Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: The Passion: Sebuah Resital Piano T1 852013001 BAB II

BAB II
KAJIAN REPERTOAR

A. Periode Barok
1. Periode Barok
Periode Barok berlangsung sesudah zaman Renaissance dan sebelum
zaman Klasik yakni dari tahun 1600 hingga tahun 1750 1 . Dalam periode
Barok, perkembangan seni dan sastra serta inovasi bentuk dan desain
arsitektur turut mengambil peranan dalam penciptaan musik Barok yang
menjadikan musik Barok memiliki suatu keunikan tersendiri, seperti halnya
banyak penggunaan akan ornamentasi2. Salah satu karakteristik yang paling
mencolok dari periode Barok adalah kesukaannya pada sesuatu yang megah.
Selain itu, keistimewaan lainnya adalah ketertarikannya kepada sesuatu yang
dramatis. Dalam musik, hal ini dapat dilihat dari perkembangan opera,
oratotio dan cantata.
Hal religius ternyata juga diyakini sebagai salah satu faktor perkembangan
penciptaan musik Barok. Pada periode ini terdapat dua agama yang
memegang peranan besar yakni, agama Protestan dan Katholik3. Pada periode
ini lah terjadinya gerakan Reformasi oleh Martin Luther. Banyak terciptanya
karya aransemen choral Lutheran dan penggunaan materi liturgi. Akan tetapi,
seni tidak dibawah perlindungan gereja lagi sama seperti halnya yang terjadi

di zaman Renaissance. Musik-musik periode Barok lebih sering diciptakan
atas permintaan kaum bangsawan ataupun kerajaan. Pada periode ini, musik
instrumental mengalami perkembangan yang signifikan, dimana musik
instrumental mulai mengambil peranan yang hampir sama pentingnya dengan
musik vokal.

1

Charles R. Hoffer, The Understanding of Music, Fifth Edition. California : Wadsworth
Publishing Company, Inc.,19..(pg. 143)
2
Pada musik Barok, pemakaian ornamentation berupa improvisasi spontan yang
diserahkan kepada pemain.
3
Charles R. Hoffer, The Understanding of Music, Fifth Edition. California : Wadsworth
Publishing Company, Inc.,19..(pg. 145)

7

Musik pada periode barok memiliki karakteristik gaya bermain yang

konsertatoatou stille concertato, yaitu musik yang ditafsirkan dari syair/ teks
ataupun suasana yang dramatis, contohnya penggunaan teknik tremolo. Musik
barok di identikkan dengan penggunaan teknik kontrapuntal seperti polifonik.
Dalam hal pengunaan harmoni, musik barok menggunakan sistem
kromatisisme dan terdapat penggunaan disonan dengan maksud untuk
memudahkan terjadinya progresi modulasi. Mengenai penggunaan ritmik,
musik barok biasanya juga bersifat konstan. Musik barok juga banyak
pemakaian ornamentasi dan biasanya improvisasi diserahkan kepada
spontanitas pemain.
Pada periode barok instrumen keyboard yang digunakan adalah
harpsichord yang dalam bahasa Italia dikenal sebagai Cembalo merupakan
cikal bakal lahirnya piano. Harpsichord merupakan bagian dari keluarga
instrumen keyboard yang dipetik seperti virginal kecil, muselar dan spinet.
Jadi, produksi suara harpsichord berasal dari mekanisme senar yang dipetik
oleh besi yang berupa jarum ketika tuts ditekan. Harpsichord memiliki suara
yang jelas, jernih dan cemerlang, namun sulit dalam hal pengendalian
dinamika4. Jangkauan nada harpsichord juga masih terbatas dan tidak seperti
piano saat ini, hanya terdapat 5 oktaf pada harpsichord yang besar dan kurang
dari 4 oktaf untuk harpsichord yang kecil. Instrumen yang digunakan selain
harpsichord adalah clavichord atau virginal yang merupakan perkembangan

dari instrumen lute/ gitar dan organ. Perbedaan mendasar antara harpsichord
dengan clavichord adalah senar pada harpsichord dipetik, sedangkan senar
pada clavichord dipukul. Harpsichord hanya dapat dimainkan pada satu jenis
dinamika, sedangkan Clavichord dapat memainkan dinamika keras atau
lembut. Clavichord juga dapat memainkan vibrato seperti vibrato pada gitar
dan efek ini juga disebut Bebung, dalam bahasa Jerman. Kebanyakan
harpsichord memiliki bentuk panjang yang menyerupai dengan grand piano.

Anthony Burton, A Performer‟s Guide to Music of the Classical Period. ABRSM
:London, United Kingdom, 2002, halaman 40
4

8

Sedangkan clavichords bentuknya cenderung kecil, ringan, dan persegi
panjang.
Beberapa komposer periode Barok yang ternama adalah Johann Sebastian
Bach, George Friederich Handel, Antonio Vivaldi, Georg Philipp Telemann,
Henry Pucell, Claudio Monteverdi dan Domenico Scarlatti.


2. Biografi Johann Sebastian Bach
J.S. Bach beserta keluarganya telah memberikan banyak kontribusi dalam
sejarah perkembangan dunia musik hingga saat ini. J.S. Bach sangat jenius
dalam hal keseimbangan antara penguasaan teknik dan kontrol intelektual
yang menghasilkan ciri khas identitas Bach5. Pada awal hidupnya, J.S. Bach
menerima pendidikan musik dari ayahnya, Johann Ambrosius Bach dan
kakaknya, Johann Christoph Bach.
J.S. Bach lahir pada tanggal 21 Maret 1685 di kota Eisenach, daerah
Thuringia Jerman. Awal karirnya dimulai semenjak Bach berusia 9 tahun
sebagai organis muda di Weimar. Pada tahun 1703, Bach mendapat tugas
sebagai pelayan dalam memainkan musik untuk salah satu pangeran di Kota
Weimar dan sebagai pemain organ di gereja ketiga di kota Arnstandt 6. Pada
usianya ke 23, beliau bergabung dengan orkestra milik saudara Duke of
Weimar. Karirnya mengalami proses yang bertahap, mula-mula sebagai
organis istana dan musisi kamar kemudian sebagai pemimpin konser dan
pada akhirnya menjadi seorang penggubah. Akan tetapi, setelah J.S. Bach
pindah ke Kothen sebagai pemusiknya pangeran Kotchen, Pangeran Leopald,
seseorang pecinta musik dan cukup terampil sebagai pemusik amatir7. Tugas
J.S. Bach adalah untuk menyediakan musik untuk hiburan pangeran. J.S. Bach
juga sering menggubah karya dari lagu-lagu gereja dan musik organ diubah ke

dalam bentuk komposisi untuk banyak instrumen dan terbentuklah salah satu
karyanya yang paling terkenal, Brandenburg Concertos.
5

