169
Struktur Semantik Verba Proses Tipe Kejadian ... Agus Subiyanto
’sebelum’, AFTER ’sesudah’ A LONG TIME
’lama’, A SHORT TIME ’sekejap’, FOR SOME
TIME ’beberapa saat’ MOMENT ’waktusaat’
13 Space WHEREPLACE ’di
mana tempat’ HERE ’di sini, ABOVE ’di atas’ BE-
LOW ’dike bawah’ FAR ’jauh’, NEAR ’dekat’
SIDE ’sebelah INSIDE ’di dalam’
14 Logical NOT ’tidak’, MAY BE
Concept ’mungkin’ CAN ’dapat’
BECAUSE ’sebab’ IF ’jika’kalau’
15 Intensifiers VERY ’sangat’, MORE
Augmentor ’lagi’
16 Similarity LIKEAS ’seperti’
Goddard, http:escape.library.uq.edu.au e s e r v U Q : 1 2 7 9 8 G o d d a r d _ C _
ALS2006.pdf
Selain makna asali, konsep dasar lain teori MSA adalah polisemi takkomposisi, yaitu
bentuk leksikon tunggal untuk mengekspresi- kan dua makna asali yang berbeda. Di antara
dua makna asali yang berbeda itu tidak terdapat hubungan komposisi nonkomposisi
sebab masing-masing mempunyai kerangka gramatikal yang berbeda. Dalam bahasa In-
donesia, misalnya, verba menonton merupakan ekspresi dari makna asali MELIHAT dan
MEMIKIRKAN Mulyadi, 2000: 81.
Konsep dasar selanjutnya ialah sintaksis MSA, yang merupakan perluasan dari sistem
makna asali Goddard 1996: 24. Dalam teori MSA makna dipahami sebagai struktur yang
sangat kompleks, terdiri atas komponen berstruktur. Sintaksis MSA adalah kombinasi
dari butir-butir leksikon makna asali yang membentuk proposisi sederhana sesuai dengan
perangkat morfosintaksisnya. Ketiga konsep di atas, yaitu makna asali,
polisemi takkomposisi, dan sintaksis MSA merupakan perangkat utama yang digunakan
dalam analisis makna dengan pendekatan MSA. Dengan kerangka kerja MSA, deskripsi
makna verba kejadian BJ bisa dilakukan dengan sangat tuntas. Perbedaan makna verba
satu dan lainnya bisa dilihat dari perbedaan eksplikasi dari masing-masing verba.
2. Metode Penelitian
Data yang digunakan dalam tulisan ini merupakan data lisan dan data tulis. Data lisan
sebagai data primer diperoleh dari informan BJ dialek Semarang, yang dipilih berdasarkan
beberapa kriteria, di antaranya : 1 penutur asli bahasa Jawa, 2 informan telah mencapai
kategori cukup umur dan tidak pikun, 3 memiliki alat ucap normal, dan 4 memiliki
pengetahuan yang cukup tentang BJ, dan 5 bersedia menjadi informan dan mempunyai
cukup waktu. Adapun data tulis diperoleh dari sejumlah majalah Bahasa Jawa, yaitu majalah
Panyebar Semangat
, dan Jaka Lodang edisi bulan Agustus 2008 sampai Juni 2009.
Kedudukan data sekunder ini sebagai pembanding data lisan yang dikumpulkan dari
informan.
Untuk memperoleh data lisan, digunakan metode wawancara dan observasi terhadap
informan kunci dengan teknik elisitasi dan teknik catat. Dalam wawancara disiapkan
daftar leksikon makna asali yang membangun verba proses yang ditanyakan kepada
informan. Teknik wawancara bebas diterapkan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan makna yang ada dalam tipe dan sub tipe verba proses tipe kejadian BJ, sedang
teknik catat digunakan sebagai teknik lanjutan. Teknik catat ini digunakan untuk memperoleh
data tulis yang berasal dari majalah bahasa Jawa yang dijadikan sumber data. Hal ini dilakukan
dengan mendaftar semua verba proses yang
170
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 23, No. 2, Desember 2011: 165-176
terdapat dalam majalah tersebut beserta konteks kalimatnya. Karena fokus kajian ini
pada makna leksikal, maka, kalimat-kalimat yang panjang dipotong sedemikian rupa
selama pemotongan tersebut tidak mengabur- kan makna verba yang dianalisis.
Dalam analisis data, digunakan metode padan dan metode agih. Metode padan
dilakukan untuk menentukan klasifikasi verba proses tipe kejadian, yang terdiri atas verba
kejadian karena agen atau orang lain dan verba kejadian karena diri sendiri. Sementara itu,
metode agih dengan penerapan teknik ubah ujud dan sisip dipakai untuk mengungkapkan
makna asali yang dikandung verba proses BJ, seperti pada contoh berikut.
Verba : pedhot ’putus’ Sesuatu terjadi pada X
Karena Y melakukan sesuatu pada X
Contoh di atas mengindikasikan bahwa verba pedhot
mengandung makna asali TERJADI dan MELAKUKAN.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan