Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi di RSUP Fatmawati tahun 2009

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENGHADAPI

OPERASI DI RSUP FATMAWATI

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana

Keperawatan

Oleh :

Nyi Dewi Kuraesin

Nim.105104003475

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2009


(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa sekripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENJALANI OPERASI DI RSUP FATMAWATI” ini, sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Jakarta, November 2009


(3)

!

"

"

#

$

!


(4)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

NYI DEWI KURAESIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BRHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENJALANI OPERASI MAYOR ELEKTIF DI RUANG RAWAT BEDAH RSUP FATMAWATI – JAKARTA SELATAN

Skripsi, November 2009

(xi + 87 hal + 13 tabel + 3 gambar + 6 lampiran) ABSTRAKS

Pra operasi merupakan kondisi yang dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke kamar operasi, proses perawatan di rumah sakit seringkali mengabaikan aspek-aspek psikologis, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan psikologis bagi pasien yang salah satunya kecemasan. Kecemasan yang dialami biasanya terkait dengan prosedur asing dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan.

Tujuan penelitian ini mencoba mengungkap hubungan karakteristik (jenis kelamin, umur, tingkat pengetahuan, pengalaman ,dan dukungan) dan tingkat pengetahuan responden dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi mayor elektif di RSUP Fatmawati 2009 dan Metode penelitian yang digunakan deskriptif

dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 46 responden dengan teknik pengambilan sampel sistematic sempling. Uji statistic yang digunakan adalah uji Chi

Square Test.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari sampel yang diteliti menunjukan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan diperoleh nilai p=0,043 dinyatakan signifikan taraf 0,05. Tingkat pengetahuan tentang pembedahan dengan tingkat kecemasan terdapat hubungan yang signifikan pada taraf 0,05, dengan nilai p=0,044. Pengalaman dengan tingkat kecemasan juga terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,045 dinyatakan signifikan taraf 0,05 Sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, usia dan dukungan dengan nilai p > 0,05.

Kata kunci : Karakteristik responden, tingkat pengetahuan, tingkat kecemasan, dan pasien pra operasi


(5)

SCIENCE STUDY PROGRAM KEPERAWATAN FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 NYI DEWI KURAESIN

FACTORS ASSOCIATED WITH ANXIETY LEVELS OF PATIENTS UNDERGOING MAJOR ELECTIVE SURGERY AT THE FATMAWATI HOSPITAL

JAKARTA SELATAN Thesis, November 2009

(xi + 87 pages + 13 tables + 3 pictures + 6 enclosures) ABSTRACT

Pre operation is an act that began when the decision for surgical intervention is made and ends when the patient was sent to the operating theatre, the process of hospital care often ignore the psychological aspects, giving rise to various psychological problems for patients such as anxiety. Experienced anxiety usually associated with foreign procedures and also a threat to the salvation of souls from all kinds of surgical procedures and anesthesia action.

The purpose of this study tried to uncover the relationship behaveen characteristics (gender, age, level of knowledge, experience, and support) and level of knowledge of respondents with anxiety levels of patients undergoing elective major surgery in Fatmawati Hospitals 2009 and Fatmawati research method used descriptive cross-sectional approach. The number of was 46 respondents with sistematic sampling techmiques. Statistical test used was the Chi Square Test.

The reserch showed that no significant relationship between level of education with the level of anxiety obtained p value = 0.043 revealed a significant level of 0.05. The level of knowledge about the surgery with the level of anxiety is a significant relationship exists at the level of 0.05, with p value = 0.044. Experience with anxiety level there is also a significant relationship with p values = 0.045 revealed a significant level of 0.05, while there is no significant relationship between gender, age and support with p values> 0.05.

Keywords: Characteristics of respondents, the level of knowledge, level of anxiety, and patients pre-surgery


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis daPpat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pasien yang Akan Menjalani Operasi Di RSUP Fatmawati Pada Tahun 2009”, yang disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan sarjana pada Program Studi Ilmu Keperawatan

Penulis menyadari selama penyusunan skripsi ini banyak sekali hambatan yang dihadapi, namun berkat bimbingan, dukungan, saran serta doa dari berbagai pihak maka setiap hambatan dan kesulitan terasa lebih mudah. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. bapak Prof Dr. (hc) dr. MK Tadjudi, Sp, And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

2. Ibu Tien Gartinah, S.Pd., MN selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan.

3. Ibu Ita Yuanita, S.Kp., M.Kep, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran.

4. Ibu Sri Mulyani, S.Kep, MKM selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran.

5. Ibu Desmawati, S.Kp., MARS. selaku Dewan Penguji I Skripsi yang telah memberikan masukan, saran maupun petunjuk pada penulis.

6. Bapak Waras Budi U, S.kep, MKM. selaku Dewan Penguji II Skripsi yang telah memberikan masukan, saran maupun petunjuk pada penulis.


(7)

7. Seluruh staf pengajar, staf tata usaha dan pengelola perpustakaan di Fakultas Kodokteran dan Ilmu Kesehatan, serta seluruh pihak yang terkait dengan penyusunan skripsi ini.

8. Bapak/Ibu Direktur RSUD Fatmawati Jakarta Selatan, yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.

9. Seluruh Ka. Bagian Umum, Ka. Bidang Pelayanan Medik, Ka. Bidang Pelayanan Keperawatan dan Unit Inap Jalan RSUD Fatmawati Jakarta Selatan.

10. Ayahanda H. Mukawa Ali, Ibunda Hj. Tuti Sutini, Kakak-kakakku pipie, Bo’op, Ninie, Izul, Rahmat, adiku Imam dan seluruh keluarga serta seseorang yang saya sayangi yang selalu memberi motivasi baik secara moril maupun materil dan spiritual sehingga penulis cepat dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman angkatan 2005 program S-1 Keperawatan, Khususnya Zahra, Balqis, Risma dan teman-teman yang bergabung dalam Back Community, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Namun demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk menyempurnakannya.

Jakarta, Desember 2009


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Abstrack ... ii

Kata Penghantar ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum... 4

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Bagi Ilmu Keperawatan ... 5

2. Bagi Pelayanan Kesehatan ... 5

3. Bagi Peneliti selanjutnya ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Teoritis ... 6

A. Cemas ... 7

1. Pengetian Cemas ... 7

2. Teori Kecemasan ... 7

3. Tingkat dan Karakteristik kecemasan ... 9


(9)

5. Mekanisma Koping kecemasan ... 17

6. Alat ukur kecemasan ... 20

B. Operasi ... 22

1. Pengertian Operasl ... 22

2. Indikasi dan Klasiikasi Operasi ... 23

C. Perioperasi... 27

1. Pengertian perioperatif ... 27

2. Persiapan Praoperasi ... 28

Penelitian Terkait ... 33

Kerangka Teoritis ... 36

BAB III. KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 37

B. Hipotesis ... 38

C. Definisi Operasional ... 39

BAB IV. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 43

B. Populasi dan Sempel ... 43

1. Populasi ... 43

2. sampel ... 43

C. Teknik Pengamblan Sempel ... 44

D. Tempat Penelitian... 45

E. Prosedur Penelitian ... 46

F. Variabel Penelitian ... 47

G. Tahapan Pengumpulan Data ... 47

1. Teknik pengumpulan data ... 47

2. Instrumen penelitian ... 48

H. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 50


(10)

2. Uji Realibilitas ... 52

I. Pengolahan Data ... 53

J. Analisa Data ... 54

K. Etika Penelitia ... 55

BAB V. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57

1. Sejarah Singkat ... 57

2. Visi dan Misi ... 58

3. Pelayanan Kesehatan ... 59

B. Analisa Data ... 61

1. Analisa Univariat ... 61

2. Analisa Bivariat ... 66

BAB VI . PEMBAHASAN A. Tingkat Kecemasan ... 76

B. Karakteristik Responden ... 77

C. Tingkat Pengetahuan ... 83

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rentang Respon Kecemasan ...9

