EFEKTIVITAS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBEDAKAN

(1)

Kesdik Tria Sayekti

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBEDAKAN

Oleh

KESDIK TRIA SAYEKTI

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan efektivitas pendekatan ilmiah pada materi asam basa dalam meningkatkan keterampilan membedakan. Pendekatan ilmiah terdiri dari lima tahap yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 166 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive samplingdengan kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen denganNon Equivalent Control Group Design. Efektivitas pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dianalisis berdasarkan perbedaann-Gain yang signifikan antara kelas control dan kelas eksperimen. Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa rata-ratan-Gainketerampilan membedakan pada kelas ekspe-rimen sebesar 0,48 dan kelas kontrol sebesar 0,33. Berdasarkan pengujian hipo-tesis, diperoleh rata-ratan-Gainketerampilan membedakan pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainketerampilan membedakan pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukan bahwa


(2)

pendekatan ilmiah pada materi asam basa efektif dalam meningkatkan keterampil-an membedakketerampil-an.


(3)

EFEKTIFITAS PENDEKATAN ILMIAH

PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBEDAKAN

Oleh

KESDIK TRIA SAYEKTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu, Provinsi Lampung pada tanggal 28 Juli 1993, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Sarjoko dan Ibu Sumarni.

Pendidikan formal diawali pada tahun 1997 di TK Aisiyah Bustanul Atfal 1 Pringsewu dan diselesaikan pada tahun 1999. Pada tahun 1999 dilanjutkan di SD Muhammadiyah Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2005. Kemudian di-lanjutkan pada jenjang menengah pertama di SMP Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun 2008 diterima di SMA Negeri 1 Pringsewu dan diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun yang sama diterima di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) periode 2013/2014. Pada tahun 2014 mengikuti program KKL di Bandung, Yogyakarta, Semarang dan Malang. Pada tahun yang sama penulis mengikuti PPL di SMP Negeri 1 Batu Brak, Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Desa Kegeringan, Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat.


(8)

Yakinlah bahwa setiap kebaikan yang kamu perbuat merupakan satu langkah

menuju kesuksesan.

~ Kesdik Tria Sayekti

Apabila didalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat

kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia

dengan kemajuan selangkah pun.

~

Bung Karno

All of our dreams can come true if we just have the courage to persue them

~

Walt Disney


(9)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tiada pernah terputus sehingga telah terselesaikan studi saya ini,

Dan dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, saya persembahkan tulisan sederhana ini sebagai ungkapan bukti dan setia saya kepada:

Bapak dan Ibu Tercinta

Yang telah merawat, mendidik, menemani, menjaga, dan membesarkan saya

dengan setulus hati dan sepenuh kasih sayang. Terimakasih atas setiap pengorbanan,

tetes keringan dan alunan do a bagi keberhasilan saya.

Kakak-Kakak Tersayang Nico Desi Prasetya Ningtyas, Singgih Kurniawan, Arif

Zon Purnomo dan Dewi Nursetyasari.

Yang selalu memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun fisik.


(10)

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karu-nia-Nya, sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas

Pendekatan Ilmiah Pada Materi Asam Basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Membedakan”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila; 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ki-mia dan Pembahas atas segala bimbingan, saran dan kritik yang diberikan untuk perbaikan skripsi.

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing I, atas kesediannya untuk memberikan motivasi, bimbingan, sa-ran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Lisa Tania, S. Pd., M. Sc., selaku Pembimbing II atas kesediaan, dan

kesabarannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini;


(11)

xi

6. Dosen-dosen di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi Pen-didikan Kimia Unila, atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan;

7. Bapak Drs. Yulizar, M.M, selaku kepala SMA Negeri 1 Pringsewu, atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian; Bapak Suwarna, S.Pd., selaku guru mitra atas izin dan kerjasamanya

8. Kedua orangtua tercinta Bapak Sarjoko dan Ibu Sumarni yang dimuliakan Allah SWT, atas doa, semangat, motivasi moral dan finansial dalam

keberhasilan mengenyam studi dan kakak-kakak saya atas doa, dukungan dan motivasi yang tiada henti;

9. Tim penelitian Nurdiana, Ria, Maulida, serta saudari-saudari PKB Siska, Aulia, Diah, Eka, Ruwaida, Napilah, Sevi, Dwi Citra, Dynda, dan Deanita atas persahabatan, motivasi serta dukungan yang tiada henti.

10. Rekan seperjuangan selama KKN dan PPL di lampung barat Cahya, Novita, Erlita, Lidia, Hendra, Fendi, Rudi, Meilani, dan Nety atas pengalaman, dukungan dan semangatnya. Serta rekan-rekan seperjuangan di P.Kimia ’11 Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khu-susnya dan pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis,


(12)

xv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Analisis konsep ... 21

2. Desain penelitian ... 33

3. Data normalitas nilai pretes keterampilanmembedakan………. 48

4. Data homogenitas nilai pretes keterampilan membedakan………. 49

5. Data uji kesamaan dua rata-rata terhadap nilai pretes keterampilan membedakan……… 50

6. Data normalitasn-Gainketerampilanmembedakan………... 51

7. Data homogenitasn-Gainketerampilan membedakan……….... 52

8. Data uji perbedaan dua rata-rata keterampilan membedakan ... 52


(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ranah hasil belajar menggunakan pendekatan ilmiah……… 12 2. Tahap-tahap pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah……… 13 3. Prosedur pelaksanaan penelitian………. 35 4. Rata-rata nilai pretes dan rata-rata nilai postes keterampilan

membedakan di kelas kontrol dan kelas eksperimen……… 47 5. Rata-ratan-Gainketerampilan membedakan kelas kontrol dan kelas

eksperimen……… 50

6. Gambar rata-rata nilai afektifsiswa………. 53


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Teori Belajar Konstruktivisme ... 8

B. Pendekatan Ilmiah ... 10

C. Keterampilan Membedakan ... 16

D. Analisis Konsep Materi Asam Basa ... 19

E. Kerangka Pemikiran ... 29

F. Anggapan Dasar ... 31

G. Hipotesis ... 31

III. METODE PENELITIAN ... 32


(15)

xiii

B. Data Penelitian ... 33

C. Metode dan Desain Penelitian ... 33

D. Variabel Penelitian ... 34

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya ... 34

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 35

G. Teknik Analisis Data, Pengujian Hipotesis dan Pengolahan Angket ... 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 47

B. Pembahasan ... 55

C. Kendala/Hambatan dalam Penelitian……… 66

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Simpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 72

1. RPP Eksperimen ... 72

2. LKS ... 84

3. Soal Pretest ... 96

4. Data Penilaian Afektif Kelas Eksperimen ... 99

5. Data Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen ... 102


(16)

7. Data Observasi Kinerja Guru ... 107 8. Data Nilai Pretes, Nilai Postes dan n-Gain ... 109


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum alam. Ilmu kimia mempelajari materi yang meliputi susunan, sifat, dan peru-bahannya serta perubahan energi yang menyertainya (Nugroho dan Irwan, 2008). Tiga aspek penting yang merupakan karakteristik dari ilmu kimia adalah kimia sebagai produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori; kimia sebagai proses; dan kimia sebagai sikap (BSNP,2006). Ketiga aspek kimia ini sama pentingnya, sebab tidak ada pengetahuan kimia tanpa proses yang meng-gunakan pikiran dan sikap ilmiah. Oleh karena itu setiap pembelajaran kimia haruslah didasarkan pada ketiga karakteristik ilmu kimia tersebut (Fadiawati, 2011).

Pembelajaran kimia yang didasarkan pada karakteristik ilmu kimia telah dia-manatkan dalam Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang standar proses pendid-ikan dasar dan menengah yang menyatakan bahwa esensi dari kurikulum 2013 mengamanatkan keseimbangan antara sikap atau perilaku, keterampilan, dan pengetahuan (Tim Penyusun, 2013e), yang artinya proses pembelajaran kimia tid-ak hanya untuk menguasai pengetahuan kimia sebagai produk, tetapi juga untuk menguasai sikap ilmiah, proses ilmiah dan penerapan kimia dalam kehidupan


(18)

sehari-hari (Semiawan, 1992). Pembelajaran kimia dalam kurikulum 2013 menuntut adanya kesesuaian antara materi yang diajarkan dengan pengalaman -pengalaman atau contoh-contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Namun pada kenyataannya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menyajikan konsep-konsep, hukum-hukum dan teori-teori tanpa memberikan pengalaman dan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran kimia disekolah, hanya mempelajari kimia sebagai produk sedangkan bagaimana

produk-produk kimia tersebut diperoleh ( kimia sebagai proses) jarang diterapkan (Salirawati, 2010). Guru juga dominan menyampaikan materi dengan metode ce-ramah sehingga menyebabkan siswa pasif dalam pembelajaran. Hal tersebut di-perkuat oleh penelitian Liliasari (2007) yang mengemukakan bahwa pem-belajaran sains (khususnya kimia) di Indonesia umumnya masih menggunakan pendekatan tradisional, yaitu siswa dituntut lebih banyak untuk mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains.

Fakta serupa juga terlihat pada pengamatan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Pringsewu. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terlihat bahwa dalam pem-belajaran kimia di kelas guru belum mengaitkan materi yang diajarkan dengan fakta, contoh dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, siswa hanya diminta untuk mempelajari materi yang belum diajarkan dengan mengerjakan soal-soal sendiri tanpa dibimbing oleh guru; sedangkan demonstrasi dan eksperimen dilaku-kan untuk membuktidilaku-kan konsep budilaku-kan untuk menemudilaku-kan konsep dan hanya sese-kali pada materi-materi tertentu. Akibatnya, sikap ilmiah tidak tumbuh dalam diri siswa.


(19)

3

Pembelajaran kimia yang demikian tentu tidak sesuai dengan pembelajaran yang diharapkan oleh kurikulum 2013. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ter-sebut adalah dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Pen-dekatan ilmiah adalah salah satu penPen-dekatan pembelajaran yang diamanatkan oleh kurikulum 2013. Pendekatan ilmiah merupakan pendekatan yang dasar gaya ber-pikirnya mengadopsi dari metode ilmiah yang mencangkup tiga ranah yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan (Sudrajat,2013). Proses pembelajaran dengan pen-dekatan ilmiah dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mampu mengkonstruksi konsep, hukum dan prinsip melalui tahapan-tahapan ilmiah (Hos-nan, 2014). Sehingga dengan diterapkannya pendekatan ilmiah dalam pembela-jaran diharapkan tujuan pembelapembela-jaran kimia dapat tercapai dan dapat membentuk siswa yang tidak hanya cerdas tetapi juga memiliki sikap yang baik (Tim penyu-sun, 2013b).

Tujuan pembelajaran kimia tidaklah hanya untuk memperoleh pengetahuan kimia saja melainkan lebih dari itu. Pembelajaran kimia dengan menggunakan langkah-langkah dalam pendekatan ilmiah dapat melatihkan keterampilan berpikir siswa sehingga siswa dapat memecahkan berbagai masalah dan persoalan yang terkait dengan kimia yang terjadi di sekitarnya dan dapat menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa (Syamsuri, 2013).

Langkah pembelajaran dalam pendekatan ilmiah meliputi 5 langkah antara lain mengamati(observing), menanya(questioning),mencoba(experimenting), men-alar(associating)dan mengkomunikasikan(comunicating)(Tim Penyusun, 2013a). Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan ilmiah akan


(20)

menjadi-kan siswa lebih aktif dalam mengkontruksi pengetahuan dan keterampilannya, serta dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya dalam proses pembela-jaran siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah (Hosnan, 2014)

Langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan ilmiah tersebut menunjukan bahwa pendekatan ilmiah tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir namun proses pembelajaran juga dipandang sangat penting (Prilianti, 2014).. Sehingga hasil akhirnya melahirkan peserta didik yang produktif, kritis, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi (Tim Penyusun, 2013a). Oleh karena itu langkah-langkah dalam pen-dekatan ilmiah seharusnya diterapkan dalam pembelajaran materi-materi kimia di sekolah.

Salah satu materi kimia yang dibelajarkan di sekolah adalah materi asam basa yang diajarkan di kelas XI IPA semester genap. KD 3.10 yaitu menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan dan KD 4.10 yaitu mengajukan ide/gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentu-kan keasaman asam/basa atau titrasi asam/basa (Tim Penyusun, 2013d). Berda-sarkan KD tersebut siswa diminta untuk dapat membedakan asam dengan basa berdasarkan perubahan warna kertas lakmus, menganalisis sifat larutan, dan menganalisis indikator asam basa yang tepat untuk menentukan keasaman asam basa serta merancang percobaan penentuan ekstrak bahan alami yang dapat


(21)

5

digunakan sebagai indikator asam basa, dibutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam taksonomi Bloom adalah keterampilan membedakan (differentiating)pada ranah kognitif menganalisis. Keterampilan membedakan adalah kegiatan berpikir membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi, dan penting tidaknya. Keterampilan membedakan menuntut adanya kemampuan untuk menentukan mana yang relevan/esensial dari suatu perbedaan terkait dengan struktur yang lebih besar ( Anderson dan Krathwol, 2001).

Pembelajaran kimia dengan menggunakan pendekatan ilmiah memungkinkan dapat melatihkan dan meningkatkan keterampilan membedakan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) yang menyimpulkan bahwa pen-dekatan ilmiah efektif dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam berpikir orisinil pada materi asam basa. Dan penelitian oleh Gunawi (2014) yang menya-takan bahwa pendekatan ilmiah efektif dalam meningkatkan keterampilan sen-sitivitas siswa pada materi kesetimbangan.

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pendekatan Ilmiah Pada Materi Asam Basa Dalam Meningkatkan

Keterampilan Membedakan Siswa”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana efektivitas pendekatan ilmiah pada materi asam basa dalam meningkatkan keterampilan membedakan ?


(22)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas pendekatan ilmiah pada materi asam basa dalam meningkatkan keterampilan membedakan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, yaitu : 1. Siswa

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah pada materi asam basa dapat meningkatkan kemampuan membedakan pada siswa.

2. Guru

Memberikan pengalaman langsung kepada guru dalam menerapkan pembela-jaran dengan pendekatan ilmiah dalam melatih kemampuan membedakan pada materi asam basa.

3. Sekolah

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah merupakan salah satu alternatif untuk mengembangkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.


