Artikel Utama Edisi 46-DIH (4)

Peran Pusat Penelitian Limnologi LIPI Dalam Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa :
Sebuah Otokritik dari Dimensi Modal Sosial
Dede Irving Hartoto, PhD
Email: dirvingh@yahoo.com; lhartoto@indo.net.id

Sejarah Kelembagaan P2 L-LIPI
Pada tahun 1986 dengan Keputusan Presiden No. 1 Tahun 1986 lahirlah PUSAT PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN LIMNOLOGI, sebuah lembaga penelitian di bawah LIPI untuk melakukan
kajian-kajian ilmiah tentang seluruh aspek pada sistem perairan darat Indonesia dengan pendekatan
multidisiplin keilmuan secara terintegrasi untuk pengelolaan dan pendayagunaannya. Namanya
kemudian berubah menjadi PUSAT PENELITIAN LIM NOLOGI-LIPI (P2L-LIPI) dan para pimpinannya
telah berganti berkali-kali, tetapi ada pertanyaan besar apakah sejauh ini P2L-LIPI sebagai institusi
riset berskala nasional ini sudah menjalankan fungsi keilmuannya dalam mencerdaskan kehidupan
dan meningkatkan kesejahteraan bangsa seperti yang diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945?
Sebagai lembaga pemerintah, tugas P2L-LIPI seperti yang tersurat dalam Keputusan Kepala
LIPI Nomor 1151/M/2001 adalah melaksanakan penelitian dan penyiapan kebijakan, penyusunan
pedoman, pemberian bimbingan teknis, penyusunan rencana dan program, pelaksanaan penelitian
bidang limnologi, serta evaluasi dan penyusunan laporan. Bila dirujuk pada web site P2L-LIPI, institusi
ini mempunyai visi menjadi pusat rujukan ( new frontiers, policy, goods and services ) di bidang
limnologi dalam upaya melestarikan, memperbaiki serta memanfaatkan sumber daya perairan darat

untuk meningkatkan kemakmuran bangsa Indonesia melalui pengembangan kompetensi inti yang
berlandaskan etika keilmuan. Visi yang sangat indah dalam kata-kata ini kemudian dilengkapi dengan
misi yang tak kalah cantiknya yaitu:
a. Mengembangkan P2 L LIPI menjadi lembaga yang efisien dan efektif berdasarkan
konsep-konsep pengelolaan kelembagaan yang baik ( good institutional governance ),
b. Menguasai konsep-konsep (sistem dan proses) limnologis, untuk mengatasi persoalan
sistem biotik perairan, sistem kualitas air, hidrodinamika perairan, kebijakan
pengelolaan perairan serta konservasi biota asli Indonesia,
c. Memperkuat jaringan dan kerjasama penelitian dalam dan luar negeri, serta
pemasyarakatan IPTEK dengan mengoptimalkan kinerja jasa dan informasi,
d. Berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya menjaga
keseimbangan ekosistem dalam mendayagunakan dan mengelola sumberdaya
perairan darat yang berpotensi menimbulkan konflik.
Pada proses pengembangannya dan tuntutan masyarakat untuk dicerdaskan, sekitar tahun
2005 berdirilah bangunan Stasiun Limnologi dan Alih Teknologi-LIPI yang terletak ditepi Danau
Maninjau (A=9737.5 Ha), Sumatera Barat. Berdasarkan SK Kepala LIPI No. 659/M/2011 tanggal 12
Juli 2011, stasiun ini sebagai sarana penelitian, pegembangan ilmu limnologi dan pemberdayaan
masyarakat di sekitarnya dalam pengelolaa danau yang dikelola oleh Puslit Limnologi -LIPI.
Sebenarnya secara geografis, posisi stasiun ini sangat strategis ditengah persaingan dalam kontribusi
untuk bangsa dengan institusi pengkajian ilmiah serumpun dengan P 2L-LIPI yang sudah ada di Pulau

