37
BAB IV HASIL ANALISIS
A. Unsur Intrinsik Novel Perempuan Berkalung Sorban
Analisis unsur intrinsik dalam novel PBS berupa tema, tokoh dan penokohan, alur, latar tempat, waktu, sosial, dan sudut pandang. Unsur-unsur
tersebut didapat dari data atau fakta yang ada dalam novel PBS karya Abidah El Khalieqy melalui pembacaan yang cermat dan berulang.
A. Tema
Tema dari novel PBS adalah pembebasan seorang perempuan dari budaya patriarki yang selama ini memasungnya. Tema tersebut tergambar
jelas dari perjalanan hidup Annisa untuk memperoleh kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki. Penggambaran tokoh Annisa dalam novel
PBS ini dibuat untuk mengembangkan gagasan kesetaraan gender. Hampir seluruh bab dalam novel PBS ini membahas tentang usaha tokoh utama
Annisa untuk mendapatkan keadilan antara perempuan dan laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari kutipan novel PBS sebagai berikut:
―….. Selembut embun pagi yang menetes dari langit biru. Mengisi jadwal dan kewajiban hari-
hariku untuk tetap melangkah, memerdekakan kaumku yang masih saja lemah. Agar mereka selalu hadir dan mengalir di tengah zaman. Membawa
kemudi. Panji matahari.‖
PBS. h. 241
Kutipan tersebut menjelaskan tekad kuat Annisa untuk tetap memperjuangkan hak-hak kaum perempuan yang selama ini termarginalkan.
Bukan hal yang mudah bagi Annisa untuk mendapatkan hak-haknya sebagai perempuan. Annisa harus menghadapi berbagai macam rintangan. Salah
satunya adalah orang tua Annisa yang masih menjunjung tinggi nilai patriarki. Pada akhirnya ia mendapatkan apa yang selama ini ia cari yaitu
37
38
kesetaraan yang ia dapatkan ketika menikah dengan Khudhori yang sangat mendukung akan kesetaraan gender antara laki-laki dengan perempuan.
B. Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan pelaku yang ada dalam sebuah cerita. Penokohan dalam novel PBS dapat diketahui melalui perbuatan, kebiasaan, dialog yang
dilakukan oleh tokoh tersebut. Penokohan dapat berubah-ubah sesuai dengan kedalaman cerita tersebut. Perubahan itu terjadi dari jahat menjadi
baik atau tokoh baik yang tetap baik. Dengan demikian tokoh dan penokohan tersebut dapat dikenali oleh pembaca.
Nurgiyantoro membedakan tokoh ke dalam beberapa kriteria.
1
Dilihat dari fungsi penampilan, tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tokoh Protagonis Berikut ini merupakan tokoh protagonis yang ada dalam novel
PBS karya Abidah El Khalieqy: 1 Annisa
Annisa merupakan tokoh utama dalam novel ini. Tokoh Annisa
memiliki porsi
penceritaan yang
banyak tentang
kehidupannya, Annisa juga berperan sebagai pencerita sehingga ia selalu muncul mulai dari awal hingga akhir cerita. Annisa
digambarkan secara analitik oleh pengarang sebagai anak dari seorang
Kiai yang
mempunyai pondok
pesantren khusus
perempuan di daerahnya. Hal ini dapat dibuktikan dalam kitipan berikut:
‖……Pondok Pesantren Putri yang didirikan oleh Bapakku, Kiai Haji Hanan Abdul Malik, memiliki cita-cita dan
harapan untuk mendidik dan menjadikan remaja putri agar menjadi kaum muslimmah yang berguna….‖
PBS. h. 53
Dari kutipan di atas terlihat bahwa pengarang membuat tokoh utama yang seorang anak dari tokoh terpandang di desanya, yang
1
Nurgiantoro, op. cit., h. 178.
