BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Definisi Investasi - Pengaruh Investment Opportunity Set Berbasis Pada Harga Saham Terhadap Real Growth Perusahaan Properti Dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Investasi

2.1.1 Definisi Investasi

  Menurut Halim (2005:4) investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dan pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang. Pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : investasi pada asset-asset finansial (financial asset) dan investasi pada asset-asset riil (real asset).

  Menurut Tandelilin (2010:2) Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

  Menurut Jogiyanto (2003:5) mendefinisikan investasi sebagai berikut : “Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu.

  Dengan kata lain, penulis dapat menyimpulkan bahwa investasi itu adalah suatu komitmen keuangan untuk mengorbankan konsumsi sekarang dengan tujuan mengharapkan tingkat pengembalian atas investasi tersebut secara positif di masa datang sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Investasi dapat berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada asset real seperti: tanah, emas, rumah, dan asset real lainnya atau pada asset finansial seperti : deposito, saham, obligasi, dan surat berharga lainnya. Untuk melakukan investasi di pasar modal selain diperlukan dana, diperlukan pengetahuan yang cukup dalam bidang bisnis untuk menganalisis efek atau surat berharga mana yang akan dibeli dan efek mana yang tetap dipegang serta pengalaman dalam berinvestasi. Apabila suatu investasi perusahaan sebagian besar didanai dari internal equity, maka akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Semakin besar investasi yang dilakukan maka semakin berkurang dividen yang akan dibagikan. Sebaliknya bagi perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana dari luar untuk mendanai tambahan investasi akan membagikan dividen yang lebih besar.

2.1.2 Tujuan Investasi

  Menurut Tandelilin (2010:8) ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, diantaranya yaitu :

1. Untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak di masa datang.

  Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatnnya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

  2. Mengurangi tekanan inflasi . dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarikan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atauhak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

  3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan.

2.1.3 Analisis Investasi

  Ketika investor hendak melakukan investasi maka investor akan melakukan analisis investasi terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Tujuan analisis ini adalah untuk mengidentifikasi efek yang salah harga (misspriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Oleh karena itu menurut Halim

  (2005:5) ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan analisis, yaitu :

  1. Pendekatan Fundamental

  Pendekatan ini berdasarkan informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek. Karena kinerja emiten dipengaruhi oleh sektor industri dimana perusahaan tersebut berada dan perekonomian secara makro, maka untuk memperkirakan prospek harga sahamnya dimasa mendatang harus dikaitkan dengan faktor- faktor fundamental yang mempengaruhinya. Jadi analisis ini dimulai dari siklus usaha perusahaan secara umum, selanjutnya ke sektor indutri lainnya, akhirnya dilakukan investasi terhadapkinerjanya dan saham yang diterbitkannya.

  2. Pendekatan teknikal

  Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham dimasa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham dimasa mendatang. Dengan analisis ini para analis memperkirakan pergeseran penawarn (supply) dan permintaan (demand) dalam jangka pendek, serta mereka berusaha untuk cenderung mengabaikan risiko dan pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari penawaran dan permintaan. Namun demikian, analisis ini lebih mudah dan cepat disbanding analisis fundamental, karena dapat secara simultan diterapkan pada beberapa saham. Oleh karena itu,analisis teknikal mendasarkan diri pada premis bahwa harga saham itu tergantung pada penawaran dan permintaan saham itu sendiri.

2.2 Saham

2.2.1 Pengertian Saham

  Saham merupakan surat berharga sebagai tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas (Anoraga dan Pakarti, 2003:55), dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka manfaat yang diperoleh antara lain, yaitu : a.

  Dividen, bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham b.

  Capital Gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual saham dengan harga belinya.

  c.

  Manfaat non-financial, yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa saham adalah seftifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu. Saham preferen sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa, karena jumlahnya yang sedikit.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

  Harga saham selalu mengalami perubahan setiap waktunya. Dalam melakukan investasi pada pasar modal khususnya saham, perubahan harga saham menjadi perhatian penting bagi investor selain kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang digunakan dalam melakukan transaksi di pasar modal adalah harga yang terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Jadi harga saham yang digunakan bukanlah harga nominal dari saham tersebut.

  Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Menurut Alwi (2003:87) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakaharga saham, antara lain:

2.2.2.1.1 Faktor Internal (Lingkungan mikro) 1.

  Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan aporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.

