Penerapan Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (Sppor) Terhadap Citra Pt. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan
PENERAPAN SISTEM PELAYANAN PELANGGAN ONLINE
REALTIME (SPPOR) TERHADAP CITRA PT. PERUSAHAAN
LISTRIK NEGARA (PERSERO) CABANG MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi
Disusun oleh:
Putri Dwi Wulandari
060904066
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(2)
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Penerapan Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) Terhadap Citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) terhadap citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan.
Adapun teori yang dianggap relevan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Public Relations, Community Relations dan Citra. Penelitian ini menggunakan studi korelasional, yakni meneliti sejauh mana pengaruh antara Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) terhadap citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan.
Populasi dalam penelitian ini adalah para pelanggan pasang baru di kantor PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan yang berjumlah 1.378 orang pada bulan Oktober 2010. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 93 orang. Teknik Penarikan Sampel menggunakan purposive sampling.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16.
Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) terhadap citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan.
(3)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Penerapan Sistem Pelayanan
Pelanggan Online Realtime (SPPOR) Terhadap Citra PT. Perusahaan Listrik Negara (PERSERO) Cabang Medan”. Tak lupa shalawat berangkaikan
salam penulis haturkan kepada jujungan alam Nabi besar Muhammad Saw yang telah membawa manusia dari alam kebodohan kealam yang berilmu pengetahuan. Dalam penulisan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi dari tulisan ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan dan pengalaman dalam mencari, mengumpulkan, dan mengolah data-data penelitian. Meskipun demikian peneliti berusaha secara maksimal agar tulisan ini dapat tersusun sebaik mungkin. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis terbuka atas segala kritikan dan saran yang membangun dari pembaca, sebagai masukan untuk menyempurnakan tulisan ini.
Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir peneliti dimungkinkan berkat bantuan berbagai pihak. Maka sudah pada tempatnya bila peneliti menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sedalam dalamnya pada mereka yang telah banyak membantu dan mendukung peneliti dalam penulisan skripsi ini. Pertama sekali, peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua ayanda Drs. Irwansyah Hrp dan ibunda Indra Anugrahwaty yang selalu ada untuk membimbing, memberikan semangat,cinta dan kasih sayang serta doa yang tak pernah putus untuk menjadikan kami yang terbaik (love you so much papi mami). Untuk mbak Uty dan abang Hasym Ashari (always be my great mentor!), dan (my princess) adik paling tersayang Thalia yang selalu memberikan semangat dalam memotivasi peneliti untuk menggapai gelar sarjana, serta kakung H. Sukarmo yang selalu memberikan doa-doa nya (thank you Grandpa!), serta kepada Anugraha gltm, SH terimakasih banyak untuk dukungan semangatnya (thank you myluvly, you’ve been help full anyway n don’t ever stop loving me hny).
Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti tidak hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri. Begitu banyak pihak yang memberikan berkontribusi, baik berupa materi, pikiran, maupun dorongan semangat dan motivasi. Oleh karena itu melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si, selaku Dekan fakultas ilmu sosial
dan ilmu politik Univrsitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA dan ibu Dra. Dayana ,M.si selaku
(4)
3. Bapak Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm selaku dosen pembimbing
peneliti, terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan atas
kebaikan dan pengetahuan yang telah banyak Bapak berikan untuk
membimbing peneliti sehingga memotivasi peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen Ilmu komunikasi FISIP USU yang selalu memberikan
contoh, masukan serta teladan yang patut ditiru oleh peneliti berupa
semangat untuk terus belajar dan meraih cita-cita.
5. Kak Ros, bang Ria, kak Icut dan kak Maya untuk semua
dukungannya.
6. Kak Rotua Nuraini Tampubolon atas semua dukungan, pengertian,
dan motivasinya agar peneliti segera menyelesaikan studi (thank you
for u’r kindness kak ro),
7. Teman-temanku tersayang: Gina, Bayu, Gizhan, Pupu, Riri, Wia,
Rara, Dina, Ime (thank u so much!)
8. Terima kasih peneliti ucapkan untuk pihak-pihak yang sudah
membantu untuk berbagi info demi kelancaran penelitian ini.
Peneliti selalu berharap bahwa peneliti nantinya akan menjadi manusia yang berguna dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat membuka khazanah berfikir kita dan dapat bermanfaat bagi seluruh pihak nantinya.
Medan, Februari 2011 Penulis
(5)
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAKSI ... i
KATA PENGANTAR ………... ii
DAFTAR ISI ………... v
DAFTAR TABEL ……….. viii
DAFTAR GAMBAR ……….. x
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Perumusan Masalah ... 3
I.3 Pembatasan Masalah ... 4
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
I.4.1 Tujuan Penelitian ... 4
I.4.2 Manfaat Penelitian ... 5
I.5 Kerangka Teori ... 5
I.5.1 Public Relations (PR) ... 6
I.5.2 Community Relations ... 7
I.5.3 Citra ... 8
I.6 Kerangka Konsep ... 9
I.7 Model Teoritis ... 11
I.8 Variabel Operasional ... 11
I.9 Defenisi Operasional ... 12
I.10 Hipotesis ... 13
BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Public Relations (PR) ... 15
II.1.1 Pengertian Public Relations ... 15
II.1.2 Fungsi dan Tugas Public Relations ... 16
II.1.3 Tujuan Public Relations ... 19
II.1.4 Komunikasi dan Public Relations ... 20
II.2 Community Relations ... 23
(6)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33
III.1.1 Profil PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) ... 33
III.1.2 Visi, Misi dan Motto PT. Perusahaan Listrik Negara . 36 III.1.3 Struktur Organisasi PT. Perusahaan Listrik Negara .... 37
III.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37
III.3 Metode Penelitian ... 37
III.4 Populasi dan Sampel ... 38
III.4.1 Populasi ... 38
III.4.2 Sampel ... 38
III.5 Teknik Penarikan Sampel ... 39
III.5.1 Purposive Sampling ... 39
III.6 Teknik Pengumpulan Data ... 40
III.7 Teknik Analisis Data ... 41
III.7.1 Analisis Tabel Tunggal ... 41
III.7.2 Analisis Tabel Silang ... 41
III.8 Uji Hipotesa ... 41
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 43
IV.1.1 Tahap Awal ... 43
IV.1.2 Pengumpulan Data ... 43
IV.2 Teknik Pengolahan Data ... 44
IV.3 Analisis Tabel Tunggal ... 45
IV.3.1 Karakteristik Responden ... 45
IV.3.2 Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime ... 49
IV.3.3 Citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) ... 58
IV.4 Analisis Tabel Silang ... 65
IV.5 Uji Hipotesa ... 72
(7)
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan ... 77 V.2 Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
I.1 Variabel Operasional ... 11
IV.1 Usia responden ... 45
IV.2 Jenis Kelamin ... 46
IV.3 Pendidikan responden ... 46
IV.4 Pekerjaan responden ... 47
IV.5 Penghasilan responden ... 48
IV.6 Tahu mengenai SPPOR ... 49
IV.7 Keefisienan SPPOR ... 50
IV.8 Perbedaan signifikan antara sistem lama dan SPPOR ... 51
IV.9 SPPOR membuat akses pasang baru lebih mudah ... 52
IV.10 Pelayanan yang diberikan pegawai pada SPPOR ... 53
IV.11 Tahu tujuan dibuatnya SPPOR ... 54
IV.12 Mengetahui mekanisme SPPOR ... 55
IV.13 Kepuasan terhadap SPPOR ... 57
IV.14 SPPOR menarik perhatian anda ... 58
IV.15 Kesan terhadap SPPOR Cabang Medan ... 59
IV.16 Mendapatkan informasi yang cukup tentang SPPOR dari petugas ... 60
IV.17 Mengerti mengenai pesan yang disampaikan petugas tentang SPPOR ... 61
IV.18 SPPOR berpengaruh terhadap citra PT. PLN ... 62
IV.19 Tingkat pengaruh SPPOR terhadap citra PT. PLN ... 63
IV.20 Keefisienan SPPOR dengan mengerti dengan pesan yang disampaikan petugas tentang SPPOR ... 66
IV.21 SPPOR membuat akses pasang baru lebih mudah dan SPPOR menarik perhatian responden ... 68
IV.22 Kepuasan terhadap SPPOR dan mendapatkan informasi yang cukup tentang SPPOR dari petugas ... 70
IV.23 Hasil Uji Korelasi Spearman ... 72
(9)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
I.1 Model Teoritis ... 11
II.1 Model Two way asymmetrical ... 23
II.2 Model pembentukan citra ... 30
(10)
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Penerapan Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) Terhadap Citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) terhadap citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan.