Stanley Sadie. The New Groove Dictionary of Music and Musicians, Volume 2: Bach,
second edition. London : Macmillan Publishers Limited, 2001, halaman 309
6
Rhoderick J MCNeil, Sejarah Musik, Libri: Jakarta, jilid 1, 1998, halaman 292
7
Rhoderick J MCNeil, Sejarah Musik, Libri: Jakarta, jilid 1, 1998, halaman 294

9

Prelude menggunakan bentuk tema dan variasi yang biasanya disajikan
sebagai sebuah introduksi dan diakhiri oleh bagian akhir yang disebut Coda
yang secara literal berarti ekor. Prelude merupakan ciptaan yang disusun
tidak hanya dengan tema dan kontrapung, namun disusun atas pola
irama atau struktur irama. Fuga merupakan karya komposisi kontrapuntal
yang dibangun dari 2 suara atau lebih yang mengandung subjek dan answer
yang disertai dengan pengembangan kontrapung dengan imitasi9.

Terdapat dua jenis fitur pada karya Prelude in F# major, BWV 858 baik
secara ritmik dan tematik. Pola ritme diperkenal kan pada bar ke dua dan
seterusnya berupa perlakuan singkupasi antara tangan kiri dan tangan kanan
yang sebuah merupakan ritme komplementer. Sedangkan materi tema pada
prelude ini terbagi atas tiga komponen:
1. Serangkaian not yang terdiri atas 6 not seperenambelasan merupakan
bentuk figur broken-chord yang di repitisi dan di imitasi.
2. Adanya ritme komplementer
3. Kadens pada nada bas disertai dengan tema yang muncul.
Dapat juga disimpulkan bahwa pada poin pertama merupakan suatu
bentuk polifonik dan point kedua dan ketiga berupa homofonik.
Prelude ini dapat dibagi menjadi 6 bagian besar secara harmoni:
Bagian

Birama

Keterangan

I


1-6

Tonika dan berakhir pada dominant

II

6-12

Modulasi ke relatif minor dari tonika

III

12-15

Modulasi ke relatif minor dari dominant

IV

15-18


Modulasi ke relatif minor dari subdominant

V

18-24

Modulasi kembali ke tonika

VI

24-30

Tonika

Ada 2 jenis eksekusi yang dapat dipilih ketika memainkan ornament pada
prelude ini:
9

Counterpoint imitative adalah peniruan bentuk musik yang melibatkan suara yang
bersimultan dari dua suata atau lebih


11

1. Tanda mordent pada bar 1 bisa mencakup 4 atau lebih not
seperenambelasan yang dimulai dari not tetangganya,
2. Tanda compound mordent pada bar 7 mencakup 8 not yang dapat
dideskripsikan seperti grupeto yang diikuti dengan dua pasang trill.

Gambar 2.1 Gambaran cara memainkan tanda mordent

Subjek pada fuga ini dimulai pada birama 1 setelah tanda istirahat
seperdelapan dan di akhiri dengan ketukan berat pada birama ketiga dan
merupakan bentuk progresi kadens otentik.

Gambar 2.2 Gambaran subjek fuga

Fuga ini dapat dibagi menjadi tiga bagian besar:
Bagian

Birama


I

1-11

II

11-23

III

23-35

Berikut merupakan posisi letak subjek muncul pada fuga:
1. birama 1-3

:Suara sopran dengan tonalitas tonika, F# major

2. birama 3-5


:Suara alto dengan tonalitas dominant, C# major

3. birama 5-7

:Suara bass dengan tonalitas tonika, F# major

4. birama 11-13 :Suara sopran dengan tonalitas tonika, F# major
5. birama 15-17 :Suara alto dengan tonalitas dominant, C# major
6. birama 20-22 :Suara bass dengan tonalitas subdominant, D# minor
7. birama 28-30 :Suara alto dengan tonalitas mediant, B major

12

8. birama 31-33 :Suara sopran dengan tonalitas tonika, F# major
Berikut merupakan letak episode pada fuga:
1. birama 7-11
2. birama 13-15
3. birama 17-20
4. birama 22-28
5. birama 30-31
6. birama 33-35

Gambar 2.3 Gambaran struktur frase dan desain dinamika pada setiap materi fuga

Hal yang menarik dari karya ini adalah penggunaan motif yang sederhana
yang dirangkai sedemikian rupa. Selain itu,banyak potongan motif yang
diambil dan dikolaborasikan dengan counter subject yang menjadikan aksi
bersahutan. Sangat menarik untuk memberikan warna orkestrasi kepada
setiap suara.

B. Periode Klasik
1. Periode Klasik
Periode Klasik berlangsung diantara zaman Barok dan zaman Romantik
yakni pada kurun tahun 1750-1820 yang ditandai dengan adanya peristiwa
politik seperti permulaan Revolusi Prancis10 dan kemajuan ilmu dan teknologi,
yaitu Revolusi Industri 11 . Pada periode Klasik, mulailah dibentuk normanorma dalam menciptakan suatu komposisi dan munculnya bentuk-bentuk
10
11

Rhoderick J MCNeil, Sejarah Musik, Libri: Jakarta, jilid 2, 1998, halaman 1
Rhoderick J MCNeil, Sejarah Musik, Libri: Jakarta, jilid 2, 1998, halaman 2

13

yang baku dan jelas. Musiknya lebih ringan dan tidak terlalu kompleks seperti
musik pada periode Barok.
Penemuan penting yang dari sebuah genre yang baru merupakan sebuah
manifestasi yang fundamental dan merubah gaya bermusik itu sendiri 12 .
Beberapa perbandingan gaya dan bentuk komposisi yang terdapat pada musik
periode Klasik terhadap musik Barok yaitu; perubahan harmoninya lebih
lambat dan lebih bervariasi; adanya keseimbangan frase yang biasanya
mencakup empat birama setiap frasenya; harmoninya tidak rumit; adanya
harmonic vocabulary¸ yang berarti penggunaan akor tonic dan dominant bisa
diartikan dalam bentuk angka Romawi I dan V, dalam hal penulisan tandatanda dinamika, tempo, artikulasi dan ekspresi lebih detail dan penggunaan
ornamentasi seperlunya; teknik permainan melodi dengan iringan ( homofoni )
; inovasi akan bentuk sonata13.
Pada periode ini musik instrumental berkembang dan menjadi lebih
penting dari musik vokal14. Musik instrumen keyboard pada periode klasik
banyak dipengaruhi oleh kelahiran fortepiano. Fortepiano memegang
peranan yang dominan dan menjadi populer, sehingga banyak terciptanya
sejumlah karya-karya untuk instrumen solo piano. Instrumen ini memiliki
kontrol balancing tekstur suara yang lebih baik dibanding harpischord
ataupun clavichord. Pada periode ini, banyak terdapat komposer virtuos yang
juga menjadi seorang pianis seperti, Muzio Clementi, Joseph Haydn, Wolfang
Amadeus Mozart dan Ludwig Van Beethoven.

