Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: The Oeuvre (Sebuah Resital Piano) T1 852009012 BAB II
BAB II
KAJIAN REPERTOAR
A. Prelude and Fugue No.19 BWV 888 dari “The Well-Tempered Clavier,
book II” karya Johann Sebastian Bach.
1. Kajian Historis
a. Karakter Musik Periode Barok (1600-1750).
Prelude and Fugue ini merupakan karya yang ditulis pada
periode Barok. Sejarah musik mencatat bahwa musik di periode
Barok bergaya kontrapung.1 Gaya tersebut berarti kombinasi dari
dua atau lebih suara melodi yang bergerak secara bergantian.
Pada saat itu piano belum ditemukan, sehingga karya-karya
musik ditulis untuk harpsichord. Tidak seperti piano, harpsichord
memiliki beberapa kekurangan seperti rentang nada yang terbatas
dan struktur mekanik yang belum mampu memberikan keleluasaan
bagi pemain untuk mewujudkan perubahan dinamika suara ataupun
ekspresi. Dengan sendirinya, para komposer juga memiliki
keterbatasan dalam mewujudkan karyanya.
Pada periode modern seperti sekarang ini, not-not yang lebih
panjang seperti not bernilai seperempat dan not bernilai setengah
dimainkan secara terpisah dari not yang ada di dekatnya untuk
mengingat bahwa di periode Barok, karya musik ditulis untuk
harpsichord sehingga tidak dapat memainkan melodi secara legato.
Not-not di periode ini seringkali diperindah dengan memberi hiasan
seperti trills, turns, dan mordents.
b. Latar Belakang Repertoar.
Prelude and Fugue No.19 BWV 888 merupakan salah satu
karya dari sebuah kumpulan karya berjudul The Well-Tempered
1
maranGraphics Inc. Teach Yourself VISUALLY Piano. (Ontario: Wiley Publishing,
2004), 240.
5
Clavier yang ditulis oleh Johann Sebastian Bach di dalam edisi
kedua pada tahun 1744. Kumpulan karya tersebut dibuat oleh Bach
tidak hanya untuk membantu orang yang masih muda dalam
mempelajari musik, namun juga berfungsi sebagai materi bagi para
pemusik yang telah mahir. 2 Istilah Well-Tempered menunjukan
ketertarikan Bach terhadap sistem penalaan nada yang membagi satu
oktaf menjadi dua belas nada setengah laras yang berjarak sama. 3
c. Biografi Johann Sebastian Bach (1685-1750)
Bach adalah seorang komponis yang sangat terkenal dari
periode Barok. Bahkan di dalam sebuah buku, disebutkan bahwa
Bach adalah komponis penting yang berpengaruh sehingga dia
membawa periode Barok ke puncak tertinggi di masanya. Bach
menghabiskan dua puluh lima tahun terakhir di sisa hidupnya untuk
tinggal bekerja di Liepzig. Bach merupakan seorang yang memiliki
pendidikan tinggi dan merupakan seorang pemain organ yang
virtuoso.
2. Analisis Repertoar
a. Analisis Struktural
1) Prelude
Prelude menggunakan bentuk kontrapung yaitu imitasi motif
secara keseluruhan. Motif-motif itu membentuk rangkaian not
seperdelapanan yang tidak terputus dari awal hingga selesai.
2) Fugue
2
F. E. Kirby, Music for piano: a short history. (New Jersey: Amadeus Press, 2004), 38.
3
Kirby, 38.
6
Subyek Fugue diperkenalkan di awal lagu dari birama 1 –
2/2. Kemudian di imitasi dan divariasi ke berbagai suara yang
berbeda.
Bagian Eksposisi
Birama 1-9/2
Tonalitas A Mayor
Tema awal
Birama 1 – 2/2
Tema diperkenalkan.
Imitasi Tema 1
Birama 2/2-4/1
Imitasi pada suara
Alto
Imitasi Tema 2
Birama 5/1-6/2
Imitasi pada suara
Sopran
Imitasi Tema 3
Birama 7/1-8/2
Imitasi pada suara
Bass.
Tabel 2.1. Struktur Eksposisi Fugue A Mayor.
Bagian
Birama 9/2-19
Pengembangan
Tonalitas
F#
minor
Bagian Rekapitulasi
Birama 20-29
Tonalitas kembali
ke A Mayor dan
ditutup
dengan
perfect cadence.
Tabel 2.2. Struktur Pengembangan Fugue A Mayor
b. Teknik Permainan
1) Prelude
Pada prelude, penyaji harus dapat memainkan not
seperdelapan secara terus-menerus tanpa terputus-putus dari
awal lagu hingga akhir lagu. Penyaji juga harus dapat
memunculkan alunan pengelompokan not setiap 3/8 di dalam
sukat 12/8. Hal ini didukung oleh penggunaan ritme panjangpendek-panjang pendek pada nada pelengkap.
7
2) Fugue
Pada Fugue, penyaji harus dapat memunculkan suara subyek
atau tema walapun di saat yang bersamaan, kontra subyek juga
dimainkan bersama dengan not pelengkap. Tema muncul tidak
hanya di salah satu suara, melainkan di imitasi ke berbagai
tingkatan suara yang berbeda. Tema muncul di bass, tenor, alto,
dan sopran.
