Pertumbuhan Dan Perkembangan Beberapa Genotipe Ubikayu (Manihot Esculenta Crantz.)

KESIMPULAN
Kesimpulan
1.

Genotipe Pulut memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi (277,48 cm) dan
terendah pada genotipe Putih (209,51 cm), serta memiliki rataan diameter
tertinggi terdapat pada genotipe Malang (31,26 mm) dan terendah pada
genotipe Adira 1 (22,36 mm).

2.

Geenotipe Malang memiliki rataan panjang ubikayu tertinggi (30,21 cm) dan
terendah pada varietas Adira 1 (25,69 cm), pada rataan jumlah ubikayu
tertinggi terdapat pada genotipe Malang (14,69) dan terendah pada genotipe
Gajah (9,06), pada rataan diameter ubikayu tertinggi terdapat pada genotipe
Valencia (37,08 mm) dan terendah pada genotipe Gajah (26,79 mm), pada
rataan bobot ubikayu tertinggi terdapat pada genotipe Valencia (0,40 kg) dan
terendah terdapat pada genotipe Gajah (0,30 kg), serta memiliki rataan
perkembangan ubikayu pada parameter panjang ubikayu dan jumlah ubikayu
per pohon yang tertinggi adalah genotipe Malang dan untuk parameter
diameter batang ubikayu dan bobot ubikayu didapat rataan tertinggi adalah

genotipe Valencia.

Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan tentang pertumbuhan dan
perkembangan pada beberapa genotipe ubikayu lainnya.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Aldiansyah. 2012. Evaluasi Karakter Vegetatif Klon-klon Ubikayu
(Manihot esculenta Crantz.) di Desa Muara Putih Kecamatan Natar
Lampung Selatan. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
101 hlm.
Allard, R. W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley & Sons, Inc. New
York. 485p.
Alves, A A A. 2002. Cassava Botany and Physiology. Dalam : Hilloks. RJ,
Thresh. JM dan Belloti AC. Cassava Biology, Production and
Utilization. CABI: New York.
Badan Litbang Pertanian, 2011. Teknologi Budidaya Ubikayu Untuk Mencapai
Produksi Optimal. Agroinovasi. Edisi 29 Juni - 5 Juli 2011 No.3412

Tahun XLI.
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2013. Sumatera Utara dalam Angka 2013
Sumatera Utara in Figures. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera
Utara, Medan.
Badan

Pusat Statistik (BPS), 2014. Basis Data
http://database.deptan.go.id/bdsp/index.asp.

Statistik

Pertanian.

Bangun, M. K., 1991, Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian USU, Medan.
Darliah, I., Suprihatin. D. P., Devries. W.. Handayani. T., Hermawati dan Sutater.
2001. Variabilitas, dan Penampilan Fenotipik 18 Klon Mawar
Cipanas. Zuriat 3 No.11.
Ekanayake IJ, Osiru DSO, Porto MCM. 1997. Morphology of cassava. Diakses
melalui http://www.iita.org/cms/details/trn_mat/ir961.html.
Gusti, S. dan N. Harahap, 2012. Analisis Ketersediaan Pangan Lokal Dalam

Mendukung Diversifikasi Pangan Di Provinsi Sumatera Utara.
Sumatera Utara, Medan.
Halsey, M.E., K.M. Olsen, N.J. Taylor, dan P.C. Aguirre. 2008. Reproductive
biologyof cassava (Manihot esculenta Crantz.)and isolation of
experimentalfield trials. Crop Science 48: 49-58.
Howeler, R.H., N. Lutaladio, and G. Thomas. 2013. Save and Grow: Cassava, A
guide to sustainable production intendification. Food and Agriculture
Organization, Rome, 2013. 129 p.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2013. Analisis kebijakan Impor
Komoditas Food Additives and Ingredients dalam Mengurangi Defisit
Neraca Perdagangan. Badan Pengkajian dan Pengembangan

Universitas Sumatera Utara

Kebijakan Perdagangan Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri.
Jakarta. http://www. kemendag. go. id/files/pdf/ 2015/02/ 02 /analisis kebijakan-impor-1422850988.pdf. Diakses pada tanggal 10 Februari
2016. Pada Pukul 00.05.
Mulualem, T. 2012. Cassava (Manihot esculenta Cranz) Varieties and Harvesting
Stages Influenced Yield and Yieldrelated Component. J. Nat Sci Res
2: 122 – 128.

Prabawati, S., Richana, N. Dan Susismono, 2011. Inovasi Pengolahan Singkong
Meningkatkan Pendapatan dan Diversifikasi Pangan. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.
http://www.litbang.pertanian.go.id/download/one/104/file/ManfaatSingkong.pdf. Diakses Pada Tanggal 31 Desember 2016 pada pukul
02. 17.
Putri, R. C., E. Yuliadi, dan Ardian. 2013. Pembungaan Tanaman Ubikayu Muda
(Manihot esculenta Crantz.) Dengan Pemberian Paclobutrazol
Melalui Daun Dalam Berbagai Volume. Bandar Lampung. Inovasi
dan Pembangunan-Jurnal KelitbanganVol.02 No. 03.
Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Sharma, O. P., 1993. Plant Taxonomy. Tata Mc. Graw Hill Publishing Company
Limited, New Delhi.
Steenis, C. G. G. J. V., D. Hoed, S. Bloembergen dan P. J. Eyma. 2003. Flora
untuk Sekolah Indonesia. Edisi Kesembilan. PT. Prandaya Paramita.
Jakarta.
Susilawati, Nurjanah S, Putri S. 2008. Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia
Ubikayu (Manihot esculenta) berdasarkan Lokasi Penanaman dan
Umur Panen Berbeda. Jurnal Teknologi Inclustri dan Hasil Pertanian.
13 (2) : 59-72.

Sundari, T. 2010. Petunjuk Teknis, Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya
Ubi kayu (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH)Balai Penelitian Kacang
Kacangan dan Umbi Umbian, Malang.

Suprapti, M. L. 2005. Tepung Tapioka. Pembuatan Dan Pemanfaatannya.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Suskendriyati, H., A. Wijayati., N. Hidayah., dan D. Cahyuningdari. 2000. Studi
Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Varietas Salak Pondoh
(Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) di Dataran Tinggi Sleman. UNS,
Surakarta.

Universitas Sumatera Utara

Wargiono, J., A. Hasanuddin, dan Suyamto. 2006. Teknologi Produksi Ubikayu
Mendukung Industri Bioethanol. Puslitbangtan Bogor; 42 hlm.

Wargiono, 1979. Ubikayu dan Cara Bercocok Tanamnya. Lembaga Pusat
Penelitian Pertanian Bogor, Bogor.

