1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Kasus Pengusiran Pencari Suaka Di Australia Menurut Hukum Internasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti

  manusia itu mati dalam hidup. Harapan tersebut bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing

  • – masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan pun tergantung pada usaha orang tersebut yang mempunyai harapan.

  Hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas. Sikap mental dan cara berpikir kita menentukan semangat perjuangan dan kualitas hidup yang akan kita dapatkan. Untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, peranan berbagai pihak dan sektor sangat penting. Akan tetapi dalam meningkatkan kualitas hidup ini tidak semua bangsa memiliki modal dan kesempatan yang sama untuk memulai dan mencapai tingkat kualitas hidup yang diinginkan.

  Suaka adalah lembaga yang sama tuanya dengan peradaban manusia. Bermula pada tradisi masyarakat sederhana, suaka kemudian dikenal dalam perkembangan agama-agama besar di dunia.Selanjutnya, lembaga suaka hidup dalam praktik hubungan antar bangsa dan, akhirnya, sekarang ini, menjadi lembaga yang diakui dan dihormati sebaga lembaha hukum kebiasaan

  1 internasional.

  Jutaan anak-anak, pria dan wanita telah menderita akibat eksploitasi konflik etnis agama atau perang saudara. Jumlah ini dari tahun ke tahun meningkat secara tajam, misalnya dalam kurun waktu 1992-1995 ada 180 juta pengungsi yang disebabkan bencana alam (natural disaster). Melihat hal ini Majelis Umum PBB telah mencanangkan periode 1990- 2000 sebagai “The

  

International Decade for Natural Disaster Reduction” (United Nations, 1995;

  2 217-218).

  Saat ini, perlindungan pengungsi masih menjadi alasan bagi keberadaan UNHCR sekitar 26 juta orang di dunia menjadi perhatian UNHCR. Mereka mencakup lebih dari 13.2 juta pengungsi, sedikitnya 4,7 juta orang yang terusir secara internal, 8,1 juta lainnya merupakan korban perang dan returnee. Jumlah paling besar berasal dari Afganistan (2,3 juta), Rwanda (1,7 juta), Bosnia dan Herzegovina (1,3 juta), Liberia (750.000), Irak (630.000), Somalia(466.000), Sudan (424.000), Eritrea (362.000), Angola (324.000), dan Sierra Leone

  3 (320.000) (UNHCR, 1998: 6).

  Sejak lahir manusia mempunyai hak atau biasa disebut dengan hak asasi manusia. Berbagai hak tersebut telah diakui dalam konvensi internasional dan peraturan perundang 1 – undangan nasional. Misalnya, hak atas kehidupan yang

  Sulaiman Hamid, Lembaga Suaka Dalam Hukum Internasional, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Hal.VII. 2 “Perlindungan Pengungsi (Refugee) Menurut Hukum Internasional”, dimuat dalam

http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Jurnal/196004161986011002PERLINDUNGAN%20PEN GUNGSI.doc konvensi 1951, diakses pada 5 Juni 2014. 3 layak, hak atas pengakuan di depan hukum, hak kebebasan menyatakan pendapat, hak kebebasan memeluk agama, hak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang

  • – wenang. Sering kali berbagai kepentingan menjadi sebuah pertengkaran yang tak kunjung selesai. Persoalan menjadi berat ketika sekelompok manusia dihadapkan pada persoalan penindasan penguasa atas hak
  • – hak yang dimilikinya. Manusia cenderung melakukan perlawanan atas hak yang semestinya. Perlawanan yang berlabelkan perjuangan tersebut kadang kala juga mengorbankan jiwa dan raga.

  Walaupun bangsa

  • – bangsa dunia telah sepakat memproklamasikan sebuah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, kemudian diikuti dengan berbagai instrument/peraturan lainnya, baik yang disebut Konvensi/Perjanjian, Protokol, Deklarasi, Komitmen dan sebagainya. Namun perjuangan untuk menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM), dianggap sangat berat dan semakin panjang. Dengan

  4 adanya berbagai instrumen itu, bukan berarti pelanggaran HAM lantas berhenti.

