PERANANAKBAR TANJUNG DI PARTAIGOLKAR DAN PERPOLITIKAN NASIONAL ERA REFORMASI (1998-2004).

(1)

PERANAN AKBAR TANJUNG DI PARTAI GOLKAR DAN

PERPOLITIKAN NASIONAL ERA REFORMASI (1998-2004)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

AHMAD ARIF BUDIMAN NASUTION NIM. 309121002

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Ahmad Arif Budiman Nasution, NIM 309121002, PerananAkbar Tanjung Di Partai Golkar Dan Perpolitikan Nasional Era Reformasi (1998-2004). Jurusan Pendidikan Sejarah. Skripsi Jurrusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sepak terjang akbar tanjung di perpolitikan nasional tahun 1998-2004 yang merupakan tahun-tahun menegangkan terutama bagi partai Golkar yang dipimpinnya serta saat menjabat di pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu library research serta field research. Dimana library research menggunakan buku-buku, media massa seperti surat kabar dan internet yang berhubungan dengan penelitian. Adapun field research yaitu melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh politik maupun orang-orang yang berhubungan dengan objek penelitian.

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa perjalanan Akbar Tanjung tanjung di kancah politik Indonesia mempunyai peranan yang besar. Dimana periode masa dimulai jatuhnya pemerintahan Orde Baru yang dipimpin soeharto, Perubahan wajah Golkar dari Orde Baru ke Reformasi dalam menjaga citra serta elektabilitasnya, Serta peranan Akbar dalam pidato pertanggung jawaban presiden B.J.Habibie, kasus penyerangan terhadap kampanye Partai Golkar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Hubungan yang panas dimasa pemerintahan Abdurrahman Wahid, Pembentukan Koalisi dengan PDI Perjuangan, dan Terakhir Kasus Bulloggate yang menimpa Akbar Tanjung. Berbagai peristiwa yang menunjukkan kelas seorang Akbar Tanjung sebagai politisi ulung serta memiliki ciri khas yaitu lembut dan santun dalam menyelesaikan permasalahan yang kaitannya juga terhadap perjalanan bangsa Indonesia saat itu.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa peranan Akbar Tanjung selama menjalani kariernya sebagai ketum Partai Golkar dan di pemerintahan berdampak besar pada perjalanan bangsa Indonesia saat itu dan pada akhirnya menjadikan Indonesia yang lebih demokratis khususnya dalam bidang politik.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”PERANAN AKBAR

TANJUNG DI PARTAI GOLKAR DAN PERPOLITIKAN NASIONAL DI ERA REFORMASI (1998-2004)”

Penulisan skripsi ini merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan bagi mahasiswa program S1 pada program studi pendidikan sejarah di Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak dapat berjuang sendiri tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dari segi materil maupun spiritual. Di kesempatan ini ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bapak Prof.Dr.Ibnu Hajar, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Drs Restu, MS, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan. 3. Ibu Dra. Lukita Ningsih, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Medan.

4. Ibu Drs. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah yang telah memberikan banyak pelajaran untuk menjadi guru yang baik.

5. Terkhusus kepada Bapak Drs. Yushar Tanjung,M,si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan, waktu dan tenaga dan ispirasinya yang luar biasa kepada penulis demi terselesainya skripsi ini.

6. Bapak Drs. Ponirin, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan nasehat dan bimbingannya dalam proses keademikan yang dijalani penulis selama menjadi mahasiswa

7. Bapak/Ibu dosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.


(7)

8. Bapak Horas Sitompul dkk selaku Pengurus DPD Partai Golkar Sumut yang telah memberikan banyak informasi dan data kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Teristimewa dan dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan rasa terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda M.Sofyan Nst dan Ibunda Diah Sriyatna serta Abang dan Kakak dan tak lupa keponakanku yang lucu-lucu, serta saudara sepupu Heru atas segala kasih, motivasi, doa, perhatian serta dukungan moril dan material yang senantiasa diberikan dengan tulus dan penuh kasih sayang kepada penulis.

10.Buat teman-teman seperjuanganku Reguler A stambuk 2009 Mardiana, Yasir, Risdam, Armeindo, Novriandi, Irvan, Syarifuddin, dan teman kelas maupun lainnya.

11.Bersama Aulia Ahsania Damanik yang mengiringi perjalanan skripsi ini, dan temen geng nya lusi, wanti, serta ika makasih banyak.