Universitas Sumatera Utara


PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian
dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan
4 baris petakan dan 7 banjar petakan dan bedengan. Luas dari setiap plot yaitu
2 m x 2 m. Dalam persiapan lahan juga dilakukan pembuatan parit sedalam ±25
cm agar drainase tetap terjaga.
Persiapan Bibit
Pemilihan bibit atau bahan tanaman diambil dari beberapa lokasi yang
telah di survey terlebih dahulu. Bibit didapatkan dari sekitar lahan pertanaman
agar memudahkan dalam pengangkutan dan penanaman. Pengambilan bibit
dilakukan sekitar seminggu sebelum penanaman. Bibit yang diambil harus berasal
dari tanaman yang kokoh, tumbuh tegak berumur diatas 7 bulan. Ukuran diameter
bibit yang digunakan yaitu ±2,5 cm atau dibuat seseragam mungkin. Panjang
ukuran stek yang digunakan yaitu 25 cm. Bahan tanam ditanam dengan posisi
tegak dan bahan tanam yang digunakan dipotong dengan sistem gergaji rata.
Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman dilakukan seleksi terlebih dahulu stek yang
akan ditanam. Stek ditanam dengan cara menancapkan stek ke tanah sedalam 5

cm. Posisi stek jangan sampai terbalik. Tanda yang dapat kita lihat dari arah mata
dari tiap ruas batang yang di stek. Arah mata tunas menuju ke atas dibawahnya
bekas tangkai daun. Jarak tanam yang digunakan yaitu 100 cm x 100 cm.

Universitas Sumatera Utara

Pemupukan
Pupuk dasar diberikan pada awal penanaman dan pupuk susulan
diaplikasikan 1 bulan setelah tanam, dengan ditugalkan pada jarak 10 – 15 cm dari
pangkal batang (0,972 gr Urea/tanaman, 0,972 gr SP36/tanaman, dan 0,50 gr
KCL/tanaman).
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai kondisi cuaca di lapangan. Penyiraman
dilakukan pagi atau sore hari. Pada penelitian ini tidak diperlukan pengairan.
Penyiangan
Salah satu kegiatan menghindari persaingan antara gulma dan tanaman,
maka dilakukan penyiangan. Kelemahan ubi kayu adalah pada fase pertumbuhan
awal tidak mampu berkompetisi dengan gulma. Periode kritis atau periode
tanaman harus bebas gangguan gulma saat berumur antara 5 – 10 minggu setelah

tanam. Bila pengendalian gulma tidak dilakukan selama periode kritis tersebut,
produktivitas dapat turun sampai 75% dibandingkan kondisi bebas gulma. Oleh
karena itu, pengendalian gulma dilakukan pada 2 tahap, yaitu pada umur 4 – 5
minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah tanam. Penyiangan gulma dilakukan
secara manual atau menggunakan cangkul dengan membersihkan gulma yang ada
di dalam maupun diluar plot penelitian. Penyiangan dilakukan sesuai dengan
kondisi lapangan.
Pembumbunan

Universitas Sumatera Utara

Pembumbunan dilakukan 1 bulan setelah tanam. Pembumbunan dilakukan
untuk mendapatkan tekstur tanah yang gembur yang dibutuhkan untuk
perkembangan ubi kayu.
Panen
Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 6 bulan dengan mencabut
tanaman sampel kemudian diukur peubah amatannya.
Peubah Amatan
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur menggunakan meteran dari pangkal batang sampai

ujung daun tertinggi. Pengukuran tanaman dilakukan dengan menggunakan
penggaris / meteran. Pengamatan dilakukan tanaman berumur 2 MST selama dua
minggu sekali.
Diameter batang (cm)
Pengukuran diameter batang dilakukan pada saat tanaman berumur 2
MST. Pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong.
Warna daun pucuk
Pengamatan warna daun pucuk dilakukan dengan cara visual sesuai
dengan karakteristik yang telah ditentukan.
Warna daun
Pengamatan warna daun dilakukan dengan cara visual sesuai dengan
karakteristik yang telah ditentukan.
Jumlah lobus daun
Jumlah Lobus daun dihitung secara langsung manual. Diamati daun pada
tanaman kemudian dihitung jumlah lobus daun.

Universitas Sumatera Utara

Panjang lobus/lebar lobus daun
Diukur dua daun dari bagian tengah tanaman. Diukur dari perpotongan

semua lobus sampai pada bagian tengah lobus.
Panjang petiole
Panjang lobus dan panjang petiole diukur menggunakan penggaris secara
manual. Diamati pada bagian tengah sepertiga tanaman.
Warna petiole
Pengamatan warna petiole dilakukan secara visual sesuai dengan
karakteristik yang ditentukan.
Panjang ubikayu (cm)
Dilakukan perhitungan panjang akar tanaman ubi kayu yang telah dipanen.
Panjang akar dapat diukur dengan menggunakan penggaris.
Jumlah ubikayu per pohon
Perhitungan jumlah akar ubi kayu dilakukan setelah pemanenan.
Dilakukan pemisahan perlakuan pada saat pemanenan. Dihitung jumlah akar yang
didapat.
Diameter ubikayu (mm)
Dilakukan

pengamatan

diameter


akar.

Pengamatan

dilakukan

menggunakan jangka sorong.
Warna batang atas
Pengamatan batang dilakukan dengan cara visual sesuai dengan
karakteristik yang telah ditentukan.

Universitas Sumatera Utara

Warna batang bawah
Pengamatan batang dilakukan dengan cara visual sesuai dengan
karakteristik yang telah ditentukan.
Warna kulit luar ubikayu
Warna kulit luar ditentukan dengan melihat warna kulit dalam dicocokkan
dengan deskripsi tanaman ubi kayu.
Warna kulit dalam ubikayu
Warna kulit kedua diamati secara visual setelah kulit buah dikupas
kemudian diamati warna kulit kedua umbi lalu dikupas lagi untuk melihat kulit
dalam sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan.
Bobot ubikayu (kg)
Setelah dilakukan pengukuran panjang dan jumlah akar dilakukan
perhitungan bobot akar ubi kayu setiap genotipe per tanaman sampel.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Hasil identifikasi karakter ubikayu Adira 1 Umur 6 bulan
Parameter

Ciri-ciri

1. Umur mulai berbunga

Tidak ada bunga

2. Panjang/lebar lobus daun

13.4 cm/3.6 cm

3. Panjang petiole

15 cm

4. Jumlah lobus daun

5

5. Warna petiole

Hijau

6. Warna pucuk daun

Ungu

7. Warna daun

Hijau gelap

8. Tinggi tanaman

Umur 6 bulan: 221.29 cm

10. Warna batang atas

Hijau

11. Warna batang bawah

Gading

12. Warna kulit luar ubikayu

Coklat tua

13. Warna kulit dalam ubikayu

Rose

14. Diameter ubikayu

6 bulan : 36,31 mm

15. Panjang ubikayu

6 bulan : 25,69 cm

16. Jumlah ubikayu

6 bulan : 11.25

17. Hasil ubikayu (kg/tanaman)

6 bulan : 0,35 kg

Universitas Sumatera Utara

Adapun sampel ubikayu varietas Adira 1 di lampirkan pada Gambar 1
berikut

a. Ubikayu Adira 1

c.

Daun dan tangkai daun

b. Daun pucuk

d. Batang bawah tengah dan
atas
Keterangan:

1

1.

Kulit luar ubikayu

2.

Kulit kedua ubikayu

3.
4.