39
menjunjung nilai-nilai patriarki. Melalui penggambaran kondisi keluarga Annisa yang disampaikan pengarang secara analitik telah
memberikan gambaran
terhadap pembaca
bahwa Annisa
dibesarkan dalam
lingkungan yang
menekankan nilai-nilai
patriarki. Annisa merupakan tokoh perempuan yang diciptakan oleh
pengarang sebagai
pelopor perbaikan
derajat perempuan,
khususnya dalam lingkungan pesantren salaf. Annisa berusaha membebaskan
diri dari
cara pandang
orang-orang yang
memandang sesuatu hanya dari jenis kelamin. Annisa digambarkan sebagai sosok yang memiliki tekad kuat dan pantang menyerah.
Tekad tersebut ia implementasikan ketika ia sedang tersudutkan. Seperti pada kutipan berikut:
―Apa pun yang terjadi, aku harus bisa, aku mesti belajar naik kuda, aku akan tetap belajar naik
kuda, naik kuda.‖
PBS. h. 35
Secara dramatik, pengarang memunculkan penokohan Annisa sebagai sosok yang kritis, ini terbukti dengan rasa ingintahuannya
yang sanggat tinggi terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Ia selalu mempertanyakan tentang perbedaan perlakuan yang
didapatkannya. Selain itu Annisa juga digambarkan secara dramatik sebagai orang yang sangat menyukai ilmu pengetahuan.
Annisa juga memiliki sifat pasrah, sifat pasrah ini ditunjukkan ketika Annisa dijodohkan dengan Samsudin. Ia tidak
bisa menolak permintaan kedua orang tuanya untuk menikah, padahal saat itu ia masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah.
Tetapi sifat pasrah yang ditujukkan Annisa ini bertentangan dengan sifatnya
yang berontak.
Dari awal
cerita pengarang
menggambarkan Annisa secara dramatik sebagai sosok yang sering berontak dan melanggar aturan yang dibuat ayahnya.
Selama hidup dengan Samsudin, Annisa sama sekali tidak pernah bercerita tentang kekerasan yang selalu diterimanya dari
40
Samsudin. Ini bertentangan dengan penggambaran usianya yang masih sangat muda yaitu duduk di kelas 1 Madrasah Tsanawiyah.
Pengarang menghadirkan tokoh utama yang masih sangat muda dan harus menjalani kekerasan pisik, psikis, dan seksual tiap
harinya, dan ia masih bisa bertahan tanpa ada sedikitpun rasa takut yang dihadirkan kepada sosok Samsudin.
2 Khudhori Khudhori merupakan tokoh utama tambahan dalam novel
PBS ini. Porsi penceritaannya banyak walaupun tidak sebanyak porsi penceritaan Annisa. Khudhori digambarkan secara analitik
melalui tokoh Annisa sebagai sosok yang mempunyai wawasan yang luas. Ini terbukti dari pemahamannya yang sangat banyak
tentang puisi-puisi kuno, memahami nilai-nilai ajaran islam secara luas dan mendalam, ia juga mengenal dengan sangat baik karya-
karya Mozart dan Beethoven. Selain itu ia juga dapat melanjutkan pendidikannya di Mesir dan juga Berlin. Ini menunjukkan bahwa
selain memiliki wawasan yang luas, ia juga memiliki semangat dan kemauan yang tinggi, seperti pada kutipan berikut:
―……Lek Khudhori suka pada puisi, bahkan juga mengenal nama-nama
penyair dunia yang terkenal.‖
PBS. h. 36
Pengarang mencoba
menggambarkan sosok
Khudhori sebagai sosok yang cuek tidak peduli akan masalah yang sedang
dihadapinya. Ini terbukti dengan ketidakpeduliannya terhadap fitnah yang ditujukkan padanya. Padahal fitnahan tersebut sudah
membuatnya bertengkar dengan istrinya Annisa, seperti pada kutipan: ―…. Jika ada yang bilang aku sudah menikah, aku tidak
mau melacak dari mana sumbernya, silahkan Nisa melacaknya sendiri. Sebab aku tidak suka melayani fitnah. Oke?‖
PBS. h. 217
Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Khudhori tidak pernah menanggapi apa pun kabar jelek yang menerpa