BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Terminologi Judul - Indonesian Wax Sculpture Museum (Arsitektur Metafora)

BAB II DESKRIPSI PROYEK

2.1 Terminologi Judul Judul dari kasus proyek ini adalah “Indonesian Wax Sculpture Museum”.

  Adapun pengertian dari Judul tersebut adalah:

  • Indonesian

  Republic of Indonesia

  Officially the (Indonesian: Republik Indonesia), is a country in

  Southeast Asia and Oceania. Indonesia is an archipelago comprising approximately 17,508 islands. It has 33 provinces with over 238 million people, and is the world's fourth most populous country. Indonesia is a republic, with an elected legislature and

  1 president. The nation's capital city is Jakarta.

  In.do.ne.si.a

  1 n nama negara kepulauan di asia tenggara yg terletak di antara

  2 benua asia dan benua australia ; n bangsa, budaya, bahasa, yg ada di negara

  2 indonesia.

  • Wax

  Wax refer to a class of chemical compounds that are plastic (malleable) near ambient

  temperatures. Characteristically, they melt above 45 °C (113 °F) to give a low viscosity liquid. Waxes are insoluble in water but soluble in petroleum based solvent.

  3 All waxes are organic compounds, both synthetic and naturally occurring.

  (Wax (bahasa Indonesia : lilin) adalah kelas senyawa kimia yang merupakan plastik (mudah dibentuk) yang mendekati suhu sekitar. Karakteristiknya yaitu meleleh di atas 45 ° C (113 ° F) untuk memberikan cairan viskositas rendah. Lilin tidak larut dalam air tetapi larut dalam minyak bumi pelarut. Semua lilin adalah senyawa organik, baik sintetis dan alami.)

  Lilin adalah barang yang mengandung gemuk, lekat-lekat dan mudah luluhbila

  4 dipanasi.

  Sculpture Sculpture is three-dimensional artwork created by shaping or combining hard

  materials - typically stone - or marble, metal, glass, or wood. Softer ("plastic") materials can also be used, such as clay, textiles, plastics, polymers and softer 5 metals.

   (Sculpture (bahasa Indonesia : patung) adalah karya seni tiga dimensi yang dibuat dengan membentuk atau menggabungkan bahan keras – biasanya batu - atau marmer, logam, kaca, atau kayu. Bahan yang lebih lembut ("plastik") juga dapat digunakan, seperti tanah liat, tekstil, plastik, polimer dan logam lembut.) Patung adalah tiruan orang dan sebagainya, dibuat dari batu, kayu, dan sebagainya; arca. ( Poerwadarminta, 1987)

  Museum Museum adalah institusi permanen dalam hal melayani dan mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari, mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian kepada masyarakat dan pameran untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, rekreasi, dan memberikan tahukan asset-aset barang berharga yang nyata dan “tidak nyata” tentang lingkungannya kepada masyarakat. (Ensiklopedia Nasional Indonesia) Secara Etimologi kata museum berasal dari bahasa latin yaitu “museum” (“musea”).

  Aslinya dari bahasa Yunani mouseion yang merupakan kuil yang dipersembahkan untuk Muses (dewa seni dalam mitologi Yunani), dan merupakan bangunan tempat pendidikan dan kesenian, khususnya institut untuk filosofi dan penelitian pada perpustakaan di Alexandria yang didirikan olehPtolomy I Soter 280 SM. (http://en.wikipedia.org/wiki/Museum)

  Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museums) sebuah organisasi internasional di bawah UNESCO, menetapkan definisi museum sebagai berikut: “Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, terbuka untuk umum, memperoleh, mengawetkan, mengkomunikasikan dan memamerkan barangbarang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pendidikan, pengkajian dan hiburan.” Jadi secara umum Indonesia Wax Sculpture Museum ini mempunyai pengertian bangunan fasilitas umum yang bersifat non-profit oriented dan berfungsi sebagai tempat menyimpan obyek-obyek koleksi berupa patung lilin tokoh-tokoh penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, yang telah memberikan sumbangan jasa di berbagai bidang, dan akan dibangun di Indonesia. Kehadiran proyek ini juga dilihat dari segi pendidikan dapat menambah pengetahuan tentang tokoh-tokoh dan sejarah bangsa Indonesia dalam berbagai bidang. Selain itu, dari segi pariwisata proyek ini akan menjadi obyek wisata yang menarik bagi turis lokal mapun turis mancanegara.

2.2 LOKASI

2.3.1 KRITERIA PEMILIHAN LOKASI

  Untuk memilih lokasi site yang sesuai, maka harus mempertimbangkan beberapa kriteria sehingga diharapkan mampu memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi penggunanya. Kriteria-kriteria tersebut diantaranya:

  1. Akses menuju lokasi (hubungannya dengan sarana transportasi) Pencapaian harus relatif mudah dan dekat dengan jalan utama sertatransportasi yang mudah di akses.

  Kondisi jalan yang baik, sehingga transportasi yang menuju ke lokasi berjalan dengan lancar.

  2. Luas Lahan Harus memadai dan cukup untuk menampung seluruh fasilitas yang telah direncanakan.

  3. Kelengkapan sarana dan prasarana kawasan yang meliputi: Infra struktur Utilitas kawasan harus bisa memenuhi semua kebutuhan yang ada pada fasilitas museum.

