Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum canum Sims) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Artemia Salina Leach DENGAN METODE BRINE
SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Fitri Fatimatuzzahra
NIM : 1110103000023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
v
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan nikmat yang telah diberikan, yang mengizinkan penulis untuk belajar hingga tepat pada waktunya penulis harus menuliskan laporan penelitian ini. Penulis menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penelitian ini tidak akan pernah terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah, DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Dra. Farida Hamid, MA selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi Sp. GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
3. dr. Nurul Hiedayati, Ph.D selaku pembimbing 1 yang telah banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.
4. Ibu Eka Putri, M.Si, Apt selaku pembimbing 2 yang telah memberikan masukan judul penelitian dan banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.
5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab modul Riset yang tidak pernah lelah selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penelitian.
6. Abbi H Kusoy Fadiliyah dan Ummi Hj Iis Siti Aisah selaku kedua orangtua penulis yang senantiasa membimbing, mengarahkan dan merawat penulis dari kecil hingga seperti ini. Terima kasih atas curahan kasih sayang yang tak mungkin terbalas.
(6)
vi
7. Adik-adik tersayang Nisa Yulia N, Nadiyya N dan M. Faiz Dhiaulhaq yang tak pernah lelah memberikan dorongan semangat kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
8. Keluarga besar PP Daarul Ma’arif atas doa dan dukungannya yang tiada henti 9. Ibu Zeti Hariyati selaku PJ Laboratorium MBI dan Ibu Putri Amelia selaku PJ
Laboratorium PNA yang telah memberikan izin penggunaan laboratorium. 10. Mbak Rani, Mbak Suryani, Mas Ramadi dan laboran-laboran lain yang telah
membantu penulis dalam pengambilan data.
11. Mas Ramadi, Kak Agung, Kak yang telah membantu pengolahan data.
12. Teman-teman satu kelompok penelitian ARFENIA, Ratu Qurroh ‘Ain, Nur Rizqillah, Aulia Ajrina, Nurraisya Mutiyani, dan Eri Juhaeriah.Terimakasih atas kerja samanya, semoga silaturahmi ini tetap terjaga.
13. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di PSPD, BEMJ Pendidikan Dokterdan teman-teman lain yang penulis kenal namun tidak sempat tersebutkan.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Dan semoga Allah SWT berkenan memasukkannya sebagai amal jariyah di Akhirat kelak. Amiin.
Ciputat, 11 September 2013
(7)
vii
Fitri Fatimatuzzahra. Program Studi Pendidikan Dokter. Laporan Penelitian berjudul Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum canum
Sims) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Ocimum canum Sims atau yang biasa dikenal dengan daun kemangi merupakan keluarga dari Lamiaceae. Daun ini sangat dikenal di seluruh Indonesia dengan berbagai macam manfaat. Mulai dari pengobatan, hingga digunakan untuk santapan wajib di setiap makan. Daun ini kaya akan flavonoid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui toksisitas ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum canum Sims) larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp lethality Test (BSLT). Penelitian ini menggunakan 5 konsentrasi yang masing-masing dilakukan triplo . Konsentrasinya yaitu 1000 ppm, 500 ppm, 200 ppm, 100 ppm dan 50 ppm. Digunakan 150 ekor larva Artemia salina Leach ditambahkan 30 ekor untuk kontrol. Kemudian dilakukan pengamatan selama 24 jam. Kemudian dihitung jumlah larva udang yang mati setelah 24 jam. Hasil dihitung dengan analisis probit dan dihitung LC50, didapatkan LC50 = 70,7946 ppm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daun kemangi memiliki potensi toksik. Karena nilai LC50< 1000 ppm
Kata kunci : Toksisitas, ekstrak daun Ocimum canum Sims, Brine Shimp Lethality Test
ABSTRACT
Fitri Fatimatuzzahra. Medical Education Study Program. Acute Toxicity Test of
Ocimum canum Sims Extract against Artemia salina Leach Using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Method.2013
Ocimum canum Sims as known as basil belongs to Lamiaceae family. This leave is very famous in Indonesia for many functions. Such as herbal medicine or culinarity. It rich of flavonoids. This research is to know the toxicity for ethanol extract of Ocimum canum Sims towards Artemia salina Leach with Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method. This reseach uses 5 consentration which have been repeated 3 times (triplo). It used 1000 ppm, 500 ppm. 200 ppm, 100 ppm and 50 ppm. Then, it will be added by 10 nauplii of Artemia salina Leach. The result is observed by 24 hours. Data have been obtained by calculating amount of died larvae 24 hours after treatment. Through the data, LC50 value was analyzed by probit
analysis. The leaves of kemangi result (LC50) is 70,7946 ppm. It means that the kemangi leaves has toxic potential because it LC50 is <1000 ppm.
Keywords : Toxicity, ethanol extract of Ocimum canum Sims, Brine Shimp Lethality Test
(8)
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... LEMBAR PERNYATAAN ... LEMBAR PERSETUJUAN ... LEMBAR PENGESAHAN ... KATA PENGANTAR ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang... 1.2 Rumusan masalah... 1.3 Tujuan penelitian... 1.3.1 Tujuan umum ... 1.3.2 Tujuan khusus ... 1.4 Manfaat penelitian... 1.4.1 Bagi institusi... 1.4.2 Bagi peneliti ... 1.4.3 Bagi masyarakat ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori... 2.1.1 Tanaman Obat di Indonesia... 2.1.2 Ocimum sp…………..... 2.1.3 Ocimum canum sp... 2.1.4 Toksikologi... 2.1.5 Uji Toksisitas…... 2.1.6 Metode Ekstraksi... 2.1.7 Metode BSLT... 2.1.8 Larva udang Artemia salina Leach... 2.2 Kerangka konsep... 2.3 Definisi operasional...
BAB III METODE PENELITIAN
1.1 Desain penelitian... 1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 1.3 Populasi dan Sampel... 1.3.1 Populasi... 1.3.2 Sampel...
1.3.2.1 Kriteria Inklusi... 1.3.2.2 Kriteria Eksklusi... 1.3.2.3 Besar Sampel...
I ii iii iv v vii viii x xi 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 5 9 12 13 16 18 19 23 24 25 25 25 25 25 25 25 25
(9)
ix
1.5 Alat dan Bahan Penelitian... 1.5.1 Alat penelitian ... 1.5.2 Bahan penelitian ... 1.6 Cara kerja penelitian... 1.6.1 Proses Pembuatan Simplisia... 1.6.2 Pembuatan Ekstrak dengan Metode Maserasi... 1.6.3 Penetasan larva Artemia salina Leach...,... 1.6.4 Pembuatan Konsentrasi Larutan... 1.6.5 Uji Toksisitas dengan Metode BSLT... 1.7 Analisis Data...
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ekstraksi………... 4.2 Penetapan Nilai LC50...
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan... 5.2 Saran...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN... 26 26 26 26 27 28 28 29 30
30 32
36 36 37 41
(10)
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Obat yang berasal dari tanaman………... 5 Tabel 2.2 Morfologi Berbagai Spesies Ocimum sp……… 8 Tabel 3.1 Jumlah masing-masing Konsentrasi Ekstrak Tiap Tabung……… 29 Tabel 4.1 Data rendemen ekstrak etanol daun Ocimum canum Sims……… 31 Tabel 4.2 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Terhadap Kematian Larva
(11)
xi
Gambar 2.1 Daun Ocimum sp... 6 Gambar 2.2 Daun Ocimum canum Sims... Gambar 2.3 Artemia salina Leach... ... Gambar 2.4 Siklus hidup Artemia salina Leach...
10 19 21
(12)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Determinasi Tanaman... 41 Lampiran 2 Data Kematian Larva Artemia salina Leach pada tiap perlakuan.
Lampiran 2.1 Perlakuan 1……….. Lampiran 2.2 Perlakuan 2……….. Lampiran 3.3 Perlakuan 3……….. Lampiran 3 Pembuatan Ekstrak Kental Etanol Daun Kemangi……… Lampiran 4 Data Perhitungan Pembuatan Larutan Konsentrasi………... Lampiran 5 Skema Uji Toksisitas Akut dengan Metode BSLT……… Lampiran 6 Nilai Probit………. Lampiran 7 Daftar Gambar………...