Adapun teori yang dianggap relevan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Public Relations, Community Relations dan Citra. Penelitian ini menggunakan studi korelasional, yakni meneliti sejauh mana pengaruh antara Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) terhadap citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan.
Populasi dalam penelitian ini adalah para pelanggan pasang baru di kantor PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan yang berjumlah 1.378 orang pada bulan Oktober 2010. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 93 orang. Teknik Penarikan Sampel menggunakan purposive sampling.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16.
Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) terhadap citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan.
(11)
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Seiring perjalanan waktu dan kemajuan teknologi yang semakin canggih,
di samping kesadaran masyarakat sebagai pelanggan listrik semakin tinggi
menuntut PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk memberikan pelayanan
yang lebih baik dan cepat. Salah satunya adalah pelayanan pasang baru melalui
sistem online yang langsung tersambung dengan user karena PT. Perusahaan
Listrik Negara (Persero) Cabang Medan saat ini telah mulai memberlakukan
sistem layanan pasang baru secara online. Setiap calon pelanggan yang hendak
memasukan permohonan pemasangan baru dapat mengaksesnya melalui website
dilakukan sebagai upaya PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) memberikan
pelayanan terbaik kepada para pelanggan.
Selama ini PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan
mengalami tiga kendala dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan
yakni kendala keterbatasan daya, keterbatasan dana investasi dan tingginya
permintaan masyarakat terhadap listrik. Daya dan investasi, berpengaruh terhadap
pelayanan permohonan masyarakat akan listrik. Kondisi seperti itu, menyebabkan
PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) menangguhkan pelayanan sambung baru
dan para pemohon sambung baru harus masuk dalam daftar tunggu. Kondisi ini
(12)
karena terbatasnya akses informasi masyarakat untuk pemasangan baru. Di
lapangan beredar informasi-informasi terkait sulitnya pemasangan baru listrik dan
tingginya biaya pemasangan.
Terhadap tiga kendala yang dihadapi PT. Perusahaan Listrik Negara
tersebut, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan tidak tinggal
diam. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) terus berupaya melakukan
perbaikan walau apa yang dilakukan belum sesuai dengan harapan masyarakat.
Mengatasi semua kendala dan dalam rangka transparansi proses pemasangan baru,
PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan membangun satu sistem
untuk memudahkan pemasangan baru. Langkah yang dilakukan PT. Perusahaan
Listrik Negara (Persero) Cabang Medan adalah dengan membangun website yang
dapat diakses secara luas oleh masyarakat. Website yang dibangun ini, akan
memberikan informasi terbuka kepada masyarakat berupa layanan pasang baru
online. Proses pendaftaran dan pengajuan permohonan pemasangan baru. Tidak
saja untuk itu, melalui website
dapat mengajukan permohonan perubahan daya. Fokus website yang dirancang
adalah pada pelanggan dan pasar. Informasi dapat diakses dengan mudah, proses
berjalan secara transparan. Selama ini, pemasangan baru menjadi sorotan
masyarakat, prosedur tidak jelas sehingga mengakibatkan citra PT. Perusahaan
Listrik Negara (Persero) di masyarakat mulai turun. Hal ini juga dipicu tidak
adanya kejelasan biaya pemasangan. Kondisi ini membingungkan calon
pelanggan dan masyarakat dan menimbulkan image di masyarakat bahwa
(13)
Pelayanan pelanggan di PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang
Medan saat ini telah berubah yaitu dengan menerapkan SPPOR (Sistem Pelayanan
Pelanggan Online Realtime) yang langsung online ke server yang ada di PT.
Perusahaan Listrik Negara (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Sistem ini,
menerapkan pelayanan dengan antrean FIFO (First In First Out) yaitu pelanggan
yang lebih dulu mendaftar mendapat pelayanan lebih dulu.
Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) ini bertujuan
untuk memberikan informasi secara lengkap, jelas dan terbuka tentang layanan
pasang baru dan penambahan daya. Pelayanan dilakukan dengan sistem swalayan
di mana pelanggan bisa memilih layanan sendiri sesuai kebutuhan dan fungsinya
serta dengan adanya sistem ini akan diterangkan juga tentang adanya kejelasan
biaya dan ada kejelasan mana yang menjadi hak PT. Perusahaan Listrik Negara
(Persero) dan mana yang menjadi hak instalatir.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime
(SPPOR) Terhadap Citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang
Medan”.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
”Sejauhmana hubungan antara penerapan Sistem Pelayanan Pelanggan
Online Realtime (SPPOR) dalam meningkatkan citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan?”
(14)
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat
mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti.
Adapun pembatasan masalah tersebut adalah:
a. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau
menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis.
b. Penelitian ini menganalisis hubungan antara penerapan Sistem
Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) dalam
meningkatkan citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang
Medan.
c. Objek penelitian adalah para pemohon sambung baru di PT.
Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan.
d. Penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2010 dan
Januari 2011.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Sistem
Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) di PT. Perusahaan
(15)
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Public Relations
dalam meningkatkan citra perusahaan PT. Perusahaan Listrik Negara
(Persero) Cabang Medan
c. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sistem
Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) terhadap citra PT.
Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
a. Secara akademis, penelitian ini diharapakan dapat memperkaya
khasanah penelitian komunikasi dan sumber bacaan, khususnya
penelitian tentang public relations.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapakan dapat memperluas
cakrawala dan wawasan peneliti tentang public relations, khususnya
yang berkaitan dengan program perusahaan dan citra perusahaan.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi terhadap pengetahuan mahasiswa tentang public relations,
terutama yang berkaitan dengan program khusus perusahaan.
I.5 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari
(16)
Menurut Kerlinger (Rakhmat, 2004: 6), teori merupakan himpunan
konstruk (konsep), yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala
dengan menjabarkan relasi di antara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan
gejala tersebut.
Dengan adanya kerangka teori, akan membantu peneliti dalam
menentukan tujuan dan arah penelitiannya. Kerangka teori akan membantu
penelitian dalam memilih kosep-konsep yang tepat, guna membentuk
hipotesis-hipotesis selanjutnya.
Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
I.5.1. Public Relations (PR)
Public Relations (PR) menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial maupun non-komersial. Kehadirannya tidak
bisa dicegah, terlepas dari kita menyukainya atau tidak. Sebenarnya, PR terdiri
dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang
bersangkutan dengan siapa saja yang menjalin kontak dengannya. Setiap orang
pada dasarnya juga selalu mengalami PR, kecuali jika ia terisolasi dan tidak
menjalin kontak dengan manusia lainnya.
Secara etimologis, public relations terdiri dari dua kata, yaitu public dan
relations. Public berarti publik dan relations berarti hubungan-hubungan. Jadi, public relations berarti hubungan-hubungan dengan publik. Menurut British
Institute of Public Relations (IPR) (Jefkins, 2004: 9), public relations (PR) adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam
(17)
rangka menciptakan dan memelihara niat baik (goodwill) dan saling pengertian
antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.
Cutlip dan Center (Suhandang, 2004: 45) dalam bukunya Effective Public Relations mengemukakan definisi public relations sebagai suatu kegiatan komunikasi dan penafsiran, serta komunikasi-komunikasi dan gagasan-gagasan dari suatu lembaga kepada publiknya, serta pendapat dari publiknya itu kepada lembaga tadi, dalam usaha yang jujur untuk menumbuhkan kepentingan bersama sehingga dapat tercipta suatu persesuaian yang harmonis dari lembaga itu dengan masyarakatnya.
Dari definisi Cutlip dan Center, tergambar adanya ciri khas dari PR, yaitu
suatu kegiatan timbal balik antara lembaga dengan publiknya. Tidak saja
melakukan kegiatan kepada publik yang ada di luar lembaga, tetapi juga pihak
publiknya melakukan kegiatan terhadap lembaga itu, sehingga terjadilah suatu
pengertian bersama dalam meraih kepentingan bersama. Dalam proses
komunikasinya, PR tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga menerima.
I.5.2. Community Relations
Jerold (Iriantara, 2004: 20) mendefinisikan community relations sebagai
peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui
berbagai upaya untuk kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas.
DeMartinis (Iriantara, 2004: 20) menjelaskan community relations hanya sebagai
cara berinteraksi dengan berbagai publik yang saling terkait dengan operasi
organisasi. Publik dalam public relations (PR) disebut sebagai stakeholders.
