Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon
Respons adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi
terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respons biasanya diujudkan dalam
bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan. Teori Behaviorisme
menggunakan istilah respons yang dipasangkan dengan rangsang dalam menjelaskan proses
terbentuknya perilaku. Respons adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang
dari lingkungan. Jika rangsang dan respons dipasangkan atau dikondisikan maka akan
membentuk

tingkah

laku

baru

terhadap

rangsang


yang

dikondisikan.

(

https://id.wikipedia.org/wiki/Respons diakses pada tanggal 10 November 2015 pukul 10:28).

2.2 Persepsi
Menurut Leavie persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau penglihatan, yaitu
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2009).
Persepsi merupakan bagaian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah
rangsangan diterapakan kepada manusia. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua
kegiatan kehidupan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagaian yang perlu dari situasi
rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas
terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu
dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.
Dalam proses persepsi terdapat 3 komponen utama yaitu :


Universitas Sumatera Utara

a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
b. Interpretasi (penafsiran), yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai factor seperti
pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan
kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk
mengadakan pengkategorian informasi yang di terimanya, yaitu proses mereduksi
informasi yang komplek menjadi sederhana.
c. Interpretasi dan persepsi kemudian deterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai
reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah di serap yang terdiri dari
reaksi tersembunyi sebagai pendapat/sikap dan reaksi terbuka sebagai tindakan yang
nyata sehubungan dengan tindakan yang tersembunyi.
2.3 Sikap
Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain melalui
perilaku. Sikap terbentuk melalui proses belajar (social learning), yaitu sumber pembentukan
sikap pada diri individu adalah orang lain. Sikap positif adalah perwujudan nyata dari
intensitas perasaan yang memerhatikan hal – hal yang positif dan mencerminkan seseorang

yang memilikki kepercayaan diri yang baik. Sikap negatif adalah sesuatu yang menunjukkan
ketidakramahan, ketidaksenangan dan tidak memilikki kepercayaan diri. Untuk mengetahui
bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap tertentu, harus melihat ketiga komponen
sikap, yaitu :
a. Pengetahuan (kognisi)
b. Perasaan (afeksi)
c. Perilaku (Konasi)

Universitas Sumatera Utara

2.4 Partisipasi
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan diyakini banyak pihak telah menjadi
kata kunci dalam pengembangan pembangunan di era otonomi daerah sekarang ini.
Pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat ternyata telah gagal menciptakan
keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi merupakan jembatan penghubung antara
pemerintah sebagai pemegang kekuasaan, kewenangan, dan kebijakan dengan masyarakat
yang memiliki hak sipil, politik dan social ekonomi masyarakat. Dengan partisipasi
masyarakat, posisi tawar masyarakat di mata pemerintah menjadi meningkat, masyarakat
tidak selalu di dikte dan di dominasi oleh pemerintah dalam memenuhi kebutuhan atau
keputusan dalam pembangunan lingkunganya namun selalu dilibatkan dalam pengambilan

keputusan maupun dalam pelaksanaanya. Konsep partisipasi merupakan suatu konsep yang
luas, dan penting, karena salah satu indikator keberhasilan suatu pembangunan adalah adanya
partisipasi masyarakat penerima program.

2.5 Kemiskinan
2.5.1 Pengertian Kemiskinan
Mencher (2001) mengemukakan, kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan
seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup
seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata
mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak (Siagian, 2012: 5). Castells (1998)
mengemukakan kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yg berada dibawah standar
kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup. ( Siagian, 2012: 10).
Berdasarkan beberapa pernyataan para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
kemiskinan itu adalah gejala penurunan kemampuan yg dialami seseorang maupun
sekelompok orang sehingga ia tidak dapat hidup diatas standar kebutuhan hidup minimum.

Universitas Sumatera Utara

2.5.2 Gejala-Gejala Kemiskinan
Untuk memahami kemiskinan secara akurat dan komprehensif diperlakukan data yang

lengkap dan valid. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan pengukuran
yang teruji. Melalui cara dan upaya demikian akan diperoleh kesimpulan yang pasti tentang
kemiskinan itu. Upaya seperti ini menuntut waktu yang panjang, bahkan tenaga maupun dana
yang besar. Akibatnya jarang dilakukan dan sangat sedikit pihak yang melakukannya.
Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran
gejala-gejala kemiskinan, seperti :
1. Kondisi kepemilikan faktor produksi.
Kemiskinan tidak datang secara serta merta. Demikian halnya dengan pendapatan, juga tidak
datang secara serta merta. Semuanya melalui saluran, sumber dan proses tertentu. Dengan
demikian, salah satu pendekatan untuk mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan
atau mata pencaharian, apa alat atau faktor yang digunakan dan bekerja dalam upaya
mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan bagi
kita untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut miskin atau tidak.
2. Angka ketergantungan penduduk.
Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau
keuntungan, upah, bunga tabungan dan lain-lain. Namun bagi mayoritas masyarakat, ada
satu kalimat yang berlaku secara umum : Orang hanya akan memilikki pendapatan jika
bekerja. Namun pada kenyataannya, angka ketergantungan dalam masyarakat atau keluarga
sangat tinggi.
Dalam sebuah keluarga dengan empat orang anak atau lebih, misalnya sering hanya satu

orang yang bekerja, sedangkan lima orang menggantungkan hidupnya pada satu orang.
Gejala seperti ini sangat umum dalam negara yang menawarkan lapangan atau kesempatan