2. Biografi Ludwig Van Beethoven
Ludwig Van Beethoven adalah salah satu tokoh musik legendaris yang
memberikan pengaruh yang mendominasi secara keseluruhan pada musik
abad ke-19. Musik ciptaan Beethoven menghantarkan kepada musik periode
Anthony Burton. A Performer’s Guide to Music of The Classical Period. United
Kingdom : The Associated Board of the Royal Schools of Music, 2002, p. 5
13
Anthony Burton, A Performer‟s Guide to Music of the Classical Period. ABRSM
:London, United Kingdom, 2002, halaman 8-9
14
Karl-Edmund Prier sj, Sejarah Musik 2, Yogjakarta: Pusat Musik Liturgi. 2014,
halaman 102
12

14

romantik. Selain terkenal sebagai komposer yang agung, Beethoven terkenal
sebagai seorang pianis unggul yang mahir dalam improvisasi yang terlihat
dalam komposisi fantasi, kadens-kadens untuk konser piano, variasi dan
sonata15. Beethoven mampu menciptakan masterpiece yang luar biasa dalam
keterbatasannya pendengaran.
L.V Beethoven lahir pada tanggal 17 Desember 1770 di Bonn, Jerman.
Sejak kecil Beethoven di didik ayahnya untuk belajar piano dan biola dengan
sangat keras dan kasar yang kemudian mempengaruhi kehidupan Beethoven.
Ayahnya berharap Beethoven dapat dikenal sebagai anak ajaib seperti Mozart.
Jadi, ayahnya menggelarkan sebuah resital perdana Beethoven dengan judul
“little son of six years” yang kenyataannya Beethoven berusia tujuh tahun
pada saat itu. Pada usianya yang kesepuluh, Beethoven melepaskan
pendidikannya untuk belajar musik dengan salah seorang organis istana
bernama Christian Gottlob Neffee. Neffe sempat memperkenalkan Beethoven
kepada Bach dan pada usia keduabelas, Beethoven telah menciptakan karya
perdananya yaitu satu set komposisi piano berupa tema dan variasi.
Pada tahun 1787 kerajaan mengirim Beethoven ke Wina yang merupakan
pusat budaya dan musik Eropa dan berharap Beethoven dapat belajar dengan
Mozart. Namun, pertemuan antara Beethoven dan Mozart hanya berlangsung
singkat dan Beethoven harus kembali ke Bonn dikarenakan ibunya jatuh sakit.
Setelah ibunya meninggal dunia, Beethoven harus mengurus adik-adiknya
sebab ayahnya seorang pemabuk berat. Ia pun menjadi menciptakan banyak
karya penting pada saat itu.
Pada akhir tahun 1972, salah seorang pendukung Beethoven, pangeran
Ferdinand Waldstein yang merupakan rekan dekat pangeran Bonn berhasil
membujuk pangeran Bonn untuk bersedia mengirim dan membiayai
Beethoven ke Wina dengan tujuan belajar komposisi dengan Joseph Hadyn.
Beethoven sangat mengagumi musik Bach, Handel dan Mozart 16 . Namun,
15

Karl-Edmund Prier sj, Sejarah Musik 2, Yogjakarta: Pusat Musik Liturgi. 2014,
halaman 117-118
16
Jane Stuart Smith & Beety Carlson, Karunia Musik: Para Komponis Besar dan
Pengaruh Mereka, Indonesia: Momentum. 1978, halaman 75

15

pelajaran Beethoven selama satu tahun dengan Haydn tidak begitu berhasil
dikarenakan Haydn tidak memberi banyak perhatian dan tidak mengoreksi
tugasnya dengan teliti, sehingga Beethoven harus mencari tambahan
bimbingan dari seorang komponis, Joseph Schenk17. Beethoven juga berguru
dengan J.G. Albrechtsberger untuk belajar kontrapung dan Antonio Salieri
untuk belajar komposisi menurut gaya vokal Italia. Kemudian,Beethoven
memulai karirnya sebagai pemain piano melalui konser yang diselenggarakan
di rumah para bangsawan.
Pada masa awal karirnya, Beethoven ingin memperlihatkan perbedaan
antara musik yang dia ciptakan dengan Haydn atau Mozart. Musik Beethoven
lebih bebas, penuh daya kreativitas, tegas dan agresif yang dipenuhi dengan
rasa emosi yang berapi-api yang terlihat dari dimulai dengan karyanya Sonata
Op. 2 No.1 in F minor.
Pada

pertengahan

tahun

1801,

Beethoven

mengalami

gangguan

pendengaran sehingga beliau mengalami depresi dan menghambat karirnya
sebagai pemain virtuos yang paling berprestasi di Wina. Beliau juga
mengalami kendala dalam kehidupan sosialnya, khususnya dikalangan wanita.
Dengan demikian, Beethoven menjadi labil dan mempunyai sifat yang agresif.
Namun pada tahun 1802, Beethoven masih mampu mendengarkan musik
didalam otaknya dan masih dapat menggelarkan konser karena beliau belum
sepenuhnya tuli hingga tahun 1814-1815. Kebanyakan karya yang diciptakan
bersifat absolute18 pada tahun 1802 dan karya-karya besar yang berimplikasi
tentang sikapnya terhadap hidup pada setelah tahun 1803 seperti, karya
Simfoni No. 3 in Eb major, Erioca (1803) dan Fidelio (1804-1805).
Tahun

1805-1812

merupakan

masa

dimana

Beethoven

banyak

menciptakan komposisi. Namun, beliau belum menikmati sumber penghasilan
yang tetap dan masih bergantung kepada teman dan para pendukungnya dari
pada bangsawan di Wina. Keadaannya dipersulit dengan keadaan perperangan

