Produksi Pengaruh Kombinasi Urea Dan Azolla pinnata Serta Waktu Aplikasinya Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Padi (Oryza Sativa, L)

Dari kelima kombinasi urea dan azolla, perlakuan urea 200 kg ha -1 , tanpa azolla menghasilkan jumlah anakan produktif terbanyak yaitu sebanyak 13.48 anakan per rumpun dan berbeda nyata dengan perlakuan 8 ton ha -1

2. Produksi

azolla segar tanpa urea yang menghasilkan jumlah anakan produktif yang paling sedikit yaitu 10.19 anakan per rumpun. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara waktu aplikasi pupuk N dengan kombinasi urea dan azolla terhadap komponen pengamatan produksi tanaman padi varietas Ciherang yaitu parameter panjang malai, jumlah gabah isi tiap malai, berat gabah 1000 biji dan berat gabah kering tiap plot. Waktu aplikasi pupuk N tidak berbeda secara nyata terhadap parameter panjang malai, jumlah gabah isi tiap malai, berat gabah 1000 biji dan berat gabah kering tiap plot. Kombinasi urea dan azolla berbeda nyata terhadap berat gabah 1000 biji dan berbeda secara sangat nyata terhadap berat gabah kering tiap plot tetapi kombinasi urea dan azolla tidak berbeda nyata terhadap panjang malai dan berat gabah isi tiap malai Lampiran 12, 13, 14 dan 15. Rata- rata panjang malai, jumlah gabah isi tiap malai, berat gabah 1000 biji dan berat gabah kering tiap plot pada perlakuan waktu aplikasi pupuk N serta kombinasi urea dan azolla dapat dilihat pada Tabel 4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Rata- rata Panjang Malai, Jumlah Gabah Isi Tiap Malai, Berat Gabah 1000 Biji dan Berat Gabah Kering Tiap Plot Pada Perlakuan Waktu Aplikasi Pupuk N Serta Kombinasi Urea dan Azolla Perlakuan Panjang Malai Jumlah Gabah Isi Tiap Malai Berat Gabah 1000 Biji Berat Gabah Kering Tiap Plot Waktu Aplikasi Pupuk N HSPT --cm-- -butir- ----gr---- ---kg--- 0 dan 21 21.16 69.82 26.04 3.42 5 dan 23 21.29 67.53 24.97 2.96 10 dan 25 21.35 70.38 25.00 3.60 Kombinasi Urea dan Azolla Urea 200 kg ha -1 20.96 , tanpa azolla 66.75 24.64a 2.51a Urea 150 kg ha -1 + 2 ton ha -1 20.84 azolla segar 63.47 25.34ab 3.08b Urea 100 kg ha -1 + 4 ton ha -1 21.32 azolla segar 74.38 24.87a 3.32b Urea 50 kg ha -1 + 6 ton ha -1 21.66 azolla segar 70.61 25.54ab 4.16c 8 ton ha -1 21.55 Azolla segar tanpa urea 71.02 26.28b 3.57b Keterangan : Angka diikuti notasi huruf pada kolom dan faktor perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji DMRT. Panjang Malai Tanaman cm Rata- rata panjang malai yang dihasilkan pada waktu aplikasi pupuk N 10 dan 25 HSPT menghasilkan panjang malai yang lebih baik yaitu 21.35 cm dibandingkan terhadap waktu aplikasi pupuk N 0 dan 21 HSPT serta 5 dan 23 HSPT yaitu masing- masing 21.16 cm dan 21.29 cm. Panjang malai merupakan komponen dari hasil pada tanaman padi. Umumnya semakin panjang malainya maka akan semakin banyak butiran padi yang dihasilkan dibandingkan dengan yang malainya lebih pendek. Hal tersebut sesuai dengan uji korelasi yang dilakukan dan menunjukkan ada korelasi yang signifikan lampiran 20 antara panjang malai dengan jumlah gabah isi per malai dengan nilai korelasi r = 0.566. Bila dilihat dari komponen pertumbuhan, ketiga perlakuan waktu aplikasi pupuk N tidak berbeda nyata terhadap panjang malai tanaman padi varietas Ciherang Lampiran Universitas Sumatera Utara 12. Hal ini diduga bahwa panjang malai lebih ditentukan oleh faktor genetik sehingga relatif tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Sementara itu, semua dari kelima kombinasi dosis urea dan azolla tidak berbeda secara nyata dalam meningkatkan panjang malai. Tetapi meskipun kelima kombinasi urea dan azolla terhadap panjang malai tidak berbeda secara statistik, namun apabila diperhatikan dari nilai rata- rata jumlah anakan produktif Tabel 4 memperlihatkan bahwa peningkatan urea yang dikombinasikan dengan azolla hingga sepenuhnya menggunakan urea tanpa penggunaan azolla cenderung menurunkan panjang malai. Hal ini diduga aplikasi pupuk urea yang terlalu tinggi yaitu penggunaan urea 200 kg ha -1 menyebabkan kehilangan N yang semakin banyak sehingga tidak mampu meningkatkan ukuran malai dibandingkan perlakuan azolla sepenuhnya 8 ton azolla ha -1 Makarim 1999 mengatakan pada umumnya kehilangan N akan semakin banyak dengan semakin tingginya takaran pemupukan N yang diberikan. Meskipun kelima kombinasi urea dan azolla tidak berbeda secara nyata, tetapi kombinasi urea 50 kg ha tanpa urea. -1 + 6 ton ha -1 Jumlah Gabah Isi Tiap Malai Butir azolla segar Tabel 4 menunjukkan panjang malai tertinggi 21.66 cm. Rata- rata jumlah gabah isi tiap malai yang dihasilkan pada waktu aplikasi pupuk N 10 dan 25 HSPT merupakan waktu aplikasi pupuk N yang paling banyak menghasilkan gabah isi tiap malai yaitu 70.38 gabah isi tiap malai dibandingkan dengan waktu aplikasi pupuk N 0 dan 21 serta 5 dan 23 HSPT, berturut- turut menghasilkan 69.82 butir gabah isi tiap malai dan 67.53 butir gabah isi tiap malai. Universitas Sumatera Utara Namun hasil analisis sidik ragam Lampiran 13 menunjukkan bahwa ketiga waktu aplikasi pupuk N tidak berbeda nyata dalam menghasilkan jumlah gabah isi tiap malai. Hal ini diduga bahwa proses amonifikasi dari rangkaian mineralisasi berjalan dengan baik sehingga mampu meningkatkan jumlah gabah isi tiap malai yang tidak berbeda dari ketiga perlakuan waktu aplikasi pupuk N. Amonifikasi merupakan perubahan senyawa amino menjadi senyawa ammonium, proses ini dapat berlangsung pada tanah berdrainase baik maupun pada tanah tergenang karena organisme anaerobik dapat melangsungkan proses tersebut Gambar 1. Kondisi aerob memungkinkan mikroba tanah mendapatkan oksigen lebih banyak sehingga terjaga kelangsungan hidupnya. Selain membantu dalam proses menguraikan bahan-bahan organik menjadi bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, keberadaannya pun membantu dalam proses fiksasi nitrogen Berkelaar, 2001. Gambar 1. Keragaan tanaman pada ketiga perlakuan waktu aplikasi pupuk N dengan kondisi tanah yang digenangi air setelah aplikasi pupuk N Universitas Sumatera Utara Rata- rata jumlah gabah isi yang dihasilkan perlakuan urea 100 kg ha -1 ton ha + 4 -1 azolla segar mampu menghasilkan gabah isi tertinggi yaitu 74.38 butir gabah isi per malai, dan pada perlakuan urea 200 kg ha -1 Namun hasil análisis sidik ragam yang disajikan pada lampiran 13 menunjukkan bahwa kombinasi urea dan azolla tidak berbeda nyata dalam meningkatkan jumlah gabah isi tiap malai. Hal ini diduga pada fase pemasakan, ketersediaan nitrogen dalam jumlah yang cukup bagi tanaman dan menyebabkan proses metabolisme tanaman berjalan lancar sehingga pembentukan protein, karbohidrat dan pati tidak terhambat. tanpa azolla menghasilkan gabah isi terendah yaitu 66.75 butir gabah isi per malai. Hakim et al 1986 menyatakan bahwa tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang menyebabkan proses metabolisme tanaman berjalan lancar sehingga pembentukan protein, karbohidrat dan pati tidak terhambat. Hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah gabah isi tiap malai, bobot gabah kering per petak dan bobot 1000 butir gabah. Unsur hara yang tersedia dalam jumlah banyak akan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman untuk pertumbuhan dan selebihnya diakumulasikan pada bagian vegetatif tanaman seperti batang, akar dan daun. Oleh karena itu semakin banyak senyawa organik yang diakumulasikan pada batang, akar dan daun, makin panjang pula malai, semakin sedikit jumlah gabah hampa per malai, dan semakin besar bobot gabah kering per rumpun. Pendapat ini didukung oleh Gardner et al 1991 bahwa meningkatnya pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun akan mendorong Universitas Sumatera Utara meningkatnya kandungan karbohidrat di dalam tanaman. Karbohidrat tersebut dihasilkan dari proses-proses yang terjadi pada daun yaitu proses fotosintesis, dan adanya proses metabolisme yang meningkat, sehingga berpengaruh terhadap jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per malai, bobot gabah kering per petak serta bobot 1000 butir gabah. Berat Gabah 1000 Biji Rata- rata berat gabah 1000 biji yang dihasilkan pada waktu aplikasi pupuk N 0 dan 21 HSPT mampu menghasilkan berat gabah 1000 biji yang paling tinggi yaitu 26.04 gr dibandingkan dengan waktu aplikasi pupuk N 5 dan 23 serta 10 dan 25 HSPT yaitu masing- masing 24.97 gr dan 25.00 gr Tabel 4. Namun hasil análisis sidik ragam yang disajikan pada lampiran 14 menunjukkan bahwa bahwa ketiga waktu aplikasi pupuk N tidak berbeda nyata dalam meningkatkan berat gabah 1000 biji. Laju metabolisme pada tanaman sangat menentukan pertumbuhan tanaman selama fase vegetatif, reproduktif dan pemasakan. Hal ini diduga pada fase pemasakan, waktu aplikasi pupuk N 0 dan 21 HSPT, 5 dan 23 HSPT dan 10 dan 25 HSPT telah termineralisasi dengan baik sehingga memiliki ketersediaan nitrogen dalam jumlah yang cukup bagi tanaman dan menyebabkan proses metabolisme tanaman berjalan lancar sehingga pembentukan protein, karbohidrat dan pati tidak terhambat, dan hal ini akan berpengaruh terhadap berat gabah 1000 biji. Hakim et al 1986 menyatakan bahwa tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang menyebabkan proses metabolisme tanaman berjalan lancar sehingga pembentukan protein, karbohidrat dan pati tidak terhambat. Universitas Sumatera Utara Hasil análisis sidik ragam yang disajikan pada lampiran 14, dapat ditunjukkan bahwa kombinasi urea dan azolla berbeda nyata dalam meningkatkan berat gabah 1000 biji. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan 8 ton ha -1 azolla segar tanpa urea nyata meningkatkan berat gabah 1000 biji tertinggi yaitu 26.28 gr. Berat gabah 1000 butir paling rendah didapat pada perlakuan urea 200 kg ha -1 , tanpa azolla yaitu 24.64 gr. Hal ini di duga pemberian dosis urea yang banyak akan menghambat pemasakan, sehingga pada saat pemanenan, tanaman dengan perlakuan urea 200 kg ha -1 Berat Gabah Kering Tiap Plot , tanpa azolla belum benar- benar masak, akibatnya jumlah karbohidrat yang terakumulasi belum mencapai optimal. Berat 1000 butir gabah dipengaruhi oleh jumlah karbohidrat yang dibentuk dan juga dipengaruhi oleh kemampuan biji untuk menampung