mengakses pendidikan dan kesehatan secara layak.
httpwww.pkh.depsos.go.id. di akses
tanggal 20-09-2010
Dan khusus untuk Kota Medan, ada 11 Kecamatan yang telah memberlakukan Program Keluarga Harapan ini. Salah satunya adalah Kecamatan Medan Johor. Dengan
adanya kucuran bantuan Program Keluarga Harapan ini diharapkan sedikit banyak dapat mengurangi beban rumah tangga sangat miskin yang menjadi penerima PKH di Kecamatan
Medan Johor dalam mengakses pelayanan dasar tersebut. Dan berdasarkan dari paparan di atas, penulis merasa tertarik untuk melihat efektifitas
pelaksanaan PKH secara langsung di lapangan yang meliputi proses tahapan, permasalahan hingga hasil dan manfaat yang dapat dirasakan masyarakat miskin tersebut. Oleh karena itu
penulis mengangkatnya dalam sebuah penelitian yang berjudul “Efektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan PKH di Kecamatan Medan Johor.”
I.2 Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Efektifitas
Pelaksanaan Program Keluarga Harapan PKH di Kecamatan Medan Johor”
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan PKH di
Kecamatan Medan Johor.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui komitmen peserta PKH sebagai penerima bantuan PKH di Kecamatan Medan Johor.
3. Untuk mengetahui manfaat bagi penerima bantuan PKH.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara subyektif. Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam menyusun berbagai kajian literature untuk menjadikan suatu wacana baru dalam memperkaya
khazanah kepustakaan pendidikan. 2.
Secara praktis. Dalam hal ini memberikan data dan informasi yang berguna bagi semua kalangan terutama bagi mereka yang secara serius mengamati jalannya
pelaksanaan Program Keluarga Harapan PKH serta dapat dijadikan sebagai kontribusi terhadap pemecahan permasalahan yang terkait dengan program tersebut.
3. Secara akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara
langsung maupun tidak bagi kepustakaan departemen Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik untuk mengeksplorasi kembali kajian
tentang program Keluarga Harapan ini.
I.5 Kerangka Teori
Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Landasan teori perlu ditegakkan agar
Universitas Sumatera Utara
penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba trial and error landasan teoritis Sugiyono, 2006:55.
Menurut Hoy dan Miskel dalam Sugiyono 2006:55 teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan
perilaku dalam organisasi. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut
mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya.
1.5.1. Kebijakan Publik
Menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan 2003:1 berpendapat bahwa kebijakan publik adalah adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya-sumber
daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Dalam kenyataannya kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat
birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan masalah-masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa Kebijakan Publik merupakan suatu bentuk intervensi yang
dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam
pembangunan secara luas. Menurut H. Hugh Heglo dalam Abidin 2004:21 kebijakan adalah suatu tindakan yang
bermaksud untuk mencapai suatu tujuan tujuan tertentu. Sedangkan Anderson dalam Abidin 2004:21 mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Charles O. Jones dalam Winarno 2007:16 istilah kebijakan policy term digunakan dalam praktek sehari-hari namun digunakan untuk menggantikan kegiatan atau
putusan yang sangat berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan dengan tujuan goals, program, keputusan decisions, standard, proposal, dan grand design. Namun demikian, meskipun
kebijakan publik mungkin kelihatannya sedikit abstrak atau mungkin dapat dipandang sebagai sesuatu yang terjadi terhadap seseorang.
Sedangkan menurut Woll dalam Tangkilisan 2003:2 kebijakan publik adalah sejumlah aktifitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung
maupun melalui lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan pemerintah
yaitu: a.
Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk
mempengaruhi kehidupan masyarakat. b.
Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan
personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Konsep kebijkan publik ternyata juga dimaknai dan
dirumuskan secara beragam. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sebagian besar defenisi yang dikemukakan dipengaruhi oleh masalah-masalah tertentu yang ingin dilihat. Pandangan
Universitas Sumatera Utara
pertama, ialah pendapat para ahli yang mengidentikkan kebijakan publik dengan tindakan- tindakan yang dilakukan pemerintah. Beranggapan bahwa semua tindakan yang dilakukan
oleh pemerintah pada dasarnya disebut sebagai kebijakan publik. R.S Parker dalam Wahab 2008:51, menyatakan bahwa kebijakan publik adalah
suatu tujuan tertentu, atau serangkaian asas tertentu, atau tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam kaitannya dengan suatu subjek atau sebagai
respon terhadap keadaan yang kritis. Sedangkan Thomas R. dye merumuskan kebijakan publik sebagai semua pilihan atau tindakan yang dilakukan pemerintah. Dalam hal ini Dye
beranggapan bahwa kebijakan publik itu menyangkut pilihan-pilihan apapun yang dilakukan oleh pemerintah, baik untuk melakukan sesuatu ataupun untuk tidak berbuat sesuatu.
Pandangan yang kedua, ialah pendapat para ahli melihat kebijakan publik sebagai keputusan- keputusan yang mempunyai tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran tertentu dan mempunyai
dampak dan akibat- akibat yang diramalkan predictable, atau dapat diantisipasikan sebelumnya. Seperti apa yang dikemukakan Nakamura dan Smal Wood dalam Wahab
2008:52, bahwa kebijakan publik adalah serentetan instruksiperintah dari para pembuat kebijakan yang ditujukan kepada para pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuan-tujuan
serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Namun pada hakekatnya, bahwa pendefinisian kebijakan tetap harus mempunyai
pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan daripada apa yang diusulkan dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu.
Seperti yang dikemukakan oleh James Anderson dalam Tangkilisan 2003:2 bahwa kebijakan publik merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh
Universitas Sumatera Utara
seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan. Konsep kebijakan publik ini kemudian mempunyai beberapa implikasi, yakni:
a. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-
tindakan yang berorientasi pada tujuan. b.
Kebijakan publik itu berisi tindakan-tindakan pemerintah. c.
Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan.
d. Kebijakan pemerintah tersebut didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat
mengikat dan memaksa.
Dalam memecahkan sebuah permasalahan yang dihadapi kebijakan publik, Dunn dalam Tangkilisan 2003:6 mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harus
dilakukan, yaitu: 1.
Agenda Setting agenda kebijakan Tahap penetapan agenda kebijakan ini adalah penentuan masalah publik yang akan
dipecahkan, dengan memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah. Dalam hal ini isu kebijakan dapat berkembang menjadi agenda
kebijakan apabila memenuhi syarat, seperti: memiliki efek yang besar terhadap kepentingan masyarakat, dan tersedianya teknologi dan dana untuk menyelesaikan
masalah publik tersebut. 2.
Policy Formulation formulasi kebijakan Formulasi kebijakan berarti pengembangan sebuah mekanisme untuk menyelesaikan
masalah publik. Dalam menentukan kebijakan pada tahap ini dapat menggunakan analisis biaya manfaat dan analisis keputusan, dimana keputusan yang harus diambil
Universitas Sumatera Utara
pada posisi tidak menentu dengan informasi yang serba terbatas. Pada tahap ini diidentifikasi kemungkinan kebijakan yang dapat digunakan melalui prosedur
forecasting untuk memecahkan masalah yang didalamnya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan yang akan dipilih.
3. Policy Adoption adopsi kebijakan
Merupakan tahap untuk menentukan pilihan kebijakan yang akan dilakukan. Terdapat di dalamnya beberapa hal yaitu identifikasi alternative kebijakan yang dilakukan
pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang diinginkan dan juga mengidentifikasi alternative-alternative dengan menggunakan kriteria-kriteria yang
relevan agar efek positif alternative kebijakan lebih besar daripada efek negative yang akan terjadi.
4. Policy Assesment evaluasi kebijakan
Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilaian terhadap kebijakan yang telah diambil dan dilakukan. Dalam penilaian ini semua proses pelaksanaan
dinilai apakah telahsesuai dengan yang telah ditentukan atau direncanakan dalam program kebijakan tersebut sesuai dengan ukuran-ukuran kriteria-kriteria yang telah
ditentukan. Evaluasi kebijakan dapat dilakukan oleh lembaga independen maupun pihak birokrasi pemerintah sendiri sebagai eksekutif untuk mengetahui apakah
program yang dibuat oleh pemerintah telah mencapai tujuannya atau tidak. Apabila ternyata tujuan program tidak tercapai atau memiliki kelemahan, maka perlu diketahui
apa penyebabnya sehinggga kesalahan yang sama tidak terulang di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Robert Eyestone dalam Winarno 2007:17, kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya.