12. Buat Teman-teman PPLT SMPN 3 Siantar yang pernah mengalami sama-sama suka duka yang tak terlupakan bersama penulis dan kenangan itu takkan pernah di lupakan oleh penulis kelak.

Dan akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua dukungan dan bantuan dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, Penulis,

Ahmad Arif Budiman Nasution NIM. 309121002


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ...iv

BAB I : PENDAHULUAN... 1

1 Latar Belakang ... 1

2 Identifikasi Masalah... 5

3 Perumusan Masalah... 5

4 Tujuan Penelitian... 5

5 Manfaat Penelitian... 6

BAB II : KAJIAN PUSTAKA... 7

1 Kerangka Konsep ...15

 Peranan...15

 Perpolitikan Nasional...16

 Era Reformasi...…....18

2 Kerangka Berpikir...19

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN... 21

1. Metode Penelitian... 21

2. Sumber Data... 21

3. Teknik Pengumpulan Data... 22


(9)

BAB IV : PEMBAHASAN... 24

1. Situasi Pepolitikan Nasional Pasca Jatuhnya Orde Baru...24

2. Munaslub (Musyawarah Nasional Luar Biasa) GOLKAR 1998……….37

 Masa pemerintahan B.J.Habibie………..43

3.Pengkaderan di Jawa Tengah dan Jawa Timur………..66

 Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid………...70

Pemerintahan Megawati Soekarnoputri………...72

4. Konvensi Partai Golkar 2003……….77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 84

1 Kesimpulan……... 84

2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN I (DAFTAR INFORMAN) ...90

LAMPIRAN II (PEDOMAN WAWANCARA) ... 91

LAMPIRAN IV (Tabel Pemilu) ... 92


(10)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gejala politik pada bulan mei 1998 merupakan suatu peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada masa ini terjadi kejatuhan suatu kekuasaan pemerintahan yang diperintah oleh Soeharto atau yang lebih dikenal dengan Orde Baru, setelah bertahan selama 34 tahun dan merupakan masa pemerintahan terlama yang pernah terjadi di Indonesia sejak Kemerdekaan. Lamanya kekuasaan berada di bawah soeharto tidak terlepas dari kemampuannya memobilisasi kekuasaan dengan paham A-B-G.

A merupakan inisial dari ABRI, B adalah Birokrasi, G adalah Golkar. Kemampuan mengendalikan A-B-G menjadi pilar orde baru adalah merupakan upaya pemerintah soeharto. Setelah reformasi pilar ini tumbang, ABRI dilarang berpolitik, perpecahan dalam Birokrasi, Sedangkan golkar tetap eksis sebagai partai politik. kelahiran partai golkar adalah sebuah perjalanan panjang kelompok fungsional, sekber golkar berubah menjadi golkar, sampai pada partai Golkar. Partai ini murni partai yang dibentuk dari rahim penguasa, secara spesifik militer, dan dibesarkan oleh penguasa.

Embrio kelahiran digagas pada masa demokrasi terpimpin sukarno yaitu merupakan Penkonsolidasian organisasi fungsional bentukan militer yaitu Tujuh kelompok organisasi (Kino) : Kosgoro, MKGR, Soksi, Ormas Hankam, Gakari, Karya Profesi, dan Karya Pembangunan. Dari tujuh Kino tersebut dikoordinasikan bersama dalam bentuk Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) pada 20 0ktober 1964 dibawah pimpinan Djuhartono. Hal ini diciptakan oleh Militer saat itu demi mengimbangi progresifitas pertumbuhan PKI. Dan berubah menjadi


(11)

Golkar pada 1973 di bawah pimpinan Amir Murtono, dan tumbuh secara normal sebagai Partai Golkar pada 7 maret 1999 di bawah akbar tanjung.

Keberadaan Akbar tanjung dalam tubuh partai Golkar memang telah ada sejak tahun 1978 dimana beliau sebelumnya aktif dalam dalam HMI dan sebagai eksponen 66 yang turut dalam pengentasan PKI masa itu. Akbar bersama teman-temannya mendirikan KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia serta mendirikan AMPI ( Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia). Keputusanya memasuki Golkar tidak terlepas dari cita-cita angkatan Tahun 66 yang dapat dicerminkan oleh Golkar serta adanya persetujuan dari pendiri HMI Prof. Lafran Pane di Yogyakarta. Peranan Akbar Tanjung di Partai Golkar Pasca jatuhnya orde Baru jelas sangat berpengaruh, pemuda kelahiran Sorkam ini jelas dijadikan kartu As dalam eksistensi golkar dalam percaturan politik nasional saat itu. Kepiawaiannya dalam memainkan posisi serta tindakannya dalam penjewantahan kekuatan politik partai golkar yang sudah diterpa badai memang patut diancungi jempol.

