BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN II.1. Letak Geografis dan Sejarah Kabupaten Simalungun II.1.1. Geografis - Studi Kelayakan Pemekaran Daerah(Studi Kasus Penolakan Usulan Kabupaten Simalunguan Hataran Sebagai Pemekaran Dari Kabupaten Simalungun)
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN II.1. Letak Geografis dan Sejarah Kabupaten Simalungun II.1.1. Geografis Secara geografis, Kabupaten Simalungun terletak di antara 2 -3◦ 36' ◦ 18’ Lintang Utara dan 98 ◦ 32' - 99◦ 35' Bujur Timur dengan luas wilayah 4.386,60 km atau 6,12 % dari luas keseluruhan Provinsi Sumatera Utara serta berada pada ketingggian 20 – 1.400 m dari atas permukaan laut (rata-rata 3369 m) yang dibagi
dalam 3 kategori besar, yaitu : 1.
Ketinggian 20 m – 389 m dari permukaan laut termasuk dalam kategori dataran rendah yang meliputi Kecamatan Bandar, Pematang Bandar, Ujung Padang, Siantar, Huta Bayu Raja, Tanah Jawa, Bosar Maligas, Dolok Batu Nanggar dan Tapian Dolok dengan luas 2.160,83 km atau 49,26 % dari luas Kabupaten Simalungun.
2. Ketinggian 600 m – 920 m dari permukaan laut termasuk dalam kategori
dataran sedang yang meliputi Kecamatan panei, Jorlang Hataran, Raya Kahean, Sidamanik, Raya, Dolok Panribuan dan Girsang Simpang Bolon dengan luas 1.276,07 km atau 29,09 % dari luas Kabupaten Simalungun.
15 Agustono, Budi dkk. 2012. Sejarah Etnis Simalungun. Pematang Raya, Hal.77.
3. Ketinggian 1.100 m – 1.500 m dari permukaan laut termasuk dalam kategori
dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Dolok Pardamean, Purba, Silimakuta, Silau Kahean dan Dolok Silau dengan luas 939,70 km atau 21,65 % dari luas Kabupaten Simalungun Tabel II.1. Klasifikasi Lahan Berdasarkan Penggunaannya.
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase
1. Pemukiman 12.909 2,94
2. Persawahan 53.430 12,18
3. Perladangan / Tegal 74.832 17,06
4. Perkebunan besar 116.109 26,47
5. Perkebunan Rakyat 46.953 10,70
6. Hutan 99.995 22,80
7. Alang-alang / Semak 34.108 7,78
8. Rawa 324 0,07
Jumlah 438.660 100.00 Sumber : Badan Pertanian Nasional, 2010.
Dari tabel di atas dapat dihat bahwa distribusi terbesar diperuntukkan untuk areal perkebunan yang meliputi 37,17 % dari luas wilayah. Kemudian diikuti oleh areal persawahan dan perladangan/legal (pertanian) yang meliputi 29,24 % dari luas
wilayah.
16 Dietrich Jansen, Arlin. 2003. Gondrang Simalungun: Struktur dan Fungsinya Bagi Masyarakat Simalungun.Medan: Bina Media.Hal.52.
II.1.2. Sejarah Kabupaten Simalungun
II.1.2.1 Pra Kolonial
Pembagian wilayah pemerintahan pada masa sebelum masuknya penjajahan Belanda didasarkan pada wilayah-wilayah kerajaan yang berdiri di Simalungun.Pada periode 500-1295 diketahui terdapat bentuk sistem pemerintahan bersama yang terdiri dari 4 kerajaan yaitu Kerajaaan Nagur, Silou, Batangiou dan Harau. Sistem pemerintahan bersama ini dikenal dengan nama sistem Raja Maropat atau Raja Nan Empat. Sedangkan pemerintahannya dikenal dengan nama Purba Deisa Naualuh atau Batak Timur Raya.
Perpecahan diantara kerajaan tersebut akibat masih seringnya perang antar kerajaan tidak dapat dihindarkan. Berdirinya kerajaan-kerajaan baru yaitu kerajaan Dolok Silau oleh marga Purba Tambak, Tanah Jawa oleh marga Sinaga, Siantar oleh marga Damanik dan Panei oleh marga Purba Dasuha tetap menghidupkan sistem pemerintahan Raja Maropat sampai pada tahun 1865 walaupun pemerintahannya sendiri sudah berganti.
Ada tahun 1865 kembali kerajaan-kerajaan tersebut pecah menjadi 7 kerajaan yaitu Kerajaan Dolok Silau, Tanah Jawa, Siantar, Panei, Raya, Purba dan Silimakuta dan tidak lagi menggunakan sistem pemerintahan bersama. Perpecahan ini tidak dapat dilepaskan dari politik devide at impera-nya kolonial Belanda. Masa perpecahan ini terjadi mulai tahun 1865 sampai dengan tahun 1907 dimana Belanda mulai mendirikan perkebunan-perkebunan besar.
II.1.2.2 Kolonial
Masuknya Belanda secara bertahap ke Simalungun telah membawa perubahan sistem pemerintahan yang menjadi sistem pemerintahan kolonial.Perubahan ini berdampak dibatasinya peran harajaon (kerajaan) yang berkuasa. Melalui Besluit
Gubernement Nomor 22 (Staatsblad Nomor 531) tanggal 12 Desember 1906
dibentuklah afdeling Simalungun en de Karo landen yang dikepalai oleh asisten
residen V.C.J. Westenberg di Seribu Dolok.
Wilayah administrasi pemerintahan dibagi ke dalam 7 landschapskassen (penguasa setempat) yang terdidi dari 16 distrik dan huta (kampung) yang dibuat berdasarkan kekuasaan raja-raja yang masih berkuasa di Simalungun pada masa itu sebagaimana berikut ini :
Tabel II.2. Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan No Kerajaan Distrik
1. Siantar 1.
Siantar 2. Bandar 3. Sidamanik
2. Tanah Jawa 1.
Tanah Jawa 2. Bosar Maligas 3. Jorlang Hataran 4. Dolok Panribuan 5. Girsang Sipangan Bolon
3. Panei 1.
Panei 2. Dolok Batu Nanggar
17
4. Raya 1.
Raya 2. Raya Kahean
5. Dolok Silau 1.
Dolok Silau 2. Silau Kahean
6. Purba Purba
7. Silimakuta Silimakuta Sumber : Tim Otonomi Daerah Tingkat II Kab. Simalungun, 1995.
Raja-raja yang berkuasa memberi persetujuan kepada Belanda untuk menganeksasi wilayahnya untuk dijadikan perkebunan-perkebunan besar seperti perkebunan sawit, karet dan lain-lain yang sampai sekarang masih berdiri.Saat pembukaan perkebunan tersebut hampir tidak ada perlawanan karena pada masa itu tanah tidak dimiliki oleh rakyat, tapi dimiliki dan dikuasai oleh partuanon (penguasa lokal setingkat desa) yang tunduk kepada raja di wilayahnya.
Keberadaan perkebunan tersebut membawa dampak pada tatanan sosial yang terjadi di Simalungun.Seperti imigrasi penduduk ke wilayah Simalungun, baik yang memang ingin mengadu nasib maupun yang didatangkan Belanda sebagai buruh perkebunan.Imigrasi penduduk ini menjadikan wilayah Simalungun sebagai melting
pot dari berbagai kebudayaan dan agama yang dibawa oleh para pendatang.
II.1.2.3 Post Kolonial
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia maka berdasarkan Undang-Undang Darurat (Drt) Nomor 7 Tahun 1956 dibentuklah Kabupaten Simalungun dengan 16 kecamatan yang berasal dari 16 distrik pada masa pemerintah Belanda dan berkembang menjadi 17 kecamatan yaitu Kecamatan Dolok Pardamean. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1991 dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1992 dilaksanakan pemekaran kecamatan dari 17 kecamatan menjadi 21 kecamatan yaitu Kecamatan Pematang Bandar, Huta Bayu Raya, Ujung Padang dan Tapian Dolok.
Satu hal penting dalam sejarah pemerintah di Simalungun adalah ditetapkannya Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun pada tanggal 25 April 1995 sebagai salah satu dari 25 Daerah Tingkat II Percontohan Otonomi Daerah. Pada pelaksanaannya, penyerahan urusan, baik yang berasal dari pusat maupun Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Utara meliputi 22 bidang, 108 sub bidang dan 475 urusan yang ditangani oleh 24 dinas daerah.
Setelah jatuhnya pemerintahan Orde Baru oleh gerakan reformasi yang dimotori oleh mahasiswa, pemerintah pusat mendesentralisasikan sebagian kewenangannya kepada daerah kabupaten/kota melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999.Dampak pemberlakuan undang-undang ini yang paling nyata adalah munculnya wilayah-wilayah pemekaran mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi.Kabupaten Simalungun juga mengalami pemekaran wilayah desa/kelurahan dan kecamatan dimana sebelumnya terdiri dari 21 kecamatan dimekarkan menjadi 30 kecamatan.
II.2. Wilayah Administrasi dan Organisasi Pemerintahan Kabupaten
II.2.1. Wilayah Administrasi
Kabupaten Simalungun merupakan salah satu dari 20 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang batas wilayah administrasinya adalah.
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan.
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kecamatan Gunung Malela, Kecamatan Gunung Maligas, Kecamatan Bandar Masilam, Kecamatan Bandar Huluan, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kecamatan Hatonduhan, Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kecamatan Panombeian Panei, Kecamatan Haranggaol Horison di Kabupaten Simalungun maka wilayah administrasi yang sebelumnya berjumlah 21 kecamatan berubah menjadi 30
kecamatan.
Pemekaran wilayah tersebut meliputi Kecamatan Sidamanik yang dimekarkan menjadi Kecamatan Sidamanik dan Pamatang Sidamanik, Kecamatan Tanah Jawa menjadi Kecamatan Tanah Jawa dan Hatonduhan, Kecamatan Huta Bayu Raja menjadi Kecamatan Huta Bayu Raja dan Jawa Maraja Bah Jambi, Kecamatan Panei menjadi Kecamatan Panei dan Panombeian Panei, Kecamatan Siantar menjadi Kecamatan Siantar, Gunung Malela dan Gunung Maligas, Kecamatan Bandar menjadi Kecamatan Bandar dan Bandar Masilam, Kecamatan Pematang Bandar menjadi Kecamatan Pematang Bandar dan Bandar Huluan, Kecamatan Purba menjadi Kecamatan Purba dan Haranggaol Horisan. Wilayah administrasi sebelum pemekaran
18 dapat dilihat pada tabel berikut : 19 Ibid., Dietrich Jansen.,Hal.76.
Data Dari Pemerintah Kabupaten Simalungun.