Warna ubikayu

2
3
e. ubikayu dan kulit ubikayu
Gambar 1. Sampel ubikayu varietas Adira 1

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Hasil identifikasi karakter ubikayu Valencia Umur 6 bulan
Parameter
Ciri-ciri
1. Umur mulai berbunga

Tidak ada bunga

2. Panjang/lebar lobus daun

15 cm/ 4.6 cm

3. Panjang petiole

21.7 cm

4. Jumlah lobus daun

7

5. Warna petiole

Merah

6. Warna pucuk daun

Hijau muda.

7. Warna daun

Hijau gelap

8. Tinggi tanaman

Umur 6 bulan: 231.13 cm

10. Warna batang atas

Hijau kemerahan

11. Warna batang bawah

Abu-abu

12. Warna kulit luar ubikayu

Coklat tua

13. Warna kulit dalam ubikayu

Rose

14. Diameter ubikayu

6 bulan : 37,08 mm

15. Panjang ubikayu

6 bulan : 28,64 cm

16. Jumlah ubikayu

6 bulan : 10.25

17. Hasil ubikayu (kg/tanaman)

6 bulan : 0,40 kg

Universitas Sumatera Utara

Adapun sampel ubikayu genotipe Valencia di lampirkan pada Gambar 2
berikut

a.

Ubikayu Valencia

c. Daun dan tangkai daun

b. Daun pucuk

d. Batang bawah tengah dan atas

keterangan:
1. Kulit luar ubikayu
2. Kulit kedua ubikayu
3. Warna ubikayu

1

2
3
e. ubikayu dan kulit ubikayu
Gambar 2. Sampel ubikayu varietas Valencia

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Hasil identifikasi karakter ubikayu Malang Umur 6 bulan
Parameter
Ciri-ciri
1. Umur mulai berbunga

Tidak ada bunga

2. Panjang/lebar lobus daun

15.4 cm/7.3 cm

3. Panjang petiole

30.6 cm

4. Jumlah lobus daun

7

5. Warna petiole

Hijau kemerahan

6. Warna pucuk daun

Hijau muda

7. Warna daun

Hijau gelap

8. Tinggi tanaman

Umur 6 bulan: 245.01 cm

10. Warna batang atas

Hijau tua

11. Warna batang bawah

Gading

12. Warna kulit luar ubikayu

Coklat tua

13. Warna kulit dalam ubikayu

Gading

14. Diameter ubikayu

6 bulan : 29,53 mm

15. Panjang ubikayu

6 bulan : 30,21 cm

16. Jumlah ubikayu

6 bulan : 14.69

17. Hasil ubikayu (kg/tanaman)

6 bulan : 0,31 kg

Universitas Sumatera Utara

Adapun sampel ubikayu genotipe Malang di lampirkan pada Gambar 3
berikut

a. Ubikayu Malang

c. daun dan tangkai daun

b. Daun pucuk

d. batang bawah. tengah dan atas
keterangan:
1. Kulit luar ubikayu
2. Kulit kedua ubikayu
3. Warna ubikayu

1
2
3
e. ubikayu dan kulit ubikayu
Gambar 3. Sampel ubikayu varietas Malang

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Hasil identifikasi karakter ubikayu Malaysia Umur 6 bulan
Parameter
Ciri-ciri
1. Umur mulai berbunga

Tidak ada bunga

2. Panjang/lebar lobus daun

18.6 cm/ 5.1 cm

3. Panjang petiole

23.9 cm

4. Jumlah lobus daun

7

5. Warna petiole

Hijau kemerahan

6. Warna pucuk daun

Ungu

7. Warna daun

Hijau gelap

8. Tinggi tanaman

Umur 6 bulan: 236.57 cm

10. Warna batang atas

Hijau tua

11. Warna batang bawah

Abu-abu

12. Warna kulit luar ubikayu

Coklat tua

13. Warna kulit dalam ubikayu

Gading

14. Diameter ubikayu

6 bulan : 33,95 mm

15. Panjang ubikayu

6 bulan : 29,28 cm

16. Jumlah ubikayu

6 bulan : 10.69

17. Hasil ubikayu (kg/tanaman)

6 bulan : 0,33 kg

Universitas Sumatera Utara

Adapun sampel ubikayu genotipe Malaysia di lampirkan pada Gambar 4
berikut :

a. Ubikayu Malaysia

c. daun dan tangkai daun

b. Daun pucuk

d. batang bawah. tengah dan atas
keterangan:
1. Kulit luar ubikayu
2. Kulit kedua ubikayu
3. Warna ubikayu

1
2
3
e. ubikayu dan kulit ubikayu
Gambar 4. Sampel ubikayu varietas Malaysia

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Hasil identifikasi karakter ubikayu Gajah Umur 6 bulan
Parameter
Ciri-ciri
1. Umur mulai berbunga

Tidak ada bunga

2. Panjang/lebar lobus daun

19.6 cm/ 4.4 cm

3. Panjang petiole

23.2 cm

4. Jumlah lobus daun

5

5. Warna petiole

Merah

6. Warna pucuk daun

Hijau muda

7. Warna daun

Hijau terang

8. Tinggi tanaman

Umur 6 bulan: 217.93 cm

10. Warna batang atas

Hijau kemerahan

11. Warna batang bawah

Gading

12. Warna kulit luar ubikayu

Coklat muda

13. Warna kulit dalam ubikayu

Rose

14. Diameter ubikayu

6 bulan : 26,79 mm

15. Panjang ubikayu

6 bulan : 28,70 cm

16. Jumlah ubikayu

6 bulan : 9.06

17. Hasil ubikayu (kg/tanaman)

6 bulan : 0,30

Universitas Sumatera Utara

Adapun sampel ubikayu genotipe Gajah di lampirkan pada Gambar 5
berikut :

a. Ubikayu Gajah

c. daun dan tangkai daun

b. Daun pucuk

d. batang bawah. tengah dan atas
keterangan:
1. Kulit luar ubikayu
2. Kulit kedua ubikayu
3. Warna ubikayu

1

2
3
e. ubikayu dan kulit ubikayu
Gambar 5. Sampel ubikayu varietas Gajah

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Hasil identifikasi karakter ubikayu Putih Umur 6 bulan
Parameter
Ciri-ciri
1. Umur mulai berbunga

Tidak ada bunga

2. Panjang/lebar lobus daun

21.9 cm/ 5.2 cm

3. Panjang petiole

31.4 cm

4. Jumlah lobus daun

7

5. Warna petiole

Hijau kekuningan

6. Warna pucuk daun

Hijau muda

7. Warna daun

Hijau gelap

8. Tinggi tanaman

Umur 6 bulan: 209.51 cm

10. Warna batang atas

Hijau

11. Warna batang bawah

Abu-abu

12. Warna kulit luar ubikayu

Coklat muda

13. Warna kulit dalam ubikayu

Rose muda

14. Diameter ubikayu

6 bulan : 32,70 mm

15. Panjang ubikayu

6 bulan : 28,70 cm

16. Jumlah ubikayu

6 bulan : 12.00

17. Hasil ubikayu (kg/tanaman)

6 bulan : 0,31 kg

Universitas Sumatera Utara

Adapun sampel ubikayu genotipe Putih di lampirkan pada Gambar 6
berikut:

a. Ubikayu Putih

c. daun dan tangkai daun

b. Daun pucuk

d. batang bawah. tengah dan atas

keterangan:
1. Kulit luar ubikayu
2. Kulit kedua ubikayu
3. Warna ubikayu
1

2

3
e. ubikayu dan kulit ubikayu
Gambar 6. Sampel ubikayu varietas Putih

Universitas Sumatera Utara

Tabel 7. Hasil identifikasi karakter ubikayu Pulut Umur 6 bulan
Parameter
Ciri-ciri
1. Umur mulai berbunga

