Sistem Ekonomi Politik Cina

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam memahami ekonomi politik sebagai sebuah disiplin ilmu antara
ilmu ekonomi dan ilmu politik, maka tujauan orientasinya adalahanalisa kebijakan
ekonomi melalui proses politik.Tidak lain sebagai syarat untuk memajukan
kekuatan kesejahteraan negara dan masyarakatnya. Perkembangantentang sistem
corak produksi masyarakat dan negara tidak boleh dilepaskan dari perkembangan
sistem ekonomi masyarakatnya. Ketika sistem ekonominya bersifat kolektif
seperti halnya dizaman komunal primitif maka sistem politik yang digunakan juga
bersifat kolektif.
Atau sebaliknya ketika sistem ekonominya monopoli seperti hanya
dizaman kapitalisme maka sistem politik yang digunakan juga bersifat
monopoli.Ekonomi Politik adalah bagian terpenting dari dasar kehidupan
bermasyarakat. Ekonomi sebagai basis ilmu yang mempengaruhi segala aspek
dari kehidupan masyarakat, sedangkan ilmu politik sebagai ilmu yang
menentukan segala aspek dari kehidupan masyarakat. Meskipun telah mengalami
kemajuan besar, ekonomi politik pada masa lalu hanya terbatas pada kepemilikan
alat produksi atas perseorangan dan sistem kapitalis yang sama sekali tidak
berbicara tentang sistem kepemilikan bersama.


Universitas Sumatera Utara

Dimulai dari sistem ekonomi politik merkantilisme, keynes, maupun
liberal yang tidak dapat menjelaskan dengan komplit hukum-hukum ekonomi atas
kepemilikan pribadi dan menghiraukan sistem-sistem ekonomi kolektif. Dalam
sejarahnya perkembangannya ekonomi politik mengalami penajaman selama abad
ke 17 sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Akan tetapi sebagai ilmu modern dan
ilmiah baru ekonomi politik mendapat kedudukan pada abad ke 18. Namun yang
menjadi titik tonggak awal sistem yang sampai saat ini masih terus eksis adalah
sistem ekonomi politik kapitalisme.
Sistem ekonomi politik kapitalisme merupakan sistem ekonomi politik
yang terus berkembang dengan corak hubungan produksi antara si pemilik modal
dengan si penjual tenaga kerja. Sejalan dengan defenisi yang dikatakan oleh
Dudley Dillard, bahwakapitalisme merupakan hubungan diantara pemilik pribadi
atas alat-alat produksi (tanah, tambang,

instalasi, industri yang secara

keseluruhan disebut modal) dengan para tenaga kerja yang bebas yang menjual
tenaga kerjanya kepada majikan. 1

Sistem ekonomi politik kapitalisme lahir dari keruntuhan hubungan
produksi feodalisme antara tuan tanah dengan tani hamba. Perkembangan
hubungan produksi dimasa feodalisme telah dimulai sejak abad ke-4M dan
akhirnya mengalami kehancuran akibat penguasaan alat produksi yang terus
berkepanjangan yang dilakukan tuan tanah terhadap tani-tani hamba.

1

Dudley Dillard.1988.The Barter Illusion in Classical and Neoclassical Economics. Eastern Economics
Journal Vol. XIV, No. 4 Oktober-Desember. Hal. 309

Universitas Sumatera Utara

Hal ini ditandai dengan pergolakan tani-tani hamba yang terus
termodrenkan akibat perkembangan ilmu pengetahuan atas praktek produksi
feodalisme. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang sejak dimulainya era
pencerahan (renaisains) dari era kegelapan (dark age) telah menciptakan bentukbentuk praktek produksi baru dari pengolahan tanah secara tradisional menuju
praktek kerja yang lebih modern. Hasil pengolahan tanah dapat dikembangkan
menjadi barang yang memiliki nilai guna lebih tinggi. Karenanya kemunculan
gilde-gilde atau industri rumah tangga di sekitar abad ke 17 ini menjadi cikal

