Klasifikasi Tanah di Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir Berdasarkan Keys To Soil Taxonomy 2014

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah pada awalnya didasarkan pada karakteristik individu
seperti tekstur tanah (misalnya lempung, tanah liat atau pasir) atau bahan induk
(misalnya tanah aluvial). Pada akhir tahun 1880 ahli geologi Rusia bernama
Dokuchaev, adalah orang pertama yang menyarankan klasifikasi secara ilmiah
yang didasarkan pada kombinasi dari karakteristik tanah dalam kaitannya dengan
proses pembentukan tanah. Sistem ini mengalami pengembangan hingga tahun
1938 kemudian diubah pada tahun 1949 di Amerika Serikat. Kemudian pada
tahun 1961 dipublikasikan approximation ke 7 dan didistribusikan ke seluruh
dunia sebagai panduan dalam taksonomi tanah (Miller and Donahue, 1994).
Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara membedakan sifatsifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas tertentu
berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dengan cara ini maka tanah yang
mempunyai sifat yang sama dapat dimasukkan ke dalam satu kelas yang sama,
dan demikian pula sebaliknya. Klasifikasi tanah sangat erat kaitannya dengan
pedogenesis atau proses pembentukan tanah karena proses yang berbeda akan
menghasilkan tanah yang berbeda pula (Hardjowigeno, 2003).
Klasifikasi tanah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
klasifikasi secara alami (taksonomi) dan klasifikasi secara keteknikan. Klasifikasi
alami adalah klasifikasi yang didasarkan atas sifat tanah yang dimilikinya tanpa
menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya. Klasifikasi ini

memberikan gambaran besar terhadap sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah yang
dimiliki masing-masing kelas dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar

Universitas Sumatera Utara

pengelolaan bagi berbagai penggunaan tanah. Sedangkan klasifikasi teknis adalah
klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan
untuk penggunaan tertentu sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
semusim dan dalam praktiknya juga dihubungkan dengan klasifikasi kemampuan
lahan dan klasifikasi kesesuaian lahan (Sutanto, 2005).
Menurut Buol Hole dan McCracken (1980), klasifikasi tanah dimaksudkan
untuk berbagai hal yaitu :
1. Menata atau mengoorganisasi pengetahuan tentang tanah
2. Memudahkan mengingat sifat dan perilaku tanah
3. Mengetahui hubungan antar individu tanah
4. Mengelompokkan tanah untuk tujuan yang lebih praktis, antara lain
menaksir sifat dan produktivitasnya; menentukan lahan yang buruk, baik,
atau terbaik; menentukan areal untuk penelitian atau kemungkinan
ektrapolasi hasil penelitian di tempat lain
5. Mempelajari hubungan dan sifat tanah baru.

Klasifikasi tanah mencakup berbagai tingkat kategori yang dicirikan oleh
kriteria sesuai dengan prinsip taksonomi. Makin luas daerah berlakunya makin
tinggi tingkat kategorinya. Sifat yang dipergunakan untuk membedakan satuan
kategori rendah harus mempunyai manfaat bagi penggunaan tanah. Sifat untuk
membedakan satuan kategori tingkat tinggi sebaiknya dapat menggambarkan
proses-proses genesa tanah. Satuan utama klasifikasi tanah kategori tingkat rendah
adalah seri, dan satuan tingkat tinggi adalah ordo. Oleh karena itulah kedua satuan
ini yang mendapat perhatian istimewa dan mempunyai nama nama khusus. Selain
itu sifat yang dipergunakan untuk tingkat satu dapat pula dipergunakan untuk

