Rancangan Penelitian

F. Rancangan Penelitian

Penelitian dengan hasil yang maksimal harus melalui prosedur yang sesuai, benar dan sitematik. Prosedur penelitian merupakan penjelasan yang memberikan gambaran tentang keseluruhan kegiatan, meliputi persiapan, pengumpulan data, analisis data yang telah terkumpul sampai dengan penulisan laporan. Prosedur penelitian harus melewati beberapa tahapan sebagai berikut:

Pada tahap persiapan, dilakukan pencarian referensi untuk menguatkan penelitian. Kajian teoritik menggunakan kepustakaan/literatur yang mendukung topik/tema. Observasi awal daerah penelitian juga dilakukan agar penelitian kan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tepat waktu. Pengajuan judul penelitian dilakukan dengan membuat mini proposal yang disertai dengan alasan – alasan dimaksudkan agar penelitian dapat ilmiah dan sesuai kaidah bidang ilmu geografi.

2. Tahap Penyusunan Proposal

Penyusunan proposal dilakukan setelah penetapan pembimbing. Penulisan proposal sesuai kaidah penulisan karya ilmiah.

3. Tahap Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk menggumpulkan data yang diperlukan. Instrumen penelitian dalam penelitian ini diantaranya peta RBI, Global Positioning System (GPS), meteran, Refraktometer, pH Meter, checklist, dan kamera digital serta alat-alat tulis.

4. Tahap Pengumpulan Data

Merupakan tahap pengambilan dan pengukuran sampel-sampel secara langsung di lapangan dan melakukan wawancara tak berstruktur.

5. Tahap Analisis Data

Analisis data diperlukan untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah dibaca. Untuk dapat membuktikan kebenaran hipotesis yang telah disusun, maka pengukuran dan pemetaan harus disertai dengan analisis yang tepat. Investigasi intrusi air laut di kecamatan ulujami dimulai dengan pengumpulan data sekunder dan primer melalui survey dan pengukuran salinitas. Data tersebut selanjutnya akan diolah sebagai bahan dalam menganalisis hubungan spasial antar variable penelitian. Hasil analisis kemudian akan dipetakan guna mempermudah pembacaannya. Semua hasil pengukuran, analisis dan pemetaan akan dicermati lebih lanjut untuk menarik kesimpulan dan saran penelitian.

Tahap akhir dari seluruh rangkaian penelitiana dalah penyusunan/ penulisan laporan. Dalam tahap ini hasil penelitian yang diperoleh dilaporkan atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, gambar dan peta. Tahapan penelitian divisualisasikan dalam diagram alir penelitian seperti yang dapat dilihat pada gambar 9:

Penentuan Titik Sampel

Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Ulujami Tahun 2011 skala 1:50.000

Hubungan Jarak

dan Salinitas

Klasifikasi Airtanah: 1. Terintrusi 2. Tidak Terintrusi

Peta Salinitas Kecamatan Ulujami Tahun 2012

Gambar 9: Diagram Alir Penelitian

Jarak dari Garis Pantai

DHL

Analisis statistik

Menghitung Kedalaman Interface

Peta Zonasi DHL

Peta RBI Lembar 1309-324, 1409-111 dan 1409-113

Earth Tahun 2011

Pembuatan Garis transek

Pengambilan Sampel Air Sumur

Pengukuran Kedalaman Muka Airtanah

Pengukuran Indikator Intrusi Air Laut

Analisis data adalah proses mengorganisasikan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2001: 103). Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca, dimengerti dan diinterpretasikan. Data yang sudah terkumpul diseleksi atau disortir, diklasifikasikan kemudian diolah dan diambil kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang dilakukan. Berikut adalah teknik yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Menentukan Agihan Spasial Salinitas Airtanah Dangkal Menurut Simoun (2000: 23), parameter intrusi air laut yang dapat diketahui dengan pengukuran di lapangan ada 2 yakni: DHL (Daya Hantar Listrik) atau Electric Conductivity (EC) dan TDS (Total Dissolved Solids) pada sumur penduduk yang dipilih sebagai sampel. Hasil pengukuran menggunakan EC dinyatakan dalam μS/cm (mikromhos/cm). Hasil pengukuran dalam μS/cm dapat dikonversikan ke mg/l dengan menggunakan grafik yang disajikan oleh Hansen dkk (1992: 89).

Coxwin (1996) dalam Nasjono (2010: 263 – 264) menggunakan teknologi Geographic Information System (GIS) dengan aplikasi Global Positioning System untuk memodelkan salinitas pada daerah irigasi didaerah kering di Amerika. Darwish (2005) dalam Nasjono (2010: 264), menerapkan teknologi berlandas gambar satelit untuk mengidentifikasi lokasi sumur dan mengukur salinitas berdasarkan pengukuran Electric Conductor Meter .

Titik-titik hasil plotting GPS juga dapat dipakai untuk menentukan jarak sumur yang dijadikan sampel dari garis pantai. Sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan antara jarak dengan besarnya salinitas.

Global Positioning system (GPS) adalah suatu sistim yang dipergunakan untuk menentukan posisi dipermukaan bumi menggunakan satelit navigasi. Ada 24 satelit navigasi yang ditempatkan di luar angkasa, 4 sampai 10 satelit navigasi yang akan selalu dapat diamati dari manapun pada satu lokasi dipermukaan bumi (Poerbandono, 2005: 32).

Analisis nilai DHL bersifat kuantitatif sehingga perlu adanya pengukuran langsung terhadap sampel air sumur di daerah penelitian. Pengukuran dilakukan langsung di lapangan menggunakan alat EC Meter (Electric Conductance). Satuannya sangat kecil, maka digunakan satuan mikrosiemen (µS/cm) atau mikromhos (µmhos/cm). Daya hantar listrik ini diukur pada suhu standart yaitu pada

25 o

C. Apabila pengukurannya pada suhu diatas atau dibawah 25 o

C maka harus dilakukan koreksi yaitu dengan menggunakan rumus:

Titik-titik koordinat setiap tempat pengambilan sampel dapat digunakan untuk membuat peta kontur DHL. Hasil akhirnya berupa peta tingkat salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami Tahun 2012. Berdasarkan peta tersebut dapat diketahui wilayah-wilayah/ distribusi keruangan salinitas tertinggi yang ada di Kecamatan Ulujami untuk dianalisis faktor-faktor penyebabnya. Standar baku nilai DHL dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Kriteria Penilaian DHL (Daya Hantar Listrik) Air Sumur

No DHL (µmhos/cm)

Klasifikasi

Air tawar

Air payau

Air asin

Sumber: Simoun (2000: 23) Berdasarkan batas konduktivitas listrik, klasifikasi intrusi air laut dapat juga dibedakan yaitu sebagai berikut: Tabel 8. Klasifikasi Intrusi Air Laut Berdasarkan Konduktivitas Listrik

No Batas Konduktivitas (μmhos/cm, 25 ) Klasifikasi Intrusi

Tidak terintrusi

2 200,01 - 229,24

Terintrusi sedikit

3 229,25 - 387,43

Terintrusi sedang

4 387,44 - 534,67

Terintrusi agak tinggi

Terintrusi tinggi

Sumber : Davis dan Wiest (1996) dalam Nasjono, 2010: 270.