Lampiran 7.1 Tampak Depan Kemasan Telur Artemia salina
Leach……….. Lampiran 7.2 Tampak Belakang Kaleng Kemasan Telur Artemia
salina Leach………
Lampiran 7.3 Alat Rotatory Evaporator………
Lampiran 7.4 Ekstrak Kental Etanol Daun Kemangi……….
Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup………
42 42 42 42 43 44 45 46 50 50 50 51 51 52
(13)
1
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati terbesar di dunia, baik itu berupa tumbuhan tropis maupun biota laut.1 Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Sekitar 25.000-30.000 spesies tanaman yang ada di Indonesia yang merupakan 80% dari jenis tanaman di dunia dan 90% dari jenis tanaman di Asia.2 Banyak dari tumbuhan tropis yang bisa bermanfaat sebagai obat dari berbagai macam penyakit. Pengobatan dengan menggunakan tumbuhanpun telah banyak dikenal sebagai pengobatan herbal.1
Di Indonesia sendiri, obat tradisional sudah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu, sebelum obat modern dipasarkan. Hal ini bisa dicerminkan antara lain pada lukisan relief di Candi Borobudur dan resep tanaman obat yang ditulis dari tahun 991-1016 di Bali yang ditulis pada daun lontar.2
Salah satu tanaman yang tumbuh di Indonesia adalah daun kemangi (Ocimum canum Sims). Selain tanaman ini mudah ditemukan, banyak masyarakat yang menggunakannya sebagai santapan khas yang dimakan mentah atau lebih kita kenal dengan istilah lalapan. Karena wanginya yang khas, daun ini juga sering digunakan sebagai bumbu pewangi.3 Banyak juga yang menggunakan minyak atsiri kemangi sebagai minyak aromaterapi untuk pijat di berbagai salon karena segar dan dapat meringankan.4
Banyak penelitian sebelumnya mengenai daun kemangi, dan hasil yang sudah dapat dibuktikan adalah tingginya kadar antioksidan yang terkandung pada daun kemangi.5 Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai efek antikanker pada tanaman ini.
Pada penelitian sebelumnya, sudah dilakukan uji toksisitas akut ekstrak etanol daun kemangi dengan menggunakan metode BSLT namun berbeda spesies (Ocimum sanctum L). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk uji toksisitas akut daun kemangi dengan spesies yang berbeda (Ocimum canum Sims).
(14)
2
Banyak metode yang dapat digunakan untuk menguji kadar toksisitas suatu tanaman, salah satunya adalah metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Metode ini banyak digunakan pada senyawa bioaktif berasal dari alam. Selain karena mudah, cepat dan murah, penggunaan metode ini dianggap cukup mudah dilakukan sehingga dapat digunakan sebagai bioassay guided fractionation dari bahan alam. Beberapa senyawa bioaktif yang telah diteliti dan berhasil diisolasi kemudian dimonitoring dengan metode ini ternyata menunjukkan adanya korelasi terhadap suatu uji spesifik anti kanker. Sehingga jika suatu tanaman bersifat toksik pada uji ini, maka bisa dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa sitotoksik tumbuhan sebagai pengembangan obat alternatif anti kanker.7
Metode ini pertama kali digunakan oleh Trapley untuk menentukan keberadaan residu insektisida, menentukan senyawa anastetik, serta menentukan tingkat toksisitas air laut. Meyer dan kawan-kawan kemudian mengembangkannya untuk penapisan senyawa aktif dalam ekstrak tanaman yang ditunjukkan sebagai toksisitas terhadap larva Artemia salina Leach. Untuk menentukan toksisitasnya, dapat ditentukan dengan melihat LC50 yang dihitung dengan analisis probit. Ekstrak ditentukan dengan melihat LC50 nya lebih kecil atau sama dengan 1000 ppm (LC50≤ 1000 ppm).7
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ekstrak etanol daun kemangi memiliki efek toksik terhadap Artemia salina Leach dengan metode BSLT?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efek toksik pada ekstrak etanol daun kemangi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui nilai LC50 ekstrak daun kemangi (Ocimum canum Sims) dengan metode BSLT.
(15)
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Masyarakat
1. Sebagai pengetahuan mengenai efek yang ditimbulkan oleh daun kemangi.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat lain dari daun kemangi.
1.4.2 Bagi Pendidikan
1. Dapat dijadikan bahan rujukan penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Sebagai langkah awal menentukan efek toksik pada daun kemangi
sehingga selanjutnya dapat dilakukan penelitian untuk pengembangan pengobatan anti kanker.
1.4.3 Bagi Peneliti
1. Mengetahui potensi toksisitas pada ekstrak daun kemangi dengan menggunakan metode BSLT.
(16)
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tanaman Obat di Indonesia
Allah SWT berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 58 yang artinya :
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur” (QS Al-A’raf : 57).
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan tanah yang subur, sehingga darinya tumbuhlah tanaman-tanaman yang subur dan dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Indonesia yang beriklim tropis merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Brazil. Sekitar 25000-30 000 spesies tanaman yang merupakan 80% dari jenis tanaman di dunia ada di Indonesia. Pada tahun 1986, PT Eisai melakukan inventarisasi yang didapatkan bahwa sekitar 7000 spesies tanaman di Indonesia digunakan masyarakat sebagai obat khususnya oleh industri jamu dan yang didaftarkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia berjumlah 283 tanaman. Sedangkan pada tahun 1986, Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah mendokumentasikan terdapat 940 tanaman obat dan jumlah tersebut mungkin ada pula tanaman yang belum dicantumkan.2
Bila sejarah perkembangan obat modern di Indonesia dikaji, ternyata sebagian diantaranya diisolasi dari tanaman. Banyak ditemukan juga bahwa obat antikanker ada yang berasal dari sumber bahan alam seperti aktinomisin, bleomisin dan daunorubisin yang diisolasi dari jamur dan bakteri.2 Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
(17)
Tabel 2.1 Obat yang berasal dari tanaman
Nama Obat Nama sumber tanaman Kegunaan Kolkisin Colchicum autumnale Gout
Digitalis Digitalis purpurea Gagal jantung Opium Papaver somniferum Analgesik Kina Cinchona ledgeriana Antimalaria Artemisinin Artemisin annua Antimalaria Vinkristin Vinca rosea Antikanker Vinblasin Vinca rosea Antikanker
Sumber : Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. IDI Editorial
Alasan mengapa masyarakat lebih memilih obat bahan alam antara lain mahalnya harga obat modern/sintetis dan banyaknya efek samping. Selain itu juga, obat herbal lebih banyak dipromosikan melalui media massa sehingga membuat obat herbal menjadi lebih populer dan penggunaannya meningkat, tidak saja di Indonesia melainkan di negara maju seperti Jerman dan Amerika Serikat.2
Survei Nasional yang diadakan di Indonesia tahun 2000 didapatkan sebanyak 15,6% masyarakat menggunakan obat tradisional untuk pengobatan sendiri dan pada tahun 2001 jumlah tersebut mengalami peningkatan menjadi 31,7% . Jenis obat tradisional yang digunakan antara lain berupa obat tradisional buatan sendiri, jamu gendong maupun buatan pabrik.2
2.1.2 Ocimum sp
Genus Ocimum sp merupakan tanaman yang sering dijumpai di daerah tropis. Di Indonesia, jenis Ocimum sp yang dikenal adalah
Ocimum gratissimum (Ocimum viridiflorum Roth) atau dengan bahasa daerah selasih Mekkah, selasih Jambi, ruku-ruku rimba, Ocimum Canum
Sims (Ocimum africanum Lour, Ocimum americanum L, Ocimum brachiatum Blume) yang dikenal dengan kemangi, Ocimum basilicum
(selasih) dan Ocimum tenuiflorum (Ocimum sanctum L) atau ruku-ruku. Kemangi sering digunakan sebagai makanan (lalapan) sedangkan
(18)
(19)
ruku-Pada bagian bunga, tipe rangkaian bunga Ocimum sp terdiri dari yang tunggal dan majemuk (bergerombol). Contohnya pada jenis ruku-ruku hutan, ruku-ruku-ruku-ruku dan selasih ngombil merupakan jenis dengan rangkaian bunga bergerombol. Sedangkan basil dan kemangi memiliki bunga dengan rangkaian tunggal (majemuk). Bunganya pun bervariasi, mulai dari warna mahkota yaitu putih, kuning ataupun keunguan. Namun struktur lain seperti kelopak, mahkota, benang sari dan putik hampir sama dan hanya berbeda pada ukuran. Mahkota bunga ruku-ruku hutan bewarna kuning, selasih ngombol, basil hijau dan kemangi mahkota bunganya berwarna putih, ruku-ruku dan basil keunguan mahkota bunganya berwarna keunguan. Biji Ocimum sp berwarna hitam atau cokelat dengan bentuk bulat telur atau bulat dengan ukuran biji relatif kecil. Ruku-ruku hutan bentuk bijinya bulat, berwarna cokelat dengan berat 100 butir 0,112 g, ruku-ruku bentuk bijinya bulat dengan ukuran lebih kecil, berwarna cokelat dengan berat 100 butir sekitar 0,026 g. Basil, selasih ngombol dan kemangi bentuk bijinya bulat telur, warna biji cokelat-hitam dengan berat 100 butir 0,091 – 0,125 g. Berdasarkan sifat morfologi ini antar spesies dapat dengan mudah dibedakan dengan melihat penampilan habitus tanaman, daun serta bunganya. Sedangkan dalam spesies yang sama, seperti pada ruku-ruku hutan, berdasarkan habitus, morfologi bunga, daun dan biji tidak dapat dibedakan. Sementara untuk basil (Ocimum basilicum), berdasarkan morfologi daun dan bunga dapat dibedakan sebagai basil hijau dan basil keunguan.8
(20)
8
Secara umum, morfologi dari berbagai spesies Ocimum sp dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.2 Morfologi berbagai species Ocimum sp
Sumber : Jurnal littri 14 (4) Desember 2008.