  4. Persyaratan lain Lokasi harus cocok digunakan sebagai tempat rekreasi dan merupakan kawasan sejarah atau pendidikan.

  6 Table 2.1 kriteria pemilihan lokasi No. Kriteria Lokasi

  

1. Tinjauan terhadap struktur Berada dikawasan strategis yang merupakan

kota daerah komersil mengingat bangunan yang dirancang memiliki fungsi komersil yang berskala kota sehingga mendukung fungsi bangunan untuk komersil, pameran dan pendidikan.

  

2. Wilayah Pengembangan Berada di WPP yang sesuai dan merupakan

termasuk dalam wilayah pengembangan kota Medan.

  

3. Lingkungan Berada di lingkungan yang strategis dan memiliki

fungsi eksisting yang dapat mendukung

bangunan.

  

4. Pencapaian atau Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik

aksesibilitas angkutan umum ,pribadi mapun pribadi.

  

5. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi

yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan seperti fungsi komersial, community dan fungsi training.

  

6. Utilitas kota / lingkungan Dekat dengan jaringan utilitas yang memadai

sebagai pendukung dalam lokasi site ( listrik, air, telefon, drainase, dll )

  7. Status kepemilikian Ada status hak milik

  

8. Nilai lahan Sebaiknya nilai lahan diusahakan seminimum

mungkin

  

9. Orientasi Orientasi bangunan sebaiknya dapat

mengurangi cahaya yang masuk kedalam bangunan

  

10. View Adanya view yang bagus baik dari dalam site

maupun dari luar site.

  

11. Ukuran lahan Harus mencukupi untuk program fungsional dan

fasilitas-fasilitas yang direncanakan. ( > 1 Ha )

  

12. Kontur tapak / topografi Sebaiknya relatif datar untuk memudahkan

perencanaan bangunan.

2.3.2 Pemilihan Lokasi

  Kota Medan sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat distribusi, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi jasa kepariwisataan, dan pusat perdagangan regional dan internasional, maka dalam pelaksanaannya studi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan menetapkan adanya satuan-satuan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), dimana tujuan dari WPP ini adalah mengoptimalkan pembangunan di setiap sektor atau wilayah. WPP Kotamadya Medan dibagi menjadi lima wilayah, yaitu :

Tabel 2.2 Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan kota Medan WPP Cakupan Kecamatan Pusat

  

Pengembangan

Peruntukan Lahan Program Pembangunan

  A M. Belawan M. Marelan M. Labuhan

  BELAWAN Pelabuhan, Industri, Permukiman, Rekreasi, Maritim Jalan baru, jaringan air minum, septic tank, sarana pendidikan dan permukiman.

  B M.Deli TJ. MULIA Perkantoran, Perdagangan, Rekreasi Indoor, Permukiman

  Jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah, sarana pendidikan.

  C M. Timur M. Perjuangan M. Tembung M. Area M. Denai M. Amplas AKSARA Permukiman,

  Perdagangan, Rekreasi Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.

  D M. Johor M. Baru M. Kota M. Maimoon M Polonia

  INTI KOTA CBD, Pusat Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan , Perkantoran, Rekreasi

  Perumahan permanen, pembuangan sampah, sarana pendidikan. Indoor, Permukiman E

  M. Barat M. Helvetia M. Petisah M. Sunggal M. Selayang M. Tuntungan

  SEI SEKAMBING Permukiman, Perkantoran, Perdagangan, Konservasi, Rekreasi, Lapangan Golf, Hutan Kota

  Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.

  Keberadaan kawasan perencanaan dapat dilihat pada peta di bawah ini :

  WPP D Pusat Bisnis(CBD), pusat pemerintahan, perumahan, hutan kota dan pusat pendidikan WPP E

  Perumahan, perkantoran, konservasi, la WPP A

  Merupakan Kawasan Pelabuhan, industri, pergudangan dan permukiman WPP B Merupakan kawasan perkantoran dan perdagangan WPP C Merupakan kawasan pemukiman,pendidikan,re kreasi, dan perdagangan

a) Alternatif Lokasi

  ax Sculpture

  Berdasarkan kriteria – kriteria te Lokasi 1 : Jl. Tembakau De Lokasi 1 : Jl. Gatot Subroto Lokasi 3 : Jl Perintis Keme

  Lokasi 1 :

  Kasus Proyek : Medan Wax

  Museum

  Status Proyek : Fiktif Pemilik Proyek : Swas Lokasi Tapak : Jln.

  Deli, Kecamatan Me Kotamadya Medan

  Medan Barat Utara : Deli lock mur : Kantor PTPN 9 latan : Pemukiman rat : Sungai Deli a (+ 22.000 m2)

  tif asta n. Tembakau

  • Batas Uta
  • Batas Timu • Batas Sela • Batas Bara

  Memiliki jalur utilitas ya a tersebut didapat 3 alternatif site yaitu : Deli, kecamatan Medan Barat roto simpang Jl. Asrama merdekaan

  Kelembaban udara rat KDB : 80 % Garis Sempadan Sung Bangunan Eksisting : P Potensi Lahan :

  Super Bloc

  ' Lintang Utara dan 98º.35' - 98º.44' Bujur Timu inimum 23°C – 24,1°C , suhu maksimum 30,6 rata – rata : 78 – 82 % ungai : 15 m

  : Pemukiman 1-2 lantai usat kota a kawasan pendidikan dan rekreasi i lancar dan baik ndukung + 2.2 Ha yang baik mur 0,6°C –33,1 °C

  Luas Lahan : + 2.2 Ha Letak : 2º.27' - 2º.47' L Kontur : Datar Iklim : tropis , suhu min