1.5.2 Efektifitas 1.5.2.1 Pengertian Efektifitas
Dalam setiap organisasi, efektifitas merupakan hal yang sangat penting dalam pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain, suatu
akktifitas yang dikatakan efektif apa bila sudah tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditentukan secara sederhana dapat dikatakan efektifitas kerja berarti penyelesaian suatu
pekerjaan tetap pada waktunya yang telah ditetapkan, atau bisa dikatakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
The Liang Gie 1981:108 mengatakan efektifitas itu adalah suatu kegiatan yang mengandung pengertian tentang terjadinya sesuatu akibat yang dikehendaki. Bila sasaran dan
tujuan telah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya maka hal itu disebut efektif. Begitu juga sebaliknya jika tujuan dan sasaran itu tidak tercapai atau tidak sesuai dengan yang
direncanakan maka pekerjaan itu tidak efektif. Menurut Emerson dalam Strees 1995:48 efektifitas adalah pengukuran dalam arti
tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan sebelumnya. Jelaslah sasaran dan tujuan hal tercapai sesuai dengan sasaran yang direncanakan, hal ini dikatakan efektif jadi apabila tujuan
dan sasaran tidak sesuai dengan yang telah ditentukan maka pekerjaan itu dikatakan efektif. Menurut Stoner dalam Tangkilisan 2000:138 yang menekankan pentingnya
efektifitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi, dan efektifitas adalah kunci dari suatu kesuksesan suatu apa bila sudah tercapainya tujuan dan sasaran yang telah
Universitas Sumatera Utara
ditentukan secara sederhana dapat dikatakan efektifitas kerja berarti penyelesaian suatu pekerjaan tetap pada waktunya yang telah ditetapkan, atau bisa dikatakan sesuai dengan
rencana yang telah disusun. The Liang Gie 1981:108 mengatakan efektifitas itu adalah suatu kegiatan yang
mengandung pengertian tentang terjadinya sesuatu akibat yang dikehendaki. Bila sasaran dan tujuan telah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya maka hal itu disebut efektif. Begitu
juga sebaliknya jika tujuan dan sasaran itu tidak tercapai atau tidak sesuai dengan yang direncanakan maka pekerjaan itu tidak efektif.
Menurut Emerson dalam Strees 1995:48 efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan sebelumnya. Jelaslah sasaran dan tujuan hal
tercapai sesuai dengan sasaran yang direncanakan, hal ini dikatakan efektif jadi apabila tujuan dan sasaran tidak sesuai dengan yang telah ditentukan maka pekerjaan itu dikatakan efektif.
Menurut Stoner dalam Tangkilisan 2000:138 yang menekankan pentingnya efektifitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi, dan efektifitas adalah kunci
dari suatu kesuksesan suatu hasil dari suatu pekerjaan agar dapat diperoleh hasil pekerjaan secara maksimal.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, ada empat hal yang merupakan unsur-unsur efektifitas yaitu sebagai berikut:
1. Pencapaian tujuan, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan atau
sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. 2.
Ketepatan waktu, sesuatu yang dikatakan efektif apabila penyelesaian atau tercapainya tujuan sesuai atau bertepatan dengan waktu yang telah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
3. Manfaat, sesuatu yang dikatakan efektif apabila tujuan itu memberikan manfaat bagi
masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. 4.
Hasil, sesuatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan itu memberikan hasil.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan efektifitas adalah tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Adanya ketentuan waktu dalam memberikan
pelayanan serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan padanya.
Dalam setiap organisasi, efektifitas merupakan unsur yang sangat penting dalam pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya agar dapat
meringankan beban masyarakat yang tergolong Rumah Tangga Sangat Miskin RTSM. Dalam bidang Pendidikan dan kesehatan. Dengan kata lain, suatu aktifitas dikatakan efektif
apabila tercapai tujuan atau sarana yang telah di tetapkan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa efektifitas kerja berarti penyelesaian suatu pekerjaan tepat pada waktu yang telah
ditetapkan, atau juga bisa dikatakan sesuai dengan rencana yang telah di susun. Dalam hal ini dituntut juga ketepatan waktu dalam pencairan dana yang telah ditetapkan atau yang sudah
dijadwalkan. Dikatakan efektif suatu program apabila memberikan hasil kepada masyarakat Secara nyata Stoner dalam Tangkilisan 2005:138 menekankan pentingnya efektifitas
organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi, dan efektifitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Pendapat di atas sesuai pendapat Komaruddin 1994:269 yang
mengatakan, efektifitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu. Dan juga di
Universitas Sumatera Utara
dukung oleh pendapat Steers 1985:46 yang mengatakan bahwa efektifitas adalah sejauh mana organisasi melaksanakan tugas pokoknya atau mencapai semi sasarannya.
Lain halnya dengan pendapat Sondang P. Siagian yang menyatakan bahwa efektifitas tidak hanya di pandang dari segi pencapaian tujuan tetapi juga dari segi ketepatan waktu
dalam mencapai tujuan tersebut. Lebih rinci Sondang P. Siagian 2000:171 mengatakan bahwa efektifitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah di tetapkan sebelumnya tepat
pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan kegiatan. Secara rinci dapat dikatakan bahwa aktifitas seseorang atau organisasi
dapat dikatakan efektif apabila aktifitas atau perbuatan tersebut menimbulkan akibat sebagaimana yang dihendaki atau direncanakan.
