Gambaran Perilaku Para Pekerja Jalan Raya tentang Penggunaan Antioksidan dan Tindakan Pencegahan dalam Menangkal Radikal Bebas di Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010

(1)

GAMBARAN PERILAKU PARA PEKERJA JALAN RAYA

TENTANG PENGGUNAAN ANTIOKSIDAN DAN TINDAKAN

PENCEGAHAN DALAM MENANGKAL RADIKAL BEBAS

DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS

TAHUN 2010

OLEH:

R. ISMAIL HADYATHMA

070100002

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

GAMBARAN PERILAKU PARA PEKERJA JALAN RAYA TENTANG PENGGUNAAN ANTIOKSIDAN DAN TINDAKAN PENCEGAHAN DALAM

MENANGKAL RADIKAL BEBAS DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS

TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

“ Karya Tullis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran ”

OLEH:

R. ISMAIL HADYATHMA 070100002

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN PERILAKU PARA PEKERJA JALAN RAYA TENTANG PENGGUNAAN ANTIOKSIDAN DAN TINDAKAN PENCEGAHAN DALAM

MENANGKAL RADIKAL BEBAS DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS

TAHUN 2010

Nama : R. Ismail Hadyathma NIM : 070100002

Pembimbing Penguji I

(dr. Simon Marpaung, M.Kes)

NIP. 194512171969021001 NIP. 197604202003122002 Penguji II

NIP. 197906032003122001 Medan, 15 Desember 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP. 195402201980111001


(4)

ABSTRAK

Pada abad ke 20, istilah radikal bebas diartikan sebagai molekul yang relatif tidak stabil yang berlebihan dan akan menyerang bagian tubuh yang sehat maupun yang tidak sehat sehingga terjadi penyakit. Organisasi Kesehatan dunia (WHO), memperkirakan bahwa hampir 80-90% penyakit kanker disebabkan oleh terpapar radikal bebas. Untuk memperbaiki keadaan ini tubuh membentuk pembasmi radikal bebas yang dikenal sebagai Antioksidan. Maka dari itu sangat penting untuk melihat bagaimana perilaku penggunaan antioksidan dalam menangkal radikal bebas pada masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) para pekerja jalan raya tentang penggunaan antioksidan dan tindakan pencegahan dalam menangkal radikal bebas di Kecamatan Medan Amplas tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain studi Cross Sectional yang mengunakan 100 sampel. Pengambilan sampel dengan metode judgmental sampling atau purposive sampling. Pengambilan data dengan kuesioner. Analisa data berupa distribusi frekuensi.

Dari analisa data 100 responden, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut karateristik kelompok umur terbanyak pada usia 31 sampai 40 tahun yaitu sebanyak 31 orang (31%), untuk jenis kelamin terbanyak adalah pria sebesar 86% (86 orang), jenis pekerjaan terbanyak yaitu tukang becak motor sebanyak 38 orang (38%), dan tingkat pendidikan paling banyak adalah SMA sebesar 47% (47 orang). Sedangkan untuk gambaran perilaku terbanyak yaitu pengetahuan cukup sebanyak 50 orang (50%), sikap cukup sebanyak 60 orang (60%), tindakan baik yaitu 53 orang (53%), dan pencegahan mengambarkan hasil paling banyak baik yaitu 87 orang (87%).

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah gambaran perilaku para pekerja jalan raya tentang penggunaan antioksidan dan tindakan pencegahan dalam menangkal radikal bebas adalah cukup untuk pengetahuan dan sikap serta baik untuk tindakan dan pencegahan. Bagi penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian mencari apakah ada hubungan penggunaan antioksidan dalam mencegah penyakit akibat radikal bebas.


(5)

ABSTRACT

In the 20 century, free radical has a meaning as unstable molecules which has one or more unpaired electrons in its outer orbit and attack the healthy and unhealthy part of body and then become a diseases. World Health Organization estimates that almost 80-90% cancer is caused by free radical. The body forms substance againts free radical to fix this situation, which known as antioxidan. It is impotrant to know how the behavior of antioxidan use in the community to avoid free radical.

This study is made to know the knowledge, attitude and action of the worker in the street about antioxidan use and preventing action in avoid free radical at Kecamatan Medan Amplas 2010. It is descriptive study with cross sectional design which uses 100 samples. The samples were taken by using judgmental sampling or purposive sampling. Instruments to take data with questionnaire. The analysis of data is made into distribution of frequency.

From 100 respondents, it is known that the results of study are the most characteristic group of age is in 31-40 years old which is 31 persons (31%), the most sexual group is man which is 86 persons (86%), the most worker is machine pedicab driver which is 38 persons (38%) and the most education degree is senior hich school which is 47 persons (47%). And for the behavior part, it is known that the most is “moderate” knowledge which is 50 persons (50%), “moderate” attitude which is 60 persons (60%), “good” action which is 53 persons (53%) and “good” preventing action which is 87 persons (87%).

The conclusion of this study is that the behaviour of the worker in the street about antioxidan use and preventing action in avoid free radical is “moderate” (enough) for knowledge and attitude and also “good” for action and preventing action. It is needed to make a study to know wheter there is a connection about antioxidan use in preventing diseases caused of free radical.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini. Adapun laporan hasil penelitian dengan judul “Gambaran Perilaku Para Pekerja Jalan Raya tentang Penggunaan Antioksidan dan Tindakan Pencegahan dalam Menangkal Radikal Bebas di Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010” ini disusun untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Simon Marpaung, M.Kes, selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing. 3. dr. Yunilda Andriyani, MKT, selaku dosen penguji proposal dan laporan

hasil penelitian serta dr. Rina Amelia, MARS, selaku dosen penguji laporan hasil penelitian, yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan karya tulis ini.

4. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical Education Unit (MEU).

5. Para Pekerja Jalan Raya di Jalan Raya Kecamatan Medan Amplas yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

6. Kedua orang tua penulis yang tercinta : (Alm.) R.M. Djoni Akil dan Hj. Umiyati Saleha. Terima kasih tiada tara penulis persembahkan untuk doa yang tiada hentinya dan dukungan baik moril maupun materil, nasehat, kasih


(7)

sayang, cinta, perhatian, dan pengorbanan serta motivasi yang tulus untuk kelancaran penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Tante, abang, dan kakak tercinta penulis : R.A. Nurul Wahyuni, R.A. Fadli Marthadinata, R.A. Mifta Hatil Hikmah, Erwin Syukri dan Ibu Kos Iswara. Terima kasih untuk dukungan serta doa yang telah kalian berikan.

8. Sahabat-Sahabat terbaiku : Fitri, Inal, Hasbi, Iqbal, Uty, Nanda, Iwan, dan Isra yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan bantuan selama mengikuti pendidikan dan melaksanakan penelitian ini. Serta yang tak kalah pentingnya ucapan terima kasih diberikan kepada Hanum Sesari, yang selalu setia memberikan dukungan, motivasi, pengertian, cinta, dan kasih sayang sehingga penulis tetap bersemangat untuk menyelesaikan penelitian ini.

9. Abang dan kakak Senior FK USU serta Anak-anak Kos penulis : Desby, Satrio, Tommy, Rendy, Rio, Fitrah, Alvi, Ari, Kharis, Reza, dan Willa. Terima kasih atas segala bantuannya dalam menyelesaikan penelitian ini. 10.Teman-teman seperjuangan yang telah mendukung dan membantu penulis

serta selalu bersama-sama dalam satu bimbingan : Indri Maria Benazir, Siti Mahreni Insani, Suci Darmawati, dan teman-teman stambuk 2007 FK USU, yang tak dapat penulis lupakan.

11.Pihak-Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalasnya.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat berharap saran dan kritik dari pembaca agar penelitian ini menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat memberikan informasi dan

manfaat dalam pengembangan ilmu tentang radikal bebas dan antioksidan. Amin. Medan, 22 November 2010


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

LAMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Radikal Bebas ... 5

2.1.1. Definisi Radikal Bebas ... 5

2.1.2. Struktur Kimia Radikal Bebas ... 5

2.1.3. Jenis – Jenis Radikal Bebas berdasar Pembentukan .... 7

2.1.4. Tipe Radikal Bebas dalam Tubuh ... 9

2.1.5. Sumber Radikal Bebas ... 10

2.1.6. Proses Pembentukan Radikal Bebas dalam Tubuh ... 12

2.1.7. Mekanisme Kimiawi Radikal Bebas ... 13

2.1.8. Mekanisme Radikal Bebas dalam Merusak Organ ... 14

2.1.9. Penyakit – Penyakit akibat Paparan Radikal Bebas ... 16

2.2. Antioksidan ... 17

2.2.1. Definisi Antioksidan ... 17

2.2.2. Jenis – Jenis Antioksidan berdasarkan Sumbernya ... 18

2.2.3. Jenis – Jenis Antioksidan berdasarkan Fungsinya ... 19

2.2.4. Mekanisme Kerja Antioksidan ... 20

2.2.5. Antioksidan di dalam Tubuh untuk Pertahanan Sel .... 21

2.2.6. Sumber dan Manfaat Antioksidan Alami ... 24

2.2.7. Metabolisme Antioksidan dalam Tubuh ... 28

2.3. Tindakan Pencegahan dalam Menangkal Radikal Bebas ... 28

2.4. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan ... 33

2.4.1. Pengertian Perilaku ... 33


(9)

2.4.3. Perilaku Kesehatan ... 34

2.4.4. Domain Perilaku ... 35

2.4.5. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan ... 40

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 41

3.1. Kerangka Konsep ... 41

3.2. Defenisi Operasional ... 41

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 48

4.1. Jenis Penelitian ... 48

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 48

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

4.3.1. Populasi Penelitian ... 48

4.3.2. Sampel Penelitian ... 48

4.3.3. Besar Sampel Penelitian ... 49

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 50

4.4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... 50

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 52

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53

5.1.1. Kota Medan ... 53

5.1.2. Jalan Raya di Kecamatan Medan Amplas, Medan ... 54

5.2. Gambaran Karakteristik Para Pekerja Jalan Raya ... 54

5.2.1. Umur ... 55

5.2.2. Jenis Kelamin... 55

5.2.3. Jenis Pekerjaan ... 56

5.2.4. Tingkat Pendidikan ... 56

5.3. Hasil Analisa Data ... 57

5.3.1. Gambaran Pengetahuan ... 57

5.3.2. Gambaran Sikap ... 59

5.3.3. Gambaran Tindakan ... 60

5.3.4. Gambaran Tindakan Pencegahan ... 62

5.4. Pembahasan ... 65

5.4.1. Karakteristik Para Pekerja Jalan Raya ... 65

5.4.2. Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Pencegahan ... 66

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

6.1. Kesimpulan ... 69

6.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Radikal Bebas Biologis ... 9

Tabel 2.2. Antioksidan dan Enzim Pembersih ... 23

Tabel 2.3. Sumber Vitamin E Berdasarkan Ukuran Saji ... 24

Tabel 2.4. Buah-buahan Sumber Vitamin C ... 26

Tabel 2.5. Sumber Vitamin C dari Sayuran ... 26

Tabel 2.6. Sumber Vitamin A... 27

Tabel 3.1. Tabel Bobot Nilai Kuesioner Aspek Pengetahuan Pada Perilaku. 44 Tabel 3.2. Tabel Bobot Nilai Kuesioner Aspek Sikap Pada Perilaku ... 45

Tabel 3.3. Tabel Bobot Nilai Kuesioner Aspek Tindakan Pada Perilaku ... 46

Tabel 3.4. Tabel Nilai Kuesioner Aspek Tindakan Pencegahan ... 47

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 51

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Umur... 55

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin ... 55

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Pekerjaan ... 56

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tingkat Pendidikan ... 57

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan ... 57

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan ... 58

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Gambaran Sikap ... 59

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Sikap... 60

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Gambaran Tindakan ... 61

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Jawaban Tindakan ... 62

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Gambaran Tindakan Pencegahan ... 63


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar 2.1. Struktur Kimia Radikal Bebas ... 7

Halaman

Gambar 2.2. Diagram Energi Reaksi Radikal Bebas ... 14 Gambar 2.3. Sistem Oksigen Aktif ... 15 Gambar 2.4. Enzim-Enzim Pertahanan Antioksidan ... 22


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup Penulis

2. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian

3. Informed Consent (Lembar Persetujuan setelah Penjelasan) 4. Kuesioner Penelitian

5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 6. Data Induk (Master Data)

7. Hasil Analisa Data Distribusi Frekuensi dengan SPSS 8. Surat Ethical Clearence (Persetujuan Komisi Etik) 9. Surat Izin Penelitian


(13)

ABSTRAK

Pada abad ke 20, istilah radikal bebas diartikan sebagai molekul yang relatif tidak stabil yang berlebihan dan akan menyerang bagian tubuh yang sehat maupun yang tidak sehat sehingga terjadi penyakit. Organisasi Kesehatan dunia (WHO), memperkirakan bahwa hampir 80-90% penyakit kanker disebabkan oleh terpapar radikal bebas. Untuk memperbaiki keadaan ini tubuh membentuk pembasmi radikal bebas yang dikenal sebagai Antioksidan. Maka dari itu sangat penting untuk melihat bagaimana perilaku penggunaan antioksidan dalam menangkal radikal bebas pada masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) para pekerja jalan raya tentang penggunaan antioksidan dan tindakan pencegahan dalam menangkal radikal bebas di Kecamatan Medan Amplas tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain studi Cross Sectional yang mengunakan 100 sampel. Pengambilan sampel dengan metode judgmental sampling atau purposive sampling. Pengambilan data dengan kuesioner. Analisa data berupa distribusi frekuensi.

Dari analisa data 100 responden, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut karateristik kelompok umur terbanyak pada usia 31 sampai 40 tahun yaitu sebanyak 31 orang (31%), untuk jenis kelamin terbanyak adalah pria sebesar 86% (86 orang), jenis pekerjaan terbanyak yaitu tukang becak motor sebanyak 38 orang (38%), dan tingkat pendidikan paling banyak adalah SMA sebesar 47% (47 orang). Sedangkan untuk gambaran perilaku terbanyak yaitu pengetahuan cukup sebanyak 50 orang (50%), sikap cukup sebanyak 60 orang (60%), tindakan baik yaitu 53 orang (53%), dan pencegahan mengambarkan hasil paling banyak baik yaitu 87 orang (87%).

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah gambaran perilaku para pekerja jalan raya tentang penggunaan antioksidan dan tindakan pencegahan dalam menangkal radikal bebas adalah cukup untuk pengetahuan dan sikap serta baik untuk tindakan dan pencegahan. Bagi penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian mencari apakah ada hubungan penggunaan antioksidan dalam mencegah penyakit akibat radikal bebas.


(14)

ABSTRACT

In the 20 century, free radical has a meaning as unstable molecules which has one or more unpaired electrons in its outer orbit and attack the healthy and unhealthy part of body and then become a diseases. World Health Organization estimates that almost 80-90% cancer is caused by free radical. The body forms substance againts free radical to fix this situation, which known as antioxidan. It is impotrant to know how the behavior of antioxidan use in the community to avoid free radical.

This study is made to know the knowledge, attitude and action of the worker in the street about antioxidan use and preventing action in avoid free radical at Kecamatan Medan Amplas 2010. It is descriptive study with cross sectional design which uses 100 samples. The samples were taken by using judgmental sampling or purposive sampling. Instruments to take data with questionnaire. The analysis of data is made into distribution of frequency.

From 100 respondents, it is known that the results of study are the most characteristic group of age is in 31-40 years old which is 31 persons (31%), the most sexual group is man which is 86 persons (86%), the most worker is machine pedicab driver which is 38 persons (38%) and the most education degree is senior hich school which is 47 persons (47%). And for the behavior part, it is known that the most is “moderate” knowledge which is 50 persons (50%), “moderate” attitude which is 60 persons (60%), “good” action which is 53 persons (53%) and “good” preventing action which is 87 persons (87%).

The conclusion of this study is that the behaviour of the worker in the street about antioxidan use and preventing action in avoid free radical is “moderate” (enough) for knowledge and attitude and also “good” for action and preventing action. It is needed to make a study to know wheter there is a connection about antioxidan use in preventing diseases caused of free radical.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada beberapa tahun belakangan ini perhatian banyak ditujukan terhadap peran radikal bebas pada berbagai patogenesis penyakit termasuk proses penuaan. Radikal bebas secara normal merupakan hasil sampingan metabolisme sel. Dalam keadaan normal, tubuh manusia telah dilengkapi dengan potensi antioksidan yang cukup banyak. Keseimbangan yang sulit terdeteksi terjadi antara produksi radikal bebas dengan sistem pertahanan antioksidan pada tingkat sel untuk mengatasi stress oksidatif. Adanya faktor yang mendorong pergeseran keseimbangan ke arah produksi radikal bebas yang berlebih akan menyebabkan kerusakan berbagai jaringan dan penyakit. Oleh karena itu, masalah akan mulai muncul saat mekanisme pertahanan tertinggal dibanding dengan kelebihan produksi radikal bebas (Pratt, 1990).

Banyak radikal bebas sangat tidak stabil sehingga keberadaan mereka hanya sesaat, selama hidup mereka yang sangat singkat itu, radikal bebas bertindak seperti katalis yang menjembatani reaksi kimia dan berubah bentuknya dalam molekul lain. Sebenarnya radikal bebas ini penting artinya bagi kesehatan dan fungsi tubuh yang normal dalam memerangi peradangan, membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah dan organ-organ dalam tubuh kita. Kunci kerjanya radikal bebas yang aman dan efektif dalam tubuh kita bila tidak dalam jumlah yang berlebihan atau dalam keadaan seimbang, akan tetapi masalahnya adalah mekanisme keseimbangan tubuh kita yang sangat rapuh ini sering sekali keluar jalur sehingga menimbulkan penyakit. Berbagai penyakit telah diteliti dan diduga kuat berkaitan dengan aktivitas radikal bebas. Penyakit-penyakit tersebut mencakup lebih dari 50 kelainan seperti stroke, asma, pankreatitis, berbagai penyakit radang usus, penyumbatan kronis pembuluh darah di jantung, penyakit parkinson, sel sickle


(16)

leukemia, artritis rematoid, perdarahan otak dan tekanan darah tinggi, bahkan AIDS. Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan dunia (WHO), memperkirakan bahwa hampir 80-90% penyakit kanker disebabkan oleh lingkungan, 10-20% faktor genetik atau turunan dan juga virus. Faktor lingkungan yang tidak sehat dan banyak terpapar radikal bebas yang kemudian kita hirup seperti pembakaran kendaraan bermotor, asap rokok menyebabkan sekitar 40% dan asupan makanan yang salah sekitar 25-30% dan udara dimana kita tinggal dan bekerja 10% (Kumalaningsih, 2006).