  • Terletak dipusa
  • Berada pada k
  • Transportasi la
  • Luas site mend

  Lokasi 2 :

  Lokasi : Jl. Asrama sim Jl. Gatot Subro

  Kelurahan : Sei Sikambing Kecamatan : Medan Helvet Luas Lahan : ± 1,7 Ha GSB : 10 meter KLB : 6 lantai KDB : 60% Luas dan ketinggian bangunan:

  5000 m2, 3-5 lantai

  Pemilik : swasta Sifat : fiktif simpang broto ing etia

  Lokasi 3 : Jalan Perintis Kemerdekaan an

  Batas- batas: Utara : Jalan Perintis - Kemerdekaan Timur : Jalan T n Timor - Selatan

  • - : Rumah ah Penduduk
  • - Barat : Jalan n Gaharu

  Posisi terhadap Struktur Ruan ang Kota: Berada pada kecamatan M n Medan Timur

  • - Berdasarkan WPP E dengan an fungsi permukiman,

  perkantoran, perdagangan, k , konservasi, rekreasi, lapangan golf dan hutan kota. ta.

Tabel 2.3 Perbandingan Lokasi

  (2) Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum (3)

  Permukiman, (2) Komersil, Hotel, Permukiman,

  Fungsi Pendukung sekitar lokasi (3) Komersil, Hotel,

  (3) Berada dekat pusat kota dan merupakan daerah pengembangan pendidikan, rekreasi, kesehatan, pemukiman, perdagangan

  Berada di kawasan sub urban yang merupakan daerah pengembangan perdagangan dan rekreasi

  Jangkauan terhadap Struktur kota (3) Berada dipusat kota dan merupakan daerah pengembangan pendidikan, rekreasi, kesehatan, pemukiman, perdagangan (1)

  Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum

  (2) Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum

  Kriteria Lokasi Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

  Tidak terlalu rame Pencapaian ke Lokasi

  (2) Tidak terlalu rame (2)

  Tingkat Kemacetan (3) Tidak terlalu rame,lalu lintas tidak tinggi

  1.7 Ha (3) 1,8 Ha

  2.2 Ha (2)

  Luas lahan (3)

  (3) Perkantoran, hotel, dan universitas Perkantoran Perkantoran RUTRK

  (3) (3) (3) (Pengembangan Sesuai Sesuai Sesuai Perdagangan dan Rekreasi) Fungsi eksisting

  (2) (3) (3)

  Permukiman Lahan kosong

  Lahan kosong Kontur

  Realtif datar Realtif datar Relatif datar Total Nilai

  19

  15

  20 Peringkat

  2

  3

  1 Keterangan:

  3: Baik Sekali 2: Cukup 1: Kurang Sekali

b) Deskripsi Lokasi sebagai Tapak Perancangan

  Lokasi Tapak: Jln. Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Perintis, Kecamatan Medan Timur, Kotamadya Medan, Sumatera Utara , Indonesia. Luas Lahan : + 1,7 Ha (+ 17.000 m2) Kontur : Datar KDB : 60 % KLB : 3-5 lantai GSB:

  • Jln. Perintis Kemerdekaan : 10 meter
  • Jln. Gaharu : 10 meter
  • Jln. Sena : 4 meter
  • Jln. Timor : 5 meter

2.3 TINJAUAN INDONESIAN WAX MUSEUM

2.3.1 Museum

2.3.1.1 Pengertian Museum

  • “Museum dalam pengertian modern adalah suatu lembaga yang secara aktif

  melakukan tugasnya dalam menjelaskan dunia manusia dan alam”. (A.C. Parker, 1945)

  • “..sebagai badan yang memelihara kenyataan, dengan perkataan

  lain.Memamerkan kebenaran benda-benda, selama kebenaran itu tergantung dari bukti-bukti yang berupa benda” (Sir John Fordyske)

  • Galeri atau museum adalah ruang sosial dimana para pengunjung dapat

  mengakses “virtual antiquity”. (Mirzoeff, 1999)

  • Pengertian museum menurut ICOM (International Council of Museum)

  merupakan suatu lembaga atau badan yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya terbuka untuk umum, bertugas menghimpun, memelihara, meneliti, dan memamerkan atau mengkomunikasikan benda-benda pembuktian manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi dan rekreasi (Sutarga, 1983). Termasuk di dalamnya, perpustakaan umum, dan lembaga arsip umum yang mempunyai ruang pamer yang tetap, koleksi benda kesenian, sejarah,ilmu dan teknologi, kebun raya dan kebun binatang, aquarium, suaka alam, pusat pengetahuan dan planetarium. Demikian luasnya fungsi museum demikian pula kompleknya tugas yang diembannya. Salah satu tugas tersebut ialah pelayanan terhadap pengunjung dari berbagai pelosok dunia, dengan berbagai latar belakang pendidikan yang berbeda. Masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang merupakan peristiwa yang diabadikan menjadi sejarah. Masa kini adalah hasil masa lalu dan masa yang akan datang ditentukan oleh masa kini. Memahami masa lalu sebagai dasar berpijak berarti menapak lurus menuju masa depan. Selain itu, museum juga berperan sebagai lembaga rekreatif dan oleh karenanya museum dapat menunjang program pengembangan pariwisata.