(23)

7

1. Dalam penelitian ini pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik keterampilan membedakan menunjukkan perbedaann-Gainyang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

2. Langkah-Langkah pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah yang digunakan, yaitu mengamati,menanya, mencoba, menalar, dan membentuk jejaring(Tim Penyusun, 2013a).

3. Keterampilan membedakan merupakan kegiatan berpikir membedakan bagi-an-bagian yang menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi, dan penting tidaknya (Anderson, 2001).


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivistik merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pe-ngalaman nyata. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ’mengkonstruksi’ bukan ’menerima’ pengetahuan. Dalam proses pem -belajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru (Trianto, 2007).

Slavin (1997) menyatakan bahwa dalam teori konstruktivis siswa harus

menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek in-formasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemprosesan informasi dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Burner (Nurhadi , 2002).


(25)

9

Piaget (1988) menyatakan bahwa paham konstruktivisme sebenarnya bukanlah gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini sebenarnya merupakan himpunan dan pembinaan dari pengalaman-pengalaman yang telah kita lalui. Menurut paham ini, pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut. Teori belajar kontstruktivisme ini lebih menekankan pada perkembangan konsep dan penger-tian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat pembelajar. Lebih jauh lagi Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang melainkan melalui tindakan (Sunyono, 2013).

Menurut Burner (2001) implikasi dari teori konstruktivisme dalam proses pembel-ajaran adalah pebelajar melakukan proses aktif dalam mengkonstruksi gagasan-gagasannya menuju konsep yang bersifat ilmiah. Ada beberapa aspek utama dalam upaya menerapkan teori konstruktivisme dalam pembelajaran yaitu siswa sebagai pusat pembelajaran, pengetahuan yang disajikan disusun secara sistematis dan terstruktur sehingga mudah dipahami oleh siswa, memanfaatkan media yang baik (Sunyono, 2013).

Menurut Suparno (1997), dalam teori konstruktivisme yang terpenting adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka bukannya guru atau orang lain. Mereka harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Krea-tivitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa (Sunyono,2013).


(26)

Secara keseluruhan yang dimaksud dengan pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran yang didalam pembelajarannya siswalah yang menjadi pusat kegiatan bukan guru. Siswa dituntut untuk dapat aktif dalam membangun penge-tahuannya sendiri sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilisator dan mediator. Guru hanya membimbing dan menghubungkan siswa agar memperoleh penge-tahuan bukannya mentransfer pengepenge-tahuan (Sunyono, 2013), artinya dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa secara aktif mem-bangun pengetahuan sendiri, salah satunya dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran pada pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, bukan diberi tahu (Hosnan, 2014).

B. Pendekatan Ilmiah (scientific approach)

Pendekatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah usaha dalam rangka aktivitas pengamatan untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah pengamatan. Sedangkan pendekatan pembelajaran adalah suatu proses atau perbuatan yang digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran . Selain itu pendekatan pem-belajaran juga dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu pros-es yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menganspirasi, menguatkan, dan malatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (Hosnan, 2014).


(27)

11

Pendekatan ilmiah merupakan pendekatan yang pada dasar gaya berpikirnya men-gadopsi dari metode ilmiah. Upaya penerapan pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran bukan hal yang aneh dan mengada-ada tetapi memang itulah yang seharusnya terjadi dalam proses pembelajaran, karena sesungguhnya pembelaja-ran itu sendiri adalah sebuah proses ilmiah (keilmuan) (Sudrajat, 2013). Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan ilmiah, selain dapat menjadi-kan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelaja-ran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini dalam melihat suatu fenomena (Hosnan, 2014).

Penerapan pendekatan ilmiah memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi di-antaranya adalah sebagai berikut.

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat di-jelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan me-ngaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pem-belajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungja-wabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya (Tim Penyusun, 2013a).


(28)

Proses pembelajaran pada pendekatan ilmiah menggamit beberapa ranah pen-capaian hasil belajar yang tertuang dalam kegiatan pembelajaran. Proses pem-belajaran menyentuh tiga ranah yaitu sikap (ranah afektif), keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif) siswa. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Hal ini dapat dilihat pada Gam-bar 1 (Hosnan, 2014):

Gambar 1. Ranah hasil pembelajaran pendekatan ilmiah

Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, mejalankan,

menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui ak-tivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, men-cipta”.Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta” (Hosnan, 2014).


(29)

13

Pendekatan Ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana di maksud meliputi beberapa langkah-langkah . Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah menurut tim penyusun (2013a) mencakup komponen mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experi-menting), menalar (associating), dan membentuk jejaring (networking). Langkah-langkah pendekatan ilmiah dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut :

Gambar 2. Tahap-tahap pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah Sumber : Tim Penyusun (2013a)

1. Mengamati (Observing)

Mengamati ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan inderanya. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan me-lalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek (Tim penyusun, 2013a).


(30)

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat pada kegiatan mengamati. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hasil pengamatan objek yang konkret sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan tersebut dapat bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana siswa di-latih mengajukan pertanyaan oleh guru, siswa tersebut masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri (Tim penyusun, 2013a)

Menurut (Hosnan, 2014) fungsi bertanya dalam pembelajaran adalah untuk mem-bangkitkan rasa ingin tau, minat dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topic pembelajaran. Serta untuk mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

3. Mencoba (Experimenting)

Tahapan tindak lanjut dari menanya adalah mencoba. Dalam hal ini, siswa meng-gali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenome-na atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi yang menjadi dasar bagi kegiatan beri-kutnya yaitu menalar. Kompetensi yang dikembangkan dalam langkah ini adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, ke-mampuan berkomunikasi, menerapkan keke-mampuan mengumpulkan informasi


(31)

me-15

lalui berbagai cara yang dipelajari mengembangkan kebiasaan belajar, dan belajar sepanjang hayat (Hosnan, 2014).

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Siswa pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan penge-tahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersi-kap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari (Tim penyusun, 2013a).

4. Mengasosiasi (Associating)

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 digunakan untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat (Hosnan, 2014).

Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan ter-jemanan dari reasonsing. Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori bela-jar asosiasi atau pembelabela-jaran asosiatif. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan pemrosesan informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan in-formasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan inin-formasi dan bahkan me-ngambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan (Tim penyusun, 2013a).


(32)

5. Mengkomunikasikan (Comunicating)

Pada pendekatan saintifik, guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Pada tahapan ini diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disususn baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama (Hosnan, 2014).

Dalam kegiatan mengkomunikasikan siswa menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasi, dan

menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru se-bagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut (Hosnan, 2014).

C. Keterampilan Membedakan

Arifin (2003) menyatakan bahwa berpikir merupakan proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Adanya kemampuan berpikir pada manusia merupa-kan pembeda yang khas antara manusia dengan binatang. Melalui berpikir, manusia dapat mencapai kemajuan yang luar biasa dan selalu berkembang dalam peradaban dan kebudayaan.

Berpikir merupakan satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Dan kemampuan berpikir merupa-kan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep (concep-tualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul (sintesis) atau


(33)

17

dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landa-san kepada suatu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan(Iskandar , 2009).