Untuk memperbaiki keadaan ini tubuh membentuk pembasmi radikal bebas yang dikenal sebagai antioksidan endogen. Antioksidan endogen ini akan menetralisir radikal bebas yang berlebihan itu sehingga tidak merusak tubuh. Sayangnya sistem perlindungan dari dalam maupun dari luar tubuh sering tidak memadai karena terlalu banyaknya radikal bebas yang terbentuk seperti polusi udara, asap rokok, sinar ultra violet yang diproduksi sinar matahari, pestisida dan pencemaran lain di dalam makanan kita , bahkan karena olahraga yang berlebihan. Tampaknya kemanapun kita bergerak berbagai senyawa dan keadaan tertentu senantiasa membayangi kita dengan berbagai radikal bebas akibat ulah kita sendiri (Kelly, 2002).

Hingga permulaan abad ke 20, tidak seorangpun mengetahui bahwa radikal bebas dapat berwujud dan bekerja secara bebas. Pemahaman ilmiah kita tentang hubungan radikal bebas dengan antioksidan baru muncul pada tiga hingga empat dekade terakhir ini. Pengetahuan baru ini, kini banyak diterapkan oleh para dokter di ruang praktek dan klinik-klinik di seluruh negeri tetapi sebagian besar hasil penelitian yang ada dalam pustaka ilmiah itu sesungguhnya masih belum diterapkan secara baik bagi pasien (Sumampouw, 2003).

Di Indonesia umumnya dan Medan khususnya, permasalahan tentang radikal bebas dapat menimbulkan penyakit dan antioksidan sebagai pencegahannya ini masih sangat mempengaruhi perilaku sehat masyarakat terutama bagi para pekerja yang bekerja di lingkungan terpapar radikal bebas seperti pekerja di jalan raya. Hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat tentang radikal bebas dan antioksidan serta


(17)

tindakan pencegahan masih sangat minim sehingga mempengaruhi sikap dan tindakannya dalam melakukan pencegahan termasuk untuk penggunaan antioksidan dalam menangkal radikal bebas untuk mencegah penyakit (FKM UI, 1990 dan Notoatmodjo, 2007). Dari hal ini, maka perlu digambarkan bagaimana perilaku masyarakat kota Medan dalam penggunaan antioksidan dan tindakan pencegahan untuk menangkal radikal bebas. Mengarah dari segala uraian permasalahan diatas, maka penulis akan membuat penelitian tentang bagaimana gambaran perilaku para pekerja yang sering terpapar oleh radikal bebas seperti sering terkena sinar ultraviolet (matahari), asap kendaraan, polusi udara dan lain-lain di jalan raya dalam menggunakan antioksidan dan melakukan tindakan pencegahan untuk menghidari diri dari penyakit-penyakit yang akan timbul.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka penulis dalam hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

Bagaimanakah gambaran perilaku para pekerja jalan raya terhadap penggunaan antioksidan dan tindakan pencegahan dalam menangkal radikal bebas untuk mencegah timbulnya penyakit ?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) para pekerja jalan raya tentang penggunaan antioksidan dan tindakan pencegahan dalam menangkal radikal bebas di Kecamatan Medan Amplas tahun 2010.


(18)

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat pengetahuan para pekerja jalan raya tentang radikal bebas, antioksidan, dan tindakan pencegahan di Kecamatan Medan Amplas.

2. Mengetahui kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan para pekerja jalan raya di Kecamatan Medan Amplas.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Para Pekerja di Jalan Raya ; penelitian ini bermaanfaat untuk menambah pengetahuan tentang antioksidan dan radikal bebas sehingga dapat mempergunakan informasi penelitian ini sebagai acuan dalam pencegahan penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan saat berada / bekerja di jalan raya. 2. Instansi - Instansi Pemerintah khususnya Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas

Industri dan Tenaga Kerja, dan lain – lain ; penelitian ini bermanfaat untuk mendata seberapa banyak tenaga pekerja yang berada di jalan raya. Dan dapat memperlihatkan gambaran pekerja – pekerja yang terpapar akan radikal bebas dan tidak banyak melindungi diri terutama dalam penggunaan antioksidan saat bekerja di jalan raya.

3. Masyarakat Luas khusunya kota Medan ; penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi dan wawasan tentang manfaat penggunaan dan jenis-jenis antioksidan serta tentang bahaya radikal bebas dalam menimbulkan penyakit-penyakit akibat pemaparan saat bekerja di jalan raya.

4. Penulis ; penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis tentang penggunaan antioksidan dan pemaparan radikal bebas terhadap timbulnya suatu penyakit.

5. Pihak Lain ; hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang radikal bebas dan antioksidan.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Radikal Bebas

2.5.1. Definisi Radikal Bebas

Menurut Fessendden (1986), Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan dan bersifat sangat reaktif. Jika jumlahnya berlebihan, radikal bebas akan memicu efek patologis. Radikal bebas yang berlebih dapat menyerang senyawa apa saja terutama yang rentan seperti lipid dan protein dan berimplikasi pada timbulnya berbagai penyakit degeneratif (Middleton, 2000). Hal ini dapat terjadi sebagai akibat kurangnya antioksidan dalam tubuh, sehingga tidak mampu mengimbangi terjadinya produk oksidasi setiap saat. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang kehilangan pasangan elektronnya di permukaan kulit luarnya. Sebagai contoh, molekul oksigen yang normal lengkap pasangan elektronnya rumusnya adalah O2, tetapi bila berubah

menjadi radikal bebas maka menjadi O2- atau dinamakan Superoksida

(Kumalaningsih, 2006).

2.5.2. Struktur Kimia Radikal Bebas

Atom terdiri dari nukleus, proton, dan elektron. Jumlah proton (bermuatan positif) dalam nukleus menentukan jumlah dari elektron (bermuatan negatif) yang mengelilingi atom tersebut. Elektron berperan dalam reaksi kimia dan merupakan bahan yang menggabungkan atom-atom untuk membentuk suatu molekul. Elektron mengelilingi, atau mengorbit suatu atom dalam satu atau lebih lapisan. Jika satu lapisan penuh, elektron akan mengisi lapisan kedua. Lapisan kedua akan penuh jika telah memiliki 8 elektron, dan seterusnya. Gambaran struktur terpenting sebuah atom dalam menentukan sifat kimianya adalah jumlah elektron pada lapisan luarnya. Suatu bahan yang elektron lapisan luarnya penuh tidak akan terjadi reaksi kimia (Proctor


(20)

dan Reynolds, 1984). Karena atom-atom berusaha untuk mencapai keadaan stabilitas maksimum, sebuah atom akan selalu mencoba untuk melengkapi lapisan luarnya dengan :

a. Menambah atau mengurangi elektron untuk mengisi maupun mengosongkan lapisan luarnya.

b. Membagi elektron-elektronnya dengan cara bergabung bersama atom yang lain dalam rangka melegkapi lapisan luarnya (Droge, 2002).

Atom sering kali melengkapi lapisan luarnya dengan cara membagi elektron-elektron bersama atom yang lain. Dengan membagi elektron-elektron, atom-atom tersebut bergabung bersama dan mencapai kondisi stabilitas maksimum untuk membentuk molekul. Oleh karena radikal bebas sangat reaktif, maka mempunyai spesifitas kimia yang rendah sehingga dapat bereaksi dengan berbagai molekul lain, seperti protein, lemak, karbohidrat, dan DNA. Dalam rangka mendapatkan stabilitas kimia, radikal bebas tidak dapat mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama dan segera berikatan dengan bahan sekitarnya. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil yang terdekat dan mengambil elektron, zat yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai suatu reaksi berantai, yang akhirnya terjadi kerusakan sel tersebut (Proctor dan Reynolds, 1984).


(21)

Gambar 2.1. Struktur Kimia Radikal Bebas. Radikal bebas dapat terbentuk in-vivo dan in-vitro secara :

1. Pemecahan satu molekul normal secara homolitik menjadi dua. Proses ini jarang terjadi pada sistem biologi karena memerlukan tenaga yang tinggi dari sinar ultraviolet, panas, dan radiasi ion.

2. Kehilangan satu elektron dari molekul normal 3. Penambahan elektron pada molekul normal

Pada radikal bebas elektron yang tidak berpasangan tidak mempengaruhi muatan elektrik dari molekulnya, dapat bermuatan positif, negatif, atau netral.

2.5.3. Jenis – Jenis Radikal Bebas berdasarkan Pembentukannya

Ada dua kelompok radikal bebas yaitu kelompok logam dan non-logam. Dari kelompok logam yang paling berbahaya adalah radikal bebas Hg (merkuri). Pada reaksi logam dan non-logam tersebut yang melibatkan radikal bebas berfungsi sebagai zat pemacu (inisiator) yang dapat dihasilkan dengan cara berikut (Sitorus, 2008).

1. Pembentukan radikal bebas yang terimbas cahaya (fotolisis = hv)

Beberapa jenis senyawa yang menghasilkan radikal bebas terimbas cahaya (hv) adalah sebagai berikut.

a. Keton

R – C – R CO + 2 R. ║


(22)

b. Hipoklorit

RO – Cl RO. + Cl. c. Nitrit

RO – NO RO. + ON. d. Azoalkana

R – N = N – R 2R. + N2

2. Pembentukan radikal bebas yang terimbas panas (termolisis atau pirolisis)

Beberapa jenis senyawa yang menghasilkan radikal bebas terimbas panas adalah sebagai berikut.

a. Tetraalkil lead

PbR4 Pb + 4 R.

b. Senyawa – senyawa azo

R2 – C – N = N – C – R2 2 R2 – C. + N2

│ │ │

CN CN CN

c. Senyawa halogen (dapat juga terimbas cahaya)

X2 2 X.