  • Museum memiliki berbagai tipe dilihat dari jenis koleksi yang dimilikinya. Kategorinya

  meliputi barang-barang kesenian (seni lukis, patung) , arkeologi, antropologi, etnologi, sejarah, sejarah militer,spesialisasi, virtual, numismatis, botani, zoology, prangko. Juga ada museum dengan kategori khusus seperti museum seni modern, museum sejarah lokal, museum penerbangan, pertanian, atau geologi.

  • Jenis-jenis museum berdasarkan jenis koleksi yang dimilikinya antara lain :

  Museum Seni

  juga dikenal sebagai sebuah galeri seni , merupakan sebuah ruang untuk pameran seni , biasanya merupakan seni visual , dan biasanya terdiri dari lukisan , ilustrasi , dan patung . Koleksi dari lukisan dan dokumen lama biasanya tidak dipamerkan didinding , akan tetapi diletakkan di ruang khusus .

  Museum Sejarah

  merupakan museum yang memberikan edukasi terhadap sejarah dan relevansinya terhadap msa sekarang dan masa lalu . Beberapa museum sejarah menyimpan aspek kuratorial tertentu dari sejarah dari daerah lokal tertentu . Museum jenis ini memiliki koleksi yang beragam termasuk dokumen , artefak , seni , benda arkeologi .

  Museum Maritim merupakan museum yang menspesialisasi terhadap objek yang berhubungan dengan kapal , dan perjalanan di laut dan danau . Museum Otomotif merupakan museum yang memamerkan kenderaan Museum sejarah alam merupakan museum yang memamerkan dunia alam

  yangmemiliki fokus di alam dan budaya . Pada umumnya memberi edukasi yang berfokus pada dinosaurus , sejarah kuno , dan antropologi .

  Museum Open Air

  merupakan museum yang mengkoleksi dan membangun kembali bangunan tua di daerah terbuka luar . Biasanya bertujuan untuk menciptakan kembali bangunan dan suasana lansekap masa lalu.

  Science Museum

  merupakan museum yang membahas tentang seputar masalah scientific , dan sejarahnya . Untuk menjelaskan penemuan-penemuan yang kompleks , pada umumnya digunakan media visual . Museum jenis ini memmungkinkan memiliki studioIMAX yang merupakan studio visual tiga dimensi

  Museum Spesialisasi

  merupakan museum yang menspesialisasikan pada topik tertentu . Contoh museum ini adalah museum musik , museum anak , museum gelas, dsb .Museum ini pada umumnya memberi edukasi dan pengalaman yang berbeda dibandingkan museum lainnya .

  Museum Virtual

  merupakan museum yang berada di dunia maya berupa internet dimana tidak memiliki fisik museum dan isinya hanya berupa data .

2.3.1.2 Sejarah Perkembangan Museum

  • Museum mulai dikenal pada jaman Yunani dalam arti yang masih sempit, dimana

  tujuannya untuk mengumpulkan benda-benda penghormatan kepada para pahlawan bangsa dan roh-roh dengan segala sesuatu yang berkenan dengan kemenangan kesenian rakyat, musik, dan lain-lain. Benda-benda tersebut dikumpulkan di kuil-kuil sebagai peringatan sepanjang masa.

  • • Museum berasal dari bahasa Yunani yaitu “muse”, yang berarti tempat

  bersembahyang dan pemujaan terhadap9 dewi lambang-lambang dari pelbagai ilmu dan kesenian.

  • • Pada abad 3SM ibukota Mesir terdapat tempat penelitian, penyimpanan

    kumpulan benda yang disebut “Museion”.
  • • Perkataan “Museum” baru dipergunakan dalam kata “hellenestic museum” di

  Alexandria

  • • Pada jaman Renaissance benda-benda seni dan religius dari negeri asing

    disimpan oleh bangsawan. Tempat penyimpanan ini disebut khasanah.

  Penyusunan benda-benda itu dalam lemari panjang yang disebut curio cabinet, yang juga merupakan perwujudan museum pertama.

  • • Pada jaman pencerahan, museum merupakan kumpulan ilmu pengetahuan yang

  berbentuk karya tulis seorang sarjana, dan ditandai dengan kegiatan orang-orang yang mendalami ilmu pengetahuan yang menyangkut manusia, flora, fauna, bumi, dan jagad raya. Pada jaman ini koleksi dan kesenian di bawah pengaturan dan pengawasan dari bangsawan dan Gereja.

  • • Museum dan istana setelah Revolusi Perancis dibuka untuk umum dalam rangka

  demokratisasi ilmu pengetahuan. Pada tahun 1792, Museum Le Louvre oleh pemerintah Perancis dibuka untuk umum, tetapi sebenarnya pembukaan untuk umum telah dilakukan pertama kali oleh Paul Sixtus IV terhadap Museum

  Capitoline di tahun 1471. Pada saat itu museum adalah tempat penyimpanan

  benda-benda berharga para raja-raja (schatzkammer). Selain itu disimpan pula benda-benda “aneh” (rarita tenbinete) terutama yang berisikan benda-benda yang berasal dari Timur Tengah maupun Timur Jauh.

  • • Pada tahun1852 di kota Nurberg, Jerman, didirikan sebuah museum yang

  terkenal dengan nama Germanische National Museum, oleh yayasan pecinta sejarah terutama sejarah klasik.

  • • Hadirnya British Museum di London dan Germanische National Museum di

  Nurberg, membuat semakin jelas bahwa apa yang dapat disimpan dimuseum bukan hanya benda-benda aneh saja, melainkan juga bukti kehidupan manusia, karena setiap benda adalah merupakan bukti keberadaan manusia pada jamannya.