Tidak ada bunga

2. Panjang/lebar lobus daun

22.6 cm/ 2.3 cm

3. Panjang petiole

27 cm

4. Jumlah lobus daun

7

5. Warna petiole

Hijau kekuningan

6. Warna pucuk daun

Hijau tua

7. Warna daun

Hijau gelap

8. Tinggi tanaman

Umur 6 bulan: 277.48 cm

10. Warna batang atas

Hijau tua

11. Warna batang bawah

Abu-abu

12. Warna kulit luar ubikayu

Coklat tua

13. Warna kulit dalam ubikayu

Gading

14. Diameter ubikayu

6 bulan : 36,65 mm

15. Panjang ubikayu

6 bulan : 27,52 cm

16. Jumlah ubikayu

6 bulan : 11.00

17. Hasil ubikayu (kg/tanaman)

6 bulan : 0,36 kg

Universitas Sumatera Utara

Adapun sampel ubikayu genotipe Pulut di lampirkan pada Gambar 7
berikut:

a. Ubikayu Pulut

c. daun dan tangkai daun

b. Daun pucuk

d. batang bawah. tengah dan atas

keterangan:
1. Kulit luar ubikayu
2. Kulit kedua ubikayu
3. Warna ubikayu

1

2
3
e. ubikayu dan kulit ubikayu
Gambar 7. Sampel ubikayu varietas Pulut

Universitas Sumatera Utara

Tinggi Tanaman Ubikayu
Berdasarkan data pengamatan tinggi tanaman umur 2 MST, 4 MST, 6
MST, 8 MST, 12 MST, 16 MST dan 24 MST serta sidik ragamnya dapat dilihat
pada Lampiran 4, 5, 6, 7, 9, 10, dan 12 yang menunjukkan bahwa genotipe
berbeda nyata pada umur 2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, 12 MST, 16 MST dan
24 MST. Rataan tinggi tanaman ubikayu pada beberapa genotipe dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada umur 2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST,
12 MST, 16 MST dan 24 MST
Umur (MST)
Genotipe
2
4
6
8
12
16
24
....cm....
Adira1
5,61b 13,03c
25,10c
45,54c 101,21b 144,43a 221,29b
Valencia 8,93a 17,66ab 31,87abc 55,46bc 109,20b 162,73b 231,13b
Malang
9,07a 20,98a
36,20a 65,32ab 119,28ab 172,09ab 245,01ab
Malaysia 7,53ab 16,01bc 29,57abc 54,07bc 103,33b 158,71b 236,57b
Gajah
5,79b 13,47c 26,32bc 44,05c
98,15b
142,74b 217,93b
Putih
7,08ab 16,56bc 30,66abc 60,19ab 107,81b 149,23b 209,51b
Pulut
6,43b 14,95bc 32,04ab 68,81a 140,26a 199,67b 277,48a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Pada tinggi tanaman 24 MST, dimana genotipe Pulut mempunyai rataan
tinggi tanaman tertinggi (277,48 cm) yang berbeda nyata dengan varietas Adira 1
(221,29 cm), genotipe Valencia (231,13 cm), genotipe Malaysia (236,57 cm),
genotipe Gajah (217,93 cm), dan genotipe Putih (209,51 cm), tetapi tidak berbeda
nyata pada genotipe Malang (245,01 cm).

Universitas Sumatera Utara

Diameter Batang
Berdasarkan data pengamatan diameter batang umur 2 MST s/d 24 MST
serta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 13 s/d 21 yang menunjukkan
bahwa genotipe berbeda nyata pada umur 2 MST s/d 24 MST. Rataan diameter
batang ubikayu pada beberapa genotipe dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan Diameter Batang pada umur 2 MST s/d 24 MST
Genotip
Umur
Adira
(MST)
Valencia Malang Malaysia Gajah
Putih
1
...mm...

Pulut

2
3,55cd 3,83bc
5,08a
3,47cd
3,46cd 4,12b
3,04d
4
4,39c 6,14b
7,64a
5,45bc
5,65bc 6,09b
4,62c
6
6,95d 8,83bc
10,52a 7,89bcd 8,59bc 9,00b
7,30cd
8
10,00 d 12,49abc 14,49 a 11,05 cd 13,29 ab 12,96abc 11,80bcd
10
12,59d 15,19bc 18,94a 14,1cd
17,32ab 16,81ab 15,99bc
12
14,93d 18,09bc 21,55a 16,69cd 19,67ab 18,37bc 18,50bc
16
19,19c 21,12bc 25,60a 18,95c
24,15a 21,18bc 23,13ab
20
21,08c 22,61bc 28,91a 21,56bc 24,79bc 22,06bc 25,21b
24
22,36c 23,88bc 31,26a 23,72bc 26,16bc 23,41c
27,39b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf 5%
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa genotipe tanaman berbeda nyata
pada diameter batang tanaman 24 MST, dimana genotipe Malang mempunyai
rataan diameter batang tertinggi (31,26 mm) dan berbeda nyata dengan genotipe
Pulut (27,39 mm), genotipe Adira1 (22,36 mm) dan genotipe Putih (23,41 mm),
tetapi tidak berbeda nyata dengan, genotipe Valencia (23,88 mm), genotipe
Malaysia (23,72 mm), dan genotipe Gajah (26,16 mm).

Universitas Sumatera Utara

Panjang Ubikayu (cm)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui genotipe tanaman
ubikayu pada umur 24 MST tidak berbeda nyata antar tanaman genotipe
pada panjang ubikayu. Rataan panjang ubikayu dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rataan panjang ubikayu
Perlakuan

Rataan
...cm...

Adira1
Valencia
Malang
Malaysia
Gajah
Putih
Pulut
Rataan

25,69
28,64
30,21
29,28
28,70
28,70
27,52
28,39

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa rataan panjang ubikayu pada
umur 24 MST didapat rataan tertinggi pada genotipe Malang 30,21 cm dan yang
terendah pada varietas Adira 1 yaitu 25,69 cm.
Jumlah ubikayu per pohon
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui genotipe tanaman
ubikayu pada umur 24 MST tidak berbeda nyata antar genotipe pada jumlah
ubikayu per pohon. Rataan jumlah ubikayu per pohon dapat dilihat pada Tabel 12.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 12. Rataan umlah ubikayu per pohon
Perlakuan

Rataan

Adira 1
Valencia
Malang
Malaysia
Gajah
Putih
Pulut
Rataan

11,25
10,25
14,69
10,69
9,06
12,00
11,00
11,28

Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa rataan jumlah ubikayu per
pohon pada umur 24 MST didapat rataan tertinggi pada genotipe Malang yaitu
14,69 dan yang terendah pada genotipe Gajah yaitu 9,06.
Diameter Ubikayu (mm)
Berdasarkan data pengamatan diameter ubikayu serta sidik ragamnya
dapat dilihat pada Lampiran 27 yang menunjukkan bahwa genotipe tanaman
ubikayu pada umur 24 MST berbeda nyata terhadap diameter ubikayu. Rataan
diameter ubikayu pada beberapa genotipe dapat dilihat pada tabel 27.
Tabel 13. Rataan Diameter Ubikayu
Perlakuan

Rataan
...mm...

