Uji Disolusi Natrium Diklofenak dalam Sediaan Tablet Menggunakan Metode Spektrofotometri Ultraviolet
UJI DISOLUSI NATRIUM DIKLOFENAK DALAM SEDIAAN
TABLET MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
TUGAS AKHIR
OLEH:
NANA YUSDIANA
NIM 122410080
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul “Uji Disolusi Natrium Diklofenak dalam Sediaan Tablet Menggunakan Metode Spektrofotometri Ultraviolet”. Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya pada
Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan dan penyusunan hingga terselesaikannya Tugas Akhir
ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan serta semangat dari berbagai
pihak, sehingga penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Farmasi USU.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
3. Ibu Dra.Sudarmi, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis hingga selesainya
(4)
4. Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing
Akademik penulis Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi USU.
5. Bapakdan Ibu dosen beserta seluruh staf di Fakultas Farmasi USU.
6. Bapak Drs. Alibata Harahap, M.Kes., Apt., selaku Kepala Balai Besar
POM Medan.
7. Ibu Lambok Oktavia SR, S.Si., M.Kes., Apt., selaku Manager Mutu di
Balai Besar POM Medan
8. Ibu Azizah, S.Farm., Apt., selaku Penanggung jawab Laboratorium
Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif di Balai Besar POM Medan
9. Bapak dan Ibu seluruh staff di Balai Besar POM di Medan
Ayahanda Jalaluddin, S.Ag dan ibunda Yusnani tercinta yang telah
memberikan perhatian dan motivasi hingga Tugas Akhir ini selesai.
Penulis menyadari dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak
kekurangan sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk menambah pengetahuan. Akhir kata semoga
Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua, Aamiin…
Medan, Mei 2015
Penulis,
Nana Yusdiana NIM 122410080
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Tablet ... 3
2.1.1 Pengertian Tablet ... 3
2.1.2 Tablet Salut Enterik ... 3
2.1.3 Penyalut yang Tahan Cairan Lambung ... 3
2.1.4 Faktor Kualitas Salut Enterik ... 4
2.2 Inflamasi ... 5
2.2.1 Klasifikasi ... 6
2.2.2 Penyebab dan Gejala ... 6
2.3 Natrium Diklofenak ... 7
(6)
2.3.2 Farmakologi ... 8
2.3.3 Efek Samping ... 8
2.3.4 Dosis ... 8
2.4 Disolusi ... 9
2.4.1 Alat Uji Disolusi ... 9
2.4.2 Prosedur Uji Disolusi ... 10
2.5 Spektrofotometri ... 11
2.5.1 Spektrofotometri Ultraviolet ... 11
2.5.2 Peralatan Untuk Spektrofotometri ... 12
BAB III METODE PERCOBAAN ... 14
3.1 Tempat Pengujian ... 14
3.2 Alat ... 14
3.3 Bahan ... 14
3.4 Sampel ... 14
3.5 Prosedur ... 15
3.5.1 Pembuatan Larutan Uji ... 15
3.5.2 Pengukuran Absorbansi Sampel ... 16
3.6 Interpretasi Hasil ... 16
3.7 Persyaratan ... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17
4.1. Hasil ... 17
4.2. Pembahasan ... 18
(7)
5.1. Kesimpulan ... 19
5.2. Saran ... 19
DAFTAR PUSTAKA ... 20
(8)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Hasil Penetapan Kadar Terlarut (tahap asam)... 17
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 ... 22
Lampiran 2 ... 24
Lampiran 3 ... 25
Lampiran 4 ... 26
Lampiran 5 ... 26
(10)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Natrium Diklofenak ... 7
Gambar 2. Alat Disolusi Tipe Dayung ... 26
Gambar 3. Seperangkat Alat Spektrofotometri UV-Vis ... 26
Gambar 4. Sampel yang mengandung Natrium Diklofenak ... 27
(11)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk
terapi kelainan musculoskeletal, seperti artritis rheumatoid, yang umumnya hanya
meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara
simtomatik (Wilmana, 2003). Natrium diklofenak merupakan obat antiinflamasi
non steroid (AINS) yang memiliki efek antiradang kuat dan efek samping kurang
kuat dibanding obat lain seperti indometasin dan piroxicam. Obat ini biasa
digunakan untuk terapi inflamasi rheumatic maupun non rheumatik, nyeri,
migrain, dan encok. Obat turunan fenilasetat ini mengalami first pass effect
metabolism (Tjay dan Rahardja, 2007).
Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Bila pada
etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam
masing-masing monografi, uji disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus
dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka digunakan cara pengujian untuk
sediaan lepas lambat seperti yang tertera pada uji pelepasan obat (Ditjen POM,
1995).
Menurut Moffat, 2004, natrium diklofenak diidentifikasi dalam pelarut NaOH 0,1 N pada panjang gelombang 275 nm dengan nilai = 351 b. Berdasarkan srtuktur
(12)
rumus molekulnya bahan obat ini mempunyai gugus kromofor dan ausokrom, maka senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah A¦ultraviolet, sehingga kemungkinan dapat ditentukan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah kadar
terlarut Natrium Diklofenak dalam tablet memenuhi persyaratan yang ditetapkan
USP XXXI Vol 2.
1.3 Manfaat
Manfaat dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kadar terlarut
Natrium Diklofenak dalam tablet memenuhi persyaratan yang ditetapkan USP
(13)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tablet
2.1.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa (Ditjen POM,1995).
2.1.2 Tablet Salut Enterik
Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat
mengiritasi mukosa lambung, diperlukan penyalutan enterik yang bertujuan untuk
menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung (Ditjen POM,1995).
Penyalutan sediaan yang tahan pada cairan lambung, larut-enterik, disebut
juga “salut enterik” dapat diterapkan pada :
- Partikel atau butiran untuk pengempaan atau pada granula yang akan
dimasukkan ke dalam kapsul
- Sediaan itu sendiri : inti tablet dilapisi dengan suatu lapisan yang pecah dalam
cairan selain cairan lambung, misalnya tablet, kapsul (Aiache, 1993).
2.1.3 Penyalut Yang Tahan Cairan Lambung
Ciri-ciri penyalut yang tahan dengan cairan lambung dan larut-enterik
adalah:
(14)
b. Adanya garam empedu dan lipase di usus halus (garam empedu dalam
jumlah kecil tidak terdapat dalam cairan lambung)
c. Adanya tripsin dan kimotripsin yang mempunyai aksi proteolitik, sehingga
dapat merusak protein tertentu yang tidak rusak oleh pepsin.
2.1.4 Faktor Kualitas Salut Enterik
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas salut enterik, antara lain :
a. Inti
Inti harus diusahakan berbentuk bulat, tanpa sudut tajam, tidak tertutup,
dengan derajat keretakan tertentu.
b. Karakter fisik larutan bahan penyalut
- Tegangan permukaannya : sebaiknya serendah mungkin agar
memungkinkan pembasahan inti yang sempurna sehingga ikatan adhesi
penyalut dan inti menjadi lebih kokoh.
- Kekentalannya : seharusnya relatif rendah agar memungkinkan penyalutan
yang tipis dan merata. Di sisi lain kekentalan yang rendah memungkinkan
orientasi molekul lebih mudah memberikan struktur dengan kohesi yang
baik dan lebih impermeable.
c. Bahan tambahan
- Bahan peliat : sifat bahan peliat berpengaruh pada permeabilitas salutan.
Peliat yang tidak larut dalam air akan meningkatkan impermeabilitas air
(dietil ftalat), bahan peliat yang larut air (diasetin) tidak menguntungkan.