bakal lahirnya sistem ekonomi politik kapitalisme. 2
Sistem kapitalisme tidak jauh berbeda dengan sistem masyarakat feodal
dimana alat produksi masih dimonopoli oleh sekelompok orang. Akan tetapi
sistem kapitalisme dengan sistem feodal, lebih bercirikan atas monopoli modal
yang dilakukan oleh kaum pemodal sebagai usaha memperkaya diri. Sistem
kapitalisme terus berkembang pesat sejalan dengan perkembangan industri yang
dikuasai oleh kaum borjuasi. Sampai akhirnya pada abad 19, sistem kapitalisme
mencapai tahapan tertingginya yaitu sistem imperialisme dari perkembangan dari
kapitalisme modren.
Ditengah kondisi persaingan pasar dan kesenjangan antara klas
masyarakat, telah menciptakan kontradiksi baru antara klas pekerja dengan klas
pemodal. Atas dasar ini Karl Marx mengeluarkan teorinya tentang ekonomi
politik sosialisnya yang menjadi sebuah studi ilmu ekonomi dan politik yang
2

Frederick Engels. Dialektika Alam.Jakarta: Hasta Mitra. 2005. Hal 48

Universitas Sumatera Utara

menghapuskan kepemilikan alat produksi atas perseorangan yang sudah

berkembang sejak lama.
Karl Marx dengan ilmiah dan menyeluruh menyelidiki kompleksitas
hubungan produksi dan pertukaran barang-barang dalam sistem kapitalis juga
terhadap sistem ekonomi lain sebelumnya. Ketika sistem ekonomi sebelumnya
melegalkan sisem ekonomi dengan corak produksi kepemilikan pribadi, maka
Marx beranggapan bahwa kepemilikan pribadi adalah cikal bakal penghisapan
manusia atas manusia.
Dalam sistem ekonomi sosialis, Marx beranggapan bahwa kontradiksi
antara pemilik alat produski dan golongan yang tidak memiliki alat produksi telah
melahirkan kesenjangan sosial yang begitu tinggi. Akan tetapi disatu sisi lain
kondisi kemiskinan adalah dasar terbangunnya persatuan untuk menciptakan
formula perkembangan sosialisme dan kebangkrutan yang akan dialami oleh
sistem kapitalisme yaitu melalui jalan revolusi sosial. Berlandaskan kepada
dialektika histori perkembangan masyarakat, Marx berdalil bahwa masa depan
sosialisme adalah anti thesis dari sistem kapitalisme. 3
Berdasarkan penemuan Marx, revolusi sosialis memiliki fondasi yang
kokoh dan ilmiah sebagai satu-satunya jalan menuju sistem ekonomi politik
sosialisme. Perkembangannya revolusi sosial mulai merebah di mulai dari dataran
benua


3

Eropa

sampai

ke

Asia.

Pergerakan-pergerakan

nasional

untuk

Nur Santoso Sayid. Negara Marxis dan Revolusi Proletariat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 292

Universitas Sumatera Utara


membebaskan diri dari sistem kapitalisme dan feodal telah membawa pembebasan
nasional dibeberapa negara. Seperti halnya di Prancis melalui Revolusi Paris
dibawah kepemimpinan Karl Marx, Uni Soviet melakukan Revolusi Oktober 1917
dibawah kepemimpinan Vladimir Lennin, dan Revolusi Tiongkok dibawah
kepemimpinan Mao Zedong yang memiliki ciri khusus jika dibandingkan dengan
revolusi di Prancis maupun Uni Soviet.
Dalam kepemimpinannya Mao melakukan strategi rekonstruksi tehadap
pemikiran dasar gerakan komunis Cina yang berbasis pada petani yaitu
mengutamakan