17

Rhoderick J MCNeil, Sejarah Musik, Libri: Jakarta, jilid 2, 1998, halaman 58
Musik Absolute adalah musik murni tanpa hubungan dengan ide-ide di luar musik,
seperti ide kesusastraan atau sikap emosi yang subyektif dari komponis sendiri
18

16

Napoleonik dan kemerosotan kekuasaan yang terjadi pada para bangsawan di
Wina. Karirnya sebagai pemain piano berakhir pada tahun 1808 dan
Beethoven mengalami masa sunyi dari penciptaan karya dari tahun setelah
tahun 1812 sampai tahun 1817. Setelah itu, Beethoven bangkit lagi dari masa
sunyinya dan aktif kembali dengan berbagai kegiatan berkomposisi dan
perencanaan akan karya-karya baru dari tahun 1822 sampai akhir tahun 1826.
Pada bulan Desember 1826,Beethoven mengalami sakit liver dan meninggal
dunia pada tanggal 26 Maret 1827 di Wina19.
Klasik dan Romantik merupakan dua pola yang bertentangan, namun di
lain pihak saling melengkapi. Karya-karya Beethoven pada akhir hidupnya
menjadi penghantar musik periode Romantik20.

3. Analisis Struktural Piano Sonata in D minor Op. 32 No. 2 (The
Tempest)
Karya ini di ciptakan pada tahun 1802. Banyak prinsip dan teknik dalam
inovasi pengembangan motif pada karya ini di aplikasikan kedalam karyanya
yang lain seperti karyanya, “Appasionata”. Sonata ini berjudul Tempest
(badai) bukan karena menggambarkan cuaca yang buruk, melainkan Tempest
yang merujuk pada sandiwara karangan William Shakespeare. Tema pada
karya ini adalah kemenangan dan perjuangan akan tragedi yang menimpanya.
Karya ini mengungkapkan perasaannya sebagai orang tuli yang tidak dapat
mendengar karya ciptaannya sendiri yang menimbulkan rasa keputusasaan
akan kehidupan. Namun, Beethoven juga mengalami pertumbuhan spiritual
yang indah di dalam pergumulannya. Pada akhirnya, beliau berhasil
mengalahkan rasa putus asanya yang merupakan kebangkitan kembali jiwa
Beethoven untuk terus berkarya di dalam penderitaannya.
Gerakan pertama menggunakan bentuk sonata yang tidak biasanya
terdapat di antara pada karya sonata Beethoven lainnya. Keterampilan

19

Rhoderick J MCNeil, Sejarah Musik, Libri: Jakarta, jilid 2, 1998, halaman 64-65
Karl Edmund Prier. Sejarah Musik Jilid 2. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1993,
halaman 76
20

17

Beethoven dalam mengolah suasana, perubahan nada dasar, tempo dan ritmik
terdapat pada gerakan ini.
Tabel 2.1 Analisis Struktural Sonata D minor Op.32 No. 2 (The
Tempest), first movement
Birama

Bagian

Keterangan
Menggunakan introduksi (birama 1-20) dan akor
pertama tidak dimulai dengan akor tonikanya,
melainkan akor balikan pertama dari A major.
Terdapat 3 suasana yang berbeda, yaitu pada
tempo Largo, Allegro dan Adagio yang diletakkan
dalam satu frase kalimat. Tema masuk dengan

1-92

Eksposisi

tonalitas D minor pada birama 21 dan sering
terjadi modulasi atau pergantian tonalitas dalam
bagian eksposisi. Iringan menggunakan pola
ritmik triol seperdelapanan dari birama 21-40.
Adanya bagian figur sahut-menyahut bergantian
dari tangan kanan berpindah ke tangan kiri dan
sebaliknya (birama 75-87).
Di dahului dengan transisi singkat dalam tempo

93-142

Development

Largo (birama 93-98) sebelum kembali ke motif
tema utama Allegro yang menggunakan tonalitas
F# minor.
Hampir sama dengan bagian eksposisi yang
dimulai dengan sebuah introduksi namun tema

143-218

Rekapitulasi

utama diganti dengan permainan improvisasi dan
nilai

nada

pada

bentuk

arpeggio

seperti

percampuran triol, sekstul dan seperenambelasan.
Penutup yang misterius yang didukung dengan
219-228

Coda

permainan broken chord D minor yang terdengar
sayup.

18

konsistensi ritme absolut ini dari awal sampai akhir, Beethoven harus bekerja
lebih keras untuk membedakan temanya. Sebelum memasuki bagian
rekapitulasi, didahului pengantar cadenza 21 untuk membangun ketegangan
klimaks sebagai penghantar menuju kembali ke tema utama.
Secara keseluruhan gerakan tiga menggunakan motif tema utama yang
direpetisi beberapa kali. Terdapat juga bentuk tanya jawab yang disusun
dalam bentuk arpeggio. Terdapat juga beberapa modulasi sementara.
Terdapat permainan nilai nada yang memberi kesan seperti percepatan di
birama 382-383 dan perlambatan pada birama 397-398.

C. Periode Romantik
1. Periode Romantik
Periode Romantik berlangsung diantara zaman Klasik dan zaman Modern
dari sekitar awal tahun 1800-an sampai dengan dekade pertama abad ke-20.
Pada periode ini ketertarikan masyarakat Eropa menengah akan musik mulai
meningkat. Sehingga memacu munculnya institusi musik serta organisasi
untuk mengajar, penampilan dan pelestarian musik Klasik. Akan tetapi,
keinginan romantis dituangkan dalam bentuk klasik yang jelas dan tegas yang
melahirkan „gaya klasik tinggi‟22.
Alat musik piano sangat populer di kalangan masyarat pada periode ini
dikarenakan perkembangan piano telah memasuki tahap yang lebih sempurna.
Bentuk-bentuk baru yang dikembangkan dalam musik Romantik adalah
pengungkapan yang luar biasa dalam musik intrumental mengenai syair dan
puisi23. Harmonik klasik diperkembangkan dalam harmonik Romantik dengan
penambahan

kromatis/

alternasi

ataupun

dengan

penggunaan

nada

enharmonik24.