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...36

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden ...62

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan ...64

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan ...65

Tabel 5.4 Analisa hubungan usia dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati ...66

Tabel 5.5 Analisa hubungan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati ...67

Tabel 5.6 Analisa hubungan pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati. ...68

Tabel 5.6.1 Odd Rasio...69

Tabel 5.7 Analisa hubungan pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati ...71

Tabel 5.7.1 Odd Rasio...71

Tabel 5.8 Analisa hubungan dukungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati ...73

Tabel 5.9 Analisa hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati....74


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang respon kecemasan... 9 Gambar 2.2 Kerangka teori... 36 Gambar 3.1 Kerangka konsep... 37


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 Instrumen Penelitian

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 4 Hasil uji Statistik

Lampiran 5 Surat Keterangan Studi Pendahuluan dan Penelitian Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari RSUP Fatmawati


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah yang dialami seseorang ketika sakit adalah kecemasan, apalagi jika seseorang tersebut harus menjalani tindakan medis yaitu operasi dan berperan sebagai pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.

Cemas merupakan hal yang sering terjadi dalam hidup manusia. Cemas juga dapat menjadi beban berat yang menyebabkan kehidupan individu tersebut selalu di bawah bayang-bayang kecemasan yang berkepanjangan dan menganggap rasa cemas sebagai ketegangan mental yang disertai dengan gangguan tubuh yang menyebabkan rasa tidak waspada terhadap ancaman, kecemasan berhubungan dengan stress fisiologis maupun psikologis. Artinya, cemas terjadi ketika seseorang terancam baik secara fisik maupun psikologis (Asmadi, 2008).

Menurut Volicer & Volicer yang dikutip oleh Rosintan pada tahun 2003, klien yang akan dilakukan pembedahan menunjukan stress yang tinggi dibandingkan dengan kelompok klien yang dirawat tanpa rencana tindakan pembedahan. Ketika klien tiba di ruangan preoperasi merupakan keadaan


(15)

yang menambah kecemasan klien. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pelaksanaan operasi dan tindakan pembiusan.

Kecemasan yang dialami pasien dapat berdampak terhadap berlangsungnya pelaksanaan operasi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada saat studi pendahuluan kepada perawat yang bertugas di ruang operasi RSUP Fatmawati terdapat beberapa kasus pembatalan operasi diantaranya meningkatnya tekanan darah pada pasien yang mengalami hipertensi, memanjangnya waktu haid yang dialami pasien yang sedang haid, membuat operasi tersebut harus ditunda, ketakutan yang dialami pasien dan keluarga seringkali membuat keluarga menganbil keputusan untuk membatalkan tindakan operasi tersebut. Data yang diperoreh kasus

pembatalan pasien selama tahun 2008 terdapat 15 kasus

pembatalan/penundaan disebabkan meningkatnya tekanan darah, 9 kasus pembatalan/penundaan disebabkan pasien haid, dan 12 kasus disebabkan keluarga menolak atau pasien mengalami ketakutan.

Pada tahun 2007 401 RSU Depkes dan Pemda operasi yang dilaksanakan sebanyak 642.632, yang dirinci menurut tingkat kelas A, B, C, dan D, data tersebut dikasifikasikan berdasarkan jenis opeasi. Pada kelas A jumlah operasi besar adalah 8.364 (16,2%), kelas B operasi besar 76.969 (19,8%), pada kelas C jumlah operasi besar adalah 65.987 (34,0%), pada kelas D jumlah operasi besar adalah 3.307 (41,0%) (Depkes RI, 2007).


(16)

RSUP Fatmawati merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang terletak di Jakarta Selatan. Rumah Sakit ini menerima berbagai jenis tindakan operasi baik operasi besar, operasi kecil, operasi khusus, ataupun operasi canggih. Berdasarkan data kegiatan Instalasi Bedah Sentral (IBS) selama tahun 2008 jumlah pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan pada pelayanan Elektif, Cito, maupun One Day Care (ODC) berjumlah 5309 orang dengan perincian sebagai berikut : pelayanan elektif adalah 2573 orang, pelayanan cito adalah 1420 orang, pelayanan One Day Care adalah 1269 orang. Kegiatan operasi elektif dengan jenis operasi besar sejumlah 750 orang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferlina Indra S pada tahun 2002 yang berjudul “Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien” diperoleh 80% dari 20 sampel yaitu pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan di RS Muhammadiah Malang mengalami kecemasan. Hal ini sesuai dengan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan sewaktu menjalankan tugas praktek praklinik di RSUP Fatmawati, dalam rangka memenuhi tugas akademik selama empat hari di ruang rawat bedah lantai 4 selatan IRNA B pada 6 pasien yang dirawat dengan rencana tindakan pembedahan atau operasi, diperoleh 90% dari mereka yang akan menjalani operasi mengungkapkan kecemasannya terhadap tindakan operasi yang akan dijalaninya. Bentuk kecemasan yang mereka tunjukkan seperti, pasien mengatakan takut, nyeri, tidak bisa tidur, dan khawatir jika operasi yang telah dilakukan tidak berhasil. Sebagian dari mereka mengalami


(17)

peningkatan rasa cemas ketika mereka memasuki ruangan penerimaan pasien di ruang Instalasi Bedah.

Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien, menurut Prof. Dr. Dr Dadang Hawari (2006) mekanisme terjadinya cemas yaitu psiko-neuro-imunologi atau psiko-neuro-endokrinolog. Akan tetapi tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas hal ini tergantung pada struktur perkembangan kepribadian diri seseorang tersebut yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, dukungan sosial dari keluarga, teman, dan mayarakat.

Berdasarkan kondisi–kondisi dari hasil penelitian dan pegamatan awal penulis tertarik untuk meneliti tengtang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi di RSUP Fatmawati pada tahun 2009.

B. Rumusan Masalah Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, peneliti ingin mencoba merumuskan masalah yaitu:

Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi di RSUP Fatmawati pada tahun 2009.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi di RSUP Fatmawati.


(18)

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisa gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan

kecemasan yaitu usia, pendidikan, jenis kelamin, pngalaman, dukungan tingkat pengetahuan informasi operasi.

b. Menganalisa tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi c. Menganalisa hubungan antara usia, pendidikan, jenis kelamin,

pengalaman, dukungan, dan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi suatu masukan untuk perkembangan ilmu keperawatan khususnya bagi mata ajar Keperawatan Dasar.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan

Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan kepada pasien praoperasi. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang sifatnya lebih besar dan bermanfaat bagi kemajuan keperawatan khususnya di Indonesia


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Teoritis A. Cemas

1. Pengertian

Kecemasan adalah gangguan alam sadar (effective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kehawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA), masih baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality ), perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2006).

Kecemasan (Ansietas) adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur dan terjadi ketika mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (Darajat, 2007).

Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb, Kecemasan adalah situasi yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup (Fitri, 2005).

Kecemasan ialah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart, 2007)


(20)

Cemas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu di luar dirinya dan meknisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan.

Menurut Stuart (2007) ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kecemasan, antara lain:

a. Teori Psikoanalisis

Dalam pandangan psikoanalisis, cemas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan implus primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi mengetahui tuntutan dari dalam elemen tersebut, dan fungsi ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.

b. Teori Interpersonal

Dalam pandangan interpersonal, cemas timbul dari perasaan takut terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga berhubungan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain atau pun masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas, namun bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cemas. Dengan demikian cemas berkaitan dengan hubungan antara manusia.


