Perancangan sistem inventarisasi hutan industri berbasis sistem informasi geografis: stuidi kasus kawasan hutan akasia Parung Panjang, KPH Bogor

(1)

PERANCANGAN SISTEM INVENTARISASI HUTAN INDUSTRI

BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

(STUDI KASUS: KAWASAN HUTAN AKASIA PARUNG PANJANG, KPH BOGOR)

Disusun Oleh : Mohammad Arief Putranto

203093002033

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(2)

PERANCANGAN SISTEM INVENTARISASI HUTAN INDUSTRI

BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

(STUDI KASUS: KAWASAN HUTAN AKASIA PARUNG PANJANG, KPH BOGOR)

Disusun sebagai Prasyarat dalam Menyelesaikan Kurikulum Tingkat Akhir Pada Jurusan Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh : Mohammad Arief Putranto

203093002033

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(3)

(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juni 2010

Mohammad Arief Putranto 203093002033


(5)

ABSTRAK

Mohammad Arief Putranto, Perancangan Sistem Inventarisasi Hutan Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Kawasan Hutan Akasia Parung Panjang, Kph Bogor), dibimbing oleh Zainul Arham, M.Si dan Zainuddin Bey Fananie, M.Sc.

Indonesia tercatat memiliki luas hutan sebesar 138 juta hektar dengan luas hutan sebesar itu maka diperlukanlah pengelolaan hutan secara menyeluruh agar tidak terjadi penyelewengan-penyelewengan dan pelanggaran-pelanggaran ilegal terhadap sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Data pengelolaan hutan yang dihasilkan oleh Perum Perhutani merupakan data spasial (keruangan) seperti peta dan data atribut seperti batas wilayah, jenis tanah, curah hujan dan lain sebagainya, yang memerlukan cara pengolahan dan penyajian yang berbeda. Data atribut dan data spasial tersebut memerlukan suatu sinkronisasi agar data yang dihasilkan maupun disajikan akurat sesuai dengan keadaan keruangan pada saat itu.

Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukanlah sebuah aplikasi yang mampu melakukan inventarisasi data atribut hutan, pensinkronisasian dengan data spasial serta perhitungan statistik sederhana sehingga penyajian data dalam bentuk laporan menjadi lebih mudah. Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan adalah Rapid Application Development (RAD). Pada akhirnya, sistem ini dapat memberikan keluaran kepada penggunanya berupa report data atribut dan data spasial kehutanan sebagai bahan acuan penyusunan RPKH Untuk ke depannya, aplikasi ini dapat dikembangkan lagi antara lain dengan melakukan integrasi dengan aplikasi-aplikasi kehutanan lainnya yang berbasiskan GIS.

Kata Kunci :Visual Basic 6.0,Sistem Inventarisasi Hutan,Map Objects 2,RAD, UML,

GIS


(6)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahiim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Yang Maha Kuasa dan telah memberikan berkah dan anugerahNya kepada penulis sehingga penulis mampu melaksanakan tugas untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tak lupa juga penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini penulis buat sebagai syarat kelulusan dalam menempuh pendidikan jenjang Strata-1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu juga penulis berharap apa yang penulis teliti, yang dijelaskan di dalam skripsi ini, dapat dipergunakan dengan baik oleh semua pihak yang membutuhkan, sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di Program Studi Sistem Informasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat lebih maju dan lulusannya dapat bekerja secara kooperatif dengan semua elemen informatika dari seluruh dunia.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini :

1. Bapak Dr. Syopiansyah jaya Putra M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

2. Bapak A’ang Subiyakto selaku ketua Program Studi Sistem Informasi. 3. Bapak Zainul Arham, S. Kom, M.Si selaku Dosen Pembimbing I 4. Bapak Zainuddin Bey Fananie, M.Sc selaku Dosen Pembimbing II 5. Bapak dan Ibu penguji yang memberikan kritik dan saran pada skripsi ini. 6. Dosen-Dosen Fakultas Sains dan Teknologi yang telah mengajarkan kepada

penulis berbagai macam ilmu yang dapat penulis terapkan dalam penulisan skripsi ini.

7. Kedua orang tua penulis, Djoko Saptono dan Budiningsih Saraswati, yang telah memberikan dukungan moril, semangat dan materiil sehingga memperlancar proses penyusunan skripsi ini.


(7)

8. Kedua kakak dan adik penulis, Vira Nuri Putriningtyas S.Kom dan Annisa Ayuningtyas yang telah menjadi tempat penulis melepaskan penat dalam penyusunan Skripsi ini.

9. Teman-Teman seperjuangan TI-SI UIN 2003, terutama SI-05 atas dukungan kalian semua.

10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini, baik penulisan maupun aplikasinya sendiri. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun skripsi ini lebih baik lagi.

Jakarta, Agustus 2009


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul ... i

Persetujuan pembimbing ... ii

Halaman pengesahan ... iii

Halaman pernyataan ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar isi ... viii

Daftar gambar ... xii

Daftar tabel ... xiv

Daftar lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Metodologi Penelitian ... 6

1.6. Sistematika Penulisan ... 8


(9)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Sistem ... 10

2.1.1 Pengertian Sistem ... 10

2.1.2 Pengertian Informasi... 12

2.1.3 Kualitas Informasi ... 13

2.2. Sistem Informasi ... 14

2.2.1 Komponen Sistem Informasi ... 14

2.3. Sistem Informasi Geografis... 16

2.3.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 16

2.3.2 Model Data ... 17

2.3.3 Komponen Sistem Informasi Geografis ... 18

2.3.4 Kemampuan Sistem Informasi Geografis ... 20

2.4. Hutan ……… ... 21

2.4.1 Jenis Hutan ... 22

2.4.2 Fungsi Hutan ... 27

2.4.3 Pengelolaan Hutan ... 28

Inventarisasi Hutan ... 29

2.5. 2.7. 2.8. Unified Modelling Language (UML) ... 36

2.6. Metode Pengumpulan Data ... 31

Metode Pengembangan Sistem... ... 32

2.7.1 Tahapan-tahapan RAD.. ... 33

2.7.2 Alasan Penggunaan Metode RAD ... 34

2.7.3 Perbandingan Dengan Metode Sistem Lainnya ... 35


(10)

2.8.1. Definisi ... 36

2.8.2. Use Case Diagram ... 37

2.8.3. Class Diagram ... 38

2.8.4. State Chart Diagram ... 38

2.8.5. Activity Diagram, ... 39

2.8.6. Sequence Diagram ... 40

2.8.7. Collaboration Diagram ... 41

2.8.8. Component Diagram ... 42

2.8.9. Deployment Diagram ... 43

2.9. Flow Chart ... 46

2.10. Perangkat Lunak Pengembangan Sistem ... 47

2.10.1 Visual Basic 6.0 ... 47

2.10.1.1 Antar Muka Visual Basic 6.0 ... 48

2.10.2 Map Object v2.2 ... 50

2.10.3 Ms. Sql Server 2000 ... 54

2.10.4 ArcView 3.3 ... 62

2.11. Penelitian Sebelumnya yang Berhubungan ... 65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Perangkat Penelitian ... 66

3.1. 3.1.1 Bahan Penelitian... 66

3.1.1.1Ringkasan Keadaan Umum KPH Bogor ... 66

3.1.2 Perangkat Penelitian ... 74


(11)

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 75

Metode Pengumpulan Data ... 75

3.3. 75 3.3.4 Studi Literature ... 79

... 79

3.4.3. P 3.3.1 Studi Pustaka ... 3.3.2 Observasi ... 77

3.3.3 Wawancara ... 78

3.4. Metode Pengembangan Sistem ... 3.4.1. Analisis (Requirement Planning) ... 80

3.4.2. Perancangan (User Design) ... 81

engembangan (Construction) ... 83

3.4.4. Implementasi (Cut Over) ... 84

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1. Sekilas Tentang Perum Perhutani ... 86

4.1.1. Visi Misi Perum Perhutani ... 86

4.1.2. Tujuan Perum Perhutani ... 87

4.1.3. Struktur Organisasi Perum Perhutani ... 88

4.2. Analisis ... 90

4.2.1. Kegiatan Inventarisasi Hutan ... 90

4.2.2. Alur Kerja Sistem Berjalan ... 91

4.2.3. Identifikasi Masalah ... 93

4.2.4. Uraian Singkat Sistem yang Diusulkan ... 94

4.3. Perbandingan Sistem ... 98


(12)

xii

4.5.2 erancangan Basis Data ... 132

... 136

BAB V 4.4. Studi Feasibilitas ... 99

4.5. Perancangan Sistem yang Diusulkan ... 100

4.5.1 Perancangan Aplikasi ... 100

P 4.5.3 Perancangan User Interface ... 4.6. Pengembangan ... 139

4.6.1. Bahasa pemrograman dan Komponen ... 139

4.6.2. Alur Kerja Pengembangan Sistem ... 140

4.7. Pengujian ... 147

4.7.1. Whitebox (Pengujian Mandiri) ... 147

4.7.2. Blackbox (Pengujian Lapangan) ... 148

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 149

5.2. Saran ... 150

DAFTAR PUSTAKA ... 151


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Perbandingan Metode ... 35

Tabel 2.2. Notasi UML ... 45

Tabel 2.3 Simbol Flowchart ... 46

Tabel 4.1 : Perbandingan Sistem ... 98

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Mandiri ... 147


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Siklus Informasi ... 13

Gambar 2.2. Lima Komponen Sistem Informasi ... 15

Gambar 2.3. Komponen SIG ... 18

Gambar 2.4. Subsistem-Subsistem SIG ... 19

Gambar 2.5. Mekanisme Kegiatan Tata Hutan Perum Perhutani... 29

Gambar 2.6. Tahapan-tahapan RAD ... 34

Gambar 2.7. Contoh use case diagram ... 37

Gambar 2.8. Contoh Class Diagram ... 38

Gambar 2.9. Contoh Statechart Diagram ... 39

Gambar 2.10. Contoh Activity Diagram ... 40

Gambar 2.11. Contoh Sequence Diagram ... 41

Gambar 2.12. Contoh Collaboration Diagram ... 42

Gambar 2.13. Contoh Component Diagram ... 43

Gambar 2.14. Contoh Deployment Diagram ... 44

Gambar 2.15. Antar muka VB 6.0 ... 48

Gambar 2.16. Tampilan toolbox ... 49

Gambar 2.17. Interface Property ... 49

Gambar 2.18. Contoh program menggunakan MapObjects ... 50

Gambar 2.19. Computer names selection ... 55


(15)

Gambar 2.21. Instance Names ... 56

Gambar 2.22. Setup type ... 57

Gambar 2.23. Service Accounts ... 58

Gambar 2.24. Enterprise Manager ... 59

Gambar 2.25. Query Analyzer ... 60

Gambar 2.26. Contoh penggunaan Query Analyzer ... 61

Gambar 2.27. Service Manager ... 62

Gambar 3.1. Tahapan RAD ... 80

Gambar 3.2. Alur Penelitian ... 85

Gambar 4.1. Bagan Mekanisme Kegiatan Tata Hutan Perum Perhutani . . 90

Gambar 4.2: Bagan Sistem Berjalan ... 91

Gambar 4.3: Bagan Sistem Usulan ... 96

Gambar 4.4. Use Case Diagram Sistem Inventarisasi Hutan ... 102

Gambar 4.5Use Case File(system) ... 103

Gambar 4.6Use Case Data Management ... 104

Gambar 4.7 Use Case Statistik ... 105

Gambar 4.8Use Case Pencarian Data ... 106

Gambar 4.9Login Activity Diagram ... 114

Gambar 4.10 Tambah Data Activity Diagram ... 115

Gambar 4.11.Update Data Activity Diagram ... 116

Gambar 4.12.Delete Data Activity Diagram ... 117


(16)

Gambar 4.14.Statictic Query Activity Diagram ... 120

Gambar 4.15. Sequence Diagram Login ... 122

Gambar 4.16.Sequence Diagram Tambah Data ... 123

Gambar 4.17.Sequence Diagram Update Data ... 124

Gambar 4.18Sequence DiagramDelete Data ... 125

Gambar 4.19.Sequence Diagram Import Data ... 126

Gambar 4.20.Sequence Pencarian Data ... 127

Gambar 4.21.Sequence Diagram Pencarian Data Spasial ... 128

Gambar 4.22.Sequence Diagram Statistic Query ... 129

Gambar 4.23. Class Diagram Aplikasi ... 131

Gambar 4.24. Tabel Peta di dalam database ... 133

Gambar 4.25. Tabel Compartment di dalam database ... 133

Gambar 4.26 Tabel subcompartment di dalam database ... 134

Gambar 4.27 Tabel subcompartment di dalam database ... 134

Gambar 4.28. Struktur basis data ... 128

Gambar 4.29: Rancangan Form Login ... 136

Gambar 4.30: Rancangan Form Utama ... 136

Gambar 4.31: Rancangan Form Tambah Data ... 137

Gambar 4.32: Rancangan Form Update Data ... 137

Gambar 4.33: Rancangan Form Delete Data ... 138

Gambar 4.34: Rancangan Form Survey Data atribut ... 138

Gambar 4.35: Rancangan Form Statistic Query ... 139


(17)

Gambar 4.37: Create Form ... 140

Gambar 4.38: Pembuatan Form Login ... 141

Gambar 4.39: Database Connection Module ... 141

Gambar 4.40: Contoh penulisan script/coding ... 142

Gambar 4.41: Database Connection Parameter ... 143

Gambar 4.42: Database Connection procedure ... 143

Gambar 4.43: Contoh script query ... 144

Gambar 4.44: Pembuatan tampilan report ... 145

Gambar 4.45: Melakukan kompilasi report ... 146


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia tercatat memiliki luas hutan sebesar 138 juta hektar1 dengan luas hutan sebesar itu maka diperlukanlah pengelolaan hutan secara menyeluruh agar tidak terjadi penyelewengan-penyelewengan dan pelanggaran-pelanggaran ilegal terhadap sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Kekuasaan dalam melakukan pengelolaan hutan di Indonesia ada di tangan Perum Perhutani. “Tugas dan Wewenang Perum Perhutani adalah menyelengarakan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan prinsip perusahaan dalam wilayah kerjanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan–undangan yang berlaku.”

(Peraturan Pemerintah 30 tahun 2003 pasal 3 ayat 1)

Dalam melakukan pengelolaan hutan yang beraneka ragam, Perum Perhutani memerlukan pemeriksaan dan pencatatan sampel dari suatu kawasan atau area. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengecekan terhadap area tersebut (field checking/ground checking) yang biasa disebut risalah hutan dalam lingkup Perum Perhutani.

Data pengelolaan hutan yang dihasilkan oleh Perum Perhutani merupakan data spasial (keruangan) seperti peta dan data atribut seperti

1

http://www.wargahijau.org/index.php?option=com_content&view=article&id=555:menhut-ms-kaban-luas-hutan-di-indonesia-138-juta-hektar&catid=8:green-industry&Itemid=13 [23 oktober 2009, pukul 11.30 wib ]


(19)

batas wilayah, jenis tanah, curah hujan dan lain sebagainya, yang memerlukan cara pengolahan dan penyajian yang berbeda. Data atribut dan data spasial tersebut memerlukan suatu sinkronisasi agar data yang dihasilkan maupun disajikan akurat sesuai dengan keadaan keruangan pada saat itu.

Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukanlah sebuah aplikasi yang mampu melakukan inventarisasi data atribut hutan, pensinkronisasian dengan data spasial serta perhitungan statistik sederhana sehingga penyajian data dalam bentuk laporan menjadi lebih mudah.

Dari uraian singkat diatas penulis memutuskan untuk mencoba memberikan solusi untuk permasalahan tersebut dengan cara memberikan suatu usulan aplikasi inventarisasi hutan yang penulis susun dalam skripsi penulis yang berjudul “Perancangan Sistem Inventarisasi Hutan Industri Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Kawasan Hutan Akasia Parung Panjang, KPH Bogor)”. Dengan pendekatan metode pengembangan sistem RAD (Rapid Application Development) dan notasi UML (Unified Modeling Languange).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang ada adalah:

1. Bagaimana merancang suatu sistem informasi inventarisasi hutan berbasis sistem informasi geografis ?


(20)

2. Bagaimana data spasial dan data atribut hasil pengolahaan hutan dapat dapat disajikan secara bersamaan ?

3. Bagaimana menyajikan data hasil pengolahan hutan ke dalam bentuk laporan ?

1.3 Batasan Masalah

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membatasi pembahasannya hanya pada:

1. Metode pengembangan sistem yang digunakan oleh penulis dalam membangun aplikasi sistem informasi inventarisasi hutan berbasis sistem informasi geografis ini adalah metode pengembangan sistem berorientasi obyek yaitu metode RAD (Rapid Application

Development) dengan menggunakan pemodelan sistem UML (Unified

Modeling Language).

2. Sistem yang akan dirancang menggunakan Visual Basic 6.0 dan Map Object 2.2 sebagai bahasa pemrogramnnya, Sql Server 2000 sebagai DBMS (Database Management Systems) dan Arc View 3.3 sebagai

tools pengolah data spasial.

3. Sistem yang akan dirancang merupakan sistem alternatif dari sistem yang sudah ada di Departemen Kehutanan.

4. Data spasial yang digunakan pada penulisan skripsi adalah data spasial hutan kelas acacia mangium yang terletak pada koordinat: 106° 26’ 03’’ BT sampai dengan 106° 35’ 16’’ BT dan 06° 20’ 59’’ sampai


(21)

dengan 06° 27’’ 01’’ LS. Data spasial ini didapatkan dari Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.

5. Bentuk laporan dari data pengolahan inventarisasi hutan merupakan standarisasi dari pihak Departemen Kehutanan.

6. Laporan yang dihasilkan dari sistem ini adalah laporan hasil registrasi (inventarisasi) tahunan petak dan anak petak, laporan per petak, dan laporan grafik maupun peta yang digunakan sebagai bahan pendukung pembuatan RPKH (Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan).

7. Penulisan skripsi ini tidak membahas konfigurasi keamanan dari DBMS

(Database Management Systems) yang dipakai.

8. Penulisan skripsi ini tidak membahas konfigurasi arsitektur jaringan yang dipakai oleh aplikasi ini.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan dalam skripsi ini adalah Membangun dan merancang perangkat lunak sistem informasi inventarisasi hutan berbasis sistem informasi geografis

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dari skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Menguraikan proses tata hutan yang dilakukan oleh Perum Perhutani.


(22)

2. Menganalisis gambaran alur proses inventarisasi hutan dan penyusunan RPKH (Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan) 3. Menjabarkan proses penentuan kelas hutan berdasarkan umur

dan.proses inventarisasi hutan.

4. Memperoleh data potensi hutan serta lingkungannya secara lengkap, sebagai bahan penyusunan RPKH.

5. Mengembangkan proses atau alur kerja alternative sistem pengolahan data hasil inventarisasi.

6. Mengolah data hasil risalah hutan menjadi laporan untuk penyusunan RPKH.

1.4.3 Manfaat

Adapun manfaat dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

1. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah

2. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (S1) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Bagi Universitas

1. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan sebagai bahan evaluasi.


(23)

2. Menjalin kerja sama yang baik dengan pihak Departemen Kehutanan

c. Bagi Departemen Kehutanan

1. Memiliki aplikasi sistem informasi inventarisasi hutan alternatif

2. Mempunyai bahan evaluasi jika ingin mengembangkan kembali sistem informasi inventarisasi hutan yang telah dimiliki departemen kehutanan.

1.5 Metodologi Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini diperlukan data dan informasi yang lengkap guna mendukung kebenaran materi uraian dan permbahasan. Metodologi penelitian yang digunakan meliputi dua metode, yaitu metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem:

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

1. Studi Pustaka

Dilakukan dengan cara membaca dan mengumpulkan data-data teknis dari buku-buku, situs internet, serta artikel yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini.


(24)

2. Studi Lapangan a. Observasi

Melakukan pengamatan dan terlibat langsung didalam kegiatan lapangan yang berhubungan dengan studi kasus yang dihadapi.

b. Wawancara

Mengumpulkan data-data dan informasi dengan cara interview atau wawancara yang dilakukan langsung dengan pihak yang bersangkutan sesuai dengan masalah yang diteliti.

3. Studi Literature

Dilakukan dengan cara meneliti penelitian sejenis sebelumnya yang berhubungan dengan studi kasus ataupun penulisan peneltian yang dihadapi

1.5.2 Metode Pengembangan Sistem

Dalam pembuatan aplikasi tersebut penulis menggunakan metode Rapid Application Development (RAD) sebagai metode pengembangan sistem dan menggunakan pemodelan sistem UML

(Unified Modeling Language). Metode Rapid Application

Development (RAD) memiliki 4 tahapan seperti yang pertama kali

dikemukakan oleh James Martin (K.K.Aggarwal,2005:27), tahapan-tahapan tersebut adalah :


(25)

1. Requirement Planning

2. User Design/User Description

3. Construction

4. Implementation (Cut Over)

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menjabarkan penelitian Perancangan Sistem Inventarisasi Hutan Berbasis Sistem Informasi Geografis ini dalam lima (5) bab, berdasarkan pada sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi pengantar berupa latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan, serta manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini berisi pembahasan teori-teori yang digunakan sebagai panduan dasar dalam pengembangan sistem ini.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan dalam mengembangkan sistem informasi berdasarkan


(26)

9 metodologi pengembangan sistem. Dan juga membahas tentang metodologi pengumpulan data.

BAB IV. ANALISA DAN PERANCANGAN

Bab ini berisi analisis terhadap kebutuhan sistem, serta implementasi pengembangannya secara konkrit.

BAB V. PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan serta saran yang dapat membantu pengembangan sistem informasi ini di masa yang akan datang.


(27)

BAB

 

II

 

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sistem 2.1.1 Pengertian Sistem

Menurut Rober dan Michael sistem sebagai kumpulan elemen yang saling berinteraksi membentuk kesatuan, dalam interaksi yang kuat maupun lemah dengan pembatas yang jelas. (Prahasta, 2005:37)

Definisi sistem menurut McLeod adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. (Al Fatta, 2007: 4).

Sistem menurut Murdick dan Ross adalah seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan yang lainnya untuk suatu tujuan bersama. (Al Fatta, 2007: 3).

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu yaitu mempunyai komponen–komponen, batas sistem, lingkungan luar sistem, penghubung, masukan, keluaran, pengolah dan sasaran atau tujuan. (Ladjamudin, 2005: 3-5).

10   


(28)

Penjelasan ringkas dari sifat atau karakteristik yang dimiliki oleh sebuah sistem adalah sebagai berikut: (Ladjamudin, 2005: 3-5).

1. Komponen Sistem

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan, dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem.

2. Batasan Sistem

Merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya. Batas sistem ini menunjukkan ruang lingkup dari sistem tersebut.

3. Lingkungan Luar Sistem

Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem dapat bersifat menguntungkan atau merugikan.

4. Penghubung Sistem

Merupakan media yang menghubungkan antara satu subsistem dengan sub sistem lainnya. Penghubung ini menyebabkan beberapa subsistem berintegrasi dan membentuk satu kesatuan. 5. Masukan Sistem

Sesuatu yang dimasukkan ke dalam sistem yang berasal dari lingkungan.

11   


(29)

6. Keluaran Sistem

Suatu hasil dari proses pengolahan yang dikeluarkan ke lingkungan.

7. Pengolahan Sistem

Bagian dari sistem yang merubah masukan menjadi keluaran. 8. Sasaran Sistem

Sasaran sistem adalah suatu yang menyebabkan mengapa sistem itu dibuat atau ada. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.

2.1.2 Pengertian Informasi

Informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan keputusan. (Wahyono, 2003:2) Menurut Kadir informasi adalah analisis dan sintesis terhadap data, atau informasi adalah data yang telah diorganisasikan ke dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan seseorang, manajer, staff, atau orang lain di dalam suatu organisasi atau perusahaan. (Prahasta, 2005: 30-31)

Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bahasa,

mathematical, dan simbol-simbol pengganti lain yang disepakati

oleh umum dalam menggambarkan objek, manusia, peristiwa,

12   


(30)

aktivitas, konsep, dan objek-objek penting lainnya. Singkatnya data merupakan suatu kenyataan apa adanya (raw facts). (Prahasta, 2005 : 30 ).

Untuk memperoleh informasi yang bermanfaat bagi penerimanya, perlu dijelaskan bagaimana siklus yang terjadi atau dibutuhkan dalam menghasilkan informasi. Siklus informasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Siklus Informasi (Ladjamudin, 2005: 11)

2.1.3 Kualitas Informasi

Kualitas informasi sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh 3 hal pokok, yaitu relevancy, accuracy, dan timeliness. (Wahyono, 2003 : 7 ).

1. Relevansi (relevancy)

Informasi dikatakan berkualitas jika relevan (memberikan manfaat) bagi pemakainya.

2. Akurasi (accuracy)

Informasi dikatakan akurat jika informasi tersebut tidak bias atau menyesatkan, bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus jelas mencerminkan maksudnya.

13   


(31)

3. Tepat Waktu (Timeliness)

Informasi yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan data datangnya tepat waktu.

2.2 Sistem Informasi

Sistem Informasi adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan informasi. (Ladjamudin, 2005: 13)

Menurut Budihar sistem informasi adalah suatu manusia-mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan. (Prahasta, 2005: 40)

2.2.1 Komponen Sistem Informasi

Sebuah sistem informasi yang lengkap memiliki kelengkapan sistem sebagai berikut: (Ladjamudin, 2005: 15)

1. Hardware

Bagian ini merupakan bagian perangkat keras sistem informasi, seperti komputer, printer, dan teknologi jaringan komputer.

2. Software

Bagian ini merupakan perangkat lunak sistem informasi yang berguna untuk memerintahkan komputer melaksanakan tugas yang harus dilakukan sesuai dengan inputan dari user atau

14   


(32)

pengguna. Software atau perangkat lunak digolongkan menjadi beberapa kelompok:

• Sistem Operasi, seperti program Microsoft Windows, Linux, dan lain sebagainya.

• Aplikasi, seperti Microsoft Office, Corel Draw, Arcview, dan lain sebagainya.

• Utilitas, seperti anti virus.

• Bahasa Pemrograman, seperti bahasa C, Borland Delphi, Java, VB dan lain-lain.

3. Data

Merupakan komponen dasar dari informasi yang akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan informasi.

4. Prosedur

Merupakan bagian yang berisikan dokumentasi prosedur atau proses-proses yang didalamnya terjadi dalam sistem.

5. Manusia

Merupakan bagian utama dalam suatu sistem informasi. Komponen manusia antara lain: Clerical personnel, First level

manager, staff specialist, management. (Wahyono,2003:19-21)

Manusia Mesin Hardware (Perangkat Keras) Software (Perangkat Lunak)

DATA Procedures(Prosedur) (Manusia)People

Gambar 2.2. Lima Komponen Sistem Informasi (Ladjamudin, 2005: 15)

15   


(33)

2.3 Sistem Informasi Geografis

2.3.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)

Geografi berasal dari gabungan kata geo dan graphy. Geo berati bumi, sedangkan graphy berarti proses penulisan, sehingga geografi berarti penulisan tentang bumi. (BBPT, 2003: 10).

Geografis merupakan bagian dari spasial (keruangan), mengandung pengertian suatu persoalan mengenai bumi : permukaan dua atau tiga dimensi.

Informasi geografis mengandung pengertian informasi mengenai tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi dimana suatu objek terletak di permukaan bumi, dan informasi mengenai keterangan-keterangan (atribut) yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan atau diketahui. (Prahasta, 2005 : 49)

Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi untuk masukan, manajemen data

16   


(34)

(penyimpanan dan pemanggilan data), analisis dan manipulasi data dan keluaran. (Prahasta, 2005 : 55)

2.3.2 Model Data

Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial.

Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik, bentuk garis (line) dan bentuk area (polygon).

Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data vektor. Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk kotak segi empat (grid)/sel, sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur.(Prahasta, 2005: 146) Model data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon) beserta atribut-atributnya. (Prahasta, 2005:158)

17   


(35)

2.3.3 Komponen Sistem Informasi Geografis

Gambar 2.3. Komponen SIG (Prahasta, 2005: 59)

Keterangan :

1. Komponen perangkat keras dalam SIG yang umum digunakan adalah CPU, RAM, storage, input device, output device, dan

peripheral lainnya.

2. Komponen perangkat lunak, merupakan suatu sistem untuk mengolah data dan informasi geografis, seperti ERDAS, ArcView, MapInfo, dan lain-lain.

3. Data dan Informasi, merupakan data atribut dari tabel-tabel dan laporan.

4. Manajemen, merupakan komponen yang berkaitan dengan perkembangan dan penguaasaan teknologi.

18   


(36)

Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan seluruh kesatuan cara kerja SIG yang merepresentasikan kondisi dunia nyata ke dalam komputer seperti pada peta yang mampu merepresentasikan keadaaan dunia nyata di atas kertas. Adapun proses untuk merepresentasikannya adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4. Subsistem-Subsistem SIG (Prahasta, 2005: 57)

1. Data Input : tahap ini mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Pada tahap ini pula mengkonversi atau mentransformasikan format-format data-data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.

2. Data Management : tahap ini, mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basisdata sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update, dan di-edit.

3. Data Manipulation dan Analysis : pada tahap ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Pada tahap

19   


(37)

ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

4. Data Output : tahap ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basisdata baik dalam bentuk

softcopy maupun bentuk hardcopy seperti: table, grafik, peta

dan lain-lain. (Prahasta, 2005: 57)

2.3.4 Kemampuan Sistem Informasi Geografis

Secara jelas, kemampuan SIG juga dapat dilihat dari pengertian atau definisinya. Kemampuan-kemapuan SIG yang diambil dari beberapa definisi SIG adalah sebagai berikut: (Prahasta, 2005: 72)

1. Memasukkan dan mengumpulkan data geografi. 2. Mengintegrasikan data geografi.

3. Memeriksa, meng-update (meng-edit) data geografi. 4. Menyimpan dan memangil kembali data geografi 5. Merepresentasikan atau menampilkan data geografi 6. Mengelola data geografi

7. Memanipulasi data geografi 8. Menganalisa data geografi

9. Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentuk-bentuk: peta tematik (view dan layout), table, grafik (chart)

20   


(38)

laporan (report), dan lainnya baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy.

Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya yang membuatnya menjadi berguna untuk berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang akan terjadi.

2.4 Hutan

Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem dikarenakan hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan pembentuk hutan, binatang liar dan lingkungannya tidak berdiri sendiri, tetapi saling mempengaruhi dan sangat erat kaitannya, serta tidak dapat dipisahkan karena saling bergantung antara satu dengan yang lainnya. Beberapa definisi hutan yang lazim digunakan : 1. Hutan ialah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumberdaya alam hayati yang disominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41 tahun 1999).

2. Hutan adalah lapangan yang ditumbuhi pepohonan yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya atau ekosistem (Kadri, dkk 1992).

3. Hutan adalah masyarakat tetumbuhan yang dikuasai atau didominasi oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan di luar hutan (Soerianegara, dkk 1982).

21   


(39)

2.4.1 Jenis Hutan

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang luas di dunia. Hutan di Indonesia dibagi menjadi 5 (lima) jenis1. Berikut di bawah ini adalah pembagian jenis-jenis hutan yang ada di Indonesia: A. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Iklim

Berdasarkan iklimnya, hutan-hutan di Indonesia dikelompokkan menjadi hutan hujan tropika dan hutan monsun (monsoon forest). 1. Hutan Hujan Tropika

Hutan hujan tropika adalah hutan yang terdapat didaerah tropis dengan curah hujan sangat tinggi. Hutan jenis ini sangat kaya akan flora dan fauna. Di kawasan ini keanekaragaman tumbuh-tumbuhan sangat tinggi. Luas hutan hujan tropika di Indonesia lebih kurang 66 juta hektar. Hutan hujan tropika berfungsi sebagai paru-paru dunia. Hutan hujan tropika terdapat di Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

2. Hutan Monsun

Hutan monsun disebut juga hutan musim. Hutan monsun tumbuh didaerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi, tetapi mempunyai musim kemarau yang panjang. Pada musim kemarau, tumbuhan di hutan monsun biasanya menggugurkan daunnya. Hutan monsun biasanya mempunyai tumbuhan sejenis,

       1

http://www.anakkendari.co.cc/2009/01/hutan-jenis-dan-manfaatannya/#more-24 [ 13 Januari

2010, Pukul 11.30 wib ]

22   


(40)

misalnya hutan jati, hutan bambu, dan hutan kapuk. Hutan monsun banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

B. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Variasi Iklim, Jenis Tanah, dan Bentang Alam

1. Kelompok Hutan Tropika

• Hutan Hujan Pegunungan Tinggi

• Hutan Hujan Pegunungan Rendah

• Hutan Tropika Dataran Rendah

• Hutan Subalpin

• Hutan Pantai

• Hutan Mangrove

• Hutan Rawa

• Hutan Kerangas

• Hutan Batu Kapur

• Hutan pada batu Ultra Basik

2. Kelompok Hutan Monsun

• Hutan Monsun Gugur Daun

• Hutan Monsun yang Selalu Hijau (Evergren)

• Sabana

23   


(41)

C. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Terbentuknya 1. Hutan Alam

Hutan alam adalah adalah suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon alami yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya. Hutan alam juga disebut hutan primer, yaitu hutan yang terbentuk tanpa campur tangan manusia

2. Hutan Buatan

Hutan buatan disebut hutan tanaman, yaitu hutan yang terbentuk karena campur tangan manusia.

D. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Statusnya

Berdasarkan statusnya, hutan di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Hutan negara, yaitu hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.

2. Hutan hak, yaitu hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Hak atas tanah, misalnya hak milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU), dan hak guna bangunan (HGB).

3. Hutan adat, yaitu hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.

24   


(42)

E. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Jenis Tanamannya 1. Hutan Homogen (Sejenis), yaitu hutan yang arealnya lebih dari

75 % ditutupi oleh satu jenis tumbuh-tumbuhan. Misalnya: hutan jati, hutan bambu, dan hutan pinus.

2. Hutan Heterogen(Campuran), yaitu hutan yang terdiri atas bermacam-macam jenis tumbuhan.

F. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Fungsinya

Berdasarkan pasal 6 undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, fungsi hutan di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi. Berdasarkan tiga fungsi tersebut, pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok, yaitu hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi.

1. Hutan Konservasi

Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan konservasi terdiri atas kawasan hutan suaka alam dan kawasan hutan pelestarian alam.

a. Hutan Suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistemnya serta

25   


(43)

berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan. Kawasan hutan suaka alam terdiri atas cagar alam, suaka margasatwa dan Taman Buru

b) Kawasan Hutan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik didarat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam terdiri atas taman nasional, taman hutan raya (TAHURA) dan taman wisata alam

2. Hutan Lindung

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan

3. Hutan Produksi

Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya serta pembangunan, industri, dan ekspor pada khususnya. Hutan produksi dibagi menjadi tiga, yaitu hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi tetap (HP), dan hutan produksi yang dapat dikonservasikan (HPK).

26   


(44)

2.4.2 Fungsi Hutan

Hutan memiliki banyak fungsi bagi kesejahteraan masyarakat, tidak hanya dilihat dari aspek ekonomi tapi dapat juga dilihat dari aspek lainnya. Adapun fungsi hutan2 antara lain:

a. Fungsi Ekonomi

ƒ Sebagai penghasil kayu dan hasil hutan lainnya seperti rotan, damar dan lain-lain

ƒ Sebagai penghasil devisa bagi negara b. Fungsi Ekologis

ƒ mempertahankan kesuburan tanah

ƒ mencegah terjadinya erosi

ƒ mencegah terjadinya banjir

ƒ sebagai tempat untuk mempertahankan keanekaragaman hayati c. Fungsi Klimatologis

ƒ sebagai penghasil oksigen

ƒ sebagai pengatur iklim d. Fungsi Hidrolis

ƒ sebagai pengatur tata air tanah

ƒ sebagi penyimpan air tanah

ƒ Mencegah intrusi air laut

       2

 http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=384&fname=materi4.html [ 13 Januari 2010,

Pukul 11.49 Wib ]

27   


(45)

2.4.3 Pengelolaan Hutan

Pengelolaan hutan bagi kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang perlu menjadi perhatian bersama, baik oleh pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Pemanfaatan nilai ekonomis hutan harus seimbang dengan upaya pelestarian lingkungan hidup sehingga hutan tetap dapat dimanfaatkan secara adil dan berkelanjutan. Berdasarkan UU No.41/1999 pasal 21, pengelolaan hutan meliputi:

1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan 2. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan 3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan

Tata batas

4. Perlindungan dan konservasi alam

Kegiatan tata hutan merupakan kegiatan awal dalam kegiatan pengelolaan hutan. Kegiatan tata hutan ini dilakukan oleh perum perhutani, kegiatan tersebut meliputi: (Perum Perhutani, 2006 : 2)

1.

2. Pembagian hutan 3. Inventarisasi hutan

4. Penyusunan rencana pengaturan kelestarian hutan

28   


(46)

Gambar 2.5. Mekanisme Kegiatan Tata Hutan Perum Perhutani (perum perhutani,2006:4)

2.5 Inventarisasi Hutan

Pengertian inventarisasi hutan3 dalam arti luas (konseptual) adalah mencari dan menyajikan data secara keseluruhan atas hutan meliputi; pertumbuhan pepohonan didalamnya. Arti sempit (operasional) adalah mencari dan menyajikan data potensi produksi hutan meliputi; luasan, volume kayu - standing stock, growing stock dan struktur tegakan yang ada didalamnya.

Inventarisasi Hutan dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang potensi hutan serta lingkungannya secara lengkap. Pada lingkup Perum Perhutani biasa disebut dengan risalah hutan (Perum

Perhutani, 2006:2).

      

3

 http://pohon-jati.blogspot.com/2009/03/inventarisasi-hutan.html [ 23 Oktober 2009, Pukul 21.49

Wib ]

29   


(47)

Metode Inventarisasi hutan yang sering dipakai di Indonesia adalah sebagai berikut : (wasganis-phpl pembinaan hutan, 2009:2)

A. Continous Strip Sampling (Sampling jalur sistematik)

Metode sampling jalur sistematik adalah, metode pengambilan sampel dengan unit sampel berupa petak ukur jalur yang terdistribusi secara sistematik. Sistematik disini diartikan jalur tersebar merata dengan lebar jalur dan jarak antar jalur yang selalu tetap dari satu jalur ke jalur lainnya

• Kebanyakan dilakukan diluar jawa

• Populasi cukup luas, ragamnya banyak

• Berbentuk jalur dengan lebar tertentu dan

• mengikuti pola sejajar satu dengan yang lain.