  • • Kalangan profesi permuseuman dari seluruh dunia lalu mendirikan badan kerja

  sama profesional yaitu ICOM (International council of museum) yang berada di bawah UNESCO, salah satu organisasi PBB yang bergerak di bidang educational (pendidikan), Scientific (ilmu pengetahuan), dan cultural (kebudayaan)

  • Pada tahun 1662 Rumphius mendirikan De Ambonsche Rariteiten Kamer di

  Ambon, bersama dengan perkumpulan-perkumpulan ilmiah yang kebanyakan terdiri dari orang-orang Belanda, yang koleksinya tergolong barang-barang aneh dalam ilmu pengetahuan.

  • Pada tahun 1778 didirikan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en

  Weteschappen di Jakarta yang sekarang lebih dikenal sebagai Museum Nasional.

  • Pada tahun 1817 didirikan Horus Botanicus Bogoriense di Bogor yang sekarang

  dikenal dengan Kebun Raya Bogor dan kemudian pada tahun 1884 baru didirikan Zoologicum Bogoriense.

  • Pada tahun 1924, Java Institut merintis berdirinya Museum Sono Budoyo di Yogyakarta.
  • Setelah kemerdekaan pemerintah banyak berperan dalam mendirikan museum-

  museum, misalnya museum-museum khusus yang banyak didirikan di Jakarta seperti Museum Wayang, Museum Tekstil, dan sebagainya.

  • Dalam perkembangannya museum dipengaruhi konteks sosial dan budaya

  seperti yang di katakan oleh Moh. Amir Sutarga, pakar permuseuman Indonesia, bahwa museum adalah suatu gejala sosial dan kultural dan mengikuti sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang menggunakan museum itu sebagai prasarana sosial atau kebudayaan. (Dannyjanto, 1995)

2.3.1.3 Sejarah Perkembangan Museum Di Indonesia

  Berdirinya suatu museum di Indonesia dimulai tahun 1778 dengan didirikannya Museum Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Westenschappen di Batavia (sekarang Jakarta). Karena mulai dilakukannya penelitian benda-benda warisan budaya di Indonesia yang telah dikumpulkan. Pada tahun 1915 didirikannya Museum Sono Budoyo di Yogyakarta. Jumlah museum yang terdapat di Indonesia kurang lebih 30 buah sampai akhir Perang Dunia II.

  Jumlah itu terus bertambah setelah kemerdekaan Indonesia dan tujuan pendiriannya berubah dari tujuan untuk kepentingan pemerintah penjajah menjadi untuk kepentingan masyarakat dalam usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

  Pada tahun 1964 urusan museum ditingkatkan menjadi Lembaga Museum-museum Nasional, kemudian pada tahun 1966 Lembaga Museum-museum Nasional diganti menjadi Direktorat Museum dalam lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan.

  Dalam rangka pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia maka:

  • Pada tahun 1971 Direktorat Permuseuman mengelompokan museum-museum

  menurut jenis koleksinya menjadi tiga jenis yaitu Museum Umum, Museum Khusus dan Museum Lokal.

  • • Pada tahun 1975 pengelompokan itu diubah menjadi Museum Umum, dan Museum

    Khusus, dan Museum Pendidikan.
  • • Pada tahun 1980 pengelompokan itu disederhanakan menjadi Museum Umum, dan

    Museum Khusus.

  Berdasarkan tingkat kedudukan Direktorat Permuseuman mengelompokan Museum Umum dan Museum Khusus menjadi Museum tingkat Nasional, Museum Regional (propinsi) dan Museum tingkat Lokal (kodya/kabupaten). Menurut catatan, pada tahun 1981 di Indonesia terdapat 135 buah museum.

  Dalam era pembangunan program pengembangan permuseuman dilakukan melalui:

  • • PELITA I dengan proyek rehabilitasi dan perluasan museum pada museum pusat

    (Museum Nasional) dan Museum Bali (Denpasar).
  • PELITA II sampai tahun kedua (1975/1976) program proyek dilanjutkan pada sebelas lokasi dan sampai tahun kelima mencapai 26 lokasi (propinsi).
  • Pada PELITA II proyek rehabilitasi dan perluasan diganti menjadi proyek

  pengembangan permuseuman dengan tugas yang lebih luas yaitu selain membina dan mengembangkan museum yang dikelola oleh swasta dan museum pemerintah daerah. Pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia Khususnya museum dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meliputi bidang kolekasi, fisik bangunan, ketenagaan, sarana penunjang, fungsionalisasi dan peranan museum sebagai museum pembinan museum daerah dan swasta.

  Perbandingan antara museum yang didirikan sebelum kemerdekaan dengan museum yang didirikan setelah kemerdekaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Perbandingan Museum yang didirikan sebelum dan

  sesudah kemerdekaan Museum Sebelum Kemerdekaan Museum Sesudah Kemerdekaan

  Didirikan untuk kepentingan Didirikan untuk kepentingan ilmu pengetahuan yang pelestarian warisan budaya dalam menunjang rangka pembinaan dan pengembangan

  Pelaksanaan politik kolonial Kebudayaan bangsa dan sebagai

  

dan pengembangan ilmu sarana pendidikan non formal

pengetahuan

  Jumlah koleksi yang cukup Jumlah koleksi terbatas besar

  Sebagian besar bangunan tidak Bangunan museum pada direncanakan untuk suatau umumnya sudah direncanakan museum, pada umumnya sudah khusus untuk suatu museum dan tua dan tidak lagimemenuhi mencerminkan suatu gaya persyaratan bangunan modern arsitektur tradisional daerah tertentu