Air yang asin memiliki nilai TDS yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan banyak mengandung senyawa kimia, yang juga mengakibatkan tingginya nilai salinitas. Maka tingkat salinitas bisa ditunjukkan melalui nilai TDS. Analisis nilai TDS untuk menentukan jumlah garam terlarut dalam air sumur juga bersifat kuantitatif sehingga perlu adanya pengukuran langsung terhadap sampel air sumur di daerah penelitian. Pengukuran dilakukan langsung di lapangan menggunakan alat TDS Meter. Standar baku nilai TDS dapat dilihat pada tabel 9: Tabel 9. Kriteria Penilaian TDS (Total Dissolved Solids)

No Nilai TDS (Mg/l)

Tingkat Salinitas

Air tawar

2 1.001 – 3.000 Agak asin/ payau (slightly saline)

3 3.001 – 10.000 Sedang/ payau (moderately saline)

Asin (saline)

Sangat asin (brine)

Sumber: Mc Neely et al, dalam Effendi (2003: 69)

c. pH nilai pH secara tidak langsung berhubungan dengan kedua parameter salinitas diatas sehingga perlu dilakukan pengukuran. pH adalah suatu satuan ukur yang menguraikan derajat tingkat kadar keasaman atau kadar alkali dari suatu larutan. Unit pH diukur pada skala 0 sampai 14. Istilah pH berasal dari “p” lambang matematika dari negatif logaritma, dan “H” lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Definisi yang formal tentang pH adalah negatif logaritma dari aktivitas ion Hidrogen. Yang dapat dinyatakan dengan persamaan:

Dibentuk dari informasi kuantitatif yang dinyatakan oleh tingkat keasaman atau basa yang berkaitan dengan aktivitas ion Hidrogen. Jika konsentrasi [H+] lebih besar daripada [OH-], maka material tersebut bersifat asam, yaitu nilai pH kurang

pH = - log [H+] pH = - log [H+]

range for seawater is 7.2 - 8.4. The pH of seawater is lower around river mouths. (Tomimura, 2009).

2. Analisis Hubungan Jarak dari Garis Pantai dengan Salinitas Airtanah Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik korelasi untuk kedua variabel penelitian, kemudian disajikan secara deskriptif kuantitatif. Kuantitaf dengan membuktikan kebenaran hipotesis yang telah disusun. Yakni untuk menganalisis hubungan antara jarak pantai dan salinitas airtanah.

Setelah data terkumpul dengan lengkap dan benar, maka langkah berikutnya adalah menganalisis data dengan cara menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca. Teknik analisis data dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diuji dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson sehingga dapat diketahui apakah terdapat hubungan antara X dan Y.

a. Uji Persyaratan Analisis

1) Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis mempunyai sebaran yang normal atau tidak. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity dengan pada taraf signifikansi 0,05. Variabel dikatakan berdistribusi normal bila nilai signum lebih dari 0,05.

Pengujian normalitas menggunakan rumus Lilliefors Significance dengan program SPSS 17. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Masuk program SPSS

b) Klik variable view pada SPSS data editor

c) Pada kolom Name ketik x, untuk kolom Name baris kedua ketik y

d) Pada kolom Decimals angka ganti menjadi 0 untuk variabel x dan y

e) Masukkan kedua nama variabel pada kolom Label.

g) Klik Analyze – Descriptive Statistics – Explore

h) Masukkan variabel ke kotak Dependent List

i) Pilih Post – Normality with Test – Continue (Sugiyono, 2005: 91). Hasil perhitungan uji normalitas untuk data jarak dan salinitas menyatakan

bahwa distribusi kedua variabel normal (lihat lampiran 4)

2) Uji Linearitas Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan variabel terikat terdapat hubungan linear atau tidak. Pengujian linearitas dilakukan melalui penghitungan SPSS 17. Langkah-langkah uji linearitas pada program SPSS adalah sebagai berikut:

a) Masuk program SPSS

b) Klik variable view pada SPSS data editor

c) Pada kolom Name ketik x, untuk kolom Name baris kedua ketik y

d) Pada kolom Decimals angka ganti menjadi 0 untuk variabel x dan y

e) Masukkan kedua nama variabel pada kolom Label.

f) Buka data view pada SPSS data editor

g) Terlihat kolom x dan y, masukkan data sesuai dengan variabelnya.

h) Klik Analyze - Compare Means - Means

i) Klik variabel Salinitas dan masukkan ke kotak Dependent List, kemudian klik variabel Jarak dan masukkan ke Independent List. j) Klik Options, pada Statistics for First Layer klik Test for Linearity,

kemudian klik Continue k) Klik OK, maka hasil output akan muncul pada kolom Anova Table.

Cara membaca ANOVA table adalah sebagai berikut:

a) Dengan menggunakan interpretasi harga koefisien signifikansi Jika nilai signifikansi (Sig) pada Deviation from Linearity > Alpha 5% (0,05) maka hasilnya linear. Sebaliknya jika nilai signifikansi a) Dengan menggunakan interpretasi harga koefisien signifikansi Jika nilai signifikansi (Sig) pada Deviation from Linearity > Alpha 5% (0,05) maka hasilnya linear. Sebaliknya jika nilai signifikansi

b) Dengan menggunakan interpretasi harga koefisien F

Jika nilai F pada Deviation from Linearity < Ftabel, berarti hubungan kedua variabel dinyatakan linear. Bila nilai F pada Deviation from Linearity > Ftabel, kesimpulannya adalah hubungan kedua variabel tidak linear. (Sugiyono, 2005: 216 - 220).

b. Uji Hipotesis Variabel salinitas (x) akan dikorelasikan dengan variabel jarak (y) yang telah ditabulasi dan dilakukan penghitungan. Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan variable x terhadap y digunakan koefisien korelasi dengan persamaan:

xy

dimana: x= jarak sumur dari garis pantai y=besarnya salinitas

Keeratan/ besar kecilnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain ditunjukkan oleh bilangan (angka) yang angka disebut sebagai Koefisien Korelasi yang dapat dihitung menggunakan program SPSS 17. Koefisien korelasi bergerak dari -1,00 sampai dengan + 1,00. Nilai semakin mendekati -1 atau +1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan dua variabel semakin melemah. Nilai positif (+) menunjukkan hubungan yang searah (jika satu variabel naik maka variabel lain juga ikut naik) dan negatif (-) menunjukkan hubungan yang berlawanan (jika satu variabel naik akan diikuti penurunan variabel yang lain). Jika dalam perhitungan korelasi ditemukan besarnya hubungan lebih dari 1, maka sebaiknya perhitungan tersebut diulang kembali (Sugiyono, 2005: 216 - 220).

tabel berikut: Tabel 10. Klasifikasi Nilai Koefisien Korelasi (r)

No Koefisien Korelasi (r)

Kategori

1 0 – 0,20 Sangat rendah (hampir tidak ada hubungan)

Sumber: (Suharsimi Arikunto, 2006: 276) Untuk menguji probabilitas (tingkat signifikansi) dari hasil koefisien korelasi menggunakan kriteria sebagai berikut: Ho ditolak jika: Sig < α atau r xy > r tabel (terdapat korelasi) Ho diterima jika: Sig > α atau r xy < r tabel (tidak terdapat korelasi)

Jika r hitung < r tabel, maka hubungan tersebut tidak ada yang signifikan. Dengan konsekuensi ho diterima, dan h1 ditolak. Ini menunjukkan bahwa variasi jarak mempunyai korelasi yang rendah atau berkorelasi sempurna negatif terhadap kadar salinitas di Kecamatan Ulujami. Variasi salinitas tidak dipengaruhi oleh variabel jarak, tetapi lebih besar dipengaruhi oleh faktor-faktor lain (misalnya, kondisi fisik).