21

Cadenza adalah teknik improvisasi oleh solis biasanya terdapat pada bagian akhir musik
K. Edmund Prier. Sejarah Musik Jilid 2. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1993,
halaman 109
23
K. Edmund Prier. Sejarah Musik Jilid 2. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1993,
halaman 127
24
Enharmonik adalah penafsiran baru dari sebuah nada dari tonalitas asal ke tonalitas
baru/ jauh
22

20

Beberapa komposer terkenal periode romantik adalah Franz Schubert,
Robert Schumann, Felix Mendelssohn, Franz Liszt, Frederich Chopin,
Johannes Brahms, Richard Wagner dan Peter Tschaikowsky.

2. Biografi Frederich Chopin
Chopin adalah seorang komponis Polandia yang memiliki bakat alamiah
bermain piano. Chopin lahir di dekat kota Warsawa, Polandia tanggal 1 Maret
1810. Ayahnya seorang Guru Bahasa Perancis di Warschauer Lyzeum, yang
juga memainkan alat musik yaitu Biola dan Flute. Sedangkan Ibunya
seorang pianis hebat. Chopin memperlihatkan kemahirannya bermain piano
sejak kecil, hal ini terlihat dalam improvisasi-imporivasi dan menciptakan
lagu tarian dengan irama nasional seperti marzuka dan polonaise25. Komposisi
pertama yang dia buat adalah Polonaise in G minor dan Bb mayor. Di usianya
yang kedelapan Chopin tampil di depan publik dengan memainkan piano
konserto milik Gywortez. Chopin mendapatkan pendidikan musik pertamanya
oleh pianis Bohemia Adalbert Żiwny. Setelah meninggalkan sekolah
menengah Chopin masuk Konservatori Warsawa untuk belajar teori musik
dan komposisi.
Tahun 1829, Chopin disambut hangat ketika mengunjungi Berlin, Wina.
Kepulangannya ke Warsawa membangkitkan niat Chopin untuk mengadakan
konser yang panjang, namun hal ini tertunda karena adanya ketegangan politik
yang terjadi di beberapa negara Eropa pada saat itu. Pada musim gugur tahun
1830, Chopin meninggalkan Warsawa untuk pergi ke Wina dan tidak pernah
kembali lagi kota asalnya. Namun, karena di Wina Chopin tidak mengalami
sukses yang besar, beliau pindah ke Paris dan menetap disana. Pada saat itu,
Paris merupakan kota terbesar dan terkaya di benua Eropa dari segi kesenian.
Banyak bangsawan yang tertarik pada kesenian datang ke salon-salon 26 di
Paris dan Chopin sering tampil bermain piano dalam salon-salon. Dalam
lingkungan salon, Chopin banyak bertemu dengan tokoh kesusastraan dan seni
25

Rhoderick J MCNeil, Sejarah Musik, Libri: Jakarta, jilid 2, 1998, halaman 138
Salon-salon di Paris merujuk pada pertemuan sastrawan dan seniman serta konserkonser informal di rumah-rumah besar
26

21

lukis serta komponis terkenal pada masa itu seperti Liszt, Mendelssohn,
Schumann, Bellini, Meyerbeer, dan Berlioz. Banyak karya Chopin yang
terkenal diciptakan selama tahun 1831-1840. Setelah tahun 1832, Chopin
lebih fokus pada kegiatannya mengajar privat daripada mengadakan konser.
Pada tahun 1836, Chopin mengenal George Sand melalui perantaraan
Liszt. Hubungan mereka berlanjut semakin intim dan sangat mempengaruhi
Chopin dalam menciptakan karya0karya penting. Namun, kesehatan Chopin
terganggu akibat batuk yang kronis yang memicu terjadinya tuberkolosi dan
terjadi konflik dengan Sand sehingga mereka berpisah pada tahun 1847.
Karena peristiwa itu, Chopin hampir tidak menciptakan musik lagi dan
kondisi kesehatannya terus memburuk. Revolusi Prancis pada tahun 1847
mengakibatkan Chopin kehilangan murid-muridnya, sehingga sulit bagi
Chopin untuk mencari nafkah pada saat itu. Chopin meninggal dunia pada
tanggal 17 Oktober 1849.

3. Analisis Struktural Etude Op. 10 No. 12
Chopin merupakan seorang pelopor yang menciptakan bentuk etude yang
pada mulanya hanya merupakan bentuk latihan teknis dan tidak memiliki
melodi menjadi sebuah bentuk etude yang melodis. Chopin menulis 12 lagu
dalam set Etude Op.10 diantara usianya ke 19 sampai 23. Satu set etude Op.
10 ini di dedikasikan untuk Franz Liszt.
Etude Op.10 No. 12 yang dikenal dengan dengan Revolutionary memiliki
karakter yang sangat dramatis dan menggunakan tonalitas C minor. Chopin
memilih tonalitas C minor dipengaruhi oleh Beethoven yang karya Sonata
Pathetique menggunakan tonalitas C minor juga dan memiliki karakter yang
gemuruh dan gelap. Chopin mengekspresikan perasaan kesedihannya akan
kegagalan pemberontakan Polandia terhadap Rusia yang dituangkan ke
dalam karya ini. Inti keseluruhan lagu ini menggambarkan tentang seorang
pahlawan yang sedang berjuang dalam sebuah peperangan. Pembukaan
dimulai dengan akor kuat yang dapat di interpretasikan sebagai suara
tembakan dan dilanjutkan dengan permainan not seperenambelasan pada

22

6. Analisis Struktural Scherzo Op. 20 No. 1 in B minor
Chopin menciptakan 4 buah karya Scherzo sepanjang hidupnya. Robert
mengkritik penggunakan istilah scherzo yang digunakan Chopin dengan
alasan arti lagu scherzo sesungguhnya ialah sesuatu yang bersifat lelucon/
humor /jenaka dan keempat karya scherzo ciptaan Chopin bersifat dramatis.
Scherzo Op. 20 No. 1 in B minor didedikasikan untuk Thomas Albrecht dan
ditulis pada tahun 1831 pada masa pemberontakan November yang menentang
kekaisaran Rusia. Oleh karena itu, perasaan F. Chopin mengenai peperangan
maupun pemberontakan yang terjadi di tanah airnya dituangkan kedalam
komposisinya sehingga menjadikan komposisi ini memiliki karakter yang
gelap dan dramatis. Karya ini membutuhkan kelincahan jari pada setiap
running note dan banyak terdapat lompatan interval jauh. Penggunaan pedal
yang tepat juga diperlukan untuk menghasilkan suara tidak keruh.
Karya ini dapat menggunakan form ABA Coda. Bagian pembuka
menunjukkan suatu ledakan drama yang ganas dan penuh gairah. Dua akor
dramatis sebagai bagian introduksi sesaat yang diikuti oleh arpeggio yang
berputar-putar dalam tonika B Minor. Setelah jeda singkat, bagian arpeggio
terus berlanjut dengan membangun klimaks yang sangat besar. Seluruh urutan
tersebut kemudian diulang lagi.
Bagian B dari birama 315- 398 merupakan bagian Trio pada Scherzo in B
minor, yang merupakan gambaran sederhana dari lagu natal populer Polandia
yang berjudul “Lalajze Jezuniu” yang diiringi dengan akor27. Pada bagian ini
dibutuhkan konsistensi akan kecemerlangan melodi dan bunyi suara nada atas
yang seperti lonceng.
Bagian coda dari birama 580-635 didasarkan pada materi dari bagian
utama, dengan arpeggio ke atas dan ke bawah seluruh keyboard. Penangguhan
besar terjadi pada dominan B Minor dengan sembilan kali pengulangan akor
secara fortissimo. Setelah itu diikuti dengan skala kromatik akhir yang
berakhir dengan tonik. Scherzo ini berakhir dengan kadens plagal (IV-I).
27