Stakeholders ini terbagi dua, yaitu stakeholders internal dan stakeholders
eksternal. Yang termasuk dalam stakeholders internal, antara lain pemegang
saham, direksi dan manajer professional, karyawan, serta keluarga karyawan.
(18)
pemerintah, pers, pesaing, serta komunitas dan masyarakat. Konsep DeMartinis
tentang komunikasi menunjukkan bahwa sesungguhnya apa yang dinamakan
publik dalam PR itu adalah komunitas.
Hubungan antara organisasi dengan komunitas bukanlah soal bertetangga
belaka. Konsep komunitas telah mengalami pergeseran, sehingga komunitas tidak
hanya dimaknai dengan lokalitas belaka, melainkan juga dimaknai secara
struktural, artinya dilihat dari aspek interaksi yang ada saat ini bisa saja
berlangsung di antara individu yang berbeda lokasinya. Karena itu, hubungan
antara organisasi dan komunitas lebih tepat dipandang sebagai wujud tanggung
jawab sosial organisasi.
Create Profit Inc. (2001) (Iriantara, 2004: 27) menggambarkan 3 tahapan
perkembangan konsep tanggung jawab sosial organisasi bisnis dalam konteks
community relations. Pertama, community relations dan pemberian sumbangan
sebagai respons atau kebutuhan/ tekanan lokal dan manajemen senior/ chief
executive officer (CEO) pada tahun 1960-an dan 1970-an. Kedua, pada tahun 1980-an dan 1990-an berkembang model community relations yang dinamakan
“Model Kewarganegaraan Korporat” yang didasarkan pada isu-isu etis. Ketiga,
berkembang konsep aliansi strategis yang terkait erat dengan tujuan organisasi
yang muncul sejak tahun 1999. Pada dasarnya, community relations
dikembangkan demi kemaslahatan organisasi dan komunitasnya dalam bentuk
tanggung jawab sosial.
I.5.3. Citra
Menciptakan citra yang positif terhadap perusahaan merupakan tujuan
(19)
sifatnya abstrak yang hanya bisa dirasakan oleh perusahaan dan pihak-pihak yang
terkait. Citra yang ideal merupakan impresi yang benar, yang sepenuhnya
berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang
sesungguhnya.
Dalam buku Essential of Public Relations (Soemirat dan Ardianto, 2004:
111), Jefkins menyebut bahwa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan
pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan.
Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi (Soemirat dan
Ardianto, 2004: 111) menyebutkan bahwa citra adalah penggambaran tentang
realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut realitas.
Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima
seseorang.
Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek, dapat diketahui
dari sikapnya terhadap objek tersebut. Solomon, dalam Rakhmat (Soemirat dan
Ardianto, 2004: 115), menyatakan semua sikap bersumber pada organisasi
kognitif, pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Efek kognitif dari
komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra
terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima
seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu,
tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang
lingkungan.
(20)
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang
bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang dicapai dan dapat
mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 2001: 33). Konsep adalah
penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan
definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan,
kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial.
Dengan demikian, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional
dalam menguraikan rumusan hipotesis, yang sebenarnya merupakan jawaban
sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat
diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya
menjadi variabel.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas merupakan segala faktor atau unsur yang menentukan atau
mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat. Tanpa
variabel ini maka variabel berubah, sehingga akan muncul variabel terikat yang
berbeda atau yang lain sama sekali tidak muncul (Nawawi, 2001: 57).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Sistem Pelayanan Pelanggan
Online Realtime (SPPOR).
b. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat merupakan sejumlah gejala ataupun faktor maupun unsur
yang ada ataupun muncul, dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas
(21)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah citra PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) Cabang Medan.
c. Variabel Antara (Z)
Variabel antara merupakan variabel yang berada diantara variabel bebas
dan variabel terikat, berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.
I.7. Model Teoritis
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep
dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:
Gambar I.1
I.8. Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasionalisasi
variabel yang berfungsi membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian,
yaitu sebagai berikut:
Tabel I.1 Variabel Operasional Variabel Bebas (X)
Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR)
Variabel Terikat (Y)
Citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Cabang Medan
Variabel Antara (Z)
Karakteristik Responden
(22)
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Variabel Bebas (X)
Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR)
a. Efisiensi
b. Akses lebih mudah
c. Pelayanan kepada pelanggan d. Kepuasan pelanggan
Variabel Terikat (Y)
Citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan
a. Persepsi b. Kognisi c. Sikap Variabel Antara (Z)
Karakteristik Responden
a. Usia
b. Jenis Kelamin c. Pendidikan d. Pekerjaan e. Penghasilan
I.9. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan unsur penelitian untuk mengetahui
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi
operasional adalah suatu informasi alamiah yang sangat membantu peneliti lain
yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006: 46).
Adapun definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime
(SPPOR)
a. Efisiensi adalah diharapkan dengan adanya sistem pelayanan
pelanggan online realtime seperti ini akan dapat melayani pelanggan
lebih baik lagi.
b. Akses lebih mudah adalah dengan adanya sistem pelayanan pelanggan
(23)
menikmati pelayanan yang diberikan oleh PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) Cabang Medan.
c. Pelayanan pelanggan adalah PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Cabang Medan dapat memberikan kepuasan serta pelayanan yang
lebih cepat serta efisien kepada seluruh pelanggan khususnya dalam
hal pemasangan listrik baru
d. Kepuasan pelanggan adalah dengan adanya sistem pelayanan
pelanggan online realtime setidaknya dapat memberikan kepuasan
kepada pelanggan.
2. Variabel Terikat (Citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Cabang Medan)
a. Persepsi, yakni hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang
dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan.
b. Kognisi, yakni suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus.
c. Sikap, yakni kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai.
3. Variabel Antara (Karakteristik Responden)
a. Usia adalah tingkatan umur responden.
b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan
sampel
c. Pendidikan adalah tingkatan sekolah yang pernah dilalui oleh
(24)
d. Pekerjaan adalah mata pencaharian responden.
e. Penghasilan adalah jumlah pendapatan dari mata pencaharian
responden.
I.10. Hipotesis
Secara etimologis hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis.
Hypo berarti kurang dan thesis berarti pendapat. Jadi, hipotesis merupakan kesimpulan yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan
membuktikan kebenaran hipotesis itu dengan menguji hipotesis dengan data di
lapangan (Bungin, 2001: 90).
Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu, yang
keandalannya biasanya tidak diketahui. Dengan hipotesis, penelitian menjadi tidak
mengambang, karena dibimbing oleh hipotesis tersebut.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak terdapat hubungan antara penerapan Sistem Pelayanan Pelanggan
Online Realtime (SPPOR) dalam meningkatkan citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan.
Ha : Terdapat hubungan antara penerapan Sistem Pelayanan Pelanggan Online
Realtime (SPPOR) dalam meningkatkan citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan.
(25)
BAB II
URAIAN TEORITIS II.1. Public Relations (PR)
II.1.1. Pengertian Public Relations
Public relations (PR) menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik itu
organisasi yang bersifat komersial maupun non-komersial. Kehadirannya tidak
bisa dicegah, terlepas dari kita menyukainya atau tidak. Sebenarnya, PR terdiri
dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang
bersangkutan dengan siapa saja yang menjalin kontak dengannya. Setiap orang
pada dasarnya juga selalu mengalami PR, kecuali jika ia terisolasi dan tidak
menjalin kontak dengan manusia lainnya.
Secara etimologis, public relations terdiri dari dua kata, yaitu public dan
relations. Public berarti publik dan relations berarti hubungan-hubungan. Jadi, public relations berarti hubungan-hubungan dengan publik. Menurut (British)
Institute of Public Relations (IPR) (Jefkins, 2004: 9), public relations (PR) adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam
rangka menciptakan dan memelihara niat baik (goodwill) dan saling pengertian
antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.
Sedangkan menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2004: 10), public relations
adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke
luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.
(26)
Secara umum, public relations dapat diartikan sebagai “penyambung
lidah” perusahaannya dalam hal mengadakan hubungan timbal balik dengan pihak
luar dan dalam perusahaan. Jadi, tidak hanya bertugas sebagai a channel of
information (saluran informasi) dari perusahaan kepada publiknya, melainkan juga merupakan saluran informasi dari publik kepada perusahaan. Informasi yang
datang dari publik merupakan opini publik sebagai umpan balik dari informasi
yang diberikan oleh perusahaan. Demikian pula fungsi public relations sebagai a
source of information (sumber informasi), tidak hanya bagi pihak luar saja, melainkan juga merupakan sumber informasi bagi publik di dalam perusahaan,
terutama bagi pimpinan perusahaan.