B. Sonata in Eb Major, Hob XVI:49 karya dari Franz Joseph Haydn.
1. Kajian Historis.
a. Karakter Musik Periode Klasik (1750-1827)
Karya musik di periode ini sangat terstruktur. Frase atau ide
musik biasanya terbentang sepanjang empat birama.4 Selain itu juga
banyak menggunakan perubahan volume suara untuk memperjelas
frase atau tema. Tempo yang digunakan juga sangat konstan dan
tidak terdapat banyak rubato seperti di perode Romantik.
Iringan yang digunakan seringkali berupa not-not yang
dimainkan dengan tempo cepat, not-not yang diulang, akor yang notnotnya dimainkan secara serentak atau terpisah, dan Alberti bass.
Pada periode ini tidak hanya gaya musiknya saja yang
berkembang, melainkan alat musik yang digunakan juga mengalami
perubahan. Pada periode Barok dikenal alat musik harpsichord yang
membuat para pemainnya tidak dapat mengolah dinamika seluas
mungkin. Sedangkan di periode Klasik, alat musik tersebut
berkembang pesat sehingga kebebasan pemain dalam mengolah
dinamika suara tidak lagi terbatas. Alat musik ini dikenal dengan
sebutan pianoforte.
4 Barbara Russano Hanning, Concise History of Western Music. (New York: W.W. Norton
& Company, Inc., 1998), 292.
8
b. Latar Belakang Repertoar.
Sonata ini dibuat pada tahun 1789, diawali oleh dua bagian
yaitu Allegro dan Minuet. Di musim semi berikutnya, Haydn
menambahkan bagian Adagio e cantabile, sehingga terciptalah
sonata tiga bagian, nomor 49. Walaupun di dalam karya tersebut
tertulis bahwa lagu tersebut didedikasikan untuk Maria Anna
(‘Nanette’) Jerlischeck, pembantu rumah tangga keluarga Esterházy,
Haydn mendedikasikan karyanya untuk teman dekatnya yaitu Maria
Anna von Genzinger.5
Haydn juga menuliskan di bagian Adagio “sedikit sulit
namun penuh ekspresi”. Hal ini ditunjukannya dengan penggunaan
tonalitas Bb minor di tengah-tengah bagian.
c. Biografi Franz Joseph Haydn (1732-1809)
Franz Joseph Haydn lahir di Ruhrau dekat dengan kota
Hungarian, belajar musik sejak usia lima tahun dibawah bimbingan
pamannya. Haydn juga pernah menjadi penyanyi paduan suara di St.
Stephenss Cathedral di Vienna. Di tempat itu, dia banyak
memperoleh pengalaman berlatih yang baik, namun tidak
mendapatkan pelajaran teori musik yang teratur.6
Seiring dengan bertambahnya usia, suara vokalnya juga
banyak mengalami perubahan sehingga dia tidak diterima lagi
sebagai penyanyi paduan suara. Kemudian ia banyak mempelajari
kontrapung dari buku J. J. Fux’s Gradus ad Parnassum (steps to
Parnassus) yang dipublikasikan tahun 1725 dan disusun oleh Stile
Antico dari Palestrina.
Haydn juga banyak belajar dari orang yang mempunyai
pengaruh besar di Vienna dan belajar tentang komposisi musik dari
5 Hyperion Records Limited. Sonata in Eb Mayor Haydn, 4 Mei 2015.
http://www.hyperionrecords.co.uk/dw.asp?dc=W12499_67710.
6 Hanning, 316.
9
Nicola Porpora, seorang komposer serta guru vokal berkebangsaan
Italia, yang pernah menjadi saingan Handel di London.
Pada sekitar tahun 1758 dia menjadi direktur musik untuk
orkes Count Morzin dan pada saat itu dia membuat simfoni untuk
orkes tersebut. Kemudian pada tahun 1761 adalah hari yang paling
bersejarah bagi Haydn karena pada saat itu ia memulai karirnya
sebagai musisi di keluarga raja Paul Anton Esterhazy. Seorang
bangsawan Hungaria yang sangat kaya dan berkelimpahan.
2. Analisis Repertoar.
a. Analisis Struktural
Sonata Eb Mayor karya Haydn secara keseluruhan banyak
menggunakan gaya melodi dengan iringan. Di beberapa bagian
disertakan juga bentuk kontrapung seperti di bagian pengembangan
pada Allegro.
Susunan lagu pada pergerakan pertama, bagian eksposisi.
Principal theme
Birama 1-12
Dengan tonalitas Eb
Mayor
Transisi
Birama 12-24/2
Not-not
panjang
dengan tonalitas Eb
mayor dan berakir
di akor F.
Subordinate theme
Birama 24/3-42/1
Tonalitas
Bb
Mayor.
Closing section
Birama 42/2-64/2
Tonalitas Bb Mayor
Tabel 2.3. Struktur Eksposisi Pergerakan Pertama Sonata Eb Mayor
Susunan lagu pada pergerakan pertama, bagian pengembangan.
Pengembangan
Birama 65/3-80/2 Menggunakan gaya
kontrapung.
10
Bagian retransisi
Birama
80/3- Bagian pengulangan
131/2
transisi yang ada di
bagian
eksposisi
dengan
perubahan
tonalitas C minor.
Tabel 2.4. Struktur Pengembangan Pergerakan Pertama Sonata Eb
Mayor
Susunan lagu pada pergerakan pertama, bagian rekapitulasi.
Principal theme
Birama 131/3-143
Tema yang sama
dengan
Eksposisi
bagian
pada
tonalitas Eb Mayor.
Transisi
Birama 144-157
Bagian yang sama
dengan transisi di
bagian
Eksposisi,
tetapi berakhir di
tonika.