(21)

c. Teori Perilaku

Menurut pandangan perilaku, cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap cemas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Peka tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebih sering menunjukan cemas pada kehidupan selanjutnya

d. Teori keluarga

Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan cemas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga, Adanya tumpang tindih antara gangguan cemas dan gangguan depresi.

e. Teori biologis

Kajian biologis menujukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, reseptor ini mungkin memicu cemas. Penghambatan asam aminobuitrik-gamma neuroregulator (GABA) juga memungkinkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap cemas.


(22)

Rentang Respon Ansietas

Gambar 2.1: Rentang respon kecemasan

Sumber: Stuart dan Sundeen dalam buku Asmadi (2008).

3. Tingkat dan Karakteristik kecemasan

Setiap tingkatan ansietas mempunyai karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu sama lain. Manifestasi yang terjadi tergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi tantangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakan (Stuart, 2007).

Tingkat kecemasan, yaitu:

a. Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas

b. Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal

yang penting dan mengenyampingkan pada hal yang lain, sehingga

Antisipasi Sedang Berat Panik

Respon adaptif Respon maladaptif


(23)

seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

c. Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak berfikir tentang hal yang lain, semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi ketegangan

d. Panik berhubungan dengan terperangah ketakutan dan eror. Rincian terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan, panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik terjadi aktifitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

Tabel 1.2: Tingkat dan karakteristik kecemasan.

Tingkat Ansietas Karakteristik

Cemas ringan

Berhubungan dengan tingkat ketegangan dalam peristiwa sehari-hari

Kewaspadaan meningkat

Persepsi terhadap lingkungan meningkat

Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.


(24)

Respon fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta bibir bergetar.

Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi

Cemas sedang

Respon fisiologis: sering nafas pendek, nadi eksra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala dan sering berkemih

Respon kognitif: memusatkan perhatian pada hal yang penting dan mengenyampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu terima

Respon perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegang, banyak bicara lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak aman


(25)

Cemas berat

Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain

Respon fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkabut, serta tampak tegang

Respon kognitif: tidak mampu berfikir berat lagi, dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang pandang menyempit

Respon perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat dan komunikasi terganggu

Panik

Respon fisiologis: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipertensi, serta rendahnya koordinasi motorik

Respon kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi

Respon perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan

marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan

kendali/kontrol (aktivitas tidak menentu), perasaan terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain


(26)

Gejala klinis kecemasan Menurut. Dadang Hawari, Psikiater (2006): Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain:

a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan fikirannya sendiri, mudah tersinggung.

b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. c. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang. d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. e. Gangguan konsenterasi dan daya ingat.

f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, antara lain:

Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Pencetus ansietas menurut Asmadi (2008) dapat dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu ( Asmadi, 2008):

a. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidak mampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarmya.


(27)

b. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri, dan hubungan interpersonal.

Menurut Long yang dikutip oleh Liza pada tahun 2003, ada berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan atau kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain yaitu takut nyeri setelah pembedahan, takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal gangguan body image, takut keganasan bila diagnosa yang ditegakan belum pasti, takut atau cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang sama, takut atau ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas, takut mati saat dibius atau tidak sadar lagi, takut operasi akan gagal.

Menurut Dadang Hawari (2006) mekanisme terjadinya cemas yaitu psiko-neuro-imunologi atau psiko-neuro-endokrinolog. Stresor psikologis yang menyebabkan cemas adalah perkawinan, orangtua, antar pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik, faktor keluarga, dan trauma. Akan tetapi tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas hal ini tergantung pada struktur perkembangan kepribadian diri seseorang tersebut yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, dukungan sosial dari keluarga, teman, dan masyarakat.


(28)

a. Usia

Menurut Haryanto, 2002 umur menunjukan ukuran waktu

pertumbuhan dan perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan dalam proses berpikir pada individu yang berumur dewasa lebih memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan kelompok umur anak-anak, ditemukan sebagian besar kelompok umur anak yang mengalami insiden fraktur cenderung lebih mengalami respon cemas yang berat dibandingkan kelompok umur dewasa (Lukman, 2009)

b. Pengalaman

Robby ,2009 pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan menggunakan koping. Kebehasilan seseorang dapat

membantu individu untuk mengembangkan kekuatan coping,

sebaliknya kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang menggunakan coping yang maladaptif terhadap stressor tertentu.

c. Dukungan

Menurut Kaplan dan Saddock, 1994 dukungan psikososial keluarga adalah mekanisme hubungan interpersonal yang dapat


(29)

melindungi seseorang dari efek stress yang buruk. Pada umumnya jika seseorang memiliki sistem pendukung yang kuat, kerentanan terhadap penyakit mental akan rendah (Arum, 2009).

d. jenis kelamin

Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers

(1983) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan

ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan (Power dalam Myers, 1983) (Creasoft, 2008).

Sunaryo, 2004 menulis dalam bukunya bahwa pada umumnya seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan lebih luas dibanding perempuan, karena laki-laki lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan sebagian besar perempuan hanya tinggal dirumah dan menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga tingkat pengetahuan atau transfer informasi yang didapatkan terbatas tentang pencegahan penyakit. e. Pendidikan

Hasil Riset yang dilakukan Stuarth and Sundden (1999) menunjukan responden yang berpendidikan tinggi lebih mampu


(30)

menggunakan pemahaman mereka dalam merespon kejadian fraktur secara adaptif dibandingkan kelompok responden yang berpendidikan rendah (Lukman,2009). Kondisi ini menunjukan respon cemas berat cenderung dapat kita temukan pada responden yang berpendidikan rendah karena rendahnya pemahanan mereka terhadap kejadian fraktur sehingga membentuk persepsi yang menakutkan bagi mereka dalam merespon kejadian fraktur

5. Mekanisme Koping kecemasan

Setiap ada stressor penyebab individu mengalami kecemasan, maka secara otomatis muncul upaya untuk mengatasi dengan berbagai mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping akan efektif bila didukung dengan kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan bahwa mekanisme yang digunakan dapat mengatasi kecemasannya. Kecemasan harus segera ditangani untuk mencapai homeostatis pada diri individu, baik secara fisiologis maupun psikologis

Menurut Asmadi (2008) mekanisme koping terhadap kecemasan dibagi menjadi dua kategori :

a. Strategi pemecahan masalah (problem solving strategic)

b. Strategi pemecahan masalah ini bertujuan untuk megatasi atau menanggulangi masalah/ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan secara realistis. Secara ringkas pemecahan masalah ini menggunakan metode Source, Trial and Error, Others Play and Patient (STOP).


(31)

c. Mekanisme pertahanan diri (defence mekanism)

Mekanisme pertahanan diri ini merupakan mekanisme penyesuaian ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat. Beberapa ciri mekanisme pertahanan diri antara lain: 1) Bersifat hanya sementara karena berfungsi hanya melindungi

atau bertahan dari hal-hal yang tidak menyenangkan dan secara tidak langsung mengatasi masalah

2) Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran, individu tidak menyadari bahwa mekanisme pertahanan diri tersebut sedang terjadi

3) Sering sekali tidak berorientasi pada kenyataan.

Mekanisme pertahanan diri menurut Stuart (2007) yang sering digunakan untuk mengatasi kecemasan, antara lain:

1) Rasionalisasi : suatu usaha untuk menghindari konflik jiwa dengan memberi alasan yang rasional.

2) Displacement : pemindahan tingkah laku kepada tingkah laku yang bentuknya atau obyeknya lain.

3) Identifikasi : cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dan membuatnya menjadi bagian kepribadiannya, ia ingin serupa orang lain dan bersifat seperti orang itu.