Ditinjau dari tingkat kesulitan dan kerumitannya, keterampilan berpikir dibagi menjadi dua kelompok yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan ber-pikir kompleks. Berber-pikir tingkat tinggi berbeda dengan berber-pikir biasa. Berber-pikir biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir tingkat tinggi lebih komplek dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan. Perkembangan setiap kecerdasan dapat ditransformasikan kedalam bentuk taksonomi kemampuan kognitif. Disajikan dalam bentuk tabel yang menjelaskan proses berpikir di dalam pikiran kedalam domain kecerdasan yang berbeda pada tingkat pemikiran yang berbeda berdasarkan versi sederhana taksonomi Bloom (Rustaman, 2011).

Taksonomi Bloom berisikan enam kategori pokok dengan urutan mulai dari jenjang yang rendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi, yakni: pengetahuan

(knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan (application); (4) ana-lisis (analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi (evaluation) (Anderson, 2001). Pada tahun 2001 terbit sebuah buku A Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives yang disusun oleh Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl. Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001:66-88) yakni : mengingat ( re-member), memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis ( an-alyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create) (Gunawan, 2012).


(34)

Anderson (2001) dalam buku A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A

Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives menyatakan bahwa : Analyze involves breaking material into its constituent parts and determin-ing how the parts are related to one another and to an overall structure. This process category includes the cognitive processes of differentiating, organizing, and attributing.

Analisis meliputi menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan keseluruhan strukturnya. Kategori proses ini mencakup proses kognitif yaitu membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing) dan menemukan pesan tersirat (attributting).

Lebih lanjut Anderson (2001) menyatakan bahwa membedakan (differentiating) merupakan kegiatan berpikir membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi, dan penting tidaknya. Membedakan (dif-ferentiating) berbeda dari membandingkan (comparing). Membedakan

menuntut adanya kemampuan untuk menentukan mana yang relevan/esensial dari suatu perbedaan terkait dengan struktur yang lebih besar. Sedangkan mengorgan-isasi (organizing) adalah menginindentifikasi unsur-unsur suatu kedaan dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk memben-tuk suatu struktur yang padu. Dan menemukan pesan tersirat (attributting) meli-puti ketika siswa menemukan sudut pandang, bias, dan tujuandari suatu bentuk komunikasi.

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan


(35)

19

permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang ban-yak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pela-jaran menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung (Gunawan dan Anggraini, 2012 ).

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah keterampilanmembedakan(differentiating).

D. Analisis Konsep Asam Basa

Menurut Dahar (1989), konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan ber-hubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Herron et al. (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dila-kukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi


(36)

konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh. Analisis konsep asam basa dapat dilihat pada Tabel 1 .


(37)

21

Tabel 1. Analisis Konsep Asam-Basa

Label Kon-sep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat

Subordi-nat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Larutan Larutan

adalah campuran homogen dua zat atau lebih dan masing-masing zat tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Berdasarkan sifatnya larutan dapat dibagi menjadi larutan asam, larutan basa, dan netral. Konsep konkrit Asam Basa Netral

 Jenis zat  Campuran  Koloid

 Suspensi

 Asam  Basa  Netral

Larutan HCl Larutan

NaOH Larutan

NaCl

 Air susu

Asam Asam adalah

suatu zat yang bila dilarutkan dalam air Konsep Abstrak dengan contoh konkret  Kekuatan asam  Derajat keasaman (pH)  Larutan asam  Konsentrasi

ion H+

Larutan  Larutan

basa  Larutan netral  Larutan  Kekuata n asam  Derajat keasa-man

Larutan HCl Larutan

CH3COOH

 Larutan NaCl


(38)

Label Kon-sep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat

Subordi-nat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

dapat melepaskan ion H+ (menurut teori Arrheni-us), di-mana konsen-trasi ion H+ menunjukan kekuatan asam suatu larutan yang dinyata-kan dengan dera-jat ke-asaman (pH), asam merupakan spesi yang mendonorkan proton menurut teori Bronsted-Lowry, dan menerima pasangan elektron menurut teori Lewis.  Indikator asam basa


(39)

23 Label Kon-sep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat

Subordi-nat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Basa Basa adalah

zat yang melepaskan ion -OH di dalam pelarut air menurut teori Arrheni-us, konsentrasi ion OH- menunjukkan kekuatan basa yang dinyatakan dengan derajat pOH yang berkaitan dengan pKw atau spesi spesi yang menerima proton menurut Bronsted-Lowry, dan melepaskan pasangan elektron Konsep Abstrak dengan contoh konkret pOH pKw Indikator asam –basa  Larutan basa 

Konsentra-si ion -OH

 Larutan  Larutan

asam  Larutan netral  Larutan elektrolit  Basa kuat  Basa lemah  Larutan NaOH  Larutan

NH4OH

 Larutan C6H12O6


(40)

Label Kon-sep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat

Subordi-nat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

menurut Lew-is. Kekuatan asam basa Kemampuan spesi asam atau basa untuk menghasilkan Konsep abstrak  Asamkuat  Asam lemah  Basa kuat  Basa lemah  Derajat

 Konsentra-si ion H+ 

Konsentra-si ion -OH

 Larutan Asam  Larutan

ba-sa  Konsep pH,pOH dan pKw  Tetapan kesetim-bangan air (Kw)  Derajat

 Asam kuat = H2SO4

 Basa kuat = NaOH

 Asam kuat=CH3CO

OH  Basa kuat =


(41)

25 Label Kon-sep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat

Subordi-nat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

ion H+ atau ion

-OHdalam air yang bergan-tung pada derajat keasa-man (pH), derajat ionisasi, besarnya tetapan ionisasi asam maupun tetapan ionisasi basa, dapat dibagi menjadi asam kuat, asam lemah, basa kuat dan basa lemah

keasaman  Derajat

ion-isasi  Ka  Kb ionisasi  Tetapan ionisasi asam (Ka)  Tetapan ionisasi basa (Kb)

pH Derajat

ke-asaman suatu larutan yang bergantung pada kon-sentrasi ion H+ Konsep abstrak contoh konkrit  Derajat keasaman (pH)  Konsentra-si ion H+  Nilai pH

 Asam basa Arrhenius  pOH  pKw Indikator asam basa  pH CH3COO

H0,1 M = 3

pH

CH3COOH0,


(42)

Label Kon-sep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat

Subordi-nat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

pOH Parameter

untuk menyatakan konsentrasi -OH. pOH berkaitan dengan pH dan tetapan kesetimbanga n air (Kw)

Konsep abstrak contoh konkrit  pH  Kw Konsentrasi ion –OH Nilai pOH

 Asam basa Arrhenius  pH  pKw Indikator asam basa  pOH NaOH 1M 0,01 = 2

pH CH3COOH

0,1 M =3

Tetapan Kesetimban gan air Tetapan kesetimbanga n untuk kesetimbanga n air Konsep abstrak  Kesetim-bangan air Konsentrasi ion H+ Konsentrasi

ion -OH

 Kesetim-bangan laru-tan

 Ka  Kb

pKw  Kw pada

suhu 250C = 1x10-14

Ka asam asetat 1x10-5

pKw Besaran yang

menyatakan hubungan pH dan pOH larutan Konsep abstrak

 pKw pH

pOH  Tetapan Kesetim-bangan air (Kw)  pH  pOH

-  pKw = 14 pH

CH3COOH

0,1 M =3

Asam kuat Asam yang dapat terion-isasi sempur-na dalam

Konsep abstrak

ionisasi sem-purna

Jenis laru-tan asam

 Kekuatan asam basa

 Asam lemah  Basa kuat  Basa lemah


(43)

27 Label Kon-sep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat

Subordi-nat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

larutannya Asam lemah Asam yang

dalam larutannya terionisasi sebagian, konsentrasi ion H+ hanya dapat diten-tukan jika tetapan ion-isasi asam (Ka) juga diketahui.