petani

sebagai

kekuatan

pokok

revolusi,


mementingkan

pembentukan tentara komunis secara tersendiri untuk melindungi keutuhan hidup
partai, menjadikan daerah pedesaan dimana sebagian besar petani tinggal sebagai
basis perjuangan. Sebab kedudukan Cina sebagai negara dibawah kekuasaan
dinasti masih mempertahankan corak produksi pertanian. Sehingga secara
kuantitatas jumlah kaum tani lebih besar dari jumlah klas buruh.
Berdirinya negara Cina sebagai Republik Rakyat Cina pada tanggal 1
Oktober 1949 sendiri menandai berakhirnya masa penguasa militer dan Republik
Cina Nasionalis. Pada tahun 1949 ini, Partai Kuo Min Tang sebagai penguasa
Republik Cina Nasionalis yang dipimpin oleh Presiden Chiang Kai Shek akhirnya
harus menyingkir ke Pulau Taiwan akibat gerakan rakyat yang merambat dari
desa mengepung kota. 4 Berdirinya RRC juga menandai berubahnya sistem
ekonomi politik Cina pada saat itu. Yaitu dari berbagai sistem ekonomi politik
4

Ririn Daraini. Garis Besar Sejarah Cina Era Mao. Yogyakarta. 2010. Hal 25

Universitas Sumatera Utara


yang liberal menjadi sistem ekonomi politik sosialis dengan ciri kesetaraan bagi
seluruh lapisan masyarakat di negara Cina.
Untuk tujuan itu, Mao melakukan konsolidasi untuk dapat menghilangkan
hubungan produksi yang eksploitatif yang sudah ditanamkan sejak sistem
kapitalisme. Salah satunya dengan melakukan sistem pembaharuan kepemilikan
tanah (land reform) yang dinilai perlu untuk membangun hubungan produksi
kaum tani bagi pembentukan pola pertanian kolektif. Kampanye land reform ini
sekaligus untuk menghapus kekuasaan klas tuan tanah yang selama ini menguasai
tanah-tanah di pedesaan.
Berlandaskan kepada cita-cita akan terwujudnya masyarakat modern tanpa
klas, Mao membangun industri nasional sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Industri nasional dibangun oleh negara tanpa campur tangan klas
pemodal. Selain itu juga Mao mencoba untuk memainkan peran negara untuk
mengatasi adanya kontradiksi dalam masyarakat melalui revolusi kebudayaan,
dari budaya individualis ke budaya kolektif.
Negara yang menganut sistem ekonomi politik sosialis dalam pemikiran
Mao adalah negara diktator demokrasi rakyat yang dipimpin oleh kelas buruh atas
persekutuan dengan kaum tani. Sedangkan fungsi negara menurut Mao adalah
sebagai alat penindas klas borjuasi dan kaum reaksioner serta klas penghisap yang
melawan revolusi sosialis. Ini memecahkan kontradiksi dalam negeri, memelihara


Universitas Sumatera Utara

ketertiban dan melindungi kepentingan rakyat serta membela negara dari agresi
luar negeri terutama kapitalis.
Untuk itulah Mao menggunakan istilah Sentralisme Demokrat sebagai
sarana untuk mengatasi realitas internalnya. Dibawah kepemimpinan Mao Zedong
kedudukan klas perlahan mulai menghilang sejalan dengan kedudukan negara
dalam mendiktatori kedudukan klas borjuasi. Pada Desember 1957, Mao
mendeklarasikan program pembangunan ekonomi yang disebut “The Great Leap
Forward” atau “Lompatan Jauh Ke Depan.” Melalui program lompatan jauh
kedepan, Mao menjalankan kedudukan kaum tani sebagai tenaga kolektif dalam
menjalankan kerja produksi pertanian 5.
Para masyarakat diajak untuk bekerja di satu lahan kolektif, kemudian
berpindah ke lahan yang lain. Tujuannya untuk mempertajam nilai kolektifitas
dalam masyarakat tani. Walaupun pasca kematian Mao, doktrin tentang
kemiskinan Cina dihubungkan dengan kegagalan program ini. Menurut ekonom
Minqi Li seorang ekonom liberal beranggapan bahwa program Lompatan Jauh ke
Depan dan seluruh kegagalannya, karena Mao memaksakan versi utopian
komunisnya kepada para pemimpin partai. Melalui program-program yang tak ada

justifikasi ilmiah dan bukti historis, Mao telah memaksa para pemimpin partai di
tingkat provinsi dan lokal untuk memenuhi target produksi besar-besaran yang
tidak realistis kepada para petani.