  2. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan hutang.

  3. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of

  director announcements ) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur organisasi.

  4. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.

  5. Pengumumainvestment annuncements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya.

  6. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

  7. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS) dan dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.

2.2.2.1.2 Faktor eksternal (Lingkungan makro) 1.

  Pengumuman dari pemerintah sepertiserta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

  2. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

  3. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.

  4. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasiuga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.

5. Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri.

2.2.3 Risiko dan Return Saham

  Dalam manajemen investasi, risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return- ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya.

  Menurut Sundjaja dan Inge Berlian (2003:64 ), risiko adalah kemungkinan adanya kerugian atau variabilitas pendapatan dihubungkan dengan aktiva tertentu, Pengertian ini diperjelas lagi oleh Jogiyanto (2003:108 ) yang menyatakan bahwa risiko adalah variabilitas return terhadap return yang diharapakan, dimana risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi.

  Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kerugian atas sejumlah dana yang diinvestasikan dan tidak sesuai dengan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor.

  Return saham adalah imbalan yang diperoleh dari investasi sehingga

Return merupakan motivasi bagi investor dalam melakukan investasi. Menurut

  Husnan (2000:204), Return adalah keuntungan investasi atau pendapatan yang diterima dari selisih lebih investasi yang dilakukan sedangkan keuntungan yang diharapkan merupakan rata-rata tertimbang dari pendapatan historis yang tercermin dari rata-rata profitabilitas tingkat keuntungan.

  Menurut Halim (2005:34) return dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengembalian yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis, dan pengembalian yang diharapkan (expected return – ER) akan diperoleh investor di masa depan. Komponen pengembalian meliputi : 1.

  Untung/rugi modal (capital gain/loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) diatas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi dipasar sekunder.

  2. Imbal hasil (yield) merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield dinyatakan dalam persentase dari modal yang ditanamkan. Menurut Jogiyanto (2003:109 ), return saham dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Return Realisasi

  Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi

  dihitung berdasarkan data historis. Return realiasasi penting karna digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa mendatang. Dalam return realisasi ada beberapa pengukuran yang sering digunakan, antara lain: a.

  Return total b. Relative return c. Kumulatif return d. Return yang disesuaikan 2. Return ekspektasi

  Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh

  investor dimasa mendatang. Return ekspektasi sifatnya belum terjadi yang terdiri dari capital gain dan yield.

3. Abnormal Return

  Abnormal Return atau excess return merupakan kelebihan dari return realisasi terhadap return ekspekatasi. Salah satu cara yang digunakan untuk menghitung abnormal return adalah dengan menggunakan market

  adjusted model (model disesuikan pasar) pertimbangan yang digunakan

  model ini adalah adanya asumsi bahwa penduga tertarik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada periode tersebut.

2.3 Investment Opportunity Set (IOS)

2.3.1 Pengertian Investment Opportunity Set (IOS)

  Istilah Investment Opportunity Set (IOS) pertama kali dikemukakan oleh Myers (1976) dalam Utami (2007) yang menjelaskan bahwa IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan pertumbuhan pada masa yang akan datang dengan Net Present Value (NPV) positif. Menurut Kallapur dan Trombley (2001) dalam Utami (2007) pertumbuhan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size-nya, sementara IOS merupakan opsi untuk berinvestasi pada suatu proyek yang memiliki net present value positif. Menurut kedua penelitian tersebut, IOS juga dapat meningkatkan size perusahaan, sedangkan tidak semua growth opportunities mampu menghasilkan net present value positif. Pendapat ini juga diperjelas oleh Kole (1991), dalam Gaver & Gaver (2003) yang menyatakan bahwa nilai IOS tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang (future discretionary expenditure) yang pada saat ini merupakan pilihan – pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar dari biaya modal (cost of equity) dan dapat menghasilkan keuntungan. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami suatu pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan nilai kesempatan yang hilang. Nilai kesempatan investasi merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa mendatang. Pilihan-pilihan investasi di masa yang akan datang ini kemudian dikenal dengan set kesempatan investasi atau investment

  opportunity set (IOS).

  Smith & Watts dan Kester dalam Gaver & Gaver yang dikutip Jati (2003), menyatakan bahwa dalam membuat keputusan investasi dan employment setiap perusahaan dapat menginvestasikan dalam bentuk modal fisik dan sumber daya manusia secara khas. Investasi spesifik perusahaan tersebut mengakibatkan adanya variasi dalam kesempatan investasi yang prospektif serta ekspektasi distribusi hasil dari kesempatan investasi tersebut. Perbedaan keputusan investasi yang diambil oleh perusahaan dalam rangka memperoleh keunggulan kompetitif mengakibatkan IOS sangat bervariasi secara cross-sectional antar perusahaan (Gaver & Gaver dalam Nugroho dan Hartono, 2002).

  Kesempatan investasi atau Investment Opportunity terbuka jika perusahaan mampu menghasilkan margin laba yang tinggi secara konsisiten, dan memiliki kinerja keuangan yang baik, sehingga perusahaan dapat menginvestasikan kembali laba yang diperoleh perusahaan ke proyek-proyek yang dianggap memiliki nilai tambah positif dimasa yang akan datang.

  Menurut Gaver dan Gaver (2003) opsi investasi masa depan tidak semata – mata ditunjukkan dengan adanya proyek – proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Pilihan – pilihan pertumbuhan (growth Option) bagi suatu perusahaan merupakan sesuatu yang secara melekat bersifat tidak dapat diobservasi . (inherently unobservable). Karena sifatnya yang tidak dapat diobservasi, IOS memerlukan sebuah proksi.

  Beberapa proksi IOS telah digunakan dalam bidang akuntansi dan keuangan untuk memahami pemikiran IOS (Myers dalam Subekti dan Kusuma,2000). Kallapur dan Trombley, yang dikutip Prassetyo (2000), menyatakan bahwa proksi-proksi tersebut dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu:

2.3.1.1 Proksi IOS berbasis pada harga saham

  Investment Opportunity Set (IOS) berbasis pada harga saham ini

  mendasarkan pada perbedaan antara asset dan nilai pasar saham. Jadi proksi ini sangat tergantung pada harga saham. Proksi ini mendasarkan pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dengan harga saham, selanjutnya perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif dari aktiva-aktiva yang dimiliki (assets in place). Perbedaan harga saham ini hanya terjadi bila pasar saham adalah efisien semi kuat secara keputusan, yaitu investor dapat merespon secara tepat atas informasi yang tersedia secara penuh di pasar modal. IOS yang didasari pada harga saham akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Rasio – rasio yang digunakan dalam penelitian ini yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut : a.

  Rasio market to book value of equity (MVEBVE) Rasio ini mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan dimasa depan akan lebih besar dari return return yang diharapkan dari ekuitasnya (Smith dan Watts; 1992, Hartono; 1999). Perusahaan yang mempunyai rasio market to book value of equity (MVEBVE) yang tinggi akan memiliki pertumbuhan aktiva dan ekuitas yang besar. market to book value of equity dapat dihitung dengan mengggunakan rumus :

  Lembar saham yang bredar x Harga penutupan saham Total ekuitas

  b.

  Rasio firm value to depreciation expense (VDEP) Rasio ini menunjukkan seberapa besarnya pengurangan asset in place.

  Semakin besar rasio ini menunjukkan adanya kesempatan invesatasi. Rasio firm

  value to depreciation expense ini dapat dihitung dengan rumus:

Total Asset – Total ekuitas + (Lembar saham yang beredar x harga penutupan saham)

  Biaya Depresiasi c.

  Rasio firm value to book value of PPE (VPPE) Rasio firm value to property, plant and equipment digunakan dengan didasari alasan bahwa property, plant and equipment (PPE) dapat menunjukkan adanya investasi aktiva tetap yang produktif (Subekti, 2000).

  Komposisi PPE yang besar dan struktur aktiva dapat menunjukkan adanya potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan. Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rumus. :

  

Total Asset – Total ekuitas + (Lembar saham yang beredar x harga penutupan saham)

  Total aktiva Net

2.3.1.2 Proksi IOS berbasis pada investasi

  Merupakan proksi yang percaya pada gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan.

  Rasio – rasio yang sering digunakan oleh para peneliti antara lain: a.

  Rasio investment to net sales (IONS) Menurut hartono (1999) dalam Hendarno (2008) Rasio investment to net

  

sales menggunakan investasi modala sesungguhnya sebagai suatu ukuran nilai

  buku gross property, plant, dan equipment . Nilai gross property, plant, dan

  

equipment menunjukkan asset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dikur dengan

  menggunakan rumus:

  

Investasi

Penjualan Bersih

  b.

  Rasio capital expenditure to book value asset (CAPBVA) Rasio ini menunjukkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan.

  Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

  

Nilai Buku Aktiva Tetap t – Nilai Buku Aktiva Tetap t-1

Total Asset

  c.

  Rasio capital expenditure to market value of Assets (CAPMVA) Sama dengan rasio CAPBVA, rasio ini menunjukkan adanya aliran tambahan modal perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

  Nilai Buku Aktiva Tetap t – Nilai Buku Aktiva Tetap t-1 Total Asset – Total Kuitas + (Lembar Saham Yang Beredar X Harga Penutupan Saham

2.3.1.3 Proksi IOS berbasis pada varian ( variance measurement)

  Merupakan proksi yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian diantaranya: a.

  Varian return (VARRET) Varian return yang digunakan untuk menilai return dari IOS perusahaan.

  Varian return ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  

[(Harga Penutupan Saham x Lembar Saham Beredar) +Deviden+Biaya Bunga]

Total Asset – Total Kuitas + (Lembar Saham Beredar x Harga Penutupan Saham)

  b.

  Beta asset (BETA) Beta asset digunakan untuk menilai risiko dari IOS perusahaan. Beta asset dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  Beta Saham x (Harga Penutupan Saham x Lembar Saham Beredar)

Total Asset – Total Kuitas + (Lembar Saham Beredar x Harga Penutupan Saham)

2.3.2 Real Growth

  Menurut Kallapur dan Trombley (2001) dalam Evana (2009) pertumbuhan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan sizenya. real growth yang dimaksudkan disini adalah realisasi pertumbuhan. Menurut Kallapur dan Trombley dalam Hendarno (2008), realisasi pertumbuhan perusahaan ditunjukkan dalam pertumbuhan nilai buku aktiva dan nilai buku perusahaan. Pertumbuhan sebagai basis pengujian investment oppportinity set (IOS) adalah realisasi pertumbuhan penjualan, laba, nilai buku total ekuitas dan nilai buku asset.

  Pengukuran growth yang banyak digunakan adalah pertumbuhan laba, pertumbuhan penjualan, atau diwakili dengan nilai pasar dibagi dengan nilai buku Hartono (2003:473)

  Pertumbuhan perusahaan akan mempengaruhi sejumlah kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Perusahaan yang pertumbuhannya tinggi dengan pendapatan yang besar memungkinkan untuk membayar dividen yang rendah karena mereka mempunyai kesempatan yang profitable dalam menandai investasinya secara internal sehingga perusahaan tidak tergoda untuk membayar bagian yang lebih besar labanya kepada pihak luar.

  Menurut Julianto (2003:74), realisasi pertumbuhan terbagi menjadi empat bagian yaitu pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba, pertumbuhan nilai buku ekuitas dan pertumbuhan asset.

2.3.2.1 Pertumbuhan penjualan

  Pada saat pertumbuhan penjualan relative tinggi , hal ini menandakan bahwa produk yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut dapat diterima oleh pasar. Pertumbuhan penjualan dapat dihitung dengan rumus sebagi berikut:

  Total penjualan bersiht – total penjualan bersiht-1 total penjualan bersiht-1

  2.3.2.2 Pertumbuhan laba Pertumbuhan laba dapat dihitung dengan rumus sebagi berikut:

  Laba - Laba

  t t-1

  Laba t-1

  2.3.2.3 Pertumbuhan nilai Buku ekuitas Pertumbuhan nilai buku ekuitas dapat dihitung dengan rumus sebagi berikut:

  Total Ekuitas t - Total Ekuitas t-1 Total Ekuitas

  t-1

  2.3.2.4 Pertumbuhan Asset Pertumbuhan asset dapat dihitung dengan rumus sebagi berikut:

  Total Asset t - Total Asset t-1 Total Asset t-1

2.3.3 Pengaruh Investment Opportnity Set (IOS) Berbasis Pada Harga Saham Terhadap Real Growth Perusahaan

  Menurut Kallapur dan Trombley (2001) Invesment Opportunity Set (IOS) berbasis harga saham merupakan investasi yang menunjukkan propek pertumbuhan perusahaan yang dinilai berdasarkan harga pasar dan secara parsial yang dinyatakan dalam harga saham. Perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva – aktiva yang dimiliki (asset in place). IOS yang didasari pada harga saham akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan.