3. Menghitung Kedalaman Interface

Untuk mengkaji adanya intrusi air laut pada sumur penduduk digunakan parameter salinitas. Standar parameter, batas maksimum, dan metode analisisnya menggunakan teknik analisis DHL dan Metode Ghyben-Herzberg. Daya hantar listrik (electric conductance) adalah sifat air yang menghantarkan listrik. Air yang banyak mengandung garam akan mempunyai harga daya hantar listrik yang tinggi.

Pengukuran kedalaman interface-nya menggunakan rumus persamaan Ghyben Herzberg.

hs = 40 hf; hs = 40 hf;

hf = kedalaman muka airtanah dari muka laut

Tinggi muka airtanah diperoleh dari pengukuran langsung data-data sumur penduduk yang menjadi sampel penelitian. Dengan perhitungan rumus berikut:

Ket : hf : ketinggian air tawar dari muka laut/ elevasi muka airtanah (m)

t : Kedalaman sumur (m)

d : Kedalaman muka air tanah (m)

h : Tinggi bibir sumur (m)

Gambar 10. Pengukuran Ketinggian Muka Air Tanah pada Sampel Sumur Gali Sumber: Todd, 1980: 112

Air tanah yang disedot secara besar-besaran menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara pengambilan/ pemanfaatan dengan pembentukan air tanah. Hal ini dapat menyebabkan menurunkan air tanah, di daerah pesisir penurunan permukaan air tanah akan mengakibatkan perembesan air laut ke daratan (intrusi), karena tekanan air tanah menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tekanan air laut seperti ilustrasi pada Gambar 11.

hf =t-(d –h)

Bibir sumur

Gbr (a)

Gbr.(b)

Gambar 11. Kondisi Terjadinya Intrusi Air Laut karena Keseimbangan Terganggu Akibat Pengambilan Air. Sumber: Suripin, 2004: 121

1. Agihan Spasial Salinitas Airtanah Dangkal Berikut adalah gambaran umum keadaan air sumur gali yang dijadikan sampel airtanah dangkal di daerah penelitian:

1) Ketebalan air umumnya sekitar 1-3 m dari dasar sumur atau berfariasi, tergantung

musim dan jumlah air yang diambil.

2) Rasa dan warna air tergantung lokasi pengambilan sampel sumur. Sumur yang

terdapat pada daerah sekitar sawah airnya berwarna kekuning-kuningan, sedang yang berada pada daerah permukiman airnya jernih dan rasanya tawar. Sebaliknya sumur-sumur pada daerah tambak warnanya hijau dan rasanya agak asin.

3) Sebagian sumur mudah tercemar/ kotor karena kelalaian dalam menutup mulut

sumur.

Data kedalaman sumur yang diukur pada daerah penelitian (lampiran 3) menunjukkan bahwa hampir seluruh sumur memiliki kedalaman < 7,5 m. Sumur terdangkal hanya memiliki kedalaman 2,1 m, sedang yang terdalam mencapai kedalaman 7m. Alasan penduduk lebih banyak menggunakan airtanah dangkal diantaranya karena cara ini merupakan cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana yakni hanya dengan membuat sumur gali pada kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan airtanah. Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas. Sementara untuk pengambilan air yang lebih besar diperlukan luas dan kedalaman galian yang lebih besar pula. Kedalaman sumur gali tergantung lapisan tanah, ketinggian dari permukaan air laut, dan ada tidaknya air bebas di bawah lapisan tanah. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman tidak lebih dari 5-8 meter di bawah permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah pantai dimana air tanah berada di atas air asin.

Kecamatan Ulujami yang mempunyai curah hujan tipe D atau tipe curah hujan sedang, sering mengalami beberapa kendala khususnya pada musim kemarau. Yakni semakin sulitnya penduduk dalam mendapatkan airtanah baik untuk pemenuhan Kecamatan Ulujami yang mempunyai curah hujan tipe D atau tipe curah hujan sedang, sering mengalami beberapa kendala khususnya pada musim kemarau. Yakni semakin sulitnya penduduk dalam mendapatkan airtanah baik untuk pemenuhan

Hal demikian membuat banyak penduduk lebih memilih menggunakan sumur bor yang justru semakin meningkatkan resiko terjadinya intrusi air laut. Berikut adalah hasil analisis parameter intrusi air laut pada daerah penelitian:

a. DHL Hasil pengukuran DHL dapat dilihat pada lampiran 3. Nilai DHL tersebut kemudian akan dibuat peta sebaran nilai DHL daerah penelitian. Akan tetapi dikarenakan sulitnya mendapatkan sumur pada beberapa lokasi pengambilan sampel mengakibatkan tidak 100% titik dapat dipetakan nilai DHL nya. Umumnya sumur- sumur hanya dapat ditemui pada daerah-daerah permukiman. Jarang dijumpai adanya sumur pada penggunaan lahan yang lain. Karena keterbatasan tersebut, lokasi sumur yang menjadi titik sampel tidak selalu tepat. Beberapa titik hanya menggunakan sampel sumur yang terdekat dari koordinat lokasi pengambilan sampel yang sesungguhnya. Misalnya, pada penggunaan lahan sawah, digunakan sumur yang terdapat pada permukiman terdekat. Pada beberapa titik bahkan ada yang tidak memiliki sampel (dikosongi) karena tidak dijumpai adanya sumur. Misalnya pada tambak-tambak di sekitar pantai. Beberapa sumur yang dijumpai pada penggunaan lahan ini umumnya hanya sumur-sumur kecil yang digunakan oleh para pedagang warung untuk keperluan cuci kakus. Bukan untuk dikonsumsi. Untuk air yang a. DHL Hasil pengukuran DHL dapat dilihat pada lampiran 3. Nilai DHL tersebut kemudian akan dibuat peta sebaran nilai DHL daerah penelitian. Akan tetapi dikarenakan sulitnya mendapatkan sumur pada beberapa lokasi pengambilan sampel mengakibatkan tidak 100% titik dapat dipetakan nilai DHL nya. Umumnya sumur- sumur hanya dapat ditemui pada daerah-daerah permukiman. Jarang dijumpai adanya sumur pada penggunaan lahan yang lain. Karena keterbatasan tersebut, lokasi sumur yang menjadi titik sampel tidak selalu tepat. Beberapa titik hanya menggunakan sampel sumur yang terdekat dari koordinat lokasi pengambilan sampel yang sesungguhnya. Misalnya, pada penggunaan lahan sawah, digunakan sumur yang terdapat pada permukiman terdekat. Pada beberapa titik bahkan ada yang tidak memiliki sampel (dikosongi) karena tidak dijumpai adanya sumur. Misalnya pada tambak-tambak di sekitar pantai. Beberapa sumur yang dijumpai pada penggunaan lahan ini umumnya hanya sumur-sumur kecil yang digunakan oleh para pedagang warung untuk keperluan cuci kakus. Bukan untuk dikonsumsi. Untuk air yang

Jarak

DHL 25 o

C (µmhos/cm)

Jumlah Transek Rerata 1 2 3 4 5 6 7 13 14

Sumber: Hasil Analisis Data Sumber: Hasil Analisis Data

Tabel 15 juga menunjukkan bahwa ada kaitan antara salinitas/ DHL dengan arah aliran airtanah pada daerah penelitian. Semakin menuju ke arah pantai atau sungai yang bermuara ke arah laut di bagian utara, maka nilai salinitas akan semakin besar. Hal ini dibuktikan dengan fakta nilai DHL tertinggi di Kecamatan Ulujami

rata-rata sebesar 3542.89 µmhos/cm dan 3652.15 µmhos/cm terdapat pada jarak 100

m dan 200 m dari garis pantai . Sedang nilai DHL terrendah berkisar pada angka 250 µmhos/cm yang dijumpai pada jarak lebih dari 2000 m dari garis pantai.

Meskipun demikian, besaran nilai DHL daerah penelitian berbeda-beda. Nilai DHL di daerah sekitar pantai seperti pada transek 2, 3, 4 dan 5 mencapai angka ribuan. Sedang nilai DHL didekat muara sungai-sungai besar hanya berkisar antara 600-900 µmhos/cm. Baik pada sampel yang dekat Sungai Comal maupun Sungai Sragi. Hal ini dikarenakan air pada titik sampel sudah dipengaruhi air sungai yang bersifat tawar. Selain hal tersebut, faktor macam tanah yang berbeda juga disinyalir turut berperan. Seperti yang ditunjukkan pada Peta Tanah Kecamatan Ulujami Tahun 2012, terdapat dua macam tanah yakni aluvial kelabu dan coklat tua dan alluvial hidromorf. Nilai DHL yang rendah terdapat pada macam tanah yang kedua, yakni alluvial hidromorf yang terdapat di Desa Pesantren. Merupakan tanah alluvial yang sudah berubah karena dipengaruhi aktifitas sungai.

Sebanyak 18 dari seluruh sumur yang berjumlah 88 buah, atau sekitar 20% sampel sumur yang berjarak kurang dari 1 km dari garis pantai yang mempunyai nilai EC melebihi nilai 1000 µmhos/cm, atau melebihi 600 mg/l, yang menurut standart Depkes air tersebut tidak layak dikonsumsi.

Kadar garam larutan tanah atau irigasi biasanya digambarkan dalam salah satu dari tiga cara; bagian per sejuta (part per million/ppm), milliekivalen per liter Kadar garam larutan tanah atau irigasi biasanya digambarkan dalam salah satu dari tiga cara; bagian per sejuta (part per million/ppm), milliekivalen per liter

ia dapat diukur dengan segera di lapangan atau laboratorium dengan menggunakan meteran penghantar listrik. Hubungan antara konsentrasi dan konduktivitas dilukiskan dalam gambar 19. Kadar kation dan anion menghasilkan harga yang nyata. (Hansen, 1992: 89).

Gambar 19: Grafik Hubungan DHL dengan Jarak Sumur dari Garis Pantai

Grafik 19 menunjukkan hubungan antara perubahan DHL dan jarak dari garis pantai. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa sumur yang berada pada jarak 0 – 500 dari pantai mempunyai nilai DHL lebih besar dari 3500 µmhos/cm atau lebih besar dari 20 mg/l. Grafik pada gambar 19 menunjukkan bahwa nilai DHL bergerak stabil pada angka dibawah 500 µmhos/cm atau 300 mg/l mulai jarak 1,5 km dari garis pantai. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa secara umum nilai

os/cm

Jarak dari garis pantai (m) Jarak dari garis pantai (m)

Hal tersebut semakin menguatkan kemungkinan kebenaran hipotesis penelitian yang telah disusun. Yakni semakin dekat dengan pantai, salinitas airtanah dangkal akan semakin tinggi. Kebenaran tersebut karena

Sebaran nilai DHL daerah penelitian dapat dilihat pada peta 6, yakni Peta Sebaran Nilai DHL Kecamatan Ulujami Tahun 2012.

DHL Airtanah Dangkal Kecamatan Ulujami Tahun 2012. Merupakan peta isoline/ garis kontur DHL yang dibuat dengan kontur interval 500. Mengingat distribusi nilai DHL pada daerah penelitian yang sangat bervariasi, maka agar tampilan peta tidak terlalu ruwet, maka selang konturnya dibuat besar. Garis kontur pada peta menggambarkan distribusi keruangan sebaran salinitas di daerah penelitian. Nilai garis kontur berangsur-angsur berubah dari tinggi kerendah dan sejajar garis pantai ditemukan pada sebelah utara menuju selatan daerah penelitian. Beberapa desa, diantaranya Desa Ambowetan, Desa Rowosari, Desa Botekan, dan Desa Sukorejo sama sekali tidak dilewati garis kontur dikarenakan nilai DHL pada wilayah ini kurang dari 500 µmhos/cm.

Demikian dapat diketahui bahwa airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami berdasarkan nilai konduktivitas listriknya merupakan daerah yang telah terintrusi air laut. Klasifikasi intrusi air laut berdasarkan batas konduktivitas listrik yang dibuat oleh Davis dan Wiest (1996), maka mengacu pada tabel 8 halaman 41, daerah penelitian termasuk dalam kategori terintrusi sedang sampai tinggi. Wilayah Kecamatan Ulujami yang terintrusi tinggi adalah daerah-daerah dengan jarak kurang dari 1300 m dari garis pantai. Kemudian pada jarak selebihnya sampai dengan 1800 m dari garis pantai termasuk pada kategori terintrusi agak tinggi. Wilayah airtanah dangkal yang terintrusi sedang baru dapat ditemui pada jarak lebih dari 1800 m dari garis pantai dan merupakan wilayah airtanah yang paling sempit di daerah penelitian.

Peta Kontur DHL Airtanah Dangkal Kecamatan Ulujami Tahun 2012 ini semakin menguatkan hipotesis penelitian yang berbunyi “Ada hubungan yang

signifikan antara jarak dari garis pantai dengan salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami tahun 2012 ”. Jika pada hasil uji hipotesis kelak dapat membuktikan kebenaran hipotesis tersebut, dengan demikian peta ini merupakan konfirmasi atas hasil korelasi antara jarak dari garis pantai dengan salinitas.

Peta Kontur DHL Airtanah Dangkal Kecamatan Ulujami Tahun 2012 dapat dilihat pada Peta 7 berikut ini:

Sumber: Hansen, 1992: 89 Gambar 20: Konsentrasi Air Berkenaan dengan Konduktivitas

Selanjutnya berdasarkan grafik pada Gambar 20 dapat dibuat klasifikasi tingkat salinitas airtanah dengan membandingkan nilai salinitas dengan pengklasifikasi airtanah berdasarkan nilai DHL yang dibuat oleh Simoun dalam jurnal geografi, vol 32, No. 78 – 90. Nilai Daya Hantar Listrik yang digunakan bukan nilai DHL awal seperti yang diperoleh pada pengukuran lapangan, tetapi menggunakan nilai DHL yang sudah diubah pada suhu standart 25 o C.

Tabel 17. Klasifikasi Airtanah berdasarkan Salinitas No DHL (µmhos/cm) Salinitas (mg/l)

Air tawar

2 650 – 1500

380 - 900

Air payau

3 >1500

> 900

Air asin

Sumber: Hasil Analisis Gambar 22 Berdasarkan klasifikasi tersebut maka airtanah di daerah penelitian terbagi dalam 3 wilayah yakni: wilayah airtanah tawar, airtanah payau, dan wilayah airtanah airtanah asin dengan nilai DHL yang berkisar antara 1500 - 3700 µmhos/cm.

Tabel 17 kemudian digunakan sebagai dasar dalam pembuatan Peta 8, yakni Peta Salinitas Airtanah Dangkal Kecamatan Ulujami Tahun 2012.

Kecamatan Ulujami, yakni sebagai berikut:

1) Air Tanah Tawar Pada penelitian ini nilai DHL yang diperoleh untuk klasifikasi air tawar adalah mulai dari 200 µmhos/cm sampai 600 µmhos/cm. Menempati hampir separuh daerah penelitian dengan tingkat keasinan yang beragam.

Air tanah tawar dengan nilai DHL yang cukup rendah antara 200-400 µmhos/cm utamanya terdapat di daerah yang lebih tinggi dan mendominasi dataran fluvial, yaitu di bagian selatan wilayah penelitian mulai dari Desa Rowosari, Desa Ambowetan, Desa Botekan, dan Desa Sukorejo.

Air tanah tawar dengan nilai DHL >400 µmhos/cm sampai hampir mendekati nilai air payau menempati daerah hampir semua titik sumur di Desa Wiyoro Wetan, Desa samong, Desa pagergunung, serta bagian selatan Desa Bumirejo, Desa Pamutih, Desa Padek dan Desa Mojo.

2) Air Tanah Payau Air tanah payau ditunjukkan oleh nilai DHL < 1500 µmhos/cm. Air tanah payau pada penelitian ini hanya dijumpai pada daerah-daerah dengan jarak kurang dari 1 km dari garis pantai. Meliputi bagian utara Desa Bumirejo, Desa Pamutih, Desa Padek, Desa Ketapang dan Desa Samong serta bagian tengah Desa Pesantren dan Desa Limbangan.

3) Air Tanah Asin Umumnya hanya terdapat pada jarak hingga beberapa ratus meter saja dari garis pantai, yakni pada bentuklahan marin dan fluvio-marin. Nilai DHL mulai dari 1500 µmhos/cm hingga mencapai 3700 µmhos/cm. Meliputi seluruh wilayah pantai Kecamatan Ulujami, yakni bagian utara wilayah Desa Tasikrejo, Limbangan, Mojo, dan Pesantren. Airtanah asin juga menempati sebagian besar wilayah Desa Kertosari dan hampir seluruh wilayah Desa Blendung. Hal tersebut dikarenakan pada pengambilan sampel transek yang 3) Air Tanah Asin Umumnya hanya terdapat pada jarak hingga beberapa ratus meter saja dari garis pantai, yakni pada bentuklahan marin dan fluvio-marin. Nilai DHL mulai dari 1500 µmhos/cm hingga mencapai 3700 µmhos/cm. Meliputi seluruh wilayah pantai Kecamatan Ulujami, yakni bagian utara wilayah Desa Tasikrejo, Limbangan, Mojo, dan Pesantren. Airtanah asin juga menempati sebagian besar wilayah Desa Kertosari dan hampir seluruh wilayah Desa Blendung. Hal tersebut dikarenakan pada pengambilan sampel transek yang

b. TDS Pengukuran TDS hanya digunakan sebagai cross check, yakni untuk mengecek kebenaran pengukuran DHL dengan cara membandingkan hasil pengukuran keduanya.

Hasil pengkuran di lapangan menunjukkan bahwa nilai TDS tertinggi sebesar 2119 Mg/l, terdapat pada transek 5, titik sampel nomer 2 dengan jarak 200 m dari garis pantai. Tepatnya titik ini berada di Desa Ketapang bagian utara. Tingginya nilai TDS ini dikarenakan lokasinya yang hanya 200 meter dari garis pantai. Bertolak belakang dengan nilai TDS terendah yakni sebesar 159 Mg/l, yang terdapat pada transek 2, titik sampel nomer 22 dengan jarak 2,2 km dari garis pantai. Tepatnya titik ini berada di bagian selatan Desa Sukorejo.

Berdasarkan kriteria penilaian TDS yang dibuat oleh Mc Neely et al, dalam Effendi (2003: 69) dan kriteria penilaian DHL yang dibuat oleh Simoun (2000: 23), maka hasil perhitungan kedua parameter tersebut masing-masing dapat dikelaskan dan dibandingkan perbedaannya. Tabel 18. Perbandingan Hasil Parameter DHL dengan TDS

No Kelas Airtanah

2 Payau (Sedang-agak asin)

Sumber: Hasil Analisis Data Tabel 18 menunjukkan bahwa sampel airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami didominasi kelas air tawar, baik dengan pengukuran DHL maupun TDS. Sedangkan kelas airtanah yang paling sedikit frekuensinya adalah kelas airtanah asin. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang sinifikan antara kedua parameter tersebut. Kesimpulannya adalah tidak terjadi kesalahan yang cukup berarti dalam pengukuran salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami. Atau dapat dikatakan bahwa sampel DHL cukup mewakili daerah penelitian.

konsumsi adalah kandungan TDS (Total Dissolved Solid) atau kandungan unsur mineral dalam air. Menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia, World Health Organitation (WHO), air minum yang layak dikonsumsi memiliki kadar TDS < 100 ppm (parts per million), sedangkan menurut DEPKES RI melalui PERMENKES: 492/Menkes/Per/IV/2010, standar TDS maksimum adalah 500 mg/liter. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai pengklasifikasian TDS menurut standar WHO, hampir 50% airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi karena dari 88 sumur, 43 diantaranya memiliki nilai TDS melebihi 500 mg/liter.

c. pH Nilai pH airtanah dangkal daerah penelitian bergerak pada kisaran angka 7,02 sampai 8,82. Hanya 2 titik yang memiliki pH kurang dari 7. Dapat disimpulkan bahwa airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami hampir seluruhnya termasuk dalam kategori bersifat basa. Hal ini disinyalir karena airtanah dangkal pada daerah penelitian memiliki nilai salinitas yang cukup tinggi akibat intrusi air laut. Bahkan nilai pH nya ada yang mencapai angka 8,82 yang berarti sudah melebihi angka pH normal pada air laut yang berkisar antara 7,2 – 8,4. Rekapitulasi hasil pengukuran pH disajikan pada tabel berikut ini:

Jarak

pH Transek Jumlah Rerata

Sumber: Hasil Analisis Data

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa nilai pH terrendah di Kecamatan Ulujami berkisar pada angka 7,22 yang terdapat pada jarak 20 m dari garis pantai. Sedang nilai pH tertinggi rata-rata sebesar 8,08 dan terdapat pada jarak 100 m dari garis pantai. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa semakin dekat dengan pantai, maka nilai pH akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, besaran nilai pH berangsur-angsur menurun seiring bertambahnya jarak dari garis pantai. Kesimpulan Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa nilai pH terrendah di Kecamatan Ulujami berkisar pada angka 7,22 yang terdapat pada jarak 20 m dari garis pantai. Sedang nilai pH tertinggi rata-rata sebesar 8,08 dan terdapat pada jarak 100 m dari garis pantai. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa semakin dekat dengan pantai, maka nilai pH akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, besaran nilai pH berangsur-angsur menurun seiring bertambahnya jarak dari garis pantai. Kesimpulan

Air yang baik untuk mengairi tambak adalah air payau dari sungai pasang surut yang bersih, jernih, dan tidak banyak mengandung lumpur. Kadar garamnya dapat berkisar antara 10-25 permil. Untuk pemeliharaan bandeng, lebih rendah dari itupun tidak menjadi masalah. Derajat asam basa/ pH sebaiknya berkisar antara 7 - 8,5, dan suhunya berkisar antara 24-25 o

C. Menurut Mudjiman (1991:34), tambak

yang terletak di daerah tanah endapan yang berasal dari gunung api muda dan latosol muda sangat baik. Karena selain sangat subur, keadaan fisisnya juga sangat baik. Berdasarkan Peta Geologi skala 1:100.000 lembar Purwokerto-Tegal dan lembar Banjarnegara-Pekalongan tahun 1996 yang dibuat oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Kecamatan Ulujami merupakan daerah dataran Alluvium yang terdiri dari endapan material yang berasal dari hasil aktifitas Gunung Slamet.