5

Ibid Hal. 39

Universitas Sumatera Utara

Tidak adanya komunikasi yang efektif dan desentralisasi yang tidak masuk
akal telah menyebabkan aktivitas ekonomi nasional mengalami kekacauan dan
terjadi misalokasi sumberdaya yang luar biasa. Sementara itu rangsangan kepada
petani untuk berproduksi semakin menurun akibat penentuan level pendapatan
secara besar-besaran melalui sistem komune.6Sampai akhirnya, tidak lama setelah
Mao meninggal pada tahun 1976, kubu pimpinan dalam Partai dan Negara Cina
digantikan oleh Deng Xiaoping sebagai tokoh utama. Keberhasilan Deng juga
diikutin dengankeberhasilan dalam menghapuskan garis proletar revolusioner
Mao.
Deng menggantikan sistem sosialisme dengan sistem yang lebih liberal.

Sejak mereka berkuasa, berbagai kebijakan reformis kaum kapitalis diterapkan
dalam pertanian dan perburuhan untuk melapangkan jalan bagi kembalinya sistem
ekonomi politik kapitalis, yang bertentangan dengan kepentingan klas buruh dan
rakyat pekerja di Cina.
Setelah Deng berkuasa, seiring dengan penghancuran sendi-sendi ekonomi
sosialisme di dalam negeri, politik luar negeri Cina sebenarnya juga berubah
seratus delapan puluh derajat. Kaum revisionis Cina menjalankan komunikasi
kerja sama dengan rezim-rezim negara liberal. Sisi kapitalisasi Deng di lain sisi
terlihat ketika Cina bersedia membuka pasar pada awal 1990-an untuk kemudian
menjadi anggota WTO. Prinsip-prinsip idelogi sosialisme perlahan tapi pasti

6

Mao Zedong dan Korban 70 juta Jiwa, Diakses melalui: http://indoprogress.blogspot.com/2010/12/maozedong-dan-korban-75-juta-jiwa.html pada tanggal 1 November 2016

Universitas Sumatera Utara

mulai ditinggalkan oleh Cina pada periode Deng Xiaoping, untuk kemudian
digantikan dengan prinsip ekonomi yang kapitalisme.
Internasionale Proletar yang menjadi cita-cita seluruh negara sosialisme
tidak akan pernah diwujudkan oleh Deng. Pemimpin Partai dan Negara Cina
kembali mengambil jalan kapitalisme yang sudah ditinggalkan sejak revolusi
sosial Cina. Sosialisme yang dibangun rakyat Cina di bawah pimpinan Mao,
kemudian di revisi oleh Deng yang esensinya adalah revisi atas sosialisme menuju
restorasi kapitalisme, termasuk mereka yang pernah tinggal di Cina pada masa
saat ini, beranggapan dan percaya bahwa Cina saat Deng berkuasa sampai saat ini
merupakan negara “Sosialisme Dengan Ciri Khusus Tiongkok”.
Konsep Deng ini juga yang akhirnya telah membawa perubahan dalam
konstitusi Cina. Pada tahun 1982 dengan dukungan mayoritas anggota Kongres
Rakyat Nasional, dan pimpinan PKC akhirnya ide tentang sosialisme pasar mulai
diterima. Sistem pertanian kolektif kemudian digantikan oleh sistem sewa pakai.
Tanah pertanian milik negara boleh digunakan oleh masyarakat secara mandiri
dengan sistem sewa 5 hingga 10 tahun. Kemudian diberikan juga penghargaan
kepada petani (atau kelompok petani) yang berhasil meningkatkan hasil
panennya. 7 Dampaknya kembali terjadi dengan adanya persaingan antara
komunitas kelompok tani.

