Perbandingan Efek Air Perasan Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) dan Air Perasan Umbi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Insisi Mencit Swiss Webster.

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN EFEK AIR PERASAN DAUN MANGKOKAN (Nothopanax scutellarium Merr.) DAN AIR PERASAN UMBI UBI JALAR

(Ipomoea batatas L.) DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA INSISI MENCIT Swiss Webster

Deviana Christanty, 2012, Pembimbing I : Dr. dr. Sugiarto Puradisastra, M.Kes Pembimbing II : dr. Kartika Dewi, M.Kes., Sp.Ak.,

PA(K)

Luka adalah keadaan yang dapat merusak kontinuitas dari kulit dan jaringan subkutan. Upaya untuk mengobati luka umumnya menggunakan povidone iodine atau bahan herbal, antara lain daun mangkokan dan umbi ubi jalar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek air perasan daun mangkokan (APDM) dan air perasan umbi ubi jalar (APUUJ) serta perbandingan potensinya dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, menggunakan hewan coba mencit Swiss Webster sebanyak 30 ekor yang dibagi secara acak menjadi 5 kelompok (n=6). Pada punggung mencit dibuat luka insisi sepanjang 2 cm. Setiap hari masing-masing kelompok diberikan satu perlakuan secara topikal, yaitu APDM 25%, APDM 50%, APUUJ 25%, APUUJ 50% dan akuades sebagai kontrol negatif. Data yang diukur adalah durasi penyembuhan luka dalam hari hingga kedua tepi luka saling bertautan. Analisis data menggunakan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dengan  = 0,05.

Rerata durasi penyembuhan luka dalam hari dengan APDM 25% (14) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan kontrol negatif (16,60) dengan p = 0,054. APDM 50% (13), APUUJ 25% (11,67), APUUJ 50% (12,6) menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan dibandingkan kontrol negatif dengan p = 0,004, p= 0,000 dan p= 0,002.

Simpulan adalah air perasan daun mangkokan dan air perasan umbi ubi jalar berefek dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster. Air perasan daun mangkokan mempunyai potensi yang setara dengan air perasan umbi ubi jalar.

Kata kunci: air perasan daun mangkokan, air perasan umbi ubi jalar, durasi penyembuhan luka.


(2)

ABSTRACT

COMPARISON THE EFFECT OF MANGKOKAN LEAF JUICE (Nothopanax Scutellarium Merr.) AND SWEET POTATO TUBERS JUICE

(Ipomoea batatas L.) IN ACCELERATING INCISION WOUND HEALING

OF Swiss Webster MICE

Deviana Christanty, 2012, 1st Tutor : Dr. dr. Sugiarto Puradisastra, M.Kes 2nd Tutor : dr. Kartika Dewi, M.Kes., Sp.Ak., PA(K)

Wound is a condition in which damages the continuity of skin and subcutaneous tissues. In general, povidone iodine or herbs such as mangkokan leaf and sweet potato tuber, are used in attempt to treat a wound. The purpose of this research was to compare the effects of mangkokan leaf juice (APDM) and sweet potato tuber juice (APUUJ) in accelerating incision wound healing of Swiss Webster mice.

The research was a laboratory experimental, using thirty Swiss Webster mice, which were divided into 5 groups (n=6). A two centimetres long incision wound were made on the mice back. Everyday each group was given respectively topical treatment which consisted of APDM 25%, APDM 50%, APUUJ 25, APUUJ 50% and aquadest as negative control. Wounds healing duration (in days) were measured daily until two ends of wound edge interlocked. Data measured was the wound healing in days, and analyzed using one way ANOVA followed by Tukey HSD with α = 0,05.

The result showed APDM 50% (13), APUUJ 25% (11,67), APUUJ 50% (12,6) were highly significant different to negative control (16,60) with p= 0,004, p= 0,000 and p= 0,002. APDM 25% were not significant different to negative control with p= 0,054.

In conclusion, mangkokan leaf juice and sweet potato tuber juice were effective to accelerate Swiss Webster mice incision wound healing. Mangkokan leaf juice had equivalent potential with sweet potato tuber juice.

