BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem ekonomi yang berkembang saat ini adalah sistem kapitalisme dan sosialisme. Sementara ekonomi Islam yang lebih mempertimbangkan faktor nilai,
karakter luhur manusia, keutuhan sosial dan pembalasan Allah di akhirat justru perkembangannya lebih lambat. Dalam kacamata Islam, kegiatan ekonomi tidak
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan materi, tetapi harus memiliki nilai ibadah. Pembahasan tersebut juga menyangkut dalam bidang akuntansi untuk
merumuskan suatu sistem yang sesuai dengan tuntutan syariah Islam yang dikenal dengan akuntansi syariah.
Sistem ekonomi akuntansi syariah mengabdikan kepada persaudaraan umat manusia yang disertai keadilan ekonomi dan sosial serta distribusi
pendapatan yang adil. Untuk menciptakan keselarasan pertumbuhan dan pemerataan itu, diperlukan lembaga yang mengendalikan dan mengatur dinamika
ekonomi dalam hal ini perputaran uang dan barang. Fungsi itu sekarang dikenal dengan nama bank. Bank dalam bentuk dasarnya sesungguhnya banyak membawa
manfaat, sebab disitu bertemu para pemilik, pengguna, dan pengelola modal. Bank merupakan lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan financial
intermediary antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak- pihak yang memerlukan dana deficit unit, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran IAI, 2002
Universitas Sumatera Utara
Bank di Indonesia terbagi dalam dua kelompok konsep, yaitu Karim, 2001 yaitu: 1.
Bank yang berdasarkan prinsip konvensional, mayoritas bank yang berkembang di Indonesia adalah bank yang berorientasi pada prinsip
konvensional. 2.
Bank yang berdasarkan prinsip syariah, yaitu bank berdasarkan prinsip syariah yang belum lama ini berkembang di Indonesia.
Dalam menjalankan prinsip syariahnya, bank syariah juga harus menjunjung nilai-nilai keadilan, amanah, kemitraan, transparansi dan saling menguntungkan
baik bagi bank maupun bagi nasabah yang merupakan pilar dalam melakukan aktivitas muamalah. Oleh karena itu, produk layanan perbankan harus disediakan
dengan baik agar mampu memberikan nilai tambah dalam meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang berlandaskan pada
Al Qur’an dan Al Hadits. Dengan demikian, terbukti bahwa Islam sebagai agama yang universal dan komprehensif sangat mampu menjawab problematika-
problematika kompleks kehidupan manusia. Di Indonesia, penerapan prinsip tersebut utamanya diatur dalam peraturan Bank Indonesia dan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan PSAK No. 59. Fenomena meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan
perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah mendapat respon positif dari pemerintah melalui penerapan akuntansi perbankan syariah di Indonesia yang
dimulai sejak tahun 1992, kemudian disempurnakan oleh UU No. 10 tahun 1998 yang memberikan peluang lebih luas bagi bank syariah unuk menyelenggarakan
kegiatan usaha, termasuk pemberian kesempatan kepada bank konvensional untuk
Universitas Sumatera Utara
membuka kantor cabang yang khusus melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip syariah atau bahkan mengkonversikan diri secara total menjadi bank syariah.
Akuntansi syariah yang dikembangkan antara lain berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, pencatatan transaksi, pengungkapan hak dan kewajiban
secara adil serta sistem pembagian hasil dari suatu usaha yang dijalankan oleh beberapa pihak tertentu. Hal ini memiliki implikasi yang sangat dalam dan sangat
berpengaruh pada aspek operasional dan produk yang dikembangkan oleh bank syariah. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa:29 : “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan perdagangan yang dilakukan dengan suka sama suka diantara kamu”.
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar” Qs. Al Baqarah:282.
PT BNI Persero Tbk Kantor Cabang Syariah Medan merupakan salah satu bank syariah di Indonesia yang menjalankan konsep murabahah berdasarkan
PSAK No. 59, yaitu akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh penjual dan pembeli. BNI Syariah
Cabang Medan memberikan pelayanan pembiayaan murabahah, yang berupa pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja, dan pembiayaan konsumtif. BNI
Syariah Cabang Medan memberikan bantuan pembiayaan dalam bentuk pembayaran secara kreditcicilan dan mempunyai beberapa sistem, prosedur dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon debitur.
Universitas Sumatera Utara
BNI Syariah Cabang Medan sejak didirikan pada 15 Agustus 2002 sampai sekarang menunjukkan kinerja yang terus mengalami peningkatan. Hal ini
dibuktikan dengan penghargaan yang diterima BNI Syariah Cabang Medan sebagai cabang yang memiliki kinerja terbaik untuk tahun 2005 dan 2006, berupa
tingkat pertumbuhan yang mencapai 140 untuk laba dan 35 untuk pembiayaan pada tahun 2006. Dari keseluruhan pembiayaan yang ada di BNI Syariah Cabang
Medan, pembiayaan murabahah merupakan jenis pembiayaan yang paling besar yaitu mencapai 75 BNI Syariah Desember 2006. Proporsi tersebut
menunjukkan bahwa pembiayaan murabahah akan sangat menentukan perkembangan bank dan juga besarnya pengaruh pengakuan dan pengukuran
pembiayaan murabahah terhadap penyajian laporan keuangan BNI Syariah Cabang Medan.
Dalam pembiayaan murabahah, biasanya pihak bank syariah akan melakukan pengkajian terlebih dahulu kepada calon nasabah. Apakah nasabah
tersebut memenuhi kriteria kelayakan untuk memperoleh pembiayaan murabahah, baik dari sisi usaha yang dijalankan ataupun dari aspek kemampuan dalam
pembayaran nantinya karena jangka waktu yang ditawarkan merupakan jangka panjang dengan batas maksimal 15 tahun.
Tingkat pembiayaan yang semakin tinggi pada suatu bank juga diiringi dengan adanya risiko kredit yang besar pula. Risiko kredit ini harus diminimalisir
agar bank dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Salah satu cara untuk meminimalisir risiko kredit adalah dengan pengadaan suatu pengendalian yang
Universitas Sumatera Utara
terdiri dari beberapa kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk menjalankan fungsi pengelolaan pembiayaan secara aman, obyektif dan sesuai dengan
ketentuan perbankan syariah yang berlaku. Adapun risiko utama dari produk pembiayaan ini adalah risiko pembiayaan yang terjadi jika debitur wanprestasi.
Selain itu, risiko pasar juga dapat terjadi jika pembiayaan murabahah diberikan dalam valuta asing, yaitu risiko dari pergerakan nilai tukar
. Jika pada suatu ketika
terjadi permasalahan, dimana nasabah tidak mampu membayar kewajiban yang masih ditanggungnya, sehingga terjadi tunggakan atau kemacetan dalam
pembayaran, maka untuk menjelaskan permasalahan tersebut, pihak bank syariah akan mengklasifikasi nasabah bermasalah menjadi dua bagian. Pertama, nasabah
bermasalah yang dikarenakan semata oleh risiko bisnis. Artinya, ketidakmampuan untuk membayar bukan karena mengada-ada, bukan karena unsur kesengajaan
untuk tidak membayar kewajiban yang menjadi tanggungannya. Nasabah seperti ini tidak membayar kewajiban yang menjadi tanggungannya. Nasabah seperti ini
merupakan personifikasi dari nasabah yang menyimpang dari tanggung jawab. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi untuk menyusun
skripsi dengan judul “Penerapan Akuntansi Perbankan Syariah untuk Produk Pembiayaan Murabahah berdasarkan PSAK Nomor 59 pada PT. BNI
Syariah Cabang Medan.”
A. Perumusan Masalah