Seperti tanaman lainnya, Ocimum sp juga dikenal dengan minyak atsirinya. Minyak atsiri merupakan produk hasil penyulingan dengan uap dari bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri mengandung ratusan bahan campuran yang mudah menguap dan tidak mudah menguap. Hal ini menjadi penyebab karakteristik aroma dan rasanya.9 Bagian utama pada minyak atsiri adalah terpenoid yang terdapat pada atsiri yang tersuling uap. Zat ini merupakan penyebab wangi, harum atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Senyawa ini menjadi penting secara ekonomi sebagai dasar wangi-wangian alam serta sebagai rempah-rempah yang tentunya bisa digunakan sebagai senyawa cita rasa dalam
NO Jenis tanaman Nama lokal Tinggi (cm) Jumlah cabang (bh) Diameter batang (mm) Lebar daun (cm) Panjang daun (cm)
1 Ocimum
gratissimum
Ruku-ruku hutan
140,58 21 2,3 9,56 12,78
2 Ocimum
minimum
Selasih ngombol
81,47 19,4 1,23 2,41 6,38
3 Ocimum
basilicum
(daun hijau)
Basil 90,03 16,18 1,17 3,54 5,57
4 Ocimum
basilicum
(daun keunguan)
Basil 97,89 29 1,47 3,36 6,70
5 Ocimum
canum
Kemangi 97,54 11,6 1,44 2,50 4,31
6 Ocimum
sanctum
Ruku-ruku
(21)
industri makanan.10 Banyak sekali kegunaan minyak atsiri, antara lain sebagai salah satu campuran bahan baku pada industri kosmetik, sabun dan deterjen, farmasi, produk makanan dan minuman serta masih banyak yang lainnya.9
Kandungan utama minyak atsiri pada berbagai spesies Ocimum sp
berbeda-beda. Pada Ocimum basilicum mengandung linalol dan metil kavikol, Ocimum canum mengandung campor, limonen, metil sinamat dan linalol, Ocimum citriodorum terdapat sitral, Ocimum gratissimum
mengandung eugenol atau timol, Ocimum sanctum adalah eugenol,
karyophillene, pada Ocimum viride mengandung timol dan pada Ocimum klimandschavicum mengandung campor dan sineol.10
2.1.3 Ocimum canum Sims
Ocimum canum Sims atau dikenal juga dengan nama Ocimum americanum L yang dalam bahasa sehari-hari disebut dengan kemangi, merupakan salah satu dari keluarga Lamiaceae.10 Daun kemangi banyak sekali ditemukan di hampir seluruh daerah di Indonesia. Menurut sistematika, Ocimum canum Sims dapat dilihat sebagai berikut :
Deskripsi tanaman kemangi adalah sebagai berikut : Perawakan: herba tegak atau semak, tajuk membulat, bercabang banyak, sangat
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Sub kelas : Asteridae Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Ocimum L
(22)
(23)
Pada penelitian sebelumnya, menyebutkan bahwa Ocimum canum
Sims memiliki khasiat sebagai anti diabetes yang telah diteliti terutama bagian benihnya. Suplementasi dari benih Ocimum canum dapat mengontrol diet yang dapat menurunkan kolesterol dalam darah.12 Penelitian lain juga telah menyimpulkan bahwa, Ocimum canum Sims memiliki efek antibakteri yang sangat tinggi, baik bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus, Ocimum canum Sims juga memiliki aktifitas tinggi terhadap bakteri gram negatif yaitu Escherichia coli.14
Aktivitas antituberkular terhadap Mycobacterium spp pada konsentrasi 100 ppm. Kandungan minyak pada daunnya ternyata dapat menghambat bakteri Xanthomonas malvacearum, Bacillus mycoides, Bacillus subtilis, Bacillus pumilus, Vibrio cholerae, Staphilococcus albus,
Salmonella paratyphi dan Xanthomonas Campestris. Didapatkan pula aktivitas dalam menghambat berbagai jenis jamur termasuk beberapa patogen. Aktivitas antimikroba lain masih dalam penelitian.5
Analisis fitokimia tanaman mengungkapkan bahwa Ocimum canum
Sims memiliki konsentrasi tinggi flavonoid (10,00%), saponin, dan tanin, namun rendahnya tingkat fenolat dan alkaloid. Daun menunjukkan kandungan tinggi karbohidrat (639,6 g/kg), abu, serat kasar dan lemak kasar, tapi sangat rendah kandungan protein. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa Ocimum canun Sims memiliki konsentrasi tinggi kalsium (50.72 g/kg) dengan tingkat yang cukup kalium, fosfornatrium, dan magnesium.14 Eugenol dan flavonoid yang larut dalam air (orientin
dan vicenin) mempunyai efek antioksidan, membersihkan radikal bebas dan mencegah pertumbuhan dan penyebaran kanker dengan cara memblok suplai oksigen dan nutrien. Asam ursolat mempunyai aktivitas imunomodulator dan tissue protector seperti penelitian Balanehru dan Nagarajan tahun 1991 yang menyebutkan bahwa asam ursolat mempunyai aktivitas melawan peroksidasi lipid di mikrosomal hepar.15 Asam ursolat dan karnosol mempunyai aktivitas inhibisi Nuclear Factor Kappa B (NF-KB), menghambat aktivitas tirosin kinase dan ornitin dekarboksilase sehingga berpotensi menghambat proses angiogenesis.16
(24)
12
Flavonoid adalah salah satu dari 4000 komponen polifenol yang terdapat secara alami pada makanan hasil bumi. Komponen ini memiliki struktur fenil benzopiron umum (C6-C3-C6). Flavonoid telah menunjukkan dapat menginduksi apoptosis beberapa sel kanker. Mekanisme molekuler dari flavonoid mana yang dapat menginduksi apoptosis belum bisa di klarifikasi. Beberapa mekanisme termasuk inhibisi aktivitas DNA topoisomerase I/II, mengurangi Reactive Oxygen Species (ROS), regulasi ekspresi protein heat shock, memodulasi jalur sinyal, pengeluaran sitokrom dengan aktivasi subsequent dari caspase 3 dan caspase 9, aktivasi endonukleus dan supresi protein Mcl-1.17
Seperti species Ocimum sp lainnya, Ocimum canum Sims juga memiliki komponen lain berupa minyak. Minyak yang dibuat dari
Ocimum canum Sims mengandung anti bakteri dan serangga. Metil kavikol dan linolol merupakan komponen utama dari minyak Ocimum canum Sims. Selain itu juga, kandungan lain dari minyak Ocimum canum
Sims ini adalah estragole, eugole, sitral, geranio dan timol. Komponen ini biasa digunakan untuk pengobatan, kosmetik, industri makanan, dan sebagai anti serangga. Minyak dan bunga Ocimum canum Sims terutama terdiri masing-masing 1,8-sineol (60,1%) dan cis, trans-piperitol (68,5%). Beberapa kemotipe dari minyak Ocimum canum yang telah dilaporkan antara lain terdiri dari : tipe fenkone, tipe sitral, tipe eugenol, tipe terpineol, tipe 1,8 sineol, tipe (E)-α-bergamoten/bisiklogermakren β -kariofilen, tipe metal sinamat, tipe metal kavikol/α-terpineol, tipe campor,
tipe linalool dan tipe limonen.18
2.1.4 Toksikologi
Manusia tentu tidak dapat hidup tanpa obat atau zat kimia yang ada di sekitarnya. Zat tersebut dapat masuk ke dalam tubuh baik disengaja ataupun tidak disengaja dan melewati berbagai cara seperti inhalasi, kulit ataupun secara oral. Oleh karena itu, untuk dapat memanfaatkan dan terhindar dari dampak buruknya, manusia sangat perlu untuk mempelajari sifat-sifat dari zat-zat yang ada di sekitarnya.19 Toksikologi