Tabel II.3. Wilayah Administrasi Kecamatan Sebelum Pemekaran
No Kecamatan Luas Nagori/ Keterangan
Wilayah Kelurahan (Km)1. Silimakuta 44,90
7
2. Purba 206,50
10 Dimekarkan
3. Dolok Pardamean 90,45
6
4. Sidamanik 174,59
14 Dimekarkan
5. Girsang Sipangan Bolon 123,00
5
6. Tanah Jawa 491,75
22 Dimekarkan
7. Huta Bayu Raja 230,20
17 Dimekarkan
8. Dolok Panribuan 154,40
9
9. Jorlang Hataran 109,25
8
10. Panei 164,50
13 Dimekarkan
11. Raya 324,06
8
12. Dolok Silau 287,96
6
13. Silau Kahean 219,90
10
14. Raya Kahean 226,25
7
15. Dolok Batu Nanggar 135,30
10
16. Tapian Dolok 114,90
7
17. Siantar 247,10
35 Dimekarkan
18. Bandar 194,04
23 Dimekarkan
19. Pamatang Bandar 230,64
19 Dimekarkan
20. Bosar Maligas 294,40
8
21. Ujung Padang 222,50
7 Jumlah 4.386,60 251 8 Dimekarkan Sumber : Simalungun Dalam Angka, 2012.
Disamping pemekaran kecamatan terjadi pula pemekaran nagori yang dimulai dari pembentukan nagori persiapan. Yang dimaksud dengan nagori persiapan adalah suatu wilayah tertentu yang akan dikembangkan menjadi nagori yang otonom. Selama masa persiapan, wilayah tersebut masih berinduk pada nagori asalnya. Wilayah administrasi kecamatan setelah pemekaran dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel II.4. Wilayah Administrasi Kecamatan Setelah Pemekaran
No Kecamatan Luas Nagori/ Keterangan
WilayahKelurahan
1. Silimakuta 144,90
7
2. Purba 206,50
10
3. Dolok Pardamean 90,45
6
4. Sidamanik 174,59
8
5. Girsang Sipangan Bolon 123,00
5
6. Tanah Jawa 491,75
15
7. Huta Bayu Raja 230,20
11
8. Dolok Panribuan 154,40
9
9. Jorlang Hataran 109,25
8
10. Panei 164,50
8
11. Raya 324,08
8
12. Dolok Silau 287,95
6
13. Silau Kahean 219,90
10
14. Raya Kahean 226,25
7
15. Dolok Batu Nanggar 135,30
10
16. Tapian Dolok 114,90
7
17. Siantar 247,10
16
18. Bandar 194,04
14
19. Pamatang Bandar 230,64
10
20. Bosar Maligas 294,40
8
21. Ujung Padang 222,50
7
22. Gunung Malela 90,73 15 2 nagori persiapan
23. Gunung Maligas 64,50 7 1 nagori persiapan
24. Bandar Marsilam 84,88
9
25. Bandar Huluan 117,11
9
26. Jawa Maraja Bah Jambi 73,72 8 2 nagori persiapan
27. Hatonduhan 277,80 8 1 nagori persiapan
28. Pamatang Sidamanik 91,03 9 3 nagori persiapan
29. Panombeian Panei 92,20 7 2 nagori persiapan
30. Haranggaol Horisan 34,50 5 1 nagori persiapan
Jumlah 4.386,60 263 12 nagori persiapan
Selain pembentukan nagori baru, dilaksanakan juga perubahan status 3 nagori menjadi kelurahan yaitu di Kecamatan Jorlang Hataran, Huta Bayu Raja dan Pamatang Bandar yang didasarkan pada Perda Nomor 10 Tahun 2002 tentang Perubahan Status 3 (Tiga) Nagori Menjadi Kelurahan.
II.3. Birokrasi Pemerintahan
Sama seperti di seluruh wilayah Republik Indonesia ini, birokrasi pemerintahan terendah dimulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten.Namun yang membedakannya adalah adanya kebebasan kabupaten/kota dan atau provinsi untuk mengadopsi adat istiadat yang ada di daerahnya ke dalam system pemerintahannya.Kabupaten Simalungun juga mengadopsi system pemerintahan yang menjadi cirri khas masyarakat Simalungun.Namun demikian, pengadopsian yang dilakukan cenderung hanya dalam hal perubahan nomenklatur saja.Hal ini, terlihat dari struktur dan perangkat yang terdapat pada pemerintahan nagori yang masih mirip dengan struktur dan perangkat yang terdapat di masa Orde Baru.
II.3.1.Nagori/Kelurahan
Struktur organisasi pemerintahan nagori terdiri pangulu (kepala desa) dan
tungkat nagori (perangkat desa).Di nagori juga dibentuk maujana nagori sebagai
badan perwakilan desa.Pangulu dipilih oleh masyarakat secara demokratis melalui pemilihan langsung dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui maujana nagori.Pangulu dapat diberhentikan oleh Bupati berdasarkan penilaian maujana nagori sedangkan keanggotaan maujana nagori merupakan hasil musyawarah tokoh-tokoh adat, agama, organisasi sosial politik, gabungan profesi dan unsure pemuka masyarakat.
Walaupun pada keanggotaan maujana nagori adalah hasil mekanisme tersebut, namun kedudukan maujana nagori adalah sejajar dengan pangulu.Dalam rangka operasionalisasi kegiatan tahunan, pemerintah nagori menyusun anggaran pendapatan dan belanja nagori untuk dimusyawarahkan dengan maujana nagori.Anggaran ini mengatur mengenai penerimaan dan pengeluaran nagori selama 1 tahun.
Tugas dan fungsi maujana nagori antara lain adalah menjaga dan melestarikan adat istiadat yang ada di nagori sepanjang menunjang pembangunan, bersama pemerintahan nagori menetapkan peraturan nagori, mengawasi pelaksanaan peraturan nagori dan menampung aspirasi masyarakat nagori serta menyampaikannya kepada pejabat atau instansi yang berwenang. Kewenangan yang dimiliki maujana nagori cukup luas termasuk menerima laporan pertanggungjawaban pangulu.Maujana nagori juga dapat mengusulkan pemberhentian pangulu apabila laporannya ditolak untuk
kedua kali.
