HUBUNGAN ANAK YANG MENGALAMI SIBLING RIVALRY TERHADAP PERILAKU TOILET TRAINING

  

HUBUNGAN ANAK YANG MENGALAMI SIBLING RIVALRY TERHADAP

PERILAKU TOILET TRAINING

Susilowati*, Ike Tilam Masitotul M.**

  • Dosen Akper Pamenang Pare – Kediri **Perawat Puskesmas Badas Toilet training merupakan hal yang penting pada masa balita. Pada beberapa anak mungkin melakukan toilet training tanpa menemukan adanya masalah, tetapi beberapa anak lainnya akan mengalami kesulitan, menakutkan atau bahkan tidak perlu.

  Tujuan penelitian ini untuk membuktikan adanya Hubungan Anak yang yengalami Sibling Rivalry terhadap Perilaku Toilet Training di Posyandu Rambutan Dusun Bumirejo Desa Krecek Kecamatan Badas. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan sampel yang diambil adalah seluruh anak di Posyandu Rambutan sebanyak 16 anak dengan menggunakan teknik purposive sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami sibling rivalry, sedangkan variabel dependennya adalah perilaku toilet training. Instrumen yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner.

  Dari hasil penelitian setelah dilakukan penghitungan menggunakan crosstab/ tabulasi silang didapat hasil sebagian besar responden mengalami sibling rivalry berat dan perilaku toilet trainingnya ketergantungan sebanyak 14 responden (87,5%).

  Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Spearmen Rho, dengan nilai a = 0,05 didapat hasil signifikan 0,000 (p < 0,05) karena nilai signifikansi < 0,05 yang berarti ada Hubungan yang nyata dan sangat erat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan. Oleh karena itu, dibutuhkan pengenalan kasih sayang oleh orang tuanya terhadap saudara kandungnya sejak saudaranya dalam masa kandungan. Pengetahuan yang cukup akan membuat anak lebih mandiri dan mencegah terjadinya sibling rivalry yang membuat perilaku toilet trainingnya terganggu.

  Kata kunci : Anak, Sibling Rivalry, Toilet Training.

  Sibling Rivalry adalah kecemburuan,

  Latar Belakang

  Toilet training merupakan hal yang penting persaingan dan perkelahian antara saudara, baik itu pada masa balita. Pada beberapa anak mungkin saudara kandung maupun bukan saudara kandung. hal melakukan toilet training tanpa menemukan adanya ini sangat umum terjadi pada keluarga dengan anak masalah, tetapi beberapa anak lainnya akan lebih dari satu atau ada saudara lain dalam satu rumah mengalami kesulitan, menakutkan atau bahkan tidak (Anggriyani, 2011). Kecemburuan terhadap bayi yang perlu. Namun, dengan sedikit kesabaran dan baru lahir merupakan masalah yang bisa membuat pendidikan yang terlatih, orangtua dan balita dapat anak mengamuk. Namun, tidak semua anak mengatasi rintangan dan berhasil dalam melakukan memperlihatkan perasaan tidak amanya dengan toilet training (Melindacare, 2011). marah. Seringkali anak yang berusia 2-3 tahun

  Anak dibawah usia 2 tahun mengompol karna menjadi cenderung posesif terhadap kedua orang belum sempurnanya control kandung kemih atau tuaya. Dia mungkin mulai bertindak seperti bayi Toilet Training nya. Ada beberapa penelitian dan (misalnya, menginginkan untuk dari botol daripada literatur yang menyebutkan kira kira setengah dari cangkir atau dengan meminta mengenakan popok di anak umur 3 tahun masih mengompol. Bahkan siang hari meskipun sudah sepenuhnya terlatih untuk beberapa ahli menganggap bahwa anak umur 6 tahun pergi ke toilet). Beberapa anak menjadi tidak mau masih mengompol itu wajar, walaupun itu hanya bekerja sama atau menjadi agresif bila perasaan iri dilakukan oleh sekitar 12% anak umur 6 tahun (Asti, mulai muncul. Ini terjadi agar kita lebih mengenal 2008). anak kita dan menyadari perubahan perubahan halus

  Hubungan Anak Yang Mengalami Sibling Rivalry Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013

  urnal Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013

  Tujuan Penelitian

  Desain Penelitian

  c. Menganalisa hubungan anak yang mengalami Sibling Rivalry terhadap perilaku Toilet Training.

  b. Mengidentifikasi perilaku Toilet Training pada usia Toddler.

  a. Mengidentifikasi anak yang mengalami Sibling Rivalry.

  2. Tujuan Khusus

  1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan anak yang mengalami Sibling Rivalry terhadap perilaku Toilet Training.

  Pertanyaan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah ada Hubungan Anak Yang Mengalami Sibling Rivalry Terhadap Perilaku Toilet Training?”

  dalam perilakunya yang bertepatan dengan kedatangan si bayi (Woolfsoon, 2004).

  Identifikasi Masalah

  Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji secara lebih tentang Hubungan Anak Yang Mengalami Sibling Rivalry Terhadap Perilaku Toilet Training.

  Sebagai bagian dari tenaga professional dibidang kesehatan, perawat mempunyai peran yang cukup penting dalam membantu memberikan bimbingan dan pengarahan pada orang tua, sehingga setiap fase dari kehidupan anak yang kemungkinan mengalami trauma, seperti latihan buang air besar/ kecil (Toilet Training) dan ketakutan yang abstrak pada usia prasekolah dapat dibimbing secara bijaksana (Hastuti, 2012). Dalam hal ini peran perawat/ tenaga kesehatan sangat diharapkan untuk membantu memberikan informasi seputar Toilet Training pada anak usia 1 – 3 tahun. Agar nantinya pada usia 3 tahun lebih anak dapat melakukan buang air kecil dan buang air besar tanpa bantuan orang tuanya.

  Seorang anak minimal di ajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak di ajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai dengan waktu dan tempat yang telah di tentukan (Asti, 2008).

  Apabila rasa cemburu pada diri anak muncul, orang tua sebaiknya memberi contoh yang baik dan selalu meluangkan waktu untuk anak-anaknya. Kasih sayang, permintaan yang wajar, penilaian yang jujur pada anak akan membantunya mencapai kepercayaan kepada dirinya. Dengan memberi terlalu banyak perhatian dapat merubahnya menjadi anak temperamental, memanjakan anak yang merasa tidak empati dengan orang lain dan tidak mampu membuat keputusan yang sesuai dengan hatinya. Disisi lain jika orang tua tersebut terlalu ketat, anak akan takut terhadap orang tuanya. Dengan mengabaikan anak akan menyebabkan dia menjadi dingin, tidak bersahabat, dan akan menjadi anak yang tidak merasa aman terhadap dirinya (Fung, 2003).

  Sibling rivalry biasanya muncul ketika selisih usia saudara kandung terlalu dekat. Hal ini terjadi karena kehadiran adik dianggap menyita waktu dan perhatian terlalu banyak. Jarak usia yang lazim memicu munculnya sibling rivalry adalah jarak usia antara 1-3 tahun dan muncul pada usia 3-5 tahun kemudian muncul kembali pada usia 8 – 12 tahun (Setiawati, 2008). Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir. anak yang lebih muda dapat mengungkapkan kecemburuanya secara terbuka dengan kembali berperilaku seperti anak kecil, seperti mengompol pura-pura sakit atau menjadi nakal. perilaku ini semua bertujuan untuk mencari perhatian (Elisabet, 2009).

  Berdasarkan hasil survey yang di lakukan di Posyandu Rambutan Dusun Bumirejo Desa Krecek Kecamatan Badas di dapatkan bahwa terdapat anak usia 1 – 3 tahun yang mempunyai saudara kandung sebanyak 14 anak laki – laki dan 11 anak perempuan dan diketahui sebagian besar anak masih mengompol sebanyak 20 anak (80%).

  Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah crossectional yaitu penelitian dengan tujuan untuk mempelajari dinamika korelasi, antara factor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia toddler di Posyandu Rambutan Dusun Bumirejo Desa Krecek Kecamatan Badas sebanyak 25 anak. Dalam penelitian ini diambil sampel sejumlah 16 anak usia toddler yang sesuai Hubungan Anak Yang Mengalami Sibling Rivalry Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013

  dengan kriteria penelitian. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan cara purposive sampling. Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian, bila bersedia menjadi responden maka peneliti mempersilahkan responden menandatangani lembar persetujuan. Responden diberikan penjelasan cara pengisian kuesioner dan dipersilahkan bertanya jika kurang mengerti tentang pertanyaan. Setelah itu dilakukan wawancara pada responden. Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan diperiksa kelengkapanya. Untuk mengetahui Hubungan Anak Yang Mengalami Sibling Rivalry Terhadap Perilaku Toilet Training, dilakukan uji statistik Spearmen Rho yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas yang berskala ordinal dan variabel tergantung yang berskala ordinal (Sugiyono, 2006). Jika ρ < 0,05 maka Ho (hipotesa nol) ditolak, artinya ada Hubungan Anak Yang Mengalami Sibling Rivalry Terhadap Perilaku Toilet Training.

  16 (100%) Total 14 87,5% 2 12,5%

  Ciri khas yang sering muncul pada anak dengan Sibling Rivalry, yaitu : egois, suka berkelahi, memiliki kedekatan yang khusus dengan salah satu orang tua, mengalami gangguan tidur, kebiasaan menggigit kuku, hiperaktif, suka merusak, dan menuntut perhatian lebih banyak (Sains, 2009). Terdapat dua macam reaksi sibling rivalry, secara langsung yaitu biasanya berupa perilaku agresif seperti memukul, mencubit, atau bahkan menendang (Setiawati,2008). Reaksi yang lainnya

  Persaingan dengan saudara kandung adalah perasaan cemburu dan benci yang biasanya dialami oleh seseorang anak terhadap kehadiran /kelahiran saudara kandungnya (Nursalam, 2005).

  Dari kamus kedokteran Dorland : Sibling (Anglo-Saxon) sib sanak + saudara laki-laki atau perempuan. Sedangkan Rivalry keadaan kompetisi atau antagonism. Sibling Rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu atau kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih (Suherni dkk, 2009).

  1. Anak yang mengalami Sibling Rivalry Dari Hasil penelitian didapatkan seluruh responden mengalami sibling rivalry berat sebanyak 16 responden (100%).

  Pembahasan

  Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami sibling rivalry berat dan perilaku toilet trainingnya ketergantungan sebanyak 14 responden (87,5%).

  16 (100%)

  3 Berat 14 87,5% 2 12,5%

  Hasil Penelitian Data Khusus

  2 Sedang 0% 0% 0 (0%)

  1 Ringan 0% 0% 0 (0%)

  Hasil % Hasil %

  Keter- gantungan Mandiri Total

  Perilaku Toilet Training No. Sibling Rivalry

  c. Tabulasi Silang Sibling Rivalry dengan Perilaku Toilet Training

  b. Karakteristik Responden Berdasar Toilet Training Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui sebagian besar responden tidak pernah dapat informasi tentang toilet training yaitu sebanyak 13 responden (81%).

  a. Karakteristik Responden Berdasar Sibling Rivalry Berdasarkan Diagram diatas dapat diketahui seluruh responden mengalami Sibling Rivalry yaitu sebanyak 16 responden (100%).

  Toilet Training

  urnal Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013

  adalah reaksi tidak langsung seperti, munculnya kenakalan, rewel, mengompol atau pura-pura sakit (Setiawati, 2008).

  Sibling Rivalry mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa keterampilan penting, diantaranya adalah bagaimana menghargai nilai dan perspektif (pandangan) orang lain. Disamping itu, dengan Sibling Rivalry juga merupakan cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi, serta mengontrol (mencegah) dorongan untuk bertindak agresif. Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat di capai, maka orang tua harus menjadi fasilitator (Suherni dkk , 2009).

  Menurut Rivacons (2009), anak yang merasa selalu kalah dari saudaranya akan merasa minder atau rendah diri, anak jadi benci terhadap saudara kandungnya sendiri. Dampak negative anak menjadi egois, minder, merasa tidak di hargai, pengunduran diri kearah bentuk perilaku infantile atau regresi.

  Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh responden di Posyandu Rambutan mengalami sibling rivalry dikarenanakan anak usia toddler masih labil sehingga timbul rasa cemburu dan rasa bersaing antara saudara kandungnya untuk mendapatkan perhatian dari orang lain/ kedua orang tuanya. Kecemburuan dan rasa persaingan ini akan mendorong anak untuk berkompetisi untuk menjadi lebih baik dihadapan orang tuanya. Sibling rivalry ini akan membuat anak tidak berkembang baik dari segi psikologis maupun psikososial yang nantinya berdampak pada perilaku toilet trainingnya dan dalam perilaku sehari - harinya.

  2. Perilaku Toilet Training Dari Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden perilaku toilet trainingnya ketergantungan yaitu sebanyak 17 responden (75%).

  Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007).

  Latihan untuk berkemih dan defekasi adalah tugas perkembangan anak usia toddler (Supartini, 2004).

  Toilet training merupakan cara untuk melatih anak agar bisa mengontrol buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB)

  Suatu tugas yang besar pada usia balita adalah toilet training atau pendidikan menjadi ceria/bersih (Nursalam, 2005 ).

  Menjadikan latihan toilet sebagai aktivitas keluarga itu adalah suatu hal yang mudah, jika semuanya memberikan pujian dan semangat ketika anak anda memakai toilet. Bagi mereka pujian saudara dan orang dewasa yang mengagumi mereka itu membuat mereka puas karena sudah mencapai prestasi (Mackonochie, 2009).

  Gagasan ini adalah dapat untuk menciptakan suatu situasi dimana anak dapat mengenali dan merespon kebutuhan untuk buang air kecil dan buang air besar dalam waktu yang sangat singkat. Orang tua hanya perlu memberikan minum yang banyak, membujuk anak untuk menggunakan pispot/ toiletnya sendiri, dan memberikan anak banyak pujian karena anak berhasil menjaga agar celana dalamnya tetap kering (Mackonochie, 2009).

  Keberhasilan perilaku toilet training pada anak usia toddler sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang baik antara orang tua dengan anaknya. Sebagian besar responden di posyandu rambutan toilet trainingnya ketergantungan. Sebagian besar responden kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya dalam hal perilaku toilet training. Diharapkan orang tua mengetahui tentang perlunya latihan toilet training pada anak usia toddler. Orang tua harus selalu dalam kondisi siap saat anaknya mau buang air besar atau buang air kecil untuk membantu dan melatihnya. Diperlukan pula suatu reward/ pujian kepada anaknya saat anaknya mulai bisa melaksanakan perilaku toilet training yang dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk menjalin hubungan kedekatan/ keeratan terhadap anaknya.

  3. Hubungan Anak Yang Mengalami Sibling Rivalry Terhadap Perilaku Toilet Training

  Setelah dilakukan penghitungan menggunakan crosstab/ tabulasi silang didapat hasil sebagian besar responden mengalami sibling rivalry berat dan perilaku toilet trainingnya ketergantungan sebanyak 14 responden (87,5%).

  Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Spearmen Rho, dengan nilai a = 0,05 didapat hasil signifikan 0,000 (p < 0,05) karena nilai signifikansi < 0,05 yang berarti ada Hubungan Anak Yang Mengalami Sibling Rivalry Terhadap Hubungan Anak Yang Mengalami Sibling Rivalry Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013

  Perilaku Toilet Training Di Posyandu Rambutan Dusun Bumirejo Desa Krecek Kecamatam Badas adalah nyata dan sangat erat.

  Sibling Rivalry adalah kecemburuan, persaingan, dan perkelahian antara saudara, baik itu saudara kandung maupun bukan saudara kandung (Anggriyani, 2011).

  Toilet training merupakan cara untuk melatih anak agar bisa mengontrol buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB).

  Sibling Rivalry mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa keterampilan penting, diantaranya adalah bagaimana menghargai nilai dan perspektif (pandangan) orang lain. Disamping itu, dengan Sibling Rivalry juga merupakan cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi, serta mengontrol (mencegah) dorongan untuk bertindak agresif. Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat di capai, maka orang tua harus menjadi fasilitator (Suherni dkk , 2009).

  Menjadikan latihan toilet sebagai aktivitas keluarga itu adalah suatu hal yang mudah, jika semuanya memberikan pujian dan semangat ketika anak anda memakai toilet. Bagi mereka pujian saudara dan orang dewasa yang mengagumi mereka itu membuat mereka puas karena sudah mencapai prestasi (Mackonochie, 2009).

  Dari hasil penelitian didapat data bahwa anak yang mengalami sibling rivalry sebagian besar perilaku toilet trainingnya masih ketergantungan. Anak dengan sibling rivalry perkembangan psikologi dan psikososialnya tidak berkembang dengan baik, perlu dukungan orang tua untuk lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya agar perilaku kesehariannya dapat berjalan dengan baik sesuai dengan anak seusianya khususnya perilaku toilet trainingnya. Hal ini merupakan bentuk protes dari anak yang terpendam sehingga perlu digali psikologisnya terutama tentang kasih sayang terhadap saudaranya. Orang tua sebagai pengasuh harus selalu siap baik moril maupun material untuk menyambut pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Hal itu juga dibutuhkan pengenalan kasih sayang terhadap saudara kandungnya sejak saudaranya dalam masa kandungan. Pengetahuan yang cukup akan membuat anak lebih mandiri dan mencegah terjadinya sibling rivalry yang membuat perilaku toilet trainingnya terganggu.

  Kesimpulan

  1. Anak yang mengalami sibling rivalry berat sebanyak 16 responden (100%).

  2. Sebagian besar anak perilaku toilet trainingnya ketergantungan yaitu sebanyak 14 responden (87,5%) dan sebagian kecil anak perilaku toilet trainingnya mandiri yaitu sebanyak 2 responden (12,5%).

  3. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Spearmen Rho, dengan nilai a = 0,05 didapat hasil signifikan 0,000 (p < 0,05) karena nilai signifikansi < 0,05 yang berarti ada Hubungan Anak Yang Mengalami Sibling Rivalry Terhadap Perilaku Toilet Training Di Posyandu Rambutan Dusun Bumirejo Desa Krecek Kecamatam Badas adalah nyata dan sangat erat.

  Saran

  1. Bagi orang tua Anak dengan sibling rivalry perkembangan psikologi dan psikososialnya tidak berkembang dengan baik, perlu dukungan orang tua untuk lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini merupakan bentuk protes dari anak yang terpendam sehingga perlu digali psikologisnya terutama tentang kasih sayang terhadap saudaranya agar perilaku tidak terganggu lainnya khususnya toilet trainingnya.

  2. Bagi petugas kesehatan Diharapkan Tenaga Kesehatan terus aktif dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kejadian sibling rivalry dan perilaku toilet training melalui penyuluhan dan konseling yang diadakan rutin dikader – kader posyandu dan puskesmas.

  3. Bagi institusi pendidikan Diharapkan perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk memperdalam lagi konsep teori tentang sibling rivalry dan perilaku toilet training.

  4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. misalnya dengan memperbanyak sampel agar dapat lebih mewakili populasi.

  urnal Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013

  Nursalam, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Nurwijayanti, S. (2003). Manajemen konflik dalam persaingan antar saudara sekandung.

  Wong, Dona L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Woolfson, R. C. (2004). Seri Panduan Praktis Keluarga : Saudara Kandung. Jakarta :

  Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Tamsuri, Anas. 2008. Riset Keperawatan. Pare : Akademi Keperawatan Pamenang.

  Training Terhadap Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler. Akper Pamenang. Suririnah. 2010. Buku Pintar Mengasuh Batita.

  Bandung ; Penerbit Alfabeta. Sumartihana, Reni Ika. 2011. Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Toilet

  Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperatawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Solomon. (2003). Sibling rivalry. http: //www. med. umich.edu/ 1libr/ yuorchild/ sibriv. Htm. Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian.

  Skripsi. Fakultas Psikologi.UMM. Rosita, R. (2003). Sibling Rivalry pada anak kembar. Skripsi. Fakultas Psikologi. UMM.

  Http : / Www. Melindacare : Toilet Training Pada Anak. Html. [Download : 12 September 2012].

  Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.

  Bandung : Karisma Publishing. Melindacare. 2011. Toilet Training Pada Anak.

  Hidayat, Alimul Aziz. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Mackonichie, Alison. 2009. Latihan Toilet.

  Pada Anak. http://www. wordpress. com. [Download : 24 Oktober 2012].

  Gunung Mulia. Hastuti, Puji Apriyani. 2012. Petunjuk Antisipasi (Anticipatory Guidance) Dan Toilet Training

  Mulia. _________. (2001). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta. PT. BPK

  Penerbit Buku Kesehatan. Gunarsa, S. (2002). Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta. PT. BPK Gunung

  Rineka Cipta. Asti. 2008. Toilet Training Sejak Dini. Http: // keluargasehat. wordpress. com/ 2008/ 04/ 02/ toilet-training-sejak-dini.html Boyle, J. (2004). Sibling rivalry : adult siblings. http://www.foreverfamilies.nextxml. Cahyaningsih, Dwi Sulistyo. 2008. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Remaja.

  Penerbit Erlangga.