(25)
dapat diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan zat toksik atau racun yang dapat memberikan efek buruk bagi tubuh. Penelitian mengenai toksikologi dilakukan bukan hanya melindungi manusia dan lingkungan dari efek-efek zat toksik tapi juga untuk memfasilitasi pengembangan ilmu toksik yang lebih selektif seperti obat anti kanker dan obat-obatan klinis lain, serta pestisida.20
Loomis (1978) mendefinisikan toksikologi sebagai ilmu yang mempelajari aksi berbahaya zat kimia atas sistem biologi. Sedangkan pakar lainnya, yaitu Timbrel (1989) mendefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara zat kimia dan sistem biologi.21 Seiring berjalannya waktu, ilmu toksikologi dan aplikasinya semakin diperluas.22
Agar dapat mengevaluasi keberbahayaan suatu zat, perlu dipahami kondisi, mekanisme, wujud dan sifat efek toksik suatu zat. Selanjutnya, dengan evaluasi tersebut, dapat digunakan untuk menentukan atau memperkirakan batas keamanan suatu zat bila digunakan agar efek buruk tidak ditimbulkan.21 Oleh karena itu, salah satu metode yang dapat digunakan dalam bidang toksikologi adalah uji toksisitas.
2.1.5 Uji Toksisitas
Untuk dapat mengevaluasi keamanaan suatu zat yang akan digunakan merupakan salah satu tujuan dipelajarinya toksikologi. Suatu efek yang terjadi setelah pemberian secara oral maupun dermal dengan dosis tunggal maupun ganda yang diberikan selama 24 jam atau 4 jam setelah pemberian melalui inhalasi.23 Efek berbahaya tersebut berarti suatu efek yang dapat menyebabkan gangguan fungsional, fisiologis (struktural) ataupun biokimiawi yang dapat berakibat terganggunya kondisi tubuh secara umum akibat kesakitan yang disebabkan oleh suatu zat. Definisi lain dari toksisitas adalah kapasitas suatu zat untuk menimbulkan efek bahaya.21
(26)
14
Uji toksisitas dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :7 1. Uji toksisitas akut
Uji ini dirancang untuk menentukan efek toksik suatu senyawa yang akan terjadi dalam masa pemajanan dengan waktu yang singkat atau pemberian konsentrasi tunggal senyawa uji pada hewan uji. Takaran konsentrasi yang dianjurkan paling tidak empat peringkat konsentrasi, berkisar dari konsentrasi terendah atau hampir tidak mematikan seluruh hewan uji sampai dengan konsentrasi tertinggi yang dapat mematikan seluruh atau hampir seluruh hewan uji. Biasanya pengamatan dilakukan selama 24 jam, kecuali pada kasus tertentu selama 7-14 hari. 2. Uji toksisitas subkronis atau subakut
Uji ini dilakukan dengan memberikan zat kimia yang sedang diuji tersebut secara berulang-ulang terhadap hewan uji selama kurang dari 3 bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji, serta untuk melihat apakah spektrum toksik itu berikatan dengan takaran konsentrasi.
3. Uji toksisitas kronis
Uji ini dilakukan dengan memberikan zat kimia secara berulang-ulang pada hewan uji selama lebih dari 3 bulan atau sebagian besar hidupnya. Meskipun pada penelitian digunakan waktu lebih pendek, tetapi tetap lebih lambat dibandingkan Uji Toksistas akut maupun subakut.
Toksisitas akut dapat diukur sebagai jumlah atau konsentrasi yang dapat membunuh 50% hewan pada populasi uji. Ukuran ini biasanya ditentukan dalam LD50 (Lethal Dose 50) atau LC50 (Lethal Concentration
50).20 LD50 dan LC50 dapat didefinisikan sebagai dosis atau konsentrasi yang diberikan sekali (tunggal) atau beberapa kali dalam 24 jam dari suatu zat yang secara statistik diharapkan dapat mematikan 50% hewan coba.21
(27)
Penentuan nilai LD50 dan LC50 dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :
a. Cara farmakope Indonesia III (FIII)
Untuk menghitung LD50 dengan cara ini, harus dipenuhi beberapa syarat seperti :
1. Menggunakan seri dosis atau konsentrasi yang berkelipatan tetap
2. Jumlah hewan percobaan atau biakan jaringan tiap kelompok harus sama
3. Dosis harus diukur sedemikian rupa supaya memberikan respon dari 0-100% dan hitungan dibatasi rentang tersebut i. Rumus perhitungan LD50 adalah
m = a-b (∑pi-0,5) m= log LD50
a= logaritma dosis terendah yang masih menyebabkan julah kematian 100% tiap kelompok
b= beda log dosis berurutan
pi= jumlah hewan yang mati menerima dosis i dibagi jumlah hewan seluruhnya yang menerima dosis i
b. Cara Well Rumus :
Log m = log D+ d (f+1) Dimana :
m = nilai LD50
D = dosis terkecil yang digunakan d = log dari kelipatan dosis
f = suatu nilai dalam tabel Well, karena angka kematian tertentu (r)
c. Metode probit
Hal yang harus diperhatikan untuk menghitung LD50 atau LC50 dengan metode probit antara lain :
(28)
16
1. Mempunyai tabel probit
2. Menentukan nilai probit dari % kematian tiap kelompok hewan uji
3. Menentukan nilai log dosis dari tiap-tiap kelompok
4. Menentukan persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit dengan log dosis, Y = mX+b
5. Memasukkan nilai 5 (probit dari 50% kematian hewan coba) pada persamaan garis lurus, pada nilai Y. Nilai LD50 atau LC50 dihitung dari nilai antilog X pada saat Y=5
d. Cara Reed dan Muench
Agar dapat menggunakan cara Reed dan Muench, yang harus dihitung terlebih dahulu adalah :
a = Persentase kematian yang lebih kecil dari 50% b = Persentase kematian yang lebih besar dari 50% i = kenaikan dosis ( log k/s )
k = dosis yang menyebabkan kematian > 50% s = dosis yang menyebabkan kematian <50% h = ukuran jarak =
g = hasil perkalian antara kenaikan dosis dengan ukuran jarak (h x i) Y = hasil penjumlahan antara g dengan log s
Kemudian dicari persamaan Y = g + log s, sehingga nilai LD50 dapat diketahui dengan menentukan nilai antilog Y.
2.1.6 Metode Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga baku yang ditetapkan.24
Ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan senyawa campuran dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi digunakan untuk
(29)
mengisolasi produk alam dari jaringan asli kering tumbuh-tumbuhan. Ada beberapa metode ekstraksi, yaitu :
a. Cara dingin 1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangkan (kamar). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. 2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetasan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).
b. Cara panas 1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 2. Digesti
Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinyu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu 40-500 C.
3. Infus
Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 900 C) selama 15 menit.
(30)
18
4. Dekok
Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 30 menit.
5. Sokletasi
Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan pemanasan dengan cara meletakkan bahan yang akan diekstraksi dalam sebuah kantung ekstraksi (kertas saring) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu.25
2.1.7 Metode BSLT
BSLT merupakan metode skrining untuk menganalisa substansi bioaktif alam dan biasanya mengarah ke komponen toksik (LC50) dari ekstrak tanaman. Uji ini dilakukan dengan menggunakan air laut, disebut dengan brine, serta menggunakan larva Artemia salina Leach sebagai media. Jika metode BSLT menunjukkan ekstrak tanaman tersebut mempunyai level poten terhadap racun, maka penelitian selanjutnya akan bisa dilakukan dalam pengembangan antikanker`.25
Penggunaan Artemia salina Leach (larva udang) adalah merupakan metode pengujian toksisitas yang dapat dipercaya, tidak mahal dan relatif mudah dilakukan.26 Penetasan telur Artemia salina
Leach yang baik perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu: hidrasi dari kista-kista, aerasi, penyinaran, suhu, derajat keasaman (pH), dan kepadatan telur dalam media penetasan.27
Hasil yang diperoleh dihitung sebagai nilai LC50 (letal concentration) ekstrak uji, yaitu jumlah dosis atau konsentrasi ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian larva udang sejumlah 50% setelah masa inkubasi 24 jam. Senyawa dengan LC50 < 1000 ppm dapat dianggap sebagai suatu senyawa aktif berdasarkan Meyer.27
Penggunaan metode ini dilakukan dengan beberapa alasan :
1. Metode ini merupakan metode penapisan farmakologi awal yang mudah dan relatif tidak mahal serta tidak membutuhkan spesialisasi tertentu dalam pelaksanaannya.
(31)
2. Metode ini merupakan metode yang telah diuji hasilnya dengan tingkat kepercayan 95% untuk mengamati toksisitas suatu senyawa di dalam ekstrak tanaman.
3. Metode BSLT sering digunakan dalam tahap awal isolasi senyawa toksik yang terkandung dalam suatu ekstrak kasar.28
2.1.8 Larva Artemia salina Leach
Artemia salina Leach merupakan kelompok udang-udangan dari phylum Arthopoda. Mereka berkerabat dekat dengan zooplankton lain seperti Copepode dan Daphnia (kutu air). Artemia salina Leach hidup di danau-danau garam (berair asin) yang ada di seluruh dunia. Udang ini toleran terhadap selang salinitas yang sangat luas, mulai dari nyaris tawar hingga jenuh garam. Secara alamiah salinitas danau dimana mereka hidup sangat bervariasi, tergantung pada jumlah hujan dan penguapan yang terjadi. Apabila kadar garam kurang dari 6% telur Artemia salina Leach akan tenggelam sehingga telur tidak bisa menetas, hal ini biasanya terjadi apabila air tawar banyak masuk kedalam danau di musim penghujan. Sedangkan apabila kadar garam lebih dari 25% telur akan tetap berada dalam kondisi tersuspensi, sehingga dapat menetas dengan normal.29
Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Bangsa : Anostraca Suku : Artemidae Marga : Artemia
(32)
(33)
mereka dapat mencapai ukuran sampai dengan 20 mm. Pada kondisi demikian biomasnya akan mencapai 500 kali dibandingkan biomas pada fase nauplii.
Gambar 2.4 Siklus Hidup Artemia salina Leach
Sumber : www.frontiersin.org
Dalam tingkat salinitas rendah dan dengan pakan yang optimal, betina Artemia salina Leach bisa menghasilkan nauplii sebanyak 75 ekor perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50 hari) mereka bisa memproduksi nauplii rata-rata sebanyak 10-11 kali. Dalam kondisi super ideal, Artemia salina Leach dewasa bisa hidup selama 3 bulan dan memproduksi nauplii atau kista sebanyak 300 ekor (butir) per 4 hari. Kista akan terbentuk apabila lingkungannya berubah menjadi sangat salin dan bahan makanan sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang dan malam hari.30
Artemia salina Leach dewasa toleran terhadap selang suhu -18 hingga 400 C. Sedangkan temperatur optimal untuk penetasan kista dan pertubuhan adalah 25-300C. Meskipun demikian hal ini akan ditentukan oleh strain masing-masing. Artemia salina Leach menghendaki kadar salinitas antara 30-35 ppt, dan mereka dapat hidup dalam air tawar selama 5 jam sebelum akhirnya mati.30
Variabel lain yang penting adalah pH, cahaya dan oksigen. PH dengan selang 8-9 merupakan selang yang paling baik, sedangkan pH di
(34)
22
bawah 5 atau lebih tinggi dari 10 dapat membunuh Artemia salina Leach. Cahaya minimal diperlukan dalam proses penetasan dan akan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan mereka. Lampu standar grow-lite
sudah cukup untuk keperluan hidup Artemia salina Leach. Kadar oksigen harus dijaga dengan baik untuk pertumbuhan Artemia salina Leach. Dengan suplai oksigen yang baik, Artemia salina Leach akan berwarna kuning atau merah jambu. Warna ini bisa berubah menjadi kehijauan apabila mereka banyak mengkonsumsi mikro alga. Pada kondisi yang ideal seperti ini, Artemia salina Leach akan tumbuh dan beranak-pinak dengan cepat. Sehingga suplai Artemia salina Leach untuk ikan yang dipelihara bisa terus berlanjut secara kontinyu. Apabila kadar oksigen dalam air rendah, dan air banyak mengandung bahan organik, atau apabila salinitas meningkat, artemia akan memakan bakteria, detritus, dan sel-sel khamir (yeast). Pada kondisi demikian mereka akan memproduksi hemoglobin sehingga tampak berwarna merah atau orange. Apabila keadaan ini terus berlanjut mereka akan mulai memproduksi kista.30
(35)
2.2 Kerangka Konsep
Ekstrak etanol daun Ocimum canum
Sims
Mengandung senyawa biokimia flavonoid
Uji toksisitas akut dengan metode BSLT menggunakan larva Artemia salina
Leach
Diteliti selama 24 jam dan menghitung jumlah kematian larva Artemia
salina Leach
Analisis data
(36)
24
2.3 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur
Skala ukur Hasil ukur
1. Konsentrasi ekstrak daun kemangi
Konsentrasi larutan uji dalam ppm
V1M1=V2M2
(perbandingan μg ekstrak dengan mL etanol 70 %)
- Numerik 1000 ppm, 500 ppm, 200 ppm, 100 ppm, 50 ppm 2. Persentase
Mortalitas
Hasil perkalian rasio dengan 100%, yaitu larva yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100% untuk tiap replikasi
∑
∑ Numerik Persentase mortalitas
3. Nilai LC50 konsentrasi
yang diberikan sekali (tunggal) atau beberapa kali dalam 34 jam dari suatu zat yang secara statistic diharapkan dapat mematikan 50% hewan coba dihitung dari persamaan garis lurus y=mX+b dengan memasukkan nilai 5 (probit dari 50 % kematian hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi.
- Kategorik LC50 < 1000
ppm= bersifat toksik LC50 >1000 =
(37)
25
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimental post test only control group design
dimana responden benar-benar dipilih secara random dan diberi perlakuan serta ada kelompok pengontrolnya. Penelitian dilakukan di Laboratorium untuk menguji toksisitas ekstrak daun kemangi dengan menggunakan metode BSLT.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di Laboratorium Farmakologi, Laboratorium Farmakognosi dan Fitofarmaka, serta Laboratorium Biologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah larva Artemia salina Leach.
3.3.2 Sampel
3.3.2.1 Kriteria inklusi
Larva Artemia salina Leach berumur 48 jam sebagai hewan uji.
3.3.2.2 Kriteria eksklusi
Larva Artemia salina Leach yang tidak menunjukkan aktivitas pergerakan sebelum perlakuan.
3.3.2.3 Besar sampel
Pada penelitian ini, sekali penelitian digunakan 5 konsentrasi yang kemudian dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Jumlah larva yang digunakan adalah sebanyak 150 ekor larva Artemia salina Leach untuk digunakan pada 5 konsentrasi. Tiap konsentrasi
(38)
26
menggunakan 10 ekor larva, (ditambah 10 ekor untuk kelompok kontrol) untuk tiap kali perlakuan.
3.3.2.4 Cara pengambilan sampel
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive random sampling terhadap larva Artemia salina Leach.