Di tingkat nagori juga dibentuk lembaga kemasyarakatan nagori yang bertugas membantu pangulu dalam bidang perencanaan pembangunan.Hubungan lembaga kemasyarakatan nagori dengan pangulu adalah sebagai mitra pangulu khusus dalam perencanaan pembangunan.Perencanaan pembangunan yang telah disusun lembaga kemasyarakatan nagori disampaikan kepada maujana nagori melalui pangulu sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan pembangunan di nagori tersebut.
Disamping organisasi-organisasi formal pemerintah tingkat nagori di atas, dibentuk juga lembaga adat.Lembaga adat ini berfungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat yang menyangkut adat istiadat, hukum adat dan 20 kebiasaan-kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat kepada pemerintah.Fungsi ini
Madja Purba, Darwan. 2007.Musik Tradisional Simalungun.Majalah Sauhur(Agustus 2007), Hal 8. menyangkut pemberdayaan, pelestarian dan pengembangan adat istiadat dalam rangka memperkaya budaya daerah dan memberdayakan masyarakat untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.
Di bawah nagori terdapat gamot yang merupakan perpanjangan tangan dari pangulu.Gamot mempunyai tugas membantu pelaksanaan tugas pangulu dalam wilayah kerjanya dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada pangulu.Gamut dapat disamakan dengan jabatan setingkat kepala dusun.
Sedangkan struktur organisasi kelurahan merupakan perangkat kecamatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada camat.Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang dibantu oleh seorang sekretaris sebagai unsure staf dan beberapa seksi sebagai unsure pelaksana.
II.3.2. Kecamatan
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 tentang Pemerintahan Daerah, tugas dan fungsi kecamatan berubah dari yang sebelumnya merupakan perangkat wilayah menjadi perangkat daerah.Konsekuensinya adalah camat sebagai pimpinan organisasi kecamatan tidak dapat mengeluarkan kebijakan sebagai kepala wilayah.Kecamatan hanya bertugas memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan pembangunan yang ada di wilayah kerjanya.
Struktur organisasi kecamatan terdiri dari camat selaku pemimpin organisasi kecamatan, sekretaris kecamatan sebagai unsur pelaksana administrasi kecamatan dan beberapa seksi sebagai unsur pelaksana teknis serta beberapa instansi fungsional tingkat kecamatan seperti penyuluh pertanian lapangan (PPL), petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) dan lain-lain.Di kecamatan juga dibentuk forum musyawarah pembangunan sebagai wadah bagi nagori-nagori dalam merencanakan pembangunan.
II.3.3. Kabupaten
Organisasi Pemerintahan Kabupaten Simalungun dipimpin oleh seorang Bupati dan dibantu oleh seorang Wakil Bupati yang keduanya merupakan jabatan politis karena diangkat berdasarkan proses pemilihan yang dilakukan secara demokratis oleh DPRD Kabupaten Simalungun. Sebagai Sekretaris Daerah diangkat seorang pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat setelah mendapat persetujuan dari DPRD dan merupakan jabatan structural/karir.
Dalam penyelenggaraan pelayanan administrasi pemerintahan kepada masyarakat, Sekretaris Daerah dibantu oleh 3 asisten yang membawahi beberapa kepala bagian. Asisten Tata Praja membawahi bagian-bagian yang memberikan pelayanan pemerintahan antara lain Bagian Tata Pemerintahan, Bagian Pemerintahan Nagori dan Bagian Hukum dan Perundang-undangan. Asisten Ekonomi Pembangunan membawahi bagian-bagian yang memberikan pelayanan administrasi pembangunan antara lain Bagian Sosial, Perekonomian dan Pendidikan, Bagian Pembangunan dan Bagian Pelayanan Izin Terpadu. Asisten Administrasi Dan Pembinaan Aparatur membawahi bagian-bagian yang memberikan pelayanan administrasi di lingkungan organisasi pemerintah kabupaten yang meliputi Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Umum dan Perlengkapan dan Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol.
Untuk bidang pelayanan pembangunan dan kemasyarakatan dibentuk dinas- dinas daerah yang secara teknis memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dinas daerah dibentuk berdasarkan kebutuhan daerah dalam memberikan pelayanan- pelayanan kepada masyarakat sehingga setiap daerah kabupaten/kota di Indonesia memiliki dinas daerah yang berbeda satu sama lain. Selain dinas daerah, di kabupaten juga dibentuk badan-badan yang bertugas melaksanakan tugas-tugas dekonsentrasi dari pemerintah pusat.
