Sanksi Tindakan Jenis Sanksi Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 .1 Sanksi Pidana

Ayat 2 : Apabila pidana denda sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ternyata tidak dapat dibayar maka diganti dengan wajib latihan kerja. Ayat 3 : Wajib latihan kerja sebagai pengganti denda dilakukan paling lama 90 sembilan puluh hari kerja dan lama latihan kerja tidak lebih dari 4 empat jam sehari serta tidak dilakukan pada malam hari. Pasal 30 Ayat 1 : Pidana pengawasan yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling singkat 3 tiga bulan dan paling lama 2 dua tahun. Ayat 2 : Apabila terhadap Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, dijatuhkan pidana pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, maka anak tersebut ditempatkan di bawah pengawasan Jaksa dan bimbingan Pembimbing Masyarakat. Ayat 3 : Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pelaksanaan pidana pengawasan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pada dasarnya penjatuhan pidana bagi anak berbeda dengan penjatuhan pidana bagi pelaku pidana dewasa dimana dalam penjatuhan pidana terhadap anak harus melihat jauh kedepan tentang bagaimana masa depan anak dan dapat diterima kembali dalam masyarakat dan bisa memperbaiki hidupnya baik dengan campur tangan negara ataupun orang tua atau orang tua asuhnya.

2.3.2 Sanksi Tindakan

Ketentuan dari tindakan yang diatur dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 yaitu: 17 1 Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah : a. Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh; b. Menyerahan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja; atau 17 Maidin Gultom. 2010. Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Bandung: Refika Aditama. Hlm. 86. c. Menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak dibidang penddidikan, pembinaan, dan latihan kerja. 2 Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat disertai dengan teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh Hakim. Pasal 1 angka 2 huruf a dan huruf b menyebutkan bahwa sanksi terhadap anak nakal yang melakukan tindak pidana dan anak yang melakukan perbuatan terlarang, bagi anak dapat diberi tindakan disertai dengan teguran dan syarat- syarat tambahan yang ditetapkan oleh Hakim. Syarat tersebut misalnya kewajiban untuk melapor secara periodik kepada pembimbing kemasyarakatan, tindakan yang dapat dikenakan kepada anak nakal sebagai berikut: Pasal 24 ayat 1 huruf a: Anak dikembalikan kepada orang tua atau wali, atau orang tua asuh, apabila menurut penilaian si hakim si anak masih dapat dibina di lingkungan orang tuanya, atau wali atau aslinya namun demikian si anak tersebut tetap dibawah pengawasan dan bimbingan pembimbing kemasyarakatan, antara lain untuk mengikuti kegiatan yang membangun seperti misalnya kepramukaan dan lain sebagainya. Pasal 24 ayat 1 huruf b: Anak diserahkan kepada negara, dalam hal menurut hakim pendidikan dan pembinaan terhadap anak nakal tidak dapat lagi dilakukan dilingkungan keluarga, maka anak tersebut diserahkan kepada negara dan disebut anak negara, anak ditempatkan di lembaga pemasyarakatan dan wajib mengikuti pendidikan pembinaan dan latihan kerja, tujuannya untuk memberi keterampilan kepada anak dengan harapan setelah menjalani tindakan itu, anak mampu hidup mandiri. Apabila Hakim menganggap anak nakal tersebut tidak bisa dididik atau tidak memungkinkan dididik dan dibina dalam lingkungannya, maka anak tersebut diserahkan kepada negara dan disebut anak negara. Pasal 24 ayat 1 huruf c: Anak diserahkan kepada Departemen sosial atau organisasi sosial kemasyarakatan, tindakan lain yang mungkin dijatuhkan oleh hakim kepada anak nakal, adalah menyerahkan anak nakal kepada departemen sosial atau organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan, pembinaan dan latihan kerja untuk dididik dan dibina, walaupun pada prinsipnya pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja itu diselenggarakan oleh pemerintah di lembaga pemasyarakatan anak atau oleh departemen sosial, namun apabila dalam hal kepentingan si anak menghendaki, maka hakim dapat menetapkan anak tersebut, diserahkan kepada sosial kemasyarakatan seperti pesantren, panti sosial, dan lembaga sosial lainnya, serta harus diperhatikan agama dari anak yang bersangkutan. Pasal 24 ayat 2 Disamping anak nakal itu dikenai tindakan juga disertai dengan teguran dan syarat-syarat tambahan yang ditetapkan oleh hakim. Teguran itu berupa peringatan dari hakim, baik secara langsung terhadap anak, maupun tidak langsung kepada orang tuanya, walinya, atau orang tua asuhnya, maksud dari teguran ini agar anak nakal tidak lagi mengulangi perbuatan yang mengakibatkan ia dijatuhi tindakan. Sementara syarat tambahan, misalnya kewajiban untuk melapor secara periodik kepada pembimmbing kemasyarakatan umpamanya sepekan sekali atau pada hari- hari tertentu. Sanksi tindakan sudah diatur secara eksplisit dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 seperti yang telah diuraikan diatas namun dalam penerapannya masih sangat jarang seorang hakim memberikan tindakan seperti misalnya dikembalikan kepada orang tuanya atau menyerahkan anak nakal ke Departemen Sosial, tindakan yang sering diberikan oleh hakim berupa teguran lisan dalam persidangan agar tidak mengulangi perbuatannya lagi dan tetap menjatuhkan pidana penjara kepada anak nakal pelaku tindak pidana meski kadang kesalahannya tidak terlalu parah dan masih dapat diampuni.

2.4 Laporan Penelitian Kemasyarakatan