4) Over kompensasi / reaction fermation : tingkah laku yang gagal mencapai tujuan, dan tidak mengakui tujuan pertama tersebut


(32)

dengan melupakan dan melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan yang pertama.

5) Introspeksi : memasukan dalam pribadi sifat-sifat dari pribadi orang lain.

6) Represi : konflik pikiran, impul-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan, ditekan ke dalam alam tidak sadar dan sengaja dilupakan.

7) Supresi : menekan konflik, impul-impuls yang tidak dapat diterima dengan secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya.

8) Denial : mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak meyenangkan dirinya.

9) Fantasi : apabila seseorang, menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal atau fantasi dan melamun.

10)Negativisme : perilaku seseorang yang selalu bertentangan atau menentang otoritas orang lain dengan tingkah laku tidak terpuji. 11)Regresi : kemunduran karakterstik perilaku dari tahap

perkembangan yang lebih awal akibat stress

12)Sublimasi : penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara sosial karena dorongan yang merupakan saluran normal ekspresi terhambat.


(33)

13)Undoing : tindakan atau komunikasi yang sebagian meniadakan yang sudah ada sebelumnya, merupakan mekanisme pertahanan primitif.

6. Alat ukur tingkatkecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali dengan menggunakan alat ukur yang digunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS - A)

Alat ukur ini dari 14 kelompok, yaitu:

a. Perasaan cemas, yang meliputi firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung dan cemas.

b. Ketegangan, yang meliputi merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.

c. Gangguan tidur yang meliputi sukar masuk tidur, terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi buruk, mimpi menakutkan.

d. Ketakutan yang meliputi ketakutan pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, takut pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, takut pada kerumunan orang banyak.

e. Gangguan kecerdasan, yang meliputi hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, bagun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari.


(34)

f. Perasaan depresi (murung), yang meliputi hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari.

g. Gejala somatik fisik (otot), yang meliputi sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.

h. Gejala somatik/fisik (sensorik) yang meliputi tinitus (telinga berdenging), penghilatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk.

i. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) yang meliputi takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri pada dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang (berhenti sekejap).

j. Gejala respirasi (pernapasan) yang meliputi, rasa tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas, nafas pendek dan sesak. k. Gejala gatrointerstinal (pencernaan)

l. Sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar (konstipasi), kehilangan berat badan.

m. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin), yang meliputi sering buang air kecil. Tidak dapat menahan air seni, menjadi dingin), menstruasi tidak teratur.


(35)

n. Gejala autonom yang meliputi mulut kering, berkeringat banyak pada tangan, bulu roma berdiri, perasaan panas dan dingin, berkeringat seluruh tubuh.

o. Gejala perubahan perilaku, yang meliputi gelisah, ketegangan fisik, gugup bicara cepat, lambat dalam beraktivitas.

B. Operasi

1. Pengertian Operasi

Operasi atau tindakan pembedahan adalah peristiwa kompleks yang menegangkan. Menurut Long yang dikutip oleh Rosintan pada tahun 2003, tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun psikologis. Contoh dari perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan atau ketakutan antara lain pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan, pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda.

Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, bagi penyakit tersebut tindakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Bagi


(36)

pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal tersebut diatas, sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-langkah perioperatif.

2. Indikasi dan Klasifikasi

a. Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai indikasi diantaranya adalah:

1) Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksplorasi

2) Kuratif : Eksisi tumor atau mengangkat apendiks yang mengalami inflamasi

3) Reparatif : Memperbaiki luka multipel

4) Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty, atau bedah platik

5) Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh: pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan. b. Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan

pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, antara lain (Brunner and suddarth, 2002).

1) Kedaruratan/Emergency

Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa ditunda, misal: perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus,


(37)

fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sangat luas.

2) Urgen

Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30 jam, misal: infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.

3) Diperlukan

Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat

direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan, misal: Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan tyroid, katarak.

4) Elektif

Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan,

bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu

membahayakan, misal: perbaikan Scar, hernia sederhana, perbaikan vaginal.

5) Pilihan

Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika, misal: bedah kosmetik.

c. Sedangkan menurut faktor resikonya, operasi dapat diklasifikasikan sebagai besar atau kecil, tergantung pada keseriusan dari penyakit,


(38)

maka bagian tubuh yang terkena, kerumitan pengoperasian, dan waktu pemulihan yang diharapkan.

1) Minor

Operasi minor adalah operasi yang paling sering dilakukan dirawat jalan, dan dapat pulang hari yang sama. Operasi ini jarang menimbulkan komplikasi (Virginia, 2004)

2) Mayor

Operasi mayor adalah operasi yang penetrates dan exposes semua rongga badan, termasuk tengkorak, termasuk pembedahan tulang, atau kerusakan signifikan dari anatomis atau fungsi faal (Guide and Ag Guide, 2003).

Operasi mayor adalah pembedahan kepala, leher, dada, dan perut. Pemulihan dapat waktu panjang dan dapat melibatkan perawatan intensif dalam beberapa hari di rumah sakit. Pembedahan ini memiliki resiko komplikasi lebih tinggi setelah pembedahan (Virgina, 2004).

Operasi mayor sering melibatkan salah satu badan utama di perut-cavities (laparotomy), di dada (thoracotomy), atau tengkorak (craniotomy) dan dapat juga pada organ vital. Operasi yang biasanya dilakukan dengan menggunakan anestesi umum di rumah sakit ruang operasi oleh tim dokter. Setidaknya pasien menjalani perawatan satu malam di rumah sakit setelah operasi.


(39)

Ada berbagai definisi dari operasi mayor, dan apa yang merupakan perbedaan antara operasi mayor dan minor. Sebagai aturan umum, yang utama adalah operasi besar dimana pasien harus diletakkan di bawah anestesi umum dan diberikan bantuan pernafasan karena dia tidak dapat bernafas secara mandiri.

Operasi besar biasanya membawa beberapa derajat resiko bagi pasien hidup, atau potensi cacat parah jika terjadi suatu kesalahan selama operasi. Beberapa gambaran lainnya dapat digunakan untuk membedakan besar kecilnya dari operasi. Misalnya, dalam sebuah prosedur operasi mayor dapat terjadi perubahan signifikan ke anatomi yang terlibat. Seperti dalam situasi di mana organ akan dihilangkan, atau sendi yang dibangun dengan komponen buatan. Setiap penetrasi organ tubuh dianggap sebagai operasi besar, seperti pembedahan ekstensif tulang pada kaki. Bedah syaraf umumnya dianggap utama karena resiko kepada pasien. Beberapa contoh utama operasi meliputi: penggantian lutut, operasi kardiovaskular, dan transplantasi organ. Prosedur ini pasti membawa risiko bagi pasien seperti infeksi, pendarahan, atau komplikasi dari yang menyebabkan kematirasaan umum digunakan.

Untuk mengurangi potensi komplikasi utama operasi berlangsung di ruang steril dimana sangat tepat prosedur yang diamati untuk mengurangi resiko kontaminasi dan pasien ini


(40)

diawasi oleh seorang anesthesiologist dan tim medis untuk setiap tanda-tanda distress (SE. Smith, 2003).

C. Perioperatif

1. Pengertian Perioperatif

Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.

Kata perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase

pengalaman pembedahan antara lain praoperatif, intraoperatif,

pascaoperatif (Brunner and Suddarth, 2002).

a. Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika diambil keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktifitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien ditatanan klinik atau dirumah, menjalani wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan pebedahan.

Bagaimanapun aktifitas perawat dibatasi hingga melakukan

pengkajian pasien praoperatif ditepat atau di ruang operasi.

b. Fase inraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk dan pindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Fase ini lingkup aktifitas keperawatan dapat meliputi memasang infus, memberikan medikai


(41)

intravena, melakukan pemantauan fisilogis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.

c. Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang aktifitas yang luas selama periode ini.