  Pada pasar yang efisiensi secara semi kuat, harga saham akan merefleksikan secara penuh atas informasi yang tersedia di pasar saham. Oleh karena itu, pasar seharusnya bereaksi secara berbeda terhadap informasi antara perusahaan yang tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh. Perbedaan harga saham ini hanya terjadi bila pasar saham adalah efisien semi kuat secara keputusan, yaitu investor dapat merespon secara tepat atas informasi yang tersedia secara penuh di pasar modal.

  Menurut Hartono (2000) efisiensi pasar secara keputusan mempertimbangkan dua faktor yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar yaitu investor dapat merespon secara tepat informasi yang tersedia secara penuh di pasar modal.

  Perbedaan harga saham antara perusahaan yang bertumbuh dan yang tidak bertumbuh sesuai dengan salah satu dasar pembentukan harga saham yang yakin bahwa harga saham terjadi karena aliran laba atau kas masa depan yang dinilai sekarang. (Foster : 2006). Perusahaan yang bertumbuh mempunyai aliran laba dan kas masa depan lebih besar dibanding dengan perusahaan yang tidak bertumbuh (Gaver dan Gaver, 2003; Kallapur dan Trombley, 2000; Prassetyo, 2000; dan Surbekti dan Kusuma, 2002) .

  Indikasi adanya perusahan yang bertumbuh merupakan informasi yang digunakan investor untuk memperoleh return saham. Dalam hubungan perusahan yang bertumbuh dengan return saham sebagai reaksi pasar dapat diuji melalui besarnya abnormal return kumulatif di sekitar tanggal pengumuman laporan keuangan dan hanya bersifat sementara waktu saja. Semakin efisien suatu pasar maka semakin cepat atau semakin sedikit waktunya investor dapat memperoleh

  abnormal return (Surbekti dan Kusuma,2002)

2.4 Penelitian Terdahulu

  Hendarno (2008) meneliti tentang korelasi invesment opportunity set (ios) berbasis harga saham terhadap real growth perusahaan manufaktur. Variabel dependennya adalah Real Growth sedangkan variabel Invesment Opportunity Set (IOS). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Ada 30 perusahaan manufaktur di Indonesia selama tahun 2004 -2006 yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara investment opportunity set berbasis harga saham terhadap pertumbuhan penjualan.

  Sukma Lestari (2008) meneliti tentang pengaruh investment opportinity set terhadap pertumbuhan perusahaan dan return saham pada perusahaan manufaktur. Variabel dependennya adalah pertumbuhan perusahaan dan return saham. Sedangkan variabel independen adalah Invesment Opportunity Set (IOS).

  Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Ada 109 perusahaan manufaktur di Indonesia selama tahun 2005 -2007 yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan

  

investment opportunity set berpengaruh signifikan terhadap return saham dan

pertumbuhan perusahan manufaktur yang terdaftar di BEJ.

  Kusuma (2008) meneliti tentang investment opportunity set (ios) dan realisasi pertumbuhan perusahaan dalam menerapkan kebijakan pendanaan dan kebijakan dividen. Variabel dependennya yaitu kebijakan pendanaan dan kebijakan deviden. Sedangkan variabel independennya yaitu pertumbuhan perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Ada 116 perusahaan manufaktur di Indonesia selama tahun 2003 – 2007 yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitiannya menunjukkan hubungan antara proksi-proksi IOS dengan proksi-proksi realisasi pertumbuhan, baik untuk perusahaan yang tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh. Hasil penelitiannya juga menunjukkan perbedaan rata-rata mengenai kebijakan pendanaan antara perusahaan yang tumbuh dan tidak tumbuh.

  Prasetyo (2009) meneliti tentang pengaruh investment opportinity set (ios) berbasis pada harga saham terhadap real growth perusahaan di bursa efek indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Ada 50 perusahaan manufaktur di Indonesia selama tahun 2007 -2008 yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa investment opportunity set (IOS) berbasis pada harga saham tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan asset perusahaan dan pertumbuhan laba perusahaan manufaktur tetapi Investment opportunity set (IOS) berbasis pada harga saham berpengaruh terhadap pertumbuhan Ekuitas Perusahaan Manufaktur.

