2.3 SISTEM PRATEGANG DAN PENGANGKERAN 2.3.1 Pemberian Pratarik
Baja pratarik diberi pratarik terhadap pengangkeran indipenden sebelum pengecoran beton di sekitarnya. Penjangkaran seperti ini ditumpu oleh
bulkheads
yang stabil dan besar untuk memikul gaya terpusat yang sangat besar yang diberikan pada masing-
masing tendon. Sebutan ”pratarik” berarti pemberian pratarik pada baja prategang, bukan pada baloknya. Dengan demikian,
balok pratarik
adalah balok prategang di mana tendon prategang yang ditarik sesudah balok dicor dan mencapai sebagian besar dari kuat betonya. Pemberian pratarik
biasanya dilakukan di lokasi pembuatan balok pracetak, di mana landasan
bed
pracetak berupa slab beton bertulang yang panjang dicor di atas tanah dengan
bulkheads
angker vertical atau dinding di ujung-ujungnya.
Strand
baja diregangkan dan diangker ke dinding vertikal, yang didesain untuk menahan gaya
prategang eksentrisitas besar. Pemberian prategang dapat dilakukan dengan member prategang pada
strand
secara individual, atau semua
strand
pada satu operasi pendongkrakan.
Untuk profil tendon
harped
, landasan untuk memberikan prategang berupa alat pemegang seperti terlihat dalam Gambar 2.5. Karena landasan dapat
mempunyai panjang ratusan feet, maka elemen prategang pracetak dapat dihasilkan pada satu operasi, dan
strand
prategang yang diekspos di antaranya dapat dipotong setelah beton mengeras. Pemberian pratarik pada beberapa elemen
di satu landasan ditunjukkan secara skematis dalam Gambar 2.6. Dalam pelaksanaan pratarik,
strand
dan kawat-kawat tunggal diangker dengan menggunakan beberapa sistem yang telah dipaten. Salah satunya, sistem
chuck
oleh Supreme Products, digunakan untuk menjangkarkan tendon pada
sistem pascatarik. Mekanisme penjepitan sistem ini diilustrasikan dalam Gambar 2.7c. Sistem pengangkeran lain beserta sambungan daktil ditunjukkan dalam
Gambar 2.7d, e, dan f.
Gambar 2.5 Angker hold-down untuk tendon prategang
harping
.
Gambar 2.6 Skema landasan bed pemberian prategang
2.3.2 Pemberian Pascatarik
Di dalam pemberian pascatarik,
strand
, kawat-kawat, atau batang-batang ditarik sesudah beton mengeras.
Strand
diletakkan di dalam saluran longitudinal di dalam elemen beton pracetak. Gaya prategang ditransfer melalui penjangkaran
ujung seperti
chucks
dari Supreme Products seperti terlihat dalam Gambar 2.7. Tendon berupa
strand
tidak boleh dilekatkan atau disuntik sebelum terjadinya prategang penuh.
Gambar 2.7 a Angker
strand
, b Angker
strand
tunggal, c
Chuck
angker dari
Supreme
Products.
Gambar 2.7 lanjutand Pengangkeran ganda, pengikat, dan sambungan daktil, e Pengikat, f Sambungan daktil Dywidag DDC untuk sambungan balok-
kolom daktil pada daerah gempa
2.3.3 Material Penyuntikan
Untuk memberikan proteksi permanen pada baja pascatarik dan untuk mengembangkan lekatan antara baja pratengang dan beton di sekitarnya, saluran
prategang harus diisi bahan suntikan semen yang sesuai dalam proses penyuntikan di bawah tekanan.