  Teknik tradisional yang biasa dalam hukum internasional mengenai perlindungan terhadap individu ialah pengaturan

  • – pengaturan konvensional yang dirumuskan oleh berbagai negara. Namun pengaturan
  • – pengaturan konvensional ini diperlemah dengan tidak adanya sanksi dan terutama tidak adanya kemungkinan bagi individu untuk membawa tuntutan ke yurisdiksi internasional bila terjadinya pelanggaran terhadap keten
  • – ketentuan konvensional oleh suatu negara. Akhirnya berhasil juga dibuat beberapa naskah yang memberikan kemungkinan kepada individu untuk secara langsung mempertahankan hak
  • 4<
  • –hak

  M. Ghufran H. Kordi K., HAM Tentang Kewarganegaraan, Pengungsi, Keluarga &amp; asasinya di depan suatu yurisdiksi internasional tanpa harus melalui prosedur perlindungan diplomatik. Memang benar bahwa banyak ketentuan internasional yang menyangkut individu

  • – individu baik dalam bentuk keuntungan – keuntungan yang diberikan maupun kewajiban
  • – kewajiban yang harus mereka laksanakan. Namun demikian tidak berarti bahwa indi
  • – individu secara otomatis merupakan subjek hukum internasional karena dalam banyak hal, negara

  5 bertindak sebagai layar antara mereka dan hukum internasional.

B. Rumusan Masalah

  Kasus pengusiran pencari suaka di Australia ini sangat hangat diperbincangkan oleh masyarakat Internasional. Dalam rangka melindungi para pencari suaka (asylum seeker) maka muncul beberapa permasalahan yang akan menjadi lingkup kajian tulisan ini:

1. Bagaimana pengaturan hukum internasional atas pencari suaka? 2.

  Bagaimana tinjauan yuridis terhadap kasus pengusiran pencari suaka di Australia menurut hukum internasional ? 3. Bagaimana tinjauan hukum internasional terhadap pelaku pelanggar HAM yang dialami pencari suaka di Australia?

5 Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

  Tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1.

  Untuk mengetahui aturan-aturan hukum internasional tentang suaka.

  2. Untuk mengetahui aspek hukum internasional terkait perlindungan bagi para pencari suaka dalam upaya memperoleh hak suakanya.

  3. Untuk mengetahui tindakan hukum internasional terkait pengusiran pencari suaka yang dapat terjadi di negara manapun.

  Manfaat penulisan skripsi ini adalah : a.

  Manfaat teoritis 1.

  Untuk memberikan informasi mengenai aspek hukum internasional dalam melindungi para pencari suaka dan pengungsi dalam upaya penyelamatan dunia dari penindasan terhadap masyarakat internasional.

  2. Untuk menambah bahan pustaka bagi penelitian di bidang yang sama yakni pengaturan mengenai perlindungan terhadap pencari suaka dan pengungsi yang berkaitan dengan hak asasi manusia.

  b.

  Manfaat praktis 1.

  Untuk memberikan masukan kepada pemerintah dalam melakukan perlindungan terhadap para pencari suaka.

  2. Untuk memberikan pengertian terhadap setiap negara yang dituju para pencari suaka untuk tidak menolak/mengusir pencari suaka berdasarkan keputusan sepihak.

D. Keaslian Penulisan

  Adapun skripsi yang berjudul

  “Tinjauan Yuridis Terhadap Kasus

Pengusiran Pencari Suaka Di Australia Menurut Hukum Internasional”

  merupakan tulisan yang masih baru dan belum ada tulisan lain dalam bentuk skripsi yang membahas mengenai masalah ini. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperoleh dari Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, judul skripsi ini belum pernah dikemukakan dan permasalahan yang diajukan juga belum pernah diteliti. Maka penulisan skripsi ini masih orisinil dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

  Tinjauan Kepustakaan E.

  Dalam penulisan skripsi ini akan digunakan beberapa istilah. Terutama bagaimana pengertian suaka sebenarnya dan juga hal

  • – hal yang berkaitan mengenai HAM.

1. Pengertian Mengenai Suaka

  Suaka adalah tempat mengungsi (berlindung), menumpang, menumpang

  6

  hidup. Dr. Kwan Sik, SH, mengatakan suaka adalah perlindungan yang diberikan kepada individu oleh kekuasaan lain atau oleh kekuasaan dari Negara lain (Negara

  7 yang memberikan suaka).

  Oppenheim Lauterpacht mengatakan bahwa suaka adalah dalam hubungan dengan wewenang suatu negara mempunyai kedaulatan diatas teritorialnya untuk 6 7 “Suaka”, dalam http://kbbi.web.id/suaka memperbolehkan seorang asing memasuki dan tinggal di dalam wilayahnya dan

  8 atas perlindungannya.

  Prof. Dr. F. Sugeng Istanto, SH., mengatakan : bahwa asylum adalah perlindungan individu di wilayah negara asing tempat ia mencari perlindungan.

  Asylum merupakan perlindungan negara asing di wilayah negara tersebut di kediaman perutusan asing atau di kapal asing. Dengan adanya perlindungan itu

  9 individu tersebut tidak dapat diambil oleh penguasa negara lain.

  J. G. Starke menegaskan pula bahwa konsepsi suaka dalam Hukum

  10 Internasional adalah mencakup dua unsur yaitu :

a) Pernaungan yang lebih daripada pelarian sementara sifatnya.

  b) Pemberian perlindungan dari pembesar – pembesar yang menguasai daerah suaka secara aktif.

  Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan : 1)

  Suaka (asylum), yaitu suatu perlindungan yang diberikan oleh suatu negara kepada seorang individu atau lebih yang memohonnya dan alasan mengapa individu atau individu

  • – individu itu diberikan perlindungan adalah berdasarkan alasan perikemanusiaan, agama, diskriminasi ras, politik, dan sebagainya.

  2) Pengungsi (refugee) yaitu orang yang terpaksa memutuskan hubungan dengan Negara asalnya karena rasa takut yang berdasar mengalami

  11 8 persekusi (persecution) dan tak mungkin kembali. 9 Ibid. 10 Ibid. Suaka terbagi atas beberapa jenis suaka, yaitu : 1)

  Territorial Asylum (Suaka Wilayah)

  Territorial Asylum adalah bahwa si individu yang memohon suaka adalah

  keluar dari Negara asalnya dan memasuki wilayah Negara lain untuk memohon perlindungan agar kepada dirinya tidak dikenakan jurisdiksi dari Negara asalnya.

  12

  2) Diplomatic Asylum (Suaka Diplomatik)

  Diplomatic Asylum adalah suaka yang diberikan oleh suatu kedutaan yang

  berada di wilayah negara pemohon sehingga terhadap si pemohon tidak usah dikenakan jurisdiksi negara setempat (negara asalnya).

  13 2.

   Pengertian Mengenai Hak Asasi Manusia

  Secara etimologis, hak asasi manusia terbentuk dari tiga (3) kata, yaitu: hak, asasi, dan manusia. Dua kata pertama, hak dan asasi, berasal dari bahasa Arab, sementara kata manusia adalah kata dalam bahasa Indonesia. Kata haqq diambil dari akar kata haqqa, yahiqqu, haqqaan yang berarti benar, nyata, pasti, tetap, dan wajib. Apabila dikatakan,

  “Yahiqqu” alaika an taf”ala kadza,” itu

  artinya kamu wajib melakukan seperti ini. Berdasarkan pengertian tersebut, haqq adalah kewenangan atau kewajiban untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Kata asasiy berasal dari akar kata assa, yaussu, asaan dapat juga berarti “asal”, “asas”, “pangkal”, yang bermakna dari dasar segala sesuatu.

  Dengan demikian, asasi artinya segala sesuatu yang bersifat mendasar dan 11 Ibid . Hal. 47-48. 12 Sulaiman Hamid, Lembaga Suaka Dalam Hukum Internasional, Op. Cit. Hal. 65. 13

  fundamental yang selalu melekat pada objeknya. HAM dalam bahasa Indonesia

  14

  diartikan sebagai hak – hak mendasar pada diri manusia.

  Menurut John Locke, hak asasi adalah hak yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Artinya, hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya, sehingga sifatnya suci.

  Miriam Budiardjo membatasi pengertian hak

  • – hak asasi manusia sebagai hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya didalam masyarakat. Menurut Oemar Seno Adji yang dimaksud dengan hak
  • – hak asasi manusia ialah hak yang melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya tidak boleh

  15 dilanggar oleh siapapun, dan yang seolah-olah merupakan suatu holy area.

  Hak asasi (fundamental rights) artinya hak yang bersifat mendasar (grounded), pokok atau prinsipil. HAM menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang bersifat mendasar. Adanya hak pada seseorang berarti bahwa ia mempunyai suatu “keistimewaan” yang membuka kemungkinan baginya untuk diperlakukan sesuai dengan “keistimewaan” yang dimilikinya. Sebaliknya juga, adanya suatu kewajiban pada seorang berarti bahwa diminta darinya suatu sikap yang sesuai

  16 dengan “keistimewaan” yang ada pada orang lain.

14 Nurhidayat Syarif, Ali Mahrus, Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat In Court System & Out Court System , Gramata Publishing, Jakarta, 2011. Hal. 6.

  15 “Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)“, sebagaimana dimuat dalam diakses pada 5 Maret

  2015. 16

F. Metode Penelitian

  Suatu metode ilmiah dapat dipercaya apabila disusun dengan mempergunakan suatu metode yang tepat. Metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Metode adalah pedoman

  • – pedoman, cara seseorang mempelajari dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapi. Sebagaimana suatu tulisan yang bersifat ilmiah dan untuk mendapatkan data yang valid dan relevan dengan judul dan tujuan penulisan skripsi ini, maka penulis berusaha semaksimal mungkin mengumpulkan data
  • – data yang valid dan relevan tersebut sehingga tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut: 1.