- Serbuk inert : digunakan untuk memperbaiki pengeringan. Bila serbuk
(15)
mengurangi impermeabilitas film. Sebaliknya talk dan magnesium stearat
merupakan senyawa hidrofob sehingga akan meningkatkan permeabilitas
penyalut dan meningkatkan waktu hancur.
d. Ketebalan penyalut
Penyalut harus cukup tebal untuk memastikan ketahanan pada cairan
lambung.Pada ketebalan yang rendah umumnya digunakan hanya untuk
melindungi dari pengaruh luar.
e. Teknologi pembuatan
Penyalutan yang dilakukan dengan mesin berbeda baik turbin atau aliran
udara akan dihasilkan kualitas penyalutan yang berbeda. Wagner
menunjukkan bahwa dengan kualitas bahan penyalut yang sama,
pembuatan tablet salut dengan teknik aliran udara menghasilkan
penghancuran tablet yang lebih cepat dibandingkan dengan metode turbin
(Aiache, 1993).
2.2 Inflamasi
Inflamasi merupakan suatu respon biologis dari jaringan-jaringan vascular
yang kompleks terhadap rangsangan yang dapat membahayakan seperti pathogen,
iritan, dan kerusakan sel. Inflamasi adalah usaha protektif dari suatu organisme
untuk menghilangkan stimuli yang merugikan sekaligus mengawali proses
penyembuhan suatu jaringan (Denko, 1992).
Respons inflamasi adalah reaksi local yang melibatkan pelepsan substansi
(16)
membatasi area cedera sehingga toksin tidak dapat mempengaruhi keseluruhan
sistem. Akhirnya, proses inflamasi menempatkan infrastruktur yang
memungkinkan tubuh sembuh dengan sendirinya dan kembali berfungsi secara
normal (Barber, 2012).
2.2.1 Klasifikasi
Inflamasi dapat diklasifikasikan menjadi inflamasi akut dan inflamasi
kronis.Contoh inflamasi akut adalah gigitan serangga.Sifat inflamasi akut
dikarakteristikkan dengan awitan yang cepat dan durasi yang singkat.Respon ini
bertujuan untuk mengeluarkan debris dari jaringan, seperti mikroorganisme dan
partikel jaringan mati lainnya. Bila fase inflamasi akut tidak dapat menghilangkan
benda asing, akan terjadi penghancuran jaringan yang lebih lanjut saat agens awal
dan respons inflamasi terus berupaya melawan benda asing (Barber, 2012).
Pada inflamasi kronis, sel yang ditemukan pada lokasi cedera berbeda dari
inflamasi akut.Tubuh menggunakan pertahanan yang lebih spesifik dan ini terlihat
dari jenis sel darah putih yang ditemukan di area inflamasi (Barber, 2012).
2.2.2 Penyebab dan Gejala
Tanda dan gejala utama inflamasi adalah kemerahan, nyeri, bengkak,
panas dan hilangnya fungsi.Hal tersebut disebabkan oleh substansi kimia yang
dilepaskan oleh proten plasma dan sel. Protein plasma dan berbagai sel darah
putih menyusup melalui dinding pembuluh darah kapiler dan masuk kedalam area
jaringan yang cedera, area yang terinfeksi, atau area yang didalamnya terdapat
benda asing.Respons ini dimunculkan oleh berbagai substansi kimia dalam tubuh
(17)
pesan untuk mengumpulkan sel darah putih ke lokasi yang tepat.Sistem
penyampaian pesan tersebut sebagai kemotaksis (Barber, 2012).
2.3 Narium Diklofenak 2.3.1 Uraian Bahan
Gambar 1. Rumus struktur Natrium Diklofenak
Rumus molekul : C14H10Cl2NNaO2
Berat molekul : 318,13
Nama kimia : Asam benzenasetat,
2-[(2,6-diklorofenil)amino]-monosodium
Nama lain : Sodium [o-(dikloroanilino)fenil] asetat
Pemerian : Serbuk hablur, berwarna putih, tidak berasa (USP
30,2007).
