Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap PT. Lafarge Cement Indonesia (LCI) Lhoknga, Aceh Besar Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

III.1

Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Hal ini dilakukan karena dalam penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana
peranan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap PT. Lafarge Cement
Indonesia (LCI) Lhoknga, Aceh Besar baik dari sudut pandang perusahaan
sebagai pelaksana CSR tersebut. Dan dari hasil jawaban yang diberikan
perusahaan secara deskriptif ingin dilihat apakah berkesinambungan dengan apa
yang juga dirasakan

oleh masyarakat sebagai penerima dari kegiatan CSR

tersebut. Hal ini nantinya akan mampu melihat apakah pelaksanaan CSR ini
mempunyai tingkat keselarasan antara perusahaan dan masyarakat.
Pendekatan kualitatif sendiri adalah suatu ptoses penelitian yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan

masalah manusia (Bungin, 2007:3). Menurut Krisyanto (2007:34) pendekatan
penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya
pengumpulan data sedalam-dalamnya.

III.2

Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Lafarge Cement Indonesia (LCI)

Lhoknga, A. Besar yang beralamat di Jl. Banda Aceh-Meulaboh Kec. Lhoknga,
Kab. Aceh Besar dan juga pada masyarakat kecamatan/desa pelaksanaan CSR
oleh PT. Lafarge Cement Indonesia (LCI) Lhoknga, A. Besar. Waktu penelitian

42

Universitas Sumatera Utara

43

ini sendiri rencananya akan dilaksanakan selama dua bulan dimulai dari bulan

Desember 2015-Januari 2016.

III.3

Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif intsrumen utamanya adalah peneliti itu

sendiri. Ini karena dalam penelitian kualitatif, peneliti berfungsi sebagai human
instrument yang berfungsi sebagai subjek yang menentukan fiokus penelitian,
memlihi informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
temuannya (Sugiyono:2007).
Oleh karena itu, seorang peneliti juga harus divalidasi. Peneliti harus
dinilai sebarapa siap dalam melaksanakan penelitian

baik meliputi tentang

pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan dari bidang yang
ingin ditelitidan kesiapan peneliti untuk masuk kedalam objek yang ingin
diteliti.Dan yang akan memvalidasi peneliti tersebut adalah peneliti itu sendiri,

melalui evaluasi diri. Hal ini menjadi penting karena disaaat peneliti sudah terjun
lapangan, maka peneliti harus mampu menemukan, mengembangkan dan
menyimpulkan hasil-hasil penelitian yang dia dapatkan. Selain itu ketiadaan
keterikatan fokus penelitian terhadap suatu konsep yang telah diutarakan membuat
peneliti harus cermat dalam menentukan segala sesuatu yang didapatkan
dilapangan.
Dalam hal instrument penelitian, Lincoln dan Guba (1986) menyatakan
bahwa :

Universitas Sumatera Utara

44

“The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We shall
see that other forms of instrumentation may be used in later phases of
the inquiry, but the human is the initial and continuing mainsary. But if
the human instrument has been used extensively in earlier stages of
inquiry, so that an instrument can be contructed that is grounded in the
data that the human instrument has product”.
Selanjutnya Nasution (1998) menyatakan :

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada plilihan lain daripada menjadikan
manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa,
segala sesuatunya belum mempunyai bentukyang pasti. Masalah, fokus
penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil
yang diterapkan,itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan
jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satusatunya yang dapat mencapainya”.

III.4

Sumber Data
Menurut Azuar Juliandi & Irfan (2013:69), teknik pengumpulan data

merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.
Pengumpulan data sendiri dapat menggunakan sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, sedangkan sumber sekunder merupakan sumber yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2004:129)..


Universitas Sumatera Utara

45

1.

Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh
pengumpul data.

2.

Data Sekunder
Yang dimaksud dengan data sekunder adalah data yang sudah tersedia
yang dikutip oleh peneliti guna kepentingan penelitian.

III.5

Definisi Konsep
Menurut Yusuf Wibisono, (2007:145), setidaknya terdapat dua indikator


yang dapat mengukur efektifitas dan peranan dari pelaksanaan program CSR.
Berikut indikatornya :
III.5.1 Indikator Internal
1.

Minimize
Meminimalkan perselisihan, konflik atau potensi konflik antara
perusahaan dengan masyarakat dengan harapan terwujudnya hubungan
yang harmonis dan kondusif

2.

Asset
Aset perusahaan yang terdiri dari pemilik/pimpinan perusahaan,
karyawan, pabrik dan fasilitas pendukungya terjaga dan terpelihara
dengan aman

3.


Operasional
Seluruh kegiatan terjaga dan terpelihara dengan aman. Proses produksi
perusahaan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan dan benefit
yang didapat perusahaan sesuai dengan target.

Universitas Sumatera Utara

46

III.5.2 Indikator Eksternal
1.

Aspek Ekonomi
a. Tingkat pertambahan kualitas sarana dan prasarana umum
b. Tingkat peningkatan kemandirian masyarakat secara ekonomis
c. Tingkat peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat secara
berkelanjutan

2.


Aspek Sosial
a. Frekuensi terjadinya gejolak/konflik sosial
b. Tingkat kualitas Hubungan Sosial antara perusahaan dengan masyarakat
c. Tingkat Kepuasan Masyarakat

III.6

Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Snowball Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada
awalnya jumlah sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari
sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap
dan pasti (Sugiyono:2007). Selain itu, teknik pengambilan sampel ini juga
dilakukan karena peneliti belum mengetahui daerah-daerah yang telah
dilaksanakan CSR oleh PT. Lafarge Cement Indonesia (LCI) Lhoknga, A. Besar.

III.7

Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan suatu penelitian tentunya dibutuhkan cara tersendiri

dalam melakukan pengumpulan data. Hal ini tentunya saja untuk memperlancar
penelitian yang dilakukan. Jika dilihat dari metode penelitian yang digunakan,

Universitas Sumatera Utara

47

maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan cara
wawancara, observasi, studi kepustakaan dan analisis dokumen.
1.