Badan-badan ini tetap mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Bupati. Demikian juga dengan organisasi kantor, kantor merupakan unit pelaksana teknis yang dibentuk guna memberikan pelayanan administrasi kemasyarakatan secara langsung kepada masyarakat. Adapun dinas-dinas, badan- badan dan kantor-kantor yang terdapat dalam struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Simalungun adalah sebagai berikut : 1.
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga.
2. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan.
3. Dinas Perkotaan, Permukiman dan Pengembangan Wilayah.
4. Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.
5. Dinas Pendidikan dan Pengajaran.
6. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura.
7. Dinas Kehutanan.
8. Dinas Perkebunan.
9. Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi.
10. Dinas Pertanahan dan Penanaman Modal.
11. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya.
12. Dinas Pendapatan.
13. Dinas Perikanan dan Peternakan.
14. Dinas Koperasi, Pengusaha Kecil Menengah dan Tenaga Kerja.
15. Dinas Perindustrian.
16. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah.
17. Badan Pengawas Daerah.
18. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
19. Badan Kepegawaian Daerah.
20. Badan Pemberdayaan Masyarakat Nagori.
21. Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat.
22. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja.
23. Kantor Bimbingan Masyarakat Ketahanan Pangan.
24. Kantor Informasi dan Komunikasi.
25. Kantor Catatan Sipil.
26. Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan.
27. Kantor Perbengkelan, Perawatan Kendaraan Bermotor dan Alat-alat Berat.
28. Kantor Pertambangan dan Energi. Dengan demikian dalam struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Simalungun terdapat 15 dinas daerah, 5 badan dan 8 kantor.
II.4. Demografi Kabupaten Simalungun
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2002 dari 423.403 angkatan kerja sebanyak 397.254 orang berstatus bekerja dan 26.149 orang mencari pekerjaan. Dari jumlah angkatan kerja ini, tenaga kerja yang paling banyak terserap di sector pertanian yaitu sebesar 11,68%, jasa 8,28%, industri 6,14% dan selebihnya terserap disektor lain.
Jika dikaitkan dengan tingkat pendidikan maka angkatan kerja yang berpendidikan sekolah dasar (SD) sebanyak 126.118 orang, berpendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) sebanyak 97.898 orang, berpendidikan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) sebanyak 105.680 orang dan tidak/belum tamat SD sebanyak 81.991 orang.
Hasil sensus penduduk tahun 1980, tahun 1990 dan 2000 menunjukkan laju pertumbuhan penduduk peride 1990-2000 sebesar 0,63%. Sedangkan Sensus Penduduk tahun 2000 menunjukkan bahwa penduduk berjumlah 855.783 jiwa dengan rasio antara laki-laki dan perempuan (sex ratio) adalah 1,0033. Perbandingan sex ratio
berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada table berikut :
Tabel II.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 0-4 44.700 42.589 87.289 2. 5-9 50.296 48.194 98.490 3. 10-14 58.038 55.675 113.713 4. 15-19 56.577 53.898 110.475 5. 20-24 36.694 35.706 72.400 6. 25-29 30.561 31.073 61.634 7. 30-34 27.828 29.254 57.082 8. 35-39 26.429 28.673 55.102 9. 40-44 25.304 25.788 51.092 10. 45-49 20.328 19.809 40.137 11. 50-54 14.302 14.710 29.012 12. 55-59 11.057 11.835 22.892 13. 60-64 9.746 10.425 20.171 14. 65-69 6.366 7.562 13.928 15. 70-74 5.176 5.893 11.069 21 16. >75 5.187 6.110 11.297 Data dari Pemerintah Kabupaten Simalungun.
Jumlah 428.589 427.194 855.783
Sumber : Simalungun Dalam Angka, 2002II.4.1.Sosial
II.4.1.1.Pendidikan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun tahun 2002 terdapat 1.097 sekolah baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.
Tingkat pendidikan dasar memiliki 880 sekolah dengan jumlah murud sebanyak 121.097 orang dan guru 6.807 orang sehingga rasio guru terhadap sekolah sebesar 7,7 yang berarti setiap tahun 1 sekolah terdapat lebih kurang 8 guru. Sementara rasio murid terhadap guru sebesar 17,79 yang berarti 1 guru mengajar kurang lebih 18 murid.