Universitas Sumatera Utara

kerja yang kecil seperti Indonesia. Angka ketergantungan tentu sangat berbeda pada negara
yang surplus dan minus lapangan dan kesempatan kerja. Tingginya angka ketergantungan di
Indonesia sangat nyata, dimana bekerja di negara lain saat ini menjadi alternatif, termasuk
bagi tenaga tidak terampil.
3. Kekurangan gizi.
Pendapatan bagaikan paspor bagi setiap orang untuk memasuki hidup yang layak. Pendapatan
merupakan unsur yang secara langsung dapat digunakan sebagai alat memenuhi kebutuhan
agar seseorang itu dapat hidup secara layak. Pemenuhan kebutuhan tentu dilakukan secara
hirakhis, mulai dari kebutuhan fisik, sebagai unsur yang menempati prioritas utama dari
berbagai unsur yang termasuk kebutuhan pokok.
Laporan dari berbagai institusi seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas maupun Rumah Sakit
sering menggambarkan status gizi masyarakat. Berbagai kesimpulan diperoleh dari laporan
tersebut, antara lain adanya wilayah rawan gizi. Berbagai media massa sering
menginformasikan tentang kondisi masyarakat yang kurang gizi. Informasi ini merupakan
gejala sangat miskinnya seseorang atau sekelompok orang. Masalahnya, berbagai unsur

terdapat dalam kebutuhan pokok, dimana kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling
utama. Oleh karena itu, tidak terpenuhinya kebutuhan fisik yang mengakibatkan seseorang
atau sekelompok orang itu teridentifikasi kekurangan gizi menjadi gejala betapa miskinnya
seseorang atau sekelompok orang itu.
4. Pendidikan yang rendah.
Di era modern sekarang ini, pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang penting. Pendidikan
bahkan telah dianggap sebagai indikator utama kedudukan dalam masyarakat. Oleh karena
itu, adalah wajar jika setiap orang berupaya meraih tingkat pendidikan, bahkan tidak sekadar
pendidikan, melainkan pendidikan yang tinggi. Hal ini terjadi, karena pendidikan dianggap
sebagai alat memenangkan persaingan yang makin hari makin ketat.

Universitas Sumatera Utara

Hampir disemua sektor, termasuk sektor informal memerlukan pengetahuan. Sektor pertanian
pun membutuhkan inovasi dalam rangka mempertahankan, terlebih meningkatkan
produktivitas. Harus diakui, berbagai kebijakan telah ditetapkan pemerintah dalam rangka
membuka dan mempermudah akses masyarakat terhadap pendidikan. Namun hingga saat ini
pendidikan masih belum gratis, bahkan masih cukup mahal, terutama pendidikan dengan
kualitas dan tingkat yang tinggi (Siagian, 2012: 15).


2.5.3 Jenis-Jenis Kemiskinan
1. Kemiskinan Absolut
Istilah atau jenis kemiskinan absolut dikenal juga jika kita mengidentifikasi kemiskinan
berdasarkan bagaimana kita mengkaji kemiskinan tersebut. Lebih luas lagi, tinjauan konsep
kemiskinan dari sudut bagaimana kita memandang atau mengkaji kemiskinan tersebut akan
mengenalkan kita pada dua jenis kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi, dimana seseorang atau sekelompok orang tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memilikki taraf kehidupan
yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai
manusia. Lebih dari itu kondisi kehidupan seseorang atau sekelompok orang itu sedemikian
rupa sehingga secara fisik mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu tidak mampu
melakukan aktivitas yang wajar.
2. Kemiskinan Relatif
Seperti telah dikemukakan, kemiskinan relatif dikenal jika kita melakukan kajian atas
kemiskinan berdasarkan bagaimana kita memandang dan mengkajinya. Kemiskinan relatif
sendiri dipertentangkan dengan kemiskinan absolut. Lebih khusus lagi, kemiskinan relatif
justru ditemukan jika kajian kita tentang kemiskinan tersebut didasarkan pada komparasi
kondisi kehidupan antara seseorang dengan orang lain atau antara satu kelompok dengan

Universitas Sumatera Utara


kelompok lain. Kajian komparatif juga dapat dilakukan antara kehidupan seseorang dengan
kelompoknya dimana ia menjadi bagian dari kelompok tersebut.
Kajian jenis kemiskinan relatif sering didasarkan atas konsumsi rata-rata perkapita di suatu
daerah. Sebagai contoh, jika konsumsi rata-rata disuatu desa Rp. 1.250.000 perorang perhari,
maka seseorang atau sekelompok orang mengkonsumsi di bawah konsumsi rata-rata tersebut
(Rp. 1.250.000) di identifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang miskin.
Sebaliknya, seseorang atau sekelompok orang yang mengkonsumsi rata-rata di wilayah
tersebut diidentifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak miskin.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah kiranya kita pahami, bahwa penggunaan istilah
kemiskinan relatif tersebut. Relatif berarti, bahwa identifikasi tersebut dibatasi sesuatu,
tegasnya dibatasi oleh wilayah atau lingkungan. Dapat saja terjadi, dimana seseorang atau
sekelompok orang yang bermukim di suatu kota dengan kondisi kehidupan tertentu, termasuk
di dalamnya kuantitas dan kualitas konsumsi tertentu tergantung miskin. Namun dengan
kondisi kehidupan yang sama, termasuk didalamnya dengan pendapatan yang sama maupun
dengan kuantitas dan kualitas konsumsi yang sama pula, justru dapat saja diidentifikasi
sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak miskin jika mereka pindah atau
bermukim di desa atau daerah lain, dimana konsumsi rata-rata masyarakat di sana lebih kecil
dari Rp. 1.250.000.(Siagian, 2012: 49)
3. Kemiskinan Massa

Secara sederhana kemiskinan massa dapat diartikan sebagai kemiskinan yang dialami secara
massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah. Hal ini berarti, terdapat demikian banyak
orang secara faktual tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimumnya sehingga terpaksa
hidup serba kekurangan, serta mengalami kondisi hidup yang tidak layak jika dlihat dari segi
harkat dan martabat manusia.

Universitas Sumatera Utara

Kemiskinan massa biasanya terjadi disebabkan daya dukung wilayah terhadap kehidupan
manusia diwilayah itu tidak memadai. Kondisi seperti ini disebabkan minimnya potensi
wilayah tersebut. Sebagai contoh, pada umumnya wilayah-wilayah yang sangat terpencil
menghadapi masalah kemiskinan massa. Keterpencilan wilayah dipastikan menghambat
interaksi wilayah tersebut dengan wilayah sekitarnya, terlebih dengan wilayah dimana
terdapat pusat-pusat pertumbuhan. Identik dengan seseorang tidak akan mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa bantuan dan kerja sama orang lain, maka suatu wilayah, seperti
sebuah desa tidak akan mampu menyediakan seluruh kebutuhan masyarakat yang berdiam di
wilayah atau desa itu.
4. Kemiskinan Non Massa
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kemiskinan non massa adalah kemiskinan yang
dihadapi oleh segelintir orang. Memang asal muasal konsep kemiskinan non massa itu adalah

