Schramm sebelumnya. Model yang ketiga ini disebut juga disebut model Osgood dan Schramm. http:inherent.brawijaya.ac.idvlmloginindex.php.
Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s of Communication, meliputi:
a. Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan. Oleh karena itu, untuk membangun berita kepercayaan itu berawal dari
kinerja, baik pihak komunikator maupun pihak komunikan akan menerima pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya begitu juga
tujuannya.
b. Context, yaitu suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaan social yang bertentangan dan seiring dengan
keadaan tertentu dan memperhatikan sikap partisipatif. c. Content¸ pesan itu mempunyai arti bagi audiensnya dan memiliki kecocokan
dengan system nilai-nilai yang berlaku bagi orang banyak dan bermanfaat. d. Clarity, manyusun pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan
mempunyai persamaan arti antara komunikator dan komunikan. e. Continuity and Consistency kesinambungan dan konsistensi, yaitu
komunikasi berlangsung terus dan pesan berita tidak saling bertentangan tidak berubah-ubah tetap.
f. Capability, kemampuan khalayak terhadap pesan, yaitu melibatkan berbagai factor adanya sesuatu kebiasaan-kebiasaan membaca, menonton dan
menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya Ruslan, 1997:72-24. g. Channels of Distribution saluran penerimaan berita, yaitu komunikasi harus
menggunakan media alat komunikasi yang sudah biasa digunakan oleh umum, misalnya media cetak surat kabar, majalah, media elektronik
televisi, radio.
II.3. TEORI S-O-R
Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh psikologi, Stimulus Response Theory atau S-R Theory.
Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Model ini menunjukkan bahwa
komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan
merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif misalnya jika orang tersenyum
dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic
Needle atau teori jarum suntik. Asumsi teori ini pun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang
kuat terhadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang S dan menghasilkan tanggapan R
yang kuat pula.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari
komunikan. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan
untuk mengubah sikap. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang stimulus yang
berkomunikasi dengan organism. Artinya kualitas dari sumber komunikasi sources misalnya kredibilitas, kepemimpinan, dan gaya berbicara sangat
menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat. Hovland dalam Effendy, 2005: 256 mengatakan bahwa proses
perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang
terdiri dari:
a. Stimulus rangsang yang diberikan pada organism dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak, berarti
stimulus itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu dan
berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organism, berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organism diterima
maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. c. Setelah itu organism mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya bersikap.
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan
maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut perubahan perilaku.
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus rangsang yang diberikan benar-benar melebihi stimulus semula.
Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organism. Dalam meyakinkan organism ini, faktor
reinforcement memegang peranan penting. Sehubungan dengan penjelasan diatas, teori S-O-R dalam penelitian ini
dapat dijelaskan sebagai berikut : •
Pesan Stimulus : Pemberitaan bebasnya Susno Duadji di
Metro TV. •
Komunikan Organism : Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Politik FISIP USU.
• Efek Response
: Sikap yang timbul melalui pemberitaan bebasnya Susno Duadji di Metro TV di
kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik FISIP USU.
II.4. TEORI PELURU BULLET THEORY Teori Peluru Bullet Theory yang berarti teori komunikasi yang