Eksistensi golkar tidaklah dibangun dengan serta merta menaikkan citra dan pamor golkar kembali ke panggung perpolitikan nasional. Sungguh teramat sulit melakukannya, mengingat golkar terlanjur menjadi bulan-bulanan masyarakat maupun media sebagai antek-anteknya soeharto. Nasib golkar bak telur diujung tanduk, jatuhnya Orde Baru tidak serta merta meruntuhkan Golkar.

Jelas sekali peristiwa jatuhnya orde baru seperti yang sekilas digambarkan diatas memberi efek yang luar biasa partai golkar. Yang semasa zaman orde baru dianak emaskan seperti kehilangan kilaunya lagi. Kekosongan figur sepeninggal Soeharto membuat hantaman yang keras terhadap keluarga besar partai beringin ini. Seperti tercantum di bukunya Indikasi


(12)

perpecahan yang paling luar biasa adalah ketika golkar menghadapi Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB). Saat itu terjadi perebutan posisi penting di tubuh golkar yaitu persaingan Edy Sudrajat yang didukung mantan presiden RI Try Soetrisno dan Akbar tanjung di bawah dukungan dari lingkungan presiden B.J.habibie. perseteruan kedua belah pihak itu menghasilkan sosok akbar tanjung yang terpilih menjadi Ketua Umum DPP Golkar.

Namun permasalahan tidak selesai begitu saja dengan terpilihya akbar tanjung, malah memunculkan blok-blok tertentu. Pihak-pihak yang tidak puas mencoba membelot ke partai lain, ada juga yang hengkang dan membentuk partai baru yaitu Partai Keadilan dan Persatuan (PKP). Ditengah paceklik dan badai ini akbar tanjung yang dikenal sebagai politisi santun dan cerdik memanajemen situasi mampu menunjukkan kredibilitasnya di panggung publik. Momentum pemilu 1999 menjadi wadahnya, pada pidatonya di Gelora senayan atau Gelora Bung Karno sekarang. Menghenyakkan jutaan publik yang menonton serta mengaggetkan banyak kalangan ternyata golkar masih ada. Sekaligus membendung stigma negatif publik yang memprediksi partai ini akan hancur bersama dengan lengsernya orde baru. Namun karier politik akbar tanjung tidak sepenuhnya mulus, ibarat sebuah pepatah tak ada gading yang tak retak. Beliau juga merasakan hal yang sama, spekulasi tentang kasus bulog yang menimpa beliau kerap menjadi kontroversi di tengah-tengah masyarakat.

Meski begitu kecermelangan akbar tanjung dan kerja keras partai golkar. Patutlah diancungi jempol, gimana prospeknya kedepan membuat partai golkar masih tetap eksis hingga sekarang. Bahkan koleganya pun tak sungkan memberi komentar seperti dari nurcholis madjid atau yang lebih dikenal cak nur “Banyak orang berkata bahwa akbar tanjung itu lemah karena selalu mencari jalan tengah. Tapi bisa juga dibalik, mungkin justru itu kekuatanya, karena dia itu halus, berakhlak mulia, penyayang dan punya integritas moral.” Tidak salah memang jika


(13)

menilik bagaimana prestasi beliau dalam menggangkat kembali partai golkar. Terlepas dari kontroversi yang menyelimuti beliau dalam berbagai kasus yang menimpanya selama duduk di kursi legislatif. Disinilah penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sepak terjang akbar tanjung di perpolitikan nasional pada masa reformasi. Dan penulis mengangkatnya dengan judul”

PERANAN AKBAR TANJUNG DI PARTAI GOLKAR DAN PERPOLITIKAN NASIONAL DI ERA REFORMASI (1998-2004)”

B. IDENTIFIKASI MASALAH.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengidentifikasikan beberapa masalah, yaitu:

1. Gejolak Perpolitikan Nasional Pasca Jatuhnya Orde Baru

2. Peranan Akbar Tanjung di Partai Golkar Pasca Jatuhnya Orde Baru 3. Peranan Akbar Tanjung dalam Perpolitikan nasional Era Reformasi


(14)

Dari identifikasi masalah diatas maka, penulis akan membatasi masalah yaitu bagaimana peranan akbar tanjung di partai golkar dan perpolitikan nasional masa-masa reformasi 1998-2004

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Gejolak politik pasca jatuhnya Orde Baru?