Kelarutan : Sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol; praktis tidak
larut dalam kloroform dan eter; bebas larut dalam alkohol
metil. pH larutan 1% b/v dalam air adalah antara 7.0 dan 8
(18)
2.3.2 Farmakologi
Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat sederhana yang menyerupai
florbiprofen maupun meklofenamat.Obat ini adalah penghambat siklooksigenase
yang kuat dengan efek anti inflamasi, analgesik dan anti piretik.Diklofenak cepat
diabsorbsi setelah pemberian oral dan mempunyai waktu paruh yang
pendek.Seperti flurbiprofen, obat ini berkumpul di cairan sinovial.Potensi
diklofenak lebih besar dari pada naproksen. Obat ini dianjurkan untuk kondisi
peradangan kronis seperti artritis rematoid dan osteoartritis serta untuk
pengobatan nyeri otot rangka akut (Katzung, 2004 ).
Natrium diklofenak (derivat fenilasetat) merupakan non-steroidal
anti-inflammatory drug (NSAID) yang terkuat daya antiradangnya dengan efek
samping yang kurang kuat dibandingkan dengan NSAID lainnya.Obat ini sering
digunakan untuk segala macam rasa nyeri, migrain dan encok (Tjay dan Rahardja,
2007).
2.3.3 Efek Samping
Efek samping yang dapat terjadi meliputi distres gastrointestinal,
pendarahan gastrointestinal dan timbulnya ulserasi lambung, sekalipun timbulnya
ulkus lebih jarang terjadi daripada dengan beberapa antiinflamasi non-steroid
(AINS) lainnya.Peningkatan serum aminotransferases lebih umum terjadi dengan
obat ini daripada dengan AINS lainnya (Katzung, 2004).
2.3.4 Dosis
Oral 3 kali sehari 25-50 mg garam-Na/K, rektal 1 kali sehari 50-100 mg,
(19)
Pra dan pasca bedah dalam tetes mata 0,1% 3-5x 1 tetes, juga dalam krem/gel 1%
(Tjay dan Rahardja, 2007).
2.4 Disolusi
Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat
kedalam larutan pada suatu medium. Uji ini digunakan untuk mengetahui
kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam monografi pada
sediaan tablet kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah atau
tidak memerlukan uji disolusi (Ditjen POM, 1995).
2.4.1 Alat Uji Disolusi
Menurut Ditjen POM (1995), ada dua tipe alat uji disolusi sesuai dengan
yang tertera dalam masing-masing monografi:
a. Alat 1 (Tipe Keranjang)
Alat terdiri dari wadah bertutup yang terbuat dari kaca, suatu motor, suatu
batang logam yang digerakkan oleh motor dan wadah disolusi (keranjang)
berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm−175 mm, diameter 98 mm−106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari
sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus dan tanpa goyangan. Sebuah
tablet diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yang diikatkan pada
bagian bawah batang logam yang digerakkan oleh motor yang kecepatannya dapat
diatur. Wadah dicelupkan sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai sehingga
(20)
menjaga agar gerakan air halus dan tetap.Pada bagian atas wadah ujungnya
melebar, untuk mencegah penguapan digunakan suatu penutup yang pas (Ditjen
POM, 1995).
b. Alat 2 (Tipe Dayung)
Alat ini sama dengan alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang
terdiri dari daun dan batang logam sebagai pengaduk. Daun melewati diameter
batang sehingga dasar daun dan batang rata.Dayung memenuhi spesifikasi dengan
jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dasar wadah yang dipertahankan
selama pengujian berlangsung.Sediaan obat dibiarkan tenggelam ke bagian dasar
wadah sebelum dayung mulai berputar.Gulungan kawat berbentuk spiral dapat
digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan (Ditjen POM, 1995).
