SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AS SYAFI’IYAH WATES KEDENSARI TANGGULANGIN SIDOARJO 1996-2016 M.

(1)

SEJARAH PERK AS-SYAFI’IYAH WATE

Diajukan

GelarSarjanadalam

Pada JurusanSejarahdanKebudayaan Islam

FAKULTAS ADAB DAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISUNAN AMPEL SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

WATES KEDENSARI TANGGULANGIN SIDO 1996-2016 M

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhiSebagianSyaratMemperoleh GelarSarjanadalamProgram Strata Satu (S-1)

JurusanSejarahdanKebudayaan Islam (SKI)

Oleh

Moch Bachril Ilmi NIM: A0.22.12.012

FAKULTAS ADAB DANHUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERISUNAN AMPEL

SURABAYA 2016

MBANGAN PONDOK PESANTREN

S KEDENSARI TANGGULANGIN SIDOARJO

ntukMemenuhiSebagianSyaratMemperoleh (SKI)


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Abstrak

Skripsi ini mengkaji tentang sejarah dan perkembangan pondok pesantren As-Syafi’iyah periode 1996-2016. Permasalahan yang dibahas yaitu meliputi: (1) bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren As-Syafi’iyah? (2) bagaimana perkembangan pondok pesantren As-Syafi’iyah 1996-2016? (3) bagaimana peran pondok pesantren As-Syafi’iyah terhadap sosial keagamaan masyarakat sekitar Wates Kedensari Tanggulangin Sidoarjo?.

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah pendekatan historis dan sosiologis yang digunakan untuk mendeskripsi peristiwa masa lampau, sedangkan teori yang digunakan adalah teori peranan oleh Soerjono Soekanto. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, dengan menggunakan beberapa langkah yaitu heuristik, mengumpulkan arsip-arsip terkait dengan, verifikasi (kritik terhadap data), penafsiran serta bagaimana cara penulisan sejarahnya.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1).Sejarah pondok pesantren berawal dari kebiasaan pendiri pondok yaitu KH Mufid Syafi’i yang suka bersilatrurrahmi kepada para Kyai kemudian juga perintah gurunya yang menyuruhnya untuk menerusakan dan mengembangkan pondok yang selama itu masih fakum yang dimiliki oleh ayahnya yaitu Kyai Syafi’i. (2). Perkembangan pondok pesantren As-Syafi’iyah ini tidak begitu signifikan setelah meninggalnya pendiri pondok pesantren KH Mufid Syafi’i pada tahun 2006, perkembangan disini meliputi santri yang semakin tahun semakin bertambah pula meskipun tidak begitu banyak. (3). Peran pondok pesantren terhadap sosial keagamaan masyarakat sekitar Wates Kedensari Tanggulangin bisa dikatakan cukup banyak perannya, peran disini bukan hanya dalam bidang keagamaan melainkan pendidikan dan sosial pula.


(7)

Abstract

.

This thesis explain history and development of Pondok Pesantren As-Syafi’iyah period 1996-2016. The problems was explained as follow: (1) How the history of Pondok Pesantren As-Syafi’iyah ? (2) How the development Pondok Pesantren As-Syafi’iyah 1996-2016 ? (3) How the contribution of Pondok Pesantren As-Syafi’iyah in the social and religion of people around Wates Kedensari Tanggulangin Sidoarjo ?.

Approached is used in this research is Historical and sociological approach are used to describe old phenomenon, but the theory is used contribution by

SoerjonoSoekanto.this Research use history research method usely some way as

follow: heuristic, collect archives with verification (critical of data) , Translate and how the way to write this history.

From the result of the research can conclude that (1) History of Pondok Pesantren start from habit the founder of Pondok is KH. Mufid Syafi’i has loved silaturrahimfor the Kyai then also give command his teacher order to continue and develop Pondok from still vacuum have his father is Kyai Syafi’i. (2) The development of Pondok Pesantren As-Syafi’iyah is not significant after the founder of Pondok Pesantren KH. Mufid Syafi’i passed away on 2006, the developments are The students. (3) the contribution of Pondok pesantren for social and religion people around Wates Kedensari Tanggulangin have many contribution, the contribution not only religion aspect but also education and social aspect.


(8)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ...vi

PERSEMBAHAN ...vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ...xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 6

F. Penelitian Terdahulu ... 8

H. Metode Penelitian ... 8

I. Sistematika Bahasan... 12

BAB II: PONDOK PESANTREN AS-SYAFI’IYAH WATES


(9)

xiii

A. Sejarah berdirinya pondok pesantren As-syafi’iyah Wates Kedensari Tanggulangin Sidoarjo ... 14 B. Biografi Pendiri dan Latar Belakang Pondok Pesantren

As-Syafi’iyah Wates Kedensari Tanggulangin Sidoarjo ... 18 1. Biografi pendiri Pondok Pesantren As-Syafi’iyah Wates

Kedensari Tanggulangin Sidoarjo ... 18 2. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren

As-Syafi’iyah Wates Kedensari Tanggulangin Sidoarjo ... 21 C. Dasar Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren As-Syafi’iyah

Wates Kedensari Tanggulangin Sidoarjo ... 22 D. Tokoh-Tokoh yang Berpengaruh dalam Pendirian Pondok ... 24

BAB III: PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

AS-SYAFI’IYAH WATES KEDENSARI TANGGULANGIN SIDORAJO

A. Sistem Pembelajaran di Pondok Pesantren As-syafi’iyah Wates Kedensari Tanggulangin Sidoarjo ... 25 B. Data Perkembangan Santri ... 46 C. Prasarana dan Sarana Pondok Pesantren As-Syafi’iyah Wates

Kedensari Tanggulangin Sidoarjo ... 54

BAB IV: PERAN PONDOK PESANTREN TERHADAP

KEAGAMAAN MASYARAKAT

A. Peran di Bidang Pendidikan Agama ... 59 B. Peranan di Bidang Dakwah ... 61


(10)

xiv

C. Peranan di Bidang Sosial Keagamaan ... 63

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kedudukan Pondok Pesantren hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupan umat Islam di Indonesia. Lembaga pendidikan Islam yang tertua ini sudah dikenal semenjak agama Islam masuk ke Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan bahwa semenjak kurun waktu kerajaan Islam pertama di Aceh dan abad pertama Hijriyah, kemudian pada zaman Walisongo (abad ke XV) sampai permulaan abad XX banyak para ulama yang membuka cikal bakal desa baru. Disamping itu pola pikir dan sikap kelompok dilingkungan pesantren mulai dari kelompok kyai, instansi pemerintahan, petani, pedagang dan kelompok lainnya yang mempunyai hubungan fungsional ikut berpengaruh kepada

keunikan pesantren.1

Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan islam di Indonesia yang bersifat Tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan

mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian atau disebut Tafaqquh

Fiddin. Dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat pesantren telah menjangkau hampir seluruh masyarakat muslim. Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Terutama pada zaman kolonial, pesantren merupakan lembaga yang berjasa bagi umat Islam. Tidak sedikit pemimpin bangsa


(12)

2

terutama dari angkatan 1945 adalah alumni atau setidak-tidaknya pernah

belajar di pesantren.2

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang dapat dikatakan relative tua di Indonesia sampai saat ini tumbuh dan berkembang. Namun ironisya hal itu hanya diketahui sedikit oleh masyarakat umum. Yang menarik pesantren masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Peranan Tradisi dalam masyarakat sekitarnya menjadikan pesantren sebagai lembaga yang penting untuk diteliti. Keunikan tersebut ditandai dengan banyaknya variasi antara pesantren yang satu dengan yang lainnya walaupun dalam beberapa hal dapat ditemukan kesamaan-kesamaan umumnya. Variasi tersebut dapat dilihat pada variabel-variabel struktural seperti pengurus pesantren dewan kyai, dewan guru, kurikulum pelajaran, kelompok santri dan sebagainya. Jika dibandingkan yang satu dengan yang lain dan aliran yang satu dengan lainnya, akan diperoleh tipologi dan variasi yang ada dari dunia pesantren.

Secara garis besar, lembaga-lembaga pesantren pada dewasa ini dapat

dikelompokkan sebagai berikut.3

1. Pesantren Salafi yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik

sebagai inti pendidikan di pesantren. Sistem madrasah diterpakan untuk

memudahkan sistem Sorogan.4 yang dipakai dalam lembaga-lembaga

pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran-pengajaran pengetahuan umum. Masih cukup besar jumlah pesantren yang mengikuti

2Marwan Sarijo, Et al, Sejarah Pondok Pesantren(Jakarta:Dalam Bhakti,1979), 7. 3Zamarkasyari Dhofier, Tradsisi Pesantren:Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta:LP3ES,1994), 41-42.

4Sistem sorogan yang diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan Al Qur’an, Wikipedia.


(13)

3

pola ini, yaitu pesantren Lirboyo dan Ploso Kediri, pesantren Maslakhul Huda di Pati, dan pesantren Tremas di Pacitan.

2. Pesantren Khalafi yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum

dalam madrasah-madrasah yang dikembangkannya, atau membuka tipe sekolah-sekolah umum dalam lingkungan pesantren. Pondok Modern Gontor tidak lagi mengajarkan kitab-kitab klasik Islam. Pesantren pesantren besar, seperti Tebuireng dan Rejoso di Jombang telah membuka SMP, SMA dan Universitas, dan sementara itu tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.

Salah satu pesantren yang muncul pada dekade 80-an yang menggunakan corak salafi adalah Pondok Pesantren As-syafi’iyahdi desa Wates Kedenari Tanggulangin Sidoarjo. Berdirinya pondok pesantren salafi ini tidak lepas dari peran KH Mufid Syafi’i berawal dari tradisi beliau yang suka kerumah rumah seorang kyai ataau sowan ke para kyai, KH Mufid Syafi’i memiliki obsesi mendirikan lembaga pendidikan yang didasari atas harapan orang tuanya dan juga perintah dari gurunya. Pondok Pesantren As-syafi’iyah

didirkan pada tahun 1987 di atas areal tanah seluas 755 m2. Peletakan batu

pertama dilakukan oleh para tokoh masyarakat serta keluarga besar KH

Mufid Syafi’i.5 Jika kita lihat dari konteks yang lebih kecil Pondok Pesantren

As-syafi’iyah desa Wates Kedensari Tanggulangin Sidoarjo nampaknya sangat berpengaruh terhadap masyarakat sekitar khususnya dalam bidang agama akan tetapi dalam bidang lainnya pengaruh juga sangat besar.


(14)

4

Disamping itu juga para pengasuh Pondok Pesantren As-syafi’iyah dan masyarakat Wates mengembangkan berwirausaha.

Pondok Pesantren As-syafi’iyah sangat penting untuk dilakukan sehubungan dengan keberadaannya di suatu desa yang masih minim sekali mengenal agama Islam, namun bisa bertahan dan berkembang di tengah-tengah kepercayaan masyarakat yang sangat minim tentang agama Islam. Sistem pengelolahan dana di Pondok Pesantren As-syafi’iyah ini unik dan juga bisa dijadikan contoh pondok pesantren lainnya. Pengurus pondok tidak hanya mengandalkan dari dan santri ataupun donatur Pondok Pesantren As-syafi’iyah saja, tapi juga mengembangkan bakat wirausaha para santri-santri diantaranya berjuala koran, air minum dan juga mengumpulkan barang-barang bekas yang sekiranya layak untuk dipakai lagi.

Penelitian mengenai Pondok Pesantren As-syafi’iyah ini dimaksudkan untuk menggambarkan kemajuan dan perkembanga yang dicapai oleh pesantren, yang tidak hanya berkiprah dalam bidang pendidikan agama saja, tapi dalam kewirausahaan juga.

B. Rumusan Masalah

Skripsi ini berjudul Sejerah perkembangan Pondok Pesantren As-syafi’iyah Wates, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo 1996-2016. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah unsur-unsur yang terdapat dalam Pondok Pesantren As-syafi’iyah dan khususnya sebagian masyarakat Wates dan Tanggulangin pada umumnya, dan perkambangan pesantren sejak tahun


(15)

5

1996 hingga sekarang. Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah Pondok Pesantren As-syafi’iyah Wates, Kedensari,

Tanggulangin, Sidoarjo.

2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren As-syafi’iyah periode

1996-2016.

3. Bagaimana peran Pondok Pesantren As-syafi’iyah terhadap keagamaan

warga Wates, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sejarah berdirinya Pondok Pesantren As-syafi’iyah Wates,

Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo

2. Mengetahui perkembangan Pondok Pesantren As-syafi’iyah periode

1996-2016

3. Mengetahui peran Pondok Pesantren As-syafi’iyah terhadap keagamaan

warga Wates, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo

D. Kegunaan Penelitian

1. Untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Strata Satu (S1) di bidang

sejarah pada fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Kebudayan Islam UIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Sebagai bahan kajian selanjutnya bagi para mahasiswa yang mendalami


(16)

6

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Dalam penelitian ini penulis mengguakan metode sejarah dengan pendekatan sosiologi. Metode sejarah berusaha menelusuri asal-usul pertumbuhan ide-ide didirikannya Pondok Pesantren As-Syafi’iyah dan perkembangannya. Sedangkan pendekatan sosiologi dalam studi agama Islam digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan pesantren. Selain itu, pendekatan sosiologi dimaksudkan untuk menjelaskan peranan sosial dari pesantren dalam mengembangkan kehidupan masyarakat.

Sedangkan teori itu sendiri dipandang sebagai bagian pokok ilmu sejarah yaitu apabila penulisan suatu peristiwa sampai kepada upaya melakukan analisis dari proses sejarah yang akan diteliti. Teori sering juga dinamakan kerangka referensi atau skema pemikiran pengertian lebih luasnya adalah teori merupakan suatu perangkat kaidah yang memandu sejarawan dan melakukan penelitiannya, menyusun data dan juga dalam mengevaluasi

penemuannya.6

Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis juga menggunakan teori. Teori merupakan pedoman guna mempermudah jalannya penelitian dan sebagai pegangan pokok bagi peneliti disamping sebagai pedoman, teori adalah salah

satu sumber bagi peneliti dalam memecahkan masalah penelitian.7 Teori yang

digunakan dalam bahasan ini adalah teori peranan. Peranan merupakan

6Dudung Abdurrahman,MetodePenelitianSejarah (Jakarta: Logos WacanaIlmu, 1999). 7. 7Djarwanto, Pokok-pokokMetodeRisetdanBimbinganTeknisPenelitianSkripsi (Jakarta: Liberty, 1990), 11.


(17)

7

proses dinamis dari status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, berarti dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena

antarkeduanya memiliki ketergantungan satu sama lain.8

Menurut Levinson, dalam bukunya Soerjono Soekanto peranan mencakup tiga hal antara lain:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian.

2. Peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

masyarakat.

3. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

4. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

Dalam hal ini pondok pesantren As-Syafi’iyah memiliki peranan yang sangat penting dalam keagaman di desa Wates, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pondok pesantren As-Syafi’iayah pernah dikaji sebelumnya oleh:


(18)

8

1. Latuapo Ridwan, Pondok Pesantren As-Syafi’iyah Wates, Kedensari,

Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berjudul “Studi sejarah dan

aktifitasnya. Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya”,tahun 1997. Disini penulis menjelaskan tentang aktifitas yang ada di pondok pesantren As-Syafi’iyah Wates, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, dan juga menjelaskan tentang asal mula berdirimya pondok pesantren ini. Yang rumusan masalahnya menitikberatkan pada kegiatan santri pondok pesantren As-Syafi’iyah. Sedangkan dalam penulisan saya ini lebih menjelaskan tentang perkembangan pondok pesanten mulai tahun 1996-2016. Dan rumusan masalah lebih menitikberatkan pada pekembangan pondok pesantren, dan juga belum pernah diteliti oleh siapapun tentang perkembangan pondok pesantren As-Syafi’iyah.

G. Metode Penelitian

Dalam melakukan penulisan skripsi ini, metode yang digunakan adalah metode sejarah, yaitu suatu penulisan yang berdasar pada data-data kejadian masa lampau yang sudah menjadi fakta. Menurut Aminudin Kasdi dalam bukunya “pengantar dalam studi sesuatu” langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penelitian sejaarah adalah sebagai berikut:

1. Heuristik (Pengumpulan data)

Peneliti menggunakan metode heuristik, yaitu pengumpulan data dari

sumbernya.9 Maksudnya ialah usaha pengumpulan buku-buku yang bisa

dipakai bahan rujukan dan yang sesuai dengan pembahasan dalam skripsi


(19)

9

ini. Dalam penelitian ini bukan hanya pengumpulan buku-buku saja melainkan juga dengan cara wawancara, penulis akan mencari sumber dengan cara mencari koleksi-koleksi buku pendiri pondok pesantren As-syafi’iyah dan juga wawancara kepada anak-anak pendiri pondok, santri-santri yang pernah mondok di pondok pesantren As-Syafi’iyah, dan juga masyarakat desa sekitar Wates, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo.

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber yang dihasilkan atau ditulis pihak-pihak yang secara langsung terlibat dan menjadi saksi mata dalam

peristiwa sejarah.10 Sumber primer yang digunakan penulis antara lain,

wawancara dengan salah satu murid KH Mufid Syafi’i dan juga anak-anaknya yang masih hidup. Guna untuk memperdalam dan menguatkan sumber sejarah.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber yang digunakan sebagai pendukung dalam penelitian. Sumber-sumber tersebut didapatkan dari bebarapa buku maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

tema.11 Misalnya: akte pendirian pondok pesantren yang diresmikan

oleh DEPAG, dan juga dokumen penting yang menyangkut tentang Pondok Pesantren As-Syafi’iyah.

2. Kritik Sumber

10Ibid, 30. 11Ibid, 31.


(20)

10

Kritik sumber adalah suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh agar memperoleh kejelasan apakah sumber tersebut kredibel atau tidak dan apakah sumber tersebut autentik atau tidak. Metode ini bermaksud agar memperoleh fakta yang dapat mengantarkan kepada kebenaran ilmiah. Dalam hal ini yang harus diuji adalah keabsahan dan keaslian sumber yang dilakukan melalui kritik ekstrern dan kredibilitas sumber ditelusuri dengan kritik intern.

a. Kritik ekstern

Kritik ekstern adalah proses untuk melihat apakah sumber yang didapat otentik atau asli. Sumber yang diperoleh penulis merupakan relevan, karena penulis medapatkan sumber langsung dari tokoh yang sedang diteliti melalui wawancara ataupun dengan melihat sebuah dokumen-dokumen.

b. Kritik intern

Kritik intern adalah upaya yang dilakukan untuk melihat apakah isi sumber tersebut cukup layak untuk dipercaya kebenarannya. Metode ini bermaksud agar memperoleh fakta yang dapat mengantarkan

kepada kebenaran ilmiah.12

3. Interpretasi atau Penafsiran

Suatu upaya sejarawan untuk melihat kembali apakah

sumber-sumber yang didapatkan dan yang telah diuji autentitasnya terdapat saling


(21)

11

berhubungan dengan satu dan lainnya.13 Demikian sejarawan memberikan

penafsiran terhadap sumber yang telah didapatkan. Penulis juga bukan sekedar menafsirkan akan tetpi penulis juga mengajak santri- santri senior dan juga anak-anak pendiri pondok bahkan tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam pendrian pondok untuk menafsirkan, guna mencari kebenaran data yang sudah penulis tulis.

4. Historiografi

Menyusun atau merekonstruksi fakta-fakta yang telah tersusun dan didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah

dalam bentuk tertulis.14 Dalam langkah ini penulis dituntut untuk

menyajikan dengan bahasa yang baik, yang dapat dipahami oleh orang lain dan dituntut untuk menguasai teknik penulisan karya ilmiah. Oleh karena itu harus dibarengi oleh latihan-latihan yang intensif. Dalam penyusunan sejarah yang bersifat ilmiah, penulis menyusun laporan penelitian ini dengan memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah, yang mengacu pada pedoman penulisan Skripsi Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab, UIN Sunan Ampel Surabaya. Berdasarkan penulisan sejarah itu pula akan dapat dinilai apakah penelitiannya berlangsung sesuai dengan prosedur yang peneliti gunakan.

Adapun pola penyajian adalah dengan dua cara:

a. Informal Deskriptif, yaitu menggambarkan fakta-fakta yang diperoleh

apa adanya dari hasil penelitian.

13Ibid, 33.


(22)

12

b. Diskriptif Interpretasi, yaitu pola penyajian dengan menyimpulakan

keterangan-keterangan melalui bebarapa analisa.15

H. Sistematika Bahasan

Bab I pendahuluan, merupakan landasan awal penelitian, meliputi, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika bahasan, daftar pustaka.

Bab II sejarah berdirinya pondok pesantren As-Syafi’iyah Wates, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, disini penulis menyajikan latar belakang berdirinya pondok, pendiri pondok dan juga tokoh-tokoh yang berperan dalam berdirinya pondok sehingga mempermudah pembaca untuk mengetahui awal berdirinya pondok dan siapa saja yang memprakarsai.

Bab III pada bab ini penulis menjelaskan perkembangan pondok pesantren As-Syafi’iyah Wates, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, disini penulis menjelaskan perkembangan yang ada diruang lingkup pondok yang meliputi perkembangan metode pengajaran, kemajuan pendidikan, kemajuan pembangunan, dan kemjuan jumlah santri dari tahun ke tahun.

Bab IV pada bab ini penulis memaparkan peran pondok pesantren As-Syafi’iyah Wates, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo, disini membahas meliputi peran bukan hanya dalam keagaman saja melainkan dalam bidang lainnya seperti dalam bidang dakwah dan juga sosial keagamaan.


(23)

13

Bab V penutup, sebagai upaya terakhir dalam pembahasan ini, maka didalam bab V ini akan beberapa kesimpulan dari pembahasan untuk menjelaskan dan menjawab permasalahan yang ada, serta memberikan kesimpulan yang bertitik tolak dari pembahasan, baik ditujukan kepada para santri pondok pesantren As-Syafi’iyah dan terhadap jalannya pendidikan.


(24)

BAB II

PONDOK PESANTREN AS-SYAFI’IYAH

A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren As-Syafi’iyah

Istilah pondok pesantren di berbagai daerah memiliki sebutan yang beragam. Di Minangkabau misalnya, pesantren disebut surau, penyantren di Madura,rangkang di Aceh dan Pondok di Jawa Barat. Namun secara definitive, sepertidiidentifikasi oleh hasil keputusan Musyawarah/ Lokakarya tentangPengembangan Pondok Pesantren tanggal 2 sampai dengan 6 Mei 1978 diJakarta, pondok pesantren paling tidak memuat tiga unsur, yaitu Kyai (Sunda :ajengan), santri dengan asramanya dan masjid atau Mushalla.

Pondok pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan Nasional. Dari segi sejarah pesantren tidak hanya identik dengan keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia. Sebab, lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya telah ada sejak masa kekuasaan Hindu – Budha. Sehingga Islam hanya meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada.1Istilah pondok berasal dari bahasa arab “funduk”berarti hotel atau tempat penginapan, kata “pesantren”sendiri merupakan kata benda bentukan dari kata santri yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, “pesantrian” berarti tempat tinggal para santri atau pusat pendidikan Islam tradisional atau sebuah pondok untuk para siswa muslim sebagai sekolah agama Islam di Jawa.


(25)

15

Sedangkan kata santri dipakai untuk menyebut murid yang mengikuti pendidikan Islam. Menurut buku Babad Cirebon,“santri”berasal dari kata “chantrik”, artinya seseorang yang mengabdikan diri kepada seorang guru dan chantrik ini selalumengikuti kemana saja gurunya menetap dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian. Kemudian kata itu diserap kedalam bahasa Jawa menjadi “santri”dan mendapat awalan serta akhiran menjadi bentuk kata baru“pesantrian”(orang jawa mengucapkannya “pesantren”).2

Jadi, pondok pesantren adalah tempat para santri belajar agama Islam dan sekaligus tempat menginap yang sistem pengajarannya menggunakan cara non klasikal, dimana seorang kiyai mengajarkan agama Islam kepada santrinya berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh para ulama terdahulu.3

Pondok pesantren pada dasarnya tidak menggunakan pembatasan usia maupun jangka waktu pendidikan. Sesuai dengan pengertian harfiah salah satu hadist : “Uthlubul ilma. Minal mahdi ilalahdi”(tuntutlah ilmu, sejak dari buaian sampai ke liang lahat). Maka pendidikan pesantren itu sesungguhnya adalah merupakan pendidikan seumur hidup “life long education”.Seluruh anggota masyarakat boleh mengikuti dan menjadi santri. Santri boleh belajar sampai kapan saja. Bila telah merasa cukup dan mampu santri boleh meninggalkan pondok pesantren.4

2Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan Transformasi

Pesantren(Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), 133.

3Zuhairini, Et al, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), 212. 4SudjokoPrasodjo. Et al, ProfilPesantren (Jakarta: LP3S 1974), 13.


(26)

16

Tumbuhnya pesantren berawal dari keberadaaan seorang yang alim atau Kiyai (Jawa), Ajengan (Sunda), Tengku (Aceh), Syaikh (Jambi dan Sumatera Utara) dan sebutan-sebutan lainnya yang senada dan semakna. Secara fisik, wujud awal pesantren adalah sebuah mushola yang biasa disebut orang Jawa (langgar). Selain digunakan untuk sholat lima waktu berjamaah, tempat ini juga bermanfaat mengkaji ilmu-ilmu keIslaman berupa penguasaan bacaan dan Tafsir Al qur’an, selanjutnya berkembang menuju kajian atas berbagai kitab kuning. Karena semakin bertambahnya santri yang akanmenuntut agama islam, mushala yang awalnya kecil itu kemudian diperluas dan akhirnya berubah status menjadi masjid.5Lambat laun komunitas santri mengalami peningkatan yang awalnya status mereka semuanya adalah santri kalong (tanpa menginap). Akan tetapi, karena pertumbuhan semakin meningkat tidakdari daerah sekitarnya melainkan dari luar daerah, maka dibutuhkan penginapan sementara yang mulanya mereka ditempatkan dimasjid dan kediaman Kiyai. Kemudian para santri bergotong royong mendirikan sebuah bangunan yang berupa sebuah bilik-bilik seadanya untuk menampung para santri yang selanjutnya disebut pondok.

Untuk menjadi suatu pondok pesantren yang besar, setiap pondok pesantren tidak akan tumbuh besar begitu saja, melainkan bertahap dari mulai sedikit demi sedikit dengan kurun waktu yang sangat lama. Maka dari itu, peranan pondok pesantren cukup besar pengaruhnya dan memegang kunci bagi pasang surutnya suatu pondok pesantren. Sebuah pondok pesantren yang

5Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan Transformasi


(27)

17

berkembang pesat tidak terlepas dari kemampuan pribadi Kiyai yang memimpin pondok pesantren tersebut. Jika penerus atau ahli warisnya menguasai dengan baik ilmu pengetahuan agama, kewibawaan, keterampilan mengajar, dan menguasai manajemen pondok pesantren yang diperlukan maka unsur pondok pesantren itu akan bertahan lama. Sebaliknya, pondok pesantren akan mengalami kemunduran bahkan bisa hilang begitusaja, jika pewaris atauketurunan Kiyai yang mewarisinya tidak memenuhi karakter dan persyaratan tersebut. Jadi, pondok pesantren itu tergantung pada figur Kiyai yang memimpin pondok pesantren tersebut.6

Jadi, semua tidak terlepas dari peranan seorang kiyai sebagai pemegang otoritas utama dalam pengambilan setiapkebijakan pesantren. Sebagai seorang top leader, Kiyai diharapkan mampu membawa pesantren untuk mencapai tujuannnya dalam mentransformasikan nilai-nilai ilmiah (terutama ilmu keagamaan) terhadap umat. Sehingga nilai-nilai tersebut dapat mengilhami setiap kiprah santri dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di dalam pondok pesantren Kiyai merupakan elemen paling utama dari sebuah pesantren,bahkan merupakan pendirinya. Sehubungan hal tersebut maka sudah sewajarnya jika pertumbuhan suatu pondok pesantren semata-mata bergantung kepada kepribadian sang Kiyai.7Sejak berdirinya, hubungan pesantren dengan masyarakat harus terjalin dengan baik dalam pola yang harmonis. Hal itu mengingatkan bahwa berdirinya suatu pesantren didukung secara penuh oleh masyarakat. Ini adalah sebuah cermin, betapa

6Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintas Sejarah Pertumbuhan dan

Perkembangan(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 138.


(28)

18

figur Kiyai sebagai pengasuh pesantren dan pengayom masyarakat yangkehadirannya dapat diterima atau dijadikan panutan. Ini merupakan bukti yang nyata bahwa peranan sang Kiyai dalam suatu pondok pesantren sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan pondok pesantren.

Kehadiran sebuah pondok pesantren ditengah-tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama dan sosial keagamaan. Dengan sifatnya yang lentur (flexible), sejak awal kehadirannya, pesantren ternyata mampu mengadaptasi diri dengan masyarakat serta memenuhi tuntutan masyarakat.8Oleh karena itu, keberadaan pondok pesantren sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat luas.

B. Biografi Pendiri dan Latar Belakang Pondok Pesantren As-Syafi’iyah. 1. Biografi pendiri Pondok Pesantren As-Syafi’iyah

KH. Mufid Syafi’i adalah pendiri Yayasan Pondok Pesantren As-Syafi’iyah ia lahir dari keluarga sederhana yang berprofesi sebagai modin dan penjahit yang juga bisa nyuwuk untuk menyembuhkan orang yang sakit yang bernama kyai Syafi’i dan ibu Muayyadah. Dari garis ibu berasal dari desa Ketegan, Tanggulangin, Sidoarjo termasuk keluarga tokoh ahli agama dan merupakan pusatnya orang-orang untuk belajar agama. Kelahiran KH.Mufid pada tanggal 30 Desember 1937.


(29)

19

KH Mufid Syafi’i memang mempunyai niat untuk belajar ke Lirboyo sejak kecil namun kendala biaya maka niatan itu beralih ke Pondok Islamiyah Tanggulangin, Sidoarjo. Karena di sana satu satunya sekolahan yang ada di kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo.

KH Mufid Syafi’i bersekolah di Islamiyah, Tanggulangin, Sidoarjo sambil mengabdi kepada KH Ahmad. Ia kecil sangat taat dan tawadhu’ pada gurunya. Sehingga apabila dipanggil untuk mijiti atau disuruh melakukan pekerjaan apa saja mau.

Setelah tamat dari sekolah Islamiyah Tanggulangin. Ia dikirim oleh gurunya ke Kraksaan Probolinggo. Di sana ia diberi amanat untuk mengamalkan ilmuya. Di sana juga ia mendirikan sekolah atau pengajian-pengajian. Setelah sukses menjalankan amanat dari gurunya ia dipindahtugaskan ke Desa Banjarpanji, Tanggulangin, Sidoarjo. Gurunya memberi teman dalam berjuang di sana sekaligus membimbing adik kelasnya yaitu Syarofah.

Di desa Banjarpanji beliau dititipkan pada H Ridwan yang merupakan orang kaya disana. Di sana KH Mufid juga mendirikan sekolahan dari TK dan MI bahkan muridnya sampai ketetangga desa sebelahnya. Beliau juga selalu mencari informasi atau ilmu dari berbagai sumber untuk melengkapi literatur pengajarannya, bahkan sejak masih jejaka beliau sudah berlangganan koran ataupun majalah.

Setelah lima tahun berjalan, dirasa cukup dan berhasil atas perjuangannya, KH Mufid dijodohkan oleh gurunya kepada teman


(30)

20

perjuangannya yaitu Syarofah, dalam pernikahan ia sudah ditanggung semua kelengkapan dan biaya hiudpnya oleh masyarakat Banjarpanji karena perjuangannya yang begitu ikhlas dan berhasil. Akan tetapi dalam membina keluarga ini ia harus kembali lagi kekeluarga karena dirumahnya juga banyak masyarakat yang belajar agama dan juga harus menemani orangtua didesa Wates, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo.

Setelah menikah KH mufid dan ibu Syarofah tinggal bersama orangtuanya membantu mendidik masyarakat Wates, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo. Akan tetapi KH Mufid belum puas hanya tinggal dirumah sehingga belajar lagi ke Kajeksan, Tulangan, Sidoarjo pondok KH Masduki, dalam mencari ilmu ini beliau selalu pulang pergi dengan menggunakan sepeda ontel, padahal jarak desa Wates dengan Kajeksan krang lebih 10 Km dan sudah berlainan kecamatan.

KH Mufid berguru bersama KH Masduki mulai terjun ke organisasi Nahdlatul Ulama, disamping mulai banyak mengisi acara pengajian baik rutinan ataupun undangan. Bahkan seringkali pengajian gurunya beliau yang mewakilinya, sebenarnya daerah yang menjadi sasaran dakwah ia itu daerah yang terpencil, minus agam dan jahiliyah. Akan tetapi berkat keikhlasan dan kesabarannya saat ini daerah yang pernah menjadi dakwahnya, telah berubah menjadi religi hampir semuanya.9

2. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren As-Syafi’iyah.


(31)

21

Pondok Pesantren As-syafi’iyah ini sebenarnya sudah ada sejak lama bahkan pada masa penjajahan kolonial Belanda. Akan tetapi dalam perkembangannya sebagai pesantren kecil tidak dapat bertahan diakarenakan tidak adanya regenerasi kepemimpinan setelah Kyai perintis wafat (Kyai Sima). Ia baru dapat mewujudkan musholla kecil (padepokan) dan rumah Kyai sendiri. Bila dilihat secara teoritis dan mengacu pada pandangan Zamakhsari Dhofier tentang elemen-elemen pondok pesantren yang meliputi masjid maka Kyai Sima belum bisa dianggap sebagai pendiri pondok pesantren, karena pada masa beliau belum didirikan asrama santri dan masjid. Ini disebabkan mungkin pada waktu itu santri pendatang masih sedikit atau belum ada sama sekali santri pendatang, yang ada kebanyakan masih keluarga dan tetangga terdekat. Kegiatan yang dilakukan masih terbatas pada pendidikan dan pengajaran mengaji al-Qur’an dan latihan kanuragan. Masa ketidakjelasan pondok pesantren itu berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang.

Dan mulai tahun 1987 atas inisiatif dan prakarsa Kyai Mufid Syafi’i (salah seorang cucu Kyai Sima) dimulailah pembenahan dan perintisan keberadaan pondok pesantren itu kembali pengajian di pesantren lebih diintensifkan. Pada tahap perintisan ini kegiatan belajar mengajar di pesantren As-Syafi’iyah diikuti santri yang berasal dari desa setempat bahkan dari luar desa Wates. Secara ruitn setiap hari setelah sholat maghrib santri yang belajar dari kelompok anak-anak remaja. Sedangkan setiap satu minggu sekali hari jum’at malam sabtu


(32)

22

dilaksanakan pengajian rutin bagi ibu-ibu, dan setiap hari minggu pagi setelah sholat Shubuh khusus pemuda dan bapak-bapak. Seluruh pelaksanaan kegiatan mengaji itu dipusatkan di pesantren. Keadaan itu perlahan-lahan berkembang dengan cepat, kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren As-Syafi’iyah diikuti santri maupun jamaah yang tidak terbatas dari desa setempat, tetapi juga santri dan jamaah dari desa-desa lain yang berada diwilayah kabupaten Sidoarjo bahkan santri yang berasal dari luar kota. Tepat pada bulan September 1987 secara resmi berdirilah pondok pesantren As-Syafi’iyah, diasuh langsung oleh KH. Mufid Syafi’i. Pesantren ini terletak di dusun Wates Kedensari Kecamatan Tanggulangin. Pesantren tersebut meliputi tiga lokal bangunan sederhana yaitu ruang asrama santri, ruang belajar dan aula. Sebagai pesantren kecil dan sederhana, maka sarana fisik dan prasarana pendukung kegiatan belajar masih terbatas.10

3. Dasar Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren As-Syafi’iyah

Pada umumnya tujuan berdirinya pondok pesantren As-Syafi’iyah adalah untuk membina masyarakat sekitar pesantren menjadi masyarakat yang Islami dan untuk menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, kepribadian yang berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau abdi masyarakat, maupun berdiri sendiri bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan dan menegakkan agama Islam, serta kejayaan umat Islam di


(33)

23

tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian bangsa.

Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu yang menyangkut permasalahan duniawi, karena hidup umat manusia di muka bumi ini adalahmengharap kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak.

Tujuan pendidikan Islam sebenarnya bukan hanya membentuk pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT saja, tetapi juga membentuk jiwa seorang muslim yang dapat menyiarkan ajaran Islam kepada muslim lainnya. Untuk mencapai tujuan itu, sangat dibutuhkan suatu wadah pendidikan bagi umat muslim. Wadah ini direalisasikan demi mendapatkan kader-kader penyebar ajaran agama Islam di masa mendatang. Itulah sebabnya, tidak heran bahwa bila para ulama terdahulu sampai sekarang mendirikan pondok pesantren sebagai wadah pembinaan umat Islam.

Setiap orang hidup pasti punya tujuan, begitu pula Kh Mufid, beliau mengembangkan pondok pesantren As-Syafi’iyah pun Kh Mufid mempunyai tujuan. Adapun tujuannya adalah untuk memajukan umat agar dapat megetahui agama lebih dalam, dan menciptakan para ulama dari kalangan muda baik laki-laki maupun perempuan.

Disamping itu, tujuan pendidikan pondok pesantren adalah untuk membentuk manusia yang mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnyaajaran-ajaran agama Islam. Selain itu, diharapkan memiliki


(34)

24

kemampuan tinggi untuk mengadakan respon terhadap tantangan-tantangan dan tuntutan-tuntutan hidup dalam konteks ruang lingkup dan waktu di masyarakat.

Adapun kegiatan yang diterapkan sebenarnya tidak terlepas dari tujuan utama didirikannya Pondok Pesantren ini, yaitu mengajarkan baca tulis dan mengenalkan lagu-lagu dalam membaca Al-Qur’an, memberikan pemahaman kandungan Al-qur’an. Karenaitu, waktu kegiatan pengajian yang diadakan mengiringi pelaksanaan Shalat lima waktu. Di sela-sela kegiatan tersebut, sering diberikan nasihat-nasihat yang dikutip dari ayat-ayat al-Qur’an maupun Al-Hadis sebagai media pembinaan mental (akhlak).

4. Tokoh-Tokoh Yang Berpengaruh Dalam Pendirian Pondok

Orang yang berperan dalam mendirikan Pondok Pesantren As-Syafi’iyah yaitu Orang tua KH Mufid sendiri, yang biasa di panggil Abah (H.Syafi’i) dan Emak (Hj.Muayyadah), H Murtasyim adik dari KH Mufid sendiri. Pada saat membangunPondok Pesantren ini yaitu dengan menggunakan biaya pribadi tanpa ada campur tangan pemerintah karena ini adalah merupakan Pondok Pesantren Tradisional. 11


(35)

BAB III

PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AS-SYAFI’IYAH

A. Sistem Pembelajaran di Pondok Pesantren As-syafi’iyah.

Pondok Pesantren As-Syafi’iyah menerapkan sistem pendidikan integral, yaitu sistem pendidikan yang menyatukan seluruh aktifitas yang berhubungan dengan proses pendidikan termasuk di dalamnya proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran Pesantren, yang menghasilkan siswa-siswi yang berwawasan luas dan mampu menjawab tuntutan zaman dengan mengembangkan program bahasa Arab, bahasa Inggris, tahfidzul Qur'an dan kemampuan berdakwah santri. Pondok Pesantren As-Syafi’iyah ialah satu sarana pendidikan yang mengarahkan anak didiknya kepada kesempurnaan, karena di sana dikajiilmu-ilmu Agama dan umum.

Apabila dilihat dari tujuan pondok Pesantren As-syafi’iyah dapat dilihat dengan jelas dimana pendirian Pesantren itu memang untuk dapatmencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus mencetak generasi penerus yang pintar dalam bidang pendidikan baik pendidikan umum maupun agama pada khususnya. Dengan pendirian pondok Pesantren dan madrasah itu sendiri secara tidak langsung Pesantren As-Syafi’iyah telah memainkan peranannya dalam bidang pendidikan dan juga menunjukkan kiprahnya dalam bidang tersebut dan lambat laun pondok Pesantren tersebut mengembangkan pendidikan dari Pesantren yang bersifat tradisional hingga menjadi Pesantren modern yang terorganisir dan sistematis dengan didirikannya madrasah atau


(36)

26

sekolah. Pesantren modern yang di dalamnya terdapat pengkajian yang lebih dalam lagi dibandingkan tradisional misalkan: komputer, Bahasa Inggris dan pelajaran umum lainnya.1

Pesantren As-Syafi’iyah yang telah dirintis oleh KH Mufid Syafi’i pada awalnya dan dilanjutkan oleh anak beliau sudah banyak mencetak para generasi penerus yang dapat mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu yang didapat dari pondok Pesantren, itu terbukti dengan banyaknya para alumni yang menjadi kyai dan juga guru-guru pengajar di berbagai tempat pendidikan.

Sistem pendidikan di Pesantren As-Syafi’iyah menganut sistem pendidikan salaf. Sedangkan yang menjadi kajian utama adalah Nahwu dan Sharaf. Dijadikannya materi nahwu dan sharaf sebagai kajian utama dimaksudkan untuk memberi pengetahuan secara mendalam kepada para santri tentang metode mengkaji kitab. Keberhasilan Pesantren As-Syafi’iyah yang utama ialah pembentukan pribadi mereka yang berilmu tinggi dan berahlak baik, serta mampu memposisikan diri dalam dakwah di masyarakat. Banyak prestasi yang mereka dapatkan ditingkat daerah ataupun Nasional. Kelulusan UAN sangat mempengaruhi kwalitas Pesantren As-syafi’iyah karena prestasi kelulusan menjadi nilai tambah santri meneruskan ke jenjang lebih tinggi.

Yang membuat orang tua mereka memondokkan putra putri mereka di Pondok Pesantren As-Syafi’iyah karena Pesantren tersebut dapat memberikan


(37)

27

pelajaran kitab dengan baik serta diajarkan Al-Qur'an dan tafsir hadits menjadi Pesantren modern yang terorganisir dan sistematisdengan di dirikannya madrasah atau sekolah. Pesantren modern yang didalamnya terdapat pengkajian yang lebih dalam lagi di bandingkan pendidikan tradisional misalkan: komputer, Bahasa Inggris dan pelajaranumum lainnya.

Banyak para santri yang dengan mudahnya berbahasa Arab dan Inggris karena di Pondok Pesantren As-Syafi’iyah meningkatkan pelajaran bahasa Arab dan Inggris agar kelak para alumni Pondok Pesantren As-Syafi’iyah dapat menggunakan ilmu yang mereka dapatkan dengan baik dikalangan masyarakat.

Para santri-santri Pondok Pesantren As-Syafi’iyah tidak hanya belajar pendidikan Agama dan umum saja tetapi Pesantren tersebut memberikan pelajaran untuk hidup sederhana tidak berlebih-lebihan dan hidup mandiri.Dengan adanya pendidikan yang baik dan peranan Pesantren dalam masyarakat khususnya masyarakat sekitar membuat masyarakat menerima dengan baik keberadaan Pesantren di lingkungan tempat tinggal mereka.Sosialisasi yang baik dengan masyarakat membuat Pesantren tersebut menjadi salah satu bagian dari masyarakat sekitar.2

Kontribusi yang diberikan Pondok Pesantren As-Syafi’iyah sangat menarik perhatian banyak orang untuk mempercayakan anak didiknya di sekolahkan di tempat tersebut.

Kegiatan Pondok Pesantren As-Syafi’iyah ini, bisa diklasifikasikan dalam:


(38)

28

1. Pendidikan Formal

Pendidikan yang diselenggarakan Pondok Pesantren As-Syafi’iyahadalah mengacu pada kurikulum Departemen Agama (DEPAG) dan DEPDIKNAS. Pendidikan sekolah sedikit demi sedikit sudah mencapai perubahan yang berarti dengan banyaknya kurikulum yang tidak hanya kurikulum agama tetapi ditunjang dengan kurikulum umum yang semakin berkembang., itu dimaksudkan agar para santri dalam menghadapi tantangan perubahan zaman tidak minder karena sudah ada bekal dan tanpa meninggalkan pengetahuan agama.

Pendidikan formal yang ada meliputi Sekolah Dasar Islam Plus (SDI Plus As-Syafi’iyah), Madrasah Tsanawiyah (As-Syafi’iyah) dan Madrasah Aliyah (As-Syafi’iyah). Berikut dijelaskan perkembangan dan struktur organisasinya:

a. Sekolah Dasar Islam Plus (SDI Plus As-Syafi’iyah)

Pada tahun 2006-2007 Yayasan As-Syafi’iyah mendirikan dan meresmikan Sekolah Dasar Islam Plus (SDI Plus As-Syafi’iyah) yang mana diresmikan langsung oleh kepala Dinas Pendidikan Agama Sidoarjo. Munurut salah satu pendirinya, dahulu Sekolah Dasar Islam Plus (SDI Plus As-Syafi’iyah) merupakan inspirasi dan partisipasi masyarakat yang mendorong agar dibangun dan didirikan Sekolah Dasar Islam Plus (SDI Plus As-Syafi’iyah) dengan alasan pendidikan yang mengedepankan keagamaan sangatlah jarang ditemui. Atas dasar tersebut, para


(39)

29

pengurus Yayasan As-Syafiiyah termotivasi untuk mendirikan Sekolah Dasar Islam Plus (SDI Plus As-Syafi’iyah). Arti dari Islam Plus sendiri yaitu berbagai macam kegiatan yang harus diikuti oleh peserta didik yang berlandaskan Quran dan Al-Hadist.

Salah satu kegiatan yang sangat digemari dan menjadi

brand image dari Sekolah Dasar Islam Plus (SDI Plus As-Syafi’iyah) yaitu kewajiban peserta didik untuk menghafalkan Al-Quran yang dimulai dari Juz 30 sampai dengan Juz 27. Hal tersebut merupakan syarat mutlak untuk mejadi lulusan Sekolah Dasar Islam Plus (SDI Plus As-Syafi’iyah). Syarat yang kedua yaitu menghafal 30 hadist dimulai dari hadist yang sering didengar setiap harinya sampai dengan hadist yang menjadi dasar sholat sunnah. Kegiatan tersebut menjadi pembeda dari lulusan Sekolah Dasar Islam Plus (SDI Plus As-Syafi’iyah) dengan lulusan Sekolah Dasar lainnya. Pada tahun 2009 Sekolah Dasar Islam Plus (SDI Plus As-Syafi’iyah) mendapatkan lulusan terbaik se Kecamatan Tanggulangin.

Struktur organisasi Sekolah Dasar Islam Plus (SDI Plus As-Syafi’iyah) sebagai berikut:


(40)

30

Sekolah Dasar Islam Plus (SDI Plus As-Syafi’iyah)

Data diperoleh dari Kaur TU Sekolah Dasar Islam Plus As-Syafi’iyah.

Profil Sekolah Kepala Sekolah

Rusydi, S. Pd.I

KEMENAG KAB SIDOARJO

Komite Sekolah H.A.Ali Mustajib, BA

Wakakurikulum Machmud, S.Ag

Waka Kesiswaan Khairul Aziz, S.Pd.I

Waka Sarpras/Humas Chairul Anam, S.Ag

WALAS

SISWA/I

KTU Aminatus, S.Pd.I


(41)

31

I. Identitas Sekolah

1. Nama Sekolah : SD Islam Plus As-Syafi’iyah 2. NSSM : 104050250207036

3. NPSN : 20569034

4. Alamat : Wates, Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo 5. No. Telp. / Fax : 031-8851992

6. Email : assyafiiyah@yahoo.co.id 7. Sandi : assyafiiyah sd2009 8. Tahun Berdiri : 2009

9. Tahun Operasi : 2009

10. Waktu Belajar : Pagi (06.45-13.10) 11. Kategori Sekolah : SSN

12. Kepemilikan Tanah/Bangunan : Milik Yayasan 13. Luas Tanah/Status :880 m2/ Hak Milik

14. Luas Bangunan :392 m2

II. Identitas Kepala Sekolah

1. Nama : Rusydi, S.Pd.I

2. Alamat : Semambung Jabon Sidoarjo 3. No. Telp. / HP : 031-81288731

III. Identitas Komite Sekolah

1. Nama Ketua Komite : H.A.Ali Mustajib, B.A


(42)

32

Visi Misi Sekolah Sekolah Dasar Islam Plus (SDI Plus As-Syafi’iyah)

VISI

Membantu orang tua dalam mencetak manusia cerdas, kreatif, unggul, dan berakhlak mulia

Misi

1. Menciptakan proses belajar yang interaktif dan menyenangkan. 2. Menggali dan mengembangkan potensi, bakat dan minat anak.

3. Menciptakan lingkungan sehat akrab dalam nuansa iman, islam dan ihsan. 4. Memberikan pelajaran dengan kurikulum sesuai dengan standart nasional

dan berpedoman pada Al-qur’an dan Hadis.

b. Madrasah Tsanawiyah (As-Syafi’iyah)

Pada tahun 1988Madrasah Tsanawiyah (As-Syafi’iyah) berinduk pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Sidoarjo. Dapat dikatahkan bahwa pada tahun tersebut Ujian Nasional dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sidoarjo. Dalam arti luas, kurikulum dan ijazah yang dikeluarkan berpedoman pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Sidoarjo. Namun, pada perkembangannya, tepatnya pada tahun ajaran 2006-2007 Madrasah Tsanawiyah (As-Syafi’iyah) dapat berdiri sendiri dengan bantuan dari Dinas Pendidikan Agama Sidoarjo. Pada awalnya tersebut, organisasi di dalamnya masih banyak bantuan dari guru


(43)

33

Negeri yang diperbantukan untuk memberikan pengajaran, terutama guru dengan bidang Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia. Hingga saat ini, ada beberapa guru yang masih diperbantukan oleh negara yang mengajar di Madrasah Tsanawiyah (As-Syafi’iyah).

Seiring dengan perkembangnya pendidikan dan kurikulum yang ada, struktur organisasi juga mengikuti hal tersebut. Berikut struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah (As-Syafi’iyah):


(44)

34

Struktur Madrasah Tsanawiyah (As-Syafi’iyah)

Data diperoleh dari Kaur TU Madrasah Tsanawiyah. Ketua Yayasan H. ABD MUHAIMIN

Kepala Madrasah Drs. H. FACHRUDDIN

KEMENAG KAB SIDOARJO

Komite Madrasah SYAIFUDDIN LATIF,ST

KTU

M.ALI. MAS UD S.Ag

Wakakurikulum MUTHIHARIH, S.Ag

Waka Kesiswaan AGUS SHOFA, S.Pd.I

Waka Sarpras/Humas KHOIRUL UMAM, S.Ag

WALAS


(45)

35

c. Madrasah Aliyah (As-Syafi’iyah)

Apabila dilihat dari sejarah berdirinya pendidikan formal di As-Syafi’iyah, Madrasah Tsanawiyah (As-Syafi’iyah) dan Madrasah Aliyah (As-Syafi’iyah) merupakan pendidikan yang pertama.

Semua jenjang pendidikan tersebut memadukan kurikulum Depdiknas dan Departemen Agama ditambah dengan kurikulum kurikulum Pesantren. Sebagai penunjang di lembaga pendidikan tersebut, Sekolah Dasar berbasis Islam, Tsanawiyah dan Aliyah menyediakan beberapa laboratorium yang meliputi laboratorium komputer dan laboratorium IPA. Pendidikan formal yang diselenggarakan pondok Pesantren ini tidak saja diikuti oleh para santri yang menetap di pondok tetapi juga masyarakat yang ada di wilayah Sidoarjo dan sekitarnya.

Madrasah Aliyah As-Syafi’iyah adalah lembaga pendidikan islam yang lahir dalam naungan YYP As-Syafi’iyah, tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat, salah satu tujuannya melestarikan dan mengembangkan akhlaqul karimah juga nilai-nilai amalia salafus sholeh. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi dan informasi, serta guna memberikan landasan yang kuat dan didikan yang berakhlaqul karimah dalam hidup dan kehidupan untuk membentengi dan melindungi diri serta keluarga.


(46)

36

Anak sebagai generasi muda (penerus) dalam perkembangannya yang sangat membutuhkan pendidikan agama untuk menjadikan generasi yang berakhlaqul karimah agar tidak tersesat dalam arus globalisasi. Dalam rangka melindungi, membentengi dan memberikan tuntunan serta didikan agama islam juga tata laku yang ramah untuk mewujudkan cita-cita dan harapan sebagai orang tua, kami menjembatani untuk mengantarkan generasi mudah menjadi lebih berprestasi dengan iringan ridho Allah SWT.

VISI

Melahirkan Generasi Muda (Peserta Didik)

Berakhlakul Karimah, Cerdas, Mandiri, dan Terampil dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

MISI

1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan melalui pembelajaran kitab kuning dan praktek beribadah.

2. Menyelenggarakan pendidikan yang berorentasi kualitas, baik secara keilmuan, emosinal maupun spiritual.

3. Mengembangkan potensi dan kreatifitas siswa melalui extrakurikuler. 4. Meningkatkan sumber daya manusia yang tangguh dibidang IPTEK.

5. Menjadikan siswa berakhlakul karimah sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadits yang berbasis Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.


(47)

37

Profil Sekolah A. Identitas :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Nama Sekolah Alamat Kecamatan Kabupaten No. Telepon

Status / Akreditasi Sekolah Nama Lembaga Pengelola NSS / NSM

NSP

Tahun Pendirian Status Tanah Luas Tanah

: MA. As-Syafi’iyah

: Jl. Raya Wates Kedensari No 10 B : Tanggulangin

: Sidoarjo : (031) 8855116 : Terakreditasi B : PP As-Syafi’iyah : 131235150008 : 20584595 : 1999 : Hak Milik : 3.149 M2

B. Keadaan Guru Dilihat Tingkat Pendidikan :

No. Keahlian Pendidikan Keterangan SLTA D2 D3 S1 S2

1. Quran dan Hadits 2

2. Aqidah Akhlaq - 1

3. Fiqih 1


(48)

38

5. Bahasa Arab 1

6. Bahasa Indonesia 2

7. Matematika 1

8. IPS 1

9. Geografi 1

10. Biologi - 1

11. Fisika 1

12. Ekonomi 1

13. Bahasa Inggris 1

14. PPKN 1

15. Konseling 1

16. Penjaskes 1

17. Teknik Informatika 1 18. Sospol. Ad. Negara 1

C. Data Guru Tahun Pelajaran 2009/2010 :

1. 2. 3. 4. 5. 6. Jumlah Guru

Guru Tetap Yayasan (GTY)

Guru Tidak Tetap Yayasan (GTTY) Guru Diperbantukan (DPK)

Tenaga Tata Usaha

Bidang Keahlian Guru yang ada

: : : : : : 17 Orang 16 - Orang 1 Orang 2 Orang 16 Orang


(49)

39

D. Data Jumlah Murid / Siswa :

No. Kelas JumlahSiswa Keterangan 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/1013

1. X 42 45 47 53

2. XI 38 42 48 47

3. XII 40 38 40 47

Jumlah 120 125 135 147


(50)

40

STRUKTURAL MADRASAH ALIYAH “AS-SYAFI’IYAH”

TANGGULANGIN SIDOARJO

Data diperoleh dari Kaur TU Madrasah Aliyah As-Syafi’iyah Ketua Yayasan

H. ABD MUHAIMIN

Kepala Madrasah H. ALI MUSTAJIB, BA

KEMENAG KAB SIDOARJO

Komite Madrasah SYAIFUDDIN LATIF,ST

KTU MUNIR, S.Pd.I

Wakakurikulum MACHRUS, S.Ag

Waka Kesiswaan SYAIFUDDIN LATIF, ST

Waka Sarpras/Humas FRITZ RAYMOND,

S.Ag RUSMAN, S.Pd.I

WALAS


(51)

41

Tabel daftar tingkat pendidikan dalam yayasan Pondok Pesantren As-Syafi’iyah, tahun 2010-2014.

Nama Sekolah Jumlah Siswi Putri Jumlah Siswa Putra SDI Plus As-Syafi’iyah 68 Siswa 87 Siswa

Mts As-Syafi’iyah 120 Siswa 176 Siswa MAAs-Syafi’iyah 100 Siswa 123 Siswa

2. Pendidikan Informal

a. Pendidikan Kepesantrenan

Kegiatan pendidikan kepesantrenan di Pondok Pesantren As-Syafi’iyah meliputi: Madrasah Diniyah, Taman Pendidikan Al-Quran (TPA/TPQ), kajian kitab kuning dengan metode sorogan dan bandongan. Sejak tahun berdirinya tahun 1996, sesuai dengan ciri Pesantren salafiyah, pondok Pesantren terkenal dengan spesifikasi pengajaran pada pengkajian kitab salafi (kitab kuning). Kitab-kitab yang diajarkan pun beragam mulai dari kitab yang berbentuk matan sampai syarah (penjelasan) serta kitab-kitab besar berjilid (tafsir dan sejenisnya).

Sedangkan metode yang dipakai adalah memakai metode sorogan, dan bandongan. Jenis fan Kitab-kitab yang diajarkan disesuaikan dengan tingkatan pendidikan santri ( klasikal ). Materi kajian kitab yang diwajibkan meliputi : Fiqih, Ushul Fiqih, Tauhid, Nahwu,


(52)

42

Sharaf, Balaghoh, Akhlak/Tasawuf, Tafsir Al-Quran, Hadits, Mustholah Hadits, Bahasa Arab, Tajwid, Qowaidul Fiqhiyah, Ilmu Tafsir, Tarikh Islam, Mantiq dan Imla.3

Kegiatan tasawuf diselenggarakan di Pesantren, tujuannya tidak untuk menjadi seorang sufi, karena sifatnya hanya pengenalan dengan metode tadabbur alam, diharapkan santri dapat menghayati, meresapi dan memahami hikmah di balik peristiwa-peristiwa alam. Dalam kegiatan ini diselingi dengan pembacaan syair munfarija, kumpulan syair Islam dan hadits berbahasa Arab.

Kegiatan kepesantrenan yang diadakan pada bulan Ramadhan disebut dengan Pesantren kilat. Kegiatan ini dikhususkan untuk mengkaji berbagai kitab kuning dan biasanya khatam dalam waktu sebulan kurang, biasanya sampai tanggal 25 Ramadhan. Jenis fan Kitab-kitab yang diajarkan disesuaikan dengan tingkatan pendidikan santri (klasikal).

Kegiatan kepesantrenan tersebut sudah menjadi kegiatan wajib bagi seorang yang nyantri (menjadi santri) untuk mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan kepesantrenan sudah memiliki struktur organisasi internal yang khusus membenahi dan mengontrol kegiatan kepesantrenan.

b. Kegiatan Ekstrakurikuler


(53)

43

Jenis Fan Tsanawiyah Aliyah Senior (Alumni) Al-Qur’an Tahsin tilawah &Nagham Tahsin tilawah & Nagham

Tajwid Tuhfah al-Athfal Hidayat al-Mustafid

Tafsir Tafsir Al-Jalalain Tafsir Al-Jalalain Tafsir Al-Jalalain Ilmu tafsir At-Taisir fi Ushul Al- Tafsir

Hadits Al-Arba’in an-Nawawi Bulugh al-Maram Sunan Abi Daud Shahih Muslim Sunan Abi daud


(54)

44

Jenis Fan Tsanawiyah Aliyah Senior (Alumni) Hadits

Tauhid Al-Jawahr al-Kalamiyah Ummu al-Barohim Syarh Tijan ad- Darari Ad-Dasuqy

Fiqih Safinah al-sholah Safinah an-Naja’ Matn Zubad Matn Ghoyah Wa Taqrib Riyadh al-Badi’ah Irsyadu al-Anam Sullam al-Taufiq Fath al-Mu’in Fath al-Qorib (Taqrib) Kifayah al-Akhyar Syarh Kasyifah Minhaj al-Tholibin Al-Iqna Ushul Fiqh Syarh Waraqot Lathaif al-Isyarah


(55)

45

Jenis Fan Tsanawiyah Aliyah Senior (Alumni) Waraqot Al-luma’

Nahwu Al-jurumiyah Imrithi Alfiyah Shorof Al-Amtsilah

al-Tashrifiyah

Untuk memberikan kegiatan positif terhadap para santri maka pihak Pondok Pesantren As-Syafi’iyah memberikan pelajaran tambahan untuk membuat santri tersebut lebih mandiri dan mendalami akan pendidikan yang diberikan Pesantren. Kegiatan ekstrakurikuler ialah kegiatan tambahan di luar jam sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di Pondok Pesantren As-Syafi’iyah meliputi: komputer, keputrian, olah raga, Pramuka, latihan qira'ah, pencak silat, marawis, dan sebagainya. Pondok Pesantren As-Syafi’iyah selain takhosus pada pengajian kitab kuning tersebut demi menunjang kreatifitas santri diberikan pula bekal ekstra bagi santri dengan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler seperti pengembangan bahasa Arab dan Inggris secara aktif serta kegiatan lain seperti pencak silat,


(56)

46

seni baca Al-Qur'an dan marawis untuk mendukung kecakapan dalam komunikasi dan belajar pondok Pesantren ini juga memberikan kursus-kursus seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab yang diharapkan santri dapat menjadi bekal di masa depan dan dapat berinteraksi dengan masyarakat.

Untuk mendukung kecakapan dalam berkomunikasi dan belajar pondok Pesantren ini juga memberikan kursus-kursus seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab yang diharapkan santri dapat menjadi bekal di masa depan berinteraksi dengan masyarakat.

Kegiatan inilah yang selalu dikembangkan oleh Pondok Pesantren As-Syafi’iyah, karena dengan kegiatan itu dapat menjadi bekal santri di kampung halaman, dan pondok Pesantren bangga kalau dapat mencetak para generasi muda yang benar-benar berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama dan juga dapat menjadi panutan masyarakat. Sesuai dengan visi,misi, dan tujuan Pondok Pesantren As-Syafi’iyah yang membuat para santri memiliki ahlak yang baik. Banyak cara yang dilakukan pengurus Pondok Pesantren As-Syafi’iyah agar santri tersebut terlatih dan memiliki ahlakul karimah yaitu diadakannya tata tertib santri.

B. Data Perkembangan Santri

Sebagai pondok pesantren yang berumur masih muda adalah wajar jika Pondok Pesantren As-Syafi’iyah belum memiliki banyak santri. Pada tahun


(57)

47

1996 penerimaan santri baru Pondok Pesantren As-Syafi’iyah menerima santri berjumlah 120, tetapi tahun berikutnya mencapai 140 santri (1998). Sampai saat ini (2016), sesuai dengan nomor induk pondok pesantren As-Syafi’iyah jumlah santri yang pernah mendaftar lebih kurang 2000 santri.

Untuk memperoleh keterangan tentang perkembangan jumlah santri Pondok Pesantren As-Syafi’iyah mulai tahun 1996-1998.4 Perlu penulis paparkan yaitu kelas Awwal jumlah santrinya 32, kelas Tsani jumlah santrinya 22, kelas Tsalis jumlah santrinya 24, kelas Robi’ jumlah santrinya 20, kelas Khomis jumlah santrinya 23, kelas Sadis jumlah santrinya 26, jadi jumlah keseluruhan santri adalah 147 santri.

Dalam hal ini lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : TABEL 1

Tentang data santri tahun pelajaran : 1996-1998

NO KELAS JUMLAH KELAS JUMLAH SANTRI 1 Awwal 2 Kelas 32

2 Tsani 1 Kelas 22 3 Tsalis 1 Kelas 24 4 Robi’ 1 Kelas 20 5 Khomis 1 Kelas 23


(58)

48

6 Sadis 1 Kelas 26 Jumlah 7 Kelas 147

Data diperoleh dari dokumen Administrasi tahun ajaran 1996-1998

Pada tahun 1998-2000 perlu penulis paparkan yaitu kelas Awwal jumlah santrinya 47, kelas Tsani jumlah santrinya 32, kelas Tsalis jumlah santrinya 28, kelas Robi’ jumlah santrinya 34, kelas Khomis jumlah santrinya 30, kelas Sadis jumlah santrinya 33, jadi jumlah keseluruhan santri adalah 204 santri.

Dalam hal ini lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : TABEL 2

Tentang data santri tahun pelajaran : 1998-2000

NO KELAS JUMLAH KELAS JUMLAH SANTRI 1 Awwal 2 Kelas 47

2 Tsani 1 Kelas 32 3 Tsalis 1 Kelas 28 4 Robi’ 1 Kelas 34 5 Khomis 1 Kelas 30 6 Sadis 1 Kelas 33 Jumlah 7 Kelas 204


(59)

49

Pada tahun 2000-2002. perlu penulis paparkan yaitu kelas Awwal jumlah santrinya 49, kelas Tsani jumlah santrinya 36, kelas Tsalis jumlah santrinya 20, kelas Robi’ jumlah santrinya 24, kelas Khomis jumlah santrinya 23, kelas Sadis jumlah santrinya 31, jadi jumlah keseluruhan santri adalah 183 santri.

Dalam hal ini lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : TABEL 3

Tentang data santri tahun pelajaran : 2000-2002

NO KELAS JUMLAH KELAS JUMLAH SANTRI 1 Awwal 2 Kelas 49

2 Tsani 1 Kelas 36 3 Tsalis 1 Kelas 20 4 Robi’ 1 Kelas 24 5 Khomis 1 Kelas 23 6 Sadis 1 Kelas 31 Jumlah 7 Kelas 183

Data diperoleh dari dokumen Administrasi tahun ajaran 2000-2002

Pada tahun pelajaran 2002-2004 perlu penulis paparkan yaitu kelas Awwal jumlah santrinya 39, kelas Tsani jumlah santrinya 32, kelas Tsalis jumlah santrinya 21, kelas Robi’ jumlah santrinya 22, kelas Khomis jumlah santrinya


(60)

50

25, kelas Sadis jumlah santrinya 34, jadi jumlah keseluruhan santri adalah 173 santri.

Dalam hal ini lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : TABEL 4

Tentang data santri tahun pelajaran : 2002-2004

NO KELAS JUMLAH KELAS JUMLAH SANTRI 1 Awwal 2 Kelas 39

2 Tsani 1 Kelas 32 3 Tsalis 1 Kelas 21 4 Robi’ 1 Kelas 22 5 Khomis 1 Kelas 25 6 Sadis 1 Kelas 34 Jumlah 7 Kelas 173

Data diperoleh dari dokumen Administrasi tahun ajaran 2002-2004

Pada tahun pelajaran 2004-2006 perlu penulis paparkan yaitu kelas Awwal jumlah santrinya 43, kelas Tsani jumlah santrinya 36, kelas Tsalis jumlah santrinya 29, kelas Robi’ jumlah santrinya 28, kelas Khomis jumlah santrinya 27, kelas Sadis jumlah santrinya 39, jadi jumlah keseluruhan santri adalah 202 santri.


(61)

51

TABEL 5

Tentang data santri tahun pelajaran : 2004-2006

NO KELAS JUMLAH KELAS JUMLAH SANTRI 1 Awwal 2 Kelas 43

2 Tsani 1 Kelas 36 3 Tsalis 1 Kelas 29 4 Robi’ 1 Kelas 28 5 Khomis 1 Kelas 27 6 Sadis 1 Kelas 39 Jumlah 7 Kelas 202

Data diperoleh dari dokumen Administrasi tahun ajaran 2004-2006

Pada tahun pelajaran 2006-2008 pada tahun ini pendiri Pondok Pesantren meninggal dunia oleh karena itu santri yang mondok dipesantren ini mengalami penurunan pada tahun ini perlu penulis paparkan yaitu kelas Awwal jumlah santrinya 38, kelas Tsani jumlah santrinya 33, kelas Tsalis jumlah santrinya 21, kelas Robi’ jumlah santrinya 28, kelas Khomis jumlah santrinya 26, kelas Sadis jumlah santrinya 38, jadi jumlah keseluruhan santri adalah 202 santri.

Dalam hal ini lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : TABEL 6

Tentang data santri tahun pelajaran : 2006-2008


(62)

52

1 Awwal 2 Kelas 38 2 Tsani 1 Kelas 33 3 Tsalis 1 Kelas 21 4 Robi’ 1 Kelas 28 5 Khomis 1 Kelas 26 6 Sadis 1 Kelas 38 Jumlah 7 Kelas 184

Data diperoleh dari dokumen Administrasi tahun ajaran 2006-2008

Pada tahun pelajaran 2008-2010 perlu penulis paparkan yaitu kelas Awwal jumlah santrinya 40, kelas Tsani jumlah santrinya 35, kelas Tsalis jumlah santrinya 28, kelas Robi’ jumlah santrinya 24, kelas Khomis jumlah santrinya 23, kelas Sadis jumlah santrinya 36, jadi jumlah keseluruhan santri adalah santri.

Dalam hal ini lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : TABEL 7

Tentang data santri tahun pelajaran : 2008-2010

NO KELAS JUMLAH KELAS JUMLAH SANTRI 1 Awwal 2 Kelas 40


(63)

53

3 Tsalis 1 Kelas 28 4 Robi’ 1 Kelas 24 5 Khomis 1 Kelas 23 6 Sadis 1 Kelas 36 Jumlah 7 Kelas 186

Data diperoleh dari dokumen Administrasi tahun ajaran 2008-2010

Pada tahun pelajaran 2010-2012 pada tahun ini santri yang mondok semakin tahun semakin bertambah dikarenakan para penerus Pondok Pesantren mulai membuka pendaftaran santri baru tingkat Sekolah Dasar (SD), perlu penulis paparkan yaitu kelas Ibtida’iyah jumlah santrinya 20,kelas Awwal jumlah santrinya 45, kelas Tsani jumlah santrinya 38, kelas Tsalis jumlah santrinya 32, kelas Robi’ jumlah santrinya 30, kelas Khomis jumlah santrinya 29, kelas Sadis jumlah santrinya 43, jadi jumlah keseluruhan santri adalah 237 santri.

Dalam hal ini lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

TABEL 8

Tentang data santri tahun pelajaran : 2010-2012

NO KELAS JUMLAH KELAS JUMLAH SANTRI 1 Ibtida’iyah 1 Kelas 20


(64)

54

1 Awwal 2 Kelas 45 2 Tsani 1 Kelas 38 3 Tsalis 1 Kelas 32 4 Robi’ 1 Kelas 30 5 Khomis 1 Kelas 29 6 Sadis 1 Kelas 43 Jumlah 7 Kelas 237

Data diperoleh dari dokumen Administrasi tahun ajaran 2010-2012

Pada tahun pelajaran 2012-2014 perlu penulis paparkan yaitu kelas Ibtida’iyah jumlah santrinya 30, kelas Awwal jumlah santrinya 52, kelas Tsani jumlah santrinya 42, kelas Tsalis jumlah santrinya 34, kelas Robi’ jumlah santrinya 37, kelas Khomis jumlah santrinya 32, kelas Sadis jumlah santrinya 30, jadi jumlah keseluruhan santri adalah257 santri.

Dalam hal ini lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : TABEL 9

Tentang data santri tahun pelajaran : 2012-2014

NO KELAS JUMLAH KELAS JUMLAH SANTRI 1 Ibtida’iyah 1 Kelas 30


(65)

55

2 Tsani 1 Kelas 42 3 Tsalis 1 Kelas 34 4 Robi’ 1 Kelas 37 5 Khomis 1 Kelas 32 6 Sadis 1 Kelas 30 Jumlah 7 Kelas 257

Data diperoleh dari dokumen Administrasi tahun ajaran 2012-2014

Pada tahun pelajaran 2014-2016 perlu penulis paparkan yaitu kelas Ibtida’iyah jumlah santrinya 36, kelas Awwal jumlah santrinya 54, kelas Tsani jumlah santrinya 43, kelas Tsalis jumlah santrinya 40, kelas Robi’ jumlah santrinya 36, kelas Khomis jumlah santrinya 33, kelas Sadis jumlah santrinya 47, jadi jumlah keseluruhan santri adalah 289 santri.

Dalam hal ini lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : TABEL 10

Tentang data santri tahun pelajaran : 2014-2016

NO KELAS JUMLAH KELAS JUMLAH SANTRI 1 Ibtida’iyah 1 Kelas 34

1 Awwal 2 Kelas 54 2 Tsani 1 Kelas 43


(66)

56

3 Tsalis 1 Kelas 40 4 Robi’ 1 Kelas 36 5 Khomis 1 Kelas 33 6 Sadis 1 Kelas 47 Jumlah 7 Kelas 289

Data diperoleh dari dokumen Administrasi tahun ajaran 2014-2016

C. Prasarana dan Sarana Pondok Pesantren As-Syafi’iyah

Perkembangan sebuah Pondok Pesantren bergantung sepenuhnya kepada kemampuan pribadi pengasuhnya, pengasuh merupakan cikal bakal dan elemen yang paling pokok dari sebuah pesantren. Itulah sebabnya kelangsungan hidup sebuah pesantren sangat bergantung pada kemampuan cukup tinggi pada waktu ditinngal mati pengasuh terdahulu.5

Salah satu unsur pendidikan yang tidak kalah pentingnya diperhatikan adalah sarana dan prasarana pendidikan. Seringkali proses belajar-mengajar terganggu karena fasilitas yang tersedia kurang memadai. Hal tersebut tentu saja dampak pula pada kegairahan murid dan guru dalam proses belajar-mengajar.

Fasilitas yang memadai kurang bermanfaat apabila keberadaannya tidak didukung oleh administrasi yang baik. Kegiatan administrasi yang baik pun


(67)

57

harus direncanakan dengan baik pula, untuk menghindari ketidakefektifan. Perencanaan yang baik dan teliti didasarkan pada analisis kebutuhan dan penentuan skala prioritas.

Dalam upaya menunjang terciptanya tujuan pendidikan Pondok Pesantren As-Syafi’iyah Wates Kedensari Tanggulangin Sidoarjo, maka tersedia sarana dan prasarana sebagai berikut:

a. Ruang Belajar / Kelas b. Ruang Pimpinan Pondok c. Ruang Pengasuh

d. Ruang Administrasi e. Ruang Komputer f. Ruang Tamu g. Ruang Koperasi h. Ruang Kantin i. Ruang Laboratorium j. Ruang Ketrampilan k. Ruang Kesenian l. AULA Serba Guna m. Ruang TK dan SD n. Ruang Dapur o. Masjid

p. Ruang Pengurus Pondok Pesantren q. Kamar Senior


(68)

58

r. Kamar Asatidz s. Kamar Tamu t. Kamar Santri u. Kamar Mandi v. Ruang Air Isi Ulang

Disamping keadaan gedung dan ruang-ruang diatas, keadaan peralatan-peralatan yang dimiliki oleh Pondok Pesantren As-Syafi’iyah sudah cukup memadai dan memenuhi syarat seperti peralatan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan ekstra kurikuler, seperti Olah Raga, Peralatan Kesenian, Peralatan Ketrampilan, Peralatan Kepramukaan, Peralatan Bangunan dan sebagainya.


(69)

BAB IV

PERAN PONDOK PESANTREN AS-SYAFI’IYAH TERHADAP KEAGAMAAN MASYARAKAT

Pondok Pesantren As-Syafi’iyah mengalami pasang surut sesuai dengan situasi dan kondisi sosial budayabangsa. Perkembangan tersebut dari tahun ke tahun selalu mengalami hambatan karena disebabkan oleh dana yang terbatas. Tetapi walaupun demikian Pondok Pesantren As-Syafi’iyah sampai saat ini masih eksis.

Hingga kini keberadaan pondok pesantren masih terus berkembang dan telah berusaha membenahi dirinya guna meningkatkan fungsi peranannya sebagai wadah untuk membina umat Islam sekitarnya. Dalam usaha itu, pondok pesantren telah melakukan segala tindakan dan aktivitasnya secara intensif sehingga pembinaan yang telah dilakukannya mencapai hasil yang cukup memuaskan.

Kehadiran pondok pesantren ditengah-tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran.1Peran pondok pesantren yang tidak hanya menekankan pengetahuan agama semata,tetapi juga pengetahuan umum melalui lembaga-lembaga formal (seperti: sekolah Madrasah dan Aliyah) yang dimiliki. Inilah yang pada gilirannya membuat masyarakat sekitarnya tidak ragu-ragu untuk menitipkan anak-anak mereka ke pondok pesantren, dan ini berarti anak-anak tersebut sekaligus telah


(70)

60

memiliki bekal untuk hidup didunia maupun diakhirat.Oleh Karena itu, keberadaan pondok pesantren tetap dibutuhkan oleh masyarakat sekitar.

Inilah yang pada gilirannya membuat masyarakat sekitarnya tidak ragu-ragu untuk menitipkan anak-anak merekake pondok pesantren, dan ini berarti anak-anak tersebut sekaligus telah memiliki bekal baik untuk hidup didunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, keberadaan pondok pesantren tetap dibutuhkan oleh masyarakat sekitarnya.2

Pondok pesantren memerankan sesuatu yang berarti dimasyarakat. Dalam hal ini peran seorang Kyai memang sangatlah berarti dan dibutuhkan, karena maju mundurnya atau berkembangnya suatu pondok pesantren itu tergantung dari sosok Kyai yang ada dan seorang Kyai memanglah orang yang pertama dan utama dalam memimpin suatu pondok pesantren.

Pondok Pesantren As-Syafi’iyah yang terletak di dusun Wates desa Kedensari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo dalam merealisasikan perannya, tidak lepas dari kaidah-kaidah yaitu untuk membina umat Islam yang berada disekitarnya dan sebagai orang yang mampu untuk ditanyai mengenai masalah-masalah umum terutama sekali masalah-masalah yang berkaitan dengan ilmu agama. Untuk itu Pondok Pesantren As-Syafi’iyah telah menyediakan sarana dan fasilitasnya untuk menunjang keberhasilan program pembinaan tersebut. Perkembangan Pondok Pesantren As-Syafi’iyah mengalami pasang surut sesuai dengan situasi dan kondisi social budayabangsa.


(71)

61

Peranan Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yaknimenampung anak didik (santri) dari berbagai lapisan masyarakat muslim, tanpa membeda-bedakan tingkat sosial ekonomi orang tua. Pondok Pesantren As-Syafi’iyah merupakan bagian dari masyarakat. Maka sudah sewajarnya jika Pesantren mengambil peran ditengah masyarakat sesuai dengan batas kemampuan yang dimiliki.

Peran tersebut dijalankannya sebagai bentuk pengabdiannya kepada masyarakat sekitar. Sebagai Pesantren yang berusaha mencerdaskan kehidupan bangsa, peran utama yang dijalankannya adalah peran dalam bidang pendidikan yang bercorak agama Islam. Dalam hal ini peranan Pondok Pesantren As-Syafi’iyah merupakan sebagai basis pertahanan untuk dapat menguatkan norma-norma Agama dan sekaligus sebagai tempat yang dapat menelorkan kader-kader yang memang bisa di andalkan untuk mengembangkan Agama Islam di Tanggulagin dan daerah sekitar.

A. Peranan di Bidang Pendidikan Agama

Menurut pengertian bahasa, pendidikan berasal dari kata “didik” yang mendapat awalan “pen” dan akhiran “an”, berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.3

Hal ini pun terjadi pada Pondok Pesantren As-Syafi’iyah yang juga mendapat dukungan yang sangat besar dari masyarakat sekitarnya. Dengan


(72)

62

dukungan ini pondok pesantren Pondok Pesantren As-Syafi’iyah tetap eksis sampai sekarang ini.

Adapun sistem pendidikan Pondok Pesantren dapat diselenggarakan dengan biaya yang relative murah karena semua kebutuhan untuk kegiatan belajar mengajar disediakan bersama oleh para anggota pondok pesantren dengan dukungan dari masyarakatnya.

Secara umum, pondok pesantren mempunyai tujuan dan fungsi sebagai lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam, untuk membentuk manusia yang mempunyai kesadaran tinggiakan pentingnya ajaran-ajaran agama Islam, untuk memajukan umat Islam sebagai umat yang berpengetahuan luas dan juga untuk melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan diajarkan serta disebarkan lagi oleh generasi berikutnya. Disamping itu pesantren juga sebagai lembaga yang berfungsi sebagai tempat berinteraksi dan bersosialisasi.

Hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, maupunantara orang perorangan dengan kelompok manusia merupakan sebuah interaksi sosial. Apabila dua orang bertemu, maka interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi social.4

Dan sehubungan dengan semakin berkembangnya pesantren saat ini, maka pondok pesantren diharapkan bisa menjadi acuan atau referensi guru. Dilihat


(1)

69

dari luar kota. Tepat pada bulan September 1987 secara resmi berdirilah pondok pesantren As-Syafi’iyah, diasuh langsung oleh KH. Mufid Syafi’i. Pesantren ini terletak di dusun Wates Kedensari Kecamatan Tanggulangin. Pesantren tersebut meliputi tiga lokal bangunan sederhana yaitu ruang asrama santri, ruang belajar dan aula. Sebagai pesantren kecil dan sederhana, maka sarana fisik dan prasarana pendukung kegiatan belajar masih terbatas.

2. Perkambangan pondok pesantren As-Syafi’iyah tahun 1996-2016

mengalami peningkatan dari berbagai bidang diantaranya sistem pembelajaran yang pada awalnya hanya mendirikan sekolah Madrasah Aliyah dan Tsanawiyah, namun sekarang sudah mampu mendirikan sekolah tingkat dasar yaitu Sekolah Dasar Islam Plus As-syafi’iyah. Dalam bidang pembangunan mengalami banyak kemajuan yaitu sudah mampu mendirikan asrama bagi santriwan maupun santriwati dan berbagai sarana dan prasarana yang cukup memadai. Serta mengalami peningkatan jumlah santri yang masuk, pada awalnya berjumlah 147 dan sekarang berjumlah 289, peningkatan ini mengalami pasang surut dikarenakan wafatnya pendiri pondok pesantren yaitu KH Mufid Syafi’i.

3. Peran pondok pesantren As-Syafi’iyah terhadap kehidupan sosial-keagamaan masyarakat disekitarnya cukup nbanya diantaranya dalam bidang pendidikan agama, adanya pondok pesantrren yang mampu memberikan contoh pada masyarakat tentang cara mendidik anak karena pembelajaran yang ada di pondok tersebut mnegacu pada al quran dan


(2)

70

hadis. Dalam bidang dakwah atau tabligh dimasyarakat, pondok pesantren As-Syafi’iyah berperan aktif yakni mengadakan majlis taklim yang diikuti ibu-ibu sekitar setiap hari senin siang. Sedangkan dalam bidang sosial pondok pesantren As-Syafi’iyah memfokuskan pada peningkatan ukhwa Islamiyah dengan masyarakat sekitar yakni mengadakan pemotongan dan pembagian hewan qurban, memplopori kegiatan-kegiatan keagamaan, santunan pada anak yatim dan panti jompo serta membentuk ikatan keluarga alumni pondok pesantren As-Syafi’iyah untuk menjaga tali silaturrahim.

B. Saran

Masih banyak sekali dari hasil penelitian ini yang perlu pendalaman berkaitan dengan bagian-bagian yang ada pada penelitian ini. Beberapa hal mungkin dapat diangkat sebagai tema untuk diperdalam. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa peneliian ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sengatlah diharapkan.

1. Kepada mahasiswa yang melakukan penelitian yang sama dengan pembahasan kali ini, mampu mengambil ibrah atas apa yang telah diteliti. Karena sesungguhnya penulisan yang bersifat objektif sulit diwujudkan, dari itu kebenaran yang telah diungkap kebanykan bersifat subjektif. Dalam hal ini kita sejarawan diharapkan mampu mendiskripsikan sesuai dengan kebenaran di lapangan tanpa ada yang dikurangi maupun di tambahi. Supaya masyarakat umum mampu menemukan fakta kebenaran


(3)

71

dari sejarah pondok pesantren As-Syafi’iyah ini dan menjadikan ilmu yang bermanfaat.

2. Kepada Fakultas Adab dan Humaniora, mengingat pondok pesantren As-Syafi’iyah adalah pondok yang cukup maju, maka fakultas Adab dan Humaniora perlu memberikan respon yang positif pada pondok tersebut, dan diharapkan untuk kedepannya memberikan prioritas terhadap mahasiswa.

3. Kepada pondok pesantren As-Syafi’iyah hendakya lebih mengembangkan mutu pengajaran serta memberikan metode-metode pengajaran yang membuat santri jadi betah di pondok agar supaya santri pulang membawa ilmu yang memumpuni baik ilmu agama maupun ilmu umum dan kelak menjadi penerus bangsa yang dibutuhankan oleh agama dan negara.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ali, Daud. Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1995.

Dhofier,Zamarkasih.TradisiPesantren,Jakarta:LP3ES;1994.

_____. Tradsisi Pesantren:Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta:LP3ES,1994.

Djarwanto.

Pokok-pokokMetodeRisetdanBimbinganTeknisPenelitianSkripsi, Jakarta: Liberty, 1990.

Dudung,MetodePenelitianSejarah,Jakarta: Logos WacanaIlmu, 1999.

Galba, Sindu.Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi,Jakarta: PT.Renika Cipta, 1991.

_____. Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi, Jakarta: Rineka Cipta,1995.

Hasbullah.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintas Sejarah

Pertumbuhan dan Perkembangan,Jakarta: Raja

GrafindoPersada, 1996.

_____.Kapita Selekta Sejarah Islam, Jakarta: PT.Raja GrafindoPersada,1996.

_____.Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta; rajawali Pres, 1996. Huda,NurulEt al.Pedoman Majelis Taklim, Proyek Penerangan

Bimbimgan Dakwah Khotbah Agama Islam Pusat, Jakarta,

1984.


(5)

71

Madjid,Nurcholis.Bilik-bilikPesantren,Jakarta :Paramadina, 1997. Munawir, Warson.al Munawir, Kamus Indonesia, Surabaya:

Arkola,1994.

Notosusanto,Nugroho.Masalah Penelitian Sejarah

Kontemporer,Jakarta:PD Aksara,1969.

Prasodjo, Sudjoko, Dkk.ProfilPesantren Jakarta: LP3S 1974. Profil Pondok Pesantren As-Syafi’iyah Wates, 2012-2015.

Rahardjo, Dawam. Pembaharuan Pesantren, Jakarta: LP3ES,1983. Sarijo, Marwan Et al.Sejarah Pondok Pesantren,Jakarta:Dalam

Bhakti,1979.

Soekamto, Soerjono.SosiologiSuatuPengantar, Jakarta: CV. Rajawali Press, 2009.

_____.Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada 2002.

Usman, Hasan.MetodePenelitianSejarah, Jakarta: Depag RI, 1986.

Wahid,Abdurrahman. Pesantren Masa Depan Wacana

Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, Bandung: Pustaka

Hidayah, 1999.

Wahid,Abdurrahman.Pesantren Masa Depan Wacana

Pemberdayaan dan Transformasi Pesantre, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999.

Yahya, Thoha. Ilmu Dakwah,Jakarta: Wijaya,1971.

Zuhairini,Et al.Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000.


(6)

72

Abdul Basit, Wawancara, Sidoarjo, 6 Maret 2016. Fachruddin, Wawancara, Sidoarjo, 5 Maret 2016. Usman,Wawancara, Sidoarjo, 6 Maret 2016. Badrus, Wawancara,25 Juni 2016.

Hasan Bashori, Wawancara, 14 Juni 2016. Alfiansyah, Wawancara,16Maret 2016.