asimilat. Pemberian takaran N yang semakin tinggi cenderung menurunkan berat 1000 butir gabah. Hal ini diduga disebabkan oleh aktivitas pengisian biji yang kurang seimbang dengan jumlah biji yang relatif tinggi akibat pemberian N yang tinggi Suprijadi dan Abdulrachman, 1999. Rata- rata berat gabah kering yang dihasilkan waktu aplikasi pupuk N 10 dan 25 HSPT mampu menghasilkan berat gabah kering tiap plot tertinggi yaitu 3.60 kg dibandingkan dengan waktu aplikasi pupuk N 0 dan 21 HSPT 3.42 kg serta waktu aplikasi pupuk N 5 dan 23 HSPT 2.96 kg Tabel 4. Namun hasil análisis sidik ragam yang disajikan pada lampiran 15 menunjukkan bahwa ketiga waktu aplikasi pupuk N tidak berbeda nyata dalam meningkatkan berat gabah kering tiap plot. Universitas Sumatera Utara Hal ini diduga pada ketiga waktu aplikasi pupuk N tersebut, ketersediaan unsur nitrogen pada fase generatif dalam keadaan yang cukup sehingga pembentukan protein, karbohidrat dan pati tidak terhambat, dan hal ini juga akan berpengaruh terhadap berat gabah gabah kering. Nitrogen bagi tanaman dapat berfungsi untuk memacu pertumbuhan vegetatif dan meningkatkan berat kering tanaman. Dengan semakin cukup ketersediaan nitrogen bagi tanaman, maka berat kering tanaman akan semakin meningkat pula. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Datta 1981 yang menyatakan bahwa unsur N pada pertanaman dapat meningkatkan bobot gabah. Hasil análisis sidik ragam yang disajikan pada lampiran 15, dapat ditunjukkan bahwa kombinasi urea dan azolla berbeda sangat nyata dalam meningkatkan berat gabah kering tiap plot. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan urea 50 kg ha -1 + 6 ton ha -1 azolla segar nyata meningkatkan berat gabah gabah kering tiap plot yaitu 4.16 kg. Hasil ini sejalan dengan penelitian Naim, 2004 bahwa perlakuan 6 ton azolla ha -1 + 100 kg N ha -1 Berat gabah gabah kering tiap plot paling rendah didapat pada perlakuan urea 200 kg ha memberikan hasil terbaik terhadap berat kering tanaman per rumpun, hasil gabah 63.60 g per rumpun dan indeks panen sebesar 192.3. -1 , tanpa azolla yaitu 2.51 kg. Hal ini disebabkan, tanaman padi Ciherang dengan perlakuan urea 200 kg ha -1 , tanpa azolla terserang penyakit blas dengan kondisi yang cukup parah pada saat penelitian Gambar 2, 3 dan 4. Akhter et al 2002 menjelaskan bahwa kombinasi urea dan azolla dapat meningkatkan hasil tanaman padi di beberapa kasus, kombinasi urea dan azolla lebih baik dari pada menggunakan rekomendasi dosis urea itu sendiri. Universitas Sumatera Utara Keterangan W 1 U dan W 2 U : Waktu aplikasi pupuk N 0 dan 21 HSPT dan 5 dan 23 HSPT pada dosis 200 kg ha -1 : Tanaman padi yang terserang penyakit blas urea tanpa azolla W 3 U : Waktu aplikasi pupuk N 10 dan 25 HSPT pada dosis 200 kg ha -1 : Tanaman padi yang terserang penyakit blas urea tanpa azolla Gambar 2. Gejala Serangan Awal Penyakit Blas Pada Saat Penelitian Gambar 3. Kondisi Tanaman Padi yang Terserang Penyakit Blas pada perlakuan W 1 U dan W 2 U Gambar 4. Kondisi Tanaman Padi yang Terserang Penyakit Blas pada perlakuan W 1 U Universitas Sumatera Utara Tabel 5. Rata- rata Serapan Hara N tanaman dan Kandungan N Tanah Pada Perlakuan Waktu Aplikasi Pupuk N Serta Kombinasi Urea dan Azolla Keterangan : Angka diikuti notasi huruf pada kolom dan faktor perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji DMRT.

3. Serapan Hara N Tanaman