  Putri (2011) meneliti tentang pengaruh Investment Opportunity Set dan Profitabilitas terhadap return saham dan kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Ada 37 perusahaan manufaktur di Indonesia selama tahun 2006 - 2009 yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan Investment Opportunity

  Tidak ada pengaruh yang signifikan antara

  investment opportunity set

  berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Secara simultan

  investment opportunity set

  Secara simultan

  Invesment Opportunity Set (IOS)

  Variabel dependen: Pertumbuhan Perusahaan dan Return Saham Variabel independen:

  Pengaruh Investment Opportinity Set Terhadap Pertumbuhan Perusahaan dan Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (Periode Penelitian 2005 – 2007 )

  2 Irene Sukma Lestari Barus (2008)

  berbasis harga saham terhadap pertumbuhan penjualan.

  investment opportunity set

  Invesment Opportunity Set (IOS)

  Set berdasarkan harga, berdasarkan varian, dan Profitabilitas terhadap return

  Variabel independen:

  Real Growth

  Variabel dependen:

  Perusahaan di BEI.

  Growth

  Korelasi Invesment Opportunity Set (IOS) Berbasis Harga Saham terhadap Real

  1 Hendro Hendarno (2008)

  No Peneliti Judul Variabel Hasil Peneliti

  Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

  saham dan kebijak dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

  berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan perusahan manufaktur yang terdaftar di BEJ

  3 Kusuma (2008)

  Growth

  Investment opportunity set

  (IOS) berbasis pada harga saham tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan Asset dan pertumbuhan laba Perusahaan Manufaktur.

  Invesment Opportunity Set (IOS) Investment opportunity set

  Variabel independen:

  Real Growth

  Variabel dependen:

  Perusahaan di Bursa Efek Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI)

  (IOS) Berbasis pada Harga Saham Terhadap Real

  Investment Opportunity Set

  Investment Opportinity Set

  Pengaruh

  4 Erwin Prassetyo (2009)

  IOS dengan proksi-proksi realisasi pertumbuhan, baik untuk perusahaan yang tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh serta menunjukkan adanya perbedaan rata- rata mengenai kebijakan pendanaan antara perusahaan yang tumbuh dan tidak tumbuh.

  Terdapat hubungan antara proksi-proksi

  Variabel dependen: kebijakan pendanaan dan kebijakan deviden Variabel independen: pertumbuhan perusahaan

  Studi Kasus Pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia (2004 – 2007)

  (Ios) dan Realisasi Pertumbuhan Perusahaan Dalam Menerapkan Kebijakan Pendanaan Dan Kebijakan Dividen.

  (IOS) berbasis pada harga saham berpengaruh terhadap pertumbuhan Ekuitas Perusahaan Manufaktur. Arie Pratania Pengaruh Variabel Secara simultan

  5 Putri Investment dependen: terdapat (2011) Opportunity Set Return pengaruh yang

  dan Profitabilitas saham dan signifikan

  terhadap return kebijakan Investment saham dan deviden Opportunity Set kebijakan deviden Variabel berdasarkan pada perusahaan independen: harga, manufaktur yang Invesment berdasarkan terdaftar di BEI Opportunity varian, dan

  Set (IOS) Profitabilitas

  terhadap return saham dan kebijak dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2.5 Kerangka Koseptual

  Investment Opportunity Set (IOS) merupakan karakteristik penting bagi

  perusahaan karena IOS sangat mempengaruhi cara perusahaan dipandang oleh manajer, pemilik, investor, dan kreditur. Nilai pilihan investasi sangat tergantung pada nilai asset yang dimiliki oleh perusahan. Kesempatan investasi tidak selalu berwujud secara fisik tetapi dapat berupa suatu kesempatan yang bersifat intangible namun memiliki peluang yang memberikan keuntungan bagi perusahaan.

  Pertumbuhan suatu perusahaan diharapkan dapat memberikan aspek positif bagi perusahaan seperti dapat menarik minat investor untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut. Menurut Gaver and Gaver (2003), pilihan pertumbuhan memiliki pengertian yang fleksibel. Perusahaan yang bertumbuh tidak selalu merupakan perusahaan kecil yang sedang aktif melakukan penelitian dan pengembangan. Perusahaan kecil sering kali menghadapi keterbatasan pilihan dalam menentukan proyek baru atau merestrukturisasi asset. Perusahaan besar cenderung mendominasi posisi pasar dalam industrinya. Sehingga seringkali perusahaan besar memiliki keunggulan kompetitif dalam mengeksplorasi kesempatan investasi.