Subordinate theme
Birama 158-195
Tonalitas Eb Mayor
Closing
Birama 196-218/1
Tonalitas Eb Mayor
Tabel 2.5. Struktur Rekapitulasi Pergerakan Pertama Sonata Eb
Mayor
Susunan Lagu pada bagian Adagio e Cantabile.
Bagian A
Birama 1-57
Tonalitas Bb Mayor
Bagian B
Birama 58-82
Tonalitas Bb Minor
Bagian A’
Birama 83-126
Tonalitas Bb Mayor
Tabel 2.6. Struktur Lagu Pergerakan Kedua Sonata Eb Mayor
11
Susunan lagu pada bagian Finale, Tempo di Minuetto.
Bagian A
Birama 1-24/2
Tonalitas Eb Mayor
Bagian B
Birama 25-60
Tonalitas Eb Mayor
Bagian C
Birama 61-87
Tonalitas Eb minor.
Bagian A’
Birama 88-116
Tonalitas Eb Mayor
Tabel 2.7. Struktur Lagu Pergerakan Ketiga Sonata Eb Mayor
b. Teknik Permainan.
Di dalam sonata ini, penyaji dituntut untuk dapat memainkan
ornamen dalam tempo aliran lagu yang cepat. Penyaji juga harus
dapat memainkan iringan berbentuk Alberti bass dengan rapi dan
dengan dinamika p atau mp. Di pergerakan pertama dan kedua
banyak menggunakan penyilangan tangan.
C. The Man I Love karya George Gershwin
1. Kajian Historis
a. Karakter Musik Periode Modern.
Pada periode Modern, para komponis banyak melakukan
teknik penciptaan yang keluar dari kebiasaan para komponis dari
periode
sebelumnya.
Mereka
benar-benar
mengolah
karya
komposisi menjadi semakin bebas dalam penggunaan tempo, akor,
ekspresi, dan berbagai aspek dalam komposisi.
b. Latar Belakang Repertoar
George Gershwin (1898-1937) lebih tepat disebut sebagai
penulis lagu daripada seorang pemain teater.7 Beberapa karyanya
mengkombinasi aliran musik jazz dan gaya romantik dari Liszt.
Gershwin banyak menulis lagu untuk drama musikal Broadway.
Lagu The Man I Love merupakan salah satu lagu yang diciptakannya
7
Hanning, 526.
12
untuk drama musikal berjudul Lady, Be Good pada tahun 1927. Pada
saat itu lagu ini masih berjudul “The Girl I Love” dan kemudian
diubah menjadi “The Man I Love”.8
2. Analisis Repertoar.
Lagu ini banyak menggunakan akor-akor penuh yang dituliskan
dalam Grand Staff dengan satu staff tambahan yaitu treble staff. Frase
yang digunakan merupakan frase pada umumnya yaitu 4 birama.
Bagian A
Birama 1-16
Tonalitas Eb Mayor
Bagian B
Birama 17-25
Tonalitas C Minor
Bagian A
Birama
(3birama
26-34 Tonalitas Eb Mayor
terakhir
seperti penutup)
Tabel 2.8. Struktur Lagu The Man I Love - Gershwin
D. I Got Rhythm karya George Gershwin
1. Kajian Historis
a. Latar Belakang Repertoar
Lagu I Got Rhythm merupakan lagu yang diciptakan
Gershwin dalam drama musical berjudul Girl Crazy pada tahun
1930. Lagu ini terkenal setelah seorang penyanyi bernama Ethel
Merman menyanyikannya di dalam drama musikal tersebut.9
2. Analisis Struktural
Songfacts. The Man I Love by George Gershwin, 29 Mei 2015.
http://www.songfacts.com/detail.php?id=26808
9
UC Press E-Books Collection. George Gershwin's "I Got Rhythm" (1930), 1 Juni 2015.
http://publishing.cdlib.org/ucpressebooks/view?docId=ft0z09n7gx&chunk.id=d0e6504&toc.depth
=1&brand=ucpress
8
13
Di dalam I Got Rhythm, terdapat banyak pengulangan ritme motif
singkopasi dan menggunakan tempo yang sangat cepat. Penyaji dituntut
untuk dapat memunculkan melodi yang berasal dari not tertinggi di
dalam sebuah akor, dan pada bagian akhir terdapat tanda Martellato
yang berarti penyaji harus mengeluarkan suara
melodi pada bass
dengan aksen yang lebih.
Bagian A
Birama 1-24
Tonalitas Db Mayor
Bagian A’
Birama 25-38
Tonalitas Db Mayor
Bagian B
Birama 39-54
Tonalitas F Mayor
Bagian transisi
Birama 55-62
Ritme motif muncul.
Bagain A’’
Birama 63-72
Tonalitas F Mayor,
melodi pada bass
Tabel 2.9. Struktur Lagu I Got Rhythm - Gershwin
E. Polonaise G# Minor karya Frédéric Chopin
1. Kajian Historis.
Kata Romantik menggambarkan karya-karya komposisi pada saat
itu yang diciptakan dengan lebih bergairah dan lebih ekspresif
dibandingkan dengan periode sebelumnya karena komponis mulai
berani untuk mengekspresikan perasaan serta imajinasinya.