B. Line Plot Sampling (Sampling garis sistematik)

• Mirip dengan sistem jalur

• Sampling tidak harus nyambung

• Garis antar jalur tidak sejajar dan tergantung

• intensitas sampling.dan tergantung

• intensitas sampling.

C. Uniform systematic distribution (Sampling seragam dengan sebaran

sistematik)

• Kebanyakan dilakukan di jawa

• Area sudah tertata dan areal tidak luas

• Berbentuk sampel, jarak antar sampel berdekatan (seragam)

30   


(48)

Setiap metode sampel ini mempunyai bentuk sampel yang berbeda-beda, adapun bentuk sampel yang sering di pakai di Indonesia adalah sebagai berikut: (wasganis-phpl pembinaan hutan, 2009 : 2 )

1. Lingkaran (circular plot; circular sampling plot )

2. Empat persegi panjang / bujur sangkar (rectangular plot ) 3. Jalur ukur atau jalur coba (strip sampling / line sampling )

4. Tanpa petak (Ploitless sampling) antara lain point sampling (metoda bitterlich)

5. Contoh pohon ( tree sampling ).

6. Petak ukur dalam jalur ( line plot sampling/strip plot sampling )

2.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis memerlukan data baik data primer maupun sekunder. endapatkan data yang valiuntuk md, penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan cara mengkaji sumber teknis tertulis seperti dokumen, laporan tahunan, peraturan perundangan, makalah, dan sumber lainnya.(Dwiyanto,2008:2)

b. Studi Literature

Studi Literature4, yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain.

      

4

 http://komunitasmahasiswa.info/tag/studi-literatur/ [ 2 Oktober 2009, Pukul 15.22 Wib ] 

31   


(49)

Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah. Bagian ini akan dikaji lebih mendalam pada BAB II.

c. Observasi

Observasi adalah merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya (Jogiyanto, 2008:89)

d. Wawancara

Wawancara adalah komunikasi 2 (dua) arah untuk mendapatkan data dari responden. (Jogiyanto, 2008:65)

 

2.7 Metode Pengembangan Sistem

Pada penelitian ini, penulis menerapkan metode pengembangan sistem

Rapid Application Development (RAD) yang pertama kali dikembangkan

oleh IBM yang dikemukakan oleh James Martin (K.K.Aggarwal, 2005:27).

Rapid Aplication Development (RAD) merupakan model incremental dari

proses pengembangan perangkat lunak yang menekankan pada sedikitnya atau siklus pengembangan yang pendek. Model RAD merupakan adaptasi yang cepat dari model sekuensial yang didapatkan RAD dari penggunaan pengembangan berbasiskan komponen.(Pressman,2001:32)

32   


(50)

2.7.1 Tahapan-tahapan RAD

Tahapan-tahapan Rapid Application Development (RAD) yang dijabarkan oleh K.K. Aggarwal (Software Engineering, 2005:28) adalah sebagai berikut:

1. Requirement Planning

Requirement Planning (juga dikenal sebagai Concept Definition)

terdiri dari pertemuan antara tim perencanaan dan klien pengguna. Rapat berfokus daftar persyaratan awal serta menetapkan cakupan proyek. Tim perencanaan mengidentifikasi fungsi-fungsi bisnis utama dan awalnya memecah mereka ke departemen-departemen atau pengguna akhir (seperti Produk, Penjualan, Perusahaan, Sales Person).

2. User Design/User Description

Selama tahap User Design (juga dikenal sebagai User Description) tim analisis bertemu dengan pengguna akhir dalam rapat Joint

Application Development (JAD). Selama rapat tim analisis

memberikan hasil analisa secara lebih rinci, mengembangkan entitas yang dikembangkan dalam Requirement Planning menjadi model data (Entity Relationship Diagram), peraturan bisnis, mengembangkan rencana tes, dan menciptakan arus dan tata letak

interface (tampilan) untuk bagian-bagian penting sistem.

Dalam rangka menjaga iterasi pembangunan sesingkat mungkin, dan untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari RAD,

33   


(51)

persyaratan inti harus diidentifikasi dan ditargetkan untuk prototipe awal, dan kebutuhan sekunder harus diidentifikasi.

3. Construction

fase atau tahapan ini menggabungkan tahapan desain, coding dan testing pada proses model waterfall. pada tahapan ini tim pengembang memberikan prototipe perangkat lunak kepada pengguna untuk mendapatkan masukan.

4. Implementation (Cut Over)

Pada tahapan ini pengembang melakukan tiga kegiatan yaitu; testing kepada pengguna, instalasi sistem, dan pelatihan terhadap user.

Gambar 2.6. Tahapan-tahapan RAD (K.K.Aggarwal, 2005:28)

2.7.2 Alasan Penggunaan Metode RAD

Dalam penelitian ini, penulis memutuskan untuk menggunakan metode pengembangan sistem Rapid Application Development (RAD), dengan alasan :

a. Penelitian yang dilakukan masih berskala kecil. (pressman, 2001:32). Lingkup penelitian hanya di unit III perum perhutani.

34   


(52)

b. Waktu pengembangan singkat hanya 60-90 hari. (pressman, 2001:32)

c. Visual Basic mendukung untuk pengembangan dengan

menggunakan metode pengembangan sistem RAD5.

2.7.3 Perbandingan Dengan Metode Pengembangan Sistem Lainnya

Perbandingan metode RAD dengan metode pengembangan sistem lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1. Perbandingan Metode

SDLC RAD

OPEN SOURCE

OBJECTS JAD Prototyping End user

Kontrol Formal SIM Lemah Standar Gabungan Pengguna Pengguna Time Panjang Pendek Menengah Tergantung

Project Menengah Pendek Pendek Pengguna Banyak Beberapa Beberapa Varies Beberapa Satu atau

dua Satu Staff Sistem

Informasi Manajemen

Banyak Beberapa Ratusan Split Beberapa Beberapa Tidak Ada Transaksi

/ DSS

Transaksi Keduanya Keduanya Keduanya DSS DSS DSS

Interface Minimal Minimal Lemah Windows Kritis Kritis Kritis Dokumentasi

& Pelatihan

Penting Terbatas Internal Pada obyek Terbatas lemah Tidak ada

Integritas &

Keamanan Penting Penting

Tidak diketahui

Pada obyek Terbatas Lemah Lemah

Reusability Terbatas Ada Mungkin Penting Terbatas Lemah Tidak ada (Sumber : Post dan Anderson, 2006:67)

       5

http://www.webopedia.com/TERM/V/Visual_Basic.html [ 3 Oktober 2009, Pukul 10.43 Wib ]

35   


(53)

2.8 Unified Modelling Language (UML) 2.8.1 Definisi

UML didefinisikan sebagai notasi diagram untuk menggambarkan artefak dari Objects-Oriented Analysis Design (OOAD). Melalui UML kita dapat membayangkan, menentukan, membangun dan membuat dokumen aplikasi perangkat lunak. Ketika sistem perangkat lunak menjadi semakin besar dan semakin kompleks kita perlu mengelola kompleksitas itu, dalam arti, menyederhanakannya sehingga kita memiliki pemahaman yang lebih baik lagi. (Barclay dan Savage, 2004 : 3).

Dengan menggunakan diagram-diagram notasi UML,

developer dapat melakukan pemrograman kode yang biasa dikenal

dengan sebutan forward engineering6, yaitu proses tradisional mengubah abstraksi tingkat tinggi, desain logical dan implementasi mandiri ke dalam implementasi fisik dalam sebuah sistem.

Seperti bahasa-bahasa lainnya, UML mendefinisikan notasi dan syntax/semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna tertentu, dan UML syntax mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk tersebut dapat dikombinasikan. Notasi UML terutama diturunkan dari 3 notasi yang telah ada sebelumnya: Grady Booch OOD (Object-Oriented       

6

http://encyclopedia2.thefreedictionary.com/forward+engineering [ 22 November 20009, Pukul

11.49 Wib ]

36   


(54)

Design), Jim Rumbaugh OMT (Object Modeling Technique), dan Ivar Jacobson OOSE (Object-Oriented Software Engineering).

(Dharwiyanti, 2003:2)

Diagram-diagram yang terdapat di dalam pemodelan UML dan digunakan penulis dalam pembuatan aplikasi ini adalah sebagai berikut :

1. Use Case Diagram

Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang

diharapkan dari sebuah sistem. Yang ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana”. Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem.

(Dharwiyanti, 2003:5)

Gambar 2.7. Contoh use case diagram (Dharwiyanti, 2003:5)

37   


(55)

2. Class Diagram

Class diagram adalah sebuah spesifikasi yang jika

diinstansiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class diagram menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi). (Dharwiyanti, 2003:5). Class diagram menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan objek beserta hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan, asosiasi, dan lain-lain. Classdiagram memiliki tiga area pokok :

1. Nama (dan stereotype) 2. Atribut

3. Metoda

Gambar 2.8. Contoh Class Diagram (Dharwiyanti, 2003:5)

3. Statechart Diagram

Statechart diagram menggambarkan transisi dan perubahan

keadaan (dari satu state ke state lainnya) suatu objek pada sistem sebagai akibat dari stimuli yang diterima. Pada umumnya

38   


(56)

statechart diagram menggambarkan class tertentu (satu class dapat memiliki lebih dari satu statechart diagram)

(Dharwiyanti,2003:7).

Gambar 2.9. Contoh Statechart Diagram (Dharwiyanti,2003:7)

4. Activity Diagram

Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas

dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi.

Activity diagram merupakan state diagram khusus, di mana

sebagian besar state adalah action dan sebagian besar transisi

di-trigger oleh selesainya state sebelumnya (internal processing).

Oleh karena itu activity diagram tidak menggambarkan behaviour internal sebuah sistem (dan interaksi antar subsistem) secara

39   


(57)

eksak atau tepat, tetapi lebih menggambarkan proses-proses dan jalur-jalur aktivitas dari level atas secara umum. (Dharwiyanti, 2003:7)

Gambar 2.10. Contoh Activity Diagram (Dharwiyanti, 2003:8)

5. Sequence Diagram

Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di

dalam dan di sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu.

Sequence diagram terdiri atar dimensi vertikal (waktu) dan

dimensi horizontal (objek-objek yang terkait).

Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan

skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respon dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang menjadi trigger aktivitas tersebut, proses

40   


(58)

dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan. (Dharwiyanti, 2003:8)

Main ui Object1 Object1 Object2

Message1

Message2

Message1

Message2

Message1 Message2 Actor1

Message1

Message2

Message1

Gambar 2.11. Contoh Sequence Diagram (Sun Services, 2003:115)

6. Collaboration Diagram

Collaboration diagram juga menggambarkan interaksi antar

objek seperti sequence diagram, tetapi lebih menekankan pada peran masing-masing objek dan bukan pada waktu penyampaian

message.

Setiap message memiliki sequence number, di mana

message dari level tertinggi memiliki nomor 1. Messages dari

level yang sama memiliki prefiks yang sama. (Dharwiyanti, 2003:9)

41   


(59)

Gambar 2.12. Contoh Collaboration Diagram (Dharwiyanti, 2003:9)

7. Component Diagram

Component diagram menggambarkan struktur dan

hubungan antar komponen piranti lunak, termasuk ketergantungan (dependency) di antaranya. Komponen piranti lunak adalah modul berisi code, baik berisi source code maupun

binary code, baik library maupun executable, baik yang muncul

pada compile time, link time, maupun run time. Umumnya komponen terbentuk dari beberapa class dan/atau package, tapi dapat juga dari komponen-komponen yang lebih kecil.

(Dharwiyanti, 2003:9)

42   


(60)

Gambar 2.13. Contoh Component Diagram (Dharwiyanti, 2003:10)

8. Deployment Diagram

Deployment/physical diagram menggambarkan detail

bagaimana komponen di-deploy dalam infrastruktur sistem, di mana komponen akan terletak (pada mesin, server atau piranti keras apa), bagaimana kemampuan jaringan pada lokasi tersebut, spesifikasi server, dan hal-hal lain yang bersifat fisik. Sebuah node adalah server, workstation, atau piranti keras lain yang digunakan untuk men-deploy komponen dalam lingkungan sebenarnya. Hubungan antar node (misalnya TCP/IP) dan

43   


(61)

requirement dapat juga didefinisikan dalam diagram ini. (Dharwiyanti, 2003:10)

Gambar 2.14. Contoh Deployment Diagram (Dharwiyanti, 2003:11)

Pada penelitian ini, penulis menggunakan perangkat lunak eDraw 5.0 dan Microsoft Visio 2007 dalam merancang aplikasi.

44   


(62)

Tabel 2.2. Notasi UML

No Notasi Keterangan

1 Class Diagram, digunakan untuk mengambarkan kelas-kelas program. Terdiri atas nama kelas-kelas, atribute yaitu

properties yang dimiliki oleh kelas, dan operation yaitu

aktifitas yang dapat dilakukan oleh kelas tersebut

2 Relationship merupakan hubungan antar class. Dapat

berupa one to one, one to many, maupun many to one 3 Aktor merupakan pelaku-pelaku yang terlibat di dalam

sistem.

4 Use case merupakan penjelasan kegiatan-kegiatan yang

ada di dalam sistem

5 Initial node digunakan sebagai notasi awal dari proses

yang dijalankan.

6 Action merupakan notasi yang menggambarkan aksi yang

terjadi di dalam suatu proses

7 Activity Final Node merupakan notasi yang

melambangkan akhir dari sebuah proses

8 Activity merupakan aktifitas yang ada di dalam sistem.

Biasa digunakan pada proses yang melibatkan proses lainnya.

9 Activity dengan parameter biasa digunakan pada proses

yang melibatkan proses lainnya serta mengambil parameter dari proses tersebut.

10 Lifeline merupakan state dari sebuah proses yang ada di

dalam sistem. Nantinya, setiap bagian dari proses akan berhenti pada lifeline yang sesuai.

(Sun Services, 2003:1-225)

45   


(63)

2.9 Flow Chart

Flowchart merupakan bagan alir yang menggambarkan urutan logika

dari suatu prosedur pemecahan masalah. Tujuan utama dari penggunaan

flowchart adalah untuk menggambarkan suatu tahapan penyelesaian

masalah secara sederhana, terurai, rapi dan jelas dengan menggunakan simbol-simbol standar. Dalam flowchart dikenal dua macam bentuk, yaitu

flowchart dan program flowchart. Flowchart menggambarkan tahapan

proses dari suatu sistem termasuk multimedia. Sedangkan program

flowchart menggambarkan urutan-urutan intruksi dari suatu program

komputer (Ladjamudin, 2005 : 113), Simbol-simbol flowchart antara lain:

Tabel 2.3 Simbol Flowchart

SIMBOL KEGUNAAN

\Simbol Arus/Flow

Untuk menghubungkan antara simbol yang satu dengan simbol lainnya

Simbol Manual Operation

Simbol yang menunjukan pengolahan yang dilakukan secara manual

Simbol Decission

Simbol untuk kondisi yang akan menghasilkan beberapa kemungkinan jawaban/aksi.

Simbol Predefined Process

Simbol untuk mempersiapkan penyimpanan yang akan digunakan sebagai tempat pengolahan di dalam

Simbol Terminal

Simbol untuk permulaan atau akhir dari program.

46   


(64)

Simbol Keying Operation

Simbol untuk operasi dengan menggunakan mesin yang mempunyai keyboard

Simbol Manual Input.

Simbol untuk pemasukan data secara manual on-line keyboard

(Ladjamudin, 2005: 113)

2.10 Perangkat Lunak Pengembangan Sistem 2.10.1 Visual Basic 6.0

Visual Basic adalah sebuah bahasa dan lingkungan pemrograman yang dikembangkan oleh Microsoft yang di buat berdasarkan pada bahasa BASIC, Visual Basic adalah salah satu dari produk yang menyediakan lingkungan pemrograman grafis untuk mengembangkan antarmuka pengguna. Pemrogram dapat menambahkan sejumlah besar kode hanya dengan menarik dan melepas kontrol, seperti tombol dan kotak dialog, dan kemudian menentukan tampilan dan perilaku mereka.

Ledakan pemakaian Visual Basic ditandai dengan kemampuan

Visual Basic untuk dapat berinteraksi dengan aplikasi lain di dalam

sistem operasi Windows dengan komponen ActiveX Control. Dengan komponen ini memungkinkan penguna untuk memanggil dan menggunakan semua model data yang ada di dalam sistem operasi windows. Hal ini juga ditunjang dengan teknik pemrograman di dalam Visual Basic yang mengadopsi dua macam jenis

47   


(65)

pemrograman yaitu Pemrograman Visual dan Object Oriented

Programming (OOP). (kurniadi, 2001: 1-5)

2.10.1.1 Antar Muka Visual Basic 6.0

Interface antar muka Visual Basic 6.0, berisi menu,

toolbar, toolbox, form, project explorer dan property seperti

terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.15. Antar muka VB 6.0

(kurniadi, 2001:11)

Pembuatan program aplikasi menggunakan Visual Basic dilakukan dengan membuat tampilan aplikasi pada form, kemudian diberi script program di dalam komponen-komponen yang diperlukan. Form disusun oleh komponen-komponen yang berada di [Toolbox], dan setiap komponen yang dipakai diatur propertinya lewat jendela [Property].

48   


(66)

Menu pada dasarnya adalah operasional standar di dalam sistem operasi windows, seperti membuat form baru, membuat project baru, membuka project dan menyimpan

project. Toolbox berisi komponen-komponen yang bisa

digunakan oleh suatu project aktif. Komponen standar dalam toolbox dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.16. Tampilan toolbox

(kurniadi, 2001:17)

Property pada tampilan antar muka Visual Basic terletak di sebelah kanan, seperti gambar berikut:

Gambar 2.17. Interface Property

(kurniadi, 2001:18)

49   


(67)

2.10.2 Map Objects v2.2

MapObjects7 adalah sebuah ActiveX control atau komponen

tambahan yang memiliki kemampuan untuk mengautomatisasi objek yang dapat di pakai di dalam banyak lingkungan pemrograman berbasiskan Windows seperti Visual Basic, Visual Basic for

Applications (VBA), Visual C++, Visual Studio.NET (VB.NET and

C#), Delphi, Borland C++ Builder, Visual FoxPro, and

PowerBuilder.

Gambar 2.18. contoh program menggunakan MapObjects (http://www.geoprise.net/MapObjects.html)

Beberapa kemampuan8 dari MapObjects adalah sebagai berikut: • On-the-fly projection

Pengguna dapat menggabungkan data dari semua proyeksi ke proyeksi yang umum untuk dilihat dan dianalisis. Dan juga setiap lapisan peta dapat diekspor ke proyeksi baru. MapObjects sekarang terintegrasi dengan ESRI's ArcInfo

projection engine.

       7

http://www.geoprise.net/MapObjects.html [ 11 November 2009, Pukul 14.34 wib ]

8

http://www.idasnet.com/idas_site/idasnet_eng/products/gis_software/esri/mapobjects.htm [ 12

November 2009, Pukul 15.10 wib ] 

50   


(68)

Unparalleled data support

MapObjects menawarkan dukungan secara langsung terhadap sumber data yang luas, seperti:

o Format standard GIS (ArcInfo coverages, ESRI shapefiles,

and ESRI GRID)

o Format Computer-aided design (CAD) seperti: (DGN,

DXF, and DWG), CAD world files, dan AutoCAD 2000 DWG files

o Akses ke database eksternal melalui ActiveX Data Objects

(ADO), Data Access Objects (DAO), dan Open Database

Connectivity (ODBC)

o Image katalog, dan berbagai format gambar seperti :

GeoTIFF, TIFF, JPEG, GIF, ERDAS, and MrSID

o ESRI's ArcView StreetMap untuk geocoding

o ArcSDE (ESRI's Spatial Database Engine) databases o Format yang umum digunakan oleh militer seperti: Vector

Product Format (VPF) dan ASRP/USRP.

Advanced data handling

MapObjects menyediakan penyaring spasial dan atribut yang kuat untuk mengoptimalkan kinerja. Sebagai pilihan, pengembang dapat mengakses program aplikasi ArcSDE antarmuka (API) langsung dari aplikasi MapObjects. Gambar

51   


(69)

MapObjects juga mendukung transparansi, layar, dan output, serta rotasi dari kedua vektor dan data raster lapisan.

State-of-the-art geocoding capabilities

MapObjects memungkinkan untuk dilakukannya penyamaan alamat secara cepat dan akurat, termasuk alamat internasional dan proses penolakannya. Dengan dukungan terhadap StreetMap, anda dapat membaca, menampilkan dan geocode

sebuah alamat jalan dari database StreetMap yang terkompresi

dengan baik.

Support for Web-based mapping

MapObjects memiliki built-in compatibility dengan

middleware ESRI's ArcIMS Web connectivity. Dengan begitu

anda dapat menggunakan MapObjects untuk menaruh peta dinamis dan customizable di Internet menggunakan teknologi ArcIMS.

Enhanced GPS management

MapObjects mendukung pelacakan dinamis untuk titik, garis, poligon, persegi panjang, dan elipsis, sehingga mudah untuk mengelola kegiatan GPS.

Geometric functions

MapObjects mencakup geometri spasial yang kuat library untuk unions, intersections, and buffers.

52   


(70)

Run-time deployment utility

Setelah Anda berhasil membangun aplikasi Anda, penyebaran menjadi faktor kritis. MapObjects Run-time deployment utility membantu Anda untuk mendistribusikan aplikasi Anda dengan mudah dan efisien.

Versioning capabilities

MapObjects mendukung versioning untuk ArcSDE layer; kita

dapat koneksi ke versi ArcSDE dan memungkinkan Anda untuk melihatnya. Selain itu, Anda dapat mengidentifikasi dan memilih versi yang didasarkan pada nama versi.

Helpful controls

MapObjects menawarkan bar legenda dan kontrol skala,

termasuk kode sumber, yang dirancang untuk memudahkan Anda untuk mengembangkan aplikasi Anda. Ini didasarkan pada kontrol yang sama yang digunakan dalam perangkat lunak ArcExplorer, ESRI's GIS data browser.

Rich set of powerful mapping and GIS component tools Peralatan ini memungkinkan Anda untuk menampilkan, query, dan menganalisa data peta dinamis.

Feature rendering using thematic methods

Anda dapat dengan mudah menambah nilai peta, klasifikasi kelas, symbol gradasi, kerapatan dot peta, dan grafik pie dan bar untuk aplikasi Anda.

53   


(71)

Feature attribute selection and query

Queries dapat dilakukan dengan standard SQL expressions.

2.10.3 Ms. Sql Server 2000

Microsoft SQL Server9 adalah sebuah sistem manajemen basis data relasional (RDBMS) salah satu produkMicrosoft. Bahasa query utamanya Transact-SQL yang merupakan implementasi dari SQL standar ANSI/ISO yang digunakan oleh Microsoft dan Sybase.

Umumnya SQL Server digunakan di dunia bisnis yang memiliki basis data berskala kecil sampai dengan menengah, tetapi kemudian berkembang dengan digunakannya SQL Server pada basis data besar. Popularitas SQL Server akhir-akhir ini mulai menanjak dan setara dengan pesaing terdekatnya yaitu Oracle 9i dan Oracle 10g.

Microsoft SQL Server dan Sybase/ASE dapat berkomunikasi lewat jaringan dengan menggunakan protocol TDS (Tabular Data

Stream). Selain dari itu, Microsoft SQL Server juga mendukung

ODBC (Open Database Connectivity), dan mempunyai driver JDBC untuk bahasa pemrogramanJava.

SQL Server 2000 memiliki beberapa versi antara lain (Choirul Amri, 2003:1) :

• SQL Server Personal Edition

       9

http://id.wikipedia.org/wiki/Microsoft_SQL_Server [ 14 November 2009, Pukul 15.15 wib ] 

54   


(72)

• SQL Server Developer Edition • SQL Server Enterprise Edition • SQL Server Standard Edition • SQL Server Desktop Engine

• SQL Server for Windows CE Edition

Masing masing versi memiliki perbedaan dalam hal ukuran database maksimum, RAM, jumlah koneksi, serta berbagai feature lainnya.

2.8.3.1 Instalasi Sql Server

Pada saat memulai, Anda harus menentukan lokasi instalasi apakah di local computer, atau di komputer lain dalam jaringan.

Gambar 2.19. Computer names selection (Choirul Amri, 2003:2)

55   


(73)

Selanjutnya pilih Create New Instance agar SQL Server membuat instalasi baru.

Gambar 2.20. Installation Selection (Choirul Amri, 2003:3)

Langkah berikutnya adalah menentukan komponen yang akan diinstal. Pilih server and Client Tools yang meliputi database engine sebagai inti SQL Server dan client tools yang berfungsi sebagai interface untuk mengatur dan setup

SQL Server.

Gambar 2.21. Instance Names (Choirul Amri, 2003:3)

56   


(74)

Apabila Anda belum memiliki instalasi SQL Server di komputer tersebut, pilih “Default”. Jika sudah ada SQL

Server di komputer, Anda dapat membuat instance baru

sehingga terdapat 2 SQL Server di komputer Anda. Tipe instalasi Typical sudah cukup mewakili untuk berbagai feature yang dibutuhkan dalam membuat aplikasi.

Gambar 2.22. Setup type (Choirul Amri, 2003:4)

Pada bagian service setting, pilih local system account. Artinya SQL Server menggunakan account system di OS untuk menjalankan servicenya. Anda dapat juga menggunakan account yang terdapat di domain/Active

Directory maupun account user tertentu untuk menjalankan

service tersebut.

57   


(75)

Gambar 2.23. Service Accounts (Choirul Amri, 2000:4)

Untuk mode Autentikasi, sebaiknya dipilih Windows

Authentication yang lebih menjamin keamanan karena

terintegrasi dengan Windows.

Biasanya SQL Server di internet/Web Hosting menggunakan Mixed Mode, sehingga setiap user/pelanggan dapat membuat login di SQL Server tanpa harus memiliki login di sistem Windows. Selanjutnya proses instalasi akan mengcopy file ke komputer. Setelah proses selesai maka Anda sudah siap bekerja dengan SQL Server.

2.8.3.2 Interface (Antar Muka) Sql Server 2000

Ada 3 interface utama saat Anda bekerja dengan SQL Server:

1. Enterprise Manager

Merupakan interface utama dan paling sering

58   


(76)

digunakan oleh administrator database. Bagian ini mengandung sebagaian besar fungsi-fungsi pokok dalam mengatur database.

Gambar 2.24. Enterprise Manager (Choirul Amri, 2003:6)

Di dalam folder database ditampilkan berbagai

database yang ada. Database master, model, msdb,

dan tempdb merupakan default system database yang

diperlukan agar SQL Server dapat berfungsi baik. Sedangkan NorthWind dan pubs adalah database sampel yang dapat digunakan untuk berlatih perintah SQL maupun administration job. Di dalam folder

Security terdapat tool Login yang berisi daftar user di

dalam database. Di bagian ini semua manajemen menyangkut user account dilakukan.

59   


(77)

2. Query Analyser

Tool ini merupakan interface utama dalam melakukan pemrograman di SQL Server. Bahasa yang digunakan adalah Transact SQL (T-SQL). Anda dapat membuat perintah untuk mengambil data, sortir, manipulasi data serta melakukan perhitungan tertentu terhadap sekumpulan data dalam database.

Script yang telah dibuat dapat disimpan sebagai View ataupun Stored Procedure, sesuai dengan kebutuhan dalam pembuatan aplikasi.

Gambar 2.25. Query Analyzer (Choirul Amri, 2003:7)

Di dalam Query Analyser juga tersedia tool lainnya, misalnya yang digunakan untuk menganalis performa sebuah query dan mencari alternatif agar

60   


(78)

query tersebut dapat lebih dioptimalkan. Apabila

toolbar Estimated Execution Plan diaktifkan maka

ditampilkan estimasi waktu dan urutan eksekusi sebuah perintah.

Gambar 2.26. Contoh penggunaan Query Analyzer (Choirul Amri, 2003 : 9)

Query Analyser juga dapat digunakan untuk membuat script sebuah database maupun obyek-obyek di dalamnya. Script ini selanjutnya dapat dijalankan di server lain untuk membuat database yang serupa, atau digunakan dalam sebuah aplikasi untuk mendukung pemrograman.

3. Service Manager

Digunakan untuk mengatur service yang ada di SQL Server, apakah akan dijalankan atau dimatikan.

61   


(79)

Sebuah service juga dapat disetup agar berjalan otomatis sebagai Windows service, atau dijalankan secara manual.

Gambar 2.27. Service Manager (Choirul Amri, 2003:14).

Ada 3 service standar dalam setiap instalasi default SQL Server:

Distributed Transaction Coordinator

SQL Server

SQL Server Agent

2.10.4 ArcView 3.3

Software ArcView merupakan salah satu perangkat lunak

sistem informasi geografis dan pemetaan yang telah dikembangkan oleh para ahli yang tergabung dalam ESRI (Environmental Sistem

Research Institute). (Nuarsa, 2005:5)

62   


(80)

Dengan ArcView10, pengguna dapat memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan visualisasi, meng-eksplorasi, menjawab query (baik basis data spasial maupun non-spasial), menganalisis data secara geografis, dan sebagainya Dari struktur data yang telah dibahas di atas, Arcview lebih memfokuskan pada struktur data vektor. Selain itu untuk menggambarkan dan juga menganalisa peta dan informasi spasial diperlukan tambahan aplikasi yaitu menggunakan Spatial Analyst 2.0a.. Kemampuan-kemampuan perangkat SIG ArcView sebagai berikut :

1. Pertukaran data: membaca dan menuliskan data dari dan ke dalam format perangkat lunak SIG lainnya.

2. Melakukan analisis statistik dan operasi-operasi matematis. 3. Menampilkan informasi (basis data) spasial maupun atribut. 4. Menjawab query spasial maupun atribut

5. Melakukan fungsi-fungsi dasar SIG 6. Membuat peta tematik

ArcView terdiri dari beberapa komponen :

1. Project

Project merupakan suatu unit organisasi tertinggi di dalam

ArcView yang dapat digunakan untuk menyimpan, mengelompokkan, dan mengorganisasikan komponen-      

10

http://www.esri.com/software/arcgis/arcview/index.html [ 14 November 2009, Pukul 15.17 wib]

63   


(81)

komponen program: view, theme, table, chart, layout, dan

script dalam satu kesatuan yang utuh.

2. Theme

Merupakan kumpulan dari beberapa layer ArcView yang membentuk suatu tematik tertentu.

3. View

Merupakan representasi grafis informasi spasial dan dapat menampung beberapa “layer” atau “theme” informasi spasial (titik, gatis, polygon dan citra raster).

4. Table

Merupakan representasi data ArcView berisi fata atribut dari layer tertentu.

5. Chart

Merupakan representasi grafis dari table data.

6. Layout

Digunakan untuk menggabungkan semua dokumen (view,

table, dan chart)

7. Script

Merupakan bahasa semi pemrograman sederhana yang digunakan untuk mengotomasikan kerja ArcView.

64   


(1)

Lampiran A-1 (Wawancara dengan Forester)

Hari / Tanggal : Rabu, 12 Agustus 2009 Tempat : RPH Tenjo Bogor

Pertanyaan :

1. Bagaimana prosedur pengolahan data inventarisasi hutan yang dilakukan oleh perum perhutani ?

2. Bagaimana proses inventarisasi hutan yang dilakukan oleh perum perhutani ? 3. Masalah apa saja yang sering terjadi dalam proses tersebut ?

4. Langkah – langkah apa saja yang dilakukan dalam mengatasi masalah – masalah tersebut ?

Jawaban :

1. Prosedur pengolahan data nya adalah sebagai berikut BKPH (bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan) melakukan Ground Checking yang pelaksanaannya bekerja sama dengan RPH (Resort Pemangkuan Hutan). Hasil Ground Checking diberikan kepada KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) oleh BKPH, Data diberikan kepada SPH dan diolah menjadi peta batas wilayah. Peta batas wilayah di distribusikan kepada KPH. KPH yang telah mendapatkan data peta batas wilayah memberikan data peta wilayah tersebut kepada BKPH, proses


(2)

selanjutnya yaitu pembuatan dokumen narasi dari peta batas wilayah. dan melakukan pendistribusian kepada RPH. Setelah itu adalah proses pembuatan peta batas wilayah. Peta batas wilayah yang dibuat oleh pihak RPH merupakan acuan untuk melakukan inventarisasi hutan atau risalah hutan terhadap area kerja masing-masing RPH.

Inventarisasi hutan dilakukan oleh RPH dengan menggunakan pencatatan melalui form tally sheet secara manual yang kemudian dikirimkankan kepada BKPH. Hasil risalah hutan yang didapatkan oleh SPH kemudian diolah dan dimasukan ke database inventarisasi hutan melalui aplikasi SISDH-PDE. Data hasil pengolahan yang telah dibuat menjadi RPKH kemudian di distribusikan kepada masing KPH, BKPH dan RPH.

2. Dilakukannya Ground checking untuk lengkapnya ada di buku pedoman inventarisasi hutan.

3. Masalah yang sering terjadi dalam proses inverntarisasi data adalah keterlambatan data, redudansi data, ketidak sinkronan antar data yang ada, dan lain sebagainya, lebih utamanya data batas wilayah karena data atribut lainnya kami yang mengukur dan mencatat.

4. Sampai saat ini cara yang paling sering dilakukan biasanya semua forester di RPH dan BKPH mempunyai data cadangan untuk diserahkan kepada SPH akan tetapi yang jadi permasalahan kadang- kadang kami juga lupa untuk membuat data cadangan tersebut.


(3)

Lampiran A-2 (Wawancara dengan Kepada SPH I Bogor)

Hari / Tanggal : Jum’at 19 Juni 2009

Tempat : Seksi Perencanaan Hutan I, Bogor, Jl. Siliwangi No. 19, Bogor 16142

Pertanyaan :

1. Bagaimana sejarah perum perhutani ? 2. Apa fungsi dan tugas perum perhutani ?

3. Apakah proses pengolahan data inventarisasi hutan telah berjalan dengan baik ? 4. Masalah apa yang sering terjadi dalam proses tersebut ? dan langkah

permecahan masalah apa yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut ?

5. Bagaimana keadan hutan akasia parung panjang ? 6. Bagaimana struktur organisasi perum perhutani ?

Jawaban :

1. Perum Perhutani menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 15 tahun 1972 dengan wilayah kerja pada awalnya kawasan hutan negara di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berdasarkan PP nomor 2 tahun 1978, kawasan wilayah kerjanya


(4)

diperluas sampai kawasan hutan negara di provinsi Jawa Barat. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di websitenya. Di www.perumperhutani.com

2. eru, perhutani in berupa BUMN maka tujuannyaa dalah memupuk

keuntungan. Dan menyelenggarakan pengelolaan hutan , lebih detail bisa dilihat di website nya juga

Ya karena p

3. Bisa dikatakan cukup baik, walaupun masih ada yang perlu diperbaiki, sebagai contoh redudansi data yang tidak perlu.

4. Seperti yang saya bilang tadi, masalah utama adalah redudansi data yang mengakibatkan pengolahan data menjadi terhambat. Langkah yang paling baik kami lakukan saat ini adalah menyuruh pihak RPH dan BKPH untuk melakukan cek ulang terhadap data yang akan diberikan kepada kami.

5. Keadaan hutan akasia selengkapnya bisa dilihat di buku rencana pengaturan kelestarian hutan kelas perusahaan acacia mangium yang akan saya berikan kopiannya nanti.

6. Kalau struktur organisasi saya tidak hapal jadi, bisa dilihat di gambar yang ada di depan atau di websitenya juga ada.


(5)

Lampiran A-3 (Wawancara dengan Administrator SISDH-PDE)

Hari / Tanggal : Jum’at 19 Juni 2009

Tempat : Seksi Perencanaan Hutan I, Bogor, Jl. Siliwangi No. 19, Bogor 16142

Pertanyaan :

1. Bagaimana prosedur pengolahan data inventarisasi hutan ?

2. Masalah apa yang sering terjadi dan langkah apa yang dilakukan untuk mengatasinya ?

3. Bagaimana bentuk (format) penyimpanan data yang ada di perum perhutani ? dan Software apa yang dipunyai (dipakai) oleh perum perhutani ?

4. Bagaimana bentuk sistem yang diinginkan agar memperlancar proses tersebut ? 5. Input dan Output apa yang diharapkan dapat dicapai oleh sistem ?

6. User siapa saja yang akan menggunakan sistem ini ?

Jawaban :

1. Prosedurnya adalah forester melakukan ground checking yang hasilnya dikirimkan ke kami untuk dibuat peta batas wilayah, setelah itu dilakukan lah pembuatan dokumen narasi dan setelahnya adalah inventarisasi hutan yang dilakukan RPH. Data yang dikirimkan dir ph kami olah dengan aplikasi


(6)

SISDH-PDE. Setelah menjadi RPKH kami mendistribusikannya kepada KPH,BKPH dan RPH.

2. Masalah yang sering terjadi dalam proses inverntarisasi data adalah keterlambatan data, redudansi data, ketidak sinkronan antar data yang ada, dan lain sebagainya, lebih utamanya data batas wilayah karena data atribut lainnya kami yang mengukur dan mencatat.

3. Bentuk penyimpanan data biasanya dilakukan dengan hardcopy maupun softcopy. Data softcopy biasanya adalah excel, .dbase, .dbf dan database dari aplikasi SISDH-PDE. Kami juga puny license untuk MS SQL server 2000, Windows XP, Visual Basic 6, Visual Fox Pro, dan lainnya

4. Bentuk sistem yang diinginkan kalo bisa client server tapi berbasis desktop, sehingga forester dapat langsung memasukan data nya sesuai dengan wilayah kerja.

5. Input data yang sinkron antara data spasial dan data atribut, serta outputnya adalah bahan acuan untuk penyusunan RPKH.

6. Biasanya user yang diharapkan untuk melakukan inputan data adalah saya sebagai admin, forester dan pihak ketiga yang hanya bisa melihat data tanpa bisa melakukan manipulasi terhadap data tersebut.