Dengan kedua fungsi utamanya itu, public relations tidak saja merupakan
media komunikasi yang menyalurkan penerangan atau informasi kepada publik
luar dan publik dalam perusahaan, tetapi juga harus mendengar, mencium,
merasakan dan melihat opini publiknya itu. Tegasnya, public relations merupakan
“jembatan” penghubung antara pimpinan perusahaan dengan publiknya. Jembatan
penghubung yang menerjemahkan “bahasa” pimpinan perusahaan ke dalam
“bahasa” publik (masyarakat) dan sebaliknya, sehingga terjadi suatu pengertian
yang dapat memperlancar jalannya perusahaan dalam hal mencapai tujuannya di
tengah-tengah masyarakat.
Pada umumnya, tugas public relations dalam perusahaan (Rumanti, 2002:
39) adalah sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi
(27)
mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan,
tujuan serta kegiatan yang dilakukan.
2. Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum
atau masyarakat. Di samping itu, menjalankan dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat.
3. Memperbaiki citra organisasi. Bagi PR, menyadari citra yang baik tidak
hanya terletak pada bentuk gedung, presentasi, publikasi dan seterusnya.
Tetapi, terletak pada (1) bagaimana organisasi bisa mencerminkan
organisasi yang dipercayai, memiliki kekuatan, mengadakan
perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka untuk
dikontrol dan dievaluasi; (2) dapat dikatakan bahwa citra tersebut
merupakan gambaran komponen yang kompleks.
4. Tanggung jawab sosial. PR merupakan instrumen untuk bertanggung
jawab terhadap semua kelompok yang berhak terhadap tanggung jawab
tersebut. Suatu organisasi mempunyai kewajiban dalam pelayanan sosial
yang harus menjadi tanggung jawab.
5. Komunikasi. PR mempunyai bentuk komunikasi yang khusus, komunikasi
timbal balik, maka pengetahuan komunikasi menjadi modalnya.
Sementara Astrid S. Susanto mengutip pendapat Cutlip and Center
(Kusumastuti, 2004: 26) menyatakan tugas PR perusahaan adalah sebagai berikut.
1. Mendidik melalui kegiatan nonprofit suatu publik untuk menggunakan
barang/ jasa instansinya.
2. Mengadakan usaha untuk mengatasi salah paham antara instansi dengan
(28)
3. Meningkatkan penjualan barang/ jasa.
4. Meningkatkan kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan
masyarakat sehari-hari.
5. Mendidik dan meningkatkan tuntutan serta kebutuhan masyarakat akan
barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
6. Mencegah pergeseran penggunaan barang atau jasa yang sejenis dari
pesaing perusahaan oleh konsumen.
Inti tugas public relations adalah sinkronisasi antara informasi dari
perusahaan dengan reaksi dan tanggapan publik, sehingga mencapai suasana
akrab, saling mengerti dan muncul suasana yang menyenangkan dalam interaksi
perusahaan dengan publik. Persesuaian yang menciptakan hubungan harmonis di
mana satu sama lain saling memberi dan menerima hal-hal yang bisa
menguntungkan kedua belah pihak. Pada dasarnya, bentuk-bentuk kegiatan public
relations atau relasi yang dibangun, dijaga dan dikembangkan melalui kegiatan
public relations adalah relasi dengan para stakeholder organisasi. Pada umumnya,
relasi yang dibangun tersebut adalah sebagai berikut:
1. Internal Relations
a. Employee Relations
b. Shareholder Relations
2. External Relations
a. Community Relations
b. Media/ Press Relations
c. Government Relations
(29)
e. Suppliers Relations
II.1.3. Tujuan Public Relations
Public relations (PR) merupakan fungsi manajemen dan dalam struktur
organisasi PR merupakan salah satu bagian atau divisi dari organisasi ataupun
perusahaan. Karena itu, tujuan dari PR sebagai bagian struktural organisasi tidak
terlepas dari tujuan organisasi itu sendiri. Inilah yang oleh Oxley (Iriantara, 2004:
57) disebut sebagai salah satu prinsip public relations, yang menyatakan “Tujuan
public relations jelas dan mutlak memberi sumbangan pada objektif organisasi
secara keseluruhan”. Oxley menyatakan tujuan public relations itu sendiri adalah
mengupayakan dan memelihara saling pengertian antara organisasi dan publiknya.
Secara lebih rinci, Lesly (Iriantara, 2004: 57) menyusun semacam daftar
objektif kegiatan PR, di antaranya:
1. Prestise atau “citra yang favourable” dan segenap faedahnya
2. Promosi produk atau jasa
3. Mendeteksi dan menghadapi isu dan peluang
4. Menetapkan postur organisasi ketika berhadapan dengan publiknya
5. Good will karyawan atau anggota organisasi
6. Good will para stakeholder dan konstituen
7. Mengatasi kesalahpahaman dan prasangka
8. Merumuskan dan membuat pedoman kebijakan
9. Mencegah dan memberi solusi perubahan
10. Mengayomi good will komunitas tempat organisasi jadi bagiannya
11. Mencegah serangan
(30)
13. Good will pemerintah
14. Good will bagian lain dari industry
15. Good will para dealer dan menarik dealer lain
16. Kemampuan untuk mendapatkan personel terbaik
17. Pendidikan publik untuk menggunakan produk atau jasa
18. Pendidikan publik untuk satu titik pandang
19. Good will para customer atau para pendukung
20. Investigasi sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan
21. Menaungi viabilitas masyarakat tempat organisasi berfungsi
22. Mengarahkan perubahan
Tujuan kegiatan PR tersebut, pada gilirannya akan memberi manfaat
terhadap organisasi. Prestise atau citra yang baik, misalnya akan memberi manfaat
yang sangat besar bagi organisasi, bahkan citra dan reputasi ini sering disebut
sebagai aset terbesar perusahaan. Karena itu, reputasi mendapat perhatian yang
sangat besar dan manajemen reputasi merupakan salah satu bagian dari kegiatan
PR yang penting. Untuk mempertahankan bahkan meningkatkan citra dan reputasi
organisasi atau perusahaan dapat dilakukan salah satunya dengan melaksanakan
program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial
perusahaan dalam rangkaian kegiatan public relations.
II.1.4. Komunikasi dan Public Relations
Berkomunikasi yang baik dan efektif akan menghasilkan keuntungan yang
tinggi. Komunikasi dua arah yang efektif harus dipandang sebagai satu-satunya
alat manajemen PR yang dimanfaatkan dalam mengembangkan organisasi. Bagi
(31)
perubahan dan perkembangan sebagai efeknya. Cara yang paling bernilai dan
bermanfaat adalah adanya sikap terbuka untuk menerima umpan balik melalui
pemantauan pihak-pihak yang terkait.
Secara sederhana, komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil
menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Secara umum, komunikasi dikatakan
efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksud oleh pengirim atau
sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh
penerima.
Komunikasi yang efektif adalah penerimaan pesan oleh komunikan
(receiver) sesuai dengan pesan yang dikirim oleh komunikator (sender), kemudian
komunikan memberikan respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan.
Suatu komunikasi dapat dikatakan efektif apabila mencakup lima kriteria, yaitu
pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik dan
tindakan (Mulyana, 2002: 22).
Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, Wilbur Schramm (Effendy,
2000: 41) menampilkan apa yang ia sebut “the condition of success in
communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menarik perhatian komunikan.
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman
yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama
(32)
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang
layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia
digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Bagi PR, dalam melaksanakan fungsi dan kegiatannya berpusat pada
komunikasi. Komunikasi memiliki peran yang besar dalam public relations
(Rumanti, 2002: 86), di antaranya:
1. Komunikasi dalam PR merupakan titik sentral.
2. Dalam setiap proses komunikasi, hubungan kemanusiaan merupakan
proses yang menyangkut kepribadian, sikap dan tingkah laku yang terjadi
pada orang-orang yang terlibat.
3. PR dalam fungsinya melaksanakan komunikasi persuasif dua arah di
semua bidang kegiatan dengan maksud memberi motivasi kerja,
bertanggung jawab dan produktif.
4. Atas dasar pengertian tersebut, terlihat bahwa komunikasi timbal balik
dalam PR merupakan proses integrasi antarmanusia, bukan hanya
hubungan antarmanusia (human relations) saja.
Menurut James E. Grunig (Ruslan, 2003: 103), dalam perkembangan
public relations dalam konsep dan praktik dalam proses komunikasi terdapat
empat model (four typical ways of conceptual and practicing communication),
yaitu:
a. Model Publicit or Press Agentry
(33)
c. Model Two Way Asymmetrical
d. Model Two Way Symmetrical
Dalam Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) ini, model
komunikasi public relations yang digunakan adalah model two way asymmetrical.
Pada model komunikasi ini, PR melakukan kampanye melalui komunikasi dua
arah dan penyampaian pesan-pesan berdasarkan hasil riset serta strategi
komunikasi persuasif publik secara alamiah (scientific persuasive). Unsur
kebenaran informasi diperhatikan untuk membujuk publik agar mau bekerja sama,
bersikap terbuka sesuai harapan perusahaan. Dalam model ini, masalah ‘feedback’
dan ‘feedforward’ dari pihak publik diperhatikan, serta berkaitan dengan
informasi mengenai khalayak diperlukan sebelum melaksanakan komunikasi.
Maka, kekuatan membangun hubungan (relationship) dan pengambilan inisiatif
selalu didominasi oleh si pengirim (sources) (Ruslan, 2003: 104).
Gambar II.1
Model two way asymmetrical
Communication with persuasive aim Two Way Communication Feedback from or feedforward
about Receiver (public)
Inilah yang dimaksud dengan komunikasi dalam PR yang selalu
merupakan komunikasi timbal balik demi kepentingan semua pihak.
II.2. Community Relations
Jerold (Iriantara, 2004: 20) mendefinisikan community relations sebagai
peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui
berbagai upaya untuk kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. Sources
(Organizat ion)
Receiver (Publik)
(34)
DeMartinis (Iriantara, 2004: 20) menjelaskan community relations hanya sebagai
cara berinteraksi dengan berbagai publik yang saling terkait dengan operasi
organisasi. Komunitas tersebut mencakup klien, lingkungan, pejabat publik,
lembaga pemerintah dan lembaga lain. Konsep DeMartinis tentang komunikasi
menunjukkan bahwa sesungguhnya apa yang dinamakan publik dalam public
relations itu adalah komunitas.
Hubungan antara organisasi dengan komunitas bukanlah soal bertetangga
belaka. Konsep komunitas telah megalami pergeseran, sehingga komunitas tidak
hanya dimaknai dengan lokalitas belaka, melainkan juga dimaknai secara
struktural, artinya dilihat dari aspek interaksi yang ada saat ini bisa saja
berlangsung di antara individu yang berbeda lokasinya. Karena itu, hubungan
antara organisasi dan komunitas lebih tepat dipandang sebagai wujud tanggung
jawab sosial organisasi.
Community atau komunitas dalam public relations adalah kelompok-kelompok para pegawai di dalam perusahaan dan lembaga, institusi, organisasi
dan golongan sosial yang ada di luar perusahaan. Ke dalam perusahaan, public
relations berkewajiban mengatur hubungan antar kelompok pegawai di satu pihak
dengan lembaga perusahaannya di pihak lain. Demikian pula terhadap kelompok
lain di luar perusahaan, seperti lembaga pemerintahan, instansi swasta dan
masyarakat, public relations juga harus bisa menjalin hubungan yang baik.
Hubungan antara organisasi dan komunitas serta masyarakat secara
keseluruhan berada pada kondisi yang dinamis. Hubungan tersebut tidak berdiam
pada satu posisi, melainkan berubah sejalan dengan perubahan pada lingkungan
(35)
bekerja hanya mencari keuntungan karena masyarakat mendapat manfaat berupa
ketersediaan barang dan jasa yang diproduksi organisasi tersebut. Namun, pada
masa yang lain organisasi dipandang bertanggung jawab terhadap berbagai
persoalan sosial yang muncul, seperti soal lingkungan hidup yang dampaknya
dipikul oleh masyarakat.
Persoalan sosial yang muncul itu, kerap menjadi beban, termasuk beban
ekonomis masyarakat, padahal sumber masalah itu adalah operasi yang dijalankan
satu organisasi bisnis. Komunitas yang tidak mendapatkan keuntungan komersial
harus memikul beban kerugian. Karena itu wajar dalam perkembangan
berikutnya, masyarakat menuntut sebagian keuntungan yang diperoleh organisasi
bisnis itu dikembalikan pada masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan yang
diwadahi dalam program-program community relations organisasi bisnis.
Rencana yang baik tak akan berarti dan berdampak apapun terhadap
organisasi bila tidak diimplementasikan dengan baik. Begitu juga halnya dengan
program atau kegiatan PR yang berwujud program atau kegiatan community
relations. Bila suatu program community relations tidak diimplementasikan
dengan baik, mungkin organisasi hanya bisa “menggugurkan kewajiban” moral
dan hukum belaka untuk menyelenggarakan program community relations.
Namun, manfaat program itu tidak dapat dirasakan baik oleh organisasi maupun
komunitas organisasi tersebut. Akibatnya, tujuan community relations atau tujuan
PR secara keseluruhan tidak tercapai.
Community relations bukanlah sekedar membangun hubungan baik
dengan komunitas sekitar lokasi operasi organisasi untuk mendapatkan ‘lisensi
(36)
kapital reputasi, yang memandang hubungan yang baik dengan komunitas adalah
salah satu strategi bisnis untuk mengurangi resiko dan memaksimalkan laba.
Hubungan dialektis antara organisasi bisnis dan komunitas banyak
mengubah praktik bisnis yang dijalankan berbagai perusahaan. Satu di antaranya,
perubahan praktik community relations yang ditempuh organisasi bisnis.
Community relations tak lagi dilakukan untuk kepentingan organisasi bisnis, seperti dalam memperoleh laba termasuk meminimalkan risiko gangguan dari
komunitas, tetapi juga organisasi bisnis diajak terlibat langsung menangani
permasalahan yang muncul di komunitas. Menjalankan community relations pada
perusahaan tertentu ialah satu strategi yang baik untuk membina hubungan baik di
tengah keberadaan perusahaan itu berdiri. Prinsip yang hendak dikembangkan
melalui community relations ialah mengembangkan hubungan bertetangga yang
baik, khususnya di lingkungan perusahaan itu berdiri.
Hubungan organisasi dan komunitasnya tidak semata-mata didasarkan
pada kepentingan ekonomi semata. Dalam membangun hubungan yang baik
dengan komunitas, organisasi bisnis lebih memposisikan dirinya sebagai lembaga
sosial atau menjalankan fungsi dan peran sosialnya. Sedangkan bila menjaga
hubungan baik dengan pelanggannya, tentu organisasi binis tersebut akan
menampilkan sosoknya sebagai lembaga ekonomi yang menjalankan fungsi dan
peran mencari keuntungan.
Hubungan antara komunitas dan organisasi lebih tepat dipandang sebagai
relasi yang dikembangkan untuk membuka ruang bagi terwujudnya tanggung
jawab sosial organisasi. Tanggung jawab sosial tersebut terus berevolusi sampai
(37)
antara organisasi dan komunitasnya. Sejalan dengan itu, komunitas pun tak lagi
hanya dimaknai dengan lokalitas, melainkan juga sebagai struktur yang di
dalamnya terjadi interaksi karena memiliki nilai-nilai dan kepentingan yang sama,
serta manfaatnya bisa dirasakan kedua belah pihak. Community relations
dikembangkan demi kemaslahatan organisasi dan komunitasnya dalam bentuk
tanggung jawab sosial.
Create Profit Inc. (2001) (Iriantara, 2004: 27) menggambarkan 3 tahapan
perkembangan konsep tanggung jawab sosial organisasi bisnis dalam konteks
community relations. Pertama, community relations dan pemberian sumbangan
sebagai respons atas kebutuhan/ tekanan lokal dan manajemen senior/ chief
executive officer (CEO) pada tahun 1960-an dan 1970-an. Kedua, pada tahun 1980-an dan 1990-an berkembang model community relations yang dinamakan
“Model Kewarganegaraan Korporat” yang didasarkan pada isu-isu etis. Ketiga,
berkembang konsep aliansi strategis yang terkait erat dengan tujuan organisasi
yang muncul sejak tahun 1999.
