BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Higiene Sanitasi dan Pemeriksaan Jumlah Eschericia coli pada Air Minum Isi Ulang dengan Metode Desinfeksi Sinar Ultraviolet dan Ozonisasi di Kota Medan Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Air adalah zat di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada suhu seratus derajat celcius. Ahli kimia mendefinisikannya terdiri dari dua unsur yaitu oksigen dengan dua lengan menggandeng hidrogen membentuk satu kesatuan disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar molekul tadi yang saling tumpang-tindih, yang tidak dapat dilihat melalui indera penglihatan secara langsung (Chandra, 2007).

  Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa air, manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air pun diperlukan oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang layak diminum tanpa mengganggu kesehatan (Depkes RI, 2006).

  Menurut Slamet (2004), air dalam tubuh manusia berkisar antara 50 – 70% dari seluruh berat badan. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25% dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70% dari hati, dan 75% dari otot adalah air.

  Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu minum minimal sebanyak 1,5 – 2 liter sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme.

  Menurut WHO dalam Depkes (2006) beberapa data menyebutkan bahwa volume kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda. Di negara maju, air yang dibutuhkan adalah lebih kurang 500 liter/orang/hari, sedangkan di Indonesia (kota besar) sebanyak 200 - 400 liter/orang/hari dan di daerah pedesaan hanya 60 liter/orang/hari.

  Di perkotaan, air tawar bersih untuk air minum semakin langka. Sungai- sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar oleh berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah juga sudah tidak aman dijadikan sebagai air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang disebut-sebut menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Namun, harga AMDK dari berbagai merek yang terus meningkat membuat masyarakat sebagai konsumen mencari alternatif baru yang murah.

  Air minum isi ulang menjadi pilihan yang lain. Air minum jenis ini dapat diperoleh di depot-depot dengan harga sepertiga lebih murah dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah tangga yang beralih pada layanan ini sehingga keberadaan air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan dinamika keperluan. Namun sayangnya tidak semua air minum isi ulang dikelola dengan baik sesuai dengan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, terutama dalam persyaratan bakteriologis yaitu air minum tidak boleh mengandung bakteri- bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri golongan

  Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 0 Coli/100 ml air.

  Bakteri E. coli merupakan parameter ada tidaknya materi fekal didalam habitat yang sangat menentukan kualitas air atau bahan makanan. E. coli dipilih sebagai indikator, karena bakteri ini ditemukan dimana-mana (dalam tinja manusia maupun hewan). Kehadiran E. coli di dalam air dan makanan yang berhubungan dengan kepentingan manusia sangat tidak diharapkan, karena kehadiran kelompok mikroba tersebut menandakan bahwa air atau makanan telah tercemar materi fekal, yaitu materi yang berada bersama tinja atau feses manusia (Kusnoputranto, 1986).

  Hasil pengujian kualitas 120 sampel air minum isi ulang dari 10 kota besar (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Denpasar) di Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2002, sempat menjadi perhatian publik karena pada beberapa sampel ditemukan adanya kontaminasi mikroorganisme. Sekitar 16% dari sampel tersebut terkontaminasi bakteri coliform, yang mengindikasikan buruknya kualitas sanitasi depot air minum isi ulang.

  Medan merupakan kota nomor tiga terbesar di Indonesia dengan jumlah penduduk di atas 2 juta jiwa ditambah ± 566 ribu jiwa penduduk yang tidak tetap, dengan tingkat konsumsi air minum rata-rata 2,1 - 2,8 liter per orang per hari, maka dibutuhkan sebanyak 5,5 - 7,2 juta liter per hari. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan akan air khususnya air minum juga semakin meningkat. Namun kualitas air sumur dan air sungai di Medan ternyata sudah banyak yang tercemar, sementara pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi belum menjangkau semua warga (Johana, 2009).

  Dinas Kesehatan Kota Medan telah memeriksa sejumlah 170 depot air minum isi ulang dan ditemukan 25 depot (14,7%) diantaranya positif terkontaminasi bakteri

  

coli . Dinas Kesehatan kesulitan untuk melaksanakan pengawasan depot air minum isi

  ulang disebabkan instansi ini bukan sebagai pemberi izin. Perizinan dikeluarkan oleh Disperindag, sementara Dinas Kesehatan hanya sebagai pemberi rekomendasi.

  (Johana, 2009).

  Air minum yang dihasilkan oleh depot air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Tetapi untuk menjamin agar air minum yang dihasilkan aman dan sehat untuk dikonsumsi maka diperlukan proses pengolahan air yang tepat dan upaya penyelenggaraan higiene sanitasi depot air minum.

  Proses pengolahan air baku menjadi air minum isi ulang pada prinsipnya adalah filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk memisahkan kontaminan tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk koloid termasuk mikroorganisme dari dalam air, sedangkan proses desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring oleh proses sebelumnya.

  Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O

  3 ) berlangsung dalam tangki pencampur ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm.

  Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran ultraviolet (UV) dengan panjang gelombang 254 mm atau kekuatan 2.537 derajat Angstrom. Proses desinfeksi sinar ultraviolet yaitu dengan melewatkan air ke dalam tabung atau pipa yang disinari dengan lampu ultraviolet (Sulistyandari, 2009).

  Beberapa faktor dapat mempengaruhi kualitas air minum yang dihasilkan oleh proses di atas, diantaranya adalah kualitas sumber air baku, pengangkutan, jenis peralatan yang digunakan, pemeliharaan peralatan, penanganan air hasil pengolahan dan lain-lain. Pada produksi AMDK, seluruh proses pengolahannya dilakukan secara otomatis dan terkontrol sehingga apabila ada peralatan yang tidak berfungsi dapat diketahui dengan segera. Sedangkan pada proses pengolahan air di depot air minum isi ulang tidak seluruhnya dilakukan secara otomatis, sehingga hal ini diduga dapat mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan (Pitoyo, 2005).

  Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan kajian tentang pengaruh higiene sanitasi dan efektivitas proses desinfeksi pada depot air minum isi ulang yang menggunakan metode sinar UV dan ozonisasi terhadap jumlah E. coli pada air minum isi ulang di Kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh higiene sanitasi dan efektivitas proses desinfeksi pada depot air minum isi ulang yang menggunakan metode desinfeksi sinar UV dan ozonisasi terhadap jumlah E. coli pada air minum isi ulang di Kota Medan Tahun 2011.

1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum

  Untuk mengetahui pengaruh higiene sanitasi dan efektivitas proses desinfeksi pada depot air minum isi ulang yang menggunakan metode desinfeksi sinar UV dan ozonisasi terhadap jumlah E. coli pada air minum isi ulang di Kota Medan.

  1.3.2 Tujuan Khusus 1.

  Untuk mengetahui kondisi higiene sanitasi depot air minum isi ulang yang menggunakan metode desinfeksi sinar UV dan ozonisasi di Kota Medan.

  2. Untuk mengetahui jumlah E. coli pada air minum isi ulang sebelum dilakukan proses desinfeksi dengan metode sinar ultraviolet.

  3. Untuk mengetahui jumlah E. coli pada air minum isi ulang setelah dilakukan proses desinfeksi dengan metode sinar ultraviolet.

  4. Untuk mengetahui jumlah E. coli pada air minum isi ulang sebelum dilakukan proses desinfeksi dengan metode ozonisasi.

  5. Untuk mengetahui jumlah E. coli pada air minum isi ulang setelah dilakukan proses desinfeksi dengan metode ozonisasi.

  6. Untuk mengetahui jumlah E. coli pada air minum isi ulang setelah dilakukan proses desinfeksi dengan metode sinar ultraviolet dan ozonisasi sudah memenuhi standar persyaratan kualitas air minum yang ditetapkan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

1.4 Manfaat Penelitian 1.

  Sebagai informasi bagi pengelola depot air minum dan masyarakat yang menggunakan air minum isi ulang mengenai higiene sanitasi dan kandungan

  

E. coli pada air minum isi ulang yang menggunakan metode desinfeksi sinar

  UV dan ozonisasi, agar lebih baik lagi dalam mengelola depot air minum isi ulang dan lebih selektif dalam memilih depot yang higienis, bebas dari bahan tercemar dan memenuhi syarat kesehatan.

  2. Sebagai masukan bagi instasi pemerintah terkait (Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan) dalam hal pengawasan dan pembinaan higiene sanitasi dan kualitas air minum isi ulang sehingga program yang disusun dan dilaksanakan dapat lebih berhasil dan berdaya guna.

  3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur (Bank) sebagai Pemegang Jaminan Gadai Deposito Berjangka pada Perjanjian Kredit Bank (Studi pada PT. Bank Panin (Persero) Tbk. Kcu Pemuda)

0 0 13

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur (Bank) sebagai Pemegang Jaminan Gadai Deposito Berjangka pada Perjanjian Kredit Bank (Studi pada PT. Bank Panin (Persero) Tbk. Kcu Pemuda)

0 0 10

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks - Perbandingan Penggunaan Metode Analisis Regresi Ridge dan Metode Analisis Regresi Komponen Utama dalam Menyelesaikan Masalah Multikolinieritas (Studi Kasus Data PDRB Propinsi Sumatera Utara)

0 0 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gipsum - Perbedaan Kekuatan Kompresi Gipsum Tipe III Pabrikan, Gipsum Tipe III Daur Ulang Dengan dan Tanpa Penambahan Larutan Garam Dapur 1,5% Sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

0 0 17

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Kekuatan Kompresi Gipsum Tipe III Pabrikan, Gipsum Tipe III Daur Ulang Dengan dan Tanpa Penambahan Larutan Garam Dapur 1,5% Sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

0 0 7

Perbedaan Kekuatan Kompresi Gipsum Tipe III Pabrikan, Gipsum Tipe III Daur Ulang Dengan dan Tanpa Penambahan Larutan Garam Dapur 1,5% Sebagai Bahan Model Kerja Gigitiruan

0 0 15

20. RPP 7.2.4. Meloncat dan Berputar

0 0 14

23. RPP 7.4.2. Bola dan Meniru Gerakan

1 1 15

Studi Taksonomi Rotan di Kawasan Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Minum - Higiene Sanitasi dan Pemeriksaan Jumlah Eschericia coli pada Air Minum Isi Ulang dengan Metode Desinfeksi Sinar Ultraviolet dan Ozonisasi di Kota Medan Tahun 2011

0 0 34