2.4.2 Prosedur Pengujian Disolusi
Pada tiap pengujian, dimasukkan sejumlah volume media disolusi (seperti
yang tertera dalam masing-masing monografi) ke dalam wadah, pasang alat dan
dibiarkan media disolusi mencapai temperatur 37oC. Satu tablet dicelupkan dalam
keranjang atau dibiarkan tenggelam ke bagian dasar wadah, kemudian pengaduk
diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam monografi. Pada interval
waktu yang ditetapkan dari media diambil cuplikan pada daerah pertengahan
antara permukaan media disolusi dan bagian atas dari keranjang berputar atau
daun dari alat dayung tidak kurang 1 cm dari dinding wadah untuk analisis
penetapan kadar dari bagian obat yang terlarut. Tablet harus memenuhi syarat
seperti yang terdapat dalam monografi untuk kecepatan disolusi (Ditjen POM,
(21)
2.5 Spektrofotometri
2.5.1 Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometer UV-Visibel adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorpsi oleh sampel.Sinar
ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan
elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.Sinar UV berada
pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada
panjang gelombang 400-800 nm.Spektroskopi UV-Visibel biasanya digunakan
untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan.Spektrum
UV-Visibel mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang
struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini.tetapi spektrum tersebut berguna
untuk pengukuran secara kuantitatif.Konsentrasi analit di dalam larutan bisa
ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan Hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).
Spekrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer.Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.Jadi, spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang
(Khopkar, 2008).
(22)
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau serapan
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.Alat ini terdiri dari spektrometer
yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorpsi. Unsur -unsur terpenting suatu spektrofotometer adalah sebagai berikut:
1. Sumber cahaya : lampu deuterium untuk daerah UV dari 190 sampai 350
nm, sementara lampu halogen kuartz atau lampu tungsten daerah visibel
dari 350 sampai 900 nm.
2. Monokromotor: digunakan untuk menghamburkan cahaya ke dalam
panjang gelombang unsur-unsurnya, yang diseleksi lebih lanjut dengan
celah. Monokromator berotasi sehingga rentang panjang gelombang
dilewatkan melalui sampel ketika instrumen tersebut memindai sepanjang
spektrum.
3. Kuvet (sel) : digunakan sebagai wadah sampel yang akan di analisis. Pada
pengukuran di daerah sinar tampak, kuvet kaca dapat digunakan, tetapi
untuk pengukuran pada daerah ultraviolet harus menggunakan sel kuarsa
karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet umumnya
mempunyai ketebalan 1 cm.
4. Detektor : berperanan untuk memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi
sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam
(23)
5. Recorder : digunakan sebagai perekam absorbansi yang dihasilkan dari
pengukuran
(24)
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat Pengujian
Pengujian penetapan kadar terdisolusi Natrium Diklofenak dalam sediaan
tablet dengan metode Spektrofotometri Ultraviolet dilakukan di Laboratorium
Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif (NAPZA) Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan (BPPOM) di Medan yang berada di Jalan. Williem Iskandar Pasar V
Barat No.2 Medan.
3.2 Alat
Alat yang digunakan adalahSpektrofotometri Vis Shimadzu
UV-1800Series, Alat Disolusi Tipe 2, Erlenmeyer, Gelas Ukur, Beaker Glass, Labu
Tentukur, Neraca Analitik, Pipet Tetes, Pipet Volume, Spatula,Kertas Perkamen
dan Sonikasi.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah Aquadest, Baku Pembanding Natrium
Diklofenak BPFI, HCl 0.1 N, NaOH 0.1 N, NaOH 5 N, Larutan Dapar Posfat pH
6.8, Tablet Voltadex (USP 31, 2008).
3.4 Sampel
(25)
− Wadah/Kemasan : Kotak/ 10 strip @10 tablet
− No. Batch : 4504180
− No Reg : DKL8705002715B1
− Komposisi : Natrium Diklofenak 50 mg
− Kadaluarsa : Mei 2016
− Produksi : PT. Dexa Medica Palembang Indo
3.5 Prosedur
3.5.1 Pembuatan Larutan Uji a. Tahap Asam
Dimasukkan 900 ml larutan HCl 0.1 N ke dalam masing-masing vessel,
lalu masukkan tablet ke dalam vessel, setelah suhu mencapai 36,9 ± 0,1°C,
kemudian atur motor pada kecepatan konstan 50 rpm selama 2 jam.Keluarkan
tablet dari vessel, lalu tambahkan larutan NaOH 5N 20 ml kedalam
masing-masing vessel lalu dihomogenkan selama 5 menit. Diambil cuplikan sampel,
diukur kadar zat terlarut obat menggunakan spektrofotometri dengan panjang
gelombang 276 nm (USP 31, 2008).
b.Tahap Basa
Dimasukkan 900 ml larutan dapar posfat pH 6.8 ke dalam masing-masing
vessel, lalu masukkan tablet dari tahap asam ke dalam masing-masing vessel,
setelah suhu mencapai 36,9 ± 0,1°C, kemudian atur motor pada kecepatan konstan
50 rpm selama 45 menit. Keluarkan tablet dari vessel. Diambil cuplikan sampel,
(26)
sampel masukkan ke labu 25 ml dan addkan dengan larutan dapar posfat. Diukur
kadar zat terlarut obat menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang
276 nm (USP 31, 2008).
3.5.2 Pengukuran Absorbansi Sampel
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat
spektrofotometri uv Shimadzu-1800. Sampel di ukur pada panjang gelombang
276 nm dengan menggunakan larutan HCl 0,1N (tahap asam) dan larutan dapar
posfat pH 6,8 (tahap basa) sebagai blanko.
3.6 Interpretasi Hasil
Perhitungan kadar terlarut dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
Faktor perkalian (FK) : FK = V x ��������
�������� x 100 %
% Zat aktif terlarut : Dx = FK x Au
Ket:
V = Volume medium disolusi Ab = Absorbansi baku
Fu = Faktor pengenceran uji Ke = Kadar etiket
Bb = Bobot baku Dx = Zat aktif terlarut
Kb = Kemurnian baku FK = Faktor perkalian
Fb = Faktor pengenceran baku Au = Absorbansi larutan uji
3.7 Persyaratan
(27)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penetapan kadar terlarut Natrium Diklofenak dalam sediaan tablet dengan
Spektrofotometri UV menggunakan 6 tablet Voltadex (Natrium Diklofenak 50
mg) sebagai sampel. Hasil penetapan kadar terlarut tersebut diperoleh sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Hasil Penetapan Kadar Terlarut Natrium Diklofenak (tahap asam)
No Sampel Konsentrasi Absorbansi
uji (Au)
Kadar terlarut (Q)
1 Tablet 1 0,0004 M 0,0111 0,77 % 2 Tablet 2 0,0001 M 0,0030 0,21 % 3 Tablet 3 0,0003 M 0,0071 0,49 % 4 Tablet 4 0,0004 M 0,0114 0,79 % 5 Tablet 5 0,0001 M 0,0030 0,21 % 6 Tablet 6 0,0004 M 0,0104 0,72 %
Tabel 4.2. Hasil Penetapan Kadar Terlarut Natrium Diklofenak (tahap basa)
No Sampel Konsentrasi Absorbansi
uji (Au)
Kadar terlarut (Q)
1 Tablet 1 0,0112 M 0,2996 102,56 % 2 Tablet 2 0,0117 M 0,3127 107,04 % 3 Tablet 3 0,0113 M 0,3027 103,62 % 4 Tablet 4 0,0099 M 0,2635 90,20 % 5 Tablet 5 0,0117 M 0,3127 107,04 % 6 Tablet 6 0,0126 M 0,3362 115,09 %
Spektrum hasil pengujian kadar terlarut Natrium Diklofenak dapat dilihat
pada lampiran 2 (tahap asam) dan lampiran 3 (tahap basa). Sedangkan
(28)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penetapan kadar terlarut yang diperoleh, pada tahap
asam zat aktif belum terlarut sempurna. Hal tersebut dikarenakan tablet Natrium
Diklofenak merupakan sediaan yang tahan dengan larutan asam. Oleh karena itu,
dilakukan penetapan kadar terlarut pada tahap basa dengan menggunakan larutan
dapar. Hasil yang diperoleh kadar memenuhi syarat yang ditetapkan dan
memberikan hasil yang baik. Pada spektrum, panjang gelombang maksimum
Natrium Diklofenak baku adalah 276.200 nm dengan absorbansi 0.3634,
sedangkan dari literatur panjang gelombang maksimum dari Natrium Diklofenak
adalah 275 nm. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
jauh dari panjang gelombang yang didapatkan dari percobaan dengan literatur.
Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat
kedalam larutan pada suatu medium. Uji ini digunakan untuk mengetahui
kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam monografi pada
sediaan tablet kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah atau
tidak memerlukan uji disolusi (Ditjen POM,1995).
Menurut Moffat, 2004, natrium diklofenak diidentifikasi dalam pelarut NaOH 0,1 N pada panjang gelombang 275 nm dengan nilai = 351 b. Berdasarkan srtuktur rumus molekulnya bahan obat ini mempunyai gugus kromofor dan ausokrom, maka senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah A¦ultraviolet, sehingga kemungkinan dapat ditentukan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet.
(29)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil pengujian kadar terlarut Natrium Diklofenak pada tablet
Voltadex,yaitu0,77%; 0,21%; 0,49%; 0,79%; 0,21%; 0,72% (tahap asam) dan
102,56%; 107,04%; 103,62%; 90,20%; 107,04; 115,09% (tahap basa) dapat
disimpulkan bahwa tablet Voltadex memenuhi persyaratan yang tertera dalam
USP XXXI Vol 2 yaitu ≥ Q + 5% dimana Q = 10% (tahap asam) dan Q = 75% (tahap basa).
5.2 Saran
Sebaiknya pada pengujian sediaan tablet Natrium Diklofenak selanjutnya
tidak hanya menguji kadar zat terlarut saja, akan tetapi menetapkan kadar dari
Natrium Diklofenak dalam sediaan tablet tersebut dengan menggunakan metode
(30)
DAFTAR PUSTAKA
Aiache, (1993).Farmasetika 2: Biofarmasi. EdisiKedua. Surabaya: Airlangga University Press. Hal.311-316.
Ansel, H.C., 1989. PengantarBentukSediaanFarmasi. EdisiKeempat. Jakarta: UI Press.
Barber, P. (2012). IntisariFarmakologiUntukPerawat. Jakarta: EGC. Hal.90-93. Dachriyanus.(2004).
AnalisisStrukturSenyawaOrganikSecaraSpektroskopi.Padang: Andalas University Press. Hal. 1.
Day, R.A., dan Underwood A.L. (1999).Analisis Kimia Kuantitatif. Penerjemah: Pujaatmaka, A.H. EdisiKelima. Jakarta: Erlangga. Hal. 392.
Denko, CW. (1992). A Role of Neuropeptidein Inflammation. In: Whicher, J.T and Evan S.W. Biochemistry of Inflammation. London: Klower Pub. Hal. 177. Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia.Edisi keempat. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.Hal. 4,6,1083-1085.
Katzung, B.G. (2004). FarmakologiDasardanKlinik.EdisiKeenam. PenerbitSalembaMedika. Jakarta: hal. 559-567.
Khopkar, S. M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press. Hal.225-227.
Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. (2004). Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons. Edisi III. London: Pharmaceutical Press. Hal: 225
Sweetman, S.C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference. Thirthy sixth Edition.Pharmaceutical Press.Page.45.
Tjay, T. H., danRahardja, K. (2007). Obat-ObatPentingKhasiat, Penggunaan, danEfek-Efeksampingnya.Edisikeenam. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal. 193.
USP Pharmacopeia. (2008). The United States Pharmacopeia (USP). 31th Edition. United States: The United State Pharmacopeial Convention. Page. 1944
USP Pharmacopiea. (2007). The National Formulary. Edition 30. Rockville: The United States Pharmacopeieal Convention. Page. 541.
(31)
Wilmana, P.F. (2003). Analgesik, Antipiretik, Anti Inflamasi Non-steroid.Farmakologi dan Terapi.Edisi 4.Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 218.
(32)
Lampiran 1
Hasil pengujian disolusi Natrium Diklofenak dalam sediaan tablet dengan Spektrofotometri Ultraviolet
Data dan Perhitungan:
Tablet Natrium Diklofenak 50 mg
No Reg : DKL8705002715B1
No Batch : 4504180
Nama Industri : PT. DEXA MEDICA PALEMBANG INDO
Exp Date : Mei 2016
Baku Pembanding BPFI Natrium Diklofenak
Bobot baku : 6,950 mg
Kemurnian baku : 99,44%
Faktor pengenceran baku : 500
Perhitungan:
1. Tahap asam
FK = V x ��������
�������� x 100 %
= 920ml x1 � 6,950 ��� 99,44 %
500 � 0,3651 � 50 �� x 100 %
= 69,65 %
Dx 1 = Fk x Au = 69,65 % x 0,0111 = 0,77 %
(33)
Dx 4 = Fk x Au = 69,65 % x 0,0114 = 0,79 %
Dx 5 = Fk x Au = 69,65 % x 0,0030 = 0,21 %
Dx 6 = Fk x Au = 69,65 % x 0,0104 = 0,72 %
2. Tahap basa
FK = V x ��������
�������� x 100 %
= 900ml x5 � 6,950 ��� 99,44 %
500 � 0,3634 � 50 �� x 100 %
= 342,32 %
Dx 1 = Fk x Au = 342,32 % x 0,2996 = 102,55 %
Dx 2 = Fk x Au = 342,32 % x 0,3127 = 107,04 %
Dx 3 = Fk x Au = 342,32 % x 0,3027 = 103,62 %
Dx 4 = Fk x Au = 342,32 % x 0,2635 = 90,20 %
Dx 5 = Fk x Au = 342,32 % x 0,3127 = 107,04 %
Dx 6 = Fk x Au = 342,32 % x 0,3362 = 115,09 %
(34)
Lampiran 2
(35)
Lampiran 3
(36)
Lampiran 4
Gambar 4.Alat disolusi tipe dayung.
Lampiran 5
(37)
Lampiran 6
(1)
Lampiran 1
Hasil pengujian disolusi Natrium Diklofenak dalam sediaan tablet dengan Spektrofotometri Ultraviolet
Data dan Perhitungan:
Tablet Natrium Diklofenak 50 mg
No Reg : DKL8705002715B1
No Batch : 4504180
Nama Industri : PT. DEXA MEDICA PALEMBANG INDO
Exp Date : Mei 2016
Baku Pembanding BPFI Natrium Diklofenak
Bobot baku : 6,950 mg
Kemurnian baku : 99,44%
Faktor pengenceran baku : 500
Perhitungan:
1. Tahap asam
FK = V x ��������
�������� x 100 %
= 920ml x1 � 6,950 ��� 99,44 %
500 � 0,3651 � 50 �� x 100 %
= 69,65 %
Dx 1 = Fk x Au = 69,65 % x 0,0111 = 0,77 % Dx 2 = Fk x Au = 69,65 % x 0,0030 = 0,21 %
(2)
Dx 5 = Fk x Au = 69,65 % x 0,0030 = 0,21 % Dx 6 = Fk x Au = 69,65 % x 0,0104 = 0,72 %
2. Tahap basa
FK = V x ��������
�������� x 100 %
= 900ml x5 � 6,950 ��� 99,44 %
500 � 0,3634 � 50 �� x 100 %
= 342,32 %
Dx 1 = Fk x Au = 342,32 % x 0,2996 = 102,55 % Dx 2 = Fk x Au = 342,32 % x 0,3127 = 107,04 % Dx 3 = Fk x Au = 342,32 % x 0,3027 = 103,62 % Dx 4 = Fk x Au = 342,32 % x 0,2635 = 90,20 % Dx 5 = Fk x Au = 342,32 % x 0,3127 = 107,04 % Dx 6 = Fk x Au = 342,32 % x 0,3362 = 115,09 %
(3)
Lampiran 2
(4)
(5)
Lampiran 4
Gambar 4.Alat disolusi tipe dayung.
Lampiran 5
(6)