7

Hikmatul Akbar. Politik Identitas: Perkembangan Kapitalisme Sebagai Identitas Baru Cina Pada Abad 21
Yogyakarta.Hal 10

Universitas Sumatera Utara

Peralihan ekonomi politik Cina dari sosialis menjadi kapitalis dapat
terlihat pada perubahan konstitusi Cina sendiri. Konstitusi Cina pertama kali
diberlakukan pada tahun 1954. Setelah itu mengalami perubahan pada tahun 1975,
1978, 1982 dan akhirnya mendapat amandemen pada tahun 2004. Sebenarnya
dalam perubahan dari sosialisme pasar ke kapitalisme masih terdapat tiga kali lagi
amandemen konstitusi Cina, yaitu pada tahun 1988, 1993 dan 1999. Kesemuanya
mencerminkan tingkat perubahan Cina dalam proses menuju identitas kapitalis itu
sendiri. 8
Di Cina, pemikiran Mao Zedong adalah bagian dari doktrin resmi Partai
Komunis Cina pada masa itu.Namun sejak 1978 adalah permulaan pembaruan
Deng Xiaoping dengan konsep "sosialisme dengan ciri khas Cina".Dalam aspek
politik, diberlakukanlah pembaruan ekonomi Cinasecara langsung sama halnya
dengan mengubah peranan ideologi asli Mao di Cina. Ideologi Mao yang secara
radikal telah diubah dan dikurangi kearah yang lebih reformis dengan modal luar
negeri. Di bidang industri, perubahan yang dijalankan kaum revisionis Cina telah
melemahkan sistem perencanaan negara.
Penerapan dari norma-norma kapitalisme seperti laba sebagai unsur untuk
meregulasi produksi, perubahan dalam harga yang semakin mencerminkan nilai
(yaitu biaya produksi dan laba rata-rata), penerapan rangsang material yang
semakin luas, dan kebebasan semakin besar dalam pengelolaan perusahaan yang

8

Ibid

Universitas Sumatera Utara

memproduksi untuk pasar demi mencapai laba, telah semakin melemahkan dasardasar masyarakat sosialis Cina. 9
Dewasa ini sejalan dengan kondisi Cina yang tumbuh dengan kapitalisme
bahkan menjelma menjadi kapitalisme maju tidaklah terlepas dari keberhasilan
pembangunan industri di negara Cina di masa Mao. Dampaknya Cina telah
berubah menjadi negara dengan industri maju. Keberhasilan Cina dalam
membangun industri telah membawa Cina menjadi kekuatan baru kapitalisme di
dataran Asia.
Hal yang menarik lain terlihat dari sikap Cinadalam mendeklarasikan diri
sebagai negara dengan sistem ekonomi kapitalis, tetapi tidak kapitalis secara
politik.Cina masih mempertahankan sosialisme sebagai ideologi negara. Kajian
Marx dalam melihat ekonomi dan politik adalah sebuah kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Marx berdalil bahwa kekuatan basis adalah suatu sistem ekonomi.
Faktor-faktor dari sistem ekonomi yaitu pemilikan alat produksi,
distribusi hasil produksi dan pertukaran hasil produksi. Dari ketiga faktor tersebut
maka yang paling mempengaruhi adalah pemilikan alat produksi. Adapun
bangunan atas adalah suatu pencerminan dari basis. 10Maka seharusnya sistem
politik Cina sejalan dengan sistem ekonominya pula yaitu kapitalisme sebagai
basis dari sistem politik.