Universitas Sumatera Utara

tingkat

kategori

lainnya,

sudah


tentu

dalam

batas

yang

berbeda

(Darmawijaya, 1990).
Dalam penyusunan suatu klasifikasi tanah biasanya, digunakan beberapa
ketentuan atau asas yang digunakan sebagai dasar. Ada beberapa asas yang
digunakan dalam klasifikasi tanah yaitu :
a. Asas genetik (genetic principle)
Dalam asas genetik ini, sifat tanah pembeda adalah sifat yang terbentuk sebagai
hasil dari proses pembentukan tanah atau sifat yang mempengaruhi pembentukan
tanah.
b. Asas sifat pembeda makin bertambah (principle of accumulating differentia)
Dalam asas ini sifat tanah pembeda semakin bertambah semakin mendekati

kategori yang lebih rendah. Oleh karena itu, pada kategori rendah tanah tidak
hanya dibedakan berdasar sifat tanah pembeda, tetapi juga digunakan pembeda
yang lebih tinggi.
c. Asas menyeluruh kategori taksonomi (principle of wholeness of taxonomic
categories)
Setiap individu tanah harus diklasifikasikan pada masing kategori berdasarkan
atas sifat tanah pembeda yang telah dipilih untuk kategori tersebut. Setiap sifat
pembeda yang telah dipilih harus dapat mengklasifikasikan semua individu
populasi tersebut.
d. Pembatas asas bebas (ciling of independence principle)
Sifat tanah yang digunakan sebagai pembeda untuk tanah tingkat kategori tanah,
tidak dapat digunakan tapi sebagai faktor pembeda untuk kategori yang lebih
rendah (Hardjowigeno,1993).

Universitas Sumatera Utara

Suatu sistem klasifikasi tanah juga harus memiliki dasar pemikiran sebagai
berikut :
- Dasar klasifikasi harus jelas untuk setiap kategori/setiap tingkat, misalnya
pembeda yang dipergunakan diuraikan dengan jelas

- Pembagian akan menjadi lengkap pada setiap tingkat, misalnya semua klas
terbagi lagi menjadi subklas
-

Suatu klas akan selalu dibagi menjadi subklas yang non- overlapping

(Abdullah, 1991).
Taksonomi Tanah
Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru yang
dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy (USDA, 1975)
menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan
seri. Sistem ini merupakan sistem yang baru mengenai cara-cara penamaan
(tata nama) maupun definisi mengenai horizon penciri ataupun sifat penciri lain
yang digunakan untuk menentukan jenis tanah. Dari kategori tertinggi (ordo) ke
kategori terendah (seri) uraian mengenai sifat-sifat tanah semakin detail
(Rayes, 2007).
Sistem Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA) merupakan sistem
klasifikasi tanah internasional, diperkenalkan pada tahun 1975 dan berkembang
cepat. Hampir setiap 2 tahun sekali diadakan perbaikan dan diterbitkan dalam
buku pegangan lapang Keys to Soil Taxonomy. Sistem ini dibangun oleh para

pakar tanah dunia, terstruktur baik, bertingkat, sistematis dan komprehensif. Dasar
klasifikasi tanah dengan pendekatan morfometrik, dimana sifat penciri horison

Universitas Sumatera Utara

dan

sifat

tanah

lainnya

terukur

secara

kuantitatif

(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).

Dasar penyusunan sistem Taksonomi Tanah adalah bersifat logik,
sistematik, komprehensif dan kuantitatif. Logik artinya sistem ini dibangun atas
dasar logika, sesuai dengan teori genensis. Sistematik berarti teratur urutannya
dalam kerangka klasifikasi. Komprehensif artinya sistem klasifikasi dibangun
melalui pembahasan seluas dan sebanyak mungkin pengetahuan yang terkait.
Kuantitatif berarti penciri dan pembeda klasifikasi dalam identifikasi dan
penamaan tanah didasarkan kisaran nilai yang pasti (Rachim dan Arifin, 2011).
Sesuai dengan sistem klasifikasi tanah yang sifatnya tidak statis, sistem ini
memungkinkan menampung perubahan - perubahan akibat berkembangnya ilmu
pengetahuan, baik di bidang tanah itu sendiri atau ilmu - ilmu lain yang terkait.
Sistem ini juga telah dikukuhkan untuk digunakan secara nasional dalam survei
dan pemetaan tanah pada Kongres Nasional HITI V di Medan, dan diteguhkan
pada Kongres yang sama (ke VII) di Serpong (Rachim dan Arifin, 2011).
Sifat umum dari taksonomi tanah adalah :
1. Taksonomi tanah merupakan sistem multikategori.
2.Taksonomi tanah harus memungkinkan modifikasi karena adanya penemuan
penemuan baru dengan tidak merusak sistemnya sendiri.
3.Taksonomi tanah harus mampu mengklasifikasikan semua tanah dalam suatu
landscape dimanapun ditemukan.
4.Taksonomi tanah harus dapat digunakan untuk berbagai jenis survei tanah.

Kemampuan penggunaan Taksonomi Tanah untuk survei tanah harus dibuktikan

Universitas Sumatera Utara

dari

kemampuannya

untuk

interpretasi

berbagai

penggunaan

tanah

(Hardjowigeno, 1993).
Taksonomi tanah terdiri dari 6 kategori dengan sifat-sifat faktor pembeda

mulai dari kategori tertinggi ke kategori terendah, sebagai berikut :
1. Ordo
Terdiri dari 12 taksa. Faktor pembeda adalah ada tidaknya horison penciri serta
jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.
2. Sub Ordo
Terdiri dari 64 taksa. Faktor pembeda adalah keseragaman genetik, misalnya
ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, regim
kelembaban, bahan induk utama, pengaruh vegetasi yang ditunjukkan oleh
adanya sifat-sifat tanah tertentu, tingkat pelapukan bahan organik (untuk tanahtanah organik).
3. Great Group
Terdiri dari 317 taksa. Faktor pembeda adalah kesamaan jenis, tingkat
perkembangan dan susunan horison, kejenuhan basa, regim suhu dan
kelembaban, ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain seperti plinthite, fragipan
dan duripan.
4. Sub Group
Jumlah taksa masih terus bertambah yaitu > 1400 taksa. Faktor pembeda terdiri
dari sifat-sifat inti dari great group (subgroup Typic), sifat-sifat tanah peralihan
ke great group peralihan ke great group lain, sub ordo atau ordo, sifat tanah
peralihan ke bukan tanah).


Universitas Sumatera Utara

5. Family
Jumlah taksa dalam family juga masih terus bertambah yaitu > 8000 taksa.
Faktor pembedanya adalah sifat tanah yang penting untuk pertanian. Sifat
tanah yang sering digunakan sebagai faktor pembeda untuk family antara lain
adalah : sebaran besar butir, susunan mineral (liat), regim temperatur pada
kedalaman 50 cm.
6. Seri
Jumlah seri tanah di Amerika saja lebih besar 19.000. Faktor pembedanya
adalah : jenis dan susunan horison, warna, tekstur, struktur, konsistensi, reaksi
tanah dari masing-masing horison, sifat kimia dan mineral dari masing horison.
Kategori ordo tanah sampai great group disebut kategori tinggi sedangkan
kategori sub group sampai seri disebut kategori rendah. Jenis dan jumlah faktor
pembeda meningkat dari kategori rendah ke kategori tinggi (Hardjowigeno, 1993).
Taksonomi Tanah 2014
Menurut Taksonomi Tanah 2014 terdapat 8 epipedon penciri yaitu :
Mollik, Antropik, Umbrik, Folistik, Histik, Melanik, Okrik dan Plagen.
A. Epipedon Mollik
Epipedon mollik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat,

terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab) dan kroma
warna ≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa > 50%, kandungan C-organik > 0.6%,
P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.
B. Epipedon Antropik
Epipedon antropik menunjukkan beberapa tanda adanya gangguan manusia, dan
memenuhi persyaratan mollik kecuali P2O5 < 250 ppm.