  Sebagian dari museum- Pada umunya masih kekurangan

  museum ini tidak memiliki tenaga ahli tenaga ilmiah yang berpengalaman, namun jumlahnya tidak memadai

  Sebagian sudah mempunyai Struktur organisasai disesuaikan bagian yang melayani dengan kebutuhan bimbingan edukatif yang tidak terdapat pada zaman kolonial, sarana penunjang belum memadai

2.3.1.4 Garis Besar Kebijakan Permuseuman di Indonesia 1984-1989

  Rencana induk permuseuman di Indonesia adalah perwujudan hasil pemikiran dibidang pembinaan dan pengembvangan permuseuman secara garis besar sebagai landasan dan pedoman pengembangan Museum nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus di Indonesia.

  Rencana induk permuseuman ini mencakup kebijaksanaan program-program pegembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dengan penekanan pada REPELITA IV, dan dengan berpedoman kepada sasaran yang ingin dicapai pada akhir REPELITA V, yaitu kesiapan “tinggal landas”.

  Pengembangan permuseuman di Indonesia pada kurun waktu REPELITA IV pada dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan usaha penekanan pada pembinaan REPELITA sebelumnya dan memberi tekanan pada pembinaan dan pengembangan suatu sistem permuseuman nasional yang dijiwai falsafah Pancasila dan berdasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945. Kebijakan permuseuman mencakup kebijaksanaan pengembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dalam bidang- bidang koleksi, fisik, ketenagaan, sarana penunjang, dan fungsionalisasi. Untuk Museum Nasional dan Museum Propinsi dikembangkan pula peranannya sebagai museum pembina.

  Kebijakan pengembangan permuseuman Indonesia juga berpegang kepada rumusan ICOM mengenai fungsi museum yaitu: Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya

  Dokumentasi dan penelitian ilmiah Konservasi dan preservasi Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum Pengenalan dan penghayatan kesenian Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa Visualisasi warisan alam dan budaya Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Fungsi di atas menunjukan bahwa warisan sejarah budaya dan warisan sejarah alam perlu dipelihara dan diselamatkan dengan demikian dapat dibina nilai-nilai budaya nasional yang dapat memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh kesatuan nasional.

  Landasan Kebijaksanaan Landasan Idial

  Landasan Idial permuseuman adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari landasan idial pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional yaitu Landasan idial Pancasila, yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. “….dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social….”

  Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31: (1). Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran (2). Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur oleh undang-undang. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32: “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia” hal ini mengandung arti seperti disebut dalam penjelasan pasal tersebut.

  Landasan Operasional Sejalan dengan Garis-Garis Besar haluan Negara (Ketetapan MPR No.II/MPR/1983) landasan operasional pembinaan dan pengembangan kebudayaan termasuk pembinaan penghayatan Kepercayaan Terhadap Yang Maha Esa, antara lain menyebutkan.

  1. Nilai budaya Indonesia yang mencerminkan nilai tukar bangsa harus dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan pancasila, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan.

  2. Kebudayaan nasional terus dibina dan diarahkan pada penerapan nilai-nilai kepribadian bangsa yang berlandaskan pancasila.

  3. Dengan tumbuhnya kebudayaan yang berkeribadian nasional maka sekaligus dapat dicegah dengan nilai-nilai social budaya yang bersifat feudal dan kedaerahan yang sempit serta ditanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negative sedang dilain pihak ditimbulkan kemampuan masyarakat untuk mnunjang dan menyerap nilai-nilai dari luar yang positif dan memang dalam pembaharuan dalam proses pembangunan.

2.3.1.5 Struktur Organisasi Museum

  Struktur organisasi museum dapat dilihat seperti gambar berikut :

   Diagram 1. Struktur Organisasi Museum Tugas Kepala Museum :

  Membuat program kegiatan museum secara rutin / khusus Menyediakan sarana / fasilitas material untuk kegiatan museum Mengkoordinasikan karyawan-karyawan museum Mengusahakan penyediaan dana/sumber dana

  Tugas Kepala Bagian Teknis & Operasional :

  Mengumpulkan, mendata, meneliti, dan mempelajari koleksi serta menyiapkan konsepsi yang berhubungan dengan presentasi / tulisan ilmiah Preparasi : mempersiapkan penyajian koleksi dan pameran Reproduksi : memproduksi karya-karya seni dan kerajinan Konservasi : merawat dan mencegah kerusakan koleksi Pengadaan, penelitian, dan registrasi

  Tugas Kepala Bagian Pendidikan :

  Mengadakan penjelasan bagi rombongan anak-anak / pelajar dan kelompok – kelompok Memberikan bimbingan untuk pengenalan, menanamkan daya apresiasi dan penghayatan nilai koleksi.

  Tugas Bagian Administrasi :

  Mengurus urusan rumah tangga museum,urusan administrasi, keamanan, dan mengurus personalia.