Adira1
36,31a
Valencia
37,08a
Malang
29,53bc
Malaysia
33,95ab
Gajah
26,79c
Putih
32,70abc
Pulut
36,65a
Rataan
33,29
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa genotipe Valencia (29,53 mm),
varietas Adira 1 (36,31 mm), dan genotipe Pulut (36,65 mm) tidak berbeda nyata
dengan genotipe Malaysia (33,95 mm), dan genotipe Putih (32,70 mm), tetapi
berbeda nyata dengan genotipe Malang (29,53 mm) dan genotipe Gajah
(26,79 mm).
Bobot Ubikayu (kg)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui genotipe tanaman
ubikayu pada umur 24 MST tidak berbeda nyata antar genotipe pada bobot
ubikayu. Rataan bobot ubikayu dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rataan bobot ubikayu
Perlakuan

Rataan
...kg...

Adira 1
Valencia
Malang
Malaysia
Gajah
Putih
Pulut
Rataan

0,35
0,40
0,31
0,33
0,30
0,31
0,36
0,34

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa rataan bobot ubikayu pada
umur 24 MST didapat rataan tertinggi terdapat pada genotipe Malang yaitu 14,69
kg dan yang terendah pada genotipe Gajah yaitu 9,06 kg.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rataan tinggi tanaman
ubikayu tertinggi diperoleh pada genotipe Pulut yaitu 277,48 cm dan terendah
pada genotipe Putih yaitu 209,51cm. Hal ini terjadi dikarenakan genotipe Putih
merupakan salah satu genotipe yang kurang beradaptasi dilingkungan tempat

Universitas Sumatera Utara

dilakukannya penelitian, yang dapat mempengaruhi respon pertumbuhan
dan perkembangan tanaman itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Darliah et al., (2001) yang menyatakan varietas atau klon introduksi perlu diuji
adaptabilitasnya pada suatu lingkungan untuk mendapatkan genotipe unggul pada
lingkungan tersebut. Pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan
yang berbeda terhadap genotip. Respon genotip terhadap lingkungan ini biasanya
terlihat dalam penampilan fenotipik dari tanaman yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rataan diameter batang
tanaman ubikayu tertinggi diperoleh pada genotipe Malang yaitu 31,26 mm dan
terendah pada genotipe Adira 1 yaitu 22,36 mm. Hal ini diduga karena adanya
perbedaan genetik yang menyebabkan genotipe Malang memiliki pertumbuhan
dan perkembangan diameter batang paling baik dibandingkan dengan genotipe
lainnya. Peubah amatan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan ukuran
daun (panjang dan lebar daun) termasuk ke dalam karakter kuantitatif. Karakter
kuantitatif adalah karakter yang dikendalikan oleh banyak gen. Sifat kuantitaif
yang dikendalikan oleh banyak gen, dapat diartikan sebagai hasil akhir dari suatu
proses pertumbuhan yang berkaitan dengan sifat morfologi dan fisiologi tanaman.
Variabilitas suatu polulasi tanaman dapat disebabkan oleh faktor genetik, faktor
lingkungan serta interaksi antara keduanya, Menurut Allard (1960) menyatakan
bahwa keragaman fenotipe dari suatu tanaman dipengaruhi oleh genotipe dan
lingkungan serta adanya interaksi antara keduanya.
Rataan panjang ubikayu tertinggi diperoleh pada genotipe Malang yaitu
30,21 cm sedangkan rataan panjang ubikayu terendah terdapat pada varietas Adira
1 yaitu 25,69 cm. Hal ini dikarenakan perbedaan genotipe dan perbedaan

Universitas Sumatera Utara

lingkungan, yang mengakibatkan terjadinya interaksi antar gen - gen serta
lingkungan mampu mengatur urutan perkembangan sel-sel tanaman, sehingga
menyebabkan perbedaan volume akar yang dihasilkan untuk membentuk ubikayu
berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Amin et al., (2008) yang menyatakan
bahwa sel-sel yang membentuk organ vegetatif seperti akar, dipengaruhi oleh
pengaturan gen-gen yang berinteraksi dalam pertumbuhan organisme. Interaksi
dari gen-gen yang mengatur pembentukan hasil fotosintesis di daun dan
penyimpan hasil assimilasi di bagian akar, serta pertumbuhan akar yang baik
dengan keadaan lingkungan yang mendukung seperti keadaan tanah yang baik
mampu meningkatkan volume akar untuk pembentukan ubi.
Rataan jumlah ubikayu per pohon tertinggi diperoleh pada genotipe
Malang yaitu 14,69 sedangkan rataan jumlah ubikayu per pohon terendah terdapat
pada genotipe Gajah yaitu 9,06. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah cabang
pada tiap-tiap tanaman yang menyebabkan tingginya aktivitas fotosintesis pada
daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wargiono (1979) yang menyebutkan
bahwa jumlah ubi dipengaruhi oleh kondisi atau jumlah daun yang berkorelasi
dengan aktivitas fotosintesis yang tinggi. Sedangkan menurut pernyataan
Mulualem (2012) menyebutkan bahwa jumlah ubi tidak berkorelasi dengan berat
ubi, berat ubi lebih berkorelasi positif dengan tinggi tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rataan diameter ubikayu
tertinggi diperoleh pada genotipe Valencia yaitu 37,08 mm sedangkan rataan
diameter ubikayu terendah terdapat pada genotipe Gajah yaitu 26,79 mm. Hal ini
dikarenakan perbedaan genotipe dan perbedaan lingkungan, yang mengakibatkan
terjadinya interaksi antar gen - gen serta lingkungan mampu mengatur urutan

Universitas Sumatera Utara

perkembangan sel-sel tanaman, sehingga menyebabkan perbedaan volume akar
yang dihasilkan untuk membentuk ubikayu berbeda. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Amin et al., (2008) yang menyatakan bahwa sel-sel yang membentuk
organ vegetatif seperti akar, dipengaruhi oleh pengaturan gen-gen yang
berinteraksi dalam pertumbuhan organisme. Interaksi dari gen-gen yang mengatur
pembentukan hasil fotosintesis di daun dan penyimpan hasil assimilasi di bagian
akar, serta pertumbuhan akar yang baik dengan keadaan lingkungan yang
mendukung seperti keadaan tanah yang baik mampu meningkatkan volume akar
untuk pembentukan ubi.
Rataan bobot ubikayu tertinggi diperoleh pada genotipe Valencia yaitu
0,40 kg sedangkan rataan bobot ubikayu terendah terdapat pada genotipe Gajah
yaitu 0,30 kg. Hal ini dikarenakan umur panen yang masih terlalu muda dimana
pada umur 4 sampai 6 bulan tanaman masih berada pada fase pertumbuhan
vegetatif, meskipun panen sudah bisa dilakukan pada ummur 6 bulan untuk
varietas genjah namun hasil yang didapat belum begitu memuaskan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Alves (2002) yang menyatakkan bahwa pada umur 4 sampai 6
bulan tanaman ubikayu berada pada fase pertumbuhan vegetatif, sedangkan pada
umur 6 bulan keatas, tanaman lebih mengarah pada pengisian umbi. Dimana umur
panen ubikayu adalah 6 sampai 8 bulan setelah penanaman untuk varietas genjah
dan 9 sampai 12 bulan untuk varietas yang berumur panen panjang
Susilawati et al.,( 2008).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan ubi
berdasarkan data produksi untuk parameter panjang ubikayu dan jumlah ubikayu
per pohon didapat rataan yang tertinggi adalah genotipe Malang dan untuk