Universitas Sumatera Utara

C. Epipedon Umbrik
Epipedon umbrik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat,
terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab) dan kroma
warna ≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa < 50%, kandungan C-organik > 0.6%,
P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.
D. Epipedon Folistik
Epipedon Folistik didefinisikan sebagai suatu lapisan (terdiri dari satu horison
atau lebih) yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif dan tahun normal
(dan tidak ada didrainase). Sebagian besar epipedon folistik tersusun dari bahan
tanah organik.
E. Epipedon Histik
Epipedon Histik merupakan suatu lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi
(selama 30 hari atau lebih, secara kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu
dalam sebagian waktu dalam tahunnormal (dan telah drainase). Sebagian besar
epipedon histik tersusun dari bahan tanah organik.
F. Epipedon Okrik
Epipedon Okrik mempunyai tebal permukaan yang sangat tipis dan kering, value
dan kroma (lembab) ≥ 4. Epipedon okrik juga mencakup horison bahan organik
yang terlampau tipis untuk memenuhi persyaratan epipedon histik atau folistik.
G. Epipedon Plagen
Epipedon Plagen adalah suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal 50 cm
atau lebih, yang telah terbentuk oleh pemupukan secara terus menerus dalam
jangka waktu yang lama. Biasanya epipedon plagen mengandung artefak seperti
pecahan-pecahan bata dan keramik pada seluruh kedalamannya.

Universitas Sumatera Utara

Pada taksonomi tanah 2014, terdapat 20 horison bawah penciri yaitu :
horison Agrik, Albik, Anhydrit, Argilik, Duripan, Fragipan, Glosik, Gipsik,
Kalsik, Kandik, Kambik, Natrik, Orstein, Oksik, Petrokalsik, Petrogipsik, Placik,
Salik, Sombrik dan Spodik.
A. Horison Agrik
Horison Agrik adalah suatu horison iluvial yang telah terbentuk akibat pengolahan
tanah dan mengandung sejumlah debu, liat, dan humus yang telah tereluviasi
nyata.
B. Horison Albik
Pada umumnya Horison Albik terdapat di bawah horison A, tetapi mungkin juga
berada pada permukaan tanah mineral. Horison ini merupakan horison eluvial
dengan tebal 1 cm dan mempunyai 85% atau lebih bahan andik.
C. Horison Anhydrit
Horison Anhydrit adalah suatu horison di mana Anhydrit (CaSO4) terakumulasi
melalui neotransformasi atau transformasi dengan nyata.
D. Horison Argilik
Horison Argilik secara normal merupakan suatu horison bawah permukaan
dengan kandungan liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi. Horison tersebut
mempunyai sifat adanya gejala iluviasi liat.
D. Horison Duripan
Horison Duripan merupakan horison bawah permukaan yang tersemen oleh silika
iluvial < 50 persen volume pecahan kering udara terurai dalam air atau selama
direndam cukup lama dengan HCl.

Universitas Sumatera Utara

E. Horison Fragipan
Horison Fragipan mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih adanya tanda-tanda
pedogenesis didalam horison serta perkembangan struktur tanah lemah.
F. Horison Glosik
Horison Glosik terbentuk sebagai hasil degradasi suatu horison argilik, kandik
atau natrik dimana liat dan senyawa oksida besi bebasnya telah dipindahkan.
G. Horison Gipsik
Horison Gipsik adalah suatu horison iluvial yang senyawa gypsum sekundernya
telah terakumulasi dalam jumlah yang nyata, dimana tebalnya lebih dari 15 cm.
H. Horison Kalsik
Horison Kalsik merupakan horison iluvial mempunyai akumulasi kalsium
karbonat sekunder atau karbonat yang lain dalam jumlah yang cukup nyata.
I. Horison Kandik
Horison Kandik memiliki sifat adanya gejala iluviasi liat, kandungan liat tinggi
dan KTK rendah (