  

KEPALA MUSEUM

KEPALA BAGIAN TEKNIS &

KEPALA BAGIAN

  

PENDIDIKAN

KEPALA BAGIAN ADMINISTRASI

2.3.1.6 Pokok-Pokok Pengertian Penyelenggaraan Museum

  1. Pengelola

  Sebelum mendirikan suatu museum kita perlu memperhatikan tiga komponen utama dalam penyelenggaraan suatu museum yaitu :

  2. Koleksi, dan

  3. Pengunjung Dari ketiga komponen ini dapat dirumuskan suatu sistem penyelenggaraan museum. Sistem penyelenggaraan museum ditinjau dari pengelola atau status hukumnya : Pemerintah :

  • P
  • Daerah • Departemen / Lembaga Pemerintah • Swasta / yayasan

  Sistem penyelenggara museum ditinjau dari koleksinya : Jenis Koleksi : • Museum umum, koleksi meliputi semua disiplin ilmu.

  • Museum khusus, koleksi meliputi satu disiplin ilmu.

  Asal Koleksi : • Museum Internasional, koleksinya berasal dari seluruh dunia.

  • Museum nasional, koleksinya berasal dari suatu daerah.
  • Museum Regional, koleksinya berasal dari suatu daerah.

  Penyajian koleksi : • Museum terbuka, penyajian koleksi dilakukan secara terbuka.

  • Museum tertutup, penyajian koleksi dilakukan secara tertutup.
  • Kombinasi museum terbuka dan tertutup.

  Sifat waktu penyajian koleksi :

  • Museum tetap
  • Museum

  temporer

2.3.1.7 Prinsip Dasar Museum

  2 25.000 jiwa

  Pengunjung yang dilayani oleh sebuah museum diharapkan dari semua lapisan masyarakat mengingat fungsi dari museum itu sendiri. (sutarga, 1991)

  Prinsip dasar museum meliputi luas , pencahayaan,ruang pameran , dan organisasi ruang secara umum .

  2.3.1.7.1 Luas

  Museum merupakan bangunan publik . Oleh karena itu luasan museum diukur dari banyaknya penduduk lokal daerah tersebut . Walupun begitu , juga terdapat beberapa museum yang luas di daerah dengan penduduk yang sedikit , begitu juga sebaliknya. Pendistribusian luas areal museum baru harus sesuai dengan pembagian yang merata , dimana luas areal untuk kuratorial ditambah administrasi dan servis harus seluas areal pameran. Standar luasan museum berdasarkan jumlah penduduk lokal adalah :

Tabel 2.4 Standar Luas Museum

  7 Populasi Total luas areal museum 10.000 jiwa

  650m

  2

  • 1300m
  • 2230m

  1115m

  • – 5500m
  • – 9800m
  • – 15000m
  • – 23500m
efek cahaya matahari yang berkesan hidup dibandingkan cahaya buatan yang berkesan mati . Seorang arsitek diharapkan dapat mendesain bangunan museum dengan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya alami . Hal ini dikarenakan untuk keseimbangan antara penglihatan dan perasaan dalam suatu bangunan . Pencampuran pencahayaan tersebut diharapkan dapat mengurangi kerugian masing-masing pencahayaan. Permasalahan tersebut adalah seperti : “The natural partner in the combination varieswidely in chromaticity and quantity, from day to day , and season to season , and frequently will change in both color and quanity in matter of minutes .” Warna pencahayaan , merupakan faktor yang sangat penting .

  2 500.000 jiwa

  Pencahayaan pada bangunan museum pada umumnya sama dengan bangunan lainnya kecuali pada areal pameran . Pada areal pameran , pada umumnya pencahayaan terdistribusi secara tidak merata . Pada umumnya pencahayaan menggunakan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya matahari . Akan tetapi pada museum science hanya menggunakan pencahayaan buatan . Hal ini dikarenakan pencahayaan buatan dapat lebih memberikan efek yang lebih bagus pada benda yang dipamerkan dibandingkan pencahayaan alami. Akan tetapi , seorang manusia pada umumnya lebih memilih keberadaan cahaya alami walaupun sedikit . Hal ini dikarenakan

  2.3.1.7.2 Pencahayaan

  2

  2

  12000m

  2 >1.000.000 jiwa

  2

  7600m

  2

  2

  4830m

  2 250.000 jiwa

  2

  2700m

  2 100.000 jiwa

  2

  1800m

  2 50.000 jiwa

  2 – 3600m

  Menurut penelitian ,pencahayaan dalam bangunan exhibisi diperlukan dua jenis cahaya . Ruangan dapat diterangi secara tidak langsung dengan cahaya fluorescent 4500o . Objek yang dipamerkan mendapat pencahayaan dengan cahaya lampu

  o o

  incandescent tanpa filter dengan suhu 2800 – 3100 memberi pencahayaan spot pada objek individual , maupun pencahayaan flood dilokasi tertentu .

  Pencahayaan ruangan diharapkan tidak melebihi terangnya pencahayaaan terhadap objek . Akan tetapi pencahayaan ruangan juga tidak diharapkan terlalu gelap sehingga objek yang dipamerkan terlalu kontrast .

  Perletakan pencahayaan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah efek silau, dan pantulan dari silau . Usaha untuk mencegah efek silau ini dilakukan dengan memberikan lapisan kaca difusi .Oleh karena itu pada umumnya dilakukan pencahayaan secara tidak langsung pada areal pameran di dalam sebuah museum. Pemanfaatan skylight cukup membantu dalam hal ini . Penggunaan refleksi cahaya juga mendapat peran yang cukup penting dalam hal ini .

2.3.1.7.3 Ruang Pameran

  Ruang Pameran didalam sebuah museum pada umumnya terbagi atas dua jenis , yakni ruang pamer tetap , dan ruang pamer tidak tetap . Didalam ruang pameran terdapat ketentuan dalam pembuatan partisi sebagai pembatas tempat pameran dan tempat untuk meletakkan benda untuk dipamerkan. Pada umumnya ruang pameran disarankan menggunakan partisi yang fleksibel , dan dapat dipindah-pindah . Perubahan dinding pada ruang pameran diharapkan tidak mengganggu struktur utama bangunan dan menggunakan biaya yang sedikit. Ukuran dan proporsi ruang pameran pada masa modern diciptakan lebih intimate dibandinkan bangunan lama yang mengandalkan hall yang besar . Pada umumnya tinggi langit-langit ruang pameran telah berkurang antara 17 hingga 25 kaki dibandingkan ruang pameran bangunan lama yang mencapai 34 kaki. Terdapat Pengelompokan ruang dalam areal pameran. Terdapat beberapa susunan yang cukup familiar dalam pengelompokan ruang yakni :

  Susunan ruang ke ruang

  merupakan susunan dengan ruang yang terletak pada kamar yang saling berhubungan secara menerus . Pada umumnya terdapat pada bangunan dengan ruang pameran satu lantai dan bersebalahan dengan ruang lobby . Keuntungan dari susunan ini adalah pengelompokannya yang simpel , dan ruang yang cukup ekonomis . Kelemahan dari susunan ini adalah memungkinkannya terdapat satu ruangan yang tidak dilalui walaupun dikelilingi oleh ruang lainnya .

  Susunan koridor ke ruang

  sering disebut sebagai susunan ruang dan koridor merupakan susunan dimana setiap ruang dapat diakses melalui sebuah koridor .Keuntungan dari susunan ini adalah setiap ruang dapat diakses secara langsung , oleh karena itu dapat ditutup tanpa memberikan pengaruh pada ruangan lainnya .Kelemahan dari susunan ini adalah hilangnya ruang sebagai ruang koridor , walaupun dapat di minimalisir dengan menjadikan ruang koridor sebagai ruang pameran juga.

  Susunan lingkaran pusat merupakan sususan yang berpusat pada suatu

  ruangan dengan terdapat ruang-ruang kecil disekitarnya. Keuntungan dari susunan ini adalah susunannya yang paling fleksibel. Kekurangan dari susunan ini adalah ruang kecil yang berada di sekeliling ruang utama menjadi tidak sering dikunjungi ataupun terlalu exklisif. Pada gambar A dan B memiliki cakupan sirkulasi yang kurang . Pada gambar C memilik cakupan sirkulasi yang maksimal , akan tetapi memiliki pergerakan yang terlalu banyak .Pada gambar D dan E memiliki sirkulasi dan cakupan yang baik .

2.3.1.7.4 Organisai Ruang

  Ruang-ruang yang diperlukan didalam sebuah museum haruslah tersusun dengan baik agar memudahkan penggunaannya oleh publik . Ruang-ruang yang dibutuhkan oleh museum diantaranya :

  Ruang Lobby dan ruang umum

  • Ruang Vestibule

  merupakan ruang yang pertama kali ditemui oleh pengunjung yang berfungsi sebagai ruang transisi dari ruang luar menuju lobby utama . Pada bangunan yang tidak memiliki ruang Vestibule disarankan penggunaan revolving door . Akan tetapi penggunaan revolving door cukup menyusahkan bagi orang tua . Oleh karena itu penggunaan rolling door mulai dikurangi .

  • Ruang Lobby merupakan ruang kontrol terhadap pengunjung museum . Ruang

  lobby harus luas , atraktif , memiliki pencahayaan yang bagus , dan memiliki penghawaan yang baik . Ruang Lobby harus mampu menampung jumlah pengunjung dan memiliki tempat duduk bagi pengunjung . Ruang lobby harus menjadi ruang untuk mengkontrol ruang kanor , ruang edukasi , ruang auditorium , ruang pameran , ruang perpustakaan , dan ruang kuratorial , serta ruang untuk menjual aksesories .

  • Ruang Toilet

  dibutuhkan dengan besaran yang proporsional terhadap ukuran bangunan . Ruang toilet disarankan berhubungan langsung dengan ruang lobby agar dapat melayani kebutuhan publik .

  • Ruang kafetaria

  pada umumnya ditemukan pada bangunan museum yang cukup luas . ruang kafetaria pada umumnya berhubungan langsung dengan ruang lobby .

  Ruang Pameran

  • Ruang Pameran Temporer biasanya digunakan pada bangunan museum seni yang

  mayoritas benda yang dipamerkan berupa lukisan . Pada museum science dan sejarah , jarang sekali memamerkan bendanya yang bersifat temporer. Akan tetapi kadang kala juga terdapat pameran temporer untuk menarik minatpengunjung pada event tertentu . Posisi yang tepat untuk ruang pamer temporer biasanya berada pada lantai pertama , dan terpisah dari lobby. Ruangan ini disusun dengan terpisah dari bagian museum lainnya . Disarankan tidak terdapat batasan yang permanen antara bagian ini dengan bagian lain yang berhubungan .

  • Ruang Pameran Permanent

  lebih baik memiliki pemisahan antara jenis pameran yang dipamerkan untuk publik , dan untuk pelajar . Pada bangunan museum zaman sekarang , pameran untuk publik diletakkan dekat dengan lobby. Hal ini dimaksudkan agar pameran yang bertujuan untuk publik diletakkan pada posisi yang lebih strategis , dan pameran untuk pendidikan ataupun penelitian diletakkan lebih tidak strategis .

  Ruang pendidikan

  • Ruang Perpustakaan