Perkembangan konsep tanggung jawab sosial dan community relations
menunjukkan adanya upaya untuk saling mendekati antara masyarakat dan
organisasi bisnis. Masing-masing menjalin komunikasi untuk memecahkan
permasalahan bersama. Masing-masing juga mau bergeser dari posisinya demi
menjaga kemaslahatan bersama, tanpa menanggalkan identitas dan tujuannya
masing-masing. Karena itu, program dan prakarsa dalam community relations
difokuskan untuk menanamkan kebanggaan karyawan, membangun kepercayaan
publik, menumbuhkembangkan pendidikan, memberi respons terhadap kebutuhan
(38)
community relations dilakukan dengan didasarkan pada nilai-nilai dasar
perusahaan, yakni menghormati individu, integritas yang utuh, keterpercayaan,
kredibilitas dan perbaikan berkelanjutan, pembaharuan pribadi serta pengakuan
dan nama baik (Iriantara, 2004: 30).
II.3. Citra
Menciptakan citra yang positif terhadap perusahaan merupakan tujuan
utama bagi seorang public relations (PR). Citra merupakan suatu penilaian yang
sifatnya abstrak yang hanya bisa dirasakan oleh perusahaan dan pihak-pihak yang
terkait. Citra yang ideal merupakan impresi yang benar, yang sepenuhnya
berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang
sesungguhnya.
Sekarang ini banyak sekali perusahaan atau organisasi yang sangat
memahami perlunya memberi perhatian yang cukup untuk membangun suatu citra
yang menguntungkan bagi suatu perusahaan tidak hanya melepaskan diri terhadap
terbentuknya suatu kesan publik yang negatif. Dengan perkataan lain, citra
perusahaan adalah fragile commodity (komoditas yang rapuh/ mudah pecah).
Namun, kebanyakan perusahaan juga meyakini bahwa citra perusahaan yang
positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang.
Bill Canton dalam Sukatendel (Soemirat dan Ardianto, 2004: 111)
mengatakan bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap
perusahaan, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau
(39)
agar bernilai positif. Citra itu sendiri merupakan salah satu aset terpenting dari
suatu perusahaan atau organisasi.
Dalam buku Essential of Public Relations, Jefkins (Soemirat dan Ardianto,
2004: 111) menyebut bahwa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan
pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan.
Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi (Soemirat dan
Ardianto, 2004: 111) menyebutkan bahwa citra adalah penggambaran tentang
realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut realitas.
Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima
seseorang.
Ada beberapa jenis citra (image) (Jefkins, 2004: 20), yakni:
a. Citra bayangan (mirror image), merupakan citra yang dianut oleh orang
dalam atau anggota-anggota organisasi mengenai pandangan pihak luar
terhadap organisasinya.
b. Citra yang berlaku (current image), yaitu citra atau pandangan yang dianut
oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.
c. Citra yang diharapkan (wish image), yaitu citra yang diinginkan oleh pihak
manajemen. Biasanya lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra
yang ada.
d. Citra perusahaan (corporate image), yaitu citra dari suatu organisasi secara
keseluruhan, bukan sekedar citra akan produk dan pelayanan yang
(40)
e. Citra majemuk (multiple image), yaitu citra yang beraneka ragam (banyak)
yang hampir sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimiliki oleh
organisasi/ perusahaan.
Citra perusahaan dapat dilihat, antara lain dari riwayat perusahaan,
keberhasilan di bidang keuangan, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai
pencipta lapangan kerja dan tanggung jawab sosialnya. Bentuk Community
Relations dari pihak PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan
berupa penerapan Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR).
Program Community Relations yang dilaksanakan dengan baik dan berhasil akan
berdampak positif terhadap citra perusahaan maupun produknya.
Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek, dapat diketahui
dari sikapnya terhadap objek tersebut. Solomon, dalam Rakhmat (Soemirat dan
Ardianto, 2004: 115), menyatakan semua sikap bersumber pada organisasi
kognitif, pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Efek kognitif dari
komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra
terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima
seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu,
tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang
lingkungan.
Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan
pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoene (Soemirat dan
Ardianto, 2004: 115), dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen
sebagai berikut:
Gambar II.2
(41)
pengalaman mengenai stimulus
Stimulus Respon
Rangsang Perilaku
Rangsang
Public relations digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam
model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang
diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri
digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap.
Model pembentukan citra ini menunjukkan bagaimana stimulus yang
berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus (rangsang)
yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Empat komponen
perspsi-kognisi-motivasi-sikap diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang.
Walter Lipman menyebut ini sebagai “picture in our head”.
Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha untuk mengerti
tentang rangsang tersebut. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap
unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata
lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsang tersebut. Kemampuan
mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi
individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat
memenuhi kognisi individu.
Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus.
Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut,
sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat Kognisi
Persepsi Sikap Motivasi
(42)
mempengaruhi perkembangan kognisinya. Motivasi dan sikap yang ada akan
menggerakkan respons seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsang.
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai
suatu tujuan. Sedangkan sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi,
berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap
mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap menentukan apakah orang harus
pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan
diinginkan. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap juga dapat diperteguh atau
diubah. Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap,
pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu.
Berikut ini adalah bagan dari orientasi public relations, yakni image
building (membangun citra), dapat dilihat sebagai model komunikasi dalam public relations (Soemirat dan Ardianto, 2004: 118)
Gambar II.3
Model Komunikasi dalam Public Relations
Sumber Komunikator Pesan Komunikan Efek
Perusahaan Lembaga Organisasi
Bidang/ Divisi Publik Relations
Kegiatan-kegiatan
Publik-publik PR
Citra publik terhadap perusahaan
(43)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
III.1.1 Profil PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan
Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19,
ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk
keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi untuk
kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV. NIGM
yang memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga listrik.
Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik tersebut
dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus
1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemuda-pemuda
Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah
Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno
membentuk Jawatan Listrik dan Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik
hanya sebesar 157,5 MW saja.
Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi
BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di
bidang listrik, gas dan kokas. Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan
dibentuk 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang
mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas.
(44)
Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik
Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN). Tahun 1990 melalui
Peraturan Pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha
ketenagalistrikan. Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada
sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan
dengan kebijakan di atas, pada bulan Juni 1994 status PLN dialihkan dari
Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
PLN Regional Sumatera Utara sesungguhnya merupakan representasi
(gabungan) dari semua unit PLN yang beroperasi secara bersama di wilayah kerja
Propinsi Sumatera Utara. Di dalamnya terdapat 5 unit PLN yang masing-masing
memiliki fungsi spesifik yang saling melengkapi dalam satu sistem operasi
ketenagalistrikan, yaitu:
a. PT PLN (Persero) Pikitring Sumut & Aceh, yang tugas utamanya
melakukan pembangunan Pusat Pembangkit, Jaringan Transmisi serta
Gardu Induk.
b. PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara, bertanggung
jawab atas pengoperasian serta pemeliharaan pembangkit untuk
memproduksi tenaga listrik dalam jumlah besar yang bersumber dari
pemanfaatan berbagai energi primer.
c. PT PLN (Persero) P3B Sumatera - Unit Pengatur Beban Sumatera Bagian
Utara, bertugas menyalurkan tenaga listrik dalam jumlah besar dari pusat
pembangkit listrik ke pusat beban melalui jaringan transmisi bertegangan
(45)
d. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, berfungsi mendistribusikan
tenaga listrik dari Gardu Induk sampai ke tangan konsumen melalui
Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Jaringan Tegangan Rendah (JTR),
Gardu Distribusi dan Sambungan Rumah (SR).
e. PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan, menyediakan jasa pendidikan dan
pelatihan bagi pegawai PLN maupun instansi lain di luar PLN yang
membutuhkan.
Secara Umum PLN Regional Sumatera Utara ini melayani daerah yang
meliputi 20 Kabupaten dan 7 Kotamadya se - Propinsi Sumatera Utara. Dalam
memberikan layanannya PLN didukung oleh 7 unit Kantor Cabang, 11 Rayon, 50
Ranting, 4 Sub Ranting dan 114 Kantor Jaga dengan jaringan tegangan menengah
sepanjang 20.064 Kms, 21.242 Kms jaringan tegangan rendah serta 14.703 buah
gardu di bawah naungan PLN Wilayah Sumatera Utara yang melayani 2.104.916
pelanggan (data sampai dengan September 2005).