F.E.Kirby, Music for Piano : A Short History. Cambridge: Amadeus Press, 2004,
halaman 182

26

7. Biografi Franz Liszt
Franz Liszt adalah seorang komposer, pianis, pengaba, dan guru musik
asal Hungaria pada abad ke-19. Semasa hidupnya, Liszt menulis sekitar 700
komposisi musik, termasuk di dalamnya lagu gerejawi dan puisi simfonis.
Selain itu, Liszt juga telah mengajar 400 murid dan memperkenalkan bentuk
musik baru di era Romantisisme serta merupakan salah satu pianis terbesar
dalam sejarah.
Franz Liszt lahir di Hungaria pada tanggal 22 Oktober 1811. Liszt mulai
mempelajari piano dengan ayahnya pada usianya ketujuh. Bakatnya dalam
musik sangat menonjol, ditunjukkan pada usianya yang kedelapan telah
mampu menciptakan lagu. Pada tahun 1821, keluarga Liszt pindah ke Wina
dan disana beliau belajar piano dengan Karl Czerny dan belajar komposisi
dengan Antonio Salieri. Memasuki umurnya yang ke 12, Liszt pergi ke Paris
bersama ayahnya dan melampirkan surat admisi untuk mendaftar sekolah di
Paris Conservatoire. Namun ditolak dengan alasan Liszt adalah warga asing.
Oleh karena itu, ayahnya memperkenalkan Liszt dengan Antoine Reicha
sebagai guru teori dan Ferdinando Paer sebagai guru komposisi.
Pada tahun 1826, Liszt telah menciptakan banyak karya seperti sonata
empat tangan, trio, quintet, piano concerto dan menerbitkan satu set Etude en
douze exercise. Akan tetapi, setahun kemudian Liszt mengalami traumatik
yang sangat ekstrim dikarenakan ayahnya meninggal dunia. Pada saat itu Liszt
menjadi kehilangan rasa ketertarikan akan musik, menghindar dari pergelaran
pertunjukan dan kesehatannya melemah. Beliau memulai membaca buku
sedalam-dalamnya yang berkaitan dengan topik seni dan agama.
Pada akhir tahun 1832, Liszt diperkenalkan kepada Countess Marie d‟
Agoult yang kelak menjadi istri yang mempengaruhi kehidupan berkomposisi
Liszt. Pada tahun 1834, Liszt memulai debut piano “Harmonies Poetiques et
religieuses” dan satu set dari tiga “Apparitions”. Dengan adanya karya-karya
baru dan beberapa pertunjukan publik yang hasilnya ditujukan untuk amal dan
hal kemanusiaan, reputasi Liszt di Eropa meningkat pesat. Misalnya, pada

27

tahun 1842, Liszt memberi konser kepada ribuan tunawisma yang mengalami
tragedi kebakaran besar di Hamburg.
Puncak kesibukan Liszt selama karirnya terjadi pada tahun 1839-184728.
Liszt dikagumi sebagai pianis virtuos dan berkeliling di seluruh Eropa
(Jerman, Hungaria, Rusia)29 Pada tahun 1844, hubungan Liszt dengan Marie
d‟Agout putus. Namun, Liszt bertemu dengan Putri Caroline SaynWittgenstein yang menjadi wanita utama dalam hidupnya sampai masa 1860an. Liszt menerima jabatan sebagai pemimpin musik untuk pangeran Agung
Weimar yang bertugas sebagai komponis dan dirigen di Weimar. Perhatian
Liszt dipusatkan pada musik orkes di Weimar karena dorongan Putri
Carolyne30.
Pada tahun 1861 Liszt pergi ke Roma dan selama delapan tahun Roma
menjadi di pusat aktivitas Liszt. Disana keinginannya menjadi pastor timbul
dan beliau memasuki empat tingkat tingkat yang paling rendah dalam Ordo
Franciskan di gereja Katolik, tahun 1865. Setelah tahun 1869, Liszt
memberikan pengajaran piano berupa les dan “masterclass”. Liszt meninggal
dunia pada tanggal 31 Juli 1886 akibat radang paru-paru.
Liszt adalah salah satu komposer yang bereksperimen dengan bitonal.
Beliau cikal bakal impressionis dengan membuat fondasi akan akor-akor baru
yang merupakan penggabungan dari akor mayor dan minor. Liszt dalam karya
pianonya sering menggunakan teknik arpeggio, pergerakan oktaf, variasi
melodi, penggunaan cadenza dan perpaduan ritme. Beliau juga banyak
melakukan transkripan karya komposer-komposer yang dulu.