terdapatnya segelintir atau sebagian kecil penduduk suatu wilayah yang menghadapi dan
mengalami hidup yang serba kekurangan, kondisi mana mengakibatkan merekat tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak sebagaimana seharusnya manusia
mempunyai harkat dan martabat.
5. Kemiskinan Alamiah
Jenis kemiskinan lain adalah kemiskinan alamiah. Kemiskinan alamiah dikemukakan jika
kajian tentang kemiskinan itu didasarkan atas faktor-faktor penyebab kemiskinan itu terjadi.
Dalam hal ini kemiskinan alamiah diidentifikasi sebagai kemiskinan yang terjadi sebagai
konsekwensi dari kondisi alam dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut bermukim.
Lebih jauh lagi, daya dukung lingkungan terhadap kehidupan manusia sangat tergantung pada
potensi lingkungan atau wilayah dimana mereka hidup. Dalam konteks ini, jika ternyata daya
dukung lingkungan secara alamiah dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut berada
tidak cukup menopang kehidupan mereka, produknya adalah seseorang atau sekelompok

Universitas Sumatera Utara

orang tersebut akan teridentifikasi sebagai manusia atau masyarakat miskin. Hal ini
disebabkan potensi alamiah dari lingkungan dimana mereka berada tidak cukup menopang
kehidupan manusia itu, akibatnya seseorang atau sekelompok orang itu pun hidup dibawah
kewajaran (Geertz, dalam Siagian, 2012: 57).

6. Kemiskinan Kultural
Kasus lain berlaku pada konsep kemiskinan kultural atau kemiskinan budaya. Dalam kasus
ini, budaya diidentifikasi sebagai faktor penyebab terjadinya kemiskinan tersebut. Sangat
banyak pendapat yang berkenaan dengan kemiskinan budaya. Hal mana merupakan
konsekwensi logis dari fakta, bahwa membicarakan budaya sesungguhnya kita telah
memasuki wilayah dengan unsur-unsur yang sangat sensitif dan sangat berpeluang
menimbulkan polemik.
Namun demikian, tentu ada satu kepastian, bahwa semua orang menginginkan hidup yang
baik, layak dan sejahtera. Sementara itu budaya dengan segala faktor-faktor yang terkait di
sana justru akumulasi dari berbagai unsur yang kehadirannya justru bersifat kontra produktif
dengan upaya mempertahankan hidup.
Jika dianalisis semua unsur yang ada dalam budaya tersebut ada kalanya menghasilkan suatu
konsklusi bahwa unsur-unsur dari budaya tersebut sepertinya sering justru tidak atau kurang
mendukung keberhasilan hidup manusia. Seperti misalnya, terlihat dari ethos kerja yang
rendah, yang pada gilirannya menghambat manusia itu mengembangkan kehidupan. Budaya
justru dapat menjadi suatu beban bagi mereka, sehingga mereka sering melakukan kegiatan
yang mengindikasikan bahwa mereka justru menjadi hamba dari budaya itu sendiri (Myrdal,
dalam Siagian, 2012: 58).
7. Kemiskinan Terinvolusi

Universitas Sumatera Utara

Kemiskinan terinvolusi tergolong kemiskinan kultural yang sudah sedemikian parah. Oleh
karena itu kemiskinan terinvolusi sangat sulit diselesaikan. Setidaknya ada dua kondisi yang
menyebabkan demikian sulitnya memecahkan masalah kemiskinan terinvolusi, yaitu :
a. Seseorang atau sekelompok orang yang diidentifikasi miskin itu sendiri
sepertinya dapat menerima kemiskinan itu. Bagi mereka kemiskinan itu
bukanlah

masalah

yang

esensial,

dan

mereka

pun

tidak

mempermasalahkan kondisi hidup mereka yang jauh dari standar. Justru
orang lain yang memandang kondisi kehidupan mereka tidak layak dan
mempermasalahkan.
b. Sesungguhnya seseorang atau sekelompok orang yang dikategorikan
miskin itu menyadari kondisi kehidupan mereka sebagai sesuatu yang
tidak layak. Namun mereka juga menyadari bahwa tidak ada jalan bagi
mereka untuk keluar dari kondisi tersebut. Mereka sepertinya menganggap
kemiskinan itu bagaikan takdir. Akibatnya mereka tidak pernah berikhtiar
untuk menata hidup dan keluar dari kondisi kehidupan yang tidak layak (
Lipton, dalam Siagian, 2012: 60).
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa kemiskinan terinvolusi
terkait dengan masalah mental yang sudah semakin parah, sehingga sulit dirancang intervensi
sosial yang bagaimana yang dapat mengatasi kemiskinan tersebut. Diperlukan proses panjang
dalam melakukan perubahan mental yang telah demikian kental.
Kemiskinan terinvolusi merupakan bentuk dan kondisi khusus dari kemiskinan kultural. Ciri
khusus kemiskinan terinvolusi adalah telah terinternalisasinya nilai-nilai negatif dalam diri
seseorang atau sekelompok orang dalam memandang diri dan kehidupannya, sehingga
mereka menganggap kehidupan dengan segala kondisinya sebagai sesuatu yang tidak dapat
berubah.

Universitas Sumatera Utara

8. Kemiskinan Struktural
Seperti halnya kemiskinan alamiah, kultural dan terinvolusi, kemiskinan struktural juga
ditemukan jika masalah kemiskinan dikaji dari segi faktor-faktor penyebab kemiskinan itu.
Sehubungan dengan hal tersebut, konsep kemiskinan struktural antara lain mendeskripsikan
bahwa struktur sosial masyarakat itu seedemikian rupa, sehingga menghambat masyarakat
tersebut mengembangkan kehidupannya (Jay, dalam Siagian, 2012: 61).
Kemiskinan struktural sering juga dikaitkan dengan kebijakan yang digariskan oleh
pemerintah. Pada umumnya kebijakan itu adalah kebijakan pembangunan. Dengan demikian
adalah sangat antagonis, jika kita mengemukakan bahwa kebijakan pemerintah justru
mengakibatkan masyarakat atau rakyatnya mengalami kemiskinan. Bukankah pembangunan
dengan segala kebijakan dan implementasinya bermuara pada peningkatan kualitas hidup
masyarakat secara global, Namun ada kalanya kondisi empiris membuktikan bahwa
kebijakan negara justru memiskinkan masyarakat tertentu.
Bentuk lain dari kemiskinan struktural adalah kelembagaan, seperti kelembagaan sewamenyewa lahan senantiasa lebih menguntungkan pemilik lahan. Juga kelembagaan sistem
upah disektor pertanian yang tidak menguntungkan buruh tani, karena proses penyempitan
lahan pertanian mengakibatkan posisi buruh tani makin power less.
Kemiskinan struktural juga dapat muncul sebagai akibat kelembagaan upah disektor industri.
Kebijakan upah minimum yang ditetapkan pemerintah cenderung lebih memihak pengusaha
daripada buruh mengakibatkan kondisi kehidupan buruh tidak layak. Dalam kasus
kemiskinan struktural yang terkait dengan kelembagaan dapat dikemukakan bahwa
kelembagaan tersebut sedemikian rupa sehingga benar-benar menghambat mobilitas sosial
ekonomi secara vertikal.
9. Kemiskinan Situasional