Sumatera, yang berasal dari Kementerian Kelautan Perikanan dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Jadi sebenarnya posisi geografis SLAT-LIPI di Maninjau harus dimanfaatkan dengan baik
agar tidak tersisihkan dalam proses kontribusi sains untuk pengelolaan perairan darat di Sumatera.
Kepemimpinan dan manajemen modal pembangunan P2 L-LIPI
Disadari sepenuhnya bahwa misi dan visi suatu organisasi adalah ekspresi yang menyatakan
roh dari keberadaan suatu institusi, apalagi untuk suatu institusi berskala nasional dalam bidang
limnologi seperti P2L-LIPI. Kenyataan menunjukkan bahwa selain adanya sistem yang efektif,
penjabaran misi dan visi organisasi sangat tergantung pada kemampuan kepemimpinan pada sistem
1

Warta Limnologi – No. 46/Tahun

XXIV

Juli 2011

manajemen organisasi yang bersangkutan. Kejernihan dan ketulusan niat, ketaj aman analisis dan
kemampuan membangun sinergi dari seluruh modal
yang ada untuk berkontribusi dalam
pembangunan

melalui disiplin keilmuan limnologi mempunyai posisi yang strategis. Sistem
manajemen P2L-LIPI pada tahun 2009 telah merumuskan tujuan satu-satunya pusat penelitian di
Indonesia yang mengkhususkan diri dalam bidang perairan darat yaitu memelihara kelestarian
sumberdaya perairan darat untuk kesejahteraan masyarakat melalui pemahaman proses -proses kunci
yang menentukan daya dukung perairan darat sehingga perairan dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan.
Sasaran-sasaran yang ditetapkan agar dapat dicapai dalam kurun waktu lima tahun yaitu:
a. Terkumpulnya data dasar limnologi,
b. Diketahuinya status perairan darat,
c. Terpahaminya proses-proses lingkunga n perairan darat melalui pemodelan,
d. Tersedianya rekomendasi mengenai pengelolaan perairan darat,
e. Tersedianya teknologi peningkatan produktivitas perairan darat,
f. Tersedia konsep teknologi pengolahan air,
g. Terbentuknya jaringan informasi sumber daya perairan darat,
h. Tersedianya sarana dan prasarana pendukung kompetensi inti di bidang limnologi
serta terlaksananya ketatausahaan Puslit Limnologi-LIPI,
i. Terbangunnya pendidikan dan penyadaran masyarakat ter hadap perairan darat.
Logisnya, perlu dilakukan proses evaluasi yang jujur dan bebas kepentingan pencitraan untuk menilai
apakah sasaran-sasaran tersebut di atas sudah benar-benar tercapai. Evaluasi yang berimbang
selayaknya dilakukan oleh kelompok independen dengan memfokuskan aspek rasio nilai input

terhadap nilai output dari suatu institusi. Tak boleh dilupakan untuk dikaji apakah sains limnologi
sebagai kajian hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik di perairan daratan
Indonesia sudah berkembang semakin baik dengan adanya P 2L-LIPI. Dengan perkataan lain kita
selayaknya bertanya apakah kontribusi P2L-LIPI untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia
selama 25 tahun ini sudah sebanding dengan biaya yang dikeluarkan bangsa ini untuk mendukung
keberadaan institusi ini?
Untuk mencapai cita-cita berkehidupan bangsa yang bebas, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, semua modal
pembangunan bangsa Indonesia harus disinergikan. Modal untuk pembangunan Indonesia yang
terkait bidang limnologi meliputi paling tidak enam modal yaitu (1) modal sumber daya alam, (2)
modal ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) modal kelembagaan, (4) modal sumber daya manusia,
(5) modal finansial dan (6) modal sosial. Kelemahan dalam mensinergikan modal-modal tersebut,
seperti halnya sektor-sektor pembangunan lainnya di Indonesia, khususnya pengembangan modal
sosial di P2L-LIPI sangat terasa kesenjangannya, sehingga pencapaian visi yang diangankan seakan
semakin jauh.
Modal sosial dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai informal yang berkaitan dengan
kerjasama dalam masyarakat untuk mencapai kualitas hidup atau karya yang lebih baik (Hasbulah,
2006). Nilai-nilai informal tersebut adalah sikap saling percaya ( trust), keimbalbalikan (reciprocity),
keikhlasan (altruism) dan yang tertinggi cinta (love). Ada dua tipe besar modal sosial yaitu modal
sosial yang sifatnya mengikat (bonding social capital) dan yang sifatnya menjembatani ( bridging social