1.5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektifitas
Steers 1985:209 mengidentifikasi ada empat rangkaian variabel yang berhubungan dengan efektifitas, yaitu:
1. Ciri Organisasi Struktur dan teknologi organisasi dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari
efektifitas, dengan berbagai cara. Mengenai struktur, ditemukan bahwa meningkatnya produktivitas dan efisiensi sering merupakan hasil dari meningkatnya spesialisasi fungsi,
ukuran organisasi, sentralisasi pengmbilan keputusan, dan formalisasi. Teknologi juga dapat berakibat atas tingkat efektifitas selanjutnya, walaupun mungkin
tidak secara langsung. Bukti-bukti ini menunjukan bahwa fariasi teknologi berinteraksi dengan struktur dalam pengaruhnya terhadap keberhasilan organisasi. Artinya, efektifitas jelas
Universitas Sumatera Utara
dipelancar bila susunan sruktur sumber daya organisasi sedemikian rupa, sehingga paling cocok untuk menangani teknologi yang dipakai.
2. Ciri lingkungan Di samping kiri organisasi lingkunan luar dan dalam juga telah dinyatakan
berpengaruh atas efektifitas. Keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat bergantung pada tiga variabel kunci:
a. Tingkat keterdugaan lingkungan,
b. Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan,
c. Tingkat rasionalisasi organisasi.
Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan semakin tepat tanggapannya, makin berhasil adaptasi yang dilakukan oleh
organisasi. 3. Ciri kerja
Faktor pengaruh penting yang ketiga atas efektifitas adalah para pekerja itu sendiri. Pada kenyataan, para anggota organisasi mungkin merupakan faktor pengaruh yang paling
penting atas efektifitas karena prilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memeperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi.
Sarana pokoknya untuk mendapat dukungan yang diperkukan ini dari pekerja adalah dengan mengintegrasikan tujuan pribadi dengan sasaran organisasi. Jika pekerja dapat
memperbesar kemungkinan tercapainya tujuan pribadi dengan kerja mencapai sasaran organisasi, adalah logis untuk membuat asumsi bahwa baik keterikatan pada organsasi
Universitas Sumatera Utara
manapun prestasi kerja akan meningkat. Di pihak lain, jika para pegawai dihadapkan pada situasi dimana tujuan pribadi mereka bertentangan dengan sarana organisasi, usaha para
pekerja akan diboroskan dengan mudah dengan akibat jumlah energi yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan efektifitas berkurang.
4.Kebijakan dan Praktek Manajemen Terdapat beberapa mekanisme khusus untuk meningkatkan efektifitas organisasi yaitu
meliputi penetapan tujuan strategi, pemanfaatan sumberdaya secara efisien, struktur birokrasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambil keputusan, serta penyuluhan dan inovasi
pembangunan. Berdasarkan sifatnya, organisasi cenderung dalam kesatuan yang komplit, yang
berusaha mengalokasikan sumber dayanya secara rasional demi tercapainya tujuan. Makin rasional suatu organisasi, makin besar kemajuan yang diperoleh kearah tujuan, maka
organisasi makin efektif pula. Dengan demikian efektifitas dipandang sebagai tujuan akhir oleh sebagian besar organisasi, setidaknya secara teoritis Steers, 1985:2. Sebagai tujuan
efektiftas sangat perlu dicapai oleh setiap organisasi.
a. Tujuan Strategi
Menurut Stoner 1991:139 strategi dapat didefenisikan paling sedikit dua perspektif yang berbeda: dari perspektif mengenai apa yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi, dan
juga dari perspektif mengenai apa yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi, apakah tindakannya sejak semula memang sudah demikian direncanakan atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
Dari perspektif yang pertama, strategi adalah “program yang luas untuk mendefenisikan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misinya”. Kata “program”
dalam defenisi ini menyiratkan adanya peranan peran yang aktif, yang didasari, dan yang rasional, yang dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi organisasiperusahaan.
Dari perspektif yang ke dua, strategi adalah “pola tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkunganya sepanjang waktu.” Dalam definisi ini, setiap organisasi
mempunyai suatu strategi, walaupun tidak harus selalu efektif, sekalipun strategi itu tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Artinya setiap organisasi mempunyai hubungan dengan
lingkungannya yang dapat diamati dan dijelaskan. Pandangan seperti ini mencakup organisasi di mana perilaku para manajernya adalah reaktif, artinya para manajer menanggapi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan hanya jika mereka merasa perlu untuk melakukannya.
b. Pemanfaatan sumberdaya secara efisien,