2. Persiapan praoperasi

Persiapan pasien bedah meliputi persiapan fisik dan psikologis secara luas. Dalam persiapan ini perawat berada pada posisi untuk membantu pasien memahami perlunya tindakan medis ini (Aziz Alimul H, 2006) a. Persiapan pendidikan kesehatan praoperasi

Perawatan harus mempersiapan lien dan keluarganya untuk menghadapi operasi. Dengan mengidentifikasi pengetahuan, harapan, dan persepsi klien, memungkinkan perawat merencanakan penyuluhan dan tindakan untuk mempersiapkan emosional klien. Apabila klien dijadwalkan menjalani bedah sehari, pengkajiannya dapat dilakukan di ruang praktik dokter atau di rumah klien

Setiap klien merasa takut untuk datang ke tempat operasi. Beberapa diantaranya disebabkan karena pengalaman di rumah sakit sebelumnya, peringatan dari teman dan keluarga, atau karena kurang pengetahuan. Perawat mengalami dilema etik jika klien memiliki informasi yang salah atau tidak menyadari alasan dilakukan pembedahan. Peawat menanyakan gambaran pemahaman klien tentang


(42)

pembedahan dan implikasinya. Perawat dapat mengajukan pertanyan seperti ” Ceritakan pada saya, menurut Anda apa yang aka terjadi sebelum dan sesudah operasi” atau ”Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang operasi”. Perawat harus berdiskusi dengan dokter terlebih dahulu sebelum memberi informasi yang spesfik tentang diagnosis medis klien. Perawat juga memastikan apakah dokter telah menjelaskan prosefur rutin pada masa preoperatif dan pasca operatif. Apabila klien mempunyai poersiapan yang baik dan mengetahui apa yang diharapkan maka perawat memperkuat pengetahuan klien dan mempertahankan keakuatan serta konsistensinya (Potter & Perry, 2005).

b. Persiapan diet

Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan makan, sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah, sebab makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan aspirasi.

c. Persiapan kulit

Persiapan kulit dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikro organisme dengan cara menyiram kulit menggunakan sabun heksaklorofin (hexachlorophene) atau sejenisnya


(43)

sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus dicukur.

d. Latihan nafas dan latihan batuk

Cara latihan ini dilakukan utuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi pada bedah intrakranial, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan karena dapat meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepas jahitan. Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan diagfragma.

e. Latihan kaki

Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea. Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali. Latihan quadrisep dapat dilakukan quadrisep dapat dilakukan dengan cara membengkokan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba gerakan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ulangi sebanyak 5 kali.


(44)

Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea. Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali.

Latihan quadrisep dapat dilakukan quadrisep dapat dilakukan dengan cara membengkokan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba gerakan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ulangi sebanyak 5 kali. Latihan mobilisasi dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan latihan mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti menggunakan penghalang agar bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat tidur atau dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tidur, melatih duduk diawali tidur Fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.

g. Persiapan psikososial

Pasien yang akan menghadapi pembedahan akan mengalami berbagai macam jenis prosedur tindakan tertentu dimana akan menimbulkan kecemasan. Segala bentuk prosedur pembedahan selalu


(45)

didahului dengan suatu reaksi emosional tertentu oleh pasien, apakah reaksi itu jelas atau tersembunyi, normal atau abnormal. Sebagai contoh, kecemasan preoperasi kemungkinan merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupan itu sendiri. Sudah diketahui bahwa pikiran yang bermasalah secara langsung mempengaruhi fungsi tubuh. Karenanya, penting artinya untuk mengidentifikasi kecemasan yang dialami pasien.

Pasien praoperasi dalam mengalami berbagai ketakutan. Termasuk ketakutan akan ketidaktahuan, kematian, tentang anastesia, kanker. Kehawatiran mengenai kehilangan waktu kerja, kemungkinan kehilangan pekerjaan, tanggung jawab mendukung keluarga, dan ancama ketidakmampuan permanen yang lebih jauh, memperberat ketegangan emosional yang sangat hebat yang diciptakan oleh prospek pembedahan.

Takut diekspresikan dengan cara yang berbeda oleh orang yang berbeda. Sebagai contoh, takut mungkin diekspresikan secara langsung oleh pasien yang secara berulang mengajukan banyak pertanyaan, walaupun telah dijawabnya. Saat pasien mengekspresikan ketakutan atau kehawatiran tentang pembedahan yang akan dihadapinya, penting artinya untuk mempertahankan agar jalur komunikasi tetap terbuka. Perawat dapat melakukan banyak hal untuk


(46)

menghilangkan kesalahan konsep dan informasi, dan untuk memberikan penanganan ketika memungkinkan.

Penelitian Terkait

1. Jurnal yang berjudul ”Identifikasi Stressor dan Mekanisme Koping Pada Klien Preoperasi di Ruang Perawatan Bedah RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung” pada tahun 2005 yang di tulis oleh Kuaman Ibrahim, Cecep Eli Kosasih, Yanny Trisyani. Pada umumnya pasien yang akan menjalani pembedahan disertai dengan kecemasan yang bervariasi dari tingkat ringan sampai dengan berat, tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi sumber-sumber stress dan mekanisme koping yang sering digunakan klien berkaitan dengan tindakan operasi, hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa subjek lebih banyak menganggap ”biaya pengobatan/perawatan” sebagai sumber stressor utama, diikuti dengan ”nyeri fisik, kurangnya penjelasan/informasi tentang operasi, kurang istirahat, dan keterbatasan gerak” dan mekanisme yang digunakan adalah berdo’a/shalat, mempererat hubungan dengan tuhan, berharap bahwa segala sesuatunya akan menjadi lebih baik, dan menerima keadaan apa adanya.

2. Penelitian yang berjudul Hubungan tingkat pengetahuan informasi prabedah dengan tingkat kecemasan pasien praoperasi. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional dengan populasi seluruh pasien pra operasi yang dirawat di Rumah Sakit XX. Jumlah sampel adalah 56 orang diambil secara purposive sampling. Metode pengumpulan data melalui wawancara dengan


(47)

menggunakan kuesioner yang dilakukan pada bulan Juli 2008. Data dianalisa secara statistik rumus = 0,05.αSpearman Rank pada taraf kesalahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 57,1% responden memiliki pengetahuan yang baik tentang informasi prabedah, 92,9% responden mengalami cemas sedang pada saat akan dilakukan operasi, dan uji spearman menghasilkan nilai korelasi r = -0,342 dengan nilai signifikansi (P) = 0.010, yang berarti hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang informasi prabedah dengan tingkat kecemasan pasien pada saat akan dilakukan operasi. Pengetahuan responden dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan usia, sedangkan kecemasan responden dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman dan usia. orang yang memiliki pengetahuan tentang informasi prabedah secara baik, kecemasannya saat akan menjalani operasi lebih rendah daripada orang yang memiliki pengetahuan kurang baik. Hal ini dapat dimengerti, karena informasi prabedah yang diberikan oleh petugas bertujuan untuk meluruskan persepsi atau pemahaman klien yang kurang tepat tentang tindakan operasi (Grahacendikia, 2009).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Budi santoso berjudul hubungan antara karakteristik demografi dengan kecemasan pasien pre operasi di RS. Islam Amal Sehat Sragen tahun 2008, sampel yang diteliti berjumlah 35 orang ,uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi chi square dari sampel yang diteliti menunjukan ada hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat kecemasan dengan X2=10,503 df=2 p=0,000 dinyatakan signifikan taraf 0,05.