Wawancara
Wawancara adalah dialog yang dilakukan antara peneliti dengan
responden penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang
lebih mendalam tentang topik yang ingin diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik Wawancara
Semiterstruktur (Semistructure Interview). Teknik wawancara ini sudah
termasuk


dalam

kategori

in-dept

interview,

dimana

dalam

pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan wawancara terstruktur.
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah menemukan permasalahan secara
lebih terbuka.
Wawancara

yang


dilakukan

juga

sangat

ditentukan

oleh

informan/responden. Informan adalah orang-orang yang dapat menjadi
sumber informasi dalam upaya pengumpulan data pada suatu penelitian.
Penentuan informan ini sendiri tentunya dengan melihat pihak-pihak
yang dianggap mampu memberikan data/keterangan yang berkenaan
dengan objek penelitiannya.
Karena bagaimanapun, kesesuaian informan sangat menentukan data
yang akan didapat untuk seterusnya dijadikan hasil penelitian.
a. Informan Kunci
Informan kunci dalam penelitian ini adalah Manager Departemen CSR
atau pihak yang menanggungjawapi pelaksanaan CSR PT. Lafarge
Cement Indonesia(LCI) Lhoknga, Aceh Besar

Universitas Sumatera Utara

48

b. Informan Utama
Informan Utama dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang
melaksanakan secara langsung program CSR PT. Lafarge Cement
Indonesia (LCI) Lhoknga, A. Besar.
c. Informan Pelengkap
Informan pelengkap dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat dari
lokasi pelaksanaan CSR PT. Lafarge Cement Indonesia (LCI) Lhoknga,
Aceh Besar.
2.

Observasi
Menurut

Sutrisno

Hadi

(dalam

Sugiyono

2004:139)

observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
proses biologis dan psikologis diantaranya adalah pengamatan dan
ingatan. Dalam hal ini peneliti memakai tahapan observasi terfokus. Hal
ini karena peneliti telah melakukan pemfokusan pada aspek tertentu
yaitu peranan CSR terhadapat PT. Lafarge Cement Indonesia (LCI)
Lhoknga, A. Besar.
3.

Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data melalui buku, jurnal,
majalah serta internet yang dapat menjadi referensi pendukung dalam
penelitian ini.

III.8

Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses dalam meninjau kembali data yang sudah

didapatkan selama melakukan penelitian. Menurut Moleong (2010:189) analisis

Universitas Sumatera Utara

49

data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menemukan jawaban-jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah. Analisis data juga dilakukan
untuk menemukan makna dari data yang ditemukan untuk memberikan penafsiran
dari data yang dapat diterima oleh akal sehat.
Dalam penelitian kualitatif, proses analisis data dilaksanakan sebelum
peneliti memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai di lapangan.
Hal ini dapat dipahami karena penelitian kualitatif sebenarnya dimulai dari
peneliti yang merumuskan dan menjelaskan sebagai modal untuk turun langsung
kelapangan. Karena itu peneliti menggunakan Teknis Analisis Interaktif. Miles
dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2007) mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data kualitatif sendiri terbagi atas 3, yaitu :
a. Reduksi Data (Merangkum Data, Penyeleksian Data)
Reduksi data adalah menyeleksi data, menyederhanakan data yang
sesuai dengan penelitian. Pada tahap ini, peneliti mentranskrip data atau
menuliskan kembali hasil wawancara berdasarkan jawaban-jawaban
pertanyaan penelitian. Peneliti memlih data yang sesuai dan kurang
sesuai dengan pertanyaan penelitian. Transkip data kemudian dipilahpilah

untuk

dikelompokkan

kedalam

aspek-aspek

berdasarkan

pertanyaan penelitian.
b. Display Data (Penyajian Data)
Setalah melakukan reduksi data, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan Display Data. Pada tahap ini data disajikan dalam bentuk

Universitas Sumatera Utara

50

tema-tema singkat yang langsung diikuti dengan analisis pada setiap
tema, sehingga data yang diperoleh dari subjek dapart dilihat lebih jelas
dan mudah dipahami. Penyajian data yang dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart atau
sejenisnya (Sugiyono:2007).
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
mengalami perubahan apabila dipati bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada pengumpulan data berikutnya. Namun apabila tahap
kesimpulan awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
pada saat peneliti kembali mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

III.9

Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian tentunya data yang didapatkan oleh peneliti haruslah
valid, realibel dan objektif. Hal ini diharuskan untuk mendapatkan data yang
sebenar-benarnya dan dapat membuktikan teori yang telah dikembangkan
sebelumnya. Dalam pengujian keabsahan data ini, dalam penelitian kualitatif dan
kuantitatif menggunakan istilah yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat
dari Tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1

Perbedaan Istilah dalam Pengujian Keabsahan Data antara Metode
Kuantitif Dan Metode Kualitatif
Aspek

Nilai Kebenaran

Metode Kuantitatif
Validitas Internal

Metode Kualitatif
Credibility (Kredibilitas)

Universitas Sumatera Utara

51

Penerapan

Validitas Eksternal
(Generalisasi)

Transferability
(Keteralihan)

Konsistensi

Reliabilitas

Auditability,
Dependability

Netralitas

Objektivitas

Confirmability (Dapat
Dikonfirmasi)

Sumber : Sugiyono:2007
Dalam

penelitian

ini

sendiri,peneliti

hanya

menggunakan

Uji

Kredibilitas. Hal ini berkenaan dengan kegunaan penelitian ini sendiri. Selain
karena dalam penelitian kualitatif yang paling utama adalah uji kredibilitas,
namun juga ini berkenaan dengan efektivitas. Karena penelitian yang dilakukan
bukan bertujuan untuk membandingkan penelitian ini dengan penelitian lainnya
atau sebagai awal dari penelitian lainnya, namun untuk kepentingan pribadi
peneliti.
III.9.1 Uji Kredibilitas
Uji Kredibilitas adalah pengujian kepercayaan terhadapat hasil penelitian
kualitatif. Hal ini dapat dilakukan melalui perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, trianggulasi, menggunakan bahan referensi dan
member check.
a. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang
pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini dilakukan untuk membuat
hubungan antara peneliti dengan informan semakin terbentuk sehingga
informan dapat memberikan informasi yang semakin dalam. Karena
tidak tertutup kemungkinan dalam penelitian pertama, informan masih

Universitas Sumatera Utara

52

dianggap sebagai orang asing sehingga tidak memberikan informasi
yang pasti dan terlalu dalam mengenai hal yang diteliti.
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan hingga menghasilkan kepastian data dan
urutan peristiwa yang sistematis. Hal ini harus dibekali dengan membaca
berbagai referensi, hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang
terkait dengan temuan peneliti.
c. Trianggulasi Sumber
Trianggulasi adalah pengujian kredibilitas dengan pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dalam hal
ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi sumber yaitu menguji
kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Dan trianggulasi sumber ini dilakukan
terhadap karyawan yang melaksanakan CSR, yang mendapatkan
pelayanan dan juga kepada supervisor (Sugiyono:2007)
d. Menggunakan Bahan Referensi
Menggunakan bahan referensi disini dimaksudkan dengan adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
Bukti tersebut dapat berupa rekaman wawancara, foto-foto dan lain-lain.
e. Mengadakan Member Check
Member Check adalah pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana

Universitas Sumatera Utara

53

kebenaran dan keselarasan data yang diberikan oleh informan dengan
hasil temuan dilapangan. Melaksanakan Member Check ini juga sangat
bergantung pada pelaksanaaan trianggulasi sumber yang dilakukan
peneliti. Karena seandainya data yang didapatkan sama dan disetujui
oleh informan kunci, maka data tersebut dianggap kredibel.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1

Gambaran Umum Objek Penelitian

IV.1.1 Profil PT. Lafarge Cement Indonesia (LCI) Lhoknga, Acexh Besar
Pembangunan PT. Semen Andalas Indonesia didirikan pada tahun 1980
yang saham tersebut dipegang oleh perusahaan Blue Circle Industries dari Inggris
dan bekerja sama dengan Cementia Holding A. G dari Swiss. Pada tahun 1983
PT. Semen Andalas Indonesia mulai berjalan produksinya dan telah memperoleh
hasil 1,2 juta ton pertahun. Pada tahun 1989 Lafarge acquired (mengakuisisi)
saham Cementia Holding A. G dari Swiss, berjalan dengan waktu produksi semen
di perusahaan PT. Semen Andalas Indonesia sampai tahun 2001. Lafarge kembali
mengakuisisi lagi saham Blue Circle Industries dari Inggris di PT. Semen Andalas
Indonesia dan akhirnya di tahun 2002, Lafarge menguasai 99 % saham di PT.
Semen Andalas Indonesia.
PT Semen Andalas Indonesia (SAI) adalah salah satu anak perusahaan
PT. Lafarge yang bergerak pada bidang pabrik semen terpadu yang telah aktif
berproduksi sejak tahun 1983. Setelah mendapat persetujuan dari Presiden
Republik Indonesia pada Bulan Februari 1980, maka pada Bulan April 1980
didirikanlah PT. Semen Andalas Indonesia dengan kapasitas produksi 1 juta ton
pertahun berlokasi di Lhoknga, lebih kurang 17 km selatan Kota Banda Aceh ke
arah Meulaboh.
Lafarge didikan pada tahun 1833 oleh keluarga Pavin De Lafarge di
daerah Le Teil, Perancis Selatan. Saat ini, Lafarge menempati posisi teratas

54

Universitas Sumatera Utara

55

didunia pada tiga divisinya yaitu : Industri Semen dan Industri Atap (Roofing),
Industri Aggregates dan Concrete dam Industri Gypsum.
Saham Lafarge telah terdaftar dibursa saham Paris, London, Frankfurt
dan New York. Dengan jumlah pekerja lebih dari 77.000 orang. Lafarge hadir di
75 negara diseluruh dunia. Produksi tertinggi mencapai total penjualan €14,4
milyar pada tahun 2004.
Perkembangan perusahaan tersebut diperoleh dari adanya kebijakan
perusahaan tentang pengembangan yang berkesinambungan. Group Lafarge juga
menekankan pada peningkatan faktor keselamatan kerja, efesiensi dalam
pengoperasian

industri, menekankan

pada

performasi

karyawan

dan

pengembangan sumber daya manusia, penghargaan terhadap komunitas sekitar
dan budaya, serta pelestarian sumber daya alam dan energi.
Pada tahun 1998 saham PT. SAI yang dimiliki oleh Group Lafarge
mengganti nama menjadi PT. Lafarge Cement Indonesia. PT. LCI didukung oleh
beberapa terminal yang menjadi pusat pemasarannya, yaitu : Terminal Belawan,
Terminal Batam, Terminal Dumai dan Terminal Lhokseumawe.
Pada tanggal 26 Desember 2004 gempa dan Tsunami memporakporandakan daerah Aceh dan sebagian Sumatra Utara, terutama di daerah Banda
Aceh dan Lhoknga – sekitar 150 km dari pusat gempa bumi – dimana pabrik PT
Semen Andalas Indonesia berlokasi. Sekitar 286.000 orang meninggal dunia dan
hilang dalam musibah tersebut, termasuk 200 orang karyawan PT Semen Andalas
Indonesia beserta sekitar 600 anggota keluarganya. Lebih kurang 80% dari
fasilitas pabrik PT Semen Andalas Indonesia hancur bersama dengan pelabuhan

Universitas Sumatera Utara

56

dan jembatan yang menjadi jalur transportasi ke pabrik. Group Lafarge segera
memberikan respon dan dukungannya, dengan memberikan bantuan gawat
darurat, baik secara fisik maupun finansial. Dengan mengoperasikan pusat krisis
di Jakarta, Medan dan Banda Aceh, dalam beberapa hari setelah musibah tersebut.
Group Lafarge berhasil mengirimkan bantuan berupa makanan, pakaian dan obatobatan serta mengungsikan sekitar 600 karyawan beserta keluarganya ke Medan.
Akhirnya pada bulan Juli 2005, CEO Group Lafarge – Bernard
Kasriel mengumumkan rencana pembangunan kembali pabrik Semen Andalas
yang modern dan efisien senilai US$90 juta yang diharapkan akan selesai pada
akhir tahun 2007. Hal ini merupakan refleksi dari komitmen Group Lafarge
kepada pemerintah dan masyarakat Aceh. Group Lafarge melihat bahwa
pembangunan pabrik ini sangat penting untuk mempercepat rekonstruksi Aceh
dan mendukung masyarakat sekitar dalam membangun masa depan mereka.
Setelah beberapa bulan pasca Tsunami sekitar 200 karyawan bekerja
bahu-membahu dalam proyek pembersihan dan persiapan kembali pabrik. Faktor
keamanan kerja dan performansi kerja tetap menjadi pusat perhatian selama
proses berlangsung. Untuk memastikan kelancaran pasokan semen untuk daerah
Aceh Dan Sumatra Utara, PT Semen Andalas Indonesia menggunakan terminal
terapung yang beroperasi sejak juli 2005 dengan menggunakan pasokan semen
dari Group Lafarge Langkawi – Malaysia. Pengaktifan terminal terapung ini
diikuti oleh proses pembangunan terminal dan fasilitas pengepakan yang
diharapkan dapat beroperasi pada bulan maret 2006.

Universitas Sumatera Utara

57

Bergerak dari aktivitas untuk mengatasi situasi krisis akibat Tsunami, PT
Semen Andalas Indonesia dengan dukungan dari Group Lafarge mulai beralih ke
aktivitas-aktivitas jangka panjang yaitu :
1.

Membantu komunitas local untuk kembali kepada kehidupan normal dan
mendapatkan mata pencahariannya kembali;

2.

Melakukan pembersihan pabrik dan pelabuhan;

3.