Frédéric Chopin (1810-1849) adalah seorang pemusik yang sangat
mencintai tempat kelahirannya, Polandia. Bahkan kecintaannya tidak
lekang oleh waktu, walau situasi politik di tempat asal tersebut tidak
kondusif. Ia banyak memunculkan gaya musik daerah Polandia di dalam
karya-karyanya.10
Polonise merupakan komposisi karya Chopin yang sangat
menggambarkan semangat kepahlawanan Polandia.
2. Analisis Struktural
10
Hanning, 396.
14
Di dalam karya ini, penyaji dituntut untuk memainkan berbagai
macam rangkaian not dalam setiap ketukan. Terdapat penyilangan
tangan di bagian B dan trill yang berturut-turut sehingga diperlukan
keterampilan yang lebih dalam memainkannya.
Bagian introduksi
Birama 1-4
Merupakan
bagian
pembuka.
Bagian A
Birama 5-27
Dengan susunan a-b-a
Bagian B
Birama 28-61
Dengan susunan a-b-a
Tabel 2.10. Struktur Lagu Polonaise G# Minor
F. Valse brilliante op.34 no.3 karya Frédéric Chopin
1. Kajian Historis
Selain polonasie, Chopin banyak menciptakan repertoar untuk piano
seperti ballades, nocturnes, etudes, dan waltz. Valse Brilliante
merupakan sebuah karya dari kumpulan waltz.
2. Analisis Struktural
Bagian Introduksi
Birama 1-16
Tonalitas
F
Mayor,
diawali dengan akor
Dominant seventh dan
disusul
dengan
rangkaian
melodi
kromatis.
Bagian A
Birama 18-48
Rangkaian
seperdelapanan
tangan
kanan
not
pada
dan
dengan iringan bergaya
waltz.
15
Bagian B
Birama 49-80
Tema
baru
dan
modulasi ke Bb Mayor.
Bagian C
Birama 81-128
Melodi penuh dengan
ornamen Acciacatura.
Bagian A’
Birama 129-156
Tema
awal
muncul
kembali dengan variasi
Tabel 2.11. Struktur Lagu Valse Brilliante op.34 no.3
G. Suita Kaliurang karya Mochtar Embut
1. Kajian Historis
a. Biografi Mochtar Embut (1934-1973)
Mochtar Embut adalah seorang berkebangsaan Indonesia yang
banyak belajar musik secara mandiri atau biasa disebut sebagai
otodidak. Dia beberapa kali mendapat kesempatan untuk belajar musik
secara formal, namun kesempatan tersebut tidak pernah dia jalani. Pada
usia tiga tahun, Mochtar Embut mengenal musik dari didikan orang
tuanya. Kemudian pada masa remaja, menjadi anggota orkes
Kesejahteraan Angkatan Darat Territorium VII sebagai pianis. 11
Mochtar Embut memiliki sifat pemalu sehingga dalam berbagai
pementasan, dia lebih memilih sebagai orang yang bekerja di balik
layar. Karya-karyanya banyak digunakan di dalam pementasan tidak
hanya di dalam negeri bahkan sampai ke mancan negara. Ia banyak
menggunakan gaya musik tradisional Indonesia seperti pentatonik
dalam karya komposisinya.
Suita merupakan sebuah karya yang terdiri beberapa bagian namun
menjelaskan satu topik yang sama.
2. Analisis Struktural
11
Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Mochtar
Embut, 30 Mei 2015. http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1951/Mochtar-Embut
16
Suita Kaliurang terdiri dari empat bagian yaitu Getuk Lindri
(Moderato), Rumah Gadang (Allegro), Merapi (Andante) dan Keluarga
Pak Pawira (Allegro). Pada bagian pertama yaitu Getuk Lindri, terdapat
beberapa melodi yang dimainkan secara unisono. Satu phrase terdiri
dari empat birama dan semiphrase terdiri dari dua birama. Pada bagian
Rumah Gadang, tangan kanan memainkan not-not seperenambelasan
yang disusun secara berturutan dan tangan kiri harus memainkan pola
ritme bass. Pada bagian Merapi, terdapat banyak pengulangan tema
dengan penambahan iringan. Pada bagian terakhir berbentuk kordal dan
di tengah-tengah lagu terdapat bagian lyrico.
Getuk Lindri
Bagian A
Birama 1-12
Mulai
dengan
tonalitas
E
kemudian
minor,
modulasi
ke A mayor, D mayor
dan berakhir di E
mayor.
Bagian B
Birama 13-20
Tonalitas A mayor.
Tabel 2.12. Struktur Getuk Lindri – Suita Kaliurang
Rumah Gadang
Bagian A
Birama 1-13
Tonalitas
F
mayor
dengan
not
seperenambelasan pada
tangan
kanan
dan
pengulangan pola ritme
pada bagian kiri.
Bagian B
Birama 14-29
Tonalitas F minor.
Tabel 2.13. Struktur Rumah Gadang – Suita Kaliurang
17
Merapi
Bagian A
Birama 1-16
Tonalitas Bb Mayor
Bagian B
Birama 17-32
Tonalitas D Minor
Bagian C
Birama 33-52
Tonalitas D Mayor
Tabel 2.14. Struktur Merapi – Suita Kaliurang
Keluarga Pak Pawira
Bagian A
Birama 1-26
Tonalitas Ab Mayor,
tangan
berbentuk
tangan
kanan
chordal,
kiri
memainkan not yang
disusun secara octave.
Bagian B
Birama 27-49
Tonalitas G Mayor.
Bagian A’
Birama 50-77
Tonalitas Ab Mayor,
dengan varias ritme.
