45
3.2 Verba Tataku
Cuplikan 1 まっか に 売れた トマト 見てえによ, ケチャップ を かぶった 見てえによ。
叩き Ashita no Jyo Vol 10. 1971: 168
つぶすことだってできるってところを、この 場 で 見せてやらあ。
Makka ni ureta tomato mitee ni yo, kechappu wo kabutta mitee ni yo. Tataki
Terlihat seperti tomat merah yang dijual, seperti tersiram kecap. Akan kubuktikan pada kondisi ini, aku bisa
tsubusu koto datte dekiru tte tokoro wo, kono ba de misete yaraa.
menghajarnya Analisis
.
Cuplikan ini diambil dari komik Ashita no Jyo Vol 10. Kalimat ini diucapkan oleh Jyo tokoh utama ketika sedang dihajar sampai babak belur oleh
lawan tandinggnya Taiga Ozaki. Situasi yang terjadi adalah Jyo dipukul habis- habisan sehingga ia mengumpamakan dirinya yang sudah babak belur seperti
tomat merah dan seperti tersiram kecap seperti yang ia katakan pada cuplikan di atas.
Pemakaian verba Tataku pada cuplikan di atas dirasa tepat. Karena sesuai yang dikatakan oleh Kindaichi bahwasanya Tataku adalah memukul
dengan terus menerus. Memukul lagi. Mengalihkan, lalu menghajar. Memukul sampai jatuh. Menghajar habis-habisan. Yang mana kata-kata seperti ‘tomat
merah’ dan ‘tersiram kecap’ tersebut menggambarkan kondisi wajah Jyo yang sudah babak belur dihajar sampai jatuh, dihajar habis-habisan, merah berdarah
Universitas Sumatera Utara
46
dan babak belur layaknya tomat merah dan tersiram kecap, namun ia ingin membuktikan meskipun dengan kondisi yang sudah babak belur, ia masih bisa
menghajar lawan tandingnya.
Cuplikan 2 タイガー、あの 虫類 の 面 を 今度こそ 確実に 叩き
Ashita no Jyo Vol 10. 1971: 178 つぶして 見せるっ
Taiga~~. Ano chuurui no tsura wo kondo koso kakujitsu ni tataki
Taiga~. Lain kali pasti akan ku tsubushite
miseru. hajar
Analisis wajah serangga itu.
Cuplikan tersebut diambil dari komik yang sama seperti pada cuplikan ke 1 di atas. Kata-kata ini diucapkan oleh Jyo ketika ia mengalami kekalahan
TKO pada pertandingan melawan Taiga. Kekalahan Jyo dikarenakan sang pelatih melemparkan handuk putih ketengah ring tinju yang berarti menyerah saat
pertandingan memasuki ronde akhir, dan kemenangan menjadi milik Taiga. Ketidakpuasan Jyo terlihat jelas pada kutipan kata-kata tersebut dengan
mengatakan “kuhajar wajah serangga itu”. Kata-kata yang penuh dengan emosi, dan rasa amarah. Oleh karena itu, penggunaan verba Tataku pada cuplikan kalimat
di atas sudah tepat karena sesuai dengan pendapat dari Kai Bukurou yang mengatakan bahwa salah satu makna dari verba Tataku adalah mencela. Serta
Universitas Sumatera Utara
47
didukung oleh pendapat dari Kindaichi yang mengemukakan bahwa Tataku adalah Memukul sampai jatuh. Menghajar habis-habisan.
Cuplikan 3 追い込み が まるで 甘いし だいいち やつの 目 が うつろだ。一 ニラウン
ド で 叩いた
Oikomi ga marude amaishi, daiichi yatsu no me ga utsuro da. Ichi ni raundo de
やつ が 今 に なって きやがったのか Ashita no Jyo Vol 10. 1971: 224
tataita Spertinya akan gampang hingga babak terakhir, matanya juga sudah kosong. Dia
yang sudah yatsu ga ima ni natte kiyagatta no ka
kupukuli
Analisis dari ronde satu dan dua, apakah dia ingin menjadi seperti ini
terus?