Memulai upaya rekonstruksi terminal dan pabrik, dengan tetap
beroperasi memasok semen ke pasar.
Mengingat banyaknya instruktur sumber penghasilan dibidang pertanian

dan perikanan (nelayan) yang rusak dan tidak akan pulih dalam waktu dekat,
Group Lafarge bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja Provinsi NAD
memberikan training dalam hal konstruksi bangunan, kelistrikan, mengelas, dan
lain-lain kepada sekitar 300 anggota komunitas setempat agar mereka
mendapatkan pekerjaan di berbagai proyek pembangunan kembali aceh.
Selain itu Lafarge juga melakukan pembangunan rumah bagi korban
bencana alam gempa dan Tsunami tahun 2004. Pembangunan 274 rumah untuk
komunitas lokal di lamkruet merupakan kerjasama Lafarge dengan Atlas
Logistique, Habitat For Humanity Indonesia dan Dompet Dhuafa serta beberapa
LSM yang ahli dibidang pembangunan perumahan masyarakat dan Community
Development. Renovasi mesjid yang merupakan pusat kegiatan sosial dan
keagamaan di Aceh segera dilakuan untuk membantu pemulihan aspek sosial dan
psikologis dari komunitas setempat. Renovasi bangunan-bangunan sekolah juga
merupakan prioritas PT Semen Andalas Indonesia, untuk memastikan bahwa
proses belajar mengajar untuk anak-anak yang merupakan generasi penerus tidak

Universitas Sumatera Utara

58

terhenti. Sementara itu, program klinik berjalan memberikan pelayanan kesehatan
cuma-cuma segera diluncurkan untuk memastikan kesehatan masyarakat
setempat, terutama dibarak-barak dan tempat penampungan sementara.
Pada tahun 2005 Lafarge kembali berusaha mengupayakan untuk
menghidupkan kembali pabrik dengan lebih baik dano ptimis hingga pada tahun
2010, yang telah ditanamkan saham oleh pihak Lafarge senilai 300 juta dolar.
Pada November 2010 PT. Semen Andalas Indonesia sudah kembali lagi
memproduksi semen, dengan renovasi, ide, karya cipta yang baru. Saat itu pula
nama pabrik PT. Semen Andalas Indonesia megganti namanya menjadi PT.
Lafarge Cement Indonesia, banyak kemajuan yang diperoleh baik dalam hal
produksi yang meningkat hingga 1.6 juta ton per tahun semen, maupun dalam hal
kesejahteraan dan keselamatan karyawan./
IV.1.2 Visi dan Misi PT. Lafarge Cement Indonesia (LCI) Lhoknga, Aceh
Besar
a. Visi
Menjadi pemimpin sejati di bidang bahan bangunan. Dengan cara
menjadi yang terbaik, melalui pertumbuhan yang cepat dengan
memberikan nilai tambah terbaik dan mencapai kepemimpinan pasar
global di dalam usaha lokal melalui prinsip pengelolaan “multi Lokal”.
b. Misi
Menjadi

mitra

yang

dapat

diandalkan

bagi

pembangunan

berkesinambungan untuk masyarakat dan ramah lingkungan. Serta lebih
memprioritaskan masyarakat sekitar untuk memperoleh pekerjaanpekerjaan kontrak yang sesuai dengan kompetensinya, melindungi

Universitas Sumatera Utara

59

lingkungan hidup dan membantu kebutuhan masyarakat sekitar dalam
hal pendidikan, kesehatan, pengembangan ekonomi, serta sosial dan
keagamaan, yang sangat penting khususnya di Aceh.
IV.1.3 Struktur Organisasi Departemen CSR PT. Lafarge Cement
Indonesia (LCI) Lhoknga, Aceh Besar.
Struktur organisasi bertujuan untuk mengatasi tugas, pemberian
tanggung jawab dan penetapan hubungan antara unsur-unsur organisasi untuk
mencapai tujuan. PT Lafarge Cement Indonesia menggunakan struktur organisasi
lini dan staf. Struktur organisasi ini merupakan gabungan kedua jenis organisasi
yang terdahulu yaitu struktur line dan staf. Dalam organisasi ini staf bukan
sekedar pelaksana tugas tetapi juga diberikan wewenang untuk memberikan
masukan demi tercapainya tujuan secara baik. Demikian juga pimpinan tidak
sekedar memberikan perintah atau nasehat tetapi juga bertanggung jawab atas
perintah atau nasehat tersebut.
Keuntungan organisasi ini antara lain ialah keputusan yang diambil oleh
pimpinan lebih baik karena telah dipikirkan oleh sejumlah orang dan tanggung
jawab pimpinan berkurang karena mendapat dukungan dan bantuan dari staf.
Dalam strukrur ini akan dibagi dalam beberapa unit kerja. Unit-unit kerja tersebut
dijabarkan kedalam unit-unit yang lebih kecil dan masing-masing unit-unit kerja
yang lebih kecil ini mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda-beda (dirjen,
direktorat, bidang, seksi, devisi, dan sebagainya). Masing-masing unit kerja
tersebut sudah tentu akan menyusun perencanaan dan kegiatan-kegiatan. Untuk
pelaksanaan rencana rutin cukup oleh staf yang ada, sehingga tidak perlu
menyusun organisasi baru.

Universitas Sumatera Utara

60

Gambar 2.

Organization Chart CSR Departemen PT. Lafarge Cement
Indonesia

Sumber : Arsip Departemen CSR PT. Lafarge Cement Indonesia
IV.1.4

Komite Bersama Pengembangan Masyarakat pada Program CSR
PT. Lafarge Cement Indonesia (LCI) Lhoknga, Aceh Besar
Dalam menjalankan Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.

Lafarge Cement Indonesia (LCI) Lhoknga, Aceh Besar, dibentuk sebuah lembaga
yang mengurusi segala macam hal mengenai program CSR tersebut. Pembentukan
lembaga tersebut sesuai dengan Memorium of Understanding (MoU) antara
perusahaan dengan masyarakat yang selanjutnya dituangkan dalam Standart
Operational Perusahaan (SOP).
Sesuai dengan SOP tersebut, maka dibentuklah Komite Bersama
Pengembangan Masyarakat Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.

Universitas Sumatera Utara

61

Lafarge Cement Indonesia (LCI) Lhoknga, Aceh Besar. Dalam komite tersebut
dibagi menjadi dua, yaitu Komite Pengawas dan komite Pelaksana.
Komite Pengawas bertugas untuk mengawasi segala bentuk pelaksanaan
CSR mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi. Komite
pengawas diwakili oleh berbagai elemen mulai dari Pimpinan Perusahaan (Plant
Manager), Pemerintah Daerah, Camat, Perwakilan Geuchik (Kepala Desa) hingga
Kepala Mukim (gabungan Gampong/desa). Sedangkan Komite Pelaksana
bertugas untuk menyusun program-program yang diusulkan masyarakat untuk
dimasukkan dalam Program CSR perusahaan. Komite Pelaksana ini adalah
perwakilan masyarakat dari setiap mukim.