2. Bagaimana peranan akbar tanjung di partai Golkar dalam Era Reformasi? 3. Bagaimana peranan akbar tanjung di partai golkar Era Reformasi (1998-2004)?

E. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana gejolak politik pasca jatuhnya orde baru!

2. Menganalisa peranan Akbar Tanjung di partai Golkar Pasca Jatuhnya Orde Baru! 3. Menganalisa peranan akbar tanjung dalam perpolitikan nasional era reformasi

(1998-2004)!

F. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberi informasi kepada pembaca tentang situasi perpolitikan Indonesia pasca

jatuhnya Orde Baru.

2. Memberi informasi kepada pembaca mengenai sepak terjang akbar tanjung di perpolitikan nasional.


(15)

3. Memberi informasi kepada pembaca bagaimana eksistensi golkar pada era reformasi. 4. Sebagai pendidikan politik bagi anak bangsa khususnya generasi muda dalam upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa.

5. Menambah wawasan bagi peneliti tentang peranan akbar tanjung dalam perpolitikan di era reformasi.

6. Memperkaya informasi bagi akademisi UNIMED khususnya jurusan pendidikan sejarah.


(16)

BAB V

KESIMPULAN

Setelah jatuhnya Orde Baru dimulailah perjalanan lika-liku politik Akbar Tanjung bersama Partai Golkar. Kemenanganya pada Munaslub Partai Golkar yang menempatkannya sebagai Ketua Umum. Dalam mengahadapi pemilu terdapat perombakan structural Partai Golkar. Dimana menambah kata ‘partai’ dimana masa Orde Baru hanya diebut Golkar saja. Terbentuknya paradigm baru yang lebih demokratis dan terbuka serta pemutusan jalur A(abri), B(birokrasi), G(Golkar). Hal ini dilakukan demi menjaga citra Partai Golkar di mata masyarakat.

Pasca Munaslub Konflik internal di Partai Golkar mulai mencuat. Pertarungannya dengan pihak militer yang tidak puas dengan hasil pemilihan ini membuat Jenderal (Purn) Edi Sudrajat membuat perhitungan dengan Golkar yang pada akhirnya membuat Edi membuat partai sendiri yaitu PKP. Dan adanya perpecahan yang dialami organisasi pendukung Partai Golkar sepeti SOKSI dan MKGR.

Dalam menghadapi pemilu 1999, Golkar melakukan Munaslub. Hasil dari munaslub

Pada masa pemerintahan B.J. Habibie ada perseteruan panas antara habibie dengan Akbar Tanjung. Hal ini terkait ditolaknya pidato pertanggung jawaban presiden oleh MPR. Oleh pendukung B.J.Habibie orang yang paling bertanggung jawab ialah Akbar Tanjung. Karena sebelumnya ada pertemuan antara Abdurrahman Wahid dan Akbar Tanjung, mengenai wacana pengunduran diri Habibie dari kursi kepresidenan.

Tantangan kembali hadir dari faktor eksternal yaitu ketika Akbar Tanjung melakukan konsolidasi serta kempanye didaerah terkait pemilu 1999. Terjadi peristiwa yang kuarang


(17)

mengenakkan partai Golkar terutama Akbar Tanjung. Peristiwa di jawa timur danjawa tengah dimana terjadi pemboikotan, penjarahan, perusakan, terhadap Partai Golkar oleh lawan politiknya. Intimidasi serta kemarahan dari PDIP dan lain-lain mengucur deras ke partai Golkar. Kharismatik sosok pemimpin sangat dibutuhkan dalam situasi seperti ini. Dan Akbar Tanjung mampu melaluinya.

Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, Partai Golkar mendapat ancaman yang lebih parah lagi yaitu soal pembubaran Partai Golkar yang diwacanakan Gus Dur. Jelas hal ini merupakan ujian yang berat. Situasi ini bermula adanya kasus bulloggate atau bruneigate yang menimpa Gus Dur. Dan Partai Golkar mengambil tindakan di DPR melakukan Pansus dalam menyelidiki kasus ini. Gus dur sangat kesal dengan tindakan DPR ini, hal ini berimbas di daerah terutama simpatisan Gus Dur di jawa tengah maupun Jaea timur yang melakukan pengrusakan terhadap kantor Golkar di daerah tersebut . dan pada akhirnya Mahkamah Agung mengeluarkan fatwa bahwa maklumat preside terutama terkait dengan pembubaran Partai Golkar tidak berlaku.

Masa Megawati Soekarno putri keadaan Partai Golkar lebih kondusif dari masa sebelumnya, tetapi di tengah situasi yang dingin muncul isu yang segera mengegerkan Partai Golkar. Dimana ketua umum Golkar sekaligus ketua DPR terkait isu korupsi dalam pengadaan Semabako. Kasus bulog ini merupakan peristiwa ketika Akbar menjabat sebagai Mensesneg masa pemerintahan Habibie. Hingga akhirnya Akbar ditahan di PN Jakarta, dan dibebaskan sebulan kemudian. Sungguh peristiwa yang menggembarkan.

Dalam menghadapi pemilu 2004 dilaksanakan konvensi Gokar untuk mencari calon presiden dan cawapres. Kali ini proses rekrutmen partai Golkar amat berbeda dan lebih terbuka. Kalangan kader maupun independent bebas mencalonkan diri. Mulailah muncul kubu saudagar


(18)

yaitu golongan pengusaha yang dibawa oleh Abu rizal bakrie dan Surya paloh yang sebelumnya sudah dilakukan oleh Jusuf Kalla. Melawan kubu struktural yang digawangi Akbar Tanjung. Hingga akhirnya Jusuf Kalla terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar Edisi 2004-2009 menggantikan Akbar Tanjung.

SARAN

1. Kepada yang membaca, terutama kalangan muda. Semoga sosok Akbar Tanjung ini dapat memotivasi sekaligus menginspirasi agar dapat berkarya. Tidak perduli pekerjaan ataupun latar belakang manapun selama kita mau berusaha pasti aka nada jalan menuju kesuksesa. Seperti riwayat hidup Akbar Tanjung ini. Dan satu lagi keuletan dan kesabaran dalam melihat situasi perlu dicontoh dalam rangka memanagemen konflik. Serta memberikan pembelajaran politik bagi masyarakat, untuk tidak bersentimen negatif dan mau ikut aktif dalam bidang politik yang merupakan salah satu kendaraan memajukan negeri ini.


(19)

2. Kepada Pemerintah dan Para Akademisi, agar sosok Akbar Tanjung ini dapat menjadi pelajaran agar menjadi pertimbangan dalam bermain di dunia politik. Dan sebagai pelopor untuk memperkuat nasionalisme, sudah pasti pemerintah maupun akademisi memilki peran yang utama. Dan melalui kerjasama antar keduanya diharapkan muncul kesaling pengertian yang berujung memudahkan kita bersama dalam menyelesaikan berbagai masalah bangsa Indonesia.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Tanjung, Akbar. 2007. The Golkar Way. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

M.Siregar, Evendhy. 2002. Akbar Tanjung Anak Desa Sorkam. Jakarta: Pustaka Mari Belajar Muhadjirin,M, dan Ridwan.M , Deden .2003. Membangun Konsensus. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Y.Thohari, Hariyato (ed.). 2003. Moratorium Politik. Jakarta: Golkar Press

Martha.G, Ahmaddani (ed.). 2003. Akbar Tanjung Menghadang Badai.Jakarta: Bradjeni Communications

HM Yusuf, Ramli (ed.). 2000. Golkar Abad XXI. Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan Indonesia

Reeve, David. 2013. Golkar Sejarah Yang Hilang. Depok : Komunitas Bambu

Pamungkas, Sigit. 2011. Partai Politik. Yogyakarta: Insitute For Democracy and Welfarism Dwi Narwoko, J dan Suyanto Bagong. Sosiologi:teks pengantar dan terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Abdurraman, Dudung. 2007. Metode Penelitian Sejarah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press

Magnis Suseno, Franz. 1987. Etika Politik. Jakarta: Gramedia Budiardjo, Mirriam. Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta : Gramedia