3.4 Determinasi Tanaman
Dilakukan determinasi tanaman dengan tujuan untuk menetapkan kebenaran mengenai Ocimum canum Sims. Identifikasi atau determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense, Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI Bogor.
3.5 Alat danBahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian
Bejana erlenmeyer, cawan porselen, water bath, pipet volume, pipet tetes, labu takar, timbangan, tabung uji (vial), wadah bening, aerator, lampu.batang pengaduk, corong, gelas ukur 10 ml, mikropipet, neraca analitik, pipet tetes, tabung reaksi beserta rak nya, seperangkat alat penetasan telur (wadah plastik dan sterofoam), cawan penguap, labu ukur.
3.6.2 Bahan Penelitian
Daun kemangi segar didapat dari daerah Ciamis-Jawa Barat, larva Artemia salina Leach, air laut, etanol 70%, aquadest, aluminium foil, kertas saring (Whatman).
3.6 Cara Kerja Penelitian
3.6.1 Proses Pembuatan Simplisia
1. Pengambilan dan pengumpulan daun Ocimum canum Sims yang berasal dari daerah Ciamis, Jawa barat. Bagian yang diambil adalah daun segar sebanyak 2 kg.
(39)
3. Daun kemudian dicuci terlebih dahulu agar tidak ada kotoran yang menempel.
4. Setelah dicuci, daun dikering anginkan kurang lebih selama 14 hari. Daun diletakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.
5. Setelah benar-benar kering, daun kembali disortir dan dipilih, sehingga yang diambil adalah daun yang bebas dari kotoran ataupun mikroba. 6. Daun kemudian diblender dan didapatkan simplisia kering sebanyak
1000 gram.
3.6.2 Pembuatan Ekstrak dengan Metode Maserasi
a. Maserasi dengan etanol 70%
Adapun pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%. Etanol 70% merupakan campuran antara 70 ml etanol dan 30 ml air. Komponen-komponen polar seperti flavonoid dapat terdeteksi dengan etanol 70% karena bersifat lebih polar daripada etanol murni. Ditambahkan dengan air 30% sehingga menambah kepolarannya. Etanol didapatkan mudah masuk ke membran sel untuk dapat menarik senyawa bioaktif yang ada di tanaman.31 Setelah ditimbang, simplisia kering kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang ditambah dengan larutan etanol 70% sebanyak 1:1. Campuran ini kemudian dibolak-balikkan agar tercampur rata dan didiamkan selama 3x24 jam.
b. Penyaringan
Larutan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring sebanyak 3 kali.
c. Pengentalan Maserat dengan Vacuum Evaporator
Hasil saringan kemudian dimasukkan ke dalam vacuum evaporator
dalam suhu 480 C untuk menghilangkan pelarut dalam ekstrak sehingga dihasilkan ekstrak kental.
(40)
28
3.6.3 Penetasan Larva Artemia salina Leach
Artemia salina Leach direndam di dalam air tawar selama 15-30 menit. Kemudian direndam dalam 10 liter air laut. Suhu penetasan adalah ± 25-300C dan pH ± 6-7. Telur akan menetas setelah 18-24 jam dan larvanya disebut nauplii. Nauplii siap untuk uji BSLT setelah berumur 48 jam.
3.6.4 Pembuatan Konsentrasi Larutan
Ekstrak kental kemudian diambil sebanyak 250 mg, kemudian dilarutkan dalam aquadest sampai larut.
Larutan ini kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan ditambahkan aquadest untuk dihasilkan larutan induk 1000 ppm.
Lalu masing-masing dibuat larutan dalam beberapa konsentrasi, sebagai berikut :
a. 500 ppm V1M1 = V2M2
(1000) V1 = (25) (500) V1 = 12,5 ml ekstrak b. 200 ppm
V1M1 = V2M2
(1000) V1 = (25) (200) V1 = 5 ml ekstrak c. 100 ppm
V1M1 = V2M2 (1000) V1 = (25) (100) V1 = 2,5 ml ekstrak d. 50 ppm
V1M1 = V2M2 (1000) V1 = (25) (50) V1 = 1,25 ml ekstrak
(41)
3.6.5 Uji toksisitas dengan metode BSLT
Setelah semua konsentrasi dibuat, kemudian disiapkan 5 tabung reaksi untuk masing-masing konsentrasi ditambah kontrol negatif yang masing-masing dikalikan 3 (triplo). Lalu memasukkan 10 larva udang ke dalam masing-masing tabung reaksi yang kemudian diberikan ekstrak 1 ml. Kemudian ditambah air laut sebanyak 9 ml.
Tabel 3.1 Jumlah masing-masing konsentrasi ekstrak pada tabung reaksi
Tabung reaksi I Tabung reaksi II Tabung reaksi III Tabung reaksi IV Tabung reaksi V 10 larva udang
+ larutan konsentrasi 1000 ppm + air laut
10 larva udang + larutan konsentrasi 500 ppm + air
laut
10 larva udang + larutan konsentrasi 200 ppm + air
laut
10 larva udang + larutan konsentrasi 100 ppm + air
laut
10 larva udang + larutan konsentrasi 50 ppm + air laut
3.7 Analisis Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang dihasilkan dengan menghitung persentase kematian larva Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi. Kemudian dihitung nilai log dosis tiap-tiap konsentrasi. Lalu dihitung menggunakan nilai probit. Setelah tabel probit didapatkan, ditentukan persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit dengan log dosis, Y=mX+b dengan menggunakan Microsoft Excel. Lalu memasukka nilai 5 (probit dari 50% kematian larva) pada persamaan garis lurus, pada nilai Y. Nilai LC50 dihitung dari nilai antilog X pada saat Y=5.21
(42)
30
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ekstraksi tanaman
Daun kemangi (Ocimum canum Sims) yang digunakan pada penelitian ini didapat dari daerah Ciamis, Jawa Barat sebelumnya dideterminasi terlebih dahulu di Herbarium Bogoriense, Balai Penelitian dan Pengembangan Botani, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI Bogor. Kemudian dilakukan proses pembuatan ekstrak kering terlebih dahulu dengan dikeringkan dan diblender sampai halus. Setelah itu, dilakukan proses ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi.
Daun kemangi yang sudah dikeringkan lalu dimasukkan ke dalam bejana erlenmeyer dengan ditambah etanol 70%. Campuran ini kemudian diaduk supaya tercampur rata dan didiamkan selama 3x24 jam. Setelah 24 jam campuran ini kemudian disaring dengan kertas saring untuk didapat sari-sarinya. Pencampuran dan penyaringan ini dilakukan tiga kali secara berulang sampai warna campuran menjadi agak pudar. Sari daun kemangi yang diperoleh kemudian diletakkan di atas rotatory evaporator dengan suhu 480C untuk menghilangkan pelarutnya sehingga didapatkan ekstrak kental sebanyak 105,04 mg.
Daun kemangi didapat di dapat dari daerah Ciamis, Jawa Barat sebanyak 2 kg. Kemudian dilakukan proses sortir hingga pengeringan dan diblender hingga didapatkan simplisia kering sebanyak 1000 gram. Rendemen ekstrak dihitung dengan cara sebagai berikut32 :
Rendemen (%) =
x 100 %
=
x 100 %
= 1, 05 %
Hasil nilai rendemen ekstrak etanol daun Ocimum canum Sims dalam dilihat dalam tabel 4.1
(43)
Tabel 4.1 Data rendemen ekstrak etanol daun Ocimum canum Sims
Nama Simplisia Berat Ekstrak (gram) Rendemen ekstrak (%)
Ekstrak etanol 10,5 gram 1,05
Ekstrak kental kemudian dibuat dalam 5 konsentrasi yaitu 1000 ppm, 500 ppm, 200 ppm, 100 ppm dan 50 ppm. Ekstrak yang telah dibuat ke dalam 5 larutan konsentrasi dibuat replikasi sebanyak 3 kali (triplo) agar lebih akurat dan dapat dihitung secara statistik. Pada masing-masing konsentrasi, digunakan 10 larva udang Artemia Salina Leach yang telah berumur 48 jam. Setelah itu, disiapkan tabung sesuai dengan jumlah konsentrasi ditambah dengan kontrol negatif (air laut).