9

Tatiana Lukman. Alternatif. Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat. Jakarta. 2013. Hal 11
Dr.Darsono.SE.SF.MA.MM. Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi. Diadit Media: Jakarta. 2007.
Hal.76
10

Universitas Sumatera Utara

Kondisi paradoks ini terlihat dengan jelas selepas kepemimpinan Mao dan
digantikan oleh Deng sebagai ketua partai.Kebijakan yang dilahirkan oleh Deng
sangat berbeda dan saling bertolak belakang dengan kebijakan Mao sebagai bapak
komunis Cina. Cina dimasa Mao lebih menekankan pada persoalan agraria dan
pembangunan industri dengan mengutamakan modal dalam negeri. Sedangkan
pada masa Deng, Cina lebih didominasi oleh modal luar negeri maupun pinjaman
dari lembaga internasional.
Tidak hanya dalam aspek kebijakan, dengan tegas Deng mengganti
konstitusi yang sudah dibuat semasa Mao dengan tujuan untuk mengikis dominasi
ideologi sosialis yang bertentangan dengan semangat Deng dalam membangun
ekonomi liberal di Cina. Dari perbandingan Cina dimasa Mao maupun Deng jika
dikaji secara umum perbedaan paling mendasar terlerak pada kepemimpinan
kembali klas borjuasi pada Partai Komunis Cina. Juga yang perlu untuk
ditekankan dari pernyataan diatas bahwa kelahiran klas borjuasi dalam Partai
Komunis Cina sebagai cikal bakal beralihnya sistem ekonomi politik Cina
tidaklah tanpa sebab.
Berangkat dari situasi diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
peralihan sistem ekonomi politik Cina dari Sosialisme menuju Kapitalisme.
Dalam pengkajian penelitian ini, sajian akan diawali dengan eksplorasi tentang
kondisi negara Cina dengan sistem ekonomi politik sosialisme dibawah kekuasaan
Mao Zedong dan eksplorasi tentang kondisi negara Cina dengan sistem ekonomi
politik kapitalisme dibawah kekuasaan Deng Xiaoping. Eksplorasi tersebut

Universitas Sumatera Utara

kemudian dihubungkan dengan perbandingan berbagai kebijakan yang lahir di
masa kepemimpinan Mao dan dimasa kepemimpinan Deng. Kemudian pengkajian
diakhiri dengan analisis tentang peralihan sistem ekonomi politik Cina dari
sosialisme menuju kapitalisme.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana peralihansistem ekonomi politik Cina di masa Sosialisme dibawah
kepemimpinan Mao Zedong dan sistem ekonomi politik Cina di masa Kapitalisme
dibawah kepemimpinan Deng Xiaoping?
1.3. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terkonsentrasi terhadap peralihansistem ekonomi
politik Cina di era Kapitalisme dan Sosialisme, maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan kajianperbandingan untuk melihat analisis
peralihan sistem ekonomi politik Cina dari Sosialisme ke Kapitalisme, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi peralihan system ekonomi sosialisme
menuju system ekonomi kapitalisme.
2. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan sistem ekonomi politik
sosialisme Cina adalah di saat Cina dibawah kepemimpinan Mao Zedong,

Universitas Sumatera Utara

dan yang dimaksud dengan sistem ekonomi politik kapitalisme Cina
adalah saat Cina dibawah kepemimpinan Deng Xiaoping.
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan :
1. Untuk menganalisis peralihan sistem ekonomi politik Cina dari sosialisme
menuju sistem ekonomi politik kapitalisme.
2. Untuk melihat perbedaan sistem ekonomi politik sosialisme Cina dimasa
Mao Zedong dan sistem ekonomi politik kapitalisme Cina dimasa Deng
Xiaoping.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sungguh diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang sungguh
diharapkan mampu memberikan sebuah sumbangsih mengenai peralihan
sistem ekonomi politik sosialisme menuju sistem ekonomi kapitalisme.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta
pisau analisis bagi pegiat ilmu ekonomi dan politik, aktivis sosial dan lainlain dalam membedah persoalan ekonomi yang bersinggungan dengan
kajian ilmu politik.

Universitas Sumatera Utara

3. Secara akademis, penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi di Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
1.6. Kerangka Teori
Sebagaimana telah dipaparkan pada landasan pemikiran di atas yang
kemudian melahirkan rumusan masalah sebagai upaya menganalisis secara kritis
perbandingan tentang peralihan sistem ekonomi politik Cina di era sosialisme
menuju kapitalisme. Kemudian dibutuhkan teori analisis untuk membedah
masalah dan mencari asumsi pokok yang mendasar suatu penelitian atau jawaban,
dan pemecahan untuk masalah dibutuhkan sebuah teori.
1.6.1. Teori Ekonomi Politik
Ekonomi diartikan dengan banyak arti. Pertama, ada yang memaknai
ekonomi sebagai “cara” melakukan sesuatu, seperti dalam istilah “ekonomis” atau
“kalkulasi ekonomi” yang konotasinya adalah efisiensi. Kedua, ada yang
memaknai ekonomi sebagai “aktivitas”, yang biasanya ditujukan untuk
memperoleh sesuatu yang diinginkan. Ketiga, ada yang melihat ekonomi sebagai
“institusi” seperti dalam istilah ekonomi pasar atau ekonomi komando. 11
Politik juga terkait dengan banyak hal. Ada yang mengaitkan politik
dengan kekuasaan dan otoritas, bisa juga dikaitkan dengan kehidupan publik,

11

Deliarnov. Ekonomi Politik. Jakarta : Erlangga, 2006. Hal 6

Universitas Sumatera Utara

pemerintah, negara, konflik, serta resolusi konflik. Dari berbagai definisi tersebut,
yang potensial untuk dikaitkan dengan ekonomi adalah pemaknaan politik sebagai
pemerintah, politik sebagai kehidupan publik dan politik sebagai otoritas untuk
mengalokasikan sumber-sumber dan nilai-nilai.

12

Caporaso & Levine (1993), ekonomi politik dimaksudkan untuk
memberikan saran mengenai pengelolaan masalah-masalah ekonomi kepada para
penyelenggara negara. Hal ini sesuai dengan pemaknaan ekonomi politik pada
waktu itu sebagai pengelolaan masalah-masalah ekonomi negara (political
economy referred to the management of economic affairs of the state).
Selanjutnya ekonomi politik oleh pakar-pakar ekonomi politik baru lebih diartikan
sebagai analisis ekonomi terhadap proses politik. Dalam kajian tersebut mereka
mempelajari institusi politik sebagai entitas yang bersinggungan dengan
pengambilan

keputusan

ekonomi

politik,

yang berusaha mempengaruhi

pengambilan keputusan dan pilihan publik, baik untuk kepentingan kelompoknya
maupun untuk kepentingan masyarakat luas. 13
Aristoteles dalam bukunya Politics mengatakan bahwa ilmu ekonomi
merupakan bagian dari politik, sedangkan Politik sendiri merupakan bagian dari
Etika dan Falsafah. Ekonomi berasal dari dua kata Yunani, yaitu “oikos” dan
“nomos”, yang dapat diartikan sebagai “seni mengelola rumah tangga”. Dari

12

Ibid. Hal 7
Ibid. hal 9

13

Universitas Sumatera Utara

definisi Ekonomi inilah Ilmu Ekonomi Politik berkembang, yang awalnya
diartikan sebagai “seni mengelola negara”. 14
Menurut Mochtar Mas’oed, hubungan antara ekonomi dan politik dapat
diterjemahkan ke dalam isu tentang hubungan antara kekayaan dan kekuasaan.
Ekonomi terkait dengan penciptaan dan pendistribusian kekayaan, sedangkan
politik terkait dengan penciptaan dan pendistribusian kekuasaan. Kekayaan terdiri
dari aset fisik (kapital,tanah) dan aset non fisik (sumber daya manusia, termasuk
ilmu pengetahuan), sedangkan kekuasaan bisa muncul dalam bentuk militer,
ekonomi, maupun psikologis. 15
Roger Tooze, menggunakan istilah ekonomi politik untuk mengacu pada
seperangkat masalah yang timbul dari interaksi antara aktivitas ekonomi dan
politik. Charles Lindblom menyebut hakekat atau konsep pokok dari ekonomi
politik adalah pertukaran (exchange) dan kewenangan (authority). Klaus Knorr,
menggunakan konsep kekayaan (wealth) dan kekuasaan / kekuatan (power)
sebagai hakekat dari ekonomi dan politik.16
Ada empat perspektif yang berkembang dalam studi Ekonomi Politik
Internasional

17

14

Ibid, hal 21
Ibid. hal 7
16
Umar, Suryadi Bakry. Ekonomi Politik Internasional. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada
Masyarakat Universitas Jayabaya. 1997. Hal 2
17
Mochtar Mas’oed. Ekonomi Politik Internasional dan Pembangunan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2008.
hal 30
15

Universitas Sumatera Utara

a). Perspektif Merkantilis,
Perspektif ini memandang bahwa Negara menjadi aktor utama yang secara aktif
dan rasional mengatur ekonomi demi meningkatkan kekuatan kekuasaan Negara.
Membangun suatu Negara bangsa yang kuat diperlukan akumulasi capital
sebanyak-banyaknya. Sehingga pembangunan ekonomi diprioritaskan. Apabila
untuk memenuhi capital yang diinginkan tersebut tidak bisa dicukupi dengan
pemanfaatan

sumber-sumber

capital

dalam

negeri,

maka

dilakukanlah

perdaganagan internasional. Demi mendapatkan keuntungan maksimal, maka
pemerintah harus memainkan kebijaksanaan “nasionalis-ekonomis”. Yaitu dengan
(a) pemerintah mengendalikan (menekan) sepenuhnya harga barang dan gaji
buruh, sehingga bisa dijual dengan harga bersaing di pasar internasional, (b)
menerapkan strategi prduksi substitusi barang impor, (c) memaksimalkan ekspor
dan meminimalkan impor. Strategi ini juga bisa dilakukan oleh negera-negara
yang lemah dengan alas an membiarkan pasar bebeas berlaku, sementara posisi
sendiri lemah, hanya akan menghancurkan diri sendiri. Para pengkritik ini
terutama datang dari kaum liberal.
b). Perspektif Liberal.
Dipelopori oleh David Ricardo dan Adam Smith, mereka mengkritik
pengendalian ekonomi yang berlebihan oleh Negara. Perspektif liberal
mengajukan argument bahwa cara yang paling efektif untuk meningkatkan
kekayaan suatu Negara adalah dengan membiarkan individu-individu di dalamnya

Universitas Sumatera Utara

secara bebas berinteraksi dengan

para individu Negara lain.

Mereka

menganjurkan pasar bebas. Konsepsi liberal ini didasarkan pada gagasan
mengenai kedaulatan pasar dalam ekonomi, dengan mengasumsikan bahwa semua
manusia secara alamiah memiliki keselarasan kepentingan. Karena itu, kalau
individu dibiarkan mengejar kepentingan masing-masing yang didasarkan pada
suatu pembagian kerja dan pada struktur atau komposisi factor-faktor produksinya
sendiri, maka kesejahteraan individu, nasional akan meningkat. Kaum liberal
percaya bahwa dengan saling berinteraksinya Negara-negara melalui perdagangan
internasional, konflik bisa terhindarkan. Bahkan bisa membawa keuntungan
bersama sehingga kesejahteraan mereka akan meningkat. Keputusan para pelaku
ekonomi mengenai apa yang harus diproduksi dan dijual berdasarkan
pertimbangan keunggulan koparatif (comparative advantage). Yakni setiap
Negara harus memiliki spesialisasi dalam produksi barang sehingga memiliki
keuntungan komparatif (harga terendah, waktu produksi tercepat) tertinggi dari
pada rekanan dagang yang lain. Dan inilah yang dijadikan komoditas ekspor.
Sedangkan Negara tersebut lebