Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016 Chapter III VI

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik

dengan pendekatan cross sectional yang merupakan studi satu tahap yang datanya
yang berada di variabel independen dan variabel dependen diambil pada yang
waktu yang sama. (Notoadmodjo, 2009). Dalam penelitian ini peneliti hanya akan
menggambarkan dan menganalisa beban kerja perawat terhadap kualitas
pelayanan keperawatan di ruang rawat inap RSU. Dr. G.L. Tobing Tanjung
Morawa.

3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr.

G.L.Tobing Tanjung Morawa. Penelitian ini akan berlangsung selama tujuh bulan

terhitung mulai bulan Januari 2016 sampai bulan Juli 2016, yang dimulai dengan
survei awal, pencarian literatur, penyusunan proposal dan seminar hasil penelitian.

3.3

Populasi dan Sampel

3.3.1

Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di Ruang

Rawat Inap RSU. Dr. G.L. Tobing Tanjung Morawa yaitu berjumlah sebanyak 55
orang perawat.

32

Universitas Sumatera Utara

33


3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di Ruang
Rawat Inap RSU. Dr. G.L. Tobing Tanjung Morawa, besar sampel adalah seluruh
populasi yaitu sebesar 55 orang perawat yang diambil dengan menggunakan total
populasi.

3.4

Metode Pengumpulan Data

3.4.1

Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara membagikan

kuesioner. Jenis kuesioner ini berupa angket tertutup, dimana responden memilih
jawaban yang telah disediakan dalam bentuk pilihan jawaban yang menggunakan
skala likhert yang telah disesuaikan terdiri dari beberapa item pertanyaan yang
bersifat positif mewakili seluruh variabel yang diteliti.

3.4.2

Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer
Data primer adalah data dikumpulkan langsung oleh peneliti dan dibantu
oleh beberapa orang tenaga yang telah dilatih dengan menggunakan instrument
kuesioner dan ceklis. Instrumen kuesioner dibagikan kepada responden untuk
mendapatkan data tentang beban kerja perawat dari responden serta data kualitas
pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan
uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner agar layak digunakan sebagai
alat pengumpulan data primer, yaitu untuk mengetahui sejauh mana kuesioner

Universitas Sumatera Utara

34

dapat dijadikan sebagai alat ukur yang mewakili variabel terikat dan variabel
bebas.

2. Data Sekunder
Data sekunder ini diperoleh dari file laporan hasil evaluasi dibidang
keperawatan dan Profil RSU. Dr. G.L. Tobing Tanjung Morawa. Data sekunder
dalam penelitian ini dipergunakan untuk me-rechek data primer yang diperoleh
dari kuesioner terutama data-data yang meragukan dan melengkapi data-data
tambahan yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.5

Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian validitas dan realibilitas instrumen penelitian ini diperlukan

untuk mendapatkan instrumen sebagai alat ukur yang dapat mengukur sejauh
mana suatu alat ukur dipercaya. Untuk mengetahui sejauh mana alat ukur tersebut
dipercaya dilakukan uji coba terhadap 16 responden yang tidak termasuk
responden tetapi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan lokasi
penelitian dengan tingkat kesalahan 5%, pengujian validitas dan realibilitas ini
dilakukan dengan menggunakan bantuan computer dengan software computer
dengan uji Crombach Alfa.


3.6

Variabel dan Definisi Operasional

3.6.1

Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah terdiri dari variabel independen dan

variabel dependen. Yang termasuk kedalam variabel independen adalah beban
kerja perawat dan yang termasuk variabel dependen adalah kualitas pelayanan

Universitas Sumatera Utara

35

keperawatan meliputi : (1) Kehandalan (reliability); (2) Bukti langsung (tangible);
(3). Daya tanggap (responsiveness); (4). Jaminan (assurance); (5). Empati
(emphaty).
3.6.2


Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

No

Variabel

Sub Variabel

1

Beban Kerja
Perawat

-

2

Variabel

Bebas :
Kualitas
Pelayanan
Keperawata
n

Kehandalan
(Reliabity)

Bukti Fisik
(Tangibel)

Definisi
Operasional
Beban kerja
perawat
adalah tugas
keperawatan
yang harus
dilakukan

untuk
pelayanan
keperawatan
yang sesuai
dengan
standar
operasional
pelaksanaan.
Kemampuan
dan
pengalaman
perawat yang
baik serta
dalam
memberikan
pelayanan
keperawatan
dirumah sakit
Daya tarik
yang dapat

dilihat oleh
pasien dari
segi fisik
ruangan,
kelengkapan
peralatan,
kebersihan,
kerapian serta
penampilan
perawat

Alat
Ukur
Kuesione
r

Hasil
Ukur
Ringan
Sedang

Berat

Skala
Ukur
Ordinal

Kuesione
r

Baik
Cukup
Kurang

Ordinal

Kuesione
r

Baik
Cukup

Kurang

Ordinal

Universitas Sumatera Utara

36

No

Variabel

Sub Variabel
Responsivene
ss
(Ketanggapan
)

Jaminan
Kepastian
(Assurance)

Empati
(Emphaty)

Definisi
Operasional
Kemauan dari
perawat untuk
membantu
memenuhi
kebutuhan
pasien dan
memberikan
pelayanan
keperawatan
dengan cepat
dan tanggap
serta
mendengar
dan mengatasi
keluhan
pasien
Suatu
keramahan,
keamanan dan
kesopanan
yang dimiliki
oleh seorang
perawat
dalam
memberikan
pelayanan
keperawatan
yang dapat
membangun
rasa pecaya
pasien atas
pelayanan
tersebut.
Suatu
perasaan,
pemahaman
yang dimiliki
oleh perawat
untuk
membina
hubungan
saling percaya
dengan apa
yang sedang
dialami oleh
pasien
dirumah sakit

Alat
Ukur
Kuesione
r

Hasil
Ukur
Baik
Cukup
Kurang

Skala
Ukur
Ordinal

Kuesione
r

Baik
Cukup
Kurang

Ordinal

Kuesione
r

Baik
Cukup
Kurang

Ordinal

Universitas Sumatera Utara

37

3.7

Aspek Pengukuran

3.7.1

Variabel Independen
Pengukuran variabel beban kerja perawat menggunakan kuesioner dengan

10 item pertanyaan yang memiliki bobot dari setiap alternatif jawaban yang
berbeda, jika jawaban dari pertanyaan ya diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor
2 dan tidak skor 1. Maka beban kerja perawat dikategorikan sebagai berikut :
a. Ringan jika total nilai yang diperoleh < 16
b. Sedang jika total nilai yang diperoleh 17-23
c. Berat jika total nilai yang diperoleh > 24
3.7.2

Variabel Dependen

1. Kehandalan
Pengukuran keandalan menggunakan kuesioner dengan 5 item pertanyaan
yang memiliki bobot dari setiap alternatif jawaban yang berbeda, jika jawaban
dari pertanyaan ya diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2 dan tidak diberi
skor 1. Maka kehandalan dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Baik jika total nilai yang diperoleh >12
b. Cukup jika total nilai yang diperoleh 8-11
c. Kurang jika total nilai yang diperoleh < 7
2. Bukti Fisik
Pengukuran bukti fisik menggunakan kuesioner dengan 5 item pertanyaan
yang memiliki bobot dari setiap alternatif jawaban yang berbeda, jika jawaban
dari pertanyaan ya diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2 dan tidak diberi 1.
Maka bukti fisik dapat dikategorikan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

38

a. Baik jika total nilai yang diperoleh >12
b. Cukup jika total nilai yang diperoleh 8-11
c. Kurang jika total nilai yang diperoleh 12
b. Cukup jika total nilai yang diperoleh 8-11
c. Kurang jika total nilai yang diperoleh 12
b. Cukup jika total nilai yang diperoleh 8-11
c. Kurang jika total nilai yang diperoleh 12
b. Cukup jika total nilai yang diperoleh 8-11
c. Kurang jika total nilai yang diperoleh < 7

3.8

Metode Analisis Data

1. Analisis Univariat
Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing
variabel independen yaitu beban kerja perawat dan variabel dependen yaitu
kehandalan, bukti fisik, ketanggapan, daya tanggap, jaminan dan empati.
2. Analisis Bivariat
Merupakan analisa hasil variabel independen yang diduga mempunyai
pengaruh dengan variabel-variabel dependen. Analisa yang digunakan adalah
tabulasi silang dengan menggunakan uji chi square, sehingga dapat diketahui ada
tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik dengan derajat kepercayaan
(confidence level) yang digunakan adalah 95% sedangkan derajat kemaknaan
yang digunakan p= 20 tahun
Jumlah

8
8
39
55

14,5
14,5
70,9
100

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa umur responden mayoritas
diatas 35 tahun sebanyak 44 orang (80%), jenis kelamin responden mayoritas
perempuan sebanyak 52 orang (94,5%), pendidikan terakhir responden mayoritas
SPK sebanyak 32 orang (58,2%) dan lama bekerja responden mayoritas lebih dari
20 tahun sebanyak 39 orang (70,9%).

4.3 Beban Kerja Perawat
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Beban Kerja Perawat di Ruang
Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016
Beban Kerja Perawat
Ringan
Sedang
Berat
Jumlah

Frekuensi
17
24
14
55

Persentase (%)
30.9
43.6
25.5
100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa beban kerja perawat di
ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tahun 2016 mayoritas sedang yaitu
sebanyak 24 orang (43,6%). Uraian penjelasan indikator beban kerja perawat di
ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

43

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Indikator Beban Kerja
Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa
Tahun 2016

No
1

2

3

4

5

6
7
8

9
10

Beban Kerja Perawat
Perawat yang dinas per shift
dengan jumlah pasien sudah
sebanding dengan tingkat
ketergantungan.
Perawat mengorientasikan
peraturan yang berlaku di
ruangan kepada keluarga
klien.
Perawat
dapat
menyelesaikan tugas yang
diberikan tepat waktu.
Perawat berkontak langsung
dengan klien secara terus
menerus.
Perawat melakukan asuhan
keperawatan dengan baik
dan benar.
Perawat mengambil diet ke
dapur.
Perawat membagikan diet ke
pasien.
Perawat mengantar pasien
rontgen dari ruangan dan
mengambil hasil rontgen
dari unit radiologi.
Perawat
melakukan
pekerjaan administrasi klien.
Perawat
selalu
melaksanakan
perintah
atasan misalnya meminta
persetujuan tindakan ke
distrik.

N
18

%
32.7

Kadangkadang
N
%
17 30.9

16

29.1

22

40

17

30.9 55 100

15

27.3

15

38.2

19

34.5 55 100

14

25.5

22

40

19

34.5 55 100

19

34.5

18

32.7

18

32.7 55 100

19

34.5

18

32.7

18

32.7 55 100

15

27.3

21

38.2

19

34.5 55 100

16

29.1

22

40

17

30.9 55 100

18

32.7

17

30.9

20

36.4 55 100

14

25.5

22

40

19

34.5 55 100

Tidak

Ya

Total

n
20

% n %
36.4 55 100

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden
sebanyak 20 orang (36,4%)

mengatakan

perawat melakukan pekerjaan

administrasi klien,19 orang (34,5%) perawat mengatakan kadang-kadang perawat

Universitas Sumatera Utara

44

selalu melaksanakan perintah atasan misalnya meminta persetujuan tindakan ke
distrik, 17 orang (30,9%) perawat mengatakan mengantar pasien rontgen dari
ruangan dan mengambil hasil rontgen dari unit radiologi dimana hal ini bukan
tugas pokok dan fungsinya sebagai perawat dan 15 orang (27,3%) perawat
mengatakan tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan tepat pada waktunya.

4.4 Kualitas Pelayanan Keperawatan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan
Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa
Tahun 2016
Kualitas Pelayanan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Frekuensi (f)
4
28
23
55

Persentase (%)
7.3
50,9
41,8
100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa kualitas pelayanan
keperawatan mayoritas cukup yaitu sebanyak 28 orang (50,9%).

4.5 Dimensi Kualitas Pelayanan Keperawatan
4.5.1

Dimensi Kehandalan ( Reliability)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dimensi Kehandalan di Ruang
Rawat Inap RSU Dr. G. L Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016
Kehandalan (Reliability)
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Frekuensi (f)
4
23
28
55

Persentase (%)
7.3
41.8
50.9
100

Universitas Sumatera Utara

45

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa kualitas pelayanan
keperawatan berdasarkan dimensi kehandalan mayoritas kurang yaitu sebanyak
28 orang (50,9%).
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Indikator Beban Kerja
Perawat Berdasarkan Dimensi Kehandalan di Ruang Rawat Inap
RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

No
1

2

3

4

5

Kehandalan
Perawat segera menanyakan
keluhan atau kebutuhan pasien
ketika sampai diruangan.
Perawat meminta persetujuan
dari pasien ataupun keluarga
setiap sebelum melakukan
tindakan keperawatan.
Perawat menjelaskan sampai
pasien paham apabila pasien
bertanya kepada perawat
tentang
perkembangan
penyakitnya
(Keadaan
Penyakitnya).
Perawat
memberitahukan
dengan jelas kepada pasien
hal-hal yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh pasien
demi kesembuhan pasien.
Perawat melakukan pemberian
tindakan kepada pasien sesuai
dengan standar operasional
prosedur (SOP) Rumah Sakit.

KadangYa
Total
kadang
N
%
n
% n %
n
%
18 32.7 17 30.9 20 36.4 55 100
Tidak

15 27.3 21

38.2 19 34.5 55

100

16 29.1 22

40.0 17 30.9 55

100

15 27.3 25

45.5 15 27.3 55

100

19 34.5 18

32.7 18 32.7 55

100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa 19 orang (34,5%)
perawat mengatakan perawat melakukan pemberian tindakan kepada pasien tidak
sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) rumah sakit, 18 orang (32,7%)
perawat mengatakan tidak segera menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien
ketika sampai diruangan, 16 orang (29,1%) mengatakan

perawat tidak

Universitas Sumatera Utara

46

menjelaskan sampai pasien paham apabila pasien bertanya kepada perawat
tentang perkembangan penyakitnya (Keadaan Penyakitnya), masing-masing 15
orang (27,3%) perawat tidak meminta persetujuan dari pasien ataupun keluarga
setiap sebelum melakukan tindakan keperawatan, sebanyak 15 orang (27,3%)
perawat mengatakan Perawat tidak memberitahukan dengan jelas kepada pasien
hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien demi kesembuhan
pasien.
Dimensi Bukti Fisik ( Tangibles)

4.5.2

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Beban Kerja Perawat Berdasarkan Dimensi
Bukti Fisik Di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa
Tahun 2016
Bukti Fisik
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Berdasarkan

Frekuensi
11
21
23
55

Persentase (%)
20.0
38.2
41.8
100

Tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa kualitas pelayanan

keperawatan dari aspek dimensi bukti fisik (tangible) perawat mayoritas cukup
sebanyak 27 orang (49,1%). Uraian penjelasan indikator dimensi kualitas
pelayanan keperawatan berdasarkan bukti fisik (tangibles) perawat di ruang rawat
inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

47

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Indikator Dimensi Bukti
Fisik di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa
Tahun 2016

No
1

2

3

4
5

KadangYa
Total
kadang
n % n % n % n %
Perawat memberikan informasi 14 25.5 22 40 19 34.5 55 100
kepada pasien tentang aturan yang
berlaku di rawatan pada saat mau
masuk ke ruangan.
Perawat memperhatikan kebersihan 18 32.7 17 30.9 20 36.4 55 100
dan kerapian ruangan tempat pasien
dirawat.
Perawat memperhatikan kebersihan 16 29.1 22 40 17 30.9 55 100
dan kesiapan alat-alat kesehatan
sebelum dan sesudah memberikan
tindakan kepada pasien
Perawat berpenampilan rapi dan 15 27.3 21 38.2 19 34.5 55 100
menarik ketika bertugas
Perawat tetap menjaga privasinya 19 34.5 18 32.7 18 32.7 55 100
saat melakukan tindakan kepada
pasien
Bukti Fisik (Tangible)

Tidak

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 22 orang
(40%) mengatakan perawat kadang-kadang memberikan informasi kepada pasien
tentang aturan yang berlaku di rawatan pada saat mau masuk ke ruangan, 22
orang (40%) mengatakan perawat memperhatikan kebersihan dan kesiapan alatalat kesehatan sebelum dan sesudah memberikan tindakan kepada pasien, 21
orang (28,2%) mengatakan perawat kadang-kadang berpenampilan rapi d an
menarik ketika bertugas, 18 orang (32,7%) mengatakan perawat kadang-kadang
tetap menjaga privasinya saat melakukan tindakan kepada pasien, 17 orang
(30,9%) mengatakan bahwa perawat kadang-kadang memperhatikan kebersihan
dan kerapian ruangan tempat pasien dirawat.

Universitas Sumatera Utara

48

4.5.3

Dimensi Daya Tanggap ( Responsiviness)

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dimensi Daya Tanggap di
Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016
Daya Tanggap
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Frekuensi
26
19
10
55

Persentase (%)
47.3
34.5
18.2
100

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa perawat mengatakan
bahwaa daya tanggap (responsiviness) mayoritas baik, yaitu sebanyak 27 orang
(49,1%). Uraian penjelasan indikator dimensi kualitas pelayanan keperawatan
berdasarkan daya tanggap (responsiviness) perawat di ruang rawat inap RSU. Dr.
G. L. Tobing Tanjung Morawa adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Indikator Dimensi
Daya Tanggap di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung
Morawa Tahun 2016

No
1

2

3
4

5

Daya Tanggap
Perawat bertanya tentang
perkembangan yang dialami
pasien
setelah
perawat
melakukan tindakan.
Perawat mengontrol atau
mengobservasi secara teratur
kondisi pasien pada saat shift
pagi, sore, dan malam hari.
Perawat segera datang ketika
pasien memerlukan bantuan
Perawat membantu pasien
melaksanakan pelayanan foto
dan pemeriksaan laboratoriun
Perawat membantu memenuhi
kebutuhan pasien misalnya:
makan, minum, mandi, ganti
pakaian
dan
sebagainya
selama perawatan

KadangYa
kadang
N % N % n
%
15 27.3 21 38.2 19 34.5

n
55

%
100

18 32.7 17 30.9 20 36.4

55

100

19 34.5 18 32.7 18 32.7

55

100

16 29.1 22 40.0 17 30.9

55

100

18 32.7 17 30.9 20 36.4

55

100

Tidak

Total

Universitas Sumatera Utara

49

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa 20 orang (36,4%) perawat
mengatakan mengontrol atau mengobservasi secara teratur kondisi pasien pada
saat shift pagi, sore, dan malam hari, 20 orang (36,4%) perawat mengatakan
membantu memenuhi kebutuhan pasien misalnya : makan, minum, mandi, ganti
pakaian dan sebagainya selama perawatan, 19 orang (34,5%) mengatakan perawat
bertanya tentang perkembangan yang dialami pasien setelah perawat melakukan
tindakan, 18 orang (32,7%) mengatakan perawat segera datang ketika pasien
memerlukan bantuan, 17 orang (30,9%) mengatakan perawat membantu pasien
melakukan pelayanan foto dan pemeriksaan laboratorium.
4.5.4

Dimensi Jaminan ( Assurance )

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dimensi Jaminan di Ruang
Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016
Jaminan

Frekuensi
17
26
12
55

Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Persentase (%)
30.9
47.3
21.8
100

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa jaminan (Assurance)
perawat mayoritas sedang sebanyak 27 orang (49,1%). Uraian penjelasan
indikator dimensi

kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan jaminan

(assurance) di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa dapat
dilihat sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

50

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Indikator Dimensi
Jaminan di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa
Tahun 2016

No
1

2
3

4

5

KadangYa
Total
Kadang
n % n % n % N %
Perawat memperkenalkan diri 16 29.1 22 40 17 30.9 55 100
saat pertama kali bertemu dengan
pasien.
Perawat menyebutkan nama 19 34.5 18 32.7 18 32.7 55 100
pasien dengan benar.
Perawat memberikan informasi 14 25.5 22 40 19 34.5 55 100
terlebih dahulu kepada pasien
tentang
segala
tindakan
perawatan
yang
akan
dilaksanakan
Perawat menyampaikan salam, 15 27.3 21 38.2 19 34.5 55 100
sebelum berkomunikasi dengan
pasien misalnya (selamat pagi,
selamat siang, selamat sore,
selamat malam).
Perawat berkomunikasi dengan 14 25.5 22 40.0 19 34.5 55 100
intonasi rendah dan tidak dengan
suara yang keras kepada pasien
Jaminan

Tidak

Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat dilihat 22 orang (40%) mengatakan
bahwa perawat kadang-kadang memperkenalkan diri saat bertemu dengan pasien,
22 orang (40%) mengatakan perawat kadang-kadang memberikan informasi
terlebih dahulu kepada pasien tentang segala tindakan perawatan yang akan
dilaksanakan, 22 orang (40%) mengatakan perawat berkomunikasi dengan
intonasi rendah dan tidak dengan suara yang keras kepada pasien, 21 orang
(38,2%) mengatakan perawat menyampaikan salam sebelum berkomunikasi
dengan pasien misalnya (selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat
malam), 18 orang (32,7%) mengatakan perawat menyebutkan nama pasien dengan
benar.

Universitas Sumatera Utara

51

Dimensi Empati ( Emphaty)

4.5.5

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dimensi Empati di Ruang
Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016
Empati

Frekuensi
14
8
33
55

Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Persentase (%)
25.5
14.5
60.0
100

Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa kualitas pelayanan
keperawatan dari aspek empati (emphaty) perawat mayoritas kurang sebanyak 33
orang (60%). Uraian penjelasan indikator dimensi kualitas pelayanan keperawatan
berdasarkan empati (emphaty) perawat di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing
Tanjung Morawa adalah sebagai berikut :
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Indikator Dimensi
Empati di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa
Tahun 2016

No
1

2

3

4

5

KadangYa
Total
Kadang
n %
n
% n %
n
%
Perawat mau menanyakan dan 18 32.7 17 30.9 20 36.4 55 100
berbincang-bincang
tentang
keadaan pasien.
Perawat memberikan pelayanan 16 29.1 22 40 17 30.9 55 100
kepada
pasien
tidak
memandang pangkat, jabatan
atau status.
Perawat memberi penjelasan 15 27.3 21 38.2 19 34.5 55 100
kepada pasien tentang cara-cara
apa saja yang dapat membuat
penyakit pasien cepat sembuh.
Perawat melakukan pendidikan 14 25.5 22 40 19 34.5 55 100
kesehatan tentang perawatan di
rumah ketika pasien ingin
pulang kerumah.
Perawat
memberi motivasi 19 34.5 18 32.7 18 32.7 55 100
kepada pasien untuk cepat
sembuh.
Empati

Tidak

Universitas Sumatera Utara

52

Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa 19 orang (34,5%)
mengatakan perawat tidak memberi motivasi kepada pasien untuk cepat sembuh,
18 orang (32,7%) mengatakan perawat tidak mau menanyakan dan berbincangbincang tentang keadaan pasien, 16 orang (29,1%) mengatakan perawat
memberikan pelayanan kepada pasien memandang pangkat, jabatan atau status,
15 orang (27,3%) perawat tidak member penjelasan kepada pasien tentang caracara apa saja yang dapat membuat penyakit pasien cepat sembuh, 14 orang
(25,5%) perawat tidak memberi motivasi kepada pasien untuk cepat sembuh.

4.6

Analisis Bivariat
Hasil analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen (beban kerja perawat) terhadap variabel dependen
(kehandalan (reliability), bukti fisik (tangibles), daya tanggap (responsiveness),
jaminan (assurance), empati (emphaty)). Dalam penelitian ini digunakan uji chi
square dengan tingkat kemaknaan 95%. Pada analisa bivariat ini pengujian
dilakukan secara berturut-turut untuk melihat hubungan masing-masing variabel
independen dengan variabel dependen.

Universitas Sumatera Utara

53

4.6.1 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan
Keperawatan Berdasarkan Kehandalan (Reliability) di Ruang Rawat
Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016
Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Beban Kerja Perawat dengan Kualitas
Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Kehandalan (Reliability)
di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa
Tahun 2016
Beban
Kerja
Perawat
Ringan
Sedang
Berat
Jumlah

f
3
1
0
4

Kualitas Pelayanan Keperawatan
Baik
Cukup
Kurang
%
f
%
f
%
5.5
7
12.7
7
12.7
1.8
5
9.1
18
32.7
.0
11
20.0
3
5.5
7.3
23
41.8
28
50.9

Total
f
17
24
14
55

%
30.9
43.6
25.5
100

P

.003

Berdasarkan tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa dari 17 orang (30,9%)
perawat yang mempunyai beban kerja ringan diperoleh kualitas pelayanan
berdasarkan kehandalan baik sebanyak 3 orang (5,5%), cukup sebanyak 7 orang
(12,7%), kurang sebanyak 7 orang (12,7%). Dari 24 orang (43,6%) perawat yang
mempunyai beban kerja sedang diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan
kehandalan baik sebanyak 1 (1,8%), cukup sebanyak 5 orang (9,1%), kurang
sebanyak 18 orang (32,7%). Dan dari 14 orang (25,5%) perawat yang mempunyai
beban kerja berat diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan kehandalan baik tidak
ada, cukup sebanyak 11 orang (20,0%), dan kurang sebanyak 28 orang (5,5%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,003 yang berarti lebih kecil dari pvalue (0,005). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan
kehandalan (reliability) di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung
Morawa Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

54

4.6.2 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan
Keperawatan Berdasarkan Bukti Fisik (Tangibles) di Ruang Rawat
Inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016
Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara Beban Kerja Perawat dengan Kualitas
Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Bukti Fisik (Tangibles) di Ruang
Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa tahun 2016.
Beban
Kerja
Perawat
Ringan
Sedang
Berat
Jumlah

Kualitas Pelayanan Keperawatan
Baik
Cukup
Kurang
f
%
f
%
f
%
2
3,6
6
10.9
9
16,4
2
3,6
8
14,5
14
25,5
7
12,7
7
12.7
0
.0
11
20.0
21
38.2
23
41.8

Total
f
17
24
14
55

%
30.9
43.6
25.5
100

P

.001

Berdasarkan tabel 4.16 diatas dapat dilihat bahwa dari 17 orang (30,9%)
perawat yang mempunyai beban kerja ringan diperoleh kualitas pelayanan
berdasarkan bukti fisik baik sebanyak 2 orang (3,6%), cukup sebanyak 6 orang
(10,9%), kurang sebanyak 9 orang (16,4%). Dari 24 orang (43,6%) perawat yang
mempunyai beban kerja sedang diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan bukti
fisik baik sebanyak 2 (3,6%), cukup sebanyak 8 orang (14,5%), kurang sebanyak
14 orang (25,5%). Dan dari 14 orang (25,5%) perawat yang mempunyai beban
kerja berat diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan bukti fisik baik sebanyak 7
orang (12,7%), cukup sebanyak 7 orang (12,7%), dan kurang tidak ada.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,001 yang berarti lebih kecil dari pvalue (0,005). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan bukti
fisik (tangibles) di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa
Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara

55

4.6.3

Hubungan Be1ban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan
Keperawatan Berdasarkan Daya Tanggap (Responsivinees) di Ruang
Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Tabel 4.17 Tabulasi Silang antara Beban Kerja Perawat dengan Kualitas
Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Daya Tanggap (Responsivinees)
di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa
Tahun 2016
Beban
Kerja
Perawat
Ringan
Sedang
Berat
Jumlah

Kualitas Pelayanan Keperawatan
Baik
Cukup
Kurang
f
%
f
%
f
%
12
21,8
1
1.8
4
7,3
14
25.5
8
14,5
2
3,6
0
0.0
10
18,2
4
7,3
26
47,3
19
34,5
10
18,2

Total
f
17
24
14
55

%
30.9
43.6
25.5
100

P

.002

Berdasarkan tabel 4.17 diatas dapat dilihat bahwa dari 17 orang (30,9%)
perawat yang mempunyai beban kerja ringan diperoleh kualitas pelayanan
berdasarkan daya tanggap baik sebanyak 12 orang (21,8%), cukup sebanyak 1
orang (1,8%), kurang sebanyak 4 orang (7,3%). Dari 24 orang (43,6%) perawat
yang mempunyai beban kerja sedang diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan
daya tanggap baik sebanyak 14 orang (25,5%), cukup sebanyak 8 orang (14,5%),
kurang sebanyak 2 orang (3,6%). Dan dari 14 orang (25,5%) perawat yang
mempunyai beban kerja berat diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan daya
tanggap baik tidak ada, cukup sebanyak 10 orang (18,2%), dan kurang sebanyak 4
orang (7,3%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,002 yang berarti lebih kecil dari pvalue (0,005). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan daya

Universitas Sumatera Utara

56

tanggap (responsivinees) di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung
Morawa Tahun 2016.
4.6.4

Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan
Keperawatan Berdasarkan Jaminan (Assurance) di Ruang Rawat
Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Tabel 4.18 Tabulasi Silang antara Beban Kerja Perawat Dengan Kualitas
Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Jaminan (Assurance) di Ruang
Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016
Beban
Kerja
Perawat
Ringan
Sedang
Berat
Jumlah

Kualitas Pelayann Keperawatan
Baik
Cukup
Kurang
f
%
f
%
F
%
1
1,8
9
16,4
7
12,7
15
27,3
7
12,7
2
3,6
1
1,8
10
18,2
3
5.5
17
30,9
26
47,3
12
21,8

Total
f
17
24
14
55

%
30.9
43.6
25.5
100

P

.001

Berdasarkan tabel 4.18 diatas dapat dilihat bahwa dari 17 orang (30,9%)
perawat yang mempunyai beban kerja ringan diperoleh kualitas pelayanan
berdasarkan jaminan baik sebanyak 1 orang (1,8%), cukup sebanyak 9 orang
(16,4%), kurang sebanyak 7 orang (12,7%). Dari 24 orang (43,6%) perawat yang
mempunyai beban kerja sedang diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan jaminan
baik sebanyak 15 orang (27,3%), cukup sebanyak 7 orang (12,7%), kurang
sebanyak 2 orang (3,6%). Dan dari 14 orang (25,5%) perawat yang mempunyai
beban kerja berat diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan daya tanggap baik
sebanyak 1 orang (1,8%), cukup sebanyak 10 orang (18,2%), dan kurang
sebanyak 3 orang (25,5%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,001 yang berarti lebih kecil dari pvalue (0,005). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan

Universitas Sumatera Utara

57

beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan daya
tanggap (responsivinees) di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung
Morawa Tahun 2016.
4.6.5

Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan
Keperawatan Berdasararkan Empati (Emphaty) di Ruang Rawat Inap
RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Tabel 4.19 Tabulasi Silang antara Beban Kerja Perawat dengan Kualitas
Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Empati (Emphaty) Di Ruang
Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016
Beban
Kerja
Perawat
Ringan
Sedang
Berat
Jumlah

Kualitas Pelayanan Keperawatan
Baik
Cukup
Kurang
f
%
f
%
f
%
4
7,3
3
5.5
10
18,2
2
3,6
2
3,6
20
36,4
8
14,5
3
5.5
3
5.5
14
25.5
8
14,5
33
60,0

Total
f
17
24
14
55

%
30.9
43.6
25.5
100

P

.002

Berdasarkan tabel 4.19 diatas dapat dilihat bahwa dari 17 orang (30,9%)
perawat yang mempunyai beban kerja ringan diperoleh kualitas pelayanan
berdasarkan empati baik sebanyak 4 orang (7,3%), cukup sebanyak 3 orang
(5,5%), kurang sebanyak 10 orang (18,2%). Dari 24 orang (43,6%) perawat yang
mempunyai beban kerja sedang diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan empati
baik sebanyak 8 orang (14,5%), cukup sebanyak 3 orang (5,5%), kurang sebanyak
20 orang (36,4%). Dan dari 14 orang (25,5%) perawat yang mempunyai beban
kerja berat diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan empati baik sebanyak 8
orang (14,5%), cukup sebanyak 3 orang (5,5%), dan kurang sebanyak 3 orang
(5,5%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,004 yang berarti lebih kecil dari p-

Universitas Sumatera Utara

58

value (0,005). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan empati
(emphaty) di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun
2016.
4.6.6 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan
Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung
Morawa Tahun 2016
Tabel 4.20 Tabulasi Silang antara Beban Kerja Perawat dengan Kualitas
Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU. Dr. G. L. Tobing
Tanjung Morawa Tahun 2016
Beban
Kerja
Perawat
Ringan
Sedang
Berat
Jumlah

f
2
1
1
4

Kualitas Pelayanan Keperawatan
Baik
Cukup
Kurang
%
f
%
f
%
3.6
6
10.9
9
12.7
1.8
9
16.4
14
32.7
1.8
13
23.6
0
5.5
7.3
28
50.9
23
50.9

Total
f
17
24
14
55

%
30.9
43.6
25.5
100

P

.004

Berdasarkan tabel 4.20 diatas dapat dilihat bahwa dari 17 orang (30,9%)
perawat yang mempunyai beban kerja ringan diperoleh kualitas pelayanan
keperawatan rawat inap baik sebanyak 2 orang (3,6%), cukup sebanyak 6 orang
(10,9%), kurang sebanyak 9 orang (12,7%). Dari 24 orang (43,6%) perawat yang
mempunyai beban kerja sedang diperoleh kualitas pelayanan rawat inap baik
sebanyak 1 orang (1,8%), cukup sebanyak 9 orang (16,4%), kurang sebanyak 14
orang (32,7%). Dan dari 14 orang (25,5%) perawat yang mempunyai beban kerja
berat diperoleh kualitas pelayanan rawat inap baik sebanyak 1 orang (1,8%),
cukup sebanyak 13 orang (23,6%), dan kurang sebanyak 0 orang (5,5%).

Universitas Sumatera Utara

59

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan beban kerja dengan
kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing
Tanjung Morawa dengan nilai p= 0,004 (p < 0,005).

Universitas Sumatera Utara

60

BAB 5
PEMBAHASAN
5. 1

Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan
Keperawatan Berdasarkan Dimensi Kehandalan (Reliability) di
Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun
2016
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat di ruang rawat

inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa sedang dengan kualitas pelayanan
keperawatan

berdasarkan dimensi kehandalan kurang. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas
pelayanan keperawatan berdasarkan kehandalan di ruang rawat inap RSU. Dr. G.
L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016.
Hasil menunjukkan bahwa dengan beban kerja perawat sedang, maka
pelayanan perawat berdasarkan kehandalan berkurang hal ini terlihat dari pengisian
kuesioner yang dilakukan oleh perawat. Hal ini terjadi Karena waktu perawat

terkadang lebih banyak mengurus administrasi ke distrik, selain itu juga jumlah
perawat pershift terkadang tidak sesuai dengan jumlah kebutuhan mengingat
jumlah pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. G. L. Tobing Tanjung
Morawa sebanyak 50-60 orang perhari.
Perawat dengan pekerjaan yang banyak dan tidak sesuai dengan tugas pokok
perawat akan memberikan kelelahan sehingga tugas yang seharusnya dilakukan oleh
perawat terabaikan hal inilah yang dirasakan oleh perawat di ruang rawat inap RSU.
Dr. G. L. Tanjung Morawa sehingga kualitas pelayanan keperawatan berkurang.

Berdasarkan asumsi peneliti bahwa beban kerja perawat berhubungan
dengan umur perawat, jenjang pendidikan perawat dan lama kerja perawat, minat
60

Universitas Sumatera Utara

61

kerja perawat yang usianya sudah tua akan berbeda dengan perawat yang usianya
masih muda, perawat yang sudah lama bekerja minat kerjanya akan berkurang
berbeda dengan perawat yang masih terhitung baru saja bekerja, hal ini akan
berpengaruh terhadap persepsi beban kerja yang dirasakan oleh setiap perawat
yang bekerja di ruang rawat inap, sehingga akan berdampak terhadap kualitas
pelayanan keperawatan terutama berdasarkan kehandalan.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Panjaitan (2013) tentang pengaruh beban
kerja perawat terhadap kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan kehandalan
sedang sebanyak di ruang rawat inap RSU Dr. F. L. Sibolga menunjukkan bahwa
ada pengaruh beban kerja perawat ringan terhadap kualitas pelayanan
keperawatan di ruang rawat inap RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga .
Hasil dari rumah sakit berupa jasa pelayanan kesehatan dan kualitas yang
dihasilkan bergantung dari kemampuan mengelola sumber daya yang dimiliki
secara optimal. Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan satu faktor
penentu bagi mutu pelayanan dan citra rumah sakit di mata masyarakat, sebab
pelayanan keperawatan merupakan salah satu bagian dari pelayanan utama di
rumah sakit yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas layanan rumah
sakit, sebanyak 40-75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan
keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit apakah dirumah sakit atau di tatanan kesehatan lain yang memegang
peranan penting adalah tenaga keperawatan (Gillies, 1999).
Menurut permenkes No. 340 tahun 2010 pasal yang ke 15 tentang
klasifikasi rumah sakit mengatakan bahwa standart pelayanan minimum rumah

Universitas Sumatera Utara

62

sakit kelas C, perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3
dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan rumah sakit.
Beban kerja berlebih, akan membutuhkan waktu untuk bekerja dengan
jumlah jam yang sangat banyak untuk menyelesaikan semua tugas yang telah
ditetapkan, dan ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap
pekerjaan diharapkan dapat diselesaikan secara cepat, dalam waktu sesingkat
mungkin. Waktu merupakan salah satu ukuran, namun bila desakan waktu dapat
menyebabkan timbulnya banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan
pekerja menurun, maka itulah yang merupakan cerminan adanya beban kerja
berlebih.
Beban kerja terlalu sedikit atau kurang, merupakan sebagai akibat dari
terlalu sedikit pekerjaan yang akan diselesaikan, dibandingkan waktu yang
tersedia menurut standart waktu kerja, dan ini juga akan menjadi pembangkit
stress. Pekerjaan yang terlalu sedikit dibebankan setiap hari, dan mempengaruhi
beban mental dan psikologis dari tenaga kerja. Berdasarkan pendapat Munandar
(2008) dapat disimpulkan bahwa beban kerja terlalu sedikit, karena tenaga kerja
tidak diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya atau
untuk mengembangkan kecakapan potensinya secara penuh. Keadaan ini
menimbulkan kebosanan dan akan menurunkan semangat kerja serta motivasi
kerja, timbul rasa ketidakpuasan bekerja, kecenderungan meninggalkan pekerjaan,
depresi, peningkatan kecemasan, mudah tersinggung dan keluhan psikomotorik.

Universitas Sumatera Utara

63

5.2 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan
Keperawatan Berdasarkan Bukti Fisik (Tangibles) di Ruang Rawat Inap
RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat di RSU Dr. G.
L. Tobing Tanjung Morawa sedang dengan kualitas pelayanan keperawatan
berdasarkan dimensi bukti fisik kurang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan
berdasarkan bukti fisik di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung
Morawa Tahun 2016.
Berdasarkan hasil penelitian Senani (2015) di Rumah Sakit Polonnaruwa
Sri Langka ditemukan bahwa 66,67 % perawat mengalami beban kerja akibat
lembur dimana hal ini mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan dan
menyebabkan stress pada perawat.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Panjaitan (2013)
di Rumah Sakit Dr. F.L Tobing Sibolga masih

ditemukan perawat

yang

mengerjakan pekerjaannya tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
diantaranya di instalasi rawat inap perawat masih mengambil diet pasien ke dapur,
menyapu dan mengepel lantai ruangan rawatan dan membersihkan kamar mandi,
serta mengerjakan administrasi yang bukan tugas pokok dan fungsi perawat di
rumah sakit tersebut, hal itu berpengaruh buruk terhadap kualitas pelayanan
keperawatan terutama rawat inap di rumah sakit tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Kleden (2010) tentang hubungan beban
kerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap interna blud
RSUD Prof dr. W.Z. Johannes Kupang menunjukkan bahwa beban kerja di ruang

Universitas Sumatera Utara

64

rawat inap BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, tinggi yaitu 59,9% dan
menunjukkan ada hubungan antara beban kerja perawat dengan mutu pelayanan
keperawatan di ruang rawat inap interna BLUD RSUD Prof Dr.W.Z.Johannes Kupang.
Berdasarkan standar tentang evaluasi dan pengendalian kualitas bahwa
pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas
tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas
di rumah sakit. Lima dimensi kualitas pelayanan yaitu (1) Kehandalan
(reliability), berkaitan dengan kemampuan rumah sakit untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya melalui
sumber daya manusianya yang termasuk adalah perawat. (2) Bukti langsung
(tangibles), kemampuan rumah sakit membuktikan eksistensinya kepada pihak
eksternal berupa penampilan fisik, peralatan, personil dan media komunikasi (3)
Daya tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan
perawat untuk membantu pasien dan merespon permintaan mereka serta
menginformasikan kapan pelayanan akan diberikan dan kemudian memberikan
pelayanan secara cepat dan tepat serta informasi yang jelas pada pasien. (4)
Jaminan (assurance), perilaku perawat mampu menumbuhkan kepercayaan pasien
terhadap perawat dan perawat bisa menciptakan rasa aman bagi pasien. (5) Empati
(emphaty) perawat memahami masalah pasien dan bertindak demi kepentingan
pasien, serta memberikan perhatian personal kepada pasien (Lupiodo, 2006).
Rodahl (1989) dan Manuaba (2000) menyatakan bahwa beban kerja
dipengaruhi oleh factor tugas yaitu tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik
seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja,

Universitas Sumatera Utara

65

sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas
pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan atau pendidikan yang diperoleh,
dan tanggung jawab pekerjaan.
Berdasarkan asumsi peneliti bahwa beban kerja perawat sedang dengan
kualitas pelayanan keperawatan mayoritas kurang, berhubungan dengan umur
pesawat, pendidikan perawat, dan lama bekerja perawat sehingga perawat yang
melakukan tugasnya sebagai perawat tidak sesuai dengan job description yang
sudah ditetapkan oleh kepala perawat.

5.3

Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan
Keperawatan Berdasarkan Daya Tanggap (Responsivinees) di Ruang
Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat di ruang rawat

inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa sedang dengan kualitas pelayanan
keperawatan di ruang rawat inap baik. Hasil uji statistik yang dilakukan
menunjukkan ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan
keperawatan berdasarkan daya tanggap di ruang rawat inap RSU Dr. G. L. Tobing
Tanjung Morawa Tahun 2016.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Panjaitan (2013)
di Rumah Sakit Dr. F.L Tobing Sibolga masih

ditemukan perawat

yang

mengerjakan pekerjaannya tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
diantaranya di instalasi rawat inap perawat masih mengambil diet pasien ke dapur,
menyapu dan mengepel lantai ruangan rawatan dan membersihkan kamar mandi,
serta mengerjakan administrasi yang bukan tugas pokok dan fungsi perawat di

Universitas Sumatera Utara

66

rumah sakit tersebut, hal itu berpengaruh buruk terhadap kualitas pelayanan
keperawatan terutama rawat inap di rumah sakit tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Kleden (2010) tentang hubungan beban
kerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap interna blud
RSUD Prof dr. W.Z. Johannes Kupang menunjukkan bahwa beban kerja di ruang
rawat inap BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, tinggi yaitu 59,9% dan
menunjukkan ada hubungan antara beban kerja perawat dengan mutu pelayanan
keperawatan di ruang rawat inap interna BLUD RSUD Prof Dr.W.Z.Johannes Kupang.
Penelitian

Saragih (2004) mengatakan bahwa kecenderungan kebutuhan

perawat di RSUP. H. Adam Malik, RSU Pematang Siantar, RSU Tebing Tinggi,
cenderung terjadi penurunan kebutuhan perawat yang dihitung dengan formula
lokakarya nasional keperawatan 1983, hal ini ditandai dengan kecenderungan
penurunan BOR (rata-rata

pemakaian tempat tidur) yang akan mengakibatkan

terjadinya penurunan kualitas pelayanan, perubahan pola penyakit, pembiayaan dan
lain-lain. Akan tetapi dalam pelayanan keperawatan, malah ada kecenderungan
penurunan kualitas oleh karena penurunan motivasi kerja, oleh karena itu kelebihan
tenaga keperawatan akan menimbulkan kerugian ganda, yaitu tidak efisien dan
kecenderungan penurunan kinerja yang berdampak pada penurunan kualitas pelayanan
(Saragih, 2004).
Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan fisik
maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan beban kerja yang terlalu sedikit
dimana pekerjaan yang terjadi karena pengurangan gerak akan menimbulkan

Universitas Sumatera Utara

67

kebosanan dan rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena
tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada
pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Martini, 2007).

5.4 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Perawatan
Berdasarkan Jaminan (Assurance) di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L.
Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat di ruang rawat
inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa sedang dengan kualitas pelayanan
keperawatan di ruang rawat inap cukup. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan
berdasarkan jaminan di ruang rawat inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa
Tahun 2016.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Kleden (2010) tentang hubungan beban
kerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap interna blud
RSUD Prof Dr. W.Z. Johannes Kupang menunjukkan bahwa beban kerja di ruang
rawat inap BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, tinggi yaitu 59,9% dan
rendah sebanyak 40,91%. Ada hubungan antara beban kerja perawat dengan mutu
pelayanan keperawatan di ruang rawat inap interna BLUD RSUD Prof
Dr.W.Z.Johannes Kupang.
Hasil penelitian Panjaitan (2013) tentang pengaruh beban kerja perawat
terhadap kualitas pelayanan keperawatan mengatakan ada hubungan dengan kualitas
pelayanan berdasarkan dimensi jaminan di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga.
Berdasarkan asumsi penulis bahwa beban kerja perawat berdasarkan jaminan
dipengaruhi oleh umur perawat, tingkat pendidikan perawat dan lama bekerja perawat.

Universitas Sumatera Utara

68

5.5

Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan
Keperawatan Berdasarkan Empati (Emphaty) di Ruang Rawat Inap
RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat di ruang rawat

inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa sedang dengan kualitas pelayanan
keperawatan berdasarkan empati kurang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan
berdasarkan empati (emphaty) di ruang rawat inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung
Morawa Tahun 2016.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Erawan (2012) yang
mengatakan ada hubungan beban