Universitas Sumatera Utara

Istilah kemiskinan situasional juga ditemukan jika kajian kemiskinan menjadikan penyebab
sebagai titik fokus. Secara umum dapat dikemukakan bahwa kemiskinan situasional adalah
kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkanoleh situasi yang ada. Lebih
tegasnya, situasi yang ada dilingkungan mana dan saat mana seseorang atau sekelompok
orang itu hidup sedemikian rupa sehingga tidak kondusif bagi mereka untuk memenuhi
kebutuhan. Akibatnya mereka menghadapi dan mengalami kondisi hidup yang tidak layak.
10. Kemiskinan Buatan
Kemiskinan buatan juga merupakan konsep yang ditemukan jika kajian kemiskinan
dititikberatkan pada aspek penyebab. Kemiskinan buatan secara khusus dipertentangkan
dengan kemiskinan alamiah.

2.5.4 Faktor- Faktor Penyebab Kemiskinan
2.5.4.1 Kajian Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik
Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan
kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu :
1. Faktor internal, yaitu yang dalam hal ini berasal dari dalam diri individu yang
mengalami kemiskinan itu secara substansial adalah dalam bentuk
kekurangmampuan, yang meliputi :
a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.
b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya
informasi.
c. Mental emosional atau tempramental, seperti: malas, mudah menyerah
dan putus asa.
d. Spiritual, seperti: tidak jujur, penipu,serakah dan tidak disiplin

Universitas Sumatera Utara

e. Sosial psikologis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri,
depresi, stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan.
f. Keterampilan, seperti: tidak memilikki keahlian yang sesuai dengan
tuntutan lapangan kerja.
g. Asset, seperti: tidak memilikki stok kekayaan dalam bentuk tanah,
rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.
2. Faktor Eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang
mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu
menjadikannya miskin, meliputi :
a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.
b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat
memenuhi kebutuhan hidup.
c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya
usaha-usaha sektor informal.
d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga
yang tidak mendukung sektor usaha formal.
e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor
riil masyarakat banyak.
f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang
belum optimal, seperti zakat.
g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian struktural (structural
adjustment program).
h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan.
i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana.
j. Pembangunan yang lebih beorientasi fisik material.

Universitas Sumatera Utara

k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata.
l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.
Kajian tentang faktor-faktor penyebab kemiskinan yang telah dikemukakan memang pada
awalnya berupaya memberikan sajian sistematik, namun jika kita dalami, tidaklah keliru jika
kita menyatakan bahwa kandungan sajian itu justru kurang sistematik. Hanya saja, sajian
berkategoris tersebut memang berupaya melakukan kajian dan mencoba menyajikannya
secara sistematik. Kompleksitas masalah kemiskinan pada umumnya dan masalah faktorfaktor penyebab terjadinya kemiskinan pada khususnya justru menyulitkan konsistensi dalam
sistematika sajian. Selain itu fenomena sosial juga menunjukkan pada umumnya faktor
penyebab kemiskinan tidak bekerja sendiri, melainkan berinteraksi dan terintegrasi dengan
faktor-faktor lain. Bahkan tidak jarang interaksi dan integrasi itu demikian kompleks
sehingga tidak jelas mana pangkal dan ujungnya.

2.5.4.2 Kajian Faktor Penyebab Berdasarkan Jenis Kemiskinan
1. Kemiskinan Massa dan Non Massa
Sulit untuk memvonis satu faktor tertentu dalam menetapkan penyebab kemiskinan itu
terjadi. Terutama karena kemiskinan itu merupakan masalah yang sangat kompleks, sehingga
antara sebab dan akibat sering sulit dibedakan. Kesulitan lain yang dihadapi dalam
menetapkan faktor-faktor penyebab kemiskinan adalah berbedanya corak kemiskinan itu
sendiri, seperti kemiskinan massa, yakni kemiskinan yang diderita oleh mayoritas masyarakat
yang ada dalam suatu negara ataupun dalam suatu daerah, dengan kemiskinan non massa,
yakni kemiskinan yang diderita oleh segelintir anggota masyarakat disuatu negara maupun di
suatu wilayah.

Universitas Sumatera Utara

2. Kemiskinan Alamiah dan Kemiskinan Budaya
Harus diakui bahwa kondisi kehidupan merupakan fungsi dari interaksi antara faktor-faktor
alamiah dan non alamiah. Interaksi yang serasi, selaras, dan seimbang merupakan syarat dari
tercapainya kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan. Adakalanya alam kurang
bersahabat, sehingga masyarakat yang ada di lingkungan tersebut tidak memilikki taraf hidup
yang layak. Namun ada kalanya, masalah kemiskinan justru dapat diterima oleh masyarakat
itu sendiri, sehingga akhirnya seakan-akan hal itu bukan lagi dianggap masalah.
Secara makro, sulit diterima adanya kemiskinan alamiah. Oleh karena itu, pernyataan yang
menegaskan faktor alam sebagai penyebab kemiskinan selalu menjadi polemik. Uraian
tentang kemiskinan alamiah selalu ditegaskan dengan suatu anggapan bahwa negara tersebut
pada dasarnya secara alamiah miskin, yakni berkah fisiknya sangat miskin, ditandai dengan
tanah yang berbatu-batu, kering, atau tidak cukup luas, tidak menyimpan mineral,
hidrokarbon, atau kekayaan alam lainnya.
Namun, anggapan diatas sesungguhnya hanya akan dapat diterima sebagai suatu kebenaran
seandainya negara Jepang miskin. Jepang, yang negerinya terdiri dari serangkaian pulaupulau lepas pantai yang berbukit-bukit dengan sedikit tanah subur, mineral, tidak mempunyai
minyak bumi, bahkan luar biasa jumlah penduduknya.Demikian juga halnya dengan Taiwan.
Di Indonesia, kemiskinan budaya mudah ditemukan. Identik dengan kondisi, dimana negaranegara yang pertama kali mempermasalahkan kemiskinan yang dialami negara-negara miskin
justru negara-negara kaya. Demikian halnya dengan masyarakat miskin di Indonesia, sering
kurang peduli atas kondisi yang dialami. Akibatnya, sering kali penduduk miskin tidak
mempersoalkan kemiskinan yang diderita. Hal ini menimbulkan kesan, bahwa mereka tidak
menganggap kemiskinan itu sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan.
Sering terlihat, sikap masyarakat miskin justru mencerminkan bahwa mereka ternyata dapat
menerima keadaan yang dihadapi. Dengan demikian mereka kurang termotivasi untuk keluar