Key word: mangkokan leaf juice, sweet potato tuber juice, duration of wound healing process


(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Maksud dan Tujuan ... 3

1.3.1. Maksud Penelitian ... 3

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4

1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 4

1.5.1. Kerangka Pemikiran ... 4

1.5.2. Hipotesis Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit ... 6

2.1.1 Epidermis ... 6


(4)

2.1.3 Jaringan Subkutan (Hipodermis) ... 10

2.1.4 Organ Asesoris Kulit ... 11

2.1.5 Vaskularisasi dan Reseptor Sensoris Kulit ... 14

2.2Fungsi Kulit ... 14

2.3Luka ... 16

2.4Klasifikasi Luka ... 16

2.5Penyembuhan Luka ... 19

2.6Tanaman Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) ... 22

2.6.1 Morfologi Tanaman Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) 22 2.6.2 Sifat dan Khasiat ... 23

2.6.3 Kandungan Kimia ... 24

2.7Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) ... 24

2.7.1 Morfologi Umbi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) ... 25

2.7.2 Sifat dan Khasiat ... 26

2.7.3 Kandungan Kimia ... 26

BAB III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1Alat dan Bahan ... 27

3.1.1 Alat-alat yang Digunakan ... 27

3.1.2 Bahan-bahan yang Digunakan ... 27

3.2Subjek Penelitian ... 28

3.3Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

3.4Metode Penelitian ... 28

3.4.1 Desain Penelitian ... 28

3.4.2 Data yang Diukur ... 28

3.4.3 Variabel Penelitian ... 29

3.4.3.1Definisi Konsepsional Variabel ... 29

3.4.3.2Definisi Operasional Variabel ... 29

3.4.4 Penentuan Besar Sampel ... 30

3.5Prosedur Kerja ... 31


(5)

3.5.2 Persiapan Subjek Penelitian ... 31

3.5.3 Prosedur Penelitian ... 32

3.6Cara Pemeriksaan ... 33

3.7Analisis Data ... 33

3.8Aspek Etik Penelitian ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 35

4.2 Uji Hipotesis ... 39

4.2.1 Hipotesis Penelitian I ... 39

4.2.2 Hipotesis Penelitian II ... 39

4.2.3 Hipotesis Penelitian III ... 40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 41

5.2Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 45


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lapisan-lapisan kulit ... 9

Gambar 2.2 Tanaman Mangkokan ... 23

Gambar 2.3 Umbi ubi jalar ... 25

Gambar L.4.1 Menimbang Mencit dan Menomori Punggung Mencit ... 52

Gambar L.4.2 Mencukur Punggung Mencit ... 52

Gambar L.4.3 Menyuntik Mencit Dengan Ketamin ... 53


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Kimia Ubi Jalar ... 26

Tabel 4.1 Durasi Penyembuhan Luka Dalam Hari ... 35

Tabel 4.2 Uji Tukey HSD Terhadap Durasi Penyembuhan Luka ... 37


(8)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik Durasi Penyembuhan Luka Pada Lima Kelompok ... 36 Perlakuan


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Hasil Pengukuran Panjang Luka Dalam cm ... 45 Lampiran II Hasil Uji Saphiro Wilk, Levene Test dan ... 50

Panjang Luka Rata-rata

Lampiran III Hasil Uji ANAVA dan Tukey HSD ... 51 Lampiran IV Gambar Prosedur Penelitian ... 52 Lampiran V Surat Etik Penelitian ... 54


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Luka adalah keadaan yang dapat merusak kontinuitas kulit dan jaringan subkutan. Luka dapat berasal dari trauma atau berbagai paparan dari lingkungan luar. Luka trauma antara lain adalah luka tusuk, luka tumpul, luka akibat tergelincir, dan luka gigit (Brunicardi, et al., 2010). Hal ini terjadi karena manusia selalu aktif bergerak.

Mobilitas manusia di jaman modern ini semakin meningkat, sehingga kemungkinan untuk terjadinya luka meningkat pula. Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, di Amerika Utara, setiap tahun terjadi 5-7 juta kasus luka kronis dan atau luka kompleks. Studi terbaru di UK menunjukkan prevalensi pasien dengan luka adalah 3,55 per 1000 populasi. Mayoritas luka yang terjadi adalah luka karena trauma (48%), luka pada kaki (28%) dan ulkus karena tekanan sebanyak 21% (MacDonald, 2009). Luka karena gigitan terjadi sekitar 4,5 juta kasus per tahun dan menempati kurang lebih 2% dari semua kasus di ruang gawat darurat (Brunicardi, et al., 2010). Prevalensi luka pada orang-orang yang dirawat di rumah sakit adalah 30,7%. Luka di Australia merupakan masalah kesehatan yang saat ini banyak diperbincangkan, karena lebih dari 200.000 orang di Australia memiliki masalah yang berkaitan dengan luka (MacDonald, 2009).

Luka menyebabkan gangguan kontinuitas kulit sehingga memungkinkan mikroorganisme untuk masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi baik lokal maupun sistemik. Luka juga dapat menyebabkan cedera pada lapisan yang lebih dalam dan menyebabkan inflamasi lokal akut (Brunicardi, et al., 2010). Hal ini dapat menyebabkan infeksi yang bersifat menyebar seperti sepsis bahkan kematian. Di Amerika, angka kejadian sepsis berat adalah 0,56 kasus per 1000 populasi pertahun (M. Rikki Ardhiareza Arifin, 2011). Contohnya luka tusuk yang awalnya terlihat tidak berbahaya, tetapi bakteri yang berasal dari kulit sendiri atau dari lingkungan yang masuk melewati kulit dan kemudian masuk ke jaringan yang


(11)

lebih dalam akan menyebabkan keadaan yang lebih serius apabila tidak ditangani (Brunicardi, et al., 2010).

Selama ini, penanganan luka yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat adalah dengan menggunakan povidone iodine. Penggunaan povidone iodine tidak menyebabkan penyembuhan luka yang efektif. Beberapa penelitian menyatakan bahwa penggunaan povidone iodine pada luka dapat menyebabkan penyembuhan luka yang tidak sempurna dan menyebabkan terjadinya infeksi (Kramer, 1999).

Sebagai alternatif dari penggunaan povidone iodine, dapat digunakan tumbuhan herbal mengingat efek samping dari povidone iodine lebih banyak bila dibandingkan dengan bahan-bahan alami. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2007 menunjukkan sebanyak 31,6% masyarakat pedesaan menggunakan obat tradisional dalam pengobatan sendiri (Badan Pusat Statistik, 2008).

Bahan alami yang dapat digunakan untuk mengobati luka adalah daun mangkokan, umbi ubi jalar, herba daun sendok, daun sambiloto, daun tembelekan dan daun pule pandak (Seno Sastroamidjojo, 2001; Setiawan Dalimartha, 2001; Panda et al., 2011). Daun mangkokan mengandung saponin, flavonoid, polifenol, vitamin A, B1, amygdalin dan vitamin C (Depkes, 2001; Ade Yuli Budiharti, 2015). Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) berkhasiat untuk menyembuhkan luka, memiliki efek diuretik (peluruh kencing) dan anti inflamasi, dapat juga mengatasi bau badan (Setiawan Dalimartha, 2001). Tumbuhan ini sering ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman pagar, walaupun dapat ditemukan sebagai tumbuhan liar di ladang dan tepi sungai. Bagian yang digunakan adalah daun dan akar. Bahan alami selain daun mangkokan untuk penyembuhan luka adalah umbi ubi jalar (Panda, et al., 2011). Ubi jalar termasuk famili Convolvulaceae, genus Ipomoea dan spesies yang banyak digunakan adalah

batatas (L) Lam. Vitamin yang terkandung dalam ubi jalar selain vitamin A, yaitu vitamin C, vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), sedangkan mineral yang terkandung dalam ubi jalar adalah zat besi (Fe), fosfor (P), kalsium (Ca) dan natrium (Erawati & Mumpuni, 2006). Umbi ubi jalar digunakan dalam pengobatan tradisional, diantaranya adalah untuk mencegah terjadinya ulkus


(12)

lambung dan untuk menyembuhkan luka (Panda, et al., 2011; Rengarajan, et al., 2012). Jadi disimpulkan bahwa daun mangkokan dan umbi ubi jalar memiliki zat-zat aktif yang berperan dalam penyembuhan luka. Hal diatas mendorong penulis untuk meneliti perbandingan efek daun mangkokan dan umbi ubi jalar dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apakah air perasan daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.)

berefek dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

2. Apakah air perasan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) berefek dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

3. Apakah air perasan daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.)

mempunyai potensi yang setara dengan air perasan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menjadikan daun mangkokan dan umbi ubi jalar sebagai obat alternatif yang dapat digunakan untuk menyembuhkan luka insisi.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah air perasan daun mangkokan (Nothopanax Scutellarium Merr.) dan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) berpengaruh dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit


(13)

Swiss Webster dan perbandingan efek air perasan daun mangkokan (Nothopanax Scutellarium Merr.) dan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis yaitu dapat memberikan informasi mengenai pengaruh air perasan daun mangkokan (Nothopanax Scutellarium Merr.) dan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster serta perbandingan potensinya.

Manfaat praktis yaitu agar masyarakat dapat menggunakan air perasan daun mangkokan (Nothopanax Scutellarium Merr.) dan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) sebagai obat alternatif untuk mempercepat penyembuhan luka.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Penyembuhan luka yang normal memiliki pola yang sama dan ada fase yang saling bertumpuk. Penyembuhan luka ditentukan oleh populasi dari sel dan aktivitas biokimiawi, yaitu: (1) fase hemostasis dan inflamasi, (2) fase proliferasi, (3) fase maturasi dan remodeling (Brunicardi, et al., 2010).

Daun mangkokan (Nothopanax Scutellarium Merr.) mengandung antara lain saponin (polysciasaponin P1), flavonoid, polifenol, vitamin A, B1, amygdalin (B17) dan C (Depkes, 2001; Ade Yuli Budiharti, 2015).

Saponin berfungsi membantu proses terbentuknya kolagen pada luka dan memiliki efek anti mikroba (Soetan et al., 2006; Globinmed, 2010).

Flavonoid pada daun mangkokan dan umbi ubi jalar bekerja sebagai antimikroba dan antivirus serta mengurangi radikal bebas yang berlebihan (Bruneton, 1999; Robinson, 2000).


(14)

Vitamin A memiliki beberapa fungsi, antara lain: (1) meningkatkan sintesis fibronektin, (2) mengurangi sintesis kolagenase dan keratin (Ratih Kumala Sari, 2011).

Amygdalin (vitamin B17) berefek anti inflamasi dan analgesik. Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Fungsi utama vitamin C dalam jaringan adalah sintesis kolagen. Vitamin C dibutuhkan untuk mempercepat perubahan residu prolin dan lisin pada prokolagen menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin pada sintesis kolagen (Ratih Kumala Sari, 2011).

Umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) mengandung flavonoid seperti antosianin dan polifenol (asam fenol), vitamin A, C dan kalsium. Ubi jalar juga mengandung antioksidan seperti beta karoten dan antosianin (Panda, et al., 2011). Kalsium bekerja sebagai faktor IV pada fase hemostatik dan diduga juga bekerja pada fase migrasi sel dan fase regenerasi pada fase penyembuhan luka yang lebih lanjut (Lansdown, 2002).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

1. Air perasan daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) berefek dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster. 2. Air perasan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) berefek dalam

mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

3. Air perasan daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.)

mempunyai potensi yang setara dengan air perasan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.


(15)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

 Air perasan daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) berefek mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

 Air perasan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) berefek mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

 Air perasan daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.)

mempunyai potensi yang setara dengan air perasan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut:

 Menggunakan air perasan daun mangkokan dan air perasan umbi ubi jalar

dengan dosis yang lebih bervariasi.

 Perlu dilakukan penelitian menggunakan hewan coba lain.

 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek air perasan daun mangkokan dan air perasan umbi ubi jalar terhadap penyembuhan luka dengan bentuk sediaan yang lain.

 Perlu dilakukan penelitian menggunakan bagian lain dari tanaman.

 Menggunakan air perasan daun mangkokan dan air perasan umbi ubi jalar

untuk jenis-jenis luka yang lain, seperti pada luka bakar, luka robek, luka tusuk dan luka memar.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

A.F. Mulyadi, S. Wijana,I. A. Dewi, W. I. Putri. 2014. Karakteristik Organoleptik

Produk Mie Kering Ubi Jalar Kuning (Ipomoea batatas) (Kajian

penambahan telur dan CMC). Jurnal Teknologi Pertanian, 15 (1): 25-36.

Ade Yuli Budiharti ,2015. Makalah Fitokimia Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) dengan Formulasi Emulgel Sebagai Penumbuh Rambut.,http://www.academia.edu/8369070/makalah_fitokimia_daun_mangko kan_NothopanaN_Scutellarium_Merr._dengan_formulasi_emulgel_sebagai_pe numbuh_rambut., September 24th, 2015.

Archer CB. 2010. Functions of the Skin. Rook's Textbook of Dermatology. Wiley-Blackwell. p 21.

Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics) 2007. Jakarta.

Bruneton J. 1999. Flavonoids. Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants

2nd . ed. Lavoisier Publishing. p 322.

Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, et

al. 2010. Wound Healing.Schwart'z Principles of Surgery 9th ed. The

Mc Graw-HillCompanies.

Burns T & Brown R. 2005. Struktur dan Fungsi Kulit, Rambut dan Kuku. Lecture

Notes Dermatology 8th . ed. Jakarta: Erlangga.

Carr A, Frei B. 1999. Toward a New Recommended Dietary Allowance for

Vitamin C Based on Antioxidant and Health Effects in Humans. American

Journal of Clinical Nutrition, 69 (6): 1086-1107.

Cecil RL & Goldman L. 2007. Structure and Functions of The Skin. Cecil Medicine 23rd Edition. New York: Saunders Elsevier. Chapter 461.

Depkes. 2001. Nothopanax scutellarium Merr. Inventaris Tanaman Obat

Indonesia (I) Jilid 2. 2th ed. p 243-244.

Erawati, Mumpuni C, 2006. Kendali Stabilitas Beta Karoten Selama Proses Produksi Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.).,

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/8932., September 24th, 2015.

Garden NT, 2015. National Tropical Botancial Garden.

http://www.ntbg.org/plants/plant_details.php?plantid=6530., September 24th, 2015.


(17)

Globinmed, 2010. Nothopanax scutellarium. http://www.globinmed.com/index.php?option=com_content&view=article&id =84 562:nothopanax-scutellarium&Itemid=139., September 24th, 2015.

Iwan Budiman, 2015. Sweet Potato (Ipomoea batatas L.).,

https://s3autumn.wordpress.

com/ubi-jalar-sweet-potato-ipomoea-batatas-l-lam/., September 24th, 2015.

Junqueira ML & Carneiro MJ. 2007. Basic Histology. 11thed. McGraw- Hill.

Kramer S. 1999. Effect of Povidone-Iodine on Wound Healing: a Review. J VascNurs, 17(1): 17-23., http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10362983. Kumar V, Abbas AK, Fausto N 2010. Pembaruan dan Perbaikan Jaringan:

Regenerasi, Penyembuhan dan Fibrosis. Robbins & Cotran Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC. p 115.

Lansdown AB. 2002. Calcium: A Potential Central Regulator in Wound Healing in the Skin. Wound Repair Regen, 10(5): 271-85.

M. Rikki Ardhiareza Arifin. 2011. Hubungan Antara Hiperglikemia dan

Mortalitas Pada Anak Dengan Sepsis di Ruang Rawat Inap Intensif RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Jurnal Kedokteran Indonesia, 2(1): 34-8.

MacDonald J. 2009. Global Initiative for Wound and Lymphoedema Care (GIWLC). Journal of Lymphoedema, 4(2): 92-5.

Mills SY &Bone K. 2000. Principles of Herbal Pharmacology. Principlesand Practice of Phytotherapy.London: Chruchill Livingston. p 32.

North Carolina Sweet Potato Commision, 2015. Types of Sweet Potatoes. http://www.ncsweetpotatoes.com/sweet-potatoes-101/sweet-potato-varieties/., October 1th 2015.

Panda, V., Sonkamble, M., & Patil, S. (2011). Wound healing activity of Ipomoea batatas tubers (sweet potato). Functional Foods in Health and Disease, 10,

403- 15.

R Sjamsuhidajat , Wim De Jong. 2010. Luka dan Penyembuhan Luka. Buku Ajar

Ilmu Bedah. 2nd . ed. Jakarta: EGC. p 73-86, 92-93.

Rengarajan S, Rani M, Kumaresapillai N. 2012. Study of Ulcer Protective Effect of Ipomoea batatas (L.) Dietary Tuberous Roots (Sweet Potato). Iranian Journal of Pharmacology & Therapeutics: 36-39.

Robinson T. 2000. Flavonoid dan Senyawa Sejenisnya.Kandungan Organik


(18)

Ratih Kumala Sari, 2011. Vitamin dan Mineral., http://medinfofk06.web.unair.ac.id/artikel_detail-24130.html., September 9th 2015.

S. Ginting, 2011. Tinjauan Pustaka Ubi Jalar dan Potensinya.,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25399/3/Chapter%20II.pdf., September 24th, 2015.

Seno Sastroamidjojo. 1999. Daftar Nama Tumbuhan Menurut Khasiatnya. Obat Asli Indonesia. p 274.

Setiawan Dalimartha. 2001. Daun Mangkokan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya. p 87-89.

Sloane. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta: EGC. p 84-89. Soetan, Fafunso, Aiyelaagbe, Oyekunle. 2006. Evaluation of the Antimicrobial

Activity of Saponins Extract of Sorghum bicolor L. Moench. African Jorunal of Biotechnology, 5(23): 2405-07.

Syarif M Wasitaatmaja. 2010. Anatomi dan Faal Kulit. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Universitas Indonesia. p 3-6.


(1)

4

Swiss Webster dan perbandingan efek air perasan daun mangkokan (Nothopanax Scutellarium Merr.) dan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis yaitu dapat memberikan informasi mengenai pengaruh air perasan daun mangkokan (Nothopanax Scutellarium Merr.) dan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster serta perbandingan potensinya.

Manfaat praktis yaitu agar masyarakat dapat menggunakan air perasan daun mangkokan (Nothopanax Scutellarium Merr.) dan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) sebagai obat alternatif untuk mempercepat penyembuhan luka.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Penyembuhan luka yang normal memiliki pola yang sama dan ada fase yang saling bertumpuk. Penyembuhan luka ditentukan oleh populasi dari sel dan aktivitas biokimiawi, yaitu: (1) fase hemostasis dan inflamasi, (2) fase proliferasi, (3) fase maturasi dan remodeling (Brunicardi, et al., 2010).

Daun mangkokan (Nothopanax Scutellarium Merr.) mengandung antara lain saponin (polysciasaponin P1), flavonoid, polifenol, vitamin A, B1, amygdalin

(B17) dan C (Depkes, 2001; Ade Yuli Budiharti, 2015).

Saponin berfungsi membantu proses terbentuknya kolagen pada luka dan memiliki efek anti mikroba (Soetan et al., 2006; Globinmed, 2010).

Flavonoid pada daun mangkokan dan umbi ubi jalar bekerja sebagai antimikroba dan antivirus serta mengurangi radikal bebas yang berlebihan (Bruneton, 1999; Robinson, 2000).


(2)

5

Vitamin A memiliki beberapa fungsi, antara lain: (1) meningkatkan sintesis fibronektin, (2) mengurangi sintesis kolagenase dan keratin (Ratih Kumala Sari, 2011).

Amygdalin (vitamin B17) berefek anti inflamasi dan analgesik. Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Fungsi utama vitamin C dalam jaringan adalah sintesis kolagen. Vitamin C dibutuhkan untuk mempercepat perubahan residu prolin dan lisin pada prokolagen menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin pada sintesis kolagen (Ratih Kumala Sari, 2011).

Umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) mengandung flavonoid seperti antosianin dan polifenol (asam fenol), vitamin A, C dan kalsium. Ubi jalar juga mengandung antioksidan seperti beta karoten dan antosianin (Panda, et al., 2011). Kalsium bekerja sebagai faktor IV pada fase hemostatik dan diduga juga bekerja pada fase migrasi sel dan fase regenerasi pada fase penyembuhan luka yang lebih lanjut (Lansdown, 2002).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

1. Air perasan daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) berefek dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster. 2. Air perasan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) berefek dalam

mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

3. Air perasan daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) mempunyai potensi yang setara dengan air perasan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.


(3)

41

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

 Air perasan daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) berefek mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

 Air perasan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) berefek mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

 Air perasan daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.)

mempunyai potensi yang setara dengan air perasan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut:

 Menggunakan air perasan daun mangkokan dan air perasan umbi ubi jalar

dengan dosis yang lebih bervariasi.

 Perlu dilakukan penelitian menggunakan hewan coba lain.

 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek air perasan daun mangkokan dan air perasan umbi ubi jalar terhadap penyembuhan luka dengan bentuk sediaan yang lain.

 Perlu dilakukan penelitian menggunakan bagian lain dari tanaman.

 Menggunakan air perasan daun mangkokan dan air perasan umbi ubi jalar

untuk jenis-jenis luka yang lain, seperti pada luka bakar, luka robek, luka tusuk dan luka memar.


(4)

42

DAFTAR PUSTAKA

A.F. Mulyadi, S. Wijana,I. A. Dewi, W. I. Putri. 2014. Karakteristik Organoleptik

Produk Mie Kering Ubi Jalar Kuning (Ipomoea batatas) (Kajian

penambahan telur dan CMC). Jurnal Teknologi Pertanian, 15 (1): 25-36.

Ade Yuli Budiharti ,2015. Makalah Fitokimia Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) dengan Formulasi Emulgel Sebagai Penumbuh Rambut.,http://www.academia.edu/8369070/makalah_fitokimia_daun_mangko kan_NothopanaN_Scutellarium_Merr._dengan_formulasi_emulgel_sebagai_pe

numbuh_rambut., September 24th, 2015.

Archer CB. 2010. Functions of the Skin. Rook's Textbook of Dermatology. Wiley-Blackwell. p 21.

Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics) 2007. Jakarta.

Bruneton J. 1999. Flavonoids. Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants

2nd . ed. Lavoisier Publishing. p 322.

Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, et al. 2010. Wound Healing.Schwart'z Principles of Surgery 9th ed. The Mc Graw-HillCompanies.

Burns T & Brown R. 2005. Struktur dan Fungsi Kulit, Rambut dan Kuku. Lecture Notes Dermatology 8th . ed. Jakarta: Erlangga.

Carr A, Frei B. 1999. Toward a New Recommended Dietary Allowance for

Vitamin C Based on Antioxidant and Health Effects in Humans. American

Journal of Clinical Nutrition, 69 (6): 1086-1107.

Cecil RL & Goldman L. 2007. Structure and Functions of The Skin. Cecil Medicine 23rd Edition. New York: Saunders Elsevier. Chapter 461.

Depkes. 2001. Nothopanax scutellarium Merr. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 2. 2th ed. p 243-244.

Erawati, Mumpuni C, 2006. Kendali Stabilitas Beta Karoten Selama Proses Produksi Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.).,

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/8932., September 24th, 2015.

Garden NT, 2015. National Tropical Botancial Garden.

http://www.ntbg.org/plants/plant_details.php?plantid=6530., September 24th,

2015.


(5)

43

Globinmed, 2010. Nothopanax scutellarium.

http://www.globinmed.com/index.php?option=com_content&view=article&id =84 562:nothopanax-scutellarium&Itemid=139., September 24th, 2015.

Iwan Budiman, 2015. Sweet Potato (Ipomoea batatas L.).,

https://s3autumn.wordpress.

com/ubi-jalar-sweet-potato-ipomoea-batatas-l-lam/., September 24th, 2015.

Junqueira ML & Carneiro MJ. 2007. Basic Histology. 11thed. McGraw-

Hill.

Kramer S. 1999. Effect of Povidone-Iodine on Wound Healing: a Review. J VascNurs, 17(1): 17-23., http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10362983. Kumar V, Abbas AK, Fausto N 2010. Pembaruan dan Perbaikan Jaringan:

Regenerasi, Penyembuhan dan Fibrosis. Robbins & Cotran Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC. p 115.

Lansdown AB. 2002. Calcium: A Potential Central Regulator in Wound Healing in the Skin. Wound Repair Regen, 10(5): 271-85.

M. Rikki Ardhiareza Arifin. 2011. Hubungan Antara Hiperglikemia dan

Mortalitas Pada Anak Dengan Sepsis di Ruang Rawat Inap Intensif RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Jurnal Kedokteran Indonesia, 2(1): 34-8.

MacDonald J. 2009. Global Initiative for Wound and Lymphoedema Care (GIWLC). Journal of Lymphoedema, 4(2): 92-5.

Mills SY &Bone K. 2000. Principles of Herbal Pharmacology. Principlesand Practice of Phytotherapy.London: Chruchill Livingston. p 32.

North Carolina Sweet Potato Commision, 2015. Types of Sweet Potatoes. http://www.ncsweetpotatoes.com/sweet-potatoes-101/sweet-potato-varieties/., October 1th 2015.

Panda, V., Sonkamble, M., & Patil, S. (2011). Wound healing activity of Ipomoea batatas tubers (sweet potato). Functional Foods in Health and Disease, 10,

403- 15.

R Sjamsuhidajat , Wim De Jong. 2010. Luka dan Penyembuhan Luka. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd . ed. Jakarta: EGC. p 73-86, 92-93.

Rengarajan S, Rani M, Kumaresapillai N. 2012. Study of Ulcer Protective Effect of Ipomoea batatas (L.) Dietary Tuberous Roots (Sweet Potato). Iranian Journal of Pharmacology & Therapeutics: 36-39.

Robinson T. 2000. Flavonoid dan Senyawa Sejenisnya.Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi6th ed: Penerbit ITB. p 191.


(6)

44

Ratih Kumala Sari, 2011. Vitamin dan Mineral.,

http://medinfofk06.web.unair.ac.id/artikel_detail-24130.html., September 9th

2015.

S. Ginting, 2011. Tinjauan Pustaka Ubi Jalar dan Potensinya.,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25399/3/Chapter%20II.pdf.,

September 24th, 2015.

Seno Sastroamidjojo. 1999. Daftar Nama Tumbuhan Menurut Khasiatnya. Obat Asli Indonesia. p 274.

Setiawan Dalimartha. 2001. Daun Mangkokan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.

Jakarta: Trubus Agriwidya. p 87-89.

Sloane. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta: EGC. p 84-89. Soetan, Fafunso, Aiyelaagbe, Oyekunle. 2006. Evaluation of the Antimicrobial

Activity of Saponins Extract of Sorghum bicolor L. Moench. African Jorunal of Biotechnology, 5(23): 2405-07.

Syarif M Wasitaatmaja. 2010. Anatomi dan Faal Kulit. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Universitas Indonesia. p 3-6.


Dokumen yang terkait

Perbandingan Efek Air Perasan Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas Lamk.) dan Air Persan Daun Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Dalam Memepercepat Penyembuhan Luka Insisi Mencit Swiss Webster.

2 10 27

Air Perasan Daun Beluntas (Pluchea indica (L.) Less) dan Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (Musa paradisaca, L.forma sapientum, L.) Mempercepat Penyembuhan Luka Insisi pada Mencit Swiss webster.

0 0 13

Perbandingan Efek Air Perasan Buah Blustru (Luffa cylindrica (L.) Roem) dan Buah Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) Pada Penyembuhan Luka Insisi Mencit Swiss Webster.

0 3 21

Perbandingan Efek Air Perasan Daun Blustru (Luffa cylindrica (L.)Roem) dan Air Perasan Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L) Dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Insisi Mencit Swiss Webster.

1 1 17

Perbandingan Efek Air Perasan Daun Blustru (Luffa cylindrica (L.) Roem) dan Air Perasan Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Insisi Mencit Swiss Webster.

0 0 17

Efek Air Perasan Daun Beluntas (Pluchea indica (L.)Less) Dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Insisi Mencit Swiss Webster Jantan.

1 2 27

Pengaruh Air Perasan Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Dalam Memepersingkat Durasi Penyembuhan Luka Mencit Swiss Webster.

0 0 31

Efek Air Perasan Buah Nanas (Ananas comosus (L)Merr.) Dalam Mempersingkat Lama Penyembuhan Luka Mencit Swiss Webster Jantan.

0 3 24

Pengaruh Air Perasan Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Dalam Mempercepat Durasi Penyembuhan Luka Pada Mencit Swiss Webster Jantan.

0 1 28

Pengaruh Air Perasan Daun Sendok (Plantago major,Linn) Dalam Mempercepat Proses Penyembuhan Luka Pada Mencit Galur Swiss Webster Betina.

0 3 29