Tabel 2.15. Struktur Keluarga Pak Pawira – Suita Kaliurang
18
KAJIAN REPERTOAR
A. Prelude and Fugue No.19 BWV 888 dari “The Well-Tempered Clavier,
book II” karya Johann Sebastian Bach.
1. Kajian Historis
a. Karakter Musik Periode Barok (1600-1750).
Prelude and Fugue ini merupakan karya yang ditulis pada
periode Barok. Sejarah musik mencatat bahwa musik di periode
Barok bergaya kontrapung.1 Gaya tersebut berarti kombinasi dari
dua atau lebih suara melodi yang bergerak secara bergantian.
Pada saat itu piano belum ditemukan, sehingga karya-karya
musik ditulis untuk harpsichord. Tidak seperti piano, harpsichord
memiliki beberapa kekurangan seperti rentang nada yang terbatas
dan struktur mekanik yang belum mampu memberikan keleluasaan
bagi pemain untuk mewujudkan perubahan dinamika suara ataupun
ekspresi. Dengan sendirinya, para komposer juga memiliki
keterbatasan dalam mewujudkan karyanya.
Pada periode modern seperti sekarang ini, not-not yang lebih
panjang seperti not bernilai seperempat dan not bernilai setengah
dimainkan secara terpisah dari not yang ada di dekatnya untuk
mengingat bahwa di periode Barok, karya musik ditulis untuk
harpsichord sehingga tidak dapat memainkan melodi secara legato.
Not-not di periode ini seringkali diperindah dengan memberi hiasan
seperti trills, turns, dan mordents.
b. Latar Belakang Repertoar.
Prelude and Fugue No.19 BWV 888 merupakan salah satu
karya dari sebuah kumpulan karya berjudul The Well-Tempered
1
maranGraphics Inc. Teach Yourself VISUALLY Piano. (Ontario: Wiley Publishing,
2004), 240.
5
Clavier yang ditulis oleh Johann Sebastian Bach di dalam edisi
kedua pada tahun 1744. Kumpulan karya tersebut dibuat oleh Bach
tidak hanya untuk membantu orang yang masih muda dalam
mempelajari musik, namun juga berfungsi sebagai materi bagi para
pemusik yang telah mahir. 2 Istilah Well-Tempered menunjukan
ketertarikan Bach terhadap sistem penalaan nada yang membagi satu
oktaf menjadi dua belas nada setengah laras yang berjarak sama. 3
c. Biografi Johann Sebastian Bach (1685-1750)
Bach adalah seorang komponis yang sangat terkenal dari
periode Barok. Bahkan di dalam sebuah buku, disebutkan bahwa
Bach adalah komponis penting yang berpengaruh sehingga dia
membawa periode Barok ke puncak tertinggi di masanya. Bach
menghabiskan dua puluh lima tahun terakhir di sisa hidupnya untuk
tinggal bekerja di Liepzig. Bach merupakan seorang yang memiliki
pendidikan tinggi dan merupakan seorang pemain organ yang
virtuoso.
2. Analisis Repertoar
a. Analisis Struktural
1) Prelude
Prelude menggunakan bentuk kontrapung yaitu imitasi motif
secara keseluruhan. Motif-motif itu membentuk rangkaian not
seperdelapanan yang tidak terputus dari awal hingga selesai.
2) Fugue
2
F. E. Kirby, Music for piano: a short history. (New Jersey: Amadeus Press, 2004), 38.
3
Kirby, 38.
6
Subyek Fugue diperkenalkan di awal lagu dari birama 1 –
2/2. Kemudian di imitasi dan divariasi ke berbagai suara yang
berbeda.
Bagian Eksposisi
Birama 1-9/2
Tonalitas A Mayor
Tema awal
Birama 1 – 2/2
Tema diperkenalkan.
Imitasi Tema 1
Birama 2/2-4/1
Imitasi pada suara
Alto
Imitasi Tema 2
Birama 5/1-6/2
Imitasi pada suara
Sopran
Imitasi Tema 3
Birama 7/1-8/2
Imitasi pada suara
Bass.
Tabel 2.1. Struktur Eksposisi Fugue A Mayor.
Bagian
Birama 9/2-19
Pengembangan
Tonalitas
F#
minor
Bagian Rekapitulasi
Birama 20-29
Tonalitas kembali
ke A Mayor dan
ditutup
dengan
perfect cadence.
Tabel 2.2. Struktur Pengembangan Fugue A Mayor
b. Teknik Permainan
1) Prelude
Pada prelude, penyaji harus dapat memainkan not
seperdelapan secara terus-menerus tanpa terputus-putus dari
awal lagu hingga akhir lagu. Penyaji juga harus dapat
memunculkan alunan pengelompokan not setiap 3/8 di dalam
sukat 12/8. Hal ini didukung oleh penggunaan ritme panjangpendek-panjang pendek pada nada pelengkap.
7
2) Fugue
Pada Fugue, penyaji harus dapat memunculkan suara subyek
atau tema walapun di saat yang bersamaan, kontra subyek juga
dimainkan bersama dengan not pelengkap. Tema muncul tidak
hanya di salah satu suara, melainkan di imitasi ke berbagai
tingkatan suara yang berbeda. Tema muncul di bass, tenor, alto,
dan sopran.