KOMITE BERSAMA PENGEMBANGAN MASYARAKAT
PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA (LCI) LHOKNGA, ACEH BESAR
KOMITE PENGARAH
• Plant Manager PT. LCI
• Pemda A. Besar
• Camat Kec. Lhoknga
• Camat Kec. Leupung
• CEO PT. LCI
• Koordinator Geuchik Kec. Lhoknga
• Koordinator Geuchik Kec. Leupung
• Mukim Lhoknga
• Mukim Lampuuk
• Mukim Kueh
• Mukim Lam Lhom

KOMITE PELAKSANA
• Ridwan (Perwakilan Masy. Mukim
Lhoknga)
• Rahmat Ferdi (Perwakilan Masy.
Mukim Lampuuk)
• Ferdi Rahmat (Perwakilan Masy.
Mukim Kueh)
• Miswar (Perwakilan Masy. Mukim
Lamlhom)
• Tgk. Dahlan (Perwakilan Masy.
Mukim Leupung)
• Herman ((Perwakilan Masy. Mukim

Gambar 3.
Komite Bersama Pengembangan Masyarakat Program Corporate
Social Responsibility (CSR) PT. Lafarge Cement Indonesia
Sumber : Arsip Departemen CSR PT. Lafarge Cement Indonesia

Universitas Sumatera Utara

62

IV.2

Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis membagi informan kepada tiga kategori,

yaitu informan Kunci, Informan Utama dan Informan Tambahan. Hal ini karena
pelaksanaan CSR yang mencakup banyak pihak.
Tabel 4.1 Daftar Informan Penelitian
Informan
Kunci

Mahdani
Musa

IV.3

CD Officer
Dept. CSR
PT. LCI

Utama

Tambahan

Rahmad
Ferdy

Komite Pelaksana
Mukim Lampuuk

Bapak
Sulaiman

Masy. Mukim
Lampuuk

Ferdi
Rahmad

Komite Pelaksana
Mukim Kueh

Bapak Ali

Masy. Mukim
Kueh

Ridwan

Komite Pelaksana
Mukim Lhoknga

Ibu
Saminah

Masy.Mukim
Lhoknga

Miswar

Komite Pelaksana
Mukim Lamlhom

Bapak
Firdaus

Masy. Mukim
Lhamlhom

Hasil Penelitian

IV.3.1 Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) oleh PT. Lafarge
Cement Indonesia (LCI) Lhoknga, Aceh Besar ?
A.

Latar Belakang Program CSR PT. Lafarge Cement Indonesia (LCI)
Lhoknga, Aceh Besar

1. Kapan pertama kali PT. LCI melaksanakan CSR
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Program CSR pertama kali dilaksanakan pada tahun 2008 yang
ditandai dengan pemberian CSR bagi masyarakat Kec. Lhoknga dan
Kec. Leupung. Namun pelaksaan CSR sendiri pada hakikatnya telah

Universitas Sumatera Utara

63

dilaksanakan namun dengan nama yang berbeda, yaitu dengan nama
Community Development yang bersifat donasi.”
2. Apakah dari awal pelaksanaan CSR, sudah ada bidang khusus yang
membawahi program CSR ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Dari awal pelaksanaan program CSR bagi Masyarakat Kec. Lhoknga
dan Leupung, semuanya sudah dibawahi oleh Departemen CSR. Namun
berbeda dengan pelaksanaan Community Development, sebelumnya
tidak berada di Departemen CSR, karena Departemen CSR baru hadir
pada tahun 2008. Sedangkan pelaksanan Community Development
sudah dilaksanakan sejak lama”.
B.

Proses Perencanaan dan Implementasi Program CSR PT. Lafarge
Cement Indonesia (LCI) Lhoknga, Aceh Besar

1. Apakah ada upaya yang dilakukan PT. LCI untuk memberikan
kesadaran bagi staf dan manajemen tentang CSR ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Jika upaya secara menyeluruh tidak ada. Hal ini disebabkan karena
sudah ada yang membidangi khusus tentang CSR”.
2. Apakah ada bidang-bidang yang menjadi titik fokus penerapan CSR
di PT. LCI ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

64

“Yang menjadi fokus dalam penerapan CSR adalah bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi, dan sosial keagamaan”
3. Apa dasar menetapkan keempat bidang tersebut menjadi titik fokus
pelaksanaan CSR ? Apakah ada upaya perusahaan mengidentifikasi
terlebih dahulu ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Hal ini berdasarkan dari Memorium of Understanding (MoU) yang
disepekati oleh perusahaan dan masyarakat Kec. Lhoknga-Leupung”.
4. Dari hasil identifikasi tetsebut, apakah ada suatu tim khusus dalam
membentuk CSR Manual untuk melaksanakan kegiatan CSR?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Pembentukan CSR Manual atau aturan dalam pelaksanaan CSR diatur
bersama antara perusahaan dan masyarakat. Dalam hal ini kedua pihak
sepakat membentuk sebuah komite bersama dalam melaksanakan CSR.
Komite tersebut mewakili perusahaan, kecamatan, desa, mukim dan
masyarakat.”
5. Apakah ada sosialisasi khusus dalam pelaksanaan program CSR
ini?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Saat ini tidak diperlukan lagi sosialisasi khusus mengenai penerapan
CSR bagi 2 kecamatan ini. Karena pelaksaan CSR ini sudah

Universitas Sumatera Utara

65

berlangsung beberapa tahun. Hal ini sesuai dengan MoU antara kedua
belah pihak.”
6. Bagaimana proses pelaksanaan CSR di PT. LCI ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Terkhusus untuk Kec. Lhoknga dan Leupung umumnya dengan
melakukan POAC, yaitu :
Planning : PT. LCI biasanya diakhir tahun menyusun program CSR
yang ingin dilakukan atau ditawarkan bagi masyarakat kedua
kecamatan tersebut. Hal ini menyangkut dengan 4 pilar yang menjadi
dasar pelaksanaan CSR bagi masyarakat didua kecamatan tersebut
sesuai dengan MoU.
Organizing : PT. LCI mempresentasikan kepada pihak-pihak terkait
dalam hal ini komite yang ditunjuk sebagai Komite Pengarah. Disini
komite pengarah yang terdiri dari perwakilan Mukim didua kecamatan
tersebut (berjumlah 6 orang), Camat dari kedua kecamatan tersebut,
CEO dari Departemen CSR, Plain Manager PT. LCI dan perwakilan
Pemerintah Daerah (Pemkab) 1 orang. Pada tahapan ini, komite
pengarah mengubah, menambahkan atau mematangkan Program CSR
yang akan dilaksanakan untuk nantinya disetujui.
Actuating : Pelaksanaan Program CSR yang dikomandoi oleh Komite
Pelaksana yang berkoordinasi dengan dengan Departemen CSR PT. LCI
Controlling : PT. LCI melalui Departemen CSR melakukan pengawasan
baik dalam pelaksanaan program sampai dengan hasil dari pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara

66

Program. Dalam hal ini, Departemen CSR PT. LCI mempunyai tim
Evaluasi dan Monitoring untuk melihat sejauh mana pelaksanaan
program CSR.”