  Peluang pertumbuhan perusahaan dapat terlihat pada kesempatan investasi yang diprediksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai investment

  

opportunity set (IOS). Nilai IOS ini dihitung dengan kombinasi berbagai jenis

  rasio yang mengimplikasikan nilai aktiva ditempat (berupa nilai buku aktiva maupun ekuitas perusahaan) dan nilai kesempatan yang tumbuh suatu perusahaan di masa depan (berupa nilai pasar perusahaan)

  Gaver dan Gaver (1993) dalam Fitrijanti dan Hartono (2002) mencatat bahwa market to book value of equity, market to book value of asset, earning per

  

share to price, research and development total asset, variance of total return and

funds memiliki korelasi signifikan dengan IOS. Menurut Kallapur dan Trombley

  (2001), dengan asumsi set kesempatan investasi secara rata – rata mengarah kearah investasi aktual , IOS diduga kuat memiliki korelasi dengan realisasi pertumbuhan perusahaan periode berikutnya. Berdasarkan pemikiran tersebut

  Kallapur dan Trombley (2001) menguji korelasi proksi IOS dengan realisasi pertumbuhan setelah tahun pengukuran tingkat IOS. Beberapa rasio individual yang diuji antara lain: book to market value of asset, book to market value of

  

equity, property plant and equipment to market value of asset, Tobin- Q,

depreciation expense to market value, earning per share to price, research and

development to market value of asset, research and development to sales, capital

expenditures to market value of asset, capital expenditures to book value of asset

variance of return dan beta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh rasio

  tersebut berkorelasi signifikan dengan realisasi pertumbuhan, kecuali EPS/Price, rasio dengan pembilang R & D, Varret dan Beta.

  Dalam penelitian ini rasio yang diuji antara lain: firm value to book value

  

of PPE (VPPE), dengan dasar pemikiran bahwa adanya investasi pada aktiva

  tetap yang produktif sebagai asset in place. Semakin besar rasio ini menunjukkan adanya pertumbuhan asset perusahaan. Rasio market to book value of equity (MVEBVE) dengan dasar pemikiran bahwa pasar menilai return investasi di masa depan akan lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukkan adanya pertumbuhan ekuitas perusahaan. Rasio

  

firm value to depreciation expense (VDEP) menunjukkan besarnya pengurangan

asset in place . Semakin besar rasio ini menunjukkan adanya kesempatan investasi.

  Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dengan didukung tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka secara skematis kerangka konseptual dalam penelitian digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual

  Berdasarkan uraian kerangka koseptual di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : investment opportunity set (IOS) berbasis pada harga saham berpengaruh terhadap pertumbuhan asset perusahaan property dan real estate .

  H2 : investment opportunity set (IOS) berbasis pada harga saham berpengaruh terhadap pertumbuhan ekuitas perusahaan property dan real estate.

  Rasio firm value to book value of PPE (VPPE) ; X

  equity (MVEBVE) ; X

  expense (VDEP) ; X

  1

  ) Pertumbuhan Ekuitas ( Y

1 Rasio market to book value of

2 Rasio firm value to depreciation

  2 ) Investment Opportunity Set (IOS)

  berbasis pada harga saham (X) Realisasi Pertumbuhan Perusahaan (Y)

Dokumen yang terkait

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Indeks Prestasi - Analisis Statistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Prestasi Mahasiswa

0 0 18

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Statistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Prestasi Mahasiswa

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Bank - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pada Bank BUMN yang Terdaftar diBursa Efek Indonesia

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pada Bank BUMN yang Terdaftar diBursa Efek Indonesia

0 1 7

BAB II 2.1. Investasi - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN) di Sumatera Utara

0 1 46

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN) di Sumatera Utara

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Signaling Theory - Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) danLikuiditas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Pertambangan yang Terdaftar di BEI

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) danLikuiditas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Pertambangan yang Terdaftar di BEI

0 0 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) - Analisis Pengaruh ROA (Return On Asset), Pertumbuhan Laba, Komponen Arus Kas dan Harga Saham Terhadap Volume Perdagangan Saham Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaft

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh ROA (Return On Asset), Pertumbuhan Laba, Komponen Arus Kas dan Harga Saham Terhadap Volume Perdagangan Saham Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8