Schmid Von, JJ. 1959. Ahli-ahli pemikir negara dan hukum. Jakarta : PT.Pembangunan Sarjadi, Soegeng. Politik Yang Santun. Bandung: Manikmaya

Hasibuan, Albert. 1996. Titik Pandang Untuk Orde Baru. Jakarta: Sinar Harapan Tempo, 1999. Pendapat. Jakarta: PDAT

Rudianto, dkk. 2003. Manajemen Pemasaran Partai Politik. Jakarta: Citra Mandala Pratama. J.Laski. 1950. Pengantar Ilmu Politika. Jakarta: Yayasan Pembangunan

Sumber Internet:


(21)

Cerit adian.w ordpress.com nasional.new s.viva.co.id t eguht imur.com

ayovote.com

w w w .suaramerdeka.com


(1)

BAB V

KESIMPULAN

Setelah jatuhnya Orde Baru dimulailah perjalanan lika-liku politik Akbar Tanjung bersama Partai Golkar. Kemenanganya pada Munaslub Partai Golkar yang menempatkannya sebagai Ketua Umum. Dalam mengahadapi pemilu terdapat perombakan structural Partai Golkar. Dimana menambah kata ‘partai’ dimana masa Orde Baru hanya diebut Golkar saja. Terbentuknya paradigm baru yang lebih demokratis dan terbuka serta pemutusan jalur A(abri), B(birokrasi), G(Golkar). Hal ini dilakukan demi menjaga citra Partai Golkar di mata masyarakat.

Pasca Munaslub Konflik internal di Partai Golkar mulai mencuat. Pertarungannya dengan pihak militer yang tidak puas dengan hasil pemilihan ini membuat Jenderal (Purn) Edi Sudrajat membuat perhitungan dengan Golkar yang pada akhirnya membuat Edi membuat partai sendiri yaitu PKP. Dan adanya perpecahan yang dialami organisasi pendukung Partai Golkar sepeti SOKSI dan MKGR.

Dalam menghadapi pemilu 1999, Golkar melakukan Munaslub. Hasil dari munaslub

Pada masa pemerintahan B.J. Habibie ada perseteruan panas antara habibie dengan Akbar Tanjung. Hal ini terkait ditolaknya pidato pertanggung jawaban presiden oleh MPR. Oleh pendukung B.J.Habibie orang yang paling bertanggung jawab ialah Akbar Tanjung. Karena sebelumnya ada pertemuan antara Abdurrahman Wahid dan Akbar Tanjung, mengenai wacana pengunduran diri Habibie dari kursi kepresidenan.

Tantangan kembali hadir dari faktor eksternal yaitu ketika Akbar Tanjung melakukan konsolidasi serta kempanye didaerah terkait pemilu 1999. Terjadi peristiwa yang kuarang


(2)

mengenakkan partai Golkar terutama Akbar Tanjung. Peristiwa di jawa timur danjawa tengah dimana terjadi pemboikotan, penjarahan, perusakan, terhadap Partai Golkar oleh lawan politiknya. Intimidasi serta kemarahan dari PDIP dan lain-lain mengucur deras ke partai Golkar. Kharismatik sosok pemimpin sangat dibutuhkan dalam situasi seperti ini. Dan Akbar Tanjung mampu melaluinya.

Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, Partai Golkar mendapat ancaman yang lebih parah lagi yaitu soal pembubaran Partai Golkar yang diwacanakan Gus Dur. Jelas hal ini merupakan ujian yang berat. Situasi ini bermula adanya kasus bulloggate atau bruneigate yang menimpa Gus Dur. Dan Partai Golkar mengambil tindakan di DPR melakukan Pansus dalam menyelidiki kasus ini. Gus dur sangat kesal dengan tindakan DPR ini, hal ini berimbas di daerah terutama simpatisan Gus Dur di jawa tengah maupun Jaea timur yang melakukan pengrusakan terhadap kantor Golkar di daerah tersebut . dan pada akhirnya Mahkamah Agung mengeluarkan fatwa bahwa maklumat preside terutama terkait dengan pembubaran Partai Golkar tidak berlaku.

