Sanksi Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak dalam Hukum Pidana Islam

34 Ayat 2 “Ketentuan pidana sebagaiman dimaksud dalam ayat 1 berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan perstubuhan dengannya atau dengan orang lain”. Pasal 82 menyatakan: “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakuakan atau membiarkan untuk dilakuakan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan paling singkat 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit Rp 60.000.000,- enam puluh juta rupiah”. Dilihat dari kedua Hukum Positif di atas yaitu KUHP dan Undang- undang Perlindungan Anak, ancaman sanksi pidana pada Undang-undang Perlindungan Anak lebih berat dibanding dengan sanksi pidana KUHP. Akan tetapi pemerintah masih lebih mengunakan KUHP dalam memberikan putusan kepada pelaku, sehingga pelaku tidak jera dari hukuman yang diberikan oleh Majelis Hakim di persidangan.

D. Sanksi Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak dalam Hukum Pidana Islam

Tindak pidana kesusilaan seperti pemerkosaan zina termasuk dalam salah satu kategori jarimah hudud. Hudud secara etimologi bentuk jamak dari kata “hadd” membatasi. 18 Hudud secara istilah yakni peraturan atau undang-undang 18 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Mudlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta, Multi Krya Grafika, 1998, cet. Ke-4, h. 696 35 dari Allah yang bersifat membatasi atau mencegah yang berkenaan dengan hal- hal yang boleh dan yang dilarang haram. 19 Dimana jarimah ini merupakan hak Allah secara mutlak. Sanksi hukuman pelaku pemerkosaan selain dihukum seperti pelaku zina, juga dihukum dengan hukuman ta’zir sebagai hukuman tambahan atas paksaan kekerasan atau ancaman yang dilakukan untuk mempelancar perbuatan perkosaannya. Dengan sangat tegas hukum Islam telah menentukan mengenai kejahatan terhadap kesusilaan zina. Pada dasarnya kejahatan terhadap kesusilaan merupakan kejahatan yang sangat peka, dikarenakan menyangkut kehormatan manusia. Dalam pandangan Islam soal moral seks tidak sembarangan, maka segala hal yang mendekati zina juga dilarang. Sebagaimana firman Allah SWT: he 6,ﺱ ,PB,ﺱ, h1,D6 ,9 , , 76 ,5 , ],-, , E P ﺱJ ij H kF I Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk ”. QS. Al-Isra’: 1732 Dalam Hukum Islam menjatuhkan suatu sanksi bagi pelaku pemerkosaan terhadap anak di bawah umur, diperlukannya minimal empat orang saksi laki-laki yang adil dan berdasarkan alat-alat bukti yang sah dan orang yang melakukan perbuatan tersebut harus mengakui secara terus terang. Contohnya Bayyinah atau Hujjah ialah berupa petunjuk alat bukti. 19 Ahmad hanafi, Azas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, cet.Ke-1, h. 24 36 Alat-alat bukti yang paling pokok atau hujjah syar’iyyah yang diperlukan dalam sebuah pembuktian adalah: 1. Iqrar pengakuan yaitu hujjah bagi si pelaku memberi pengakuan sendiri. 2. Syahadah kesaksian yaitu hujjah yang mengenai orang lain. 3. Qarinah qarinah yang diperlukan. 20 Apabila kasus pemerkosaan itu betul-betul telah memenuhi syarat dan dapat dibuktikan kebenarannya, sebagaimana dalam ketentuan yang telah ditetapkan, maka zina baru dapat dijatuhi sanksi dengan ketentuan hukum yang telah ditetapkan dalam al-Qur’an bagi pelaku zina, sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S An-Nuur: 2 + , - .  2 3 4 5 6 768 9 :; = ? A  :; , CDA E FGHIJ K 9E 2 L  3 LMN; O IP 6Q  E E FG H F I Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”. 20 Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ al-Jinaiy al-Islamiy Muqoronan bil qanunil wad’iy, juz I, Beirut-Libanon: Muassasah Ar-Risalah, 1992, h. 441 37 Nabi Muhammad saw. Menyatakan: ? l Z V ﺱ 8W 4 e ﺱ R R P A 1 ﺱ ` m ` m P N 0O Artinya: “Dari ‘Ubadah bin As-samit r.a. ia berkata Rasulullah saw. Telah bersabda: kutibla dari aku. Kutiblah dari aku, sesungguhnya Allah telah menjadikan menunjukkan jalan, bikir dengan bikir dicambuk seratus kali dan diasingkan selama satu tahun, dan saiyib dengan saiyib dicambuk seratus kali dan rajam”. H.R. Muslim 21 Berikut adalah penjelasan hukuman bagi pelaku zina: 1. Hukum dera dan pengasingan Hukuman dera dilakukan sampai seratus kali cambukan dan diasingkan selama satu tahun terhadap zina yang dilakukan oleh orang yang belum beristri ghairu muhsan dan terhadap korban perkosaan tidak diberikan sanksi karena dia mendapat paksaan beserta ancaman dari pelaku. Pengertian dera yang dikhususkan untuk pezina yang belum menikah, dinyatakan oleh banyak periwayat, diantaranya seperti Ibnu Abbas yang mendengar Umar Bin al-Khattab berkata, bahwa hukum 21 Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zina Pandangan Hukum Islam dan KUHP, Jakarta : Bulan Bintang,cet. Ke-1 38 rajam ditegakkan atas pria atau wanita yang berzina sedangkan mereka telah menikah, baik itu dengan adanya bukti yang kuat berupa kehamilan atau pengakuan Ikhtilaf al-Hadits, 1985 Vol.I, h.221. Dalam penambahan hukuman pengasingan ini para ulama berbeda pendapat, yaitu: a. Menurut Imam Abu Hanifah bahwa tidak mesti dihukum buang atau di asingkan saat hukum pengasingan diserahkan kepada pertimbangan yang memutuskan hakim. b. Menurut Imam Ahmad bahwa rasanya hukuman dera seratus kali belum cukup, sehingga perlu ditambah dengan pengasingan selama satu tahun. c. Menurut Imam Malik bahwa yang dikenakan hukuman pengasingan hanya pria saja, sedangkan bagi wanita tidak ada sanksi apa-apa. d. Menurut Imam Syafi’i, al-Qurtubi dan para khulafaurasyidin mereka menyatakan bahwa perlu didera dan diisolasikan bagi para pezina mukhson. 22 2 Rajam Hukuman rajam adalah hukuman mati dengan jalan dilempari dengan batu yang dikenakan kepada pelaku zina mukhsan orang yang 22 As’ari Abdul Ghafar, Pandangan Islam Tentang Zina Dan Perkawinan Sesudah Hamil, Jakarta: Grafindo Utama, 1997, hal 43-44. 39 sudah beristri baik pria maupun wanita para ulama berbeda pendapat apakah hukuman bagi tsayyib orang yang sudah menikah itu dijilid seratus kali lalu dirajam ataukah hanya dirajam saja. Ada yang menggabungkan kedua hukuman tersebut dengan alasan bahwa jilid itu adalah hukuman pokok, sedangkan diasingkan setahun baik bikr orang yang belum menikah dan rajam bagi tsayyib itu merupakan hukuman tambahan. 23 23 A. Djazuli, Fikh Jinayah Upaya Menaggulangi Kejahatan Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Raja Grafindo, 1997, hal 43-44 40

BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DEPOK TENTANG TINDAK PIDANA

PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR Sering kita jumpai dalam masyarakat berbagai macam kasus pelanggaran kesusilaan seperti pemerkosaan. Korban tindak pidana pemerkosaan yang terjadi pada saat ini tidak hanya pada orang dewasa bahkan juga pada anak-anak. Perbuatan keji ini dilakukan mungkin tidak hanya sekali atau dua kali saja, seseorang yang telah melakukan tindak pidana pemerkosaan tidak akan berhenti sebelum perbuatannya diketahui oleh orang lain. Seperti kejahatan yang dilakukan saudara Rozali bin Bahusin yang beralamat Jalan Rawa sari, RT 01, RW 06, Kelurahan Cipayung Jaya, Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Ia melakukan perbuatan bersetubuh dengan anak di bawah umur yaitu Yeni Sofiayanti binti M.Romadon Yang masih berusia 11 tahun. Korban Yeni Sofiayanti adalah tetangga dari saudara Rozali, mereka tinggal berdekatan dengan jarak beberapa rumah. Perbuatan itu telah dilakukan kepada Yeni berulang kali hingga terjadi tiga kali, Yeni yang sebagai korban mengadu kepada Ibunya bahwa ia telah ditiduri oleh Pak Rozali yang tinggal berdekatan dengannya. Korban Yeni adalah anak pertama dari keluarga Bapak M. Romadon dan Ibu Susan. Yeni adalah seorang anak yang lugu dan mudah kenal dengan orang lain. Kebiasaan Yeni melewati rumah pak Rozali telah diperhatikan sejak lama, sehingga pak Rozali tertarik dengan Yeni dan pikiranya ditutupi oleh hasutan setan berupa

Dokumen yang terkait

Implikasi Uji Materil Mengenai Batas Usia Anak Dalam Proses Penanganan Anak Pelaku Tindak Pidana (Kajian Terhadap Putusan: Nomor 1/PUU-VIII/2010)

0 45 144

Kekuatan Pembuktian Visum Et Repertum Terhadap Korban Tindak Pidana Pemerkosaan Di Bawah Umur ( Studi Putusan PN No. 609/Pid.B/2011/PN Mdn )

3 73 99

Tindak pidana pemalsuan surat dalam pandangan hukum pidana islam : kajian atas putusan Pengadilan Negri Depok

2 47 86

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK YANG MASIH DI BAWAH UMUR Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak Yang Masih Di Bawah Umur (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

0 5 19

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK YANG MASIH DI BAWAH UMUR Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak Yang Masih Di Bawah Umur (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

0 6 12

Pertanggungjawaban Pidana Pemerkosaan Pelaku Anak Di Bawah Umur Terhadap Korban Anak Di Bawah Umur (studi putusan No. 79 Pid.Sus-anak 2015 PN-Mdn)

0 0 7

Pertanggungjawaban Pidana Pemerkosaan Pelaku Anak Di Bawah Umur Terhadap Korban Anak Di Bawah Umur (studi putusan No. 79 Pid.Sus-anak 2015 PN-Mdn)

0 0 1

Pertanggungjawaban Pidana Pemerkosaan Pelaku Anak Di Bawah Umur Terhadap Korban Anak Di Bawah Umur (studi putusan No. 79 Pid.Sus-anak 2015 PN-Mdn)

0 0 22

Pertanggungjawaban Pidana Pemerkosaan Pelaku Anak Di Bawah Umur Terhadap Korban Anak Di Bawah Umur (studi putusan No. 79 Pid.Sus-anak 2015 PN-Mdn)

0 0 22

Pertanggungjawaban Pidana Pemerkosaan Pelaku Anak Di Bawah Umur Terhadap Korban Anak Di Bawah Umur (studi putusan No. 79 Pid.Sus-anak 2015 PN-Mdn)

0 0 3