Daerah sekitar pantai Kecamatan Ulujami memiliki sumber air (asin/ payau/ tawar) yang cukup untuk operasional sepanjang tahun sehingga komoditas udang juga bisa dibudidayakan. Bittner (1989:67), menyatakan bahwa udang windu bahkan dapat dipelihara dalam air asin (35-40%). Yang terpenting adalah air sebagai media tempat hidup udang yang dipelihara, harus dapat memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas. Parameter kimiawi, fisik dan biologis yang menentukan kualitas air tambak yang minimal perlu diperhatikan antara lain ialah salinitas, pH dan suhu. Persyaratan mutu air bagi tambak udang adalah suhu 26 –32 o

C, pH 7,5 –8,7, dan salinitas 15-15

permil. Suhu airtanah dangkal di daerah penelitian berkisar antara 27-32 o C.

keropos dan terlalu lembek karena tidak dapat membentuk kulit baru. pH 6,4 menurunkan laju pertumbuhan sebesar 60%. pH tinggi (9,0 –9,5) menyebabkan peningkatan kadar amonia sehingga secara langsung membahayakan udang. pH air yang tinggi menyebabkan daya racun amonia meningkat. Daya racun juga meningkat pada suhu yang lebih tinggi, kadar garam rendah dan kesadahan rendah. (Wickins 1976 dalam Bitnerr. 1989: 90).

Pemilihan lokasi merupakan titik awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya tambak. Pemilihan lokasi yang salah atau kurang tepat akan menimbulkan berbagai masalah yang lebih besar, serta dampak lingkungan yang lebih besar.

d. Faktor-faktor Salinitas Berdasarkan analisis sebaran salinitas/ DHL maka dapat diidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi pola persebaran dan besar kecilnya nilai DHL/ salinitas pada daerah penelitian:

1) Arah aliran Aliran air tanah sangat mempengaruhi kondisi daerah pantai, karena aliran ini menjaga keseimbangan antara air laut dan air tanah. Juga diketahui pula bahwa aliran air tanah pada kondisi geologi tertentu mengubah unsur kimia yang lain menjadi unsur kimia yang komposisinya särna dengan air laut, semakin dekat aliran air itu ke pantai. Jadi dapat dikatakan bahwa aliran air tanah juga merupakan sumber salinitas.

Aliran air tanah juga merupakan suatu perantara geologi atau agen dari geologi (gelogic agent) karena secara terus rnenerus mempengaruhi kondisi lingkungan dalam tanah (Toth, 1984) (Nasjono, 2010: 268). Menurut pakar geologi ini aliran air tanah tergantung dari waktu dan ruang dan salah satu dampaknya bahwa aliran air tanah ini membawa dan meningkatkan bermacam kimia yang terkandung dalam air tanah.

lebih tinggi dan meneruskannya ke laut. Daerah pantai merupakan daerah buangan (discharge area) dan daerah pegunungan merupakan daerah tangkapan (recharge area). Berdasarkan peta arah aliran airtanah Kecamatan Ulujami tahun 2012, dapat diketahui bahwa Menurut Toth (1963) dalam (Nasjono, 2010: 268) sistem aliran air tanah aliran di Kecamatan Ulujami termasuk kategori Sistem aliran lokal (Local Flow System) dengan karakteristik sebagai berikut:

a) Kedalaman dangkal

b) Aliran air pendek

c) Arah dan kecepatan aliran bervariasi

d) Waktu air tinggal di suatu tempat pendek

e) Tekanan dan temperatur rendah Karakteritik tersebut mengindikasikan bahwa daerah tersebut pembilasannya penuh, memiliki TDS rendah, dan ion yang kemungkinan ada adalah HC03, Ca, dan Mg. Chebotarev (1955) dalam (Nasjono, 2010: 269) menyimpulkan bahwa aliran air tanah cenderung mengubah secara perlahan komposisi .kimia air yang ada dan hulu ke hilir dan mengarah pada komposisi kimia air laut.

2) Penggunaan lahan Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya bahwa salinitas terjadi bilamana keseimbangan antara air laut dan asin terganggu dengan sumber baik itu dari air laut maupun dari aliran tanah. Gangguan ini biasanya terjadi di daerah pantai di mana banyak penduduk tinggal. Semakin banyak manusia semakin banyak pula aktivitas yang dilakukan terhadap pantai khususnva dalam pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih.

Custodio (1984) dalam (Nasjono, 2010: 267) menyimpulkan bahwa hubungan pemukiman dan salinitas akan saling memberikan dampak (imbal Custodio (1984) dalam (Nasjono, 2010: 267) menyimpulkan bahwa hubungan pemukiman dan salinitas akan saling memberikan dampak (imbal

a) Peningkatan industri, pemukiman, yang mengakibatkan kebutuhan air bersih meningkat. Sehingga menimbulkan pengambilan air tanah yang tidak terkendali, akibatnya terjadi intrusi air laut yang berkembang secara perlahan.

b) Pengurangan tingkat infiltrasi yaitu dengan membuat muka tanah menjadi kedap air, misalnya pembuatan paving blocks

c) Pemadatan tanah, mengakibatkan tanah yang tadinya kedap air menjadi tidak kedap air. Hal ini juga merupakan efek tidak Iangsung dan peningkatan pembangunan bangunan-bangunan industri, pemukiman dll.

d) Pembangunan yang berlebihan akan mempengaruhi muka air tanah. Seperti diketahui bahwa di dalam tanah tegangan total adalah jumlah dan tegangan efektif dan tegangan pori. Umumnya, tegangan total ini adalah konstan, sehingga bila kita membangun bangunan di suatu tempat maka tegangan efektif akan berkurang dan tegangan pori akan meningkat atau bila elevasi tanah tidak berubah maka tekanan air akan meningkat. Hal ini menyebabkan muka air tanah akan (naik) mendekati permukaan. Bila intrusi air laut sudah sampai di daerah ini maka air tawar akan menjadi asin.

3) Geomorfologi Bentuklahan marin adalah bentuklahan yang terbentuk oleh proses marin, baik proses yang bersifat konstruktif (pengendapan) maupun destruktif (abrasi). Daerah yang terpengaruh air permukaan yang bersifat asin secara langsung maupun daerah pasang surut tergolong dalam bentuklahan marin ini. Sehingga salinitas tertinggi pada daerah penelitian kebanyakan dijumpai pada daerah-daerah yang dekat dengan pantai yakni pada bentuklahan marin.

kedua, yakni bentuklahan gabungan dari proses fluvial dan marin atau fluvio- marine. Kemudian salinitas akan menjadi tawar pada bentanglahan fluvial yang banyak dialiri sungai-sungai air tawar.

Suhu dan salinitas merupakan parameter-parameter laut yang sangat penting. Dua parameter ini sangat menentukan sifat perairan, apakah perairan tersebut stabil atau ridak stabil. Hal ini dapat terjadi karena densitas (kepadatan) massa air sangat dipengaruhi oleh suhu dan salinitas. Sedangkan densitas menentukan kestabilan massa air. Salinitas suatu perairan berperanan besar dalam kehidupan biotanya. Misalnya ikan yang juga mempunyai kemampuan untuk hidup di suatu perairan dengan harga salinitas tertentu. (Rahardjo dan Sanusi, 1991:15-19)

2. Analisis Hubungan Antara Jarak dari Garis Pantai dan Salinitas Airtanah

a. Deskripsi Data Penelitian dengan judul “Studi Salinitas Airtanah Dangkal di Kecamatan Ulujami Tahun 2012 ”, ini menyajikan data yang terdiri atas dua variabel yaitu variabel jarak dan salinitas di Kecamatan Ulujami tahun 2012. Data ini diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan, yakni di seluruh wilayah administrasi Kecamatan Ulujami.

1) Deskripsi Data Variabel jarak Data jarak dalam penelitian ini berperan sebagai variabel bebas (X). Data variabel ini dikumpulkan dengan cara membuat sistem transek line yang dimodifikasi. Berdasarkan hasil observasi (data pada lampiran 3), terdapat 14 garis transek yang tidak semuanya dapat dijumpai adanya sampel airtanah dangkal. 5 diantaranya merupakan garis transek dengan panjang hanya sekitar 100-500 meter sehingga hanya terdapat pada daerah pantai dan sekitarnya yang didominasi penggunaan lahan berupa empang maupun lahan kosong. Pada jenis penggunaan lahan ini sulit dijumpai adanya sumur penduduk.

dangkal ada 9 buah, yakni transek 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 13 dan 14. Deskripsi data variabel jarak pada 9 transek tersebut dapat dilihat pada tabel 20 dibawah ini:

Tabel 20. Deskripsi Data Variabel Jarak Statistic

Std. Error jarak

Mean 947.7273 52.34764 95% Confidence Interval

for Mean

Lower Bound

Upper Bound

1051.7739 5% Trimmed Mean

931.3131 Median

900.0000 Variance

241144.201 Std. Deviation

2100.00 Interquartile Range

600.00 Skewness

.555 .257 Kurtosis

-.056 .508 Sumber: Hasil Analisis Data dengan Perhitungan SPSS 17

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lokasi titik pengambilan sampel terjauh berjarak 20 m dari garis pantai.

2) Deskripsi Data Variabel Salinitas Variable salinitas pada penelitian ini direpresentasikan melalui nilai DHL. Berdasarkan hasil observasi (data pada lampiran 3), terdapat 9 garis transek dengan

88 titik sampel yang dapat dideskripsikan pada tabel 18:

Statistic Std. Error DHL

Mean 958.2925 96.35623 95% Confidence Interval

for Mean

Lower Bound

Upper Bound

1149.8109 5% Trimmed Mean

846.8608 Median

673.9200 Variance

817038.092 Std. Deviation

3506.50 Interquartile Range

434.28 Skewness

2.188 .257 Kurtosis

3.780 .508 Sumber: Hasil Analisis Data dengan Perhitungan SPSS 17

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa dari 88 titik sampel, nilai DHL terendahnya adalah sebesar 238,49 µmhos/cm. Nilai tertingginya 3744.99 µmhos/cm. Dapat diketahui pula bahwa rata-rata nilai DHL sumur-sumur penduduk di Kecamatan Ulujami adalah sebesar 958.29 µmhos/cm yang bila dilihat dari kelasnya termasuk kelas air payau.

b. Pengujian Persyaratan Analisis Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Sebelumnya data-data tersebut harus melalui pengujian terlebih dahulu.

1) Uji Normalitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data pada penelitian ini dilakukan

Kriteria pengujiannya sebagai berikut: Jika sig < α atau x 2 hitung > x 2 tabel artinya distribusi data tidak normal.

Jika sig > α atau x 2 hitung < x 2 tabel artinya distribusi data normal. Hasil perhitungan Sig variabel jarak menunjukkan nilai sebesar 1,000 yang

kemudian dibandingkan dengan α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data jarak (X) berdistribusi normal. (lihat lampiran 4). Sama halnya dengan variabel

salinitas yang berdasarkan perhitungan SPSS dinyatakan berdistribusi normal karena semua datanya memiliki nilai Sig > 0,05. (lihat lampiran 4)

2) Uji Linearitas Uji linearitas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistik 17 dengan ketentuan jika angka pada Deviation From Linearity lebih besar dari 0,05 ( > 0,05), berarti hubungan antara variable dependen dengan variable independen adalah linear. Sebaliknya jika angka pada Deviation From Linearity lebih kecil dari 0,05 ( < 0,05), berarti hubungan antara variable dependen dengan variable independen adalah tidak linear. Berikut adalah hasil perhitungannya:

Tabel 22. Hasil Uji Linearitas Variabel X dengan Y (ANOVA Table)

Sum of Squares

df Mean Square

F Sig. DHL *

jarak

Between Groups

(Combined) 5.704E7

Deviation from Linearity

2.725E7

Within Groups 1.405E7 66 212819.769 Total

7.108E7 87 Sumber: Hasil Analisis Data dengan Perhitungan SPSS 17

Linearity sebesar 0,061. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel jarak dan salinitas terdapat hubungan yang linear.

c. Pengujian Hipotesis Setelah uji persyaratan analisis berhasil dipenuhi maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dibuat sebelumnya dapat diterima atau tidak. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Product Moment Pearson.

1) Analisis data Pada tahap ini yang dilakukan adalah menghitung koefisien korelasi antara variabel x dengan y. Analisis korelasi bivariat dihitung menggunakan program SPSS

17. Hasilnya tertera pada tabel dibawah ini: Tabel 23. Koefisien Korelasi Variabel Salinitas dengan Jarak

Salinitas Pearson Correlation

1 -.647 **

Sig. (2-tailed)

jarak Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

Sumber: Data Primer yang Diolah Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai Pearson Correlation/ r

xy sebesar 0,647. Nilai r xy kemudian dibandingkan dengan nilai pada tabel r product moment pada N=88-1 dan taraf signifikansi 5% sebesar 0,213. Dengan demikian r hitung > r tabel atau 0,647 > 0,213 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel x (jarak) dengan variabel y (salinitas).

Sama halnya dengan perbandingan antara Signum dengan α. Pada tabel 22 diperoleh nilai Sig sebesar 0,000 yang berarti Sig < α, yakni 0,000 < 0,05. Dengan Sama halnya dengan perbandingan antara Signum dengan α. Pada tabel 22 diperoleh nilai Sig sebesar 0,000 yang berarti Sig < α, yakni 0,000 < 0,05. Dengan

2) Penafsiran Hipotesis Tahap selanjutya adalah melakukan penafsiran pengujian hipotesis pada semua variabel yang telah dianalisis. Pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rxy = 0,647 dengan jumlah sampel (n)= 88 dan dikonsultasikan pada tabel r dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai 0,213, sehingga r hitung < r tabel atau 0,647 > 0,213 yang dapat diartikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jarak (x) dengan salinitas (y) di Kecamatan Ulujami tahun 2012.

3) Kesimpulan Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan untuk menguji hipotesis, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: Hipotesis yang berbunyi: ada hubungan yang signifikan antara jarak dari garis pantai dengan salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami tahun 2012 dapat diterima kebenarannya.

Nilai rxy -.647 (negative) menunjukkan hubungan yang berlawanan, yakni jika satu variabel naik akan diikuti penurunan variabel yang lain. Artinya, jika jarak bertambah maka nilai salinitas akan menurun/ berkurang. Demikian pula sebaliknya, jika jarak berkurang, maka nilai salinitas akan naik/ bertambah. Artinya: Semakin dekat dengan garis pantai, salinitas airtanah dangkal akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh dari garis pantai, salinitas airtanah dangkal akan semakin rendah.