Universitas Sumatera Utara

parameter diameter batang ubikayu dan bobot ubikayu didapat rataan tertinggi
adalah genotipe Valencia. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa genotipe yang
kurang beradaptasi dilingkungan tempat dilakukannya penelitian, yang dapat
mempengaruhi respon pertumbuhan dan perkembangan tanaman itu sendiri. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Darliah et al., (2001) yang menyatakan varietas atau
klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu lingkungan untuk
mendapatkan genotipe unggul pada lingkungan tersebut. Pada umumnya suatu
daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotip. Respon
genotip terhadap lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik dari
tanaman yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian di Desa Tanjung Selamat,
Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat

25

meter di atas permukaan laut, yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan
Desember 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek dari beberapa
genotipe ubikayu (varietas Adira 1, genotipe Valencia, genotipe Malang, genotipe
Malaysia, genotipe Gajah, genotipe Putih, dan genotipe Pulut) yang diambil dari
beberapa lokasi seperti Desa Tanjung Selamat, Sei Mencirim, Desa Pegajahan
Kab. Serdang Bedagai, Kelambir 5 dan Padang Bulan sebagai bahan tanam yang
berukuran 25 cm, pupuk kompos sebagai pupuk dasar, pupuk anorganik (urea,
KCL, SP 36) sebagai pupuk susulan, tali plastik untuk membatasi lahan, pacak
sampel untuk memberi tanda tanaman yang akan dijadikan sampel, serta bahan
lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk
mempersiapkan lahan, jangka sorong untuk mengukur diameter batang dan ubi,
meteran untuk mengukur luas lahan, timbangan analitik untuk menimbang
kebutuhan pupuk, kamera digital untuk mendokumentasikan selama kegiatan
penelitian, alat tulis untuk penulisan data, buku data untuk mencatat hasil data
tanaman setiap bulannya, serta alat lain yang mendukung penelitian.
Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok dengan

Universitas Sumatera Utara

satu faktor perlakuan. Adapun genotipe yang digunakan adalah :
G1

: Varietas Adira 1

G2

: Genotipe Valencia

G3

: Genotipe Malang

G4

: Genotipe Malaysia

G5

: Genotipe Gajah

G6

: Genotipe Putih

G7

: Genotipe Pulut

Jumlah blok

: 4 blok

Jumlah Plot

: 28 plot

Jarak Tanam

: 100 cm x 100 cm

Jumlah tanaman/plot

: 4 tanaman

Jumlah tanaman sampel per plot

: 4 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya

: 112 tanaman

Adapun model linear dari sidik ragam penelitian, yaitu sebagai berikut:

i = 1, 2, 3, 4

Yij = μ +�� + �� + ���

j = 1, 2,3,4,..., 7

Dimana :
Yijk

= Nilai pengamatan unit percobaan pada blok ke-i, terhadap genotipe ke-j,

μ

= nilai tengah rata - rata

��

= efek blok ke- i

εij(k)

= efek galat percobaan pada blok ke-I terhadap genotipe ke-j

��

= efek genotipe ke-j

Universitas Sumatera Utara

Data hasil pengamatan disusun dalam anova untuk masing-masing peubah
amatan jika pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati menunjukkan
pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan Duncan 5% (Bangun, 1991).

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan sumber
karbohidrat yang mempunyai kedudukan strategis sebagai bahan baku pangan,
pakan maupun berbagai industri pangan dan non pangan. Selain untuk memenuhi
kebutuhan di dalam negeri, ubikayu juga merupakan komoditas penghasil devisa
negara melalui ekspor dalam bentuk tepung, pati maupun bentuk olahan lainnya.
Bertambahnya jumlah penduduk, berkembangnya industri peternakan dan industri
berbahan baku ubikayu mendorong permintaan ubikayu meningkat tajam. Apalagi
ke depan, dengan ditetapkannya ubikayu sebagai salah satu tanaman sumber
energi alternatif terbarukan, dapatdipastikan permintaan ubikayu akan lebih
meningkat

lagi.

FAO

menyebut

ubikayu

sebagai

tanaman

abad

21

karena beragamnya kegunaan tanaman ini yang berpotensi besar untuk
mengentaskan kemiskinan di pedesaan serta meningkatkan ekonomi nasional
(Howeler et al., 2013).
Pada tahun 2012 Indonesia mampu menghasilkan ubikayu sebesar 24,2
juta ton dengan rata-rata peningkatan per tahun sebesar 3,5%. Peningkatan
produksi ubikayu yang dirasa lebih lambat jika dibandingkan dengan peningkatan
produktivitasnya disebabkan oleh semakin turunnya luas panen tanaman ubikayu
dari tahun ke tahun dengan rata-rata penurunan per tahun sebesar 1%. Pada tahun
2012, luas panen tanaman ubikayu sebesar 1,1 juta Hektar, turun sebesar 4,6%
jika dibandingkan dengan luas panen pada tahun sebelumnya penurunan luas
panen tanaman ubi kayu disebabkan oleh alih fungsi lahan yang mengarah ke
industrialisasi atau juga disebabkan oleh kompetisi lahan dengan tanaman pangan

Universitas Sumatera Utara

lainnya (Kemendagri, 2013). Pada tahun 2014 terjadi penurunan hasil produksi
rata-rata yang tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 139,71 ton per hektar
(BPS 2014).
Ubi kayu merupakan komoditi unggulan Provinsi Sumatera utara, pada
tahun 2011, produksi ubi kayu tertinggi dihasilkan Kabupaten Simalungun diikuti
Serdang Bedagei, Deli serdang dan Toba Samosir. Produksi ubi kayu terendah ada
di Kabupaten Karo (Gusti dan Harahap, 2012). Produksi ubikayu Sumatera Utara
tahun 2012 sebesar 1.171.520 ton, naik sebanyak 79.809 ton atau 7,31 persen
dibandingkan produksi ubikayu tahun 2011. Kenaikan produksi ubikayu
disebabkan bertambahnya luas panen sebesar 820 hektar atau naik 2,16 persen dan
peningkatan

produktivitas

sebesar

14,51

kw/ha

atau

5,04

persen

(BPS Sumut, 2013).
Permintaan ubikayu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,baik
untuk pemenuhan kebutuhan pangan maupun industri. Peran ubikayu dalam
bidang industri akan terus mengalami peningkatan seiring dengan adanya program
pemerintah untuk menggunakan sumber energi alternatif yang berasal dari hasil
pertanian (liquid biofuel), seperti biodiesel dan bioetanol serta diversifikasi
pangan berbasis pangan lokal.Untuk dapat mendukung program pemerintah
tersebut, maka produksi ubikayu harus ditingkatkan. Peningkatan produksi
ubikayu dapat dilakukan melalui peningkatan luas panen dan penerapan teknik
budidaya yang tepat (Sundari, 2010).
Penanaman dan pemeliharaan tanaman ubikayu relatif mudah. Tanaman
ubikayu memiliki beberapa keunggulan, antara lain mudah tumbuh dalam
lingkungan yang kurang baik atau kurang subur, tidak memerlukan persiapan

Universitas Sumatera Utara

lahan secara intensif, tahan terhadap kekeringan dan serangan OPT, dan biaya
produksi yang cukup rendah. Kementerian Pertanian sebagai instansi pembina
telah melakukan beberapa langkah pengembangan ubikayu. Namun disadari
bahwa terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi. Adapun permasalahan
pengembangan produksi dan konsumsi ubikayu antara lain: a). Pemilikan lahan
sempit, modal usaha tani dan tenaga kerja keluarga terbatas b). Siklus pertanaman
yang panjang c). Dukungan sistem pemasaran yang lemah d). Teknologi inovatif
belum optimal e). Perbenihan (Kemendagri, 2013).
Bibit ubikayu yang berkualitas merupakan modal utama dalam
meningkatkan produksi. Oleh karena itu penyediaan bibit menjadi sangat penting.
Penyediaan bibit secara lokal melalui Jabalsim dapat mengatasi kelangkaan bibit
berkualitas pada saat musim tanam. Pada kondisi persediaan bibit yang kurang,
dapat digunakan stek mini (panjang 5-6 cm, dengan 3-4 mata tunas) dengan hasil
yang tidak berbeda dibandingkan stek biasa. Pada cara ini bibit perlu disemaikan
dulu selama bulan sebelum ditanam di lapang (Litbang, 2011).
Salah satu upaya meningkatkan produktivitas ubikayu adalah dengan
menggunakan klon-klon ubikayu yang mempunyai produktivitas yang tinggi
(Aldiansyah, 2012). Di Indonesia sendiri memiliki beberapa varietas unggul
nasional yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan diantaranya yaitu varietas Adira-1, varietas Adira-2, varietas Adira-3,
varietas Malang-1, varietas Malang-2, varietas Malang-4, varietas Malang-6,
varietas Darul hidayah, dan lain-lain. Disamping itu ada beberapa genotipe
ubikayu yang sering ditanam oleh petani di daerah Sumatera Utara diantaranya

Universitas Sumatera Utara

yaitu genotipe Pulut, genotipe Mentega, genotipe Roti, genotipe Malaysia,
genotipe Putih dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan beberapa uraian di atas perlu dilakukannya
penelitian mengenai analisis pertumbuhan dan perkembangan beberapa genotipe
ubikayu.
Tujuan Penelitian
Tujuan

penelitian

ini

adalah

untuk

mengetahui

pertumbuhan

dan perkembangan dari beberapa genotipe ubi kayu.
Hipotesis
Ada perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada beberapa
genotipe ubikayu.
Kegunaan Penelitian
Untuk mendapatkan data penyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Botani Tanaman
Secara taksonomi ubikayu ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas :
Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae, Genus : Manihot,
Spesies : Manihot esculenta Crantz. (Steenis et al., 2003).
Daun ketela pohon termasuk daun tunggal. Jadi pada satu tangkai ada satu
helai, pada ketiak daun terdapat tunas. Tanaman ini termasuk tumbuhan
monokotil. Perdu yang tidak bercabang atau kadang bercabang dua, tinggi bisa
mencapai 4 m, bergetah putih dan mengandung sianida pada konsentrasi yang
berbeda-beda. Umbi akar besar, memanjang dengan kulit berwarna coklat suram.
Batang berkayu dengan tanda berkas daun yang tampak dengan jelas. Daun tungal
tersusun secara spiral, panjang tangkai daun 5-30 cm, helaian daun rata sampai
terbagi 3 - 10 sampai pangkal daunnya. Perbungaan dalam tandan di ujung batang
dengan panjang 3-10 cm. Buah bulat telur bersayap 6 dengan diameter 1-1,5 cm,
terdapat n 3 biji di dalamnya (Sharma, 1993).
Batang tanaman singkong berkayu, beruas-ruas dengan ketinggian
mencapailebih dari 3 m. Warna batang bervariasi, ketika masih muda
umumnyaberwarna hijau dan setela tua menjadi keputihan, kelabu, atau hijau
kelabu.Batang berlubang, berisi empelur berwarna putih, lunak, dengan struktur
seperti gabus (Silitonga, 2014).
Secara

morfologi,

tanaman

ubikayu

baru

akan

berbunga

pada

umur 8 – 10 bulan dan sangat tergantung genotipe dan lingkungan tumbuh
(Halsey et al., 2008). Ubikayu bersifat monoecious, yaitu bunga jantan dan betina
terdapat pada satu pohon. Beberapa variatas berbunga secara teratur dan cukup

Universitas Sumatera Utara

sering, beberapa varietas lain jarang berbunga atau bahkan tidak berbunga sama
sekali. Produksi bunga sangat penting untuk pembiakan. Tumbuhnya bunga
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti banyaknya cahaya dan suhu.
Bunga ubikayu dihasilkan pada dahan reproduktif. Bunga jantan berkembang
dekat puncak rangkaian bunga, sedangkan bunga betina tumbuh dekat dasar
rangkaian bunga (Ekanayake et al., 1997).
Umbi yang terbentuk merupakan akar yang menggelembung dan berfungsi
sebagai tempat penampung makanan cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat
memanjang, terdiri atas: kulit luar tipis (ari) berwarna kecokelat-coklatan (kering);
kulit dalam agak tebal berwarna keputih-putihan (basah); dan daging berwarna
putih atau kuning (tergantung varietasnya) yang mengandung sianida dengan
kadar berbeda (Suprapti, 2005).
Syarat Tumbuh
Iklim
Ubikayu merupakan tanaman tropis. Wilayah pengembangan ubikayu
berada pada 30o LU dan 30o LS. Namun demikian, untuk dapat tumbuh,
berkembang dan berproduksi, tanaman ubi kayu menghendaki persyaratan iklim
tertentu (Sundari, 2010).
Suhu yang diperlukan tiap tumbuhan berbeda-beda. Oleh karena itu, laju
respirasi pada tumbuhan yang hidup di daerah tropis, temperate, dan artik
berbeda-beda. Suhu juga berpengaruh terhadap fotosintesis. Secara umum, suhu
optimum untuk fotosintesis setara dengan suhu siang hari pada habitat asal
tumbuhan tersebut (Nirwanto, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Untuk dapat berproduksi optimal, ubikayu memerlukan curah hujan 150200 mm pada umur 1-3 bulan, 250-300 mm pada umur 4-7 bulan, dan 100-150
mm pada fase menjelang dan saat panen. Berdasarkan karakteristik iklim di
Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubikayu dapat dikembangkan di hampir
semua kawasan, baik di daerah beriklim basah maupun beriklim kering sepanjang
air tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman tiap fase pertumbuhan. Pada
umumnya daerah sentra produksi ubikayu memiliki tipe iklim C, D, dan E, serta
jenis lahan yang didominasi oleh tanah alkalin dan tanah masam, kurang subur,
dan peka terhadap erosi (Wargiono, et al., 2006).
Tanah
Ubikayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Pada daerah di mana
jagung dan padi tumbuh kurang baik, ubi kayu masih dapat tumbuh dengan baik
dan mampu berproduksi tinggi apabila ditanam dan dipupuk tepat pada waktunya.
Sebagian besar pertanaman ubi kayu terdapat di daerah dengan jenis tanah
Aluvial, Latosol, Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis
tanah Mediteran, Grumusol dan Andosol. Tingkat kemasaman tanah (pH) untuk
tanaman ubi kayu minimum 5 (Sundari, 2010).
Genotipe Ubikayu
Pemuliaan pada tanaman ubikayu bertujuan untuk menciptakan varietas
ubikayu baru yang memiliki produktivitas tinggi dengan kadar pati tinggi melalui
persilangan antar bunga. Namun, dalam proses persilangan tersebut terdapat
kendala