Setelah itu, maka masing-masing 10 larva udang dimasukkan ke dalam tiap-tiap tabung sesuai dengan konsentrasi. Tiap konsentrasi dimasukkan 1 ml ekstrak yang akan ditambah dengan 9 ml air laut. Hal ini menyebabkan terjadi perbedaan konsentrasi semula dengan konsentrasi ekstrak yang dilarutkan dalam 9 ml air laut. Oleh karena itu, pada perhitungan akhir konsentrasi digunakan sesuai dengan konsentrasi ekstrak yang kontak langsung dengan larva yakni mejadi 1/10 konsentrasi semula. Dalam penelitian ini, konsentrasi yang berkontak langsung dengan larva adalah 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm,dan 100 ppm
Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%. Harus diperhatikan juga apakah pelarut memiliki pengaruh terhadap kematian larva
Artemia salina Leach. Dalam penelitian ini, telah dilakukan uji terhadap pelarut. Hasilnya, tidak terdapat kematian larva udang Artemia salina Leach. Ini menunjukkan bahwa pelarut dalam hal ini etanol 70% tidak memberikan pengaruh terhadap kematian larva Artemia salina Leach.
Etanol merupakan pelarut polar yang dapat menarik senyawa polar yang ada dalam tanaman.33 Adapun sifat dari etanol adalah sebagai berikut :
(44)
32
Berat molekul : 46,07 gr/grmol Titik lebur : -1120 C
Titik didih : 78,40 C Densitas : 0,7893 gr/ml Indeks bias : 1,36143 cP Viskositas 200 C : 1,17 cP Panas penguapan : 200,6 kal/gr
4.2 Perhitungan nilai LC50
Setelah didapatkan data kematian larva udang Artemia salina Leach, dihitung persentase kematian tiap konsentrasi dengan cara :
% kematian= ∑
∑
Adapun jumlah kematian larva dalam setiap konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum canum Sims) ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Pengaruh berbagai konsentrasi terhadap kematian larva Artemia salina
Leach
Perlakuan ke- Angka Kematian Larva Artemia salina Leach dari 10 Larva
Kontrol negatif 0% konsentrasi (ppm)
100 50 20 10 5
1 7 4 3 3 0 0
2 5 4 4 2 2 0
3 6 3 3 3 3 0
Total kematian 18 11 10 8 5 0 Rata-rata 6 3,66 3,33 2,66 1,66 0 Standar deviasi
1 0,5773 0,5773 0,577 1,5275
Persen kematian 60% 36,66 % 33,33% 26,6% 16,6% 0%
Untuk menghitung persen kematian, jumlah larva yang mati kemudian dibagi 30 sesuai jumlah larva yang digunakan pada 1 kali replikasi, setelah itu
(45)
dikali 100 %. Adapun persen kematian yang didapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Grafik 4.1 Persentase kematian larva Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum canum Sims)
Pada grafik di atas, dapat dilihat bahwa persentase kematian tertinggi berada pada konsentrasi 100 ppm. Sedangkan persentase kematian terendah berada pada konsentrasi 5 ppm.
Tabel 4.2 Perhitungan Nilai LC50 dengan Metode Probit
Hasil Uji Hasil Perhitungan Konsentrasi
(ppm)
Log konsentrasi
(X)
% kematian Probit (Y) X2 Y2 XY
100 2 60% 5,2533 4 27,5 10,5 50 1,69 36,66% 4,6575 2,85 21,69 7,87 20 1,3 33,33% 4,5684 1,69 20,87 5,93 10 1 26,66% 4,3750 1 19,14 4,375
5 0,69 16,66% 4,0299 0,47 16,24 2,6
∑ 6,68 22,5618 10,1 105,44 31,27
0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00%
5 10 20 50 100
16,60%
26,60%
33,33% 36,66%
60% % Kem atian A rte m ia sal in a Leac h Konsentrasi (ppm)
Pengaruh berbagai Konsentrasi terhadap Persentase Kematian Larva Artemia salina Leach
(46)
34
Dari tabel di atas, dapat ditarik garis lurus persamaan Y= mx+b sehingga didapatkan grafik linear seperti di bawah ini :
Grafik 4.2 Kematian dari setiap konsentrasi ekstrak
Berdasarkan grafik regresi linear di atas, dapat ditarik garis lurus melalui persamaan Y= mx+b dimana Y bernilai 5.
Sehingga didapatkan :
m= 0,819
b= 3,482
Untuk itu, nilai LC50 yang didapat adalah sebagai berikut :
Y=mx+b
5=0,819x+3,482
X= 1,85
Antilog 1,85 = 70,7946 ppm
sehingga nilai LC50 yang didapat dari antilog X adalah 70,7946 ppm.
BSLT adalah salah satu metode skrining untuk menentukan toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara akut dengan menggunakan hewan coba Artemia
5,2533 4,6575
4,5684 4,375
4,0299
y = 0,8191x + 3,4825 R² = 0,916
0 1 2 3 4 5 6
0 0,5 1 1,5 2 2,5
N il ai Pr o b it Log Konsentrasi
(47)
salina Leach. Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian larva Artemia salina Leach dengan parameter Lethal Concentration 50 (LC50). Suatu ekstrak dinyatakan bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm. Jika hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat anti kanker berbasis alam (Natural Product) atau yang disebut dengan fitoterapi.27 Pengujian terhadap ekstrak etanol daun kemangi menunjukkan harga LC50 sebesar 70,7946 ppm. Sehingga dapat dikatakan ekstrak etanol daun kemangi pada percobaan ini memiliki potensi toksisitas menurut metode BSLT.
Adapun mekanisme kematian larva tersebut berhubungan dengan senyawa seperti flavonoid yang terkandung di dalamnya. Senyawa tersebut bertindak sebagai racun perut atau stomach poisoning sehingga akan menganggu alat pencernaannya. Selain itu, reseptor perasa pada daerah mulut larva juga akan dihambat sehingga menyebabkan gagalnya stimulus rasa pada larva sehingga tidak mampu mengenali makanannya. Hal ini mengakibatkan larva mengalami kelaparan dan akhirnya mati.26
Pada penelitian sebelumnya, uji toksisitas akut ekstrak etanol daun kemangi dengan spesies yang berbeda, didapatkan LC50> 1000 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa daun kemangi spesies (Ocimum sanctum L) bersifat tidak toksik.26 Hal ini berbeda dengan penelitian kali ini, dimana spesies yang digunakan adalah Ocimum canum Sims.
(48)
36
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
1. Nilai LC50 pada ekstrak kental daun kemangi adalah 70,7946 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa uji toksisitas akut suatu tanaman dengan metode BSLT dinyatakan toksik apabila memiliki nilai LC50 ≤ 1000 ppm.
2. Ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum canum Sims) bersifat toksik sehingga berpotensi untuk antikanker.
5.2 Saran
1. Dengan hasil yang ada, dimana daun kemangi (Ocimum canum Sims) memiliki potensi toksisitas akut, maka diharapkan dapat diteliti lebih lanjut senyawa yang bersifat toksik tersebut.
2. Mengisolasi senyawa yang berpotensi toksik tersebut sehingga dapat dikembangkan menjadi obat antikanker.
(49)
37
1. Prapti U, dr. 2008. Buku pintar tanaman obat. Jakarta Selatan : PT Agromedia Pusaka .p125
2. Hedi R. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. IDI Editorial
3. Budi Tri, Galuh HE. 2009. Bebas sakit punggung. Jogjakarta : Penerbit Kanisius. p65
4. Budi Tri, Galuh HE. 2009. Bebas Stress. Jogjakarta : Penerbit Kanisius. p44
5. Behera S, et al. 2012. Phytochemical Investigation and Study on Antioxidant Properties of Ocimum canum hydro-alcoholic leaf extracts. Journal of Drug Delivery & Therapeutics; 2(4). p122-p128
6. WHO Monographs on Selected Medicinal Plants. 2002 [cited 2009 January 27]
2nd volume .Available from :
http://whqlibdoc.who.int/publications/2002/9241545372.pdf
7. Harmita, Dr. et al. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati. Ed. 3. Jakarta : EGC
8. Endang H, et al. 2008. Keragaman Selasih (Ocimum sp) berdasarkan Morfologi, Produksi dan Mutu Herba. Bogor : Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Jurnal Littri 14(4). p141-148
9. Santosh KS, et al. 2011. Analysis of phytochemical and antioxidant potential of Ocimum killimandscharicum Linn. International Journal of Current Pharmaceutical Research; 3 (2). p 40-46
10.Nurwan N. 2008. Analisis Faktor-Faktor Literatur. Jakarta : FTUI
11.Harbone JB. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung : ITB
(50)
38
12.Sudarsono, Gunawan D, Wahyuono S, Donatus IA, Purnomo. 2002. Tumbuhan obatII (Hasil Penelitian, Sifat-sifat, dan Penggunaannya). Yogyakarta : Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada
13.Nyarko AK, et al. 2002. Extract of Ocimum canum lowers blood glucose and facilitates insulin release by isolated pancreatic beta-islet cells. Noguchi Memorial Institute for Medical Research, University of Ghana, Legon. May 9(4). 14.Shadia S, et al. 2007. Chemical Composition of Ocimum americanum Essential
Oil and Its Biological Effects Against, Agrotis ipsilon, (Lepidoptera: Noctuidae).