Tingkat pendidikan lanjutan memiliki 146 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 41.094 orang dan guru 2.672 orang sehingga rasio jumlah guru terhadap sekolah sebesar 18,30 yang berarti setiap 1 sekolah memiliki lebih kurang 18 guru. Sementara rasio murid terhadap guru sebesar 15,38 yang berarti 1 guru mengajar 15 murid.
Pada tingkat pendidikan menengah terdapat 72 sekolah dengan murid sebanyak 23.412 orang dan guru sebanyak 1.588 orang. Rasio jumlah guru terhadap murud sebesar 14,74 yang berarti 1 guru mengajar lebih kurang 15 murid dan rasio guru terhadap sekolah sebesar 22,05 yang berarti 1 sekolah memiliki lebih kurang 22 guru.
Selain itu juga terdapat 3 perguruan tinggi yang diselenggarakan swasta dengan jumlah mahasiswa keseluruhan adalah sebanyak 902 orang dengan jumlah dosen sebanyak 109 orang dengan 39 orang merupaka dosen tidak tetap.
II.4.1.2. Agama
Sebagaimana telah digambarkan pada sejarah Kabupaten Simalungun bahwa Kabupaten Simalungun telah menjadi melting pot dari berbagai etnis, suku dan agama. Adapun proses asimilasi yang terjadi dapat berjalan relatif tanpa benturan (clash). Hal ini terutama disebabkan karakteristik masyarakat suku Simalungun yang terbuka dalam menghadapi perbedaan.Namun demikian penyebaran etnis, suku dan agama tidak merata dalam artian masih mengelompokkan diri pada suatu wilayah tertentu.Penyebaran ini biasanya diikuti penyebarab etnis dan suku yang identic dengan agama tertentu.
Tabel II.6. Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Kecamatan Islam Katolik Protestan Hindu Budha Lain- Jumlah
nya1. Silimakuta 3.814 1.962 13.712
20
13 19.521
2. Purba 1.780 5.371 16.801
1
4 70 24.027
3. Dolok Pardamean 4.393 1.413 9.795
18
57 17 15.693
4. Sidamanik 24.738 2.757 21.080
31
51 75 48.732
5. Girsang S. Bolon 6.270 1.263 6.436 6 196 14 14.185
6. Tanha Jawa 37.212 5.159 28.955
8 21 104 71.459
7. Huta Bayu Raja 4.103 3.213 12.581
8 27 19.932
8. Dolok Panribuan 9.216 757 10.326
13
45 20.357
9. Jorlang Hataran 18.118 4.732 25.724
2 13 48.589
10. Panei 11.339 1.829 21.327
17. Siantar 35.067 2.312 23.293
Di Kabupaten Simalungun terdapat 8 etnis besar yaitu suku Jawa, Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Melayu, Nias dan Pak-pak. Dari 8 etnis tersebut terdapat 3 etnis mayoritas yaitu Jawa, Batak Toba dan Simalungun.Etnis Jawa masuk ke Simalungun dalam 2 gelombang yaitu pada jaman Singosari dan Majapahit dimana terdapat sisa-sisa pasukan kedua kerajaan tersebut yang berimigrasi ke wilayah Simalungun.Masuknya etnis ini sedikit banyaknya mempengaruhi kebudayaan Simalungun seperti terlihat pada ikat kepala laki-laki pada pakaian adat Simalungun mengadopsi seni batik yang berasal dari Jawa.Gelombang kedua terjadi pada masa penjajahan kolonian Belanda dimana etnis Jawa didatangkan sebagai buruh di perkebunan-perkebunan.
Sumber : Simalungun Dalam Angka, 2002
35 45.338 Jumlah 499.741 49.708 302.054 287 2.683 1.310 885.783
85
25
21. Ujung Padang 35.076 945 9.172
20. Bosar Maligas 38.686 1.838 9.878 8 218 11 50.639
19. Pam. Bandar 69.447 3.053 15.853 59 1.130 606 90.148
18. Bandar 44.116 2.442 14.211 21 260 16 61.066
27 95 60.803
9
16. Tapian Dolok 83.261 5.467 25.702 56 173 77 114.736
5 7 34.507
15. Dolok B. Nanggar 30.064 562 6.034 6 331 9 37.006
3 32.497
68
26
14. Raya Kahean 26.735 1.564 4.101
19 50 18.102
4
13. Silau Kahean 7.952 1.024 9.053
2 6 15.991
12. Dolok Silau 5.852 188 9.943
2 17 12.456
11. Raya 2.502 1.857 8.077
II.4.1.3. Etnisitas
Sedangkan etnis Batak Toba masuk ke wilayah Simalungun akibat kebijakan pemerintah colonial Belanda untuk mempekerjakan etnis tersebut di bidang pertanian untuk menambah persediaan bahan makanan mereka karena jumlah pekerja yang berasal dari etnis Simalungun tidak mencukupi.Di samping itu, masuknya etnis Batak Toba juga dikarenakan kedekatan wilayah dan juga besarnya potensi wilayah seperti tingkat kesuburan tanah yang lebih tinggi daripada yang terdapat di wilayah Tapanuli Utara dan Samosir sebagai daerah asal etnis Batak Toba. Sedangkan etnis lain yang masuk ke Simalungun lebih dikarenakan adanya kedekatan wilayah geografi Simalungun dengan wilayah asal mereka disamping adanya motivasi untuk mengubah nasib melalui budaya merantau yang dimiliki sub-sub etnis Batak pada umumnya.
II.5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Secara umum kondisi perekonomian suaatu wilayah dapat digambarkan melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan menggunakan PDRB akan diketahui pertumbuhan ekonomi wilayah, struktur perekonomian wilayah dan pendapatan perkapita penduduk. Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan harga konstan dan harga berlaku.
Tabel II.7. PDRB Kabupaten Simalungun Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan (Jutaan Rupiah)
No Lapangan Usaha 2009 2010 20111. Pertanian 1.287.248,02 1.353.004,17 1.404.330,36
2. Penggalian 922,29 990,88 1.015,05
3. Industri 353.295,87 358.518,52 369.178,20 4.
2. Penggalian 1.456,86 1.704,05 2.030,20
9. Jasa-jasa 240.043,32 292.749,26 352.867,74
53.402,52 58.854,53 65.250,28
8. Bank dan Lembaga Keuangan
7. Pengangkutan 103.728,20 119.025,87 124.358,50
6. Perdagangan 291.148,45 349.510,34 380.384,78
5. Bangunan 51.114,74 69.137,30 76.879,23
9.265,33 10.101,88 10.513,42
4. Listrik, Gas dan Air Minum
3. Industri 696.158,85 721.599,60 763.700,91
1. Pertanian 2.249.982,15 2.588.006,37 2.807.066,44
Listrik, Gas dan Air Minum
Tabel II.8. PDRB Kabupaten Simalungun Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rupiah)
No Lapangan Usaha 2009 2010 2011Jumlah 2.034.034,77 2.131.853,43 2.223.940,36 Sumber : PDRB Kabupaten Simalungun, 2012
9. Jasa-jasa 118.561.23 123.102,35 135.966,63
39.894,32 42.321,00 45.346,79
Bank dan Lembaga Keuangan
7. Pengangkutan 64.732,24 70.365,00 72.527,21 8.
6. Perdagangan 139.362,15 149.855,73 158.957,80
5. Bangunan 24.919,85 28.191,09 31.037,52
5.292,80 5.491,59 5.578.79
Jumlah 3.706.299,53 4.210.693,14 4.598.397,18 Sumber :PDRB Kabupaten Simalungun, 2012 Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Simalungun secara umum mengalami peningkatan secara konstan walaupun tidak secara signifikan.Seluruh lapangan usaha memperlihatkan peningkatan kontribusi bagi perekonomian daerah.Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi yang didasarkan atas dasar harga berlaku juga menunjukkan peningkatan.Peningkatan ini dibarengi dengan angkatan kerja yang terserap pada masing-masing lapangan usaha.Jadi pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada masing-masing lapangan usaha telah mampu menyerap angkatan kerja secara seimbang.
Khusus mengenai lapangan usaha pertanian, yang memberikan kontribusi terbesar pada pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Simalungun, telah ditetapkan sebagai salah satu bidang yang dimasukkan ke dalam Rencana Strategis Kabupaten Simalungun disamping bidang perkebunan dan pariwisata.Ketiga bidang ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan PAD yang secara langsung berpengaruh pada penyusunan APBD.