3. Pembentukan radikal bebas dengan dekomposisi senyawa golongan peroksida Senyawa peroksida yaitu senyawa yang mengandung ikatan ( - O-O - ) pada suhu kamar (250C) akan membentuk radikal bebas secara spontan yang dapat sebagai pemacu reaksi dengan mekanisme radikal bebas.

a. Hidrogen per-oksida

H – O – O – H 2 HO.

b. Per-anhihidrida asam

R – C – O – O – C – R 2 R – C – O. 2R. + CO2

║ ║ ║ O O O c. Per-alkoksi


(23)

R – O – O – R 2RO. d. Per-asam karboksilat

R – C – O – O – H R – C – O. + HO.

║ ║ O O 2.5.4. Tipe Radikal Bebas dalam Tubuh

Menurut Araujo dan Arnal (1998), Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS), termasuk didalamnya adalah triplet (3O2), tunggal (singlet/1O2),

anion superoksida (O2.-), radikal hidroksil (-OH), nitrit oksida (NO), peroksinitrit

(ONOO-), asam hipoklorus (HOCl), hidrogen peroksida (H2O2), radikal alkoxyl

(LO-), dan radikal peroksil (LO-2).

Radikal bebas yang mengandung karbon (CCL3-) yang berasal dari oksidasi

radikal molekul organik. Radikal yang mengandung hidrogen hasil dari penyerangan atom H (H-). Bentuk lain adalah radikal yang mengandung sulfur yang diproduksi pada oksidasi glutation menghasilkan radikal thiyl (R-S-). Radikal yang mengandung nitrogen juga ditemukan, misalnya radikal fenyldiazine.

Tabel 2.1. Radikal Bebas Biologis :

KELOMPOK OKSIGEN REAKTIF

O2·? Radikal Superoksida (Superoxide radical)

·OH Radikal hidroksil (Hydroxyl radical)

ROO· Radikal peroksil (Peroxyl radical)

H2O2 Hydrogen peroksida (Hydrogen peroxide)

1

O2 Oksigen tunggal (Singlet oxygen)

NO· Nitrit oksida (Nitric oxide)

ONOO? Nitrit peroksida (Peroxynitrite)


(24)

2.5.5. Sumber Radikal Bebas

Radikal bebas yang ada ditubuh manusia berasal dari 2 sumber : a. Endogen

b. Eksogen

a. Sumber Endogen 1. Autoksidasi :

Merupakan produk dari proses metabolisme aerobik. Molekul yang mengalami autoksidasi berasal dari katekolamin, hemoglobin, mioglobin, sitokrom C yang tereduksi, dan thiol. Autoksidasi dari molekul diatas menghasilkan reduksi dari oksigen diradikal dan pembentukan kelompok reaktif oksigen. Superoksida merupakan bentukan awal radikal. Ion ferrous (Fe II) juga dapat kehilangan elektronnya melalui oksigen untuk membuat superoksida dan Fe III melalui proses autoksidasi (Droge, 2002).

2. Oksidasi enzimatik

Beberapa jenis sistem enzim mampu menghasilkan radikal bebas dalam jumlah yang cukup bermakna, meliputi xanthine oxidase (activated in ischemia-reperfusion), prostaglandin synthase, lipoxygenase, aldehyde oxidase, dan amino acid oxidase. Enzim myeloperoxidase hasil aktifasi netrofil, memanfaatkan hidrogen peroksida untuk oksidasi ion klorida menjadi suatu oksidan yang kuat asam hipoklor (Inoue, 2001).

3. Respiratory burst

Merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel fagositik menggunakan oksigen dalam jumlah yang besar selama fagositosis. Lebih kurang 70-90 % penggunaan oksigen tersebut dapat diperhitungkan dalam produksi superoksida (Albina dan Reicher, 2000). Fagositik sel tersebut memiliki sistem membran bound flavoprotein cytochrome-b-245 NADPH oxidase. Enzim membran sel seperti NADPH-oxidase keluar dalam bentuk inaktif. Paparan terhadap bakteri yang diselimuti imunoglobulin, kompleks imun, komplemen 5a, atau leukotrien dapat


(25)

mengaktifkan enzim NADPH-oxidase. Aktifasi tersebut mengawali respiratory burst pada membran sel untuk memproduksi superoksida. Kemudian H2O2 dibentuk dari

superoksida dengan cara dismutasi bersama generasi berikutnya dari OH dan HOCl oleh bakteri (Abate dan Patel, 1990).

b. Sumber Eksogen 1. Obat-obatan :

Beberapa macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam bentuk peningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi bersama hiperoksia dapat mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk didalamnya antibiotika kelompok quinoid atau berikatan logam untuk aktifitasnya (nitrofurantoin), obat kanker seperti bleomycin, anthracyclines (adriamycin), dan methotrexate, yang memiliki aktifitas pro-oksidan. Selain itu, radikal juga berasal dari fenilbutason, beberapa asam fenamat dan komponen aminosalisilat dari sulfasalasin dapat menginaktifasi protease, dan penggunaan asam askorbat dalam jumlah banyak mempercepat peroksidasi lemak (Inoue, 2001).

2. Radiasi :

Radioterapi memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan radiasi partikel (partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan radikal primer dengan cara memindahkan energinya pada komponen seluler seperti air. Radikal primer tersebut dapat mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang terurai atau bersama cairan seluler (Droge, 2002).

3. Asap rokok :

Oksidan dalam rokok mempunyai jumlah yang cukup untuk memainkan peranan yang besar terjadinya kerusakan saluran napas. Telah diketahui bahwa oksidan asap tembakau menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel paru (in vivo) melalui mekanisme yang dikaitkan terhadap tekanan oksidan. Diperkirakan bahwa tiap hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam jumlah yang sangat besar, meliputi


(26)

aldehida, epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang mungkin cukup berumur panjang dan bertahan hingga menyebabkan kerusakan alveoli. Bahan lain seperti nitrit oksida, radikal peroksil, dan radikal yang mengandung karbon ada dalam fase gas. Juga mengandung radikal lain yang relatif stabil dalam fase tar. Contoh radikal dalam fase tar meliput i semiquinone moieties dihasilkan dari bermacam-macam quinone dan hydroquinone. Perdarahan kecil berulang merupakan penyebab yang sangat mungkin dari desposisi besi dalam jaringan paru perokok. Besi dalam bentuk tersebut meyebabkan pembentukan radikal hidroksil yang mematikan dari hidrogen peroksida. Juga ditemukan bahwa perokok mengalami peningkatan netrofil dalam saluran napas bawah yang mempunyai kontribusi pada peningkatan lebih lanjut konsentrasi radikal bebas (Proctor dan Reynolds, 1984).

2.5.6. Proses Pembentukan Radikal Bebas dalam Tubuh

Bagaimana radikal bebas dapat terbentuk merupakan pertanyaan yang mendasar. Radikal bebas dapat masuk dan terbentuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kondisi lingkungan yang tidak sehat, dan makanan berlemak. Menurut Kumalaningsih (2006) penjabaran ketiga cara tersebut adalah sebagai berikut.

a. Melalui pernafasan

Saat kita melakukan pernafasan akan masuk oksigen (O2) yang sangat dibutuhkan

oleh tubuh untuk proses pembakaran gula menjadi CO2, H2O, dan energi. Dalam hal

ini O2 sangat berperan karena bila tidak ada O2 proses kehidupan akan tidak lancar

dan membahayakan bagi tubuh kita sendiri. Tetapi dengan bernafas atau oksigen yang berlebihan saat olahraga terjadi reaksi yang kompleks dalam tubuh dan menghasilkan produk-produk sampingan berupa radikal bebas, yaitu radikal oksigen singlet, radikal peroksida lipid, radikal hidroksil, radikal superoksida. Semua radikal bebas oksigen ini sangat cepat merusak jaringan- jaringan sel.

b. Lingkungan tidak sehat

Pembakaran yang tidak sempurna misalnya asap rokok yang tidak menghasilkan CO2 tetapi CO, demikian juga asap dari kendaran bermotor merupakan radikal bebas


(27)

yang berbahaya sekali bagi paru-paru. Di samping itu juga dari asupan makanan yang mengandung logam-logam berat memungkinkan terbentuknya radikal bebas akibat oksidasi dari luar. Beberapa macam radikal bebas antara lain superoksida (O2-),

hidrogen peroksida (H2O2), hidroxyl radical OH, singlet oxygen O2, hypoclorus

radical OCL, ozone O3.

c. Makanan berlemak

Lemak sangat bermanfaat bagi tubuh kita tetapi konsumsi lemak yang berlebihan khususnya konsumsi lemak polyunsaturated dan lemak hydrogenasi sangat berpotensi menghasilkan radikal bebas. Lemak polysaturated, lemak ini disebut juga lemak tidak jenuh artinya lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada atom C-nya. Adanya ikatan rangkap tersebut mudah sekali dioksidasi atau terserang peroksidasi lipid membentuk radikal peroksida lipid. Makanan yang banyak mengandung lemak polyunsaturated antara lain mayones dan saos salad akan mudah sekali terserang radikal bebas. Lemak hidrogenasi, adalah lemak yang ikatan rangkap tak jenuhnya telah disubtitusi dengan hidrogen, lemak ini disebut margarin atau mentega tiruan. Lemak hidrogenasi sangat berbahaya karena dapat mengubah kemampuan serap selaput sel sehingga mengakibatkan fungsi selaput sel sebagai pelindung menjadi tidak berarti (Kumalaningsih, 2006).

2.5.7. Mekanisme Kimiawi Radikal Bebas

Menurut Sitorus (2008), Mekanisme radikal bebas melalui tiga tahapan sebagai berikut : Inisiasi (permulaan), Propagasi (pertumbuhan = perambatan), Terminasi (penghentian).