(48)

Tingkat pengetahuan tentang pembedahan dengan tingkat kecemasan terdapat hubungan yang signifikan pada taraf 0,05. Dengan nilai X2=22,857 df=2

p=0,000. Sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien pra operasi. Dengan nilai X2=3,457

df=1 p=0,063 dinyatakan tidak signifikan taraf 0,05 (Skripsistikes, 2009). 4. Penelitian yang dilakukan oleh Priyadi yang berjudul Hubungan Support

System (Dukungan) Sosial dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi

Sectio Cesarea di Ruang Anggrek BRSD “RAA Soewondo” Pati, metode pengambilan sampel dengan total sampling, uji analisis pada penelitian ini adalah correlate bivariate spearmen rank. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Support System (Dukungan) Sosial dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi dengan nilai Signifikasi (r) 0,000 dimana nilai r < 0.05 maka terjadi penolakan Ho.


(49)

Kerangka Teoritis

Gambar 2.2: Kerangka teori ”faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien yang Akan menghadapi operasi

Sumber: Prof. Dr. Dr Dadang hawari, 2002 dan Potter & Perry, 2005

Perkembangan Kepribadian: Usia

Dukungan

Pengetahuan atau Pendidikan Pengalaman Jenis klamin

Tingkat pengetahuan

kecemasan Stressor Psikososial:

Perkawinan Orangtua Antar pribadi Pekerjaan Lingkungan Keuangan Hukum

Perkembangan Penyakit fisik Faktor keluarga trauma

SSP

(Otak, Sistem limbic, Sistem Transmisi

Saraf/

Neurotransmitter )

Kelenjar Endokrin (Sistem Hormonal, Kekebalan/ Immunity)


(50)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Gambar 3.1: Kerangka konsep ”Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Yang Akan menghadapi operasi”

Stressor Psikososial: Perkawinan Orangtua Antar pribadi Pekerjaan Lingkungan Keuangan Hukum

Perkembangan Penyakit fisik Faktor keluarga trauma

Perkembangan Kepribadian: Usia

Dukungan Pendidikan Pengalaman Jenis klamin

Tingkat pengetahuan

Tingkat kecemasan: Ringan Sedang Berat panik


(51)

B. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara usia dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi

2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi

3. Ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi

4. Ada hubungan antara pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi

5. Ada hubungan antara dukungan lingkungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi

6. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi


(52)

Tabel 3.1: Definisi Operasional ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien Menghadapi Operasi”

Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala ukur Hasil ukur

Usia

Usia responden terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir. Kuesioner Ordinal 1. 15-20 2. 21-40 3. 41-65 Jenis kelamin Gender adalah perbedaan peluang, peran, dan tanggung jawab antara laki-laki & perempuan sebagai hasil konstruksi sosial dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Kuesioner Nominal 1. Laki-laki 2. perempuan Pendidikan Tingkat pendidikan terakhir. Kuesioner Ordinal

1. Rendah , jika tamat SMP kebawah 2. Sedang, jika


(53)

3. Tinggi, jika Perguruan tinggi

Pengalaman

Suatu peristiwa dimana pasien pernah menjalani tindakan operasi sebelumnya

Kuesioner

Nominal

1. ya, jika

responden pernah menjalani operasi sebelumnya

2. Tidak, jika

responden belum pernah menjalani operasi sebelumnya Dukungan

Support sistem yang diberikan keluarga yang mengurangi kecemasan

responden, dimulai saat pasien masuk rumah sakit sampai

Kuesioner

Nominal

1. ya, jika

didampingi keluarga/tem an

2. Tidak, jika

tidak didampingi


(54)

diantar ke ruang Ok keluarga/tem an Tingkat pengetahuan tingkat pengetahuan informasi praoperasi adalah gambaran pemahaman klien tentang operasi dan komplikasi dari tindakan operasi yang akan dijalankan

Kuesioner Ordinal

1. Rendah, jika skor < 55% 2. Sedang, jika

skor antara 56%-75% 3. Tinggi, jika

skor >75%

Tingkat kecemasan

Tingka kecemasan pasien operasi adalah derajat kecemasan yang

menggambarkan perasaan takut atau tidak tenang yang dialami oleh pasien sebelum menjalani operasi elektif dengan jenis

pembedahan mayor

Kuisioner

Alat ukur

kuesioner ini telah

dikembangka

n dari

kuesioner yang dibuat oleh Prof. Dr.

H. Dadang

Hawari, Psikiater

Ordinal

1.Tidak ada kecemasan, jika skor < 14 2.Kecemasan Ringan, jika skor 14-20 3.Kecemasan Sedang, jika 21-27 4.Kecemasan

Berat, jika skor 28- 41


(55)

5.kecemasan Berat Sekali, jika skor 42-56


(56)

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah deskriptif dengan metode penelitian

Cross sectional. Di dalam desain ini peneliti menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat, dimana penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah subjek (pasien) yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan (Nursalam, 2008). Sedangkan populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua pasien yang akan menghadapi operasi mayor yang dirawat di RSUP Fatmawat dengan jumlah populasi pasien yang akan menjalani operasi elektif dengan jenis uperasi mayor dalam satu bulan ±63 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani operasi mayor elektif. Adapun kriteria inklusi adalah pasien yang berusia


(57)

15-65 tahun, didiagnosa operasi mayor elektif, bersedia menjadi responden.

C. Teknik pengambilan sampel

Dalam suatu penelitian perlu digunakan suatu tekhnik pengambilan sampel yang baik, sehingga data yang diperoleh merupaka presentasi data dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah sistematic sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara sistematik yang dilaksanakan jika tersedia daftar subjek yang di butuhkan dengan rumus K= jumlah populasi : jumlah sampel yang dibutuhkan. Sedangkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 46 orang.

Besar sampel dihitung berdasarkan perhitungan hipotesis beda dua proporsi dengan rumus Lameshow, yaitu sebagai berikut :

n =

(

)

(

)

(

)

(

)

2 2 2 1 2 2 1 1 1 2

1 2 1 1 1

p p p p p p Z p p Z − − + − + −

−α β

Keterangan:

n = Jumlah sampel yan dibutuhkan

2 1−α

Z = 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval dengan ( )

sebesar 5%)

β

1

Z = 0,84 (Kekuatan uji sebesar 80%)

P1 = 80% atau 0,80 (Proporsi pasien yang mengalami kecemasan, hasil penelitian Ferlina Indra S, 2002).


(58)

P2 = P1±30% (0,80-0.30= 0,50) Proporsi pasien yang tidak mengalami kecemasan, hasil penelitian Ferlina Indra S, perbedaan 30% dari proporsi awal.

P = Proporsi pasien operasi elektif mayor RSUP Fatmawati yaitu (P1+P2)/2 = (0,80+0,50)/2 = 0.65

n =

(

)

(

)

(

)

(

)

2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 p p p p p p Z p p Z − − + − + −

−α β

n =

[

(

)

(

)

(

)

]

(

)

2 2 5 , 0 8 , 0 5 , 0 1 5 , 0 8 , 0 1 8 , 0 84 , 0 65 . 0 1 65 . 0 . 2 96 , 1 − − + − + −

n = 40,7

Untuk mengantisipasi terjadinya kehilangan atau ketidaklengkapan data maka perlu ditambah 10% sebagai cadangan dan didapatkan hasil 41+ 5 = 46, jadi sampel yang diambil minimal adalah 46 responden. D. Tempat Penelitian

Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti terlebih dahulu akan melakukan uji coba kuesioner di RSUP Fatmawati yang dilaksanakan pada bulan Juli 2009. Penelitian ini di lakukan di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan karena berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUP Fatmawati didapatkan 90% dari 6 pasien yang akan menjalani operasi mengatakan kecemasannya. Rumah sakit ini memiliki sarana dan prasarana yang cukup


(59)

lengkap, dan mudah untuk mendapatkan responden yang akan diteliti. Waktu penelitian yaitu periode bulan Agustus-September 2009.

E. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

a. Memilih Lahan Penelitian

b. Mengadakan Studi Pendahuluan

c. Studi Kepustakaan

d. Menyusun Proposal Penelitian

e. Mengadakan Seminar Proposal

Seminar proposal pada tanggal 17 Juni 2009 f. Perbaikan Hasil Seminar Proposal

2. Tahap Pelaksanaan

a. Permohonan Izin Penelitian

Permohonan izin kepada Direktur RSUP Fatmawati Jakarta Selatan dengan no surat : Un.01/F10/KM.01.2/114/2009.

b. Mengadakan Uji Validitas dan Realiabilitas

Mengadakan uji valilidas pada tanggal 21-24 Juli 2009. c. Informed Consent dan Pengumpulan Data

Melakukan penjelasan penelitian kepada responden dan pengumpulan data dari responden dengan menggunakan kuesioner pada tanggal 10 Agustus s.d 10 September 2009.


(60)

d. Pengolahan Data dan Analisis Data

Melakukan pengolahan data dan analisa data setelah semua data terkumpul.

e. Penarikan Kesimpulan

Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. 3. Tahap Akhir

a. Menyusun Laporan

b. Penyajian Hasil Penelitian c. Sidang

d. Perbaikan Sidang F. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ada 2 variabel, yaitu 1) variabel independen atau variabel bebas yang meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan: yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, dukungan, dan tingkat pengetahuan informasi operasi. 2) variabel dependen atau variabel terikat yang meliputi tingkat kecemasan: ringan, sedang, berat, panik.

G. Tahapan Pengumpulan Data 1. Teknik pengumpulan data

Data yang diambil adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari responden melalui kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti yang mengacu pada kerangka konsep penelitian dengan bentuk pertanyaan dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.


(61)

Pengambilan data dilakukan sendiri oleh peneliti, dengan memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan penelitian serta meminta kesediaan dari yang bersangkutan untuk dijadikan sebagai responden atau sampel penelitian, dan peneliti juga menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden, kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner secara lengkap. Tata cara penelitian adalah selama pengambilan data berlangsung, peneliti mendampingi responden agar dapat memberikan penjelasan apabila ada hal yang kurang dimengerti oleh responden. Peneliti kemudian memeriksa jawaban yang telah diisi oleh responden. 2. Instrumen Penelitian

Instrument adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode (Arikunto, 2006). Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner. Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para responden. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya sesuai dengan permintaan pengguna (Ridwan, 2005).

a. Kuesioner karakteristik Responden

Kuesioner ini berisi data umun responden dan merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan antara lain meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan dukungan.


(62)

b. Kuesioner Tingkat Kecemasan

Peneliti menggunakan alat akur yaitu kuesioner yang berisikan manifestasi klinis kecemasan, kuesioner ini dikembangkan peneliti dari kuesioner yang ditulis oleh Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, Psikiater. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, untuk mengukur derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali peneliti menggunakan alat ukur kecemasan yang di kenal dengan nama Hamilton Rating For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan dengan gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya adalah:

Nilai 0= tidak ada gejala 1= gejala ringan 2= gejala sedang 3=gejala berat

4= gejala sangat berat.

Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlah tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:

Total nilai: kurang dari 14 = tidak ada kecemasan 14-20 = kecemasan ringan


(63)

28-41 = kecemasan berat

42-56 = kecemasan berat sekali. c. Kuesioner Tingkat Pengetahuan

Kuesioner ini disusun oleh peneliti untuk mengukur tingkat pengetahuan responden mengenai operasi yang akan dijalankannya, kuesioner pada penelitian ini terdiri dari 8 pertanyaan dengan alternatif jawaban tahu dan tidak tahu. Responden dianggap tahu jika menjawab pertanyaan tertulis dengan benar dan dianggap tidak tahu jika jawaban responden salah atau menjawab tidak tahu.

Peneliti mengkatagorikan tingkat pengetahuan dalam 3 katagori yaitu kurang baik, cukup, dan baik. Jawaban yang kurang baik jika skor < 55%, sedang jika skor 56%-75% dan dikatakan baik jika > 75% H. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006).

Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment.

rhitung =

(

) (

)(

)

(

)

[

2 2

]

[

2

(

)

2

]

. . . Y Y n X x n Y X XY n − − −


(64)

n =Jumlah responden

Xi = Jumlah skor item

Yi = Jumlah skor total

Uji validitas ini dilakukan di RSUP Fatmawati Jak-Sel sebanyak 2 kali dengan sampel pertama yang diambil sebanyak 10 responden dengan ketentuan r tabel sebesar 0,632 dan sampel kedua sebanyak 20 responden dengan ketentuan r tabel sebesar 0,444 dapat dari dalam r tabel dengan nilai kemaknaan 5% untuk memvaliditasi instrumen dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung, uji validitas ini dianalisis menggunakan perangkat lunak.

Untuk mengetahui suatu kevalidan yaitu dengan cara membandingkan membandingkan antara r hitung dengan r tabel, dapat diketahui:

Valid : r hitung r tabel

Tidak valid : r hitung r tabel (Arikunto, 2006).

Uji coba kuesioner pertama telah dilakukan di RSUP Fatmawati Jak-Sel pada tanggal 22 Juli 2009 kepada 10 responden. Pada saat dilakukan uji validitas mengenai tingkat kecemasan didapatkan beberapa pertanyaan yang tidak valid, dan pada kuesioner tingkat pengetahuan dengan 6 pertanyaan mengenai pengetahuan informasi operasi didapatkan beberapa pertanyaan yang tidak valid.

Uji coba kuesioner kedua dilakukan di RSUP Fatmawati dengan menambah sampel menjadi 20 responden, pertanyaan diperbaiki agar


(65)

responden memahami pertanyaan yang diberikan isi (Content Validitas) dengan memodifikasi sebelumnya. Pada kuesioner mengenai tingkat pengetahuan informasi operasi diperbaiki menjadi 8 pertanyaan.

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauhmana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005).

Teknik pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik Alfa Crombach ( ), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r tabel maka, pertanyaan tersebut reliabel. Sebaliknya bila r alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel.

Menurut Arikunto (2006), pada penelitian ini uji reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha cronbach yaitu sebagai berikut :

r11 =

(

)

− 2 2

1 1

1 σ

σb k

k

r11 = realibilitas istrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal. σ b2 = jumlah varians butir

σ12 = varians total

Uji reliabilits kuesioner ini dilakukan di RSUP Fatmawati Jak-Sel sebanyak 2 kali dengan sampel pertama yang diambil sebanyak 10


(66)

responden dan yang kedua sebanyak 20 responden. Uji reliabilitas pertama pada tanggal 22 Juli 2009 kepada 10 responden, pada saat dilakukan uji reliabilitas mengenai tingkat kecemasan dinyatakan reliabel karena Alpha Cronbach’s > 0.,7 dan untuk kuesioner tingkat pengetahuan dinyatakan tidak reliabel karena Alpha Cronbach’s < dari 0,7. Uji kuesioner kedua kuesioner tingkat pengetahuan dinyatakan reliabel didapatkan nilai Alpa Cronbach’s > 0,7 yaitu sebesar 0,824.

I. Pengolahan Data

proses pengolahan data peneliti mengunakan langkah-langkah pengolahan data diantaranya:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.


(67)

Tahap ini meliputi nilai masing-masing pernyataan dan penjumlahan hasil

scoring dari semua pernyataan. 4. Entry data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana

5. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke computer.

J. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu menampilkan tabel frekuensi tentang karakteristik responden sebagai variabel independen dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan (usia, tingkat pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, dukungan sosial dari keluarga, teman) dan tingakat pengetahuan responden mengenai informasi operasi dengan tingkat kecemasan. Teknik


(68)

analisa yang dilakukan yaitu dengan analisa Chi-Square dengan

menggunakan derajat kepercayaan 95 % dengan 5% dan untuk

mengetahui nilai OR digunakan Regresi Logistik Multinomial.

Dengan mengunakan tingkat kemaknaan 95% atau nilai alpha 0,05 (5%). Dimana kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

a. Bila p value alpha (0,05) maka hubungan tersebut secara statistik ada hubungan yang bermakna.

b. Bila p value > alpha (0,05) maka hubungan tersebut mempunyai hubungan yang bermakna (Arikunto, 2006).

K. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007), masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan langsung berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika yang harus diperhatikan ialah :

2. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. jika responden tidak bersedia, maka peneliti menghormati hak responden. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi


(69)

responden, tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain. 3. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar atau alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. semua informasi yang telah di kumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. (Hidayat, 2007).


(1)

% within kecemasan kat 33,3% 19,4% ,0% 21,7%

% of Total 8,7% 13,0% ,0% 21,7%

baik Count 0 5 0 5

% within peng kat ,0% 100,0% ,0% 100,0%

% within kecemasan kat ,0% 16,1% ,0% 10,9%

% of Total ,0% 10,9% ,0% 10,9%

Total Count 12 31 3 46

% within peng kat 26,1% 67,4% 6,5% 100,0%

% within kecemasan kat 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 26,1% 67,4% 6,5% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4,407(a) 4 ,354

Likelihood Ratio 6,423 4 ,170

Linear-by-Linear

Association ,001 1 ,972

N of Valid Cases

46

a 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

,33.

Parameter Estimates

kecemasan kat(a) df Sig. Exp(B) 95% Confidence Interval for Exp(B)

Lower Bound Upper Bound

kecemasan ringan

Intercept

1 ,020

[pengkat=1] 1 ,095 ,278 ,062 1,250

[pengkat=2]

1 ,997 10830081

1,666 ,000 .(b)

[pengkat=3]

0 . . . .

kecemasan sedang

Intercept

1 ,327

[pengkat=1] 1 . 2,77E-009 2,77E-009 2,77E-009

[pengkat=2] 1 . ,500 ,500 ,500

[pengkat=3] 0 . . . .

a The reference category is: tidak ada kecemasan.

b Floating point overflow occurred while computing this statistic. Its value is

therefore set to system missing


(2)

Hasil Uji Validitas Tingkat Pengetahuan

Reliability

Case Processing Summary

N %

Valid 20 100,0

Excluded(

a) 0 ,0

Cases

Total 20 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,722 8

Item- Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

p1 3,80 2,063 ,632 ,643

p2 3,85 2,239 ,651 ,653

p3 4,15 1,924 ,544 ,664

p4 4,75 2,934 ,000 ,737

p5 4,05 1,945 ,586 ,650

p6 4,65 2,661 ,178 ,734

p7 3,75 2,934 ,000 ,737


(3)

Hasil Uji Validitas Tingkat Kecemasan

Reliability

Case Processing Summary

N %

Valid 20 100,0

Excluded(

a) 0 ,0

Cases

Total 20 100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,824 91

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

b1 92,5500 195,524 ,295 ,821

b2 93,8500 200,976 ,136 ,824

b3 93,8500 199,503 ,151 ,824

b4 93,8000 198,168 ,211 ,823

b5 92,5500 197,839 ,366 ,820

b6 92,8000 200,589 ,251 ,822

b7 92,3500 205,503 -,122 ,827

b8 92,7500 198,092 ,379 ,820

b9 93,1000 199,358 ,247 ,822

b10 94,1000 205,147 -,091 ,827

b11 92,0500 201,208 ,138 ,824

b12 92,1000 206,621 -,200 ,828

b13 92,7000 198,537 ,306 ,821

b14 92,2500 201,355 ,140 ,824

b15 91,7500 208,303 -,223 ,831

b16 92,5500 200,682 ,133 ,824

b17 92,1500 206,450 -,191 ,828

b18 92,6000 197,305 ,284 ,821

b19 92,5500 196,787 ,245 ,822

b20 92,1500 196,239 ,529 ,818


(4)

b22 93,7500 191,987 ,534 ,816

b23 94,1500 194,871 ,404 ,819

b24 92,9000 200,305 ,245 ,822

b25 94,3500 195,713 ,544 ,818

b26 94,3000 196,537 ,461 ,819

b27 94,3500 190,450 ,677 ,814

b28 94,4500 200,366 ,400 ,822

b29 94,1500 203,924 -,025 ,827

b30 92,5500 198,892 ,541 ,820

b31 92,0500 206,261 -,175 ,828

b32 92,7500 202,408 ,053 ,825

b33 93,7000 182,432 ,769 ,808

b34 94,0000 190,105 ,578 ,814

b35 93,9500 195,103 ,356 ,819

b36 94,4500 202,050 ,206 ,823

b37 93,7000 204,326 -,049 ,825

b38 93,9000 200,095 ,179 ,823

b39 92,4500 199,418 ,510 ,821

b40 91,7000 202,326 ,142 ,824

b41 93,2500 208,303 -,253 ,830

b42 94,5500 203,945 ,000 ,824

b43 94,0000 195,579 ,411 ,819

b44 92,3500 198,029 ,383 ,820

b45 94,3500 206,239 -,171 ,828

b46 92,4000 200,253 ,343 ,822

b47 94,3500 197,713 ,525 ,819

b48 94,4500 202,050 ,206 ,823

b49 93,0500 198,050 ,390 ,820

b50 94,5500 203,945 ,000 ,824

b51 93,8000 202,484 ,038 ,826

b52 94,0500 206,471 -,166 ,828

b53 94,4000 203,305 ,048 ,824

b54 94,4000 204,463 -,062 ,826

b55 94,2000 190,274 ,714 ,813

b56 92,4500 198,576 ,608 ,820

b57 93,3500 201,082 ,104 ,825

b58 92,6500 195,292 ,405 ,819

b59 93,4000 209,095 -,176 ,838

b60 93,4500 195,839 ,232 ,823

b61 92,1000 202,937 ,051 ,825

b62 92,8500 203,924 -,019 ,826

b63 94,2500 205,355 -,106 ,827

b64 94,0500 197,418 ,361 ,820

b65 94,0500 187,524 ,695 ,812


(5)

b67 94,2500 187,776 ,778 ,811

b68 94,5500 203,945 ,000 ,824

b69 94,4000 192,568 ,587 ,816

b70 94,5500 203,945 ,000 ,824

b71 94,4500 196,261 ,597 ,818

b72 94,4500 205,524 -,190 ,826

b73 93,8000 199,221 ,152 ,824

b74 93,7000 195,589 ,250 ,822

b75 94,5500 203,945 ,000 ,824

b76 94,3000 205,484 -,136 ,827

b77 93,8000 197,116 ,256 ,822

b78 94,0000 207,895 -,207 ,831

b79 93,6000 199,411 ,125 ,825

b80 93,5000 208,158 -,181 ,833

b81 93,7500 206,092 -,115 ,830

b82 94,3500 197,608 ,412 ,820

b83 93,3500 198,871 ,270 ,822

b84 93,0000 193,579 ,594 ,816

b85 92,9500 197,103 ,467 ,819

b86 93,9000 197,779 ,352 ,820

b87 93,8500 193,397 ,408 ,818

b88 93,4000 206,147 -,222 ,827

b89 94,3000 198,011 ,364 ,820

b90 94,3500 204,345 -,045 ,826

b91 94,3000 207,800 -,316 ,829

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(6)