2.3.4 Saluran 1.
Cetakan a
Formed Ducts
. Saluran yang dibuat dengan menggunakan lapisan tipis yang tetap di tempat. Harus berupa bahan yang tidak memungkinkan
tembusnya pasta semen. Saluran tersebut harus mentransfer tegangan lekatan yang dibutuhkan dan harus dapat mempertahankan bentuknya pada
saat memikul berat beton. Saluran logam harus berupa logam besi, yang
dapat saja digalvanisasi. b
Cored Ducts
. Saluran seperti ini harus dibentuk tanpa adanya tekanan yang
dapat mencegah aliran suntikan. Semua material pembentuk saluran jenis
ini harus disingkirkan. 2.
Celah atau Bukaan Suntikan. Semua saluran harus mempunyai bukaan
untuk suntikan di kedua ujung. Untuk kabel
draped
, semua titik yang tinggi harus mempunyai celah suntikan kecuali di lokasi dengan kelengkungan kecil,
seperti pada slab menerus. Celah suntikan atau lubang buangan harus digunakan di titik-titik rendah jika tendon akan diletakkan, diberi tegangan
dan disuntikan pada cuaca beku. Semua celah atau bukaan suntikan harus
dapat mencegah bocornya suntikan. 3.
Ukuran Saluran. Untuk tendon yang terdiri dari kawat, batang atau
strands
, luas saluran harus sedikitnya dua kali luas neto baja prategang. Untuk tendon
yang terdiri atas satu kawat, batang, atau
strand
, diameter saluran harus sedikitnya ¼ in. lebih besar dari pada diameter normal kawat, batang, atau
strand
. 4.
Peletakan Saluran. Sesudah saluran diletakkan, dan pencetakan selesai, harus
dilakukan pemeriksaan untuk menyelidiki kerusakan saluran yang mungkin
ada. Saluran harus dikencangkan dengan baik pada jarak-jarak yang cukup dekat untuk mencegah peralihan selama pengecoran beton. Semua lubang atau
bukaan di saluran harus diperbaiki sebelum pengecoran beton. Celah atau bukaan untuk penyuntikan harus diangkerk dengan baik pada selubung dan
pada baja tulangan atau cetakan, untuk mencegah peralihan selama operasi
pengecoran beton.
2.3.5 Proses Penyuntikan 1.
Saluran dengan dinding beton
cored ducts
harus disemprot untuk menjamin
bahwa beton dapat dibasahi dengan baik. 2.
Semua celah-titik-tinggi dan suntikan harus terbuka pada saat penyuntikan
dimulai. Suntikan harus dapat mengalir dari celah pertama setelah pipa masukan sampai air pembersih residual atau udara yang terperangkap telah
dikeluarkan, pada saat mana celah tersebut harus ditutup. Celah-celah lainnya harus ditutup secara berurutan dengan cara yang sama. Proses pemompaan
pada masukan tendon tidak boleh melebihi 250 psi. 3.
Bahan suntikan harus dipompa melalui saluran dan secara terus menerus ke
luar di pipa buangan sampai tidak terlihat lagi ada air atau udara yang keluar. Waktu keluar suntikan tidak boleh kurang dari waktu pemberian bahan
suntikan. Untuk menjamin bahwa tendon tetap terisi dengan bahan suntikan, maka keluaran danatau masukan harus ditutup. Tutup yang dibutuhkan tidak
boleh lepas atau dibuka sampai bahan suntikan mengering. 4.
Apabila aliran searah dari bahan suntikan tidak dapat dipertahankan, maka suntikan harus segera dikuras dari saluran dengan air.
5. Pada temperature di bawah 32
o
F, saluran harus dijaga bebas air untuk
menghindari kerusakan akibat pembekuan. 6.
Temperatur beton tidak boleh 35
o
F atau lebih tinggi dari temperatur pada saat penyuntikan sampai kubus suntikan yang berukuran 2 in. mencapai kuat tekan
sebesar 800 psi. 7.
Bahan suntikan tidak boleh melebihi 90
o
F selama pencampuran atau
pemompaan jika perlu, pencampuran air harus didinginkan.
2.4 KEHILANGAN PRATEGANG Pratengang efektif pada beton mengalami pengurangan secara berangsur-