Misalkan mekanisme klorinasi metana dengan persamaan reaksi berikut yang dapat terimbas cahaya maupun terimbas panas.

CH4 + Cl2 CH3 – Cl + CH2Cl2 + CH – Cl3 + CCL4 + Produk lainya.

Mekanismenya adalah sebagai berikut. 1. Inisiasi, Cl – Cl 2Cl.


(28)

2. Propagasi, Selanjutnya radikal Cl. pada inisiasi akan menghasilkan sederet reaksi pertumbuhan sebagai berikut.

Cl. + H – CH3 H3C. + H – Cl

H3C. + Cl – Cl CH3Cl + Cl.

ClH2C – H + Cl.ClH2C. + HCl

ClH2C. + Cl – Cl CH2Cl2 + Cl.,

dan seterusnya membentuk CHCl3 dan CCl4

3. Terminasi, Daur propagasi akan terputus pada terminasi dengan terjadinya reaksi penggabungan (coupling).

Cl. + H3C. CH3 – Cl

H3C + H3C CH3 – CH3

Gambar 2.2. Diagram Energi Reaksi Radikal Bebas

2.5.8. Mekanisme Radikal Bebas dalam Merusak Organ Tubuh Manusia

Radikal bebas diproduksi dalam sel yang secara umum melalui reaksi pemindahan elektron, menggunakan mediator enzimatik atau non-enzimatik. Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai reaksi terhadap rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi fagosit dan reaksi katalisa seperti ribonukleotida reduktase. Sedang pembentukan melalui rangsangan adalah kebocoran superoksida, hidrogen peroksida dan kelompok

Koordinat Reaksi H3C(I = Intermediet)

Ea2

Produk (campuran) Ea1

CH4 + X

KP1

KP2

∆HRKS E


(29)

oksigen reaktif (ROS) lainnya pada saat bertemunya bakteri dengan fagosit teraktifasi. Pada keadaan normal sumber utama radikal bebas adalah kebocoran elektron yang terjadi dari rantai transport elektron, misalnya yang ada dalam mitokondria dan endoplasma retikulum dan molekul oksigen yang menghasilkan superoksida (Abate dan Patel, 1990). Dalam kondisi yang tidak lazim seperti radiasi ion, sinar ultraviolet, dan paparan energi tinggi lainnya, dihasilkan radikal bebas yang sangat berlebihan (Droge, 2002).

Gambar 2.3. Sistem Oksigen Aktif Reaksi Perusakan oleh Radikal Bebas

Definisi tekanan oksidatif (oxidative stress) adalah suatu keadaan dimana tingkat oksigen reaktif intermediate (ROI) yang toksik melebihi pertahanan anti-oksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan lemak, protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu. Lemak merupakan biomolekul yang rentan terhadap serangan radikal bebas.

a. Peroksidasi lemak

Membran sel kaya akan sumber poly unsaturated fatty acid (PUFA), yang mudah dirusak oleh bahan-bahan pengoksidasi; proses tersebut dinamakan peroksidasi lemak. Hal ini sangat merusak karena merupakan suatu proses berkelanjutan. Pemecahan hidroperoksida lemak sering melibatkan katalisis ion logam transisi (Droge, 2002). LH + R·→ L·+ RH ;


(30)

L· + O2→ LOO· ;

LOO· + L'H → LOOH + L'· ; LOOH → LO·, LOO·, aldehydes. b. Kerusakan protein

Protein dan asam nukleat lebih tahan terhadap radikal bebas daripada PUFA, sehingga kecil kemungkinan dalam terjadinya reaksi berantai yang cepat. Serangan radikal bebas terhadap protein sangat jarang kecuali bila sangat ekstensif. Hal ini terjadi hanya jika radikal tersebut mampu berakumulasi (jarang pada sel normal), atau bila kerusakannya terfokus pada daerah tertentu dalam protein. Salah satu penyebab kerusakan terfokus adalah jika protein berikatan dengan ion logam transisi (Proctor dan Reynolds, 1984).

c. Kerusakan DNA

Seperti pada protein kecil kemungkinan terjadinya kerusakan di DNA menjadi suatu reaksi berantai, biasanya kerusakan terjadi bila ada lesi pada susunan molekul, apabila tidak dapat diatasi, dan terjadi sebelum replikasi maka akan terjadi mutasi. Radikal oksigen dapat menyerang DNA jika terbentuk disekitar DNA seperti pada radiasi biologis (Allen dan Tressini, 2000).

2.5.9. Penyakit – Penyakit akibat Paparan Radikal Bebas

Telah dikemukakan diatas bahwa setiap radikal mempunyai suatu elektron yang tidak berpasangan di permukaan kulit luarnya sehingga dia berusaha mencapai elektron dari jaringan- jaringan yang ada di dalam tubuh kita yang disusun oleh sel-sel. Setiap sel memiliki selaput lemak atau lipid yang melindunginya. Radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh kita mulai merusak sel, lalu protein, enzim dan kemudian inti sel dimana DNA dibentuk yang menyebabkan kerusakan-kerusakan pada sel-sel kita yang berakibat timbulnya berbagai penyakit sebagai berikut (Gomall, 1986). 1. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penyakit jantung koroner (PJK) menjadi silent killer nomor satu. Hal ini disebabkan karena molekul besar lemak yang disebut LDL atau low density lipoprotein


(31)

teroksidasi antara lain oleh radikal bebas. LDL yang teroksidasi akan mengendap di pembuluh darah jantung sehingga menjadi sempit dan aliran darah terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup nutrisi dan mati.

2. Penyakit Kanker

Kanker disebabkan oleh adanya serangan radikal bebas pada DNA dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang abnormal akan merusak jaringan. Selain itu, kanker timbul karena didalam tubuh kita juga terdapat senyawa penyebab timbulnya kanker atau karsinogen akibat pembakaran yang tidak sempurna. Salah satu paling berbahaya adalah hidrokarbon aromatik.

3. Penyakit Katarak

Kerusakan protein akibat elektronnya diambil oleh radikal bebas dapat mengakibatkan sel-sel jaringan dimana protein tersebut berada menjadi rusak yang banyak terjadi adalah pada lensa mata sehingga menyebakan katarak.

4. Penyakit Degeneratif

Penyakit degeneratif atau kamerosotan fungsi tubuh disebabkan antara lain karena asam lemak tak jenuh dalam jaringan sel terserang oleh radikal bebas sehingga terjadi reaksi antar sel dan menghasilkan senyawa peroksida yang merusak sel.

5. Proses Penuaan

Dalam tubuh sebenarnya ada enzim yang dapat menangkal radikal bebas, akan tetapi karena ulah manusia mengakibatkan enzimatis tidak pernah mencapai 100%. Akibat dari kerusakan jaringan ini secara pelan-pelan menyebabkan elastisitas kolagen merosot dan kulit menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan.

2.6. Antioksidan

2.6.1. Definisi Antioksidan

Menurut Kochhar dan Rossell (1990) mendefinisikan antioksidan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid.


(32)

Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid.

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas (Kumalaningsih, 2006).

2.6.2. Jenis – Jenis Antioksidan berdasarkan Sumbernya

Menurut Amarowicz (2000), Sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami).

Menurut Kumalaningsih (2006), terdapat tiga jenis antioksidsan yaitu : 1.) Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang berupa enzim-enzim. 2.) Antioksidan alami yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan. 3.) Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia.

Antioksidan sintetik adalah antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia. Senyawa fenol sintetis seperti Butil hidroksianisol (BHA) dan Butil hidroksitoluen (BHT) bukan antioksidan yang baik, sebab pada pemaparan yang lama dapat menyebabkan efek negatif terhadap kesehatan serta meningkatkan terjadinya karsinogenesis (Rohman dan Riyanto, 2004). Antioksidan alami adalah antioksidan hasil ekstraksi bahan alam. Antioksidan alami seperti α-tokoferol dan asam askorbat, memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil, tetapi aktivitasnya lebih tinggi daripada antioksidan sintetik (Miranda, 2005).

Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan penggunaanya untuk makanan dan penggunaannya telah sering digunakan, yaitu butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat (PG), tert-butil hidoksi quinon (TBHQ), NDGA dan tokoferol. Antioksidan-antioksidan tersebut merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial.


(33)

Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari (a) senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, (b) senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, (c) senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan (Pratt, 1992).

Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami adalah yang berasal dari tumbuhan yaitu tokoferol, vitamin C, betakaroten, flavonoid, dan senyawa fenolik. Isolasi antioksidan alami telah dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan, tetapi tidak selalu dari bagian yang dapat dimakan. Antioksidan alami tersebar di beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari (Pratt, 1992). Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin, flavonol dan kalkon. Sementara turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain (Nakatani,1992).

2.6.3. Jenis – Jenis Antioksidan berdasarkan Fungsinya

Menurut Rice-Evans (1997) dalam Kumalaningsih (2007), atas dasar fungsinya terdapat lima jenis antioksidan yaitu :

a. Antioksidan Primer

Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas baru karena dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya, yaitu sebelum sempat bereaksi. Antioksidan primer yang ada dalam tubuh yang sangat terkenal adalah enzim superoksida dismutase.

b. Antioksidan Sekunder

Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang


(34)

lebih besar. Contoh yang populer, antioksidan sekunder adalah vitamin E, vitamin C dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan.

c. Antioksidan Tersier

Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang termasuk kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat untuk perbaikan DNA penderita kanker.

d. Oxgygen Scavanger

Antioksidan yang termasuk oxygen scavanger yang mampu mengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi, misalnya vitamin C.

e. Chelators atau Sequesstrants

Senyawa yang dapat mengikat logam sehingga logam tersebut tidak dapat mengkatalis reaksi oksidasi. Akibatnya kerusakan dapat dicegah. Contoh senyawa tersebut adalah asam sitrat dan asam amino. Tubuh dapat menghasilkan antioksidan yang berupa enzim yang aktif bila didukung oleh nutrisi pendukung atau mineral yang disebut juga ko-faktor. Antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh antara lain adalah superoksida dismutase, glutathione peroksidase, dan katalase.

2.6.4. Mekanisme Kerja Antioksidan

Antioksidan adalah bahan tambahan yang digunakan untuk melindungi komponen-komponen makanan yang bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap), terutama lemak dan minyak. Meskipun demikian antioksidan dapat pula digunakan untuk melindungi komponen lain seperti vitamin dan pigmen, yang banyak mengandung ikatan rangkap di dalam strukturnya (Kelly, 2002).

Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi lemak. Untuk mempermudah pemahaman tentang mekanisme kerja antioksidan perlu dijelaskan lebih dahulu mekanisme oksidasi lemak. Menurut Sitorus (2008), Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama, yaitu inisisasi, propagasi, dan terminasi. Pada


(35)

tahap inisisasi terjadi pembentukan radikal asam lemak, yaitu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat dari hilangnya satu atom hidrogen (reaksi 1). Pada tahap selanjutnya, yaitu propagasi, radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi (reaksi 2). Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak baru (reaksi 3).

Inisisasi : RH – – R* + H* (1)

Propagasi : R* + O2 – – ROO* (2)

ROO* + RH – – ROOH + R* (3)

Hidroperoksida yang terbentuk bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi lebih lanjut menghasilkan senyawa-senyawa karbonil rantai pendek seperti aldehida dan keton yang bertanggung jawab atas flavor makanan berlemak.

Antioksidan yang baik akan bereaksi dengan radikal asam lemak segera setelah senyawa tersebut terbentuk. Dari berbagai antioksidan yang ada, mekanisme kerja serta kemampuannya sebagai antioksidan sangat bervariasi. Seringkali, kombinasi beberapa jenis antioksidan memberikan perlindungan yang lebih baik (sinergisme) terhadap oksidasi dibanding dengan satu jenis antioksidan saja. Sebagai contoh asam askorbat seringkali dicampur dengan antioksidan yang merupakan senyawa fenolik untuk mencegah reaksi oksidasi lemak. Dalam proses melumpuhkan radikal bebas, vitamin E menjadi pelopor diikuti oleh vitamin C dan dengan bantuan senyawa glutathion, betakaroten, seng, mangan, dan selenium akan memudahkan pelumpuhan radikal bebas. (Pratt, 1990).

2.6.5. Antioksidan di dalam Tubuh untuk Pertahanan Sel

Sifat reaktif yang tersebar dari sistem pembentukan radikal dalam sel menyebabkan evolusi mekanisme pertahanan terhadap efek perusakan suatu bahan teroksidasi kuat. Gambar dibawah ini menunjukkan aktifitas enzim intraseluler tersebut. SOD (superoksida dismutase dan katalase) mengkatalisasi dismutasi dari


(36)

superoksida dan hidrogen peroksida. GSH (glutation) peroksidase mereduksi peroksida hidrogen dan organik menjadi air dan alcohol (Inoue, 2001).

GSH S-transferase melakukan pemindahan residu glutation menjadi metabolit elektrofilik reaktif dari xenobiotic (Poli, 1993).

Produksi glutation teroksidasi (GSSG) direduksi secara cepat oleh reaksi yang menggunakan NADPH yang dihasilkan dari berbagai sistem intraseluler, diantaranya hexose-monophosphate shunt. Berbagai isoenzim organel spesifik dari dismutase superoksida juga ditemukan. SOD Zn, Cu merupakan sitoplasmik, sedangkan enzim Zn, Mn mitokondrial. Isoenzim ini tidak ditemukan dalam cairan ekstraseluler (Poli, 1993).

Gambar 2.4. Enzim-Enzim Pertahanan Antioksidan

Beberapa bahan tereduksi (tabel 2) juga bekerja sebagai antioksidan, reduksi kelompok radikal aktif seperti radikal peroksi dan hidroksi menjadi bentuk yang kurang reaktif misalnya air. Seperti halnya pembangkitan kembali oksigen singlet. Penggabungan tersebut juga mengakhiri reaksi radikal berantai (Inoue, 2001).

Pertahanan antioksidan kimiawi bagai pedang bermata dua. Pertama, saat bahan tereduksi menjadi radikal maka derivat radikalnya juga terbentuk. Sehingga, jika suatu radikal sangat tidak stabil, reaksi radikal berantai mungkin akan berlanjut. Kedua, bahan tereduksi dapat mereduksi oksigen menjadi superoksida atau peroksida merupakan radikal hidroksil dalam reaksi auto-oksidasi. Ascorbat dan asam urat dapat berfungsi sebagai anti oksidan, ikut serta secara langsung dalam auto-oksidasi,


(37)

baik melalui reduksi aktifator oksigen lain seperti rangkaian logam transisi atau quinone, atau bertindak sebagai kofaktor enzim (Poli, 1993).

Proses tersebut dapat melibatkan kemampuan askorbat untuk depolimerisasi DNA, hambatan Na+/K+ ATPase otak, potensiasi toksisitas paraquat, dan sebagai mediator peroksidasi lemak. Juga mempunyai kontribusi kelainan patofisiologi dari metabolisme purin. Sifat yang sesungguhnya campuran pro atau antioksidan untuk bahan pereduksi khusus adalah integrasi kompleks dari beberapa faktor. Pada kasus zat pembersih radikal hidroksil, produk dari interaksi radikal dengan antioksidan umumnya kurang reaktif dibanding radikal hidroksil. Radikal yang terbentuk tersebut cukup stabil dan dalam konsentrasi cukup tinggi namun dapat terjadi mekanisme seperti pada glutation dan superoksida. pH sangat mempengaruhi reduksi langsung oksigen menjadi superoksida oleh senyawa sulfidril, sedangkan faktor lokal lainnya seperti konsentrasi molar dari molekul oksigen juga punya peranan penting (Inoue, 2001). Oksigen singlet dan bagian triplet molekul yang tereksitasi mungkin disempurnakan melalui interaksi bersama sistem konjugasi sistem diene seperti yang ditemukan pada karoten, tokoferol, atau melanin. Seperti antioksidan pereduksi, senyawa tersebut dapat juga menghasilkan jenis elektron aktif dan mungkin juga penyakit (Inoue, 2001).

Tabel 2.2. Antioksidan dan Enzim Pembersih (Scavenging) :

Antioksidan

Glutathione Sulfhydryl Vitamin C Vitamin E β-carotene Uric acid Bilirubin Coenzyme Q 10

Antioksidan utama didalam dan diluar sel. Dalam sel 2-10

mM, plasma 5-25 μM

Cysteine dan homocysteine

Antioksidan hidrofilik pada ekstraseluler 40-140 μM dalam plasma

Pembersih pada ruang hidrofobik dalam plasma terikat pada

LDL 0.5-1.6 mg/dl (10-40 μM)

0.055 mg/dl

Hasil metabolik adenosin dan xantine. Antioksidan kuat terhadap radikal hidroksil (HO●)

Antiokasidan hidrofobik terikat pada albumin 20 μM 0.08 mg/dl


(38)

Enzim pembersih

SOD Cu/Zn-SOD Mn-SOD

Extracelluler SOD (EC-SOD)

Catalase GSH peroxidase GSSG reductase Thioredoxin system

Terdapat pada semua sel mamalia Sitosol, eritrosit 2300 unit/g Hb Mitokondria

Plasma dan endotel permukaan, terikat pada heparin Peroksisum, RBC 153.000 unit/g Hb

Sitosol (75%), mitokondria (25%) NADPH dependent Regulasi redok Binding protein Albumin Ceruloplasmin Transferin

Antioksidan kuat 0.5 mM dalam plasma Aktifitas feroksidase 15-60 mg/dl plasma Membersihkan Fe bebas 200-400 mg/dl

Metalothionein Membersihkan logam berat

2.6.6. Sumber dan Manfaat Antioksidan Alami dalam Menangkal Radikal Bebas

Menurut Shahidi (1991) dalam Kumalaningsih (2006), ada banyak bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami seperti rempah-rempah, dedaunan, teh, kokoa, biji-bijian, serelia, buah-buahan, sayur-sayuran, dan tumbuhan/alga laut. Dari semua sumber-sumber tersebut, beberapa macam antioksidan yang penting terkandung didalamnya yaitu sebagai berikut.

1. Vitamin E

Vitamin E atau Tokoferol tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak atau minyak. Terdapat 8 (delapan) bentuk vitamin E yaitu 4 (empat) tokoferol alfa, beta, gamma, dan delta serta 4 (empat) tokotrienol. Dari delapan bentuk tersebut yang bermanfaat bagi aktivitas biologis dalam tubuh adalah alfa yang ditemukan dalam darah dan jaringan tubuh yang berfungsi sebagai antioksidan primer yang dapat mengakhiri rentetan reaksi radikal bebas.

Tabel 2.3. Sumber Vitamin E Berdasarkan Ukuran Saji :

Bahan pangan Ukuran saji Kandungan Vit.E /

Tokoferol (mg) Manfaat

Telur, utuh , segar Minyak jagung

I butir besar 1 sdm

0,88 1,9

Mencegah kanker


(39)

(Sumber: Anonymous, 2005) 2. Vitamin C

Vitamin C merupakan antioksidan yang tangguh. Ia membantu menjaga kesehatan sel, meningkatan penyerapan zat besi, dan memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Bagi pria, antioksidan ini memperbaiki mutu sperma, dengan cara mencegah radikal bebas merusak lapisan pembungkus sperma. Asupan vitamin C terbatas menjadi salah satu faktor penentu kesuburan. Di samping berfungsi sebagai antioksidan, vitamin C memiliki fungsi menjaga dan memelihara kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler, kesehatan gigi dan gusi. Vitamin C membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat nitrosamin, zat pemicu kanker. Vitamin C juga membantu penyembuhan luka. Vitamin C sudah mengalami perkembangan, sampai sekarang ada 3 generasi vitamin C. Generasi pertama adalah asam askorbat, generasi kedua adalah vitamin C penyangga atau buffer, dan generasi ketiga adalah Ester-C®. Kebutuhan vitamin C yang dianjurkan adalah sebesar 30 – 60 mg per hari. Sedangkan rata-rata kecukupan vitamin C untuk keluarga adalah sebesar 53,7 ± 2,2 mg. Sumber utama vitamin C adalah dari buah-buahan dan sayur-sayuran, sedangkan bahan makanan

Minyak zaitun Minyak kacang tanah

Minyak kedelai Jus tomat

Apel dengan kulit Mangga Mentega Kacang tanah, kering Alpukat Asparagus beku Bayam Kentang manis Tomat merah Taoge 1 sdm 1 sdm 1 sdm 6 ons larutan 1 buah sedang 1 buah sedang 1 sdm

1 ons

1 buah sedang 4 potong 1/2 cup 1 buah sedang 1 buah 100 gr 1,6 1,6 1,5 0,4 0,81 2,32 3 2,56 2,32 1,15 0,53 5,93 0,42 117 – 662

Mencegah serangan jantung Mencegah stroke Mencegah osteoporosis Membangkit kan sisitem imunitas Mempelancar pencernaan Meningkatka n kesuburan Menjaga ph lambung


(40)

yang berasal dari hewani pada umunya tidak merupakan sumber yang kaya akan vitamin C.

Tabel 2.4. Buah-buahan Sumber Vitamin C:

No. Nama Bahan Makanan

Berat Tiap Satuan Penukar (gram) Kandungan Vitamin C 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Belimbing Jambu biji Jeruk bali Jeruk garut Embacang (bacang) Kemang Mangga Nenas Pepaya Pisang ambon Rambutan Sawo manila Sirsak 100 50 100 100 100 100 100 150 100 300 100 150 150 Setiap satuan bahan penukar mengandung vitamin C 30 – 80 mg

(Sumber: John M deMAN, 1997)

Tabel 2.5. Sumber Vitamin C dari Sayuran:

No. Nama Bahan Makanan Kandungan Vitamin C per 100

gram Bahan (mg) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Daun singkong Daun katuk Daun kelor Daun melinjo Gandaria Bayam Kol / Kubis

275 239 220 182 111 60 60 (Sumber: John M deMAN, 1997)

3. Vitamin A

Vitamin A adalah istilah umum untuk suatu kelompok senyawa yang memiliki aktivitas biologi dari retinol dan merupakan zat gizi esensial untuk penglihatan, reproduksi, pertumbuhan, diferensiasi epitelium, dan sekresi lendir/getah. Sumber

utama vitamin A adalah pigmen karotenoid (umumnya α-karoten) dan retinil ester dari hewan. Senyawa ini diubah menjadi retinol dan diesterifikasi dengan asam lemak


(41)

ke hati untuk disimpan. Kata “karoten” berasal dari kata Latin yang berarti wortel (carrot), yaitu pigmen warna kuning dan oranye pada buah dan sayuran. Salah satu

anggota senyawa karoten yang banyak dikenal adalah β-karoten, yaitu senyawa yang

akan dikonversikan jadi vitamin A (retinol) oleh tubuh. Itu sebabnya, β-karoten sering disebut pro-vitamin A (sumber vitamin A).

Tabel 2.6. Sumber Vitamin A :

No. Sumber

Kandungan Vitamin A (S.I) dalam 100 gr bahan

1. 2. 3. 4. 5.

Wortel Pepaya Tomat Semangka Pisang Raja

12.000 365 1.500

590 950 (Sumber: Anonymous, 1990)

4. Senyawa Fenolik

Senyawa fenolik adalah senyawa antioksidan alami yang berupa flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik. Komponen senyawa fenolik bersifat polar dn memiliki fungsi antara lain sebagai penangkap radikal bebas dan peredam terbentuknya oksingen singlet. Senyawa fenolik dapat larut dalam air. Tumbuh-tumbuhan yang termasuk senyawa fenolik dan sangat bagus sebagai antioksidan karena memiliki aroma dan rasa yang menyegarkan, antara lain: Jahe ( Zingiber Officinale ), Bawang Putih ( Allium Sativum ), Kunyit ( Curcuma Sp ), dan Teh ( Camellia Sp ).

5. Anthosianin

Anthosianin adalah senyawa flavonoid yang merupakan sekelompok zat warna berwarna kemerahan yang larut dalam air dan tersebar sangat luas di dunia tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu, dapat juga digunakan sebagai pewarna alami yang tersebar luas dalam tumbuhan (bunga, buah-buahan, dan sayuran). Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air adalah penyebab hampir semua warna merah,


(42)

dapat dilakukan pada pH rendah seperti untuk minuman ringan, minuman beralkohol, manisan, saos, pikel, makanan beku atau kalengan serta yoghurt. Jenis tumbuhan dan buah yang banyak mengandung zat anthosianin adalah Ubi Jalar Ungu ( Ipomea Batatas Var Ayamurasaki ) dan Stroberi.

6. Isoflavon

Isoflavon dapat ditemukan pada kacang-kacangan terutama kedelai yang diyakini memiliki sifat estrogenik, antikarsinogenik, antiosteoporoisitik, antioksidan, dan dapat juga memperbaiki sindroma menopouse. Pada olahan kedelai yaitu tempe memiliki kandungan senyawa isoflavon dengan aktivitas antioksidan dan anti hemolitik, senyawa tersebut ialah yang disebut dengan faktor 2, genisten, dan daidzein.

2.6.7. Metabolisme Antioksidan dalam Tubuh

Liver adalah organ utama untuk membersihkan zat-zat toksin berasal dari bakteri maupun zat kimia seperti indotoksin, oksidan, dan pro-oksidan. Untuk melakukan detoksikasi dari bahan berbahaya tersebut, liver mengandung antioksidan dengan berat molekul rendah dan enzim yang merusak kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen species. ROS) yaitu glutation tereduksi (GSH), vitamin C, vitamin E, superoksid dismutase (SOD), glutation peroksidase, dan katalase (Inoue, 2001).

2.7. Tindakan Pencegahan dalam Menangkal Radikal Bebas

Menurut Dr. Kenneth H. Cooper, Ada 4 (empat) langkah yang dapat dilakukan yang menjadi pencetus Preventive Medicine untuk melawan radikal bebas yang berbahaya dalam tubuh kita yaitu : 1. Berolah raga dengan intensitas rendah. 2. Mengkombinasi beberapa antioksidan setiap hari. 3. Mengatur diet dan memasak secara benar agar antioksidan dalam makanan tidak rusak. 4. Bergaya hidup bebas dari radikal bebas.


(43)

Berikut merupakan ulasan dan saran-saran bagaimana cara memahami 4 (empat) langkah yang dapat dilakukan tersebut menjadi pencetus Preventive Medicine diatas.

Langkah 1 : Lakukan Olah Raga Dengan Intensitas Rendah Pada keadaan normal radikal bebas terbentuk secara amat perlahan kemudian dinetralisir oleh antioksidan yang ada dalam tubuh. Namun jika laju pembentukan radikal bebas sangat meningkat karena terpicu oleh latihan yang terlalu keras atau berolahraga secara berlebihan sehingga jumlah radikal bebas akan terbentuk melebihi kemampuan sistem pertahanan tubuh, maka molekul pemberontak tambahan yang tidak dapat dicegah ini lalu menyerang membran sel , sehingga terjadi kerusakan pada sel-sel tubuh kita yang mengakibatkan timbulnya penyakit . Sebaliknya dengan meningkatkan ketahanan tubuh kita secara bertahap melalui program latihan olah raga dengan intensitas rendah yang disarankan seperti jalan cepat, jogging, berenang, dan bersepeda statis ini, dapat meningkatkan enzim antioksidan endogen seperti enzim superoksid dismutase, glutation peroksidase dan katalase untuk mencegah kerja setiap radikal bebas yang merusak.

Langkah 2 : Gunakan Kombinasi Beberapa Antioksidan Setiap Hari Seperti kita ketahui campuran antioksidan ada beraneka ragam bergantung pada usia, jenis kelamin, dan tingkat kegiatan , serta bobot badan kita. Banyak pandangan sangat meyakini bahwa kebutuhan semua vitamin dan mineral dapat kita peroleh dari makanan yang kita makan melalui menu harian kita, ternyata tidak semudah itu. Untuk memperoleh vitamin E dengan dosis 100 IU dimana jumlah dosis itu lebih kecil dari dosis optimum harian rata-rata yang disarankan oleh para ahli nutrisi, kita harus makan dua mangkuk kemiri, atau semangkuk biji bunga matahari dan bila kita memakannya maka pemasukan lemak dan kalori akan luar biasa banyaknya. Untuk memperoleh 1000 mg vitamin C diperlukan mengkonsumsi 15 buah jeruk, atau 25 buah cabe hijau, atau untuk memperoleh 25.000 – 50.000 IU beta karoten diperlukan makan paling sedikit dua sampai tiga batang wortel atau tiga mangkuk butternut


(44)

squash. Bila kita melihat contoh diatas maka jalan terbaik untuk dapat mencukupi vitamin atau mineral adalah menyusun dan mengkonsumsi beberapa suplemen yang disesuaikan dengan kebutuhan kita sendiri. Pengunaan suplemen makanan ini tentunya tergantung dari pada usia, jenis kelamin, tingkat kegiatan, bobot badan serta penyakit yang sedang diderita oleh kita.