C.

Proses Evaluasi dan Monitoring Program CSR PT. Lafarge Cement
Indonesia (LCI) Lhoknga, Aceh Besar

1. Apakah ada proses evaluasi yang dilakukan PT. LCI terhadap
pelaksanaan CSR ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Pastinya selalu ada evaluasi dalam setiap kegiatan CSR yang dibuat.
Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana progresifitas dari suatu
kegiatan. Selain itu, evaluasi menjadi suatu gambaran dalam
penyusunan kegiatan bagi program CSR ditahun berikutnya.”
2. Bagaimana tahapan evaluasi yang dilakukan oleh perusahaan ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Tahapan yang dilakukan dalam proses evaluasi dimulai dengan
meminta laporan komite pelaksana masing-masing mukim. Hal ini untuk
melihat sejauh mana perjalanan CSR dalam tahun berjalan. Lalu
laporan tersebut ditindak lanjuti oleh bagian Evaluasi dan Monitoring
Departemen CSR untuk selanjutnya dibuat pertanggungjawaban kepada
pimpinan.”

Universitas Sumatera Utara

67

3. Apakah semua program yang telah dibuat juga dievaluasi ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Idealnya semua program harus dilaksanakan evaluasi. Namun
dilapangan terdapat beberapa program yang tidak terevaluasi dengan
baik. Hal ini akibat terbatasnya waktu dan sumber daya manusianya.”
4. Apakah proses evaluasi ini juga mengikutsertakan masyarakat ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Ya, dalam hal ini masyarakat diwakili oleh komite pelaksana yang
ditunjuk langsung dari masyarakat.”
4. Bagaimana proses evaluasi terhadap program-program baik yang
sudah berjalan ataupun belum ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Program yang sudah berjalan tentu dilihat efektifitasnya. Apakah
program tersebut memang memberikan dampak yang besar bagi
masyarakat. Jika memberikan dampak positif bukan tidak mungkin
program tersebut kembali diajukan pada tahun mendatang. Karena
tidak sedikit program-program yang berjalan membutuhkan kontinuitas
dalam pelaksanaannya. Artinya harus ada pembangunan yang
berkelanjutan.
Sedangkan bagi yang belum berjalan, perusahaan melihat penyebab
dari tidak berjalannya program gtersebut. Dan jika melihat program

Universitas Sumatera Utara

68

tersebut masih relevan dengan kondisi ditahun mendatang, maka
diusulkan kembali.”
5. Bagaimana proses akumulasi dana yang tinggal ditahun berjalan
untuk pelaksanaan program CSR ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Setiap tahun PT. LCI menganggarkan dana sebanyak 3 miliyar. Hal ini
sebegai kesepakatan bersama antar perusahaan dan masyarakat. Jika
dalam tahun berjalan dana tersebut tidak habis terpakai, maka dana
tersebut terakumulasi ketahun berikutnya. Hal ini dengan catatan
anggaran yang lebih tersebut bukan untuk program yang diusulkan
ditahun berikutnya, namun untuk pelaksanaan program yang belum
terlaksana/selesai ditahun berjalan.”
IV.3.2 Peranan dari Program CSR PT. Lafarge Cement Indonesia (LCI)
Lhoknga, Aceh Besar
1.

Indikator Internal (M-A-O terpadu)
A. Minimize
Meminimalkan perselisihan, konflik atau potensi konflik antara
perusahaan dengan masyarakat dengan harapan terwujudnya hubungan
yang harmonis dan kondusif.
- Bagaimana cara yang dilakukan perusahaan dalam penerapan CSR
untuk membuat masyarakat menjadi harmonis dan kondusif?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

69

“Perusahaan melakukan komunikasi selama sebulan sekali dengan
setiap stakeholder yang masuk dalam proses pelaksanaan CSR seperti
Camat, Geuchik/Kepala Desa, Kepala Mukim (Komite Pengarah) dan
Komite Pelaksana (Perwakilan Masyarakat)”
- Apakah penerapan CSR mampu meredam potensi perselisihan
antara perusahaan dengan masyarakat ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Dari awal kami tidak ingin berselisih dengan masyarakat. Jika ada
complain-complain dari masyarakat kami selalu mencoba untuk
mendengarkannya. Kalaupun ada tuntuan tertentu, sebisa mungkin kami
akan penuhi. Mungkin masyarakat cuma perlu lebih dijelaskan saja
kalau ada masalah.”
B. Asset
Aset perusahaan yang terdiri dari pemilik/pimpinan perusahaan,
karyawan, pabrik dan fasilitas pendukungya terjaga dan terpelihara
dengan aman
- Apakah pernah gangguan yang menimpa stakeholder perusahaan?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Beberapa kali memang ada aksi demonstrasi yang dilakukan
masyarakat. Namun sejauh ini kita masih bisa mengatasinya.
Alhamdulillah, tidak ada kejadian yang membuat kerugian yang besar
buat kita.”

Universitas Sumatera Utara

70

- Apakah stakeholder perusahaan pernah menerima terror tertentu
terkait kegiatan perusahaan ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Sejauh yang saya tahu, tidak pernah ada teror atau ancaman kepada
pribadi-pribadi tertentu.”
C. Operational
Seluruh kegiatan terjaga dan terpelihara dengan aman
- Apakah pernah ada pemblokiran terhadap kegiatan operasional
perusahaan ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Secara langsung memang tidak pernah, hanya aksi demonstrasi biasa.
Masyarakat juga pernah menutup aliran air yang mengarah dari atas
(Kecamatan Leupung) ke bawah (arah perusahaan). Satu lagi mungkin
palung kapal kita yang pernah digeser oleh masyarakat.”
- Bagaimana pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan setelah
penerapan CSR ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahdani Musa selaku CD
Officer PT. Lafarge Cement Indonesia.
“Alhamdulillah setelah pelaksanaan CSR, kita lebih bisa mendengar
keluhan dari masyarakat. Apalagi sekarang sudah ada ruang-ruang
formal yang bisa kita manfaatkan untuk mendengar masukan dari
masyarakat.”

Universitas Sumatera Utara

71

2.

Indikator Eksternal
A. Aspek Ekonomi
a. Tingkat pertambahan kualitas sarana dan prasarana umum
- Apa saja sarana dan prasarana umum yang dibangun untuk
masyarakat ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Rahmat Ferdi selaku Komite
Pelaksana dari Mukim Lampuuk.
“Harus diakui jika dengan dilaksanakan Program CSR, banyak sarana
dan prasarana yang telah dibangun dan tersedia disetiap mukim.
Misalnya sekarang sudah ada bus sekolah bagi anak-anak di Kecamatan
Leupung, pengadaan teratak bagi Desa Lamkruet dan Aneuk Paya,
sudah tersedia pipa penyaluran air sawah di Lampuuk, media
pembelajaran di seperti komputer dan buku di Kecamatan Lhoknga dan
Leupung serta berbagai sarana umum lainnya. Namun demikian tidak
dapat dipungkiri juga masih ada keterbatasan yang terasa dari
prasarana tersebut. Hal ini disebabkan terbatasnya dana yang tersedia,
sehingga membuat sarana tersebut harus dicicil sedikit demi sedikit
agar bisa sempurna.
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Sulaiman selaku masyarakat
dari Mukim Lampuuk.
“Ya memang udah ada lah perubahan. Kalau fasilitas itu seperti jalan
desa yang udah mulai bagus, anak-anak kalau sekolah udah ada bus,
kami ke sawah juga airnya ada. Tapi kadang-kadang itu terhambat juga.
Contohnya seperti saluran air kesawah itu. Belum semua sawah kami

Universitas Sumatera Utara

72

yang dilintasi saluran itu, jadi masih ada juga sawah yang belum rasain
fasilitas itu.
b. Tingkat peningkatan kemandirian masyarakat secara ekonomis
- Adakah usaha masyarakat yang dihasilkan dari kegiatan CSR ?
Jika ada, sebutkan !
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Rahmat Ferdi selaku Komite
Pelaksana dari Mukim Lampuuk
“Terdapat beberapa usaha yang sudah dilakukan perusahaan melalui
program CSR. Usaha-usaha tersebut berbentuk Badan Usaha Milik
Gampong (BUMG) yang dikelola oleh masyarakat. Diantara usahausaha tersebut diantaranya BUMG batako Mon Ikeun, BUMG air isi
ulang di Lambaro Seubun, BUMG Penggilingan Padi di Meunasah Mon
Cut Lamlhom dan beberapa program lainnya.
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Sulaiman selaku masyarakat
dari Mukim Lampuuk
“Kami memang dibangunkan usaha yang berbagai macam. Seperti
usaha air galon, penggilingan padi, ternak kambing dan sapi, usaha
fotocopy dan beberapa yang lain juga. Usaha itu setau saya dikelola
oleh Pak Mukim dan beberapa masyarakat yang ditunjuk sebagai
perwakilan masyarakat”
c. Tingkat peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat secara
berkelanjutan
- Bagaimana peran perusahaan dalam peningkatan kualitas hidup
masyarakat ?

Universitas Sumatera Utara

73

Menurut hasil wawancara dengan Bapak Rahmat Ferdi selaku Komite
Pelasksana dari Mukim Lampuuk
“Dari pelaksanaan Program CSR dari perusahaan, memang terlihat
peningkatan kualitas hidup dari masyarakat. Masyarakat sekarang lebih
mandiri dengan berbagai usaha-usaha yang telah dibentuk perusahaan.
Apalagi selain membuat usaha-usaha mandiri, masyarakat juga kerap
diberikan pelatihan-pelatihan terkait dengan kemandirian masyarakat.
Hal tersebut ditambah juga dengan dukungan perusahaan kepada anakanak disetiap desa untuk menempuh jalur pendidikan yang tinggi.
Diharapkan langkah yang diambil tersebut, dapat membuat kualitas
hidup masyarakat secara jangka panjang dapat tetap terjaga”.
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Sulaiman selaku masyarakat
dari Mukim Lampuuk.
“Ya sejauh ini lumayan bagus lah. Kami diberikan usaha-usaha yang
bisa kami kelola untuk mendapatkan hasil yang terus-terusan. Jadi bagi
kami yang petani, kalau sawah lagi susah bisa sedikit mengandalkan
usaha tersebut. Setidaknya untuk kegiatan-kegiatan gampong (desa),
sudah cukup lah. Kalau secara keseluruhan masyarakat, ya masih paspasan. Apalagi masyarakat disini kan ramai, jadi kami lebih memilih
apa yang prioritas untuk dibantu dari hasil usaha yang dibangun itu”.
B. Aspek Sosial
a. Frekuensi terjadinya gejolak/konflik sosial
- Selama pelaksanaan CSR, apakah masyarakat pernah melakukan
tuntutan lagi pada perusahaan ? Jika ada, kenapa ?

Universitas Sumatera Utara

74

Menurut hasil wawancara dengan Bapak Ferdi Rahmad selaku Komite
Pelasksana dari Mukim Kueh.
“Kalau tuntutan, sekali-sekali ada. Tapi sudah jauh lebih berkurang
dari sebelumnya. Biasanya tuntutan itu kalau pelaksanaan CSR tidak
seperti yang diharapkan masyarakat. Diluar pelaksanaan CSR,
biasanya masyarakat masih sering ngeluh soal limbah perusahaan”.
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Ali selaku masyarakat dari
Mukim Kueh.
“Pernah. karena disaat-saat tertentu, limbah hasil perusahaan masih
ada kami rasakan. Misalnya aliran sungai yang kotor atau udara yang
tidak segar.”
- Apakah tuntutan tersebut masih sering dilakukan ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Ferdi Rahmad selaku Komite
Pelasksana dari Mukim Kueh.
“Kalau frekuensinya tidak bisa dipastikan. Tapi lebih sedikit lah dari
sebelumnya. Mungkin masyarakat sudah mulai terbiasa dengan kondisi
yang ada”.
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Ali selaku masyarakat dari
Mukim Kueh.
“Sesekalilah, saat memang efek gak baik itu sangat terasa buat kami.
Kami sudah malas juga kadang-kadang menuntut gitu.”
b. Tingkat kualitas Hubungan Sosial antara perusahaan dengan
masyarakat
- Apakah anda mengenal para pemimpin perusahaan ?