3. Kedalaman Interface

Untuk mendeteksi ada tidaknya intrusi, maka harus ditentukan terlebih dahulu kedalaman interface daerah penelitian. Penentuan batas antara airtanah dan air laut dinyatakan dengan suatu garis/ zona lengkung interface. Telah dilakukan pengukuran Untuk mendeteksi ada tidaknya intrusi, maka harus ditentukan terlebih dahulu kedalaman interface daerah penelitian. Penentuan batas antara airtanah dan air laut dinyatakan dengan suatu garis/ zona lengkung interface. Telah dilakukan pengukuran

Keterangan: hs = kedalaman muka air laut dari titik A (interface)

hf = kedalaman muka airtanah dari muka laut

Ketinggian muka airtanah perlu dihitung terlebih dahulu sebelum menghitung kedalaman interface. Hasil penghitungan ketinggian muka airtanah daerah penelitian disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 24. Ketinggian Muka Airtanah Berdasarkan Jarak dari Garis Pantai

Jarak

Tinggi Muka Airtanah (Hf)

Transek Jumlah Rerata

1 2 3 4 5 6 7 13 14

100 -

2.06 2.03 -

4.09 2.05 200

3.03 2.22 -

5.25 2.63 300

3.28 -

3.28 3.28 400

3.15 -

2.23 -

5.38 2.69 500

2.17 -

2.28 2.18 -

6.63 2.21 600

2.07 3.36 5.42 -

2.19 2.34 2.02 1.05 4.04 22.49 2.81 700

2.13 3.75 -

5.28 3.45 2.35 2.02 1.11 5.60 25.69 3.21 800

2.18 3.14 5.12 5.44 4.21 -

2.11 1.10 5.90 29.20 3.65 900

4.73 3.58 5.66 4.45 3.52 -

2.07 1.15 4.64 29.80 3.73 1000

2.26 3.31 5.11 3.11 2.66 -

1.09 5.06 22.60 3.23 10

2.39 -

5.73 2.16 -

1.13 6.05 17.46 3.49 1200

1.47 3.54 5.34 -

1.20 2.13 13.68 2.74 1300

2.22 4.88 -

2.90 10.00 3.33 1400

2.15 4.19 -

6.34 3.17 1500

2.34 3.15 -

5.49 2.75 1600

2.38 2.23 -

4.61 2.31 1700

2.21 4.96 -

7.17 3.59 1800

2.14 5.44 -

7.58 3.79 1900

2.66 4.32 -

6.98 3.49

hs = 40 hf;

Sumber: Data Primer yang Diolah Hasil perhitungan pada tabel 23 menunjukkan bahwa ketinggian muka airtanah terrendah di Kecamatan Ulujami adalah sekitar 2,05 m yang terdapat pada jarak 100 m dari garis pantai. Sedang ketinggian muka airtanah dangkal tertinggi sebesar 3,9 m yang terdapat pada jarak 2000 m dari garis pantai.

Berdasarkan hasil perhitungan kedalaman interface (lampiran 6), dapat diketahui bahwa terdapat variasi kedalaman interface di daerah penelitian. Kedalamannya berkisar antara 42 m hingga 229,2 m. Dari semua lokasi, yang terdangkal adalah kedalaman interface di Desa Pesantren, yakni 42 m. Desa Wiyoro Wetan dengan kedalaman interface 229,2 m merupakan daerah yang kedalaman interface nya paling dalam.

Berikut adalah rekapitulasi hasil perhitungan kedalaman interface daerah penelitian: Tabel 25. Kedalaman Interface Kecamatan Ulujami Per Transek Penelitian

Jarak

Kedalaman Interface (m)

87.2 - - 600

91.2 - 43.6 202.4 10

93.6 - 45.2 242.0 1200

94.0 - 48.0 85.2

1400

93.6 167.6

- - - 1500

95.2 126.0

- - - 1600

88.4 89.2 -

- - - 1700

85.6 198.4

- - - 1800

106.4

217.6

- - - 1900

94.0 172.8

- - - 2000

92.8 218.0

- - - 2100

92.4 -

Sumber: Data Primer yang Diolah

Berdasarkan tabel Kedalaman Interface, maka dapat dibuat model - model Interface yang ada pada Kecamatan Ulujami. Berikut adalah gambar interface per transek daerah penelitian:

Gambar 21: Model Interface pada Transek 1

Gambar 20: Model Interface pada Transek 2

Gambar 21: Model Interface pada Transek 3

Gambar 22: Model Interface pada Transek 4

Gambar 23: Model Interface pada Transek 5

Gambar 24: Model Interface pada Transek 6

Gambar 25: Model Interface pada Transek 7

Gambar 26: Model Interface pada Transek 13

Gambar 27: Model Interface pada Transek 14

Gambar 19 s/d 27 menunjukkan bahwa semakin memasuki daratan atau semakin jauh jarak dari garis pantai, maka kedalaman interface akan semakin besar. Sumur-sumur pada daerah penelitian yang kedalamannya tidak melebihi batas interface idealnya tidak akan terintrusi air asin. Sehingga untuk menanggulangi terjadinya intrusi air asin, maka sumur-sumur di daerah pantai dan sekitarnya harus berkedalaman rendah.

memiliki batas interface terdangkal adalah daerah-daerah yang dilalui garis transek 5. Yakni diantaranya Desa Ketapang, Desa Blendung dan Desa Padek. Sumur-sumur penduduk yang terdapat pada daerah ini paling berpotensi untuk terintrusi air laut dibanding sumur-sumur pada daerah lain. Hal ini dikarenakan penduduk daerah ini sebagian besar menggunakan sumur bor. Air tanah yang disedot secara terus-menerus melalui sumur-sumur bor tersebut menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara pengambilan/ pemanfaatan dengan pembentukan air tanah dan semakin memperbesar kemungkinan terjadinya intrusi air laut. Faktor lain penyebab perbedaan model interface pada daerah ini juga diantaranya disebabkan karena sampel-sampel pada transek 5 juga dilalui Sungai Banger yang bermuara langsung ke Laut Jawa sehingga airtanahnya juga akan terpengaruh oleh penyusupan air laut pada Sungai Banger tersebut.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kurang lebih 20% sumur pada daerah penelitian yang mempunyai EC yang melebihi 1000 µmhos/cm dan terletak antara 100 – 1000 m dari garis pantai mempunyai dasar sumur berkedalaman diatas batas interfac e, sehingga berdasarkan teori keseimbangan hidrostatik semestinya air dalam sumur masih termasuk air tawar. Berdasarkan kondisi ini dapat dikatakan pada daerah tersebut telah terjadi intrusi air laut.

Pada sebelah timur daerah penelitian, tepatnya di Desa Samong dan Wiyoro Wetan, air sumur galinya masih dapat dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai EC berada dibawah 1000 µmhos/cm. Adanya sungai yang terletak disebelah timur daerah penelitian, yakni Sungai Sragi diduga sebagai pemasok air bagi akuifer daerah tersebut. Hal ini menyebabkan persebaran sumur gali masyarakat lebih terkonsentrasi pada daerah tersebut.

Keseluruhan hasil penelitian menyatakan bahwa desa-desa di pantai Kecamatan Ulujami perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah daerah setempat terutama berkaitan dengan sumberdaya airnya.