Kebutuhan listrik daerah Sumut sendiri dipasok dari 8 Unit Pembangkit
yang dioperasikan PLN Pembangkitan Sumbagut. Suplai tenaga listrik terbesarnya
berasal dari PLTGU Belawan yang terletak di Pulau Naga Putri Sicanang dengan
daya terpasang sebesar 1077,9 MW. Untuk menyalurkan listrik agar sampai ke
pelanggan, PLN juga mengoperasikan 3.295,4 Kms jaringan transmisi tegangan
tinggi dan gardu induk berkapasitas 2.175 Mva kelolaan PLN P3B Sumatera -
(46)
III.1.2. Visi , Misi dan Motto PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) A. Visi
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh Kembang,
Unggul dan Terpercaya dengan Bertumpu pada Potensi Insani.
B. Misi
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan
pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
C. Motto
(47)
III.1.3 Struktur Organisasi PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan
III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT.Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang
Medan yang berada di Jalan KL.Yos Sudarso No.284, Medan. Penelitian
dilakukan pada bulan November-Desember 2010 dan Januari 2011.
III.3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
korelasional. Metode ini digunakan untuk meneliti hubungan di antara
variabel-variabel. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu
variabel berkaitan dengan variasi pada variabel lain (Rakhmat, 2004: 27).
(48)
III.4.1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan
diteliti. Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup
dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian
(Bungin, 2001: 101).
Populasi dalam penelitian ini adalah para pelanggan yang datang dan
mendaftar di PT.Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan dan
merasakan Sistem Pelayanan Pelanggan Oline Realtime (SPPOR). Berdasarkan
data yang diperoleh dari bagian pemasangan pelanggan baru diperoleh responden
sebanyak 1.378 calon pemasang baru pada bulan Oktober 2010 untuk wilayah
kerja PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan (Sumber: Bagian
Humas PT. Perusahaan Listrik Negara Sumatera Utara).
III.4.2. Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang
dianggap dapat menggambarkan populasinya. David Nachmias dan Vhava
Nachmias (Bulaeng, 2004: 156) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari
populasi yang karakteristiknya tidak berbeda dengan karakteristik populasi.
Sampel harus memenuhi unsur representatif atau mewakili dari seluruh
sifat-sifat populasi. Sampel yang representatif bisa diartikan bahwa sampel
tersebut mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional atau
memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih,
sehingga dapat mewakili keadaan sebenarnya dalam keseluruhan populasi
(49)
Berdasarkan data yang diperoleh, maka untuk menghitung jumlah sampel
digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan
90%, yakni sebagai berikut:
n =
1 )
( 2 +
d N
N
n =
1 ) 1 , 0 ( 1378 1378 2 +
n =
78 , 14
1378
n = 93,2 = 93 orang
Keterangan :
N = Jumlah Populasi n = Sampel
d² = Presisi
III.5. Teknik Penarikan Sampel III.5.1. Purposive Sampling
Teknik penarikan sampel ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas
dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan peneliti.
Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut
tidak dijadikan sampel. Purposive Sampling dilakukan dengan cara mengambil
subjek, bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas
adanya tujuan tertentu (Kriyantono, 2006: 154).
Dalam purposive sampling terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi
(Arikunto, 2006: 140), yakni:
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau
(50)
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang
paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key
subjects).
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah para pemohon
sambung baru di PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan yang
tahu mengenai Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR).
III.6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data,
yaitu:
a. Penelitian Kepustakaan
Yaitu dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literature
dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan survei di lokasi penelitian
melalui kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan menyerahkan atau
mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden
(Soehartono, 2004: 65).
III.7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 2006: 263). Data yang
(51)
III.7.1. Analisis Tabel Tunggal
Analisa tabel tunggal merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan
membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan
atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis
data yang terdiri dari dua kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk
setiap kategori (Singarimbun, 2006: 266).
III.7.2. Analisis Tabel Silang
Analisa tabel silang merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis
dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya,
sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif dan negatif
(Singarimbun, 2006: 273).
III.8. Uji Hipotesis
Uji hipotesis adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data
hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji tingkat
hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, maka peneliti menggunakan
rumus Korelasi Tata Jenjang yang dikemukakan oleh Spearman (Arikunto, 2006:
278).
rs = 1−
) 1 ( 6
2 2
−
∑
N N
d
Keterangan:
rs = Koefisien korelasi tata jenjang
d = Difference, yaitu beda antara jenjang setiap subjek
(52)
Korelasi tata jenjang juga disebut dengan rank-difference correlation atau
rank-order correlation. Korelasi tata jenjang digunakan untuk menentukan hubungan dua gejala yang kedua-duanya merupakan gejala ordinal atau tata
jenjang.
Selanjutnya, untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan rumus
skala Guilford (Kriyantono, 2006: 169).
< 0,20 : Hubungan rendah sekali, lemah sekali
0,20 – 0,39 : Hubungan rendah tapi pasti
0,40 – 0,70 : Hubungan yang cukup berarti
0,71 – 0,90 : Hubungan yang tinggi; kuat
(53)
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data
Peneliti menempuh beberapa tahapan penelitian dalam pengumpulan data.
Tahapan tersebut sebagai berikut:
IV.1.1 Tahap Awal
Penelitian diawali dengan meminta surat izin penelitian dari bagian
pendidikan FISIP USU, yang ditujukan kepada Pimpinan PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) Cabang Medan, mengenai jumlah pelanggan yang akan
dijadikan sampel. Kemudian meminta surat izin penelitian dari bagian pendidikan
FISIP USU, yang ditujukan kepada Pimpinan PT. Perusahaan Listrik Negara
(Persero) Cabang Medan untuk memperoleh data lainnya yang diperlukan dalam
penelitian ini.
IV.1.2 Pengumpulan Data
Bab ini merupakan uraian dari hasil penelitian yang dilakukan, mengenai
“Penerapan Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) Terhadap
Citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan.”
Berdasarkan data yang diperoleh, maka untuk menghitung jumlah sampel
digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan
90%, sehingga diperoleh 93 orang untuk digunakan sebagai sampel dalam
penelitian ini. Mulai tanggal 18 Desember 2010- 10 Januari 2011, peneliti
menyebarkan kuesioner yang telah dipersiapkan, untuk dibagikan kepada
(54)
penyebaran kuesioner berakhir pada tanggal 10 Januari 2011. Kemudian
pengumpulan data lainnya, seperti profil, visi dan misi PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) Cabang Medan.
IV.2 Teknik Pengolahan Data
Setelah peneliti pengumpulkan data dari 39 orang responden, kemudian
dilakukan pengolahan data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Penomoran kuesioner: Kuesioner yang telah dikumpulkan diberi
nomor urut sebagai pengenal (01-93).
2. Editing: Peneliti mengedit jawaban responden untuk memperjelas
jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan
pengisian data dalam kode yang disediakan.
3. Coding: Proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak-kotak
kode yang telah disediakan pada lembar kuesioner dalam bentuk angka
(skor).
4. Inventarisasi: Data mentah yang diperoleh dimasukkan ke dalam
lembar FC (Fortran Cobol) sehingga membentuk satu kesatuan.
5. Tabulasi Data: Pada tahap ini, data FC dimasukkan ke dalam tabel.
Tabel tersebut terdiri dari tabulasi tunggal dan tabulasi silang. Sebaran
data dalam tabel secara rinci meliputi kategori frekuensi, persentase
dan selanjutnya dianalisis.
6. Uji Hipotesis: Pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data
yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini
(55)
tata jenjang Spearman. Sedangkan untuk mengukur tinggi rendahnya
hubungan digunakan skala Guilford.
IV.3 Analisis Tabel Tunggal IV.3.1 Karakteristik Responden
Karakter responden perlu disajikan untuk mengetahui latar belakang
responden. Karakteristik yang dipakai adalah usia, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, pekerjaan dan uang saku/penghasilan.
Tabel IV.1 Usia responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 18-25 tahun 62 66.7 66.7 66.7
26-35 tahun 8 8.6 8.6 75.3
36-49 tahun 13 14.0 14.0 89.2
>50 tahun 10 10.8 10.8 100.0
Total 93 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Penelitian P1/FC.3
Berdasarkan tabel di atas diketahui mengenai usia para responden.
Sebanyak 62 orang responden (66,7%) berusia 18-25 tahun, sebanyak 8 orang
responden (8,6%) berusia 26-35 tahun, sebanyak 13 orang responden (14%)
berusia 36-49 dan sebanyak 10 orang responden (10,8%) berusia >50 tahun.