Research Journal of Agriculture and Biological Sciences : 3(6). p740
15.Balanehru S, Nagarajan B. 1991. Protective effect of oleanolic acid and ursolic acid against lipid peroxidation. Department of Microbiology & Tumor Biochemistry, Cancer Institute, Madras, India. Jul; 24(5). p981-p90
16.Aluko BT, et al. 2012. Phytochemical and nutrient compositions of the leaves of Ocimum canum Sims. African Journal of Biotechnology. 11(63). p12697-12701 17.Wenying R, et al. Flavonoids: Promising Anticancer Agents. Wenying Ren,
Zhenhua Department of Hematology, 2nd Hospital of Shanxi Medical University, Taiyuan, Shanxi 030001, P. R. China
18.Jeferson C, et al. 2013. Chemical composition and antimicrobial activity of essential oils of Ocimum canum Sims and Ocimum selloi Benth. Annals of Brazilian academy of science. 83(3).
19.Ernest H. 2004. A Textbook of Modern Toxicology. 3rd Edition. New York : John Wiley and Sons Inc. p3-4
20.College of Agricultural Science. 2006. Toxicity of Pesticides. The Pennsylvania State University. p1
21.Priyanto. 2009. Toksikologi : Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian Resiko. Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi Indonesia (LESKONFI).
(51)
22.Journal of Applied Pharmaceutical Science. 2012. Bioactivities Evaluation of Indonesian Mistletoes (Dendrophthoe pentandra) Leaves Extracts ; 2(1) p24-p27 23.UNECE. 2009. Health Hazards. United Nations : www.unece.org . p109
24.David GW. 2005. Analisis Farmasi : Buku Ajar Untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi. 2nd edition. p416
25.Zulfa H. 2012. Uji Toksisitas Ekstrak Kasar Organospesifik Acanthaster dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia
26.Dita M. 2010. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Anggur (Vitis vinifera)
Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
27.Anindita R. 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi ( Ocimum sanctum Linn) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test ( BSLT ). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
28.Vivi L, et al. 2006. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dari berbagai fraksi ekstrak buah dan kulit mahkota dewa. Buletin Penelitian Kesehatan. 34(3). p111-118
29.Nina Artanti, et al. Evaluasi aktivitas antikanker, antioksidan, antidiabetes, dan toksisitas ekstrak etanol Taxus Sumatrana. Puslit Kimia-LIPI, Kawasan Puspiptek, Serpong.
30.Laboratory of Ecotoxicology and LCA. Acute toxicity test on brine shrimp
(Artemia salina Leach). Department of enviromental chemistry. ICT: Prague 31.Prashant T, et al. 2011. Phytochemical Screening and Extraction : A Review.
(52)
40
32.M. Zamrodi. 2011. Uji Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Aktif Tanaman Anting-Anting (Acalypha indica L). Malang : Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim
33.Perry RH. 1999, Perry's Chemical Engineering Handbooks. New York: Mc. Graw Hill
(53)
(54)
42
Lampiran 2 Data Kematian Larva Artemia salina Leach pada tiap Perlakuan
Lampiran 2.1 Data Kematian Larva Artemia salina Leach pada Perlakuan 1
Tabung reaksi Konsentrasi 5 ppm Konsentrasi 10 ppm Konsentrasi 20 ppm Konsentrasi 50 ppm Konsentrasi 100 ppm
Tabung 1 1 3 3 4 6
Tabung 2 2 3 3 3 6
Tabung 3 0 2 2 4 8
Lampiran 2.2 Data Kematian Larva Artemia salina Leach pada Perlakuan 2
Lampiran 2.3 Data Kematian Larva Artemia salina Leach pada Perlakuan 3
Tabung reaksi Konsentrasi 5 ppm Konsentrasi 10 ppm Konsentrasi 20 ppm Konsentrasi 50 ppm Konsentrasi 100 ppm
Tabung 1 3 3 4 6 7
Tabung 2 1 2 2 3 5
Tabung 3 3 3 3 3 7
Tabung reaksi Konsentrasi 5 ppm Konsentrasi 10 ppm Konsentrasi 20 ppm Konsentrasi 50 ppm Konsentrasi 100 ppm
Tabung 1 2 2 3 3 5
Tabung 2 1 1 5 3 4
(55)
Lampiran 3 Pembuatan Ekstrak Kental Etanol Daun Kemangi
2 kg daun kemangi dipetik dari daerah Ciamis-Jawa Barat
Dicuci, dan dibersihkan dari kotoran
Disortir dan dikering anginkan selama 14 hari
Disortir kembali, dibersihkan dari kotoran
Diblender sampai halus dapat simplisia kering 1 kg
Dimaserasi dengan etanol 70%
Disaring
Filtrat Ampas
Dievaporasi 480 C
Ekstrak kental 105,4 mg
Uji toksisitas akut dengan BSLT
(56)
44
Lampiran 4 Data Perhitungan Pembuatan Larutan Konsentrasi a. 500 ppm
V1M1 = V2M2 1000V1 = 25.500 V1 = 12,5 ml ekstrak b. 200 ppm
V1M1 = V2M2 1000V1 = 25.200 V1 = 5 ml ekstrak c. 100 ppm
V1M1 = V2M2 1000V1 = 25.100 V1 = 2,5 ml ekstrak d. 50 ppm
V1M1 = V2M2 1000V1 = 25.50 V1 = 1,25 ml ekstrak
(57)
Lampiran 5 Skema Uji Toksisitas Akut dengan Metode BSLT
Ekstrak kental etanol daun kemangi
Diencerkandalam aquadest
Kontrol negatif 10 larva udang + 10 ml air
laut
Dibuat masing-masing konsentrasi 500 ppm, 200 ppm, 100 ppm dan 50 ppm
10 ekor larva udang+kon sentrasi 500 ppm+ air laut 10 ekor larva udang +konsentra si 200 ppm+ air laut 10 ekor larva udang +konsentra si 100 ppm+ air 10 ekor larva udang +konsentra si 50 ppm+
air laut
Ditunggu 1x24 jam
Dihitung jumlah larva udang yang mati Masing-masing tabung dilakukan replikasi 3
kali
Dihitung persentase kematian larva udang
(58)
46
Lampiran 6 Nilai Probit
(59)
(60)
48
(61)
(62)
(63)
(64)
52
Lampiran 8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fitri Fatimatuzzahra
Tempat, tanggal lahir : Ciamis, 20 September 1991
Alamat : Jalan Angganaya 37 Ciamis-Jawa Barat
No. HP : +62 81392359679
Email : fitri.zahraf@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK Rukun Batik (1995-1997)
2. MIN 1 Ciputat (1995-2003)
3. MTs Pembangunan UIN (2003-2006)
4. MAN 2 Ciamis (2007-2010)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Lampiran 8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Fitri Fatimatuzzahra
Tempat, tanggal lahir : Ciamis, 20 September 1991
Alamat : Jalan Angganaya 37 Ciamis-Jawa Barat No. HP : +62 81392359679
Email : fitri.zahraf@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK Rukun Batik (1995-1997)
2. MIN 1 Ciputat (1995-2003)
3. MTs Pembangunan UIN (2003-2006)
4. MAN 2 Ciamis (2007-2010)