Konsep abstrak

Ka Jenis

laru-tan asam

 Kekuatan asam basa

 Asam

kuat  Basa kuat  Basa lemah

-  CH3 COOH  HCl

Basa kuat Basa yang dapat terion-isasi sempur-na dalam larutannya Konsep abstrak

Ionisasi sem-purna

Jenis laru-tan asam

 Kekuatan asam basa

 Asam lemah  Asam kuat  Basa lemah

-  NaOH  NH4OH

Basa lemah Basa yang dalam laru-tannya terion-isasi sebagi-an, konsen-trasi ion OH- hanya dapat ditentukan

Konsep abstrak

Kb Jenis

laru-tan asam

 Kekuatan asam basa

 Asam kuat  Asam lemah  Basa kuat


(44)

Label Kon-sep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat

Subordi-nat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

jika tetapan ionisasi basa (Kb) juga diketahui Derajat Ionisasi Istilah yang digunakan untuk menyatakan perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah zat mula-mula Konsep abstrak

 Ionisasi laru-tan

 Jumlah zat yang men-gion  Jumlah zat

mula-mula

 Larutan el-ektrolit  Kekuatan asam  Tetapan ionisasi asam (Ka)  Tetapan ionisasi basa (Kb)

-  Derajat

ionisasi larutan HCl men-dekati 1  Derajat ionisasi CH3COOH

mendekati 1 Tetapan ionisasi asam (Ka) Tetapan kesetimbangan untuk ionisasi asam lemah Konsep abstrak

 Ionisasi asam lemah

 Nilai teta-pan kesetim-bangan asam lemah

 Larutan el-ektrolit  Kekuatan asam  Tetapan ionisasi basa (Kb)  Derajat ionisasi

-  Ka asam

asetat 1,8 x 10-5

 Kb larutan amonia 1,8 x 10-5 Tetapan ionisasi basa (Kb) Tetapan kesetimbangan untuk ionisasi basa lemah Konsep abstrak

 Ionisasi basa lemah

 Nilai teta-pan kesetim-bangan ba-sa lemah

 Larutan el-ektrolit  Kekuatan asam  Tetapan ionisasi asam (Ka)  Derajat ionisasi

-  Kb

amonia 1,8 x 10-5

 Ka asam asetat 1,8 x 10-5


(45)

29

E. Kerangka Pemikiran

Tahap awal pada pembelajaran dengan pendekatan ilmiah adalah mengamati. Siswa diberikan kesempatan untuk mengamati fenomena-fenomena yang berkai-tan dengan materi. Kemudian siswa diminta untuk memahami, mengidentifikasi dan menemukan data berdasarkan fenomena tersebut. Dengan melakukan peng-amatan fenomena secara langsung siswa dilatihkan untuk mampu membedakan fakta dengan pendapat dari suatu peristiwa yang terjadi.Pada proses pembelajaran ini misalnya siswa diminta untuk mengamati beberapa larutan yang sering

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Setelah melakukan pengamatan terhadap fenomena yang terjadi siswa akan menemukan hal-hal yang tidak mereka pahami sehingga dalam diri siswa muncul berbagai masalah-masalah.

Masalah yang muncul setelah siswa melakukan pengamatan kemudian dituliskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pada tahap menanya. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul akan dicari jawabannya pada tahap selanjutnya yaitu tahap mencoba. Dalam tahap mencoba siswa menggali informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara seperti melakukan percobaan, merancang, membaca berbagai buku dan memperhatikan fenomena atau objek dengan lebih teliti. Pada pembelajaran ini misalnya siswa melakukan percobaan untuk mengetahui sifat suatu larutan dengan menggunakan kertas lakmus atau siswa merancang suatu percobaan, dengan cara menentukan variabel-variabel pada percobaan, mengendalikan varia-bel, merancang prosedur percobaan dan menentukan alat serta bahan percobaan. Melalui kegiatan ini siswa akan dilatihkan untuk menemukan perbedaan dari suatu fenomena yang terjadi selama melakukan percobaan, dan membedakan


(46)

variabel-variabel pada percobaan yang merupakan indikator keterampilan mem-bedakan. Pada tahap ini keterampilan membedakan siswa di latihkan. Sehingga diperoleh berbagai informasi yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan pada tahap selanjutnya.

Tahap selanjutnya adalah menalar, pada tahap ini siswa akan memproses berbagai informasi yang telah mereka dapatkan dari tahap mencoba, siswa menentukan keterkaitan antara satu informasi dengan informasi lainnya, dan menarik berbagai kesimpulan dari penyelesaian suatu permasalahan atau pertanyaan. Pada pem-belajaran ini misalnya setelah siswa melakukan percobaan untuk mengetahui sifat larutan, siswa akan diminta untuk membedakan sifat larutan asam dan basa ber-dasarkan perubahan warna pada kertas lakmus atau setelah siswa melakukan percobaan penentuan indikator alami, kemudian siswa akan diminta untuk mem-bedakan bahan alami yang dapat digunakan sebagai indikator. Melalui kegiatan ini siswa dilatih untuk bekerjasama dan berdiskusi serta dilatihkan untuk

menemukan perbedaan dari suatu fakta atau pendapat serta membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu informasi berdasarkan relevansi, fungsi atau penting tidaknya, yang merupakan indikator keterampilan membedakan. Langkah ini akan melatih keterampilan membedakan siswa.

Tahap terakhir adalah mengkomunikasikan. Pada tahap ini siswa menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil diskusi yang mereka lakukan dengan kelompok-nya kepada orang lain melalui presentasi kelas. Pada tahap ini siswa juga diminta untuk memeberikan tanggapan terhadap hasil presentasi temannya dengan sopan.


(47)

31

Pembelajaran kimia yang demikian akan memberikan pengalaman belajar lang-sung kepada siswa sehingga dapat menemukan produk kimia berupa konsep, hukum, dan teori, serta mengkaitkan dan menerapkannya pada konteks kehidupan nyata, serta dapat meningkatkan sikap ilmiah serta keterampilan membedakan siswa. Dengan berpikir jika pembelajaran kimia yang seperti ini diterapkan pada pembelajaran di kelas diharapkan dapat mengembangkan pemahaman siswa ter-hadap materi asam basa dan dapat meningkatkan atau mendorong keterampilan membedakan siswa dibandingkan dengan penguasaan kompetensi dan kemam-puan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keterampilan membedakan pada ma-teri asam basa siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 1 Pringsewu tahun pelajaran 2014-2015 diabaikan.

2. Perbedaan keterampilan membedakan pada materi asam basa semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

G. Hipotesis

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah pendekatan ilmiah pada materi asam basa efektif dalam meningkatkan keterampilan membedakan.


(48)

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pring-sewu tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 166 siswa dan tersebar dalam lima kelas, yaitu kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5. Kemudian dari populasi tersebut diambil 2 kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.

Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalahpurposive sampling. Purposive samplingyaitu teknik pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan (berdasarkan saran dari ahli) (Sudjana, 2005).

Berdasarkan informasi dari guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik siswa di SMA Negeri 1 Pringsewu dan dengan pertimbangan tingkat kognitif yang sama, maka didapatkan kelas XI IPA1dan XI IPA2sebagai sampel penelitian. Kelas

XI IPA1sebagai kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan

pende-katan ilmiah dan kelas XI IPA2sebagai kelas kontrol yang menggunakan


(49)

33

B. Data Penelitian

Data utama dalam penelitian ini berupa data keterampilan membedakan sebelum penerapan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (pretes) dan sesudah penerapan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (postes). Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol.

Adapun data pendukung penelitian yaitu data afektif siswa, data psikomotor siswa, data kinerja guru, dan data pendapat siswa tentang pembelajaran asam basa.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dan menggunakanNon Equivalent Control Group Design (Creswell, 1997) yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Desain penelitian

Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1).

Kemu-dian pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2).


(50)

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dan pembelajaran konvensional. Adapun variabel terikat yaitu keterampilan membedakan pada materi asam basa siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pringsewu.

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Dalam peneli-tian ini, instrumen yang digunakan berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelaja-ran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia yang menggunakan pendekatan ilmiah pada materi asam basa sebanyak 6 LKS, soal pretes dan postes yang berupa soal urai-an yurai-ang mengukur keterampilurai-an membedakurai-an, lembar penilaiurai-an afektif siswa , lembar penilaian psikomotor siswa, lembar observasi kinerja guru dan angket penda-pat siswa tentang pendekatan ilmiah pada materi asam basa.

Data penelitian yang diperoleh harus sahih atau dapat dipercaya, oleh sebab itu ins-trumen yang digunakan harus valid. Dengan kata lain suatu insins-trumen dikatakan va-lid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian instrumen yang digunakan pada


(51)

35

penelitian ini adalah validitas isi. Pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judg-ment. Oleh karena dalam melakukanjudgmentdiperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing yaitu Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si. dan Ibu Lisa Tania, S.Pd. , M.Sc. untuk memvalidasinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini:

Gambar 3. Prosedur pelaksanaan penelitian Kelas Kontrol Dengan

Pembelajaran Konvensional

Observasi Pendahuluan

1. Menentukan Populasi dan Sampel 2. Mempersiapkan Perangkat

Pembelajaran dan Pembuatan Instrumen

3. Validasi Instrumen

Pretes

Analisis Data

Pembahasan dan kesimpulan Postes

Kelas Eksperimen Dengan Pendekatan Ilmiah


(52)

Berdasarkan gambar tersebut, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi pendahuluan

a. Mengajukan permohonan izin kepada kepala SMA Negeri 1 Pringsewu untuk melaksanakan penelitian

b. Melakukan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan infor-masi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksa-naan penelitian.

c. Menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan karakteristik mate-ri yang cocok untuk diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan ilmiah d. Menentukan dua kelas sebagai sampel penelitian.

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : a. Tahap persiapan

Menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembe-lajaran di kelas, antara lain analisis Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar, analisis konsep, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), kisi-kisi soal pretes dan postes, soal pretes dan postes, lembar penilaian afektif siswa, lembar penilaian psikomotor siswa, lembar observasi kinerja guru, dan angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi asam basa.


(53)

37

b. Tahap pelaksanaan penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian, urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :

1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi asam basa sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

3) Memberikan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

4) Tabulasi dan menganalisis data

G. Teknik Analisis Data, Pengujian Hipotesis, dan Pengolahan Data Respon

a. Teknik analisis data

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

1. Mengubah skor menjadi nilai

Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan membedakan dirumuskan sebagai berikut:

100 x maksimal

skor Jumlah

diperoleh yang

jawaban skor

Jumlah siswa


(54)

Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitungn-Gainyang selanjutnya digunakan uji hipotesis.

2. Menghitungn-Gaindari nilai siswa

Untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas, maka dilaku-kan analisis nilaigainternormalisasi. Rumusn-Gain(g) menurut Hake dalam

Yusnita (2014) adalah sebagai berikut:

n-Gain(g) =

Nilaimaksimumideal-NilaiPretes

Pretes Nilai -Postes Nilai

...(2)

b. Pengujian hipotesis

1. Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah pada awalnya ke-dua kelas penelitian memiliki keterampilan membedakan yang sama atau berbeda pada materi pokok asam basa antara pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dengan pembelajaran konvensional. Sebelum uji kesamaan dua rata-rata, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kelas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, yang selanjutnya untuk menentukan statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Untuk uji normalitas dapat menggunakan uji Chi-Kuadrat (Sudjana, 2005).


(55)

39

Hipotesis

H0: kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: kedua sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Statistik uji

2 =

(

)

...(3)

Keterangan :

Oi= frekuensi pengamatan

Ei= frekuensi yang diharapkan

Keputusan uji

Terima H0jika < ( )( ) atau < dengan taraf nyata 0,05.

Dalam hal lainnya H0ditolak.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi bahwa sampel penelitian memiliki varians homogen atau tidak, yang selanjutnya untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Menurut Sudjana (2005) untuk menguji homogenitas varians dapat menggunakan uji F.

Hipotesis

H = (kedua sampel penelitian memiliki varians yang homogen) H (kedua sampel penelitian memiliki varians yang tidak homogen)


(56)

Statistik uji

F =S S

Atau F = varians terbesar varians terkecil

...(4)

S = (x x) n 1

...(5)

Keterangan :

S = simpangan baku x = nilai pretes

x= rata-rata nilai pretes n = jumlah siswa Kriteria uji

Terima H0hanya jikaF < F½ ( , )atauF < F dengan taraf nyata 0,05.

Dalam hal lainnya tolak H0.

c. Uji statistik Rumusan hipotesis:

H0: µ1x= µ2x : Rata-rata pretes keterampilan membedakan siswa dikelas eksperimen

sama dengan rata-rata pretes keterampilan membedakan siswa dikelas kontrol pada materi asam basa.

H1: µ1x≠ µ2x : Rata-rata pretes keterampilan membedakan siswa dikelas eksperimen

tidak sama dengan rata-rata pretes keterampilan membedakan siswa dikelas kontrol pada materi asam basa.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata nilai pretes pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan

pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah

µ2 : Rata-rata nilai pretes pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan

pembelajaran konvensional. x : keterampilan membedakan


(57)

41

Dalam Sudjana (2005) dengan rumus sebagai berikut:

t = dengan S = ( ) ( )

Keterangan:

thitung= Kesamaan dua rata-rata.

= Rata-rata nilai pretes keterampilan membedakan pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. = Rata-rata nilai pretes keterampilan membedakan pada materi asam basa pada

kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.

= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan

pen-dekatan ilmiah.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dengan kriteria uji : Terima H0jika thitung< t (1-α) denganderajat kebebasan d(k) = n1

+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan tarafsignifikan α =

5% peluang (1-α ).

3. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dalam meningkatkan keterampilan

membedakan pada siswa XI IPA SMA Negeri 1 Pringsewu dengan uji-t. Sebelum uji perbedaan dua rata-rata dengan uji-t, dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kelas sampel berasal dari ...(6)


(58)

populasi yang berdistribusi normal atau tidak, yang selanjutnya untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Untuk uji normalitas yang dapat menggunakan uji Chi-Kuadrat (Sudjana, 2005).

