Penyebaran Tumbuhan paku TINJAUAN PUSTAKA

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU sel-sel pada sisi bawah daun lebih cepat pertumbuhannya Tjitrosoepomo, 1989. Loveless 1989, menambahkan hal tersebut akibat lebih lambatnya pertumbuhan permukaan daun sebelah atas daripada sebelah bawah pada perkembangan awalnya. Menurut Loveless 1989, berdasarkan ukurannya daun tumbuhan paku dibagi menjadi dua, yaitu: a. Daun kecil mikrofil: hanya setebal selapis sel dan berbentuk rambut. Tidak memiliki mesofil daging daun. Belum ditemukan tangkai dan tulang daun. b. Daun besar makrofil: berukuran cukup besar dan tipis. Sudah memiliki bagian-bagian tangkai daun, tulang daun, epidermis dan mesofil. Daun-daun yang mempunyai spora dinamakan sporofil. Kadang-Kadang daun paku yang fertil sporofil mempunyai bentuk yang berlainan dengan daun yang steril. Daun-daun steril dinamakan tropofil. Pada kebanyakan tumbuhan paku, sporanya mempunyai sifat-sifat yang sama, dan setelah berkecambah akan menghasilkan suatu protalium yang mempunyai anteridium dan arkegonium. Jenis-jenis paku yang menghasilkan spora yang berumah satu dan sama besar dinamakan paku homospora. Pada golongan tumbuhan paku yang protaliumnya tidak sama besar dan berumah dua dinamakan heterospora. Selain jenis-jenis paku homospora dan heterospora ada pula jenis-jenis paku yang sporangiumnya menghasilkan spora yang sama besar, tetapi berbeda jenis kelaminnya. Tumbuhan paku dengan sifat demikian itu dianggap sebagai bentuk peralihan antara homospora dan heterospora Tjitrosoepomo, 1989.

2.3 Penyebaran Tumbuhan paku

Menurut Bambang 2002 dalam Jamsuri 2007, mengingat jumlah jenisnya yang banyak, tumbuhan paku dapat dijumpai dari tepi pantai sampai pegunungan yang tinggi. Pada umumnya penyebaran tumbuhan paku ini cukup luas karena dilakukan melalui spora. Organ ini sangat sangat efisien untuk kepentingan penyebaran karena dapat mencapai tempat-tempat yang jauh dengan bantuan angin serta dapat diproduksi dalam jumlah yang banyak. Dengan demikian sebagian dari spora tersebut dapat menemukan tempat yang cocok untuk pertumbuhannya. Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU Pada relung-relung tebing yang curam, bisa didapatkan jenis-jenis paku yang menyukai tempat-tempat yang lembab. Bahkan di sumber-sumber yang panas ataupun di kawah-kawah gunung, ada jenis-jenis paku yang dapat tumbuh. Umumnya di daerah pegunungan, jumlah jenis paku lebih banyak dari pada dataran rendah. Hal ini disebabkan karena kelembaban yang lebih tinggi, banyaknya aliran air dan adanya kabut. Banyaknya curah hujan pun mempengaruhi jumlah paku yang dapat tumbuh Sastrapradja, 1979. Menurut Holttum 1968 dalam Daryanti 2009, lingkungan hidup tumbuhan paku mencakup tanah untuk akarnya, sinar matahari yang sampai kedaun, hujan, angin, perubahan suhu, termasuk tumbuhan lain yang tumbuh disekitarnya. Menurut Jones 1987, Hoshizaki dan Moran 2001 dalam Hartini, Jenis-jenis paku pohon, seperti Dicksonia, Cibotium, Cnemidaria, Cyathea, Nephelea, dan Trichipteris dapat tumbuh di berbagai tipe tanah, namun umumnya menyukai tanah liat asam yang kaya bahan organik. Beberapa jenis dari Dicksonia dan Cyathea dapat bertahan hidup di tanah basah, namun secara umum paku pohon sebaiknya ditanam di tanah dengan drainase baik. Menurut Holttum 1968 dalam Daryanti 2009, kondisi lingkungan di hutan tertutup ditandai dengan sedikitnya jumlah sinar yang menembus kanopi hingga mencapai permukaan tanah dan kelembaban udaranya sangat tinggi. Dengan demikian tumbuhan paku memiliki kondisi hidup seragam dan lebih terlindungi dari panas. Kondisi ini dapat terlihat dari jumlah paku yang dapat beradaptasi dengan cahaya matahari penuh tidak dapat di hutan yang benar-benar tertutup. Beberapa tumbuhan paku hutan tidak dapat tumbuh di tempat yang dikenai cahaya matahari.

2.4 Manfaat Tumbuhan paku