B. Sonata in Eb Major, Hob XVI:49 karya dari Franz Joseph Haydn.
1. Kajian Historis.
a. Karakter Musik Periode Klasik (1750-1827)
Karya musik di periode ini sangat terstruktur. Frase atau ide
musik biasanya terbentang sepanjang empat birama.4 Selain itu juga
banyak menggunakan perubahan volume suara untuk memperjelas
frase atau tema. Tempo yang digunakan juga sangat konstan dan
tidak terdapat banyak rubato seperti di perode Romantik.
Iringan yang digunakan seringkali berupa not-not yang
dimainkan dengan tempo cepat, not-not yang diulang, akor yang notnotnya dimainkan secara serentak atau terpisah, dan Alberti bass.
Pada periode ini tidak hanya gaya musiknya saja yang
berkembang, melainkan alat musik yang digunakan juga mengalami
perubahan. Pada periode Barok dikenal alat musik harpsichord yang
membuat para pemainnya tidak dapat mengolah dinamika seluas
mungkin. Sedangkan di periode Klasik, alat musik tersebut
berkembang pesat sehingga kebebasan pemain dalam mengolah
dinamika suara tidak lagi terbatas. Alat musik ini dikenal dengan
sebutan pianoforte.
4 Barbara Russano Hanning, Concise History of Western Music. (New York: W.W. Norton
& Company, Inc., 1998), 292.
8
b. Latar Belakang Repertoar.
Sonata ini dibuat pada tahun 1789, diawali oleh dua bagian
yaitu Allegro dan Minuet. Di musim semi berikutnya, Haydn
menambahkan bagian Adagio e cantabile, sehingga terciptalah
sonata tiga bagian, nomor 49. Walaupun di dalam karya tersebut
tertulis bahwa lagu tersebut didedikasikan untuk Maria Anna
(‘Nanette’) Jerlischeck, pembantu rumah tangga keluarga Esterházy,
Haydn mendedikasikan karyanya untuk teman dekatnya yaitu Maria
Anna von Genzinger.5
Haydn juga menuliskan di bagian Adagio “sedikit sulit
namun penuh ekspresi”. Hal ini ditunjukannya dengan penggunaan
tonalitas Bb minor di tengah-tengah bagian.
c. Biografi Franz Joseph Haydn (1732-1809)
Franz Joseph Haydn lahir di Ruhrau dekat dengan kota
Hungarian, belajar musik sejak usia lima tahun dibawah bimbingan
pamannya. Haydn juga pernah menjadi penyanyi paduan suara di St.
Stephenss Cathedral di Vienna. Di tempat itu, dia banyak
memperoleh pengalaman berlatih yang baik, namun tidak
mendapatkan pelajaran teori musik yang teratur.6
Seiring dengan bertambahnya usia, suara vokalnya juga
banyak mengalami perubahan sehingga dia tidak diterima lagi
sebagai penyanyi paduan suara. Kemudian ia banyak mempelajari
kontrapung dari buku J. J. Fux’s Gradus ad Parnassum (steps to
Parnassus) yang dipublikasikan tahun 1725 dan disusun oleh Stile
Antico dari Palestrina.
Haydn juga banyak belajar dari orang yang mempunyai
pengaruh besar di Vienna dan belajar tentang komposisi musik dari
5 Hyperion Records Limited. Sonata in Eb Mayor Haydn, 4 Mei 2015.
http://www.hyperionrecords.co.uk/dw.asp?dc=W12499_67710.
6 Hanning, 316.
9
Nicola Porpora, seorang komposer serta guru vokal berkebangsaan
Italia, yang pernah menjadi saingan Handel di London.
Pada sekitar tahun 1758 dia menjadi direktur musik untuk
orkes Count Morzin dan pada saat itu dia membuat simfoni untuk
orkes tersebut. Kemudian pada tahun 1761 adalah hari yang paling
bersejarah bagi Haydn karena pada saat itu ia memulai karirnya
sebagai musisi di keluarga raja Paul Anton Esterhazy. Seorang
bangsawan Hungaria yang sangat kaya dan berkelimpahan.
2. Analisis Repertoar.
a. Analisis Struktural
Sonata Eb Mayor karya Haydn secara keseluruhan banyak
menggunakan gaya melodi dengan iringan. Di beberapa bagian
disertakan juga bentuk kontrapung seperti di bagian pengembangan
pada Allegro.
Susunan lagu pada pergerakan pertama, bagian eksposisi.
Principal theme
Birama 1-12
Dengan tonalitas Eb
Mayor
Transisi
Birama 12-24/2
Not-not
panjang
dengan tonalitas Eb
mayor dan berakir
di akor F.
Subordinate theme
Birama 24/3-42/1
Tonalitas
Bb
Mayor.
Closing section
Birama 42/2-64/2
Tonalitas Bb Mayor
Tabel 2.3. Struktur Eksposisi Pergerakan Pertama Sonata Eb Mayor
Susunan lagu pada pergerakan pertama, bagian pengembangan.
Pengembangan
Birama 65/3-80/2 Menggunakan gaya
kontrapung.
10
Bagian retransisi
Birama
80/3- Bagian pengulangan
131/2
transisi yang ada di
bagian
eksposisi
dengan
perubahan
tonalitas C minor.
Tabel 2.4. Struktur Pengembangan Pergerakan Pertama Sonata Eb
Mayor
Susunan lagu pada pergerakan pertama, bagian rekapitulasi.
Principal theme
Birama 131/3-143
Tema yang sama
dengan
Eksposisi
bagian
pada
tonalitas Eb Mayor.
Transisi
Birama 144-157
Bagian yang sama
dengan transisi di
bagian
Eksposisi,
tetapi berakhir di
tonika.
Subordinate theme
Birama 158-195
Tonalitas Eb Mayor
Closing
Birama 196-218/1
Tonalitas Eb Mayor
Tabel 2.5. Struktur Rekapitulasi Pergerakan Pertama Sonata Eb
Mayor
Susunan Lagu pada bagian Adagio e Cantabile.
Bagian A
Birama 1-57
Tonalitas Bb Mayor
Bagian B
Birama 58-82
Tonalitas Bb Minor
Bagian A’
Birama 83-126
Tonalitas Bb Mayor
Tabel 2.6. Struktur Lagu Pergerakan Kedua Sonata Eb Mayor
11
Susunan lagu pada bagian Finale, Tempo di Minuetto.
Bagian A
Birama 1-24/2
Tonalitas Eb Mayor
Bagian B
Birama 25-60
Tonalitas Eb Mayor
Bagian C
Birama 61-87
Tonalitas Eb minor.
Bagian A’
Birama 88-116
Tonalitas Eb Mayor
Tabel 2.7. Struktur Lagu Pergerakan Ketiga Sonata Eb Mayor
b. Teknik Permainan.
Di dalam sonata ini, penyaji dituntut untuk dapat memainkan
ornamen dalam tempo aliran lagu yang cepat. Penyaji juga harus
dapat memainkan iringan berbentuk Alberti bass dengan rapi dan
dengan dinamika p atau mp. Di pergerakan pertama dan kedua
banyak menggunakan penyilangan tangan.
C. The Man I Love karya George Gershwin
1. Kajian Historis
a. Karakter Musik Periode Modern.
Pada periode Modern, para komponis banyak melakukan
teknik penciptaan yang keluar dari kebiasaan para komponis dari
periode
sebelumnya.
Mereka
benar-benar
mengolah
karya
komposisi menjadi semakin bebas dalam penggunaan tempo, akor,
ekspresi, dan berbagai aspek dalam komposisi.
b. Latar Belakang Repertoar
George Gershwin (1898-1937) lebih tepat disebut sebagai
penulis lagu daripada seorang pemain teater.7 Beberapa karyanya
mengkombinasi aliran musik jazz dan gaya romantik dari Liszt.
Gershwin banyak menulis lagu untuk drama musikal Broadway.
Lagu The Man I Love merupakan salah satu lagu yang diciptakannya
7
Hanning, 526.
12
untuk drama musikal berjudul Lady, Be Good pada tahun 1927. Pada
saat itu lagu ini masih berjudul “The Girl I Love” dan kemudian
diubah menjadi “The Man I Love”.8
2. Analisis Repertoar.
Lagu ini banyak menggunakan akor-akor penuh yang dituliskan
dalam Grand Staff dengan satu staff tambahan yaitu treble staff. Frase
yang digunakan merupakan frase pada umumnya yaitu 4 birama.
Bagian A
Birama 1-16
Tonalitas Eb Mayor
Bagian B
Birama 17-25
Tonalitas C Minor
Bagian A
Birama
(3birama
26-34 Tonalitas Eb Mayor
terakhir
seperti penutup)
Tabel 2.8. Struktur Lagu The Man I Love - Gershwin
D. I Got Rhythm karya George Gershwin
1. Kajian Historis
a. Latar Belakang Repertoar
Lagu I Got Rhythm merupakan lagu yang diciptakan
Gershwin dalam drama musical berjudul Girl Crazy pada tahun
1930. Lagu ini terkenal setelah seorang penyanyi bernama Ethel
Merman menyanyikannya di dalam drama musikal tersebut.9
2. Analisis Struktural
Songfacts. The Man I Love by George Gershwin, 29 Mei 2015.
http://www.songfacts.com/detail.php?id=26808
9
UC Press E-Books Collection. George Gershwin's "I Got Rhythm" (1930), 1 Juni 2015.
http://publishing.cdlib.org/ucpressebooks/view?docId=ft0z09n7gx&chunk.id=d0e6504&toc.depth
=1&brand=ucpress
8
13
Di dalam I Got Rhythm, terdapat banyak pengulangan ritme motif
singkopasi dan menggunakan tempo yang sangat cepat. Penyaji dituntut
untuk dapat memunculkan melodi yang berasal dari not tertinggi di
dalam sebuah akor, dan pada bagian akhir terdapat tanda Martellato
yang berarti penyaji harus mengeluarkan suara
melodi pada bass
dengan aksen yang lebih.
Bagian A
Birama 1-24
Tonalitas Db Mayor
Bagian A’
Birama 25-38
Tonalitas Db Mayor
Bagian B
Birama 39-54
Tonalitas F Mayor
Bagian transisi
Birama 55-62
Ritme motif muncul.
Bagain A’’
Birama 63-72
Tonalitas F Mayor,
melodi pada bass
Tabel 2.9. Struktur Lagu I Got Rhythm - Gershwin
E. Polonaise G# Minor karya Frédéric Chopin
1. Kajian Historis.
Kata Romantik menggambarkan karya-karya komposisi pada saat
itu yang diciptakan dengan lebih bergairah dan lebih ekspresif
dibandingkan dengan periode sebelumnya karena komponis mulai
berani untuk mengekspresikan perasaan serta imajinasinya.
Frédéric Chopin (1810-1849) adalah seorang pemusik yang sangat
mencintai tempat kelahirannya, Polandia. Bahkan kecintaannya tidak
lekang oleh waktu, walau situasi politik di tempat asal tersebut tidak
kondusif. Ia banyak memunculkan gaya musik daerah Polandia di dalam
karya-karyanya.10
Polonise merupakan komposisi karya Chopin yang sangat
menggambarkan semangat kepahlawanan Polandia.
2. Analisis Struktural
10
Hanning, 396.
14
Di dalam karya ini, penyaji dituntut untuk memainkan berbagai
macam rangkaian not dalam setiap ketukan. Terdapat penyilangan
tangan di bagian B dan trill yang berturut-turut sehingga diperlukan
keterampilan yang lebih dalam memainkannya.
Bagian introduksi
Birama 1-4
Merupakan
bagian
pembuka.
Bagian A
Birama 5-27
Dengan susunan a-b-a
Bagian B
Birama 28-61
Dengan susunan a-b-a
Tabel 2.10. Struktur Lagu Polonaise G# Minor
F. Valse brilliante op.34 no.3 karya Frédéric Chopin
1. Kajian Historis
Selain polonasie, Chopin banyak menciptakan repertoar untuk piano
seperti ballades, nocturnes, etudes, dan waltz. Valse Brilliante
merupakan sebuah karya dari kumpulan waltz.
2. Analisis Struktural
Bagian Introduksi
Birama 1-16
Tonalitas
F
Mayor,
diawali dengan akor
Dominant seventh dan
disusul
dengan
rangkaian
melodi
kromatis.
Bagian A
Birama 18-48
Rangkaian
seperdelapanan
tangan
kanan
not
pada
dan
dengan iringan bergaya
waltz.
15
Bagian B
Birama 49-80
Tema
baru
dan
modulasi ke Bb Mayor.
Bagian C
Birama 81-128
Melodi penuh dengan
ornamen Acciacatura.
Bagian A’
Birama 129-156
Tema
awal
muncul
kembali dengan variasi
Tabel 2.11. Struktur Lagu Valse Brilliante op.34 no.3
G. Suita Kaliurang karya Mochtar Embut
1. Kajian Historis
a. Biografi Mochtar Embut (1934-1973)
Mochtar Embut adalah seorang berkebangsaan Indonesia yang
banyak belajar musik secara mandiri atau biasa disebut sebagai
otodidak. Dia beberapa kali mendapat kesempatan untuk belajar musik
secara formal, namun kesempatan tersebut tidak pernah dia jalani. Pada
usia tiga tahun, Mochtar Embut mengenal musik dari didikan orang
tuanya. Kemudian pada masa remaja, menjadi anggota orkes
Kesejahteraan Angkatan Darat Territorium VII sebagai pianis. 11
Mochtar Embut memiliki sifat pemalu sehingga dalam berbagai
pementasan, dia lebih memilih sebagai orang yang bekerja di balik
layar. Karya-karyanya banyak digunakan di dalam pementasan tidak
hanya di dalam negeri bahkan sampai ke mancan negara. Ia banyak
menggunakan gaya musik tradisional Indonesia seperti pentatonik
dalam karya komposisinya.
Suita merupakan sebuah karya yang terdiri beberapa bagian namun
menjelaskan satu topik yang sama.
2. Analisis Struktural
11
Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Mochtar
Embut, 30 Mei 2015. http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1951/Mochtar-Embut
16
Suita Kaliurang terdiri dari empat bagian yaitu Getuk Lindri
(Moderato), Rumah Gadang (Allegro), Merapi (Andante) dan Keluarga
Pak Pawira (Allegro). Pada bagian pertama yaitu Getuk Lindri, terdapat
beberapa melodi yang dimainkan secara unisono. Satu phrase terdiri
dari empat birama dan semiphrase terdiri dari dua birama. Pada bagian
Rumah Gadang, tangan kanan memainkan not-not seperenambelasan
yang disusun secara berturutan dan tangan kiri harus memainkan pola
ritme bass. Pada bagian Merapi, terdapat banyak pengulangan tema
dengan penambahan iringan. Pada bagian terakhir berbentuk kordal dan
di tengah-tengah lagu terdapat bagian lyrico.
Getuk Lindri
Bagian A
Birama 1-12
Mulai
dengan
tonalitas
E
kemudian
minor,
modulasi
ke A mayor, D mayor
dan berakhir di E
mayor.
Bagian B
Birama 13-20
Tonalitas A mayor.
Tabel 2.12. Struktur Getuk Lindri – Suita Kaliurang
Rumah Gadang
Bagian A
Birama 1-13
Tonalitas
F
mayor
dengan
not
seperenambelasan pada
tangan
kanan
dan
pengulangan pola ritme
pada bagian kiri.
Bagian B
Birama 14-29
Tonalitas F minor.
Tabel 2.13. Struktur Rumah Gadang – Suita Kaliurang
17
Merapi
Bagian A
Birama 1-16
Tonalitas Bb Mayor
Bagian B
Birama 17-32
Tonalitas D Minor
Bagian C
Birama 33-52
Tonalitas D Mayor
Tabel 2.14. Struktur Merapi – Suita Kaliurang
Keluarga Pak Pawira
Bagian A
Birama 1-26
Tonalitas Ab Mayor,
tangan
berbentuk
tangan
kanan
chordal,
kiri
memainkan not yang
disusun secara octave.
Bagian B
Birama 27-49
Tonalitas G Mayor.
Bagian A’
Birama 50-77
Tonalitas Ab Mayor,
dengan varias ritme.
Tabel 2.15. Struktur Keluarga Pak Pawira – Suita Kaliurang
18