Langkah 3 : Cara Memasak dan Cara Diet Agar Antioksidan Dalam Makanan Tidak Rusak

Sekalipun kita mengetahui suatu makanan mengandung banyak antioksidan, ini tidak berarti bahwa jika kita memakannya akan memperoleh seluruh keuntungan yang terdapat di dalam makanan tersebut. Nilai gizi makanan dapat hilang banyak selama pegemasan, penyimpanan, pemasakan, atau penyiapan lain. Sebagai paduan didalam menyiapkan makanan ingatlah hal-hal berikut ini :

1. Perubahan nilai PH nya , keasaman, atau kebasaannya makanan dapat terjadi selama proses pembuataannya. Penambahan zat tambahan misalnya vetsin, dan lain-lain.

2. Metode masak terbaik untuk mempertahankan kandungan antioksidan adalah : Microwave, Uap, Tumis.

3. Hindari bahan-bahan yang sudah layu dalam mengolah makanan.

4. Hindari pemotongan, perajangan, pengirisan, pembilasan, atau perendaman yang berlebihan.

5. Cobalah mengkonsumsi air yang kita gunakan dalam merebus bahan makanan mungkin antioksidan ada didalamnya.

6. Jangan menyimpan di kulkas makanan yang telah dimasak lebih dari satu hari tanpa mengunakan wadah yang kedap udara.

7. Jangan menghangatkan kembali makanan nabati yang telah dimasak satu kali. 8. Hindari mempertahankan kehangatan makanan selama lebih dari 30 menit

sebelum dihidangkan.


(45)

Langkah 4 : Gaya Hidup Bebas Dari Radikal Bebas. Tidak ada jalan untuk mundur atau melarikan diri ke suatu lingkungan yang betul-betul bebas dari gangguan radikal bebas. Dengan hidup di tengah masyarakat modern kita akan terpapar oleh berbagai pemicu dari lingkungan yang memacu pembentukan molekul radikal bebas yang bisa merusak dalam tubuh kita. Kendati demikian kita dapat meminimalisasi ancaman radikal bebas terhadap kesehatan kita dan membuat hidup kita lebih panjang serta menjadi lebih produktif secara maksimal. Seperti kita ketahui, olah raga yang tidak berlebihan, mengkonsumsi suplemen antioksidan, dan tata menu makanan yang benar dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap radikal bebas secara bemakna. Akan tetapi untuk memperoleh pertahanan yang betul-betul sempurna perlu juga dilakukan tindakan pencegahan yang memungkinkan hadirnya radikal bebas dalam diri kita. Ini berarti bahwa kita harus belajar mengenali dan mengurangi atau bahkan menghilangkan faktor-faktor yang dapat terus-menerus memacu pembentukan radikal bebas dalam tubuh kita.

Tahap terakhir ini merupakan tahap yang tersulit karena beberapa hal yaitu :

1. Berhadapan dengan kebiasaan-kebiasaan pribadi yang sudah berakar kuat misalnya merokok.

2. Mengatasi berbagai hambatan yang tampaknya sulit teratasi misalnya pencemaran udara di tempat kita hidup atau bekerja.

Kenyataan tersebut diatas jangan menyurutkan semangat kita untuk dapat menghindari dari semua radikal bebas yang berlebihan yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh kita. Memang suatu pekerjaan yang sulit untuk menghilangkan sama sekali radikal bebas yang sangat banyak ini, tetapi paling tidak dengan mengetahui radikal bebas tersebut, dapat kita meminimalkan terpaparnya sehingga rencana dapat kita buat untuk pertahanan seumur hidup terhadap ancaman molekul-molekul pemberontak itu. Sekarang kita telah memiliki 4 (empat) pelindung utama untuk mencegah kerusakan akibat radikal bebas yaitu olah raga dengan intensitas rendah, suplemen antioksidan, tatanan menu dengan jumlah antioksidan maksimal, kemudian


(46)

perlindungan paling akhir bagi kita adalah gaya hidup yang kita pilih sehari-hari untuk menghindari paparan berlebihan berbagai radikal bebas yang mengancam tubuh kita . Langkah tersebut diatas kita sebut revolusi antioksidan jika dipertimbangkan dari berbagai aspek sesungguhnya merupakan suatu cara pendekatan yang menyeluruh dan betul-betul merupakan perubahan baru untuk memperoleh kesehatan dan umur panjang.

Selain itu, salah satu yang menjadi tindakan pencegahan saat bekerja agar tebebas dari radikal bebas adalah dengan menggunakan alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalu

1. Safety Helmet. Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.

2. Tali Keselamatan (safety belt). Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil,pesawat, alat berat, lainnya).

3. Sepatu Karet (sepatu boot). Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan lain-lain.

4. Sepatu pelindung (safety shoes). Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan lain-lain.

5. Sarung Tangan. Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.


(47)

6. Tali Pengaman (Safety Harness). Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter. 7. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff). Berfungsi sebagai pelindung telinga pada

saat bekerja di tempat yang bising.

8. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses). Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).

9. Masker (Respirator). Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dan lain-lain). 10.Pelindung wajah (Face Shield). Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan

benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).

11.Jas Hujan (Rain Coat). Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).

Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L 'Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan').

2.8. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan 2.8.1. Pengertian Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).


(48)

Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme S-O-Respons. Skiner memdekan ada dua jenis respons, yaitu : 1. respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.

2. operant respons atau instrumental repons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

2.8.2. Batasan Perilaku

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus di atas, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Skiner, 1938).

1. Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, presepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain..

2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan nyata atau praktik (practice).

2.8.3. Perilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok (Notoatmodjo, 2007).


(49)

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintanance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan, atau sering disebut Perilaku Pencarian Pengobatan (health seeking behaviour) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku Kesehatan Lingkungan

Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak menggangu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.

Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini adalah Perilaku Hidup Sehat, Perilaku Sakit (illness behaviour), dan Perilaku Peran Sakit (the sick role behaviour).

2.8.4. Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni : 1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Determinan atau faktor eksternal, yakni


(50)

lingkungan, baik lingkungkan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Benyamin Bloom (1908), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni : a. Kognitif (cognitif), b. Afektif (affective), c. Psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pacaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

a. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) menggungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.


(51)

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.

b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan. 1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.


(1)

sikap1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 53 53.0 53.0 53.0

2 10 10.0 10.0 63.0

3 37 37.0 37.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

sikap5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 20 20.0 20.0 20.0

2 62 62.0 62.0 82.0

3 18 18.0 18.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

sikap6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 11 11.0 11.0 11.0

2 84 84.0 84.0 95.0

3 5 5.0 5.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

sikap3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 1 1.0 1.0 1.0

2 2 2.0 2.0 3.0

3 97 97.0 97.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

sikap4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 4 4.0 4.0 4.0

2 1 1.0 1.0 5.0

3 95 95.0 95.0 100.0


(2)

Valid 1 64 64.0 64.0 64.0

2 18 18.0 18.0 82.0

3 18 18.0 18.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

tindakan1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 15 15.0 15.0 15.0

2 28 28.0 28.0 43.0

3 57 57.0 57.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

tindakan5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 73 73.0 73.0 73.0

tindakan2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 12 12.0 12.0 12.0

2 31 31.0 31.0 43.0

3 57 57.0 57.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

tindakan3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 2 2.0 2.0 2.0

2 13 13.0 13.0 15.0

3 85 85.0 85.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

tindakan4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 16 16.0 16.0 16.0

2 53 53.0 53.0 69.0

3 31 31.0 31.0 100.0


(3)

Total 100 100.0 100.0 tindakan6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 8 8.0 8.0 8.0

2 18 18.0 18.0 26.0

3 74 74.0 74.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

tindakan7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 9 9.0 9.0 9.0

2 33 33.0 33.0 42.0

3 58 58.0 58.0 100.0


(4)

pencegahan3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 9 9.0 9.0 9.0

2 36 36.0 36.0 45.0

3 55 55.0 55.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pencegahan4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 8 8.0 8.0 8.0

2 28 28.0 28.0 36.0

3 64 64.0 64.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pencegahan5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 2 2.0 2.0 2.0

tindakan8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 20 20.0 20.0 20.0

2 56 56.0 56.0 76.0

3 24 24.0 24.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pencegahan1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 16 16.0 16.0 16.0

2 11 11.0 11.0 27.0

3 73 73.0 73.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pencegahan2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 38 38.0 38.0 38.0

2 36 36.0 36.0 74.0

3 26 26.0 26.0 100.0


(5)

2 13 13.0 13.0 15.0

3 85 85.0 85.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pencegahan9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 9 9.0 9.0 9.0

2 25 25.0 25.0 34.0

3 66 66.0 66.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pencegahan10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 4.0 4.0 4.0

2 11 11.0 11.0 15.0

3 85 85.0 85.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pencegahan7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 4 4.0 4.0 4.0

2 7 7.0 7.0 11.0

3 89 89.0 89.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pencegahan8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 2 2.0 2.0 2.0

2 9 9.0 9.0 11.0

3 89 89.0 89.0 100.0


(6)

Valid 1 30 30.0 30.0 30.0

2 12 12.0 12.0 42.0

3 58 58.0 58.0 100.0