8. Analisis Struktural Gnomenreigen
Karya ini merupakan lagu kedua dari set Two Concert Etudes (Zwei
Konzertetüden) S. 145. Gnomenreigen memiliki arti tarian para gnomes dan
menggunakan tonalitas F# minor. Repertoar ini penuh dengan permainan
28

Rhoderick J MCNeil, Sejarah Musik 1, Libri: Jakarta, jilid 1, 1998, halaman 146
K. Edmund Prier. Sejarah Musik Jilid 2. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1993,
halaman 169
30
Rhoderick J MCNeil, Sejarah Musik, Libri: Jakarta, jilid 2, 1998, halaman 151
29

28

ritmik dan progresi harmoni. Motif tema yang digunakan cendrung diulang,
namun Liszt dapat menciptakan perbedaan suasana diantara pengulangan
tersebut.
Repertoar ini melatih kelincahan permainan not seperenambelasan
dengan ringan serta lincah, juga melatih repeated notes yang menggunakan
penjarian yang berbeda-beda dengan mempertahankan kestabilan dinamika
soft. Menggunakan teknik perputaran pergelangan tangan pada repeated
notes agar tidak mudah lelah dan produksi suara lebih stabil. Teknik
acciacatura dimainkan dengan bantuan dorongan pergelangan tangan agar
melodi lebih menonjol dan terdengar crispy. Melodi yang ditahan disertai
iringan seperenambelasan melatih teknik jari jempol dan pergelangan tangan
ketika terjadi aksi perputaran.
Tabel 2.5 Analisis Struktural Gnomenreigen
Bagian

Birama

Keterangan
Dimulai dengan tonalitas F# minor. Birama 1-4
merupakan sebuah introduksi pendek yang didahului
dengan tanda diam seperdelapan dan serangkaian
melodi yang disertai tanda acciacatura.

A

1-20

Terdapat

variasi penulisan komposisi dari birama 5-20. Birama
5-12 menggunakan kombinasi dari acciacatura
double notes dan acciacatura biasa. Birama 13-20
menggunakan kombinasi not demisemiquaver yang
nilai nadanya hampir serupa dengan permainan nilai
nada melodi dengan tanda acciacatura.
Berada dalam tonalitas A major dan perubahan tanda
birama menjadi 9/8. Dimainkan secara giocoso yang

B

21-40

berarti playful. Iringan broken chord dimainkan
secara ringan dan melodi tangan kanan diselipi
dengan iringan seperenambelasan yang menunjukkan
kesan kelincahan. Birama 27 modulasi menjadi Bb

29

major, birama 29 menjadi Bb major. Dari birama 29,
sudah dipersiapkan akan terjadi progresi harmoni
naik setengah laras dengan pengulangan ke akor
subdominant. Birama 36-40 menjadi bagian transisi
untuk kembali ke bagian semula.
A

41-56

Seperti birama 1-20.
Seperti birama 21-40, namun berada pada tonalitas

B

57-76

Bb major. Birama 72-76 merupakan bagian transisi
yang

menggunakan

ritmik

triol

untuk

mengembalikan ke tanda birama semula 6/8.
Birama 77-84 melodi diambil alih pada tangan
C

77-102

kiri.Birama 85-102 menggunakan iringan bass
ostinato31.
Birama 103-116 menggunakan iringan bass ostinato

D

103-120

dan pedal point 32 pada nada C. Birama 117-120
terjadi progresi harmoni naik secara terus menerus
dari setiap ketukan hingga setiap setengah ketukan.
Seperti birama 21-40 dan 57-76, namun berada pada
tonalitas F# major. Merupakan bagian klimaks

B

121-143

kebahagiaan yang didukung dengan dinamika ff dan
iringan bass di register bawah. Terdapat bagian
cadenza di birama 138-143.
Merupakan bagian ending yang mnggunakan pola
iringan basso ostinato dan pedal point. Birama 157-

E

144-168

164 tangan kanan merupakan bentuk broken chord
yang diurai. Menjelang akhir lagu, dinamika semakin
mengecil hingga ppp.

31

Bass ostinato adalah sepotong melodi, akor, atau sosok bass yang berulang-ulang
sebagai musik pengiring
32
Pedal point menggambarkan sebuah nada bass yang di pertahankan untuk waktu yang
lama dalam musik

30

D. Periode Modern
1. Periode musik modern ( Abad 20 )
Periode ini berlangsung dari tahun 1900 hingga 2000. Periode ini
merupakan periode yang para komposernya lebih berani untuk bereksplorasi
tanpa menggunakan kebiasaan ataupun aturan yang berlaku pada periode
musik

sebelumnya.

Debussy

mengawali

musik

abad

20

dengan

memperkenalkan gaya impresionis. Terdapat juga aliran gaya ekspresionis
yang diperkenalkan oleh Arnold Schoenberg, neoklasikal oleh Igor Stravinsky,
sosialis oleh Prokofiev, serialisme oleh John Cage dan banyak lainnya.

2. Periode musik kontemporer
Di abad ke 21 telah banyak musisi yang bekerja secara individu
dikarenakan perkembangan teknologi. Musik menjadi sangat praktis dan
tidak lagi hanya didominasi oleh para musisi. Musik kontemporer dimulai
dari tahun 1975 hingga sekarang. Musik kontemporer bisa berasal dari segala
tempat dan biasanya dapat mempengaruhi gaya musik yang lain. Contohnya
adalah gamelan dari Indonesia. Para periode ini jugalah banyak digelarkan
festival musik untuk menghargai musik.
Di Indonesia, musik klasik terus mengalami perkembangan dengan
fondasi musik Barat yang di akulturasikan dengan musik etnis Indonesia.
Banyak komposer Indonesia yang menciptakan karya nya dengan tujuan
menumbuhkan rasa cinta tanah air atau daerahnya masing-masing. Beberapa
komposer tersebut adalah Jaya Suprana, Slamet Abdul Sjukur, Ananda
Sukarlan, Ismail Marzuki, Yazeed Djamin, Trisutji Kamal dan Amir
Pasaribu.

3. Biografi Trisutji Kamal
Trisutji Kamal adalah salah seorang pianis dan komponis perempuan
berkebangsaan Indonesia. Beliau lahir di Jakarta pada tanggal 28 November
1936. Ibunya Trisutji Kamal yaitu BRA Nedima Kusmarkiah adalah cucu
langsung dari Paku Buwono X yang menduduki tahta di kraton Kesunanan