Universitas Sumatera Utara

dari kondisi miskin yang sedang dihadapi tersebut. Kondisi spesifik seperti inilah yang
kemudian melahirkan konsep program pengentasan masyarakat miskin di Indonesia. Konsep
ini diilhami oleh suatu anggapan bahwa masyarakat miskin tidak memilikki kemampuan,
bahkan motivasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

2.6 Pemberdayaan Masyarakat
2.6.1 Konsep Arti dan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan, dinamis, secara
sinergis mendorong keterlibatan semua potensi yang ada secara evolutif, dengan keterlibatan
semua potensi. Dengan cara ini akan memungkinkan terbentuknya masyarakat madani yang
majemuk, penuh keseimbangan kewajiban dan hak, saling menghormati tanpa ada merasa
asing dalam komunitasnya. Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan bahwa masyarakat
diberi kuasa, dalam upaya untuk menyebarkan kekuasaan, melalui pemberdayaan
masyarakat, organisasi agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya untuk semua
aspek kehidupan politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, pengelolaan lingkungan dan
sebagainya.
Pemberdayaan

masyarakat

adalah

sebuah

konsep

yang

menekankan

pada

pembangunan ekonomi pada mulanya yang dikembangkan berdasarkan nilai-nilai
masyarakat. Konsep ini mencerminkan paradigma baru yang menekankan pada peran serta
masyarakat kesinambungan serta fokus pembangunan pada manusia. Konsep pemberdayaan
masyarakat sebagai salah satu alternatif pembangunan yang merubah paradigma pendekatan
nasional menjadi pendekatan yang lebih partisipatif.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan merupakan
hal yang sangat penting dan erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, pengalaman,
dan pelaksanaan demokrasi. Ada dua alasan penting bagi perencana pembangunan untuk

Universitas Sumatera Utara

melibatkan masyarakat dalam menyusun program pembangunan yaitu alasan intristik dan
alasan pragmatis (Sewell Coppock dalam Suhendra, 2006: 76). Secara intristik,setiap anggota
masyarakat

berhak

mengetahui

dan

menyampaikan

pendapatnya

terhadap

issue

pembangunan, sedang secara pragmatis, pemerintah selaku perencana dapat menggali
aspirasi masyarakat.
Pemberdayaan menurut Ife (dalam Suhendra, 2006: 77) adalah meningkatkan
kekuasaan atas mereka yang kurang beruntung “empowerment aims to increase the power of
disadvantages”.

2.6.2 Metode dan Teknik Pemberdayaan Masyarakat
Banyak sekali teknik-teknik pemberdayaan masyarakat yang telah dihasilkan.
Semuanya sangat bermanfaat dan membantu efektivitas dan efisiensi upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat. Setiap teknik pemberdayaan mempunyai karakteristik tersendiri
tinggal memilih untuk diaplikasikan sesuai faktor-faktor “endegenous”, faktor-faktor
setempat yang tepat. Dengan karakteristik tersebut maka dapat dikemukakan beberapa teknik
(hanya beberapa) pemberdayaan masyarakat diantaranya :
1. Participatory Rural Appraisal (PRA)
Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan suatu teknik pengkajian pengembangan
masyarakat desa yang di Indonesia diawali tahun 1993 di lingkungan Konsorsium
Pengembangan Dataran Tinggi Nusa Tenggara (KPDTNT). Teknik ini di uji cobakan
mempelajari PRA di lembaga Myrada-India yang telah mengembangkan metode ini. PRA
ditafsirkan sebagai: “Pendekatan dan teknik-teknik pelibatan masyarakat dalam proses-proses
pemikiran yang berlangsung slama kegiatan-kegiatan perencanaan dan pelaksanaan, serta
pemantauan dan evaluasi program pembangunan masyarakat” (Driyamedia, dalam Suhendra,
2006: 105).

Universitas Sumatera Utara

2. Metode Partisipatori dan Assesment
Rencana ini sebenarnya sejalan bahkan hampir sama dengan metode PRA. Metode ini
diadopsi dari dua sumber yaitu Field Book WSLIC – 2 Project World Bank dan Partisipatory
Analysis Techniques DFID – World Bank masing-masing Januari 2002 (Bambang Rustanto,
dalam Suhendra, 2006: 109). Metode Partisipatori Assesment (MPA) terdiri dari empat
langkah :
a. Menemukan masalah
b. Menemukenali potensi
c. Menganalisis Masalah dan Potensi
d. Memilih solusi Pemecahan Masalah

3. Metode Loka Karya

Metode loka karya efektif untuk memotivasi anggota peserta menyampaikan aspirasi dan
kreativitas. Lokakarya bermanfaat untuk mengambil keputusan untuk sesuatu fokus
permasalahan secara musyawarah dan ditemukannya suatu konsensus.
4. Teknik Brainstorming
Teknik ini mula – mula disampaikan oleh Alex F.Osborne yang dapat memotivasi untuk
munculnya kreativitas anggota dalam memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi.
Teknik ini merupakan wujud dari “bottom up” hingga dapat memunculkan rasa memilikki
dari rasa tanggung jawab.
Adapun operasionalisasi dari teknik Brainstorming adalah sebagai berikut:
a. Kumpulkan kelompok – kelompok sekitar 10 orang dan ajukan fokus yang
akan dibahas.
b. Setiap peserta secara bertanggung jawab boleh mengajukan gagasannya secara
bebas.