Masa Megawati Soekarno putri keadaan Partai Golkar lebih kondusif dari masa sebelumnya, tetapi di tengah situasi yang dingin muncul isu yang segera mengegerkan Partai Golkar. Dimana ketua umum Golkar sekaligus ketua DPR terkait isu korupsi dalam pengadaan Semabako. Kasus bulog ini merupakan peristiwa ketika Akbar menjabat sebagai Mensesneg masa pemerintahan Habibie. Hingga akhirnya Akbar ditahan di PN Jakarta, dan dibebaskan sebulan kemudian. Sungguh peristiwa yang menggembarkan.

Dalam menghadapi pemilu 2004 dilaksanakan konvensi Gokar untuk mencari calon presiden dan cawapres. Kali ini proses rekrutmen partai Golkar amat berbeda dan lebih terbuka. Kalangan kader maupun independent bebas mencalonkan diri. Mulailah muncul kubu saudagar


(3)

yaitu golongan pengusaha yang dibawa oleh Abu rizal bakrie dan Surya paloh yang sebelumnya sudah dilakukan oleh Jusuf Kalla. Melawan kubu struktural yang digawangi Akbar Tanjung. Hingga akhirnya Jusuf Kalla terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar Edisi 2004-2009 menggantikan Akbar Tanjung.

SARAN

1. Kepada yang membaca, terutama kalangan muda. Semoga sosok Akbar Tanjung ini dapat memotivasi sekaligus menginspirasi agar dapat berkarya. Tidak perduli pekerjaan ataupun latar belakang manapun selama kita mau berusaha pasti aka nada jalan menuju kesuksesa. Seperti riwayat hidup Akbar Tanjung ini. Dan satu lagi keuletan dan kesabaran dalam melihat situasi perlu dicontoh dalam rangka memanagemen konflik. Serta memberikan pembelajaran politik bagi masyarakat, untuk tidak bersentimen negatif dan mau ikut aktif dalam bidang politik yang merupakan salah satu kendaraan memajukan negeri ini.


(4)

2. Kepada Pemerintah dan Para Akademisi, agar sosok Akbar Tanjung ini dapat menjadi pelajaran agar menjadi pertimbangan dalam bermain di dunia politik. Dan sebagai pelopor untuk memperkuat nasionalisme, sudah pasti pemerintah maupun akademisi memilki peran yang utama. Dan melalui kerjasama antar keduanya diharapkan muncul kesaling pengertian yang berujung memudahkan kita bersama dalam menyelesaikan berbagai masalah bangsa Indonesia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Tanjung, Akbar. 2007. The Golkar Way. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

M.Siregar, Evendhy. 2002. Akbar Tanjung Anak Desa Sorkam. Jakarta: Pustaka Mari Belajar Muhadjirin,M, dan Ridwan.M , Deden .2003. Membangun Konsensus. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Y.Thohari, Hariyato (ed.). 2003. Moratorium Politik. Jakarta: Golkar Press

Martha.G, Ahmaddani (ed.). 2003. Akbar Tanjung Menghadang Badai.Jakarta: Bradjeni Communications

HM Yusuf, Ramli (ed.). 2000. Golkar Abad XXI. Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan Indonesia

Reeve, David. 2013. Golkar Sejarah Yang Hilang. Depok : Komunitas Bambu

Pamungkas, Sigit. 2011. Partai Politik. Yogyakarta: Insitute For Democracy and Welfarism Dwi Narwoko, J dan Suyanto Bagong. Sosiologi:teks pengantar dan terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Abdurraman, Dudung. 2007. Metode Penelitian Sejarah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press

Magnis Suseno, Franz. 1987. Etika Politik. Jakarta: Gramedia Budiardjo, Mirriam. Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta : Gramedia

Schmid Von, JJ. 1959. Ahli-ahli pemikir negara dan hukum. Jakarta : PT.Pembangunan Sarjadi, Soegeng. Politik Yang Santun. Bandung: Manikmaya

Hasibuan, Albert. 1996. Titik Pandang Untuk Orde Baru. Jakarta: Sinar Harapan Tempo, 1999. Pendapat. Jakarta: PDAT

Rudianto, dkk. 2003. Manajemen Pemasaran Partai Politik. Jakarta: Citra Mandala Pratama. J.Laski. 1950. Pengantar Ilmu Politika. Jakarta: Yayasan Pembangunan

Sumber Internet:


(6)

Cerit adian.w ordpress.com nasional.new s.viva.co.id t eguht imur.com

ayovote.com

w w w .suaramerdeka.com www.KPU.com