Cuplikan wacana ini diambil dari perkataan seorang tokoh yang bernama Harajima yang menjadi lawan tanding Jyo. Kalimat ini diucapkan ketika
Jyo sudah babak belur dihajar oleh Harajima didalam pertandingan, namun Jyo tidak kunjung menyerah. Berkali-kali dipukul jatuh oleh Harajima, Jyo tetap
kembali bangkit. Pemakaian verba Tataku pada kalimat di atas sudah benar, karena dalam wacana di atas, Harajima seolah ingin menggambarkan keadaan Jyo
yang meskipun sudah dihajar terus-menerus di ronde satu dan dua, tapi dia tetap kembali bangkit. Dapat dirasakan bahwa tersirat nuansa pukulan yang terus-
menerus atau berkelanjutan yang dilakukan oleh Harajima kepada Jyo, sehingga
Universitas Sumatera Utara
48
ia pun berkata demikian. Hal tersebut sudah sesuai dengan pendapat dari Izuhara Shouji yang menyatakan bahwa Tataku adalah memukul objek satu kali atau pun
berkali-kali dengan tangan atau alat. Lalu didukung juga oleh pendapat dari Susumu Ono yang mengatakan bahwa Tataku adalah memukul dengan
berkelanjutan atau terus-menerus. Cuplikan 4
京都 大学 霊長類 研究所 の 松沢 哲郎 教授 によれば、拍手 が 成立す る ためには、二つ の 条件 が 必要で、ひとつ は 手 が自由 に 使える
こと、もうひとつ は、手 を 叩くという 行為に 何らかの 意味 を 持た せることが 出来る ことであり、この 条件 が 揃うことで 拍手 が 成立
するという。その 意味 で 霊長類 も 餌を要求するときなど 相手の気を 引く目的で手を叩く。
http:ja.wikipedia.orgwikiE68B8DE6898B
Kyoto daigaku reichourui kenkyuujou no Matsusawa Tetsurou kyoujuu ni yoreba, hakushu ga seiritsusuru tame ni wa, futatsu no jouken ga hitsuyou de, hitotsu wa
te ga jiyuu ni tsukaeru koto, mou hitotsu wa te wo tataku to iu koui ni nanraka no imi wo motaseru koto ga dekiru koto de ari, kono jouken ga sorou koto de
hakushu ga seiritsusuru to iu. Sono imi de reichourui mo esa wo youkyuu suru toki nado aite no ki wo hiku mokuteki de te wo tataku
Menurut Professor Matsusawa Tetsurou dari laboratorium primata Universitas Kyoto, agar terjadi tepuk tangan diperlukan dua syarat, pertama adalah tangan
yang bebas digunakan untuk bertepuk tangan, kemudian dapat memberikan suatu arti pada saat melakukan tepuk tangan, dengan lengkapnya syarat ini, maka tepuk
.
Universitas Sumatera Utara
49
tangan akan terjadi. Dengan begitu, primata pun akan bertepuk tangan ketika
meminta makanan ataupun saat menarik perhatian temannya. Analisis
Cuplikan ini diambil dari wacana yan berjudul 拍手 の 成立 要 因 Hakushu no Seiritsu Youin yang berarti Faktor Penyebab adanya Tepuk Tangan.
Wacana ini pada dasarnya menjelaskan tentang penyebab terjadinya tepuk tangan yang dilakukan oleh para primata yang diteliti oleh Profesor Matsusawa Tetsurou
di laboratoriumnya di Universitas Kyoto. Beliau pada dasarnya ingin mengaitkan prilaku tepuk tangan yang dilakukan oleh primata dengan prilaku tepuk tangan
yang dilakukan oleh manusia. Tepuk tangan yang dilakukan oleh para primata yang diteliti oleh profesor tersebut tentunya dilakukan berkali-kali. Tepuk tangan
memiliki nuansa menepuk tangan tidak hanya sekali, namun berkali-kali. Pemakaian verba Tataku pada cuplikan wacana diatas dirasa sudah benar.
Karena sesuai dengan pernyataan dari Izuhara Shouji yang menyatakan bahwa Tataku adalah memukul pintu, drum, jerami, tangan, pundak ibu, bokong anak
kecil, dan mencambuk kuda dan lain sebagainya. Yang mana dinyatakan bahwa memukul tangan ataupun tepuk tangan menggunakan Tataku sebagai verbanya.
Dan didukung juga oleh pernyataan dari Kai Bukurou yang menyatakan bahwa Tataku adalah memukul secara terus-menerus.
Universitas Sumatera Utara
50
3.3 Analisis Perbedaan Nuansa Makna