31

Solo hingga pada masa kolonial. Sedangkan, Ayah Trisutji adalah seorang
dokter yang bekerja untuk Sultan Langkat di Binjai dan merupakan kawan
dekat Paku Buwono X. Oleh sebab itu, masa kecil Trisutji berada dalam
lingkungan kuat kebudayaan Jawa, Batak dan Melayu yang kemudian sangat
mempengaruhi dalam pembuatan karya musiknya. Trisutji Kamal telah
menunjukkan bakatnya dan ketertarikannya akan dunia musik sejak muda. Ia
belajar piano klasik di Binjai dan mulai menciptakan karya musik yang lebih
serius untuk piano sejak berusia 14 tahun.
Trisutji mendapatkan kesempatan untuk belajar musik di Amsterdam
untuk belajar piano dan komposisi di usia mudanya oleh karena dukungan
orangtuanya yang adalah orang terpelajar hasil didikan Eropa. Disana Trisutji
berguru pada seorang tokoh musik abad 20 Belanda yang terkenal dan
kebetulan lahir di Bandung yaitu Henk Badings.
Setelah dari Amsterdam, beliau melanjutkan pelajaran musiknya ke Ecole
Normale de Musique di Paris dan kemudian Santa Cecilia Conservatory di
Roma. Di Roma, beliau memiliki guru komposisi dari Rusia yang
mendorong nya untuk menciptakan sebuah opera yang berdasarkan legenda
negeri nya sendiri, Indonesia. Opera ini berjudul “ Loro Jonggrang ” yang
diciptakan pada waktu Trisutji sedang memperdalam musik serial. Karya ini
merupakan perpaduan dari konsep tangga nada pentatonik, dodecaphonic,
dan gaya musik vokal Bel Canto Italia.
Pada tahun 1967 Trisutji kembali ke Tanah Air. Jakarta saat itu memasuki
era kebudayaan yang baru di bawah pimpinan seorang gubernur yang sangat
progresif, yaitu Ali Sadikin. Disana ia bergabung dengan beberapa tokoh
musik muda Indonesia yang sama-sama baru kembali dari luar negeri. Di
antaranya adalah Frans Haryadi dan Iravati Soediarso. Ketiga orang ini
kemudian berperan sangat penting dalam mendirikan sebuah ikon dunia seni
moderen Indonesia, yaitu Taman Ismail Marzuki pada tahun 1968. Trisuji
Kamal termasuk seniman yang paling aktif dalam berbagai bidang untuk
mengembangkan aktivitas musik dan beliau menciptakan berbagai genre lagu
daerah Indonesia seperti karya, “Soleram Fantasi” (1981) dari daerah Riau
32

yang diolah dengan menggunakan idiom virtuositas Romantik dengan nuansa
impresionisme33.
Trisutji Kamal dikenal sebagai komponis untuk piano, flute, vokal, dan
telah dimainkan oleh sejumlah pianis kelas dunia di beberapa negara. Ia telah
menciptakan lebih dari 200 karya komposisi untuk piano, terhimpun dalam
10 CD audio bertajuk Complete Piano Works Series yang seluruhnya
dimainkan oleh Ananda Sukarlan.

4. Analisis Goro-Goro Ne
“Goro-goro Ne” merupakan lagu daerah berasal dari Ambon, Maluku.
Lagu ini menceritakan tentang rayuan seorang pemuda terhadap seorang gadis
dengan lirik yang berisi pujian akan kecantikan seorang wanita. Lagu ini
diaransemen oleh salah seorang komponis perempuan yang asal Indonesia
yaitu Trisutji Kamal. Beliau banyak berkontribusi dalam pembuatan
aransemen dari kumpulan lagu-lagu Indonesia untuk instrumen solo piano.
Berikut adalah lirik lagu aslinya beserta dengan pengertiannya:
Lirik: Goro-goro ne epa toka toka bia
Loko sana loko mari loko lenso manari
Kata nyong beta pinta sioh nona e manari
Dengar donci a balagu sloh nona ender bahu
Makna:Meski nona duduh jauh sioh beta panggil terus menyahut
Lah lajulah lekas datang kemari
Pura-pura tidak tahu belum ditanya sudah mau
Lah sebab nona suka sendiri
Lagu Goro-goro Ne diaransir oleh Trisutji Kamal dalam bentuk tema dan
variasi. Repertoar ini memiliki memainkan variasi melodi, ritmik, iringan, dan
banyak terdapat progresi harmoni. Repertoar ini terdapat pola ritme pada
iringan yang menyerupai ritme sebuah tarian. Dibutuhkan ketangkasan dalam

33

Dieter Mack, Sejarah Musik Jild 4, Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. 2014 , halaman

552

33

bermain teknik arpeggio, variasi iringan oktaf, dan kejernihan dalam
memainkan artikulasi staccato yang lincah pada dinamika kecil.
Tabel 2.6 Analisis Struktural Goro-Goro Ne
Bagian

Birama

Keterangan
Merupakan perkenalan tema utama dari lagu GoroGoro

Ne.

Ditulis

dalam

tonalitas

C

major.

Menggunakan motif ritmik dengan pola 1-3-4-6-7-8
A

1-34

sepanjang birama 1-18. Melodi yang digunakan
dikemas dalam bentuk double notes atau pun oktaf.
Menggunakan akor Ab minor tujuh pada birama 34
yang disertai arpeggio dari akor Ab major tujuh.
Pindah ke tonalitas Db major, melodi diambil alih oleh

B

35-42

tangan kiri dan tangan kanan menggunakan iringan
arpeggio demisemiquaver.
Pada birama 43-45 menggunakan polaritmik 3 lawan
2. Terdapat beberapa progresi harmoni. Pada birama
43 berada pada D major kemudian berubah menjadi E
minor di birama 44, dan F# minor di birama 45. Pada
birama 46 terdapat perpaduan antara melodi dengan

C

43-56

iringan demisemiquaver pada tangan kanan dan
iringan tangan kiri dengan pola ritmik 1-3-4. Pada
birama ini juga lah terdapat modus pelog. Pada birama
47- 54 pola iringan berubah lagi menjadi triol
seperenambelasan.

Di

birama

arpeggio dari akor G major tujuh.

34

55

menggunakan

Terjadi perubahan tempo menjadi largamente dan
bagian ini menjadi bagian transisi sebelum kembali
D

57-63

pada tema utama. Melodi pada birama 57- 59 terdapat
di

oktaf

bass.

Pada

birama

60-63

kembali

menggunakan pola ritmik 1-3-4 dengan melodi
chordal.
Kembali ke tonalitas C major. Pada birama 64-71
bersifat lebih megah dikarenakan pola iringan yang
E

64-79

didukung dengan bass oktaf dan melodi chordal.
Birama 72-79 memainkan teknik broken chord yang
diurai dan berpindah-pindah register.
Pada

F

80-98

birama

80-83

menggunakan

permainan

singkupasi. Tangan kanan memainkan teknik arpeggio
secara staccato. Terdapat penegasan pada melodi C
yang terakhir yang diulang tiga kali dari birama 95-97.
Bagian ini merupakan bagian Coda. Motif ritmik yang

G

99-104

digunakan hampir serupa dengan birama 72-79.
Klimaks ending dibangun terus dengan percepatan
accellerando

35