mengumpulkan informasi/mencoba

1) Peserta didik mengumpulkan informasi melalui studi literatur mengenai macam-macam hormon, lokasi kelenjar dan fungsi hormon bagi tubuh.

   Menalar/mengasosiasi 1) Peserta didik berdiskusi /menganalisis tentang macam-macam hormon, lokasi kelenjar dan fungsi hormon bagi tubuh sampai dengan menyusun laporan hasil studi literatur.  Mengomunikasikan 1) Peserta didik menganalisis hasil tentang macam-macam hormon, lokasi kelenjar dan fungsi hormon bagi tubuh.

  1) Guru membimbing siswa menyimpulkan tentang macam-macam hormon, lokasi kelenjar dan fungsi hormon bagi tubuh ditulis sebagai rangkuman. 2) Memberi kesempatan peserta didik untuk merefleksi materi yang telah diterima. 3) Tindak lanjut/penugasan : Siswa diminta mencari informasi dan gambar-gambar indera pada manusia, sebagai bahan diskusi minggu depan.

  4) Mengakhiri pelajaran dengan mengucap salam dan atau doa.

  1) Guru memberikan salam dan berdoa bersama 2) Guru mengabsen, mengondisikan kelas dan pembiasaan 3) Apersepsi: Guru menggali pengetahuan siswa tentang pengertian sistem koordinasi terutama sistem hormon.

c. Kegiatan Penutup

2. Pertemuan Kedua (2 JP)

   Mengamati 1) Mengamati gambar bagian-bagian otak dan mencari informasi tentang fungsinya

  b. Kegiatan Inti

  1) Pemusatan perhatian dan pemotivasi siswa dengan menjawab Pre Test 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini mengenai sistem saraf pada manusia

  a. Kegiatan Pendahuluan

  2) Mengamati gambar bagian-bagian dari sumsum tulang belakang dan juga mencari informasi fungsi dari setiap bagiannya 3) Mengamati percobaan gerak refleks yang dilakukan oleh perwakilan dalam sietiap kelompok siswa

   Menanya 1) Melakukan tanya jawab kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa setelah melakukan studi literatur. Berikut beberapa pertanyaan sebagai bahan diskusi siswa:

  a) Apa sajakah bagian-bagian otak?

  b) Apa sajakah bagian dari sumsum tulang belakang?

  c) Apa perbedaan antara gerak sadar dan gerak refleks?  Mengumpulkan informasi/mencoba

  1) Mencari informasi dari buku literatur dan juga internet mengenai sistem saraf pada manusia 2) Membuat bagan konsep sederhana tentang sistem saraf yang mencakup sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi