BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Wirausaha - Pengaruh Perilaku Wirausaha dan Dukungan Keluarga Terhadap Keberhasilan Pengusaha Kain (Studi Kasus Pada Pedagang Kain di Jl. Perniagaan Pasar Ikan Lama Medan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Wirausaha

  Secara etimologis, wirausaha merupakan terjemahan dari kata entrepreneur yang berasal dari bahasa Perancis entreprende. Kata entrepreneur atau wirausaha dalam bahasa Indonesia merupakan gabungan dari wira (gagah, berani, perkasa) dan usaha (bisnis) sehingga istilah wirausaha dapat diartikan sebagai orang yang berani atau perkasa dalam usaha/bisnis.

  Menurut Riyanti (Arman, 2007:3) wirausaha adalah orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri serta bersedia mengambil resiko pribadi untuk menemukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola, dan menentukan cara produksinya, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkan produknya, serta mengatur permodalan operasinya.

  Menurut Salim (Anoraga, 2002:137) wirausaha didefinisikan sebagai semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efesien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen. Menurut Drucker (Musrofi, 2003:12) setiap orang yang memiliki keberanian untuk mengambil keputusan dapat belajar menjadi wirausaha, dan berperilaku seperti wirausaha.

  Kewirausahaan lebih merupakan perilaku daripada gejala kepribadian, yang dasarnya terletak pada konsep dan teori, bukan pada intuisi semata. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi, dan kemajuan di perekonomian kita akan datang dari para wirausaha; orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi (Justin, 2001:4), sedangkan menurut Elly (Winardi, 2003:3) menyatakan bahwa seorang wirausaha mengorganisasi dan mengoperasikan sebuah perusahaan untuk mencapai keuntungan pribadi.

  Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Wirausaha meliputi semua pemilik manajer yang aktif dan melibatkan anggota generasi kedua dari pemilik perusahaan dan pemilik-manajer yang membeli hak kepemilikan perusahaan.

  Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, kepribadian wirausaha dapat diartikan sebagai keseluruhan cara seorang untuk berinteraksi memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola, dan menentukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkan produk, serta mengatur permodalan operasi perusahaannya untuk memperoleh keuntungan bagi diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses (Suryana, 2008:2).

  Kreativitas dan inovasi yang terus menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas dan inovasi tersebut pada akhirnya mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat.

  Wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu (Kasmir, 2006:15). Menurut Alma (Tanjung, 2012:7) ciri dan watak seorang wirausaha yaitu:

  1. Percaya diri yang kuat, yaitu kepercayaan (keteguhan), ketidaktergantungan, kepribadian mantap, dan optimisme.

  2. Berorientasikan tugas dan hasil, yaitu kebutuhan atau harus akan berprestasi, berorientasikan laba atau hasil, tekun dan tabah, mempunyai tekad, kerja keras, motivasi serta energik dan penuh inisiatif.

  3. Pengambilan resiko, diantaranya mampu mengambil risiko dan suka pada tantangan.

  4. Kepemimpinan, yaitu mampu memimpin, dapat bergaul dengan orang lain, dan dapat menanggapi saran dan kritik.

  5. Keorisinilan, yaitu inovatif (pembaharu), kreatif, fleksibel, banyak sumber, dan serba bisa.

2.1.2 Perilaku Wirausaha

  Menurut Miner (Hutagalung, 2008:7), ada empat tipe kepribadian wirausaha, yaitu:

  1. The Personal Achiever. Ciri-ciri wirausaha tipe ini adalah: a.

  Memiliki kebutuhan berprestasi; b.

  Memiliki kebutuhan akan umpan balik; c. Memiliki kebutuhan perencanaan dan penetapan tujuan; d.

  Memiliki inisiatif pribadi yang kuat; e. Memiliki komitmen pribadi yang kuat untuk organisasi;

  f. Percaya bahwa satu orang dapat memainkan peran penting; g.

  Percaya bahwa pekerjaan seharusnya dituntun oleh tujuan pribadi bukan oleh hal lain.

  2. The Supersales Person. Ciri-ciri wirausaha tipe ini adalah: a.

  Memiliki kemampuan memahami dan mengerti orang lain;

  b. Memiliki keinginan untuk membantu orang lain; c.

  Percaya bahwa proses-proses social sangat penting; d.

  Kebutuhan memiliki hubungan positif yang kuat dengan orang lain; e. Percaya bahwa bagian penjualan sangat penting untuk melaksanakan strategi perusahaan.

  3. The Real Manager. Ciri-ciri wirausaha tipe ini adalah: a.

  Keinginan untuk menjadi pemimpin perusahaan; b.

  Ketegasan; c. Sikap positif terhadap pemimpin; d.

  Keinginan untuk bersaing; e. Keinginan berkuasa; f. Keinginan untuk menonjol di antara orang-orang lain.

  4. The Expert Idea Generation. Ciri-ciri wirausaha tipe ini adalah: a.

  Keinginan untuk melakukan inovasi; b.

  Menyukai gagasan-gagasan; c. Percaya bahwa pengembangan produk baru sangat penting untuk menjalankan strategi dan organisasi; d.

  Intelegensi yang tinggi; e. Ingin menghindari resiko.

  Cunningham (Riyanti, 2003:31) berdasarkan wawancara terhadap 175 wirausaha dan manajer professional di Singapura tentang alasan-alasan keberhasilan usaha, mencatat bahwa keberhasilan usaha terkait erat dengan hal- hal sebagai berikut :

  1. Sifat kepribadian (49%), seperti memiliki keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, memiliki keinginan untuk berhasil, dan memiliki motivasi diri, percaya diri, berpikir positif, memiliki komitmen dan sabar.

  2. Kemampuan berhubungan dengan pelanggan (17%), yaitu jujur, ramah, adil pada pelanggan, staf dan kemampuan berhubungan baik dengan orang lain.

  3. Kemampuan memahami lingkungan bisnis (15%), yaitu kemampuan belajar dari pihak pesaing, kemampuan tentang bidang usaha, kemauan untuk belajar, pengetahuan tentang produk dan jasa serta pemahaman tentang persaingan.

  4. Orientasi ke masa depan dan fleksibilitas (11%), yaitu berorientasi tujuan, kreatif, dan kemauan mengambil resiko, memiliki visi dan gambaran mental masa depan.

  5. Kesadaran pribadi (4%), yaitu mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, serta mampu menerima kesalahan.

  6. Faktor lain (4%).

  Seorang wirausaha tidak akan berhasil apabila tidak memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kemauan. Ada kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan tidak akan membuat seseorang menjadi wirausaha yang sukses.

  Memiliki kemampuan dan pengetahuan tetapi tidak disertai kemauan juga tidak akan membuat wirausaha mencapai kesuksesan. Menurut Suryana (2008:4) wirausaha harus memiliki beberapa pengetahuan, yakni: 1.

  Pengetahuan mengenai usaha yang akan dimasuki/dirintis dan lingkungan usaha yang ada.

  2. Pengetahuan tentang peran dari tanggung jawab.

  3. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.

  Menurut Suryana (2008:5) keterampilan yang harus dimiliki wirausaha diantaranya:

  1. Keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan resiko.

  2. Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah.

  3. Keterampilan dalam memimpin dan mengelola.

  4. Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi.

  5. Keterampilan teknik usaha yang akan dilakukan.

  Menurut Suryana (2008:16) faktor-faktor penyebab keberhasilan dalam berwirausaha, yaitu:

  1. Kemampuan dan kemauan Orang yang tidak memiliki kemampuan tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi seorang wirausaha yang sukses.

  2. Tekad yang kuat dan kerja keras Orang yang tidak memiliki tekad yang kuat tetapi mau bekerja keras dan orang yang suka bekerja keras tetapi tidak memiliki tekad yang kuat, keduanya tidak akan menjadi wirausaha yang sukses 3. Mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihkan ketika ada kesempatan.

  Ada beberapa karakter atau perilaku yang diperlukan agar seorang wirausaha berhasil dan setiap individu dalam usahanya agar menjadi pengusaha yang berhasil, memiliki reaksi yang berbeda terhadap tantangan dan kesempatan yang ada. Pengusaha yang berhasil adalah pengusaha yang mengetahui bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada demi memenuhi kebutuhan konsumen, serta merubah tantangan menjadi kesempatan dalam berusaha.

2.1.3 Dukungan Keluarga

  Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Dukungan keluarga juga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.

  Menurut Feiring dan Lewis (Friedman, 1998), faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan.

  Suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada dalam keluarga kelas menengah, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.

  Komponen-komponen dukungan keluarga menurut Friedman (1998) terdiri dari:

  1. Dukungan Penilaian Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu.

  Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.

2. Dukungan Instrumental

  Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support

  

material support ), suatu kondisi benda atau jasa akan membantu memecahkan

  masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah.

  Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

  3. Dukungan Informasional Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang yang dilakukan oleh seseorang. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan

  

feed back . Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun

informasi dan pemberi informasi.

4. Dukungan Emosional

  Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.

  Dukungan keluarga dapat menjadi motivasi dalam berwirausaha, dan juga memiliki efek besar terhadap wirausaha. Melalui dukungan keluarga, wirausaha dapat memiliki posisi kepercayaan diri dalam menjalankan usaha, yang dapat mendorong keberhasilan dalam berwirausaha.

  Lambing dan Kuehl (2003:35) mendefenisikan wirausaha keluarga adalah usaha yang mayoritas modal dan pengawasannya adalah dua atau lebih anggota keluarga didasarkan pada perasaan, pemeliharaan, dan keamanan tetapi bisnis berkisar seputar produktifitas, prestasi dan keuntungan. Kesuksesan berasal dari sebuah keluarga, bila dalam keluarga terbiasa saling menyayangi dan mendukung, akan menghasilkan individu yang optimis dan sukses.

  Faktor-faktor seperti cinta, komitmen, kepercayaan, dan proses percaya diri pada anggota keluarga akan menjadi senjata ampuh sebuah keluarga dalam menjalankan bisnis. Menurut Hisrich dan Peters (Susanto, 2009:31) banyak hal yang menjadi latar belakang seorang wirausaha keluarga, namun beberapa hal yang telah dipastikan berpengaruh besar dalam pembentukan bisnis adalah berasal dari:

  1. Lingkungan keluarga, mayoritas terdiri dari orang tua, anak sulung, dan saudara dari pihak ayah dan ibu.

  2. Pendidikan terdiri dari pendidikan dalam keluarga, pendidikan formal, dan pendidikan informal (luar sekolah).

  3. Nilai pribadi Nilai pribadi biasanya berskala pada kepemimpinan, semangat, agresif, perbuatan baik, kecocokan, kreatifitas, dan kejujuran.

  4. Umur, terdapat perbedaan antara wirausaha pria biasanya memulai berwirausaha pada awal usia 30 tahun, wirausaha wanita biasanya memulai berwirausaha pada pertengahan usia 30 tahun, dan secara umum wirausaha memulai kariernya antara usia 22 hingga 55 tahun.

2.1.4 Keberhasilan Usaha

  Menurut Nasution (2001:12) sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah. Sedangkan menurut Dalimunthe (2003), keberhasilan usaha yaitu keuntungan, jumlah penjualan dan pertumbuhan usaha mempunyai hubungan signifikan terhadap keberhasilan usaha.

1. Keuntungan Usaha Keuntungan usaha adalah hasil yang diperoleh dari penjualan sebuah produk.

  Keuntungan akan tercapai apabila harga pokok produksi telah tercapai.

  2. Jumlah Penjualan Jumlah penjualan merupakan total penjualan produk atau jasa. Jumlah penjualan meningkat apabila barang yang tersedia habis terjual.

  3. Pertumbuhan Usaha Pertumbuhan usaha adalah peningkatan aktivitas usaha pada periode tertentu.

  Pertumbuhan ini diikuti dengan meningkatnya laba, pelanggan serta nama baik.

  Keberhasilan dalam membangun usaha tidak hanya mengandalkan naluri dan insting, tetapi harus dilandasi perencanaan dan perhitungan yang matang.

  Membangun strategi bisnis perlu mencari dan mengukuhkan keunggulan melalui profesionalisme.

  Profesionalisme berarti memiliki kecakapan, integritas tinggi, mempunyai moral yang baik, mempunyai etika dan mempunyai komitmen terhadap pekerjaan dan tanggung jawab. Isi komitmen adalah jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja keras dan prestasi.

  Bekerja secara profesional menjamin adanya kompetisi untuk memberikan yang terbaik bagi keberhasilan usaha. Keberhasilan usaha akan tercapai bila mampu menjaga keseimbangan dan memadukan secara tepat antara strategi bisnis dan budaya organisasi.

  Keberhasilan usaha harus didukung komitmen karyawan terhadap tujuan organisasi, serta semua kompetisi semua karyawan pada setiap jenjang jabatan.

  Menurut Ranto (2007:20) keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya, karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai tambah.

  Berusaha lebih dilihat dari seseorang bisa membentuk, mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak berbentuk, tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun kecilnya ukuran suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik maka nilai berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai dengan bergelimang fasilitas.

  Sukses tidak terjadi secara kebetulan, secara instan dan tidak juga turun tiba-tiba dari langit. Sukses adalah buah dari proses sistematis, perjalanan panjang dan kerja keras, sukses selalu diukur dengan uang, harta, jabatan, keluarga, ketenaran nama dan sukses besar berarti akumulasi dari kesemuanya (Hutagalung, 2008:50).

2.2 Penelitian Terdahulu

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tanjung (2012) dengan judul Penelitian

  “Analisis Faktor-Faktor Keberhasilan Usaha Toko Emas Sriwijaya Di Gunung Sitoli”, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan

  keberhasilan usaha pada toko emas Sriwijaya di Gunung Sitoli, dan analisis variabel keberhasilan usaha yang terdiri dari 4 (empat) variabel yaitu faktor pemasaran, faktor produksi, faktor organisasi dan manajemen dan faktor keuangan terhadap informan dari pihak toko emas Sriwijaya di Gunung Sitoli dengan informan dari pihak pelanggan toko emas Sriwijaya di Gunung Sitoli dan dapat disimpulkan bahwa variabel yang kurang memiliki kesusaian diantaranya variabel faktor organisasi dan manajemen serta variabel faktor keuangan. Variabel faktor organisasi dan manajemen yang kurang kesesuaian terletak dalam indikator kepentingan pribadi pada toko emas Sriwijaya di Gunung Sitoli dan variabel keuangan yang kurang kesesuaian terletak dalam indikator kelayakan potensi usaha pada toko emas Sriwijaya di Gunung Sitoli yang kurang kesesuaian terletak dalam indikator pemahaman dalam kebutuhan pelanggan dan variabel faktor pemasaran dan faktor produksi mendapat jawaban yang sesuai.

  Siregar (2009) melakukan penelitian yang berjudul

  “Pengaruh Pengetahuan Akuntansi Dan Kepribadian Wirausaha Terhadap Kinerja Manajerial Pada Perusahaan Jasa Di Kota Medan”, penelitian ini bertujuan

  untuk mengetahui pengaruh pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha terhadap kinerja manajerial pada perusahaan jasa di Kota Medan dan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja manajerial, sedangkan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada tingkat kepercayaan 95%, nilai R Square pada penelitian ini adalah sebesar 0.188 yang berarti hanya 18.8% perubahan tingkat kinerja manajerial dapat dijelaskan oleh variabel pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak teramati dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini dmarapkan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kinerja manajerial perusahaan jasa di Kota Medan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih staf yang akan ditempatkan pada posisi manajer keuangan.

  Nasution (2011) melakukan penelitian yang berjudul

  “Pengaruh

Pengetahuan Kewirausahaan dan Manajemen Permodalan Terhadap

Keberhasilan Usaha Pada Rumah Makan Ayam Penyet Pujakesuma

Square”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui pengaruh

  pengetahuan kewirausahaan (X

  1 ) dan menajemen permodalan (X 2 ) terhadap

  keberhasilan usaha (Y l ) pada rumah makan Ayam Penyet Pujakesuma Square dan metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, peneliti menggunakan teknik Sampling Jenuh yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan manajemen permodalan terhadap keberhasilan usaha pada usaha rumah makan adalah penerapan pengetahuan kewirausahaan dan manajemen permodalan.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  No Tahun Nama Peneliti Judul Hasil

  1 2012 Donald Bakri Analisis Faktor-faktor Hasil analisis variabel Tanjung Keberhasilan Usaha yang kurang memiliki

  Toko Emas Sriwijaya kesuaian diantaranya di Gunung Sitoli variabel faktor organisasi dan manajemen serta variabel faktor keuangan. Dimana variabel faktor organisasi dan manajemen yang kurang kesesuaian terletak dalam indikator kepentingan pribadi pada toko emas Sriwijaya di Gunung Sitoli dan variabel keuangan yang kurang kesesuaian terletak dalam indikator kelayakan dan pemahaman dalam kebutuhan pelanggan. Sedangkan variabel faktor pemasaran dan faktor produksi mendapat jawaban yang sesuai. 2 2009 Aditya Fitri Pengaruh Pengetahuan Pengetahuan akuntansi

  Siregar Akuntansi dan dan kepribadian Kepribadian wirausaha tidak Wirausaha terhadap berpengaruh signifikan Kinerja Manajerial secara parsial terhadap Jasa di Kota Medan kinerja manajerial, sedangkan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai R Square pada penelitian ini adalah sebesar 0.188 yang berarti hanya 18.8% perubahan tingkat kinerja manajerial dapat dijelaskan oleh variabel pengetahuan akuntansi dan kepribadian wirausaha, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak teramati dalam penelitian ini.

  3 2011 Khairul Syah Pengaruh Pengetahuan Hasil penelitian Alam Nasution Kewirausahaan dan menunjukkan bahwa

  Manajemen pengaruh pengetahuan Permodalan terhadap kewirausahaan dan Keberhasilan Usaha manajemen permodalan Pada Rumah Makan terhadap keberhasilan Ayam Penyet usaha pada usaha rumah Pujakesuma Square makan adalah penerapan pengetahuan kewirausahaan dan manajemen permodalan.

  Ini berarti hipotesis diterima.

  Sumber : Tanjung (2012), Siregar (2009), dan Nasution (2011)

2.3 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai objek penelitian yang dilakukan dalam kerangka variabel yang akan diteliti. Kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti yaitu perilaku wirausaha, dukugan keluarga dan keberhasilan usaha.

  Menurut Suryana (2008:16) faktor-faktor penyebab keberhasilan dalam berwirausaha yaitu kemampuan dan kemauan, tekad yang kuat, kerja keras, dan mengenal peluang yang ada serta berusaha meraihkan ketika ada kesempatan. Menurut Friedman (1998) komponen-komponen dukungan keluarga yaitu dukungan penilaian berupa penyemangat dan persetujuan terhadap ide-ide, dukungan instrumental berupa bantuan finansial dan bantuan nyata (instrumental

  

support material support ), dukungan informasional berupa memberikan solusi

  dari masalah dan saran, dukungan emosional berupa memberikan semangat, empati, dan rasa percaya.

  Menurut Dalimunthe (2003) keberhasilan usaha dapat dilihat dari : keuntungan usaha, jumlah penjualan, dan pertumbuhan usaha. Secara sederhana kerangka konseptual yang diuraikan di atas dapat digambarkan dalam Gambar 2.1 sebagai berikut:

  Perilaku Wirausaha Keberhasilan Pengusaha Dukungan Keluarga Sumber : Suryana (2008), Sarwono (2003), dan Dalimunthe (2003), diolah Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2005: 306). Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

  Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan pada rumusan masalah, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

  “Perilaku wirausaha dan dukugan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan pengusaha kain di Jl. Perniagaan Pasar Ikan Lama Medan”.

Dokumen yang terkait

B. Diisi oleh reponden - Analisis Pemilihan Moda Antara Bus dan Kereta Api (Studi Kasus : Medan – Tanjungbalai)

1 2 91

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I.4 Sistem Transportasi II.1.1 Pengertian - Analisis Pemilihan Moda Antara Bus dan Kereta Api (Studi Kasus : Medan – Tanjungbalai)

0 3 37

BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum - Analisis Pemilihan Moda Antara Bus dan Kereta Api (Studi Kasus : Medan – Tanjungbalai)

0 0 12

INKORPORASI DENGAN PELESAPAN VERBA DALAM BAHASA MANDAILING Deli Kesuma SD Negeri 067690 Medan Johor kesuma_deliyahoo.com Abstract - Inkorporasi Dengan Pelesapan Verba Dalam Bahasa Mandailing

0 1 11

INDONESIAN – ENGLISH CODE SWITCHING AND CODE MIXING FOUND IN THE NOVEL ―KAMAR CEWEK‖ Dian Marisha Putri Fakultas Ilmu Budaya USU caca_milanoyahoo.com Abstrak - Indonesian – English Code Switching And Code Mixing Found In The Novel ―Kamar Cewek‖

0 0 8

BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT DAN KESENIAN BATAK TOBA 2.1 Geografi Batak Toba - Trio Pada Musik Populer Batak Toba: Analisis Sejarah, Fungsi, Dan Struktur Musik

1 3 52

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Trio Pada Musik Populer Batak Toba: Analisis Sejarah, Fungsi, Dan Struktur Musik

0 2 69

Trio Pada Musik Populer Batak Toba: Analisis Sejarah, Fungsi, Dan Struktur Musik

1 6 15

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF DALAM DIALOG FILM ―ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI‖ KARYA DEDDY MIZWAR Dina Mariana br Tarigan dinamarianabrtariganyahoo.com Abstract - Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Dialog Film ―Alangkah Lucunya Negeri Ini‖ Kar

0 0 12

Pengaruh Berbagai Tingkatan Fungi Mikoriza Arbuskula terhadap Produktivitas Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schamach ) pada Tanah Ultisol

0 0 15