capital). Sayangnya, yang menonjol tumbuh di P2L adalah modal sosial yang sangat mengikat,
khususnya pada unsur-unsur manajerial P2L dan kelompok-kelompok penelitian tertentu. Ciri-ciri
modal sosial yang mengikat antara lain adalah sifatnya yang eksklusif ( inward looking terhadap
kepentingannya masing-masing), dijalankan sebagai bagian dari tata perilaku yang sangat kaku
(misalnya belum mengarah pada efisiensi penggunaan waktu kerja dan sistem manajemen yang tidak
membuka peluang seluasnya bagi semua pemangku amanah untuk berkontribusi pada tugas pokok
P2L-LIPI) dan perilaku moral (misalnya sistem administrasi yang sifatnya serba birokratis dan kurang
mendukung fungsi-fungsi kerisetan, pembiaran secara nyata tak terpeliharanya peralatan riset, masih
adanya ketidaksesuaian dalam komunikasi formal, dsbnya). Manajemen sinergi modal sumberdaya
manusia dalam bingkai pengembangan modal sosial terlihat belum serasi. Bila dianalogkan dengan
sistem organisasi TNI-AD, seharusnya di P2L-LIPI tercipta sinergi serasi antara kelompok pasukan
tempur (peneliti dan perekayasa), kelompok pasukan bantuan tempur (teknisi litkayasa dan
2

Warta Limnologi – No. 46/Tahun

XXIV

Juli 2011


pustakawan) dan kelompok pasukan bantuan administrasi (arsiparis, kesekretariatan, satpam dan staf
tata usaha lainnya). Semua mereka sama-sama Prajurit TNI-AD (untuk P2L-LIPI sama-sama PNS) dan
seyogyanya mereka bekerja sama untuk berkontribusi terhadap pencapaian visi melalui penerapan
misi-misi organisasi. Modal sosial yang sifatnya mengikat pada tingkat moderat memang merupakan
landasan untuk mengembangkan modal sosial yang sifatnya saling menjembatani. Ukuran
kematangan organisasi yang sudah matang adalah dari kemampuannya mengembangkan modal
sosial yang menjembatani.
Tidak adil bila dikatakan bahwa sejauh ini dalam pengembangan P 2L sama sekali tidak
terbentuk modal sosial yang menjembatani. Fasilitasi proses pengembangan Asia Pacific Centre for
Ecohidrology (APCE) oleh P2L-LIPI adalah salah satu contoh keberhasilan pengembangan modal sosial
yang menjembatani. Mungkin sejauh ini sudah terlalu banyak dana, tena ga dan fokus perhatian
pimpinan P2L-LIPI untuk proses fasilitasi gagasan ini. Yang perlu diperjelas adalah apa kontribusi
tujuan dan manfaat APCE bagi proses pencerdasan kehidupan bangsa Indonesia. Tergelitik untuk
bertanya, apakah ada mandat
nasional instistusional yang terkorbankan,
bila konsep
pengembangan dua institusi serumpun terbenam dalam alur pikir para pimpinan P 2L-LIPI?.
Pengembangan APCE secara regional mungkin lebih menarik dan merupakan “niche” yang lebih
menjanjikan di masa datang untuk kepastian posisi dan karir. Apapun situasi dan motivasinya
pengembangan jejaring kerjasama-kerjasama nasional atau internasional dengan institusi klien,

institusi riset serumpun dan masyarakat tetap harus dilakukan. Pengembangan jejaring kerjasama
yang seharusnya dilandasi semangat saling memberi dan bukan sekadar memanfaatkan kesempatan
dari sisi material, finansial atau karir, adalah sesuatu yang dicita-citakan dapat terwujud dalam tempo
yang sesingkat-singkatnya.

Learned from the past, looking to the future
Saat ini sudah semakin banyak peneliti dan perekayasa berusia muda yang bekerja di P 2LLIPI. Mereka ini sebenarnya berpotensi untuk kapabel, sudah berpendidikan tinggi dan mungkin
secara genetis memang pintar. Ini adalah sumber daya manusia yang sangat berharga yang harus
disinergikan dengan modal-modal pembangunan lainnya agar lebih berkontribusi secara nyata bagi
bangsa sesuai keahliannya masing-masing. Di sisi lain, perkembangan disiplin limnologi sebagai sains
dan ilmu-ilmu yang terkait mengisyaratkan perlunya perluasan cakupan kegiatan litbang yang
beberapa contohnya disajikan pada Tabel 1. Tentu saja apa yang disajikan pada Tabel 1 belum
mewakil aspirasi semua pemangku amanah bidang limnologi di Indonesia, tetapi setidaknya ini
adalah suatu kontribusi pemikiran untuk pengembangan limnologi dan P 2L-LIPI. Pada akhirnya,
setelah berlalu 25 tahun dari berdirinya P2L-LIPI, untuk mengukur kinerja pengembangan P 2L-LIPI
dalam proses pencerdasan kehidupan bangsa, maka perlu disepakati bersama oleh semua pemangku
amanah, kriteria evaluasi mana yang akan dipakai untuk menilai kinerja dan capaian institusi ini di
masa depan. Wallahualam.
Tabel 1. Kelompok- kelompok kajian limnologi yang mungkin per lu dilakukan dimasa
datang

No.

Kelompok kajian

Topik-topik riset tentatif

1.

Ekologi sistem sungai dan drift

2.

Planktonologi

3.

Makrofita akuatik yang menjadi
dasar proses rehabilitasi habitat.
Mikrobiologi akuatik


Riset–riset terkait dinamika dan fungsi debris berkayu;
dispersal nimfa serangga akuatik; pola drift spasial dan
temporal; dsb.
Virioplankton; plankton riverin dan perifiton; pengaruh
berbagai karbon organik pada komunitas plankton; dsb.
Alokasi biomasa terkait perubahan habitat;
fungsi
riparian sungai sebagai sumber benih makrofita akuatik;
Hubungan kelimpahan bakteri dengan karbon organic;
mineralisasi biogenik besi; produksi bakterioplankton di
ekosistem paparan banjir (floodplain); inventarisasi
keanekaragaman hayati mikrobial berbasis biologi
molekuler; rekayasa genetik organisme budidaya akuatik
sehingga tahan penyakit viral; dsb.

4.

3

Warta Limnologi – No. 46/Tahun


XXIV

Juli 2011

5.

Ekologi detritus akuatik

6

Biogeokimia
daratan

7.

Kajian integritas dan konektivitas
ekologis sistem perairan daratan

8.


Societal services of inland waters

9.

Ekoturisme perairan daratan

10.

Rekayasa ekologis sistem akuiatik

11.

Ekotoksikologi

12.

Ekologi fungsional sistem perairan
daratan

13.

Kesehatan
daratan

14.

Pengembangan sistem kawasan
dan
perangkat
manajemen
konser vasi perairan daratan

sistem

lingkungan

perairan

perairan

Kontrol hidrologis bahan organik terlarut; efek
makrokonsumer pada detritivora; dekomposisi serasah
makrofita akuatik dan vegetasi riparian; dsb.
Degradasi anoksik debris organic; hubungan kelimpahan
bakteri dengan bahan organik partikulat; pelepasan zat
hara pada habitat litoral dan profundal; biogeokimia
senyawa humat akuatik; peran asam humat sebagai
agen detoksifikasi; bioakumulasi senyawa toksik; dsb.
Pendefinisian pada tataran operasional tentang integritas
dan konektivitas ekologis;
sistem pengindeksan
integritas sistem aquatic; riset konektivitas longitudinal,
lateral, vertikal dan temporal sistem akuatik; aliran
hirodrologis penghilangan zat hara berlebih; dsbnya
Tautan skala ekologis dan kerangka kelembagaan dalam
manajemen perairan daratan; valuasi ekonomi sumber
daya perairan daratan; jasa kemasyarakatan yang
diberikan biota akuatik dan drift dari debris tumbuhan;
pengembangan skenario bisnis kerakyatan berbasis
perairan daratan; dsbnya.
Kajian pengembangan ekoturisme yang berbeda dengan
turisme masal di alam; skenario pengembangan bisnis
ekoturisme sebagai insentif ekonomi kegiatan konservasi
perairan daratan; kajian fenologi di sistem perairan
daratan sebagai dasar pengembangan penjadwalan
bisnis ekoturisme; dsb.
Pengembangan konsep penyeimbangan antara human
values dengan environmental values , environmental
flows dan environmental weeds; riset terkait pengelolaan
sistem riparian; teknologi aerasi hipolimnion, teknologi
pemindahan sedimen; dsb.
Riset-riset terkait dampak limbah perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit terhadap sistem perairan
daratan; pencemaran karena pertambangan illegal; dsb.
Riset-riset yang terkait hubungan keragaman jenis
dengan berfungsinya sistem akuatik; pengaruh water
borne metal pada osmoregulasi makroinvertebrata
akuatik; pengaruh of flooding dan timing pada
perombakan bahan organik; model dinamik neraca
energy; dsb.
Pengembangan konsep sistem perairan daratan yang
“sehat’ dan yang “sakit”; pengembangan indeks dan
indikator kesehatan lingkungan akuatik; dsb.
Riset–riset yang terkait kebijakan dan pengembangan
perangkat manajemen sistem Taman Nasional Perairan
Daratan, Suaka Alam Perairan Daratan, Taman Wisata
Perairan Daratan dan Suaka Perikanan Perairan Daratan
(PP 60 Tahun 2007); pendefinisian no disturb zone;
implementasi konsep metapopulasi dalam tindakan
konservasi perairan daratan; dinamika neraca massa
dalam kawasan konservasi; dampak tepi area proteksi
perairan
daratan;
protokol
penetapan
prioritas
konservasi;
teknik
optimalisasi
konservasi
keanekaragaman genetik biota akuatik; riset terkait
konsep penetapan 1/7 luas perairan sebagai no disturb
zone untuk langkah proteksi dalam sistem konservasi;
kajian
konsep-konsep
perumusan
kebijakan
4

Warta Limnologi – No. 46/Tahun

XXIV

Juli 2011

15.

Ekologi paparan banjir (Floodplain
ecology)

16.

Geomorfologi sistem akuatik

17.

Advances Ichthyology

18.

Ekologi avertebrata bentik

19.

Ekologi landskap perairan daratan

pemanfaatan, proteksi, mitigasi dan rehabilitasi dalam
sistem konservasi perairan daratan nasional; dsb.
Riset-riset ter kait deskripsi integritas ekologis habitat
paparan banjir, proses simultan terjadinya denitrifikasi
dan nitrifikasi; fotoproduksi dari senyawa karbon
inorganic terlar ut; fluktuasi tinggi muka air sebagai
driver proses invasi;
kekeringan dan resiliensi
komunitas akuatik; dsb.
Klasifikasi sistem sungai dan danau ber dasarkan
kondisi Indonesia; dinamika geomor fologis sistem
danau dan sungai Indonesia; proses geomor fologis
untuk manajemen per airan daratan, morfodinamika
sungai dan danau Indonesia; paleolimnologi
sedimen danau Indonesia; dsbnya.
Riset-riset terkait pencirian spawning dan rearing sites;
kemoekologi ikan dan kaitannya dengan habitat; model
modul habitat sebagi peramal kesesuaian habitat;
kelimpahan ikan sebagai fungsi struktur spasial dan
kelimpahan pakan; penggunaan alometri dan ukuran
ikan sebagai estimator rasio P/B;
alterasi enzim
metabolik pada ikan yang terdedah pencemar; dsb.
Disformasi organ pada makroavertebrata akuatik sebagai
indikator polusi kronis; struktur dan profil tepian sebagai
penentu komunitas makroavertebrata akuatik; faktor
penentu kekayaan spesies makroavertebrata lotik;
serangga dewasa akuatik sebagai kontributor sistem
riparian, peran ekologis dari shredders; dsb.
Keragaman landskap riverin; fauna lanskap riverin yang
dinamik,; integrasi ekologi landskap dan jejaring
makanan; keseimbangan antara kebutuhan akan energi
hidro dan in stream flow requirement, dsb.

5

Warta Limnologi – No. 46/Tahun

XXIV

Juli 2011