Hipotesis

H0:kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1:kedua sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Statistik uji

2 =

(

)

...(7)

Keterangan :

Oi= frekuensi pengamatan

Ei= frekuensi yang diharapkan

Keputusan uji

Terima H0jika < ( )( ) atau < dengan taraf nyata 0,05.

Dalam hal lainnya H0ditolak.

a. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi bahwa sampel penelitian memiliki varians homogen atau tidak, yang selanjutnya untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Menurut Sudjana (2005) untuk menguji homogenitas varians dapat menggunakan uji F.

Hipotesis


(59)

43

H (kedua sampel penelitian memiliki varians yang tidak homogen) Statistik uji

F =S

S Atau F =

varians terbesar varians terkecil

...(8)

S = (x x) n 1

...(9)

Keterangan :

S = simpangan baku x = nilain-Gain

x= rata-rata nilain-Gain n = jumlah siswa

Kriteria uji

Terima H0hanya jikaF < F½ ( , )atauF < F dengan taraf nyata 0,05.

Dalam hal lainnya tolak H0.

b. Uji statistik Rumusan hipotesis:

H0 : Rata-ratan-Gainketerampilan membedakan pada materi asam basa

dengan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah lebih rendah atau sama dengan rata-ratan-Gainketerampilan membedakan dengan

pembelajaran konvensional. H0: µ1x≤ µ2x

H1 : Rata-ratan-Gainketerampilan membedakan pada materi asam basa

dengan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah lebih tinggi dari pada rata-ratan-Gainketerampilan membedakan dengan pembelajaran konvensional.


(60)

H1: µ1x> µ2

Keterangan:

µ1 = Rata-ratan-Gainketerampilan membedakan pada materi asam basa pada

kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. µ2 = Rata-ratan-Gainketerampilan membedakan pada materi asam basa pada

kelas dengan pembelajaran konvensional x = keterampilan membedakan

Data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik melalui uji-t (Sudjana, 2002):

t = dengan S = ( ) ( )

Keterangan:

thitung= Perbedaan dua rata-rata.

= Rata-ratan-Gainketerampilan membedakan siswa pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. = Rata-ratan-Gainketerampilan membedakan siswa pada materi asam basa

pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku gabungan.

= Jumlahsiswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.

= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan

pen-dekatan ilmiah.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dengan kriteria pengujian:terima H0jika t < t1-αdengan derajat kebebasan d(k) = n1+

n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α =

5% peluang (1– α).

c. Pengolahan Data Respon

Angket digunakan untuk mengumpulkan data respon siswa kelas eksperimen terha-...(10)


(61)

45

dap pembelajaran dengan pendekatan ilmiah pada materi asam basa. Angket dibagikan setelah pembelajaran asam basa berakhir. Adapun langkah-langkah pembuatan angket adalah membuat kisi-kisi angket. Lalu angket disusun dalam bentuk pernyataan positif dan kolom skala yang akan diisi oleh siswa dengan menuliskan ceklis. Adapun pernyataan-pernyataan positif dibagi menjadi lima indikator yaitu senang, usaha yang dilakukan, rasa ingin tahu, fokus, dan keterampilan berpikir.

Kolom ceklis pada angket terdiri dari 5 kolom, menggunakan skala likert dengan rentang nilai 1-5 dengan kriteria positif 5 untuk jawaban sangat setuju, 4 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban kurang setuju, 2 untuk jawaban tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Skor jawaban angket untuk tiap pernyataan masih berupa data ordinal. Dalam statistik biasanya harus menggunakan data berskala interval. Oleh sebab itu harus data ordinal harus diubah terlebih dahulu menjadi data interval dengan menggunakanMethod of Successive Interval(MSI) pada Ms. Excel 2007 (Sarwono, 2012). Berikut ini merupakan tahap-tahap mengubah data ordinal menjadi data interval:

1. Menentukan jumlah responden yang menjawab skor 1,2,3,4,5 dari setiap butir pertanyaan pada angket.

2. Menentukan proporsi yaitu setiap frekuensi yang dibagi dengan banyaknya responden.

3. Menentukan proporsi kumulatif.


(62)

5. Menentukan nilai densitas untuk setiap nilai z yang diperoleh. 6. Menentukan nilai skala (NS) dengan rumus :

...(11) 7. Menentukan nilai transformasi berupa nilai interval.

8. Menentukan nilai per indikator dengan rumus:

Nilai per indikator = x 100 ...(12)

9. Mengkategorikan nilai siswa dengan kriteria sebagai berikut: 1) Jika nilai siswa antara 76-100 maka tinggi

2) Jika nilai siswa antara 56-75 maka sedang

3) Jika nilai siswa kurang dari sama dengan 55 maka rendah (Arikunto, 1992)

10. Menentukan jumlah siswa per kategori.

11. Menentukan persentase kategori dengan rumus:


(63)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-ratan-Gainketerampilan membedakan pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah lebih tinggi dari kelas yang diterapkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional di SMA Negeri 1 Pringsewu.

2. Pendekatan ilmiah efektif dalam meningkatkan keterampilan membedakan pada materi asam basa.

3. Keterampilan membedakan dilatihkan pada tahap mengamati, mencoba dan menalar.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah dapat dipakai sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi asam basa dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama


(64)

2. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian ini diharapkan untuk lebih memperhatikan alokasi waktu pada masing-masing pertemuan sehingga pembelajaran lebih maksimal.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2013.Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Refika Aditama. Bandung

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning,

Teaching, and Assesing:A Revisionof Bloom’s Taxonomy ofEducational Objectives. Addison Wesley Longman, Inc. New York,

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Arifin, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia

FPMIPA UPI. Bandung.

Arikunto, S. 1992.Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

________. 1997. Penilaian Program Pendidikan(Edisi Ketiga). Bina Aksara. Jakarta.

________. 2012.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Bumi Aksara. Jakarta

Craswell, J.W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Thousand Oaks-London-New.Sage Publications. New Delhi.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI Bandung. Bandung.

Gunawan, dan Anggraini Retno Palupi. 2012. Taksonomi Bloom Revisi Ranah Kognitif : Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran Pengajaran dan Penilaian.Jurnal PGSD vol.2 no.2. Madiun Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI. Madiun. [online] ejournal. ikippgrimadiun. ac.id/id/ node/405

Gunawi,W. 2014. Penggunaan PendekatanScientificpada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Sensitivitas Siswa. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor.


(66)

Iskandar. 2009 . Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Persada Press. Jakarta.

Liliasari. 2007. Scientific Concepts and Generic Science Skills Relationship In The 21stCentury Science Education. Seminar Proceeding of The First International Seminar of Science Education., 27 October 2007. Bandung. 13-18.

Nurhadi, B.Y. dan Senduk, A.G. 2002. Pembelajran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.Universitas Negeri Malang. Malang.

Nugroho, A.C.S dan Irwan N. 2008.Bertualang Di Dunia Kimia.Pustaka Intan Madani. Yogyakarta.