Dengan demikian mayoritas responden dalam penelitian ini berusia antara
18-25 tahun. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 66,7% atau ada
sebanyak 62 orang responden. Hal tersebut dikarenakan di usia yang relatif muda,
(56)
yang berhubungan dengan kegiatan membantu mengurus urusan rumah tangga
seperti pembayaran listrik, air, telepon dan sebagainya
Tabel IV.2 Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Pria 33 35.5 35.5 35.5
Wanita 60 64.5 64.5 100.0
Total 93 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Penelitian P2/FC.4
Berdasarkan tabel di atas diketahui mengenai jenis kelamin responden.
Sebanyak 33 orang responden (35,5%) berjenis kelamin pria dan sebanyak 60
orang responden (64,5%) berjenis kelamin wanita.
Dengan demikian mayoritas responden dalam penelitian ini berjenis
kelamin wanita, yaitu sebesar 64,5% atau sebanyak 60 orang responden.
Banyaknya kaum wanita yang menjadi responden dalam penelitian ini
dikarenakan wanita lebih senang untuk melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan mengurus urusan rumah tangga seperti halnya melakukan pembayaran air,
telepon dan juga listrik sebab mereka memiliki waktu luang karena banyak dari
responden wanita yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan
responden pria umumnya sibuk bekerja.
Tabel IV.3 Pendidikan Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SMP 8 8.6 8.6 8.6
SMA 37 39.8 39.8 48.4
(57)
Sarjana (S1/S2/S3) 42 45.2 45.2 100.0
Total 93 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner Penelitian P3/FC.5
Berdasarkan tabel di atas diketahui mengenai tingkat pendidikan para
responden. Sebanyak 8 orang responden (8,6%) tamatan SMP, sebanyak 37 orang
responden (39,8%) tamatan SMA, sebanyak 6 orang responden (6,5%) tamatan
Diploma dan sebanyak 42 orang responden (45,2%) berada pada tingkat
pendidikan Sarjana baik itu Sarjana, Pasca Sarjana dan juga Doktoral.
Dengan demikian mayoritas responden dalam penelitian ini berada pada
tingkat pendidikan sarjana, baik itu Strata Satu, Dua ataupun Tiga. Hal tersebut
terlihat dari persentase sebesar 45,2% atau ada sebanyak 42 orang responden.
Pada umumnya masyarakat sekarang ini sudah berada pada tingkat pendidikan
pada jenjang Sarjana baik itu Strata Satu, Strata Dua ataupun Strata Tiga. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan di Medan sudah lebih baik karena
pendidikan merupakan hal yang fundamental bagi kehidupan di masa depan
seseorang.
Tabel IV.4 Pekerjaan Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Pegawai Swasta 67 72.0 72.0 72.0
Profesional 3 3.2 3.2 75.3
Profesional (Dokter, Pengacara, Akuntan, Pengajar)
8 8.6 8.6 83.9
Lainnya 15 16.1 16.1 100.0
(1)
Penerapan Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) Terhadap Citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pertanyaan terlebih dahulu dan pahami dengan seksama. 2. Jawablah setiap pertanyaan dengan teliti tanpa ada yang terlewatkan. 3. Berilah tanda silang (X) atau checklist (√) untuk jawaban yang Anda
anggap paling benar/sesuai.
4. Kotak dengan kode bernomor yang terletak di sisi kanan pertanyaan, mohon jangan diisi.
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Selamat Mengisi…
No. Responden :
1 2 A. Karakteristik Responden
1. Usia
a. 18-25 tahun b. 26-35 tahun
c. 36-49 tahun 3
d. >50 tahun
2. Jenis Kelamin a. Pria
b. Wanita 4
3. Pendidikan a. SD b. SMP
c. SMA 5
d. Diploma
(2)
4. Pekerjaan
a. Pegawai Negeri Sipil/Pegawai BUMN
b. Pegawai Swasta 6
c. Wiraswasta
d. Profesional (Dokter, Pengacara, Akuntan, Pengajar) e. Lainnya ____________________
5. Penghasilan
a. Rp.500.000- Rp.1.500.000,- b. Rp.1.600.000-Rp.2.500.000,-
c. Rp.2.600.000-Rp.3.500.000,- 7 d. Rp.3.600.000-Rp.5.000.000,-
e. >Rp.5.000.000,-
B. Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR)
6. Apakah anda tahu mengenai Sistem Pelayanan Pelanggan Online
Realtime (SPPOR) yang diadakan oleh PT. Perusahaan Listrik Negera
(Persero) Cabang Medan? a. Tidak tahu
b. Kurang tahu 8
c. Tahu
d. Sangat tahu
7. Menurut anda apakah penerapan Sistem Pelayanan Pelanggan Online
Realtime (SPPOR) sudah efisien dalam mengatasi antrean pasang baru
listrik para calon pelanggan PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan?
a. Tidak efisien
b. Kurang efisien 9
c. Efisien
d. Sangat efisien
8. Apakah anda merasa ada perbedaan yang signifikan antara sistem antrean pasang lama dengan Sistem Pelayanan Pelanggan Online
Realtime (SPPOR) ini?
a. Tidak signifikan
b. Kurang signifikan 10
c. Signifikan d. Sangat signifikan
(3)
9. Apakah anda setuju bahwa Sistem Pelayanan Pelanggan Online
Realtime (SPPOR) ini membuat akses lebih mudah ketika melakukan
pasang baru listrik di Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan?
a. Tidak setuju b. Kurang setuju
c. Setuju 11
d. Sangat setuju
10. Bagaimana pendapat anda mengenai pelayanan yang diberikan pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan kepada anda dengan adanya Sistem Pelayanan Pelanggan Online
Realtime (SPPOR) ini?
a. Tidak baik
b. Kurang baik 12
c. Baik d. Sangat baik
11. Apakah anda mengetahui tujuan dibuatnya Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan ini?
a. Tidak tahu
b. Kurang tahu 13
c. Tahu d. Sangat tahu
12. Apakah anda mengetahui mekanisme dari Sistem Pelayanan Pelanggan
Online Realtime (SPPOR) oleh PT. Perusahaan Listrik Negara
(Persero) Cabang Medan? a. Tidak tahu
b. Kurang tahu 14
c. Tahu d. Sangat tahu
13. Apakah anda sebagai pelanggan sudah puas dengan diterapkannya Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) ketika anda
(4)
mendaftar sebagai calon pelanggan listrik di PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan?
a. Tidak puas
b. Kurang puas 15
c. Puas
d. Sangat puas
C. Citra PT.Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan
14. Apakah Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) menarik perhatian anda sebagai calon pelanggan listrik di PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan?
a. Tidak menarik
b. Kurang menarik 16
c. Menarik
d. Sangat menarik
15. Bagaimana kesan anda terhadap Sistem Pelayanan Pelanggan Online
Realtime (SPPOR) oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Cabang Medan? a. Tidak baik
b. Kurang baik 17
c. Baik d. Sangat baik
16. Apakah anda mendapatkan informasi yang cukup dari petugas pelayanan mengenai Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan? a. Tidak cukup
b. Kurang cukup
c. Cukup 18
d. Sangat cukup
17. Apakah anda mengerti dengan pesan yang disampaikan oleh petugas pelayanan mengenai Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) di PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan? a. Tidak mengerti
b. Kurang mengerti
c. Mengerti 19
(5)
18. Bagaimana pendapat anda, apakah Sistem Pelayanan Pelanggan
Online Realtime (SPPOR) berpengaruh terhadap citra PT. Perusahaan
Listrik Negara (Persero) Cabang Medan? a. Tidak berpengaruh
b. Kurang berpengaruh 20 c. Berpengaruh
d. Sangat berpengaruh
19. Menurut anda, seberapa besarkah pengaruh Sistem Pelayanan Pelanggan Online Realtime (SPPOR) terhadap citra PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Cabang Medan?
a. Tidak besar b. Kurang besar
c. Besar 21
d. Sangat besar
20. Bagaimana kritik dan saran anda terhadap Sistem Pelayanan Pelanggan
Online Realtime (SPPOR) yang dilakukan oleh PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) Cabang Medan?
--- --- ---
(6)
DATA PRIBADI
Nama : Putri Dwi Wulandari Tempat/tanggal lahir : Medan , 28 Agustus 1988 Alamat : Jln. Dewa ruci No 6 Medan Agama : Islam
Golongan darah : A
Telepon : (061) - 4524101
Email : princess_wlan@yahoo.com
Riwayat Pendidikan
SD PERCOBAAN NEGERI MEDAN (1994-2000) SLTP KARTIKA I-1 MEDAN (2000-2003) SMU KEMALA BHAYANGKARI MEDAN (2003-2006)