Universitas Sumatera Utara

75

Menurut hasil wawancara dengan Bapak Ridwan selaku Komite
Pelaksana Mukim Lhoknga.
“Ya kenallah kami. Karena setiap akhir tahun kan kami jumpa dengan
mereka sebagai bagian dari komite bersama ini. ”
Menurut hasil wawancara dengan Ibu Saminah selaku masyarakat
Mukim Lhoknga
“Tidak terlalu kenal saya. Yang kenal Cuma yang memang tinggal
daerah sini aja. Kalau yang dari tempat lain, tidak banyak tau. Palingan
yang bule itu lah ada pernah lihat-lihat kalau ada acara di
perusahaan.”
- Apakah perusahaan juga sering turun ke masyarakat selain
melaksanakan program CSR ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Ridwan selaku Komite
Pelaksana Mukim Lhoknga
“Walaupun ada, tapi masih jaranglah. Apalagi yang petinggi-petinggi
itu kan. Lebih banyak mereka pagi pergi ke perusahaan, sore langsung
pulang. Karena yang manager-manager banyak yang bukan orang
sini.”
Menurut hasil wawancara dengan Ibu Saminah selaku masyarakat
Mukim Lhoknga
“Kalau ditempat kami, sepertinya jarang. Gak tau kalau daerah dekatdekat perusahaan sana ya. Paling ada si Mahdani, itupun karena dia
orang kampung kami juga.”

Universitas Sumatera Utara

76

c. Tingkat Kepuasan Masyarakat
- Bagaimana masyarakat memandang pelaksanaan CSR ini ?
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Miswar selaku Komite
Pelaksana dari Mukim Lamlhom
“Kalau yang saya lihat dan hasil diskusi dengan warga sini, mereka
termasuk sangat terbantu dengan program-program CSR ini. Kalau ada
pertanyaan dari masyarakat terkait hal ini saya kira wajar. Meskipun
tidak bisa dipungkiri kalau ada juga pihak-pihak yang merasa tidak
puas. Penyebab utamanya biasanya merasa tidak adilnya pelaksanaan
CSR antara satu mukim dengan mukim yang lain.”
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Firdaus selaku Masyarakat
Mukim Lamlhom
“Kalau saya lihat pelaksanaannya bagus, tapi sosialisasi dan
komunikasinya masih kurang. Kami kadang-kadang tidak tau, karena
kami cuma dapat penjelasan dari komite pelaksana aja. Tapi dari
perusahaan masih jarang.”
-

Apa saja dampak yang terlihat dari penerapan CSR ?
Menurut hasil wawancara dengan Miswar selaku Komite Pelaksana dari
Mukim Lamlhom
“Yang terlihat mungkin penambahan sarana, progres pendidikan dan
acara-acara seremonial yang dilakukan. Kalau yang lain mungkin kan
tidak terlalu nampak secara fisik. Tapi kalau dibidang-bidang itu, lebih
jelas dia. Misalnya pemberian beasiswa kepada anak-anak kurang

Universitas Sumatera Utara

77

mampu ditiap mukim. Atau pengadaan barang-barang keperluan dan
perlengkapan fasilitas disekolah.”
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Firdaus selaku masyarakat dari
Mukim Lamlhom
“Ada memang perubahan, tapi masih belum maksimal. Karena kami
didesa, tidak setiap tahun bisa mendapatkan akses dana CSR. Dana CSR
sangat kecil kalau dibagikan dan dirata-ratakan kesetiap desa.”
- Apakah anda merasa program CSR perusahaan sudah seperti yang
anda/masyarakat inginkan ?
Menurut hasil wawancara dengan Miswar selaku Komite Pelaksana dari
Mukim Lamlhom
“Rata-rata program yang dilakukan memang sesuai dengan permintaan
masyarakat. Karena memang sudah ada kesepakatan yang dibuat
dengan perusahaan jika masyarakat berhak mengajukan program yang
dikehendaki. Namun kadang-kadang, ada program yang dimasukkan,
tapi tidak disetujui oleh pihak perusahaan. Hal itu yang membuat kami
dari komite pelaskana susah menjelaskan ke masyarakat.”
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Firdaus selaku Masyarakat dari
Mukim Lamlhom
“Memang yang dilakukan sudah seperti yang kami usulkan. Tapi kami
heran karena beberapa program yang penting dalam usulan kami itu
justru tidak dilaksanakan.”

Universitas Sumatera Utara

78

IV.4

Analisis Data
Saat ini Corporite Social Responsibility (CSR) sudah menjadi isu yang

begitu masif menjadi pembahasan baik dikalangan akdemisi, praktisi, penggiat
lembaga swadaya masyarakat (LSM) hingga pengusaha sekalipun. CSR sudah
berevolusi dari sekedar praktik kedermawanan yang bersifat karitatif menjadi
sebuah tanggunjawab moral yang harus dilakukan oleh perusahaan.
Khusus bagi perusahaan, praktek CSR juga sudah memberikan peranan
yang besar bagi perusahaan. Terlepas dari segala motif pelaksanaannya,
perusahaan yang melaksanakan CSR akan mendapatkan efek yang baik pula. Hal
tersebut dapat dilihat pula pada PT. Lafarge Cement Indonesia (LCI), Lhoknga,
Aceh Besar sebagaimana yang diteliti penulis dan dianalisis oleh penulis.
IV.4.1 Analisis Data Penerapan Program CSR PT. Lafarge Cement
Indonesia (LCI) Lhoknga, Aceh Besar
1.

Latar Belakang Konsep CSR
Pelaksanaan CSR merupakan keniscayaan bagi perusahaan dalam rangka

tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar dan lingkungan. Berdirinya
sebuah perusahaan harus didasari dengan kesadaran untuk turut berperan
membantu memajukan masyarakat sekitar.
Dari

informasi

yang

dirangkum

penulis.

Perusahaaan

telah

melaksanakan kewajiban sosialnya kepada masyarakat Kec. Lhoknga dan
Kec. Leupung sejak awal. Pada tahap awal, pelaksanaan tanggung jawab
tersebut dilakukan melalui program donasi bernama Community Development.
Setelah

tahun

2008,

perusahaan

kemudian

melakukan

pemantapan

Universitas Sumatera Utara

79

pelaksanaan tanggung jawab sosialnya dengan membentuk departemen khusus
CRS yang melaksanakan kegiatan secara intens dan berkelanjutan.
2.

Perencanaan dan Implementasi
Demi berjalannya dengan baik sebuah program CSR, perusahan harus

mampu menganalisis dan mengidenfikasi permasalahan tentang apa yang
dibutuhkan masyarakat dan kemampuan perusahaan memenuhinya. Analisis
tersebut yang kemudian menjadi bekal dalam membuat perencanaan yang
efektif dan efisien dan dilaksanakan melalui implementasi yang terorganisir.
Melihat data yang diperoleh oleh penulis, perusahaan melakukan
perencanaan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dengan melakukan fokus
CSR terhadap pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial keagaamaan.
Perumusan tersebut dilaksanaknan dengan melibatkan aspirasi masyarakat
melalu pembuatan MoU. Keterlibatan masyarakat dibentuk dalam sebuah
komite khusus yang terdiri dari perwakilan perusahaan, kecamatan, desa,
mukim da