yang

menghambat

kegiatan pemuliaan tanaman

yaitu

ketidak

ketersediaan bunga ubikayu secara serempak akibat perbedaan umur berbunga
antar genotipe ubikayu (Putri et al., 2013).

Universitas Sumatera Utara

Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali
mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh
terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan
lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa
keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh
perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas
didalam sifat yang lain. pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan
dimana individu berada (Allard, 2005).
Varietas atau klon introduksi perlu diuji adapta bilitasnya pada suatu
lingkungan untuk mendapatkan genotipe unggul pada lingkungan tersebut. Pada
umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap
genotip. Respon genotip terhadap lingkungan ini biasanya terlihat dalam
penampilan fenotipik dari tanaman yang bersangkutan (Darliah et al., 2001).
Berdasarkan warna Petiole ada terdapat persamaan diantara jenis. Tangkai
daun dengan warna hijau terdapat pada ubi malaysia. Ubi Valencia, ubi Darul
Hidayah, dan ubi roti memiliki warna petiole yang sama, yaitu ungu kemerahan,
sedangkan yang mempunyai warna campuran yaitu ubi Adira 1, ubi Pulut dan ubi
Kalimantan.Untuk parameter warna batang atas, terdapat persamaan antara ubi
Malaysia, ubi Roti, ubi Adira 1, ubi Kalimatan, ubi Pulut, dan ubi Darul Hidayah
yaitu hijau, sedangkan ubi Valencia berwarna Hijau Kemerahan. Warna batang
bawah, terdapat persamaan antara ubi Malaysia, Ubi Darul Hidayah, ubi
Kalimantan dan ubi Pulut yaitu berwarna abu-abu. Sedangkan pada jenis ubi
Adira 1 dan ubi Roti terdapat persamaan warna yaitu gading. Hanya pada ubi
Valencia yang berwarna hijau (Fauzi, 2015).

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RIA ARTA JUNISTIA: Analisis Pertumbuhan dan Perkembangan
Beberapa Genotipe Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.). Dibimbing oleh
Emmy. Harso Kardhinata dan Diana Sofia Hanafiah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan
perkembangan dari beberapa genotipe ubikayu. Penelitian dilaksanakan di Desa
Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dari bulan Juli
sampai Desember 2016. Peneliti menggunakan Rancangan Acak Kelompok
dengan satu faktor perlakuan yaitu genotipe yang terdiri dari Varietas Adira 1,
genotipe Valencia, genotipe Malang, genotipe Malaysia, genotipe Gajah, genotipe
Putih, dan genotipe Pulut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe Pulut
memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi (277,48 cm) dan terendah pada genotipe
Putih (209,51 cm), serta memiliki rataan diameter tertinggi terdapat pada
genotipe Malang (31,26 mm) dan terendah pada genotipe Adira 1 (22,36 mm).
Berdasarkan dendogram yang terbentuk didapatkan empat kelompok hubungan
kekerabatan pada skala jarak kekerabatan 15, 16, dan 25 dengan hubungan
kekerabatan terdekat terdapat pada aksesi G4 dan G7 dengan nilai dissimilaritas
sebesar 23,708 sedangkan hubungan kekerabatan terjauh terdapat pada aksesi G1
dan G3 dengan nilai dissimilaritas sebesar 64,664.
Kata kunci : genotipe ubikayu, perkembangan, pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RIA ARTA JUNISTIA: Growth and Development Analyse of Some
Genotype of Cassava (Manihot esculenta Crantz.). Supervised by Emmy Harso
Kardhnata and Diana Sofia Hanafiah.
The objective of the research was to determine the different of growth and
development of some genotype of cassava. The research was conducted at Desa
Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang from July to
December 2016. The researcher was used randomized block design with one
factor, the factor was genotype consist of Adira Variety 1, Valencia genotype,
Malang genotype, Malaysia genotype, Gajah Genotype, Putih genotipe, and Pulut
Genotype. The result showed that Pulut genotype has the highest plant heigth
(277,48 cm) and the lowest at the Putih genotype (209,51 cm), Malang genotype
has the highest average to diameter (31,26 mm) and the lowest at the Adira
genotype (23,36 mm).
Key words : cassava genotype, development, growth

Universitas Sumatera Utara

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BEBERAPA GENOTIPE
UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz.)

SKRIPSI

OLEH :
RIA ARTA JUNISTIA
120301005
AET – PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Universitas Sumatera Utara

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BEBERAPA GENOTIPE
UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz.)

SKRIPSI

OLEH :
RIA ARTA JUNISTIA
120301005
AET – PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian
Nama
Nim
Program Studi
Minat Studi

: Pertumbuhan dan Perkembangan Beberapa Genotipe
Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.)
: Ria Arta Junistia
: 120301005
: Agroekoteknologi
: Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh:
Dosen Komisi Pembimbing

(Ir. E. Harso Kardhinata, M.Sc.)
Ketua

(Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP., MP.)
Anggota

Mengetahui :

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc.)
Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RIA ARTA JUNISTIA: Analisis Pertumbuhan dan Perkembangan
Beberapa Genotipe Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.). Dibimbing oleh
Emmy. Harso Kardhinata dan Diana Sofia Hanafiah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan
perkembangan dari beberapa genotipe ubikayu. Penelitian dilaksanakan di Desa
Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dari bulan Juli
sampai Desember 2016. Peneliti menggunakan Rancangan Acak Kelompok
dengan satu faktor perlakuan yaitu genotipe yang terdiri dari Varietas Adira 1,
genotipe Valencia, genotipe Malang, genotipe Malaysia, genotipe Gajah, genotipe
Putih, dan genotipe Pulut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe Pulut
memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi (277,48 cm) dan terendah pada genotipe
Putih (209,51 cm), serta memiliki rataan diameter tertinggi terdapat pada
genotipe Malang (31,26 mm) dan terendah pada genotipe Adira 1 (22,36 mm).
Berdasarkan dendogram yang terbentuk didapatkan empat kelompok hubungan
kekerabatan pada skala jarak kekerabatan 15, 16, dan 25 dengan hubungan
kekerabatan terdekat terdapat pada aksesi G4 dan G7 dengan nilai dissim