Prilianti, Ratna. 2014.Keterampilan Proses Sebagai Penerapan Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran IPA. Balai Diklat Keagamaan Semarang. Semarang

Rustaman, N Y. 2011.Pendidikandan Penelitian Sains Dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Untuk Pembangunan Karakter. Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi.Prosiding Seminar vol 8 no 1. Bandung. 8 [online] jurnal.fkip. uns.ac.id /index.php /prosbio /article/view /748

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Salirawati, D. 2010.Optimalisasi Pendidikan Nilai/Karakter Dalam Pendidikan Kimia Masa Depan. Seminar Pendidikan Nasional Kimia UNY.

Yogyakarta

Sari, A. N. 2014. Pembelajaran Pendekatan Ilmiah Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil Siswa Materi Asam Basa. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sarwono, J. 2012.Mengubah Data Ordinal ke Data Interval dengan Metode Suksesif Interval. [Online]. http://jonathansarwono.info/teori/msi.pdf. Diakses pada 20 Februari 2015.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika. PT. Tarsito. Bandung.

_________. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sudrajat, A. 2013. Pendekatan Ilmiah Dalam Proses Pembelajaran. [online]

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/07/18/pendekatan saintifikilmiahdalam-proses-pembelajaran/. Diakses pukul 09.30am tanggal 19 April 2015


(67)

71

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Penerbit Alfabeta. Bandung.

Sunyono. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi(Model SiMaYang). Aura press. Bandar Lampung

Syamsuri, M. M. F. 2011. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia melalui Representasi Makroskopis dan Mikroskopis.Skripsi. FKIP Unila. Bandar lampung

Tim Penyusun. 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

___________. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP. Jakarta ___________. 2013 a. Standar proses Pendekatan Ilmiah. Kemdikbud. Jakarta. ___________. 2013 b. Rasional Kurikulum 2013. Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013c . Rambu-rambu Penyusunan RPP. Kemdikbud. Jakarta. ___________. 2013 d. Standar Kompetensi Lulusan(SKL),Kompetensi Inti(KI),

Kompetensi Dasar(KD). Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013 e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah.Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013 f.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum.Kemendikbud. Jakarta Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

___________. 2010.Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progresif : Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Yusnita, N. 2014. EfekrtivitasProblem Solvingpada Materi Asam Basa dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes.Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.


(1)

46

5. Menentukan nilai densitas untuk setiap nilai z yang diperoleh. 6. Menentukan nilai skala (NS) dengan rumus :

...(11) 7. Menentukan nilai transformasi berupa nilai interval.

8. Menentukan nilai per indikator dengan rumus:

Nilai per indikator = x 100 ...(12)

9. Mengkategorikan nilai siswa dengan kriteria sebagai berikut: 1) Jika nilai siswa antara 76-100 maka tinggi

2) Jika nilai siswa antara 56-75 maka sedang

3) Jika nilai siswa kurang dari sama dengan 55 maka rendah (Arikunto, 1992)

10. Menentukan jumlah siswa per kategori.

11. Menentukan persentase kategori dengan rumus:


(2)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-ratan-Gainketerampilan membedakan pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah lebih tinggi dari kelas yang diterapkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional di SMA Negeri 1 Pringsewu.

2. Pendekatan ilmiah efektif dalam meningkatkan keterampilan membedakan pada materi asam basa.

3. Keterampilan membedakan dilatihkan pada tahap mengamati, mencoba dan menalar.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah dapat dipakai sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi asam basa dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama


(3)

68

2. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian ini diharapkan untuk lebih memperhatikan alokasi waktu pada masing-masing pertemuan sehingga pembelajaran lebih maksimal.


(4)

Abidin, Y. 2013.Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Refika Aditama. Bandung

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning,

Teaching, and Assesing:A Revisionof Bloom’s Taxonomy ofEducational Objectives. Addison Wesley Longman, Inc. New York,

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Arifin, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia

FPMIPA UPI. Bandung.

Arikunto, S. 1992.Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

________. 1997. Penilaian Program Pendidikan(Edisi Ketiga). Bina Aksara. Jakarta.

________. 2012.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Bumi Aksara. Jakarta Craswell, J.W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches.

Thousand Oaks-London-New.Sage Publications. New Delhi.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI Bandung. Bandung.

Gunawan, dan Anggraini Retno Palupi. 2012. Taksonomi Bloom Revisi Ranah Kognitif : Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran Pengajaran dan Penilaian.Jurnal PGSD vol.2 no.2. Madiun Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI. Madiun. [online] ejournal. ikippgrimadiun. ac.id/id/ node/405

Gunawi,W. 2014. Penggunaan PendekatanScientificpada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Sensitivitas Siswa. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor.


(5)

70

Iskandar. 2009 . Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Persada Press. Jakarta.

Liliasari. 2007. Scientific Concepts and Generic Science Skills Relationship In The 21stCentury Science Education. Seminar Proceeding of The First International Seminar of Science Education., 27 October 2007. Bandung. 13-18.

Nurhadi, B.Y. dan Senduk, A.G. 2002. Pembelajran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.Universitas Negeri Malang. Malang.

Nugroho, A.C.S dan Irwan N. 2008.Bertualang Di Dunia Kimia.Pustaka Intan Madani. Yogyakarta.

Prilianti, Ratna. 2014.Keterampilan Proses Sebagai Penerapan Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran IPA. Balai Diklat Keagamaan Semarang. Semarang

Rustaman, N Y. 2011.Pendidikandan Penelitian Sains Dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Untuk Pembangunan Karakter. Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi.Prosiding Seminar vol 8 no 1. Bandung. 8 [online] jurnal.fkip. uns.ac.id /index.php /prosbio /article/view /748

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Salirawati, D. 2010.Optimalisasi Pendidikan Nilai/Karakter Dalam Pendidikan Kimia Masa Depan. Seminar Pendidikan Nasional Kimia UNY.

Yogyakarta

Sari, A. N. 2014. Pembelajaran Pendekatan Ilmiah Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil Siswa Materi Asam Basa. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sarwono, J. 2012.Mengubah Data Ordinal ke Data Interval dengan Metode Suksesif Interval. [Online]. http://jonathansarwono.info/teori/msi.pdf. Diakses pada 20 Februari 2015.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika. PT. Tarsito. Bandung.

_________. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sudrajat, A. 2013. Pendekatan Ilmiah Dalam Proses Pembelajaran. [online]

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/07/18/pendekatan saintifikilmiahdalam-proses-pembelajaran/. Diakses pukul 09.30am tanggal 19 April 2015


(6)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Penerbit Alfabeta. Bandung.

Sunyono. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi(Model SiMaYang). Aura press. Bandar Lampung

Syamsuri, M. M. F. 2011. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia melalui Representasi Makroskopis dan Mikroskopis.Skripsi. FKIP Unila. Bandar lampung

Tim Penyusun. 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta ___________. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP. Jakarta ___________. 2013 a. Standar proses Pendekatan Ilmiah. Kemdikbud. Jakarta. ___________. 2013 b. Rasional Kurikulum 2013. Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013c . Rambu-rambu Penyusunan RPP. Kemdikbud. Jakarta. ___________. 2013 d. Standar Kompetensi Lulusan(SKL),Kompetensi Inti(KI),

Kompetensi Dasar(KD). Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013 e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah.Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013 f.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum.Kemendikbud. Jakarta Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

___________. 2010.Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progresif : Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Yusnita, N. 2014. EfekrtivitasProblem Solvingpada Materi Asam Basa dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes.Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.