Universitas Sumatera Utara

c. Seorang berperan sebagai sekretaris selalu mencatat inti pembicaraan.
d. Resumekan dan refleksikan kembali pada peserta.
e. Temukan konsensus alternatif dan ambil suatu keputusan.

5. CO – CD (Community Organization – Community Development)
Community Organization (CO) : “Merupakan suatu proses untuk mewujudkan dan membina
suatu penyesuaian yang bertambah lama bertambah efektif diantara sumber-sumber
kesejahteraan sosial dan kebutuhan-kebutuhan kesejahteraan sosial di lingkungan suatu
daerah geografis atau bidang fungsional. Tujuannya sesuai dengan tujuan pekerjaan sosial
yaitu difokuskan pada kebutuhan – kebutuhan orang serta penyediaan sarana untuk
memenuhi kebutuhan – kebutuhan ini dengan cara yang sesuai dasar kehidupan demokrasi”
(Neil dalam Suhendra, 2006: 112).
Community Development (CD)
Untuk teknik CD, PBB (Perserikatan Bangsa – Bangsa ) menyampaikan defenisi (dalam
Suhendra, 2006: 113) :
“Community Development menunjukkan digunakannya berbagai pendekatan dan teknik
dalam suatu program tertentu pada masyarakat – masyarakat lokal sebagai kesatuan tindakan
dan mengusahakan perpaduan antara bantuan yang berasal dari luar dengan keputusan dan
upaya masyarakat lokal yang disorganisasi. Program ini dimaksudkan untuk mendorong
prakarsa dan kepemimpinan lokal sebagai sarana perubahan primer”.

Universitas Sumatera Utara

2.7 Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
2.7.1 Defenisi Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) adalah program pemberian bantuan dana
simpanan

dari

Pemerintah

dalam

rangka

membangun

keluarga

produktif

untuk

memberdayakan dan melindungi masyarakat miskin.
2.7.2 Manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Untuk mendorong akses terhadap sistem keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemerataan pendapatan, serta
menjaga stabilitas sistem keuangan.
2.7.3 Tujuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Tujuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) adalah untuk mencegah penurunan
daya beli masyarakat dan kompensasi menyusul pengurangan subsidi BBM. Pengurangan
subsidi menyebabkan kenaikan harga BBM yang diikuti dengan kenaikan harga-harga
kebutuhan pokok sehingga daya beli masyarakat menurun terutama masyarakat miskin.

2.7.4 Mekanisme Penyaluran dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Saat ini mayarakat miskin sekitar 25% (15,5 juta) telah mempunyai KPS (Kartu Perlindungan
Sosial). Pemberian bantuan dana PSKS dari Pemerintah akan disalurkan dalam 2 cara, yaitu :
Disalurkan dalam bentuk simpanan Giropos sebanyak 14,5 juta RTS (Rumah Tangga
Sasaran) melalui PT. Pos Indonesia (Persero).Disalurkan dalam bentuk mandiri e-Cash
sebanyak 1 juta RTS melalui Bank Mandiri, yang penguangannya hanya dapat dilakukan di
Kantorpos Bayar. Untuk RTS sebanyak 1 juta tersebut akan disertai pembagian:
a.

KKS (Kartu Keluarga Sejahtera) yang akan menggantikan KPS.

b. SIM Card untuk mandiri e-Cash.
c.

KIP (Kartu Indonesia Pintar).

Universitas Sumatera Utara

d. KIS (Kartu Indonesia Sehat).
2.7.4.1 Mekanisme penyaluran dana PSKS dalam bentuk Simpanan Giropos dengan
alur Data Simpanan Giropos dan KP.bayar Online Alur Data Simpanan Giropos
a. Data RTS penerima PSKS melalui Simpanan Giropos akan dikirim dari Kementerian
Sosial RI ke Pos Indonesia.
b. TIM Satgas PSKS akan melakukan verifikasi dan validasi data sesuai format Daftar
Nominatif. (Daftar Nominatif PSKS adalah Daftar penerima bantuan dana yang ditetapkan
oleh Pemerintah, yang secara administratif berfungsi sebagai bukti pembukaan rekening
kolektif, specimen tandatangan, pengganti slip penarikan dan bukti penyerahan dana kepada
RTS).
c. Data PSKS yang sudah di verifikasi dan divalidasi sesuai format Daftar Nominatif
selanjutnya diupload/disimpan di Sistem Pos Indonesia.
d. Selanjutnya Kantor Pos Bayar akan mengambil dan mencetak Daftar Nominatif tersebut
menggunakan aplikasi yang ditentukan.
Adapun masa pencairan dana PSKS tersebut direncanakan di Bulan November 2014 (tanggal
masih menunggu instruksi dari Pemerintah). Pencairan Simpanan Giropos dilakukan sesuai
dengan jadual yang sudah ditentukan oleh Tim Satgas PSKS Pos Indonesia. Penyusunan
jadual disetiap Kantor Pos disesuaikan dengan kondisi dan kapasitan masing-masing Kantor
Bayar. Adapun jadual tersebut merupakan masa bayar utama, setelah masa bayar utama RTS
masih dapat menguangkan dana Simpanan Giroposnya.
2.7.4.1.1 Ketentuan dan syarat Pembayaran Simpanan Giropos
a. Pembayaran PSKS hanya dapat dilakukan kepada RTS yang memiliki KPS dan tercantum
pada Data Bayar/Daftar Nominatif PSKS;
b. RTS yang memiliki KPS tetapi tidak terdapat dalam aplikasi FDPOS/Daftar Nominatif
PSKS maka tidak dapat di bayarkan;

Universitas Sumatera Utara

c. RTS yang tidak memiliki KPS tetapi terdapat dalam aplikasi FDPOS/Daftar Nominatif
PSKS, maka RTS tersebut diminta untuk mengikuti prosedur KPS hilang.
d. RTS harus membawa dan mengunjukan KPS dan Kartu Identitas pada waktu hendak
menguangkan Simpanan Giropos;
e. Pembayaran Simpanan Giropos dapat dilakukan di Kp Bayar Online (KPRK/KPC) dan di
komunitas/Kp Bayar Offline.
2.7.4.1.2 Ketentuan Pembayaran di Kp Bayar Online :
a. Menggunakan Daftar Nominatif Pembayaran PSKS yg harus ditandatangani/Cap Jempol
oleh RTS;
b. Melakukan scan/input data barcode yg tertera pada KPS.
c. Ketentuan Pembayaran di Komunitas/Kp Bayar Offline :
d. Dapat dilakukan bilamana Daftar Nominatif PSKS telah di terima di KP Bayar;
e. Menggunakan Daftar Nominatif Pembayaran PSKS yg harus ditandatangani / Cap Jempol
oleh RTS;
f. Melakukan scan/input data barcode yg tertera pada Kupon PSKS dilakukan di KPRK atau
di Kp Bayar Online;
g. Bila nama RTS tidak tercantum dalam Daftar Nominatif di suatu lokasi kantor bayar
offline/komunitas, maka RTS diminta untuk datang ke KPRK terkait untuk mendapat ijin
pembayaran.
h. RTS tidak boleh mengambil dana di lokasi selain Kantor Bayar yang ditetapkan atau.
i. Bila fasilitas KP Bayar terbatas dapat dilakukan pengalihan lokasi KP Bayar.
j. Pembayaran kolektif tidak diperkenankan, kecuali daerah tertentu dan atas permintaan
Kementerian Sosial.

Universitas Sumatera Utara

Untuk dapat melakukan penguangan Simpanan Giropos di Kantor Pos Bayar, RTS datang ke
Kantor Pos Bayar untuk melakukan penguangan PSKS dengan membawa dan mengunjukan
KPS dan kartu identitas diri asli ke Petugas Pencocokan yang ada di Kantor Pos.
Untuk lebih memudahkan masyarakat dalam pengambilan dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, PT Pos Indonesia (Persero) bekerjasama dengan sekitar 10 ribu komunitas (jumlah
bisa bertambah sesuai dengan kebutuhan dan permintaan Pemda setempat). Petugas Pos
Indonesia akan mendatangani lokasi-lokas komunitas untuk melakukan pembayaran PSKS
kepada para anggota komunitas.

2.7.4.2 Mekanisme penyaluran dana PSKS melalui Mandiri E-Cash
Penguangan Mandiri e-Cash dimulai tanggal 3 November 2014, penguangan Mandiri e-Cash
dilakukan sesuai dengan penjadualan. Penyusunan jadual dilakukan sesuai dengan kondisi
dan kapasitas masing-masing Kantor Bayar. Jadual Penguangan merupakan masa bayar
utama, setelah masa bayar utama RTS masih dapat menguangkan dana Mandiri e-Cash.
2.7.4.2.1 Ketentuan dan syarat Penguangan Mandiri e-Cash
a.

Penguangan Mandiri e-Cash hanya dapat dilakukan kepada RTS yang tercantum dalam

data mandiri e-Cash dan/atau kartu HP.
b. Penguangan Mandiri e-Cash tidak dapat dikuasakan
c.

Dilakukan di Kp Bayar Online (KPRK/KPC) yang telah ditentukan sesuai Daftar

Nominatif.
d. Tidak diperkenankan penguangan di Komunitas/Kp Bayar Offline.
e.

Penguangan tidak boleh mengganggu aktivitas layanan reguler dan dibuatkan user

khusus.
f.

RTS tidak boleh mengambil dana di lokasi selain Kantor Bayar yang ditetapkan atau di

Kantorpos.

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan penguangan Mandiri e-Cash, RTS harus melakukan penukaran KPS dengan
KKS, SIM Card (Kartu Hp) KIS, dan KIP di tempat yang sudah ditentukan. RTS datang ke
Kantor Pos Bayar untuk melakukan penguangan PSKS dengan membawa dan mengunjukan
KKS,

Kartu

HP

dan

kartu

identitas

diri

asli

ke

Petugas

Pencocokan.

(http://www.posindonesia.co.id/index.php/berita/107-pt-pos-indonesia-persero-distribusikanprogram-simpanan-keluarga-sejahtera-psks diakses pada tanggal 13 Desember 2015 pukul
11.00 WIB).

2.7.5 Hak dan Syarat Masyarakat dalam Pengambilan Dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera (PSKS)
2.7.5.1 Hak Masyarakat dalam Pengambilan Dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera (PSKS)
Peserta Program Simpanan Keluarga Sejahtera dapat melakukan pengambilan dana
bisa kapan saja dan besar uang yang diambil bisa bertahap sesuai dengan keinginan Rumah
tangga Sasaran (RTS), dengan maksimal Rp. 600.000,- berhubung saldo rekening masingmasing RTS saat ini mendapat alokasi dana untuk bulan Januari, Februari, dan Maret 2015
masing-masing per-bulan per-RTS @ Rp. 200.000,- atau total jumlah Rp. 600.000, (enam
ratus ribu rupiah).

2.7.5.2 Syarat Masyarakat dalam Pengambilan Dana Program Simpanan Keluarga
Sejahtera (PSKS)
1. Pembayaran hanya dapat dilakukan kepada RTS yang memiliki Kartu KPS dan
namanya tercantum dalam Daftar Nominatif.
2. Saat mengambil dana PSKS harus menunjukkan Kartu KPS dan Kartu Identitas Diri
yang masih berlaku dan membawa 1 lembar Fotocopi Kartu Identitas Diri

Universitas Sumatera Utara

3. Pembayaran tidak dapat dikuasakan.
4. Pembayaran dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan
5. Bagi RTS yang Kartu KPSnya hilang/rusak masih dapat dibayarkan dengan membawa
surat keterangan kehilangan Kartu KPS dari Lurah dan namanya sudah terdaftar dalam
rekapitulasi KPS hilang yang dibuat oleh petugas TKSK pada pembayaran PSKS Tahun
2014 serta namanya tercantum dalam daftar Nominatif.
6. Bagi RTS pemilik Kartu KPS yang telah meninggal dunia masih dapat dibayarkan kepada
anggota keluarganya yang namanya tercantum dalam Kartu KPS dengan membawa surat
keterangan meninggal dunia dari Lurah dan namanya sudah terdaftar dalam Rekapitulasi KPS
meninggal dunia yang dibuat oleh petugas TKSK pada pembayaran PSKS Tahun 2014, serta
namanya tercantum dalam daftar nominatif. (http://www.psks.sapa.or.id diakses pada tanggal
12 Desember 2015 pukul 11.55 WIB)

2.8 Kesejahteraan Sosial
Menurut Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,
kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial
warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya (Fahrudin, 2012: 10).
Dalam Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial juga
ditegaskan bahwa penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah,
terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga
negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial.