   Jenis Penelitian

  Metode penelitian yang dipakai adalah Metode Pendekatan Yuridis Normatif (legal research) yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder berupa sumber

  • – sumber hukum internasional sebagai pedoman. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi konsep perlindungan para pencari suaka, aturan
  • – aturan hukum internasional mengenai pencari suaka, dan apakah benar aturan mengenai perlindungan pencari suaka b
  • – benar terlaksana dengan baik, serta peran hukum internasional dan masyarakat internasional dalam menerapkan aturan tersebut demi melindungi hak asasi setiap manusia.
Metode berpikir yang digunakan adalah Metode Berpikir Deduktif, yaitu cara berpikir dalam penarikan kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum yang sudah dibuktikan kebenarannya dan kesimpulan itu ditujukan untuk sesuatu yang sifatnya khusus. Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yakni penelitian untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang suatu gejala atau fenomena, dalam hal ini adalah perlindungan terhadap pencari suaka dalam upaya menegakkan hak asasi manusia yang tertindas.

  2. Sumber Data

  Data yang diperlukan adalah data sekunder. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti hasil

  • – hasil penelitian dan tulisan para ahli hukum, buku – buku, pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.

  3. Teknik Pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menulis skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan adalah dengan studi pustaka (library research) yakni pengumpulan data yang dilakukan secara studi kepustakaan dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

  Metode Library Research adalah dengan mempelajari sumber-sumber atau bahan

  • – bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan buku
  • – buku, wacana yang dikemukakan oleh para sarjana hukum internasional yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, dokumen, artikel, peraturan yang berkaitan, koran, dan majalah.

4. Metode Analisis Data

  Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis data secara kualitatif, yakni data yang ada adalah data yang digambarkan dalam kalimat, tidak ada unsur angka tetapi tidak mengurangi validitas data tersebut.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan atau gambaran isi yang dimaksud dalam mengemukakan garis

  • – garis besar dari uraian skripsi. Secara garis besar pembahasan skripsi ini akan dibagi dalam 5 (lima) bab. Setiap bab menguraikan masalah-masalah tersendiri secara sistematis dan berhubungan antara satu bab dengan bab lainnya. Masing – masing bab dibagi lagi dalam sub bab sesuai dengan kebutuhan penulisan skripsi ini. Dengan pembagian tersebut diharapkan akan mempermudah pemahaman pembaca untuk mengetahui inti pembahasan secara keseluruhan. Sistematika penulisan skripsi ini, yaitu:

  BAB I Merupakan bab pendahuluan yang membahas mengenai latar belakang pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  BAB II Menerangkan mengenai pencari suaka, sejarah munculnya suaka, peranan organisasi internasional dalam melindungi pencari suaka dan aturan

  • – aturan hukum internasional lainnya dalam melindungi pencari suaka.
BAB III Mengurai tentang aspek yuridis dari tindakan pemerintah Australia terhadap pengusiran pencari suaka di wilayah lautnya, bagaimana dampak dari pengusiran pencari suaka di Australia dalam hubungan Indonesia dengan Australia dan upaya hukum internasional yang dapat dilakukan untuk Australia.

  BAB IV Menguraikan tentang pengaturan hukum internasional terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang dialami pencari suaka dan perangkat hukum internasional lainnya dalam melindungi hak asasi pencari suaka.

  BAB V Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan uraian pembahasan dan beberapa saran penulis yang mungkin dapat bermanfaat.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SERIOUS CYBERLOAFING 1. Pengertian Serious Cyberloafing - Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Serious Cyberloafing di PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Regional I Medan

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Serious Cyberloafing di PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Regional I Medan

0 0 11

Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Serious Cyberloafing di PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Regional I Medan

0 0 10

Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan Strategi Self- Regulated Learning Siswa Kelas X dan XI Unggulan Pada SMA Negeri 3 Medan

1 2 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Regulated Learning 1. Pengertian Self-Regulated Learning - Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan Strategi Self- Regulated Learning Siswa Kelas X dan XI Unggulan Pada SMA Negeri 3 Medan

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan Strategi Self- Regulated Learning Siswa Kelas X dan XI Unggulan Pada SMA Negeri 3 Medan

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Perancangan Fasilitas Kerja di Bagian Produksi PT. Mewah Indah Jaya dengan Menggunakan Macroergonomic Analysis And Design (MEAD)

0 2 8

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Perencanaan Aktivitas Distribusi Dengan Menggunakan Metode DRP (Distribution Resource Planning) Untuk Efisiensi Biaya Distribusi

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN - Perencanaan Aktivitas Distribusi Dengan Menggunakan Metode DRP (Distribution Resource Planning) Untuk Efisiensi Biaya Distribusi

0 1 10

BAB II ATURAN - ATURAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI SUAKA A. Pengertian dan Istilah Pencari Suaka - Tinjauan Yuridis Terhadap Kasus Pengusiran Pencari Suaka Di Australia Menurut Hukum Internasional

0 0 22