Universitas Sumatera Utara

2.9 Kerangka Pemikiran
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disebabkan karena terjadinya
pengurangan subsidi menyebabkan kenaikan harga – harga kebutuhan bahan pokok yang
biasanya digunakan oleh masyarakat dalam keperluan sehari – hari. Kenaikan harga tersebut
jelas mempengaruhi kondisi perekonomian masyarakat Indonesia, terutama untuk kalangan
menengah ke bawah. Untuk tetap menjaga dan mencegah penurunan daya beli terhadap BBM
serta membantu meningkatkan perekonomian masyarakat terutama dari sektor keluarga
dibentuklah oleh Pemerintah yaitu Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ini.
Masyarakat juga berharap melalui program ini, dana yang disalurkan mampu untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan baik dan cukup atas kenaikan harga BBM
tersebut.
Adapun respon masyarakat meliputi 3 hal, yaitu persepsi masyarakat, sikap masyarakat dan
partisipasi masyarakat, yang kemudian akan menghasilkan respon positif, netral, maupun
negatif. Skematisasi kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang
menerangkan hubungan atau konsep – konsep atau variabel – variabel peneliti menjadi
sesuatu yang berbentuk skema, artinya yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari
narasi menjadi skema (Siagian, 2011: 132).
Untuk itu skematisasi kerangka pemikirian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1
Bagan Alir Pikir

PERSEPSI

Program Simpanan
Keluarga Sejahtera (PSKS)

a. Pengetahuan masyarakat tentang
PSKS
b. Pengetahuan masyarakat tentang
tujuan PSKS
c. Atensi masyarakat terhadap PSKS

SIKAP
a. Bagaimana penilaian masyarakat
terhadap PSKS
b. Apakah masyarakat menerima
atau menolak PSKS
c. Apakah masyarakat
mengharapkan atau tidak
mengharapkan PSKS
d

Masyarakat Kelurahan Sei
Kera Hilir II Kecamatan
Medan Perjuangan

PARTISIPASI
a.
b.
c.
d.
e.

Menikmati
Melaksanakan
Menilai
Frekuensi
Kualitas

Universitas Sumatera Utara

2.10 Defenisi Konsep dan Operasional
2.10.1 Defenisi Konsep
Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu
penelitian (Siagian, 2011: 138). Peneliti dapat memberikan batasan mengenai konsep –
konsep penelitian untuk menghindari kesalahpahaman arti dan konsep penelitian yang
digunakan. Adapun batasan konsep di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Respons adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi
terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respons biasanya diujudkan
dalam bentukperilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan.Teori
Behaviorisme

menggunakan

istilah

respons

yang

dipasangkan

dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Respons
adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika
rangsang dan respons dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk
tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan.
2. Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan
setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Persepsi dan kognisi diperlukan
dalam semua kegiatan kehidupan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagaian yang
perlu dari situasi rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan
individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang
rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi
atau kedua-duanya.
3. Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain
melalui perilaku. Sikap terbentuk melalui proses belajar (social learning), yaitu
sumber pembentukan sikap pada diri individu adalah orang lain.

Universitas Sumatera Utara

4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan diyakini banyak pihak
telah menjadi kata kunci dalam pengembangan pembangunan di era otonomi
daerah sekarang ini. Pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat
ternyata telah gagal menciptakan keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Partisipasi merupakan jembatan penghubung antara pemerintah sebagai pemegang
kekuasaan, kewenangan, dan kebijakan dengan masyarakat yang memiliki hak
sipil, politik dan social ekonomi masyarakat.
5. Kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan yg dialami seseorang maupun
sekelompok orang sehingga ia tidak dapat hidup diatas standar kebutuhan hidup
minimum.
6. Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) adalah program pemberian
bantuan dana simpanan dari Pemerintah dalam rangka membangun keluarga
produktif untuk memberdayakan dan melindungi masyarakat miskin.
7. Menurut Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,
kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
2.10.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah suatu proses menjadikan variabel penelitian dapat diukur
sehingga transformasi dari unsur konsep ke dunia nyata. Defenisi operasional adalah lanjutan
dari perumusan defenisi konsep. Perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai
keseragaman pemahaman tentang konsep – konsep , baik berupa objek, peristiwa, maupun
fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya mentransformasi
konsep ke dunia nyata sehingga konsep – konsep penelitian dapat di observasi (Siagian,
2011:141).

Universitas Sumatera Utara

Respon masyarakat terhadap pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera
(PSKS) dapat di ukur dari :
a.

Persepsi masyarakat mengenai pelaksanaan Progam Simpanan Keluarga Sejahtera
(PSKS) dapat diukur dengan :
1. Pengetahuan masyarakat tentang Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di
Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan.
2. Pengetahuan masyarakat tentang bagaimana pelaksanaan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera (PSKS).
3. Pengetahuan masyarakat tentang tujuan dan manfaat Program Simpanan Keluarga
Sejahtera (PSKS).
4. Atensi masyarakat terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).

b.

Sikap masyarakat terhadap pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera
(PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan :
1. Penilaian adalah pengetahuan atau informasi yang dimilikki masyarakat tentang
Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).
2. Penolakan atau penerimaan adalah berhubungan dengan rasa senang atau tidak
senang masyarakat terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang
dilaksanakan oleh PT.Pos Indonesia.
3. Masyarakat mengharapkan atau tidak mengharapkan adalah kesiapan masyarakat
dalam bertingkah laku yang berhubungan dengan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera (PSKS).

c.

Partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera
(PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan :
1. Menikmati adalah masyarakat berperan serta dalam menikmati Program Simpanan
Keluarga Sejahtera (PSKS), dimana masyarakat menerima bantuan dari program ini.

Universitas Sumatera Utara

2. Melaksanakan adalah masyarakat berperan serta dalam melaksanakan Program
Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dengan persiapan, perencanaan, pemahaman,
dan evaluasi agar pelaksanaan program dapat berjalan dengan baik.
3. Menilai adalah masyarakat berperan serta dalam menilai hasil Program Simpanan
Keluarga Sejahtera (PSKS) di mana masyarakat dapat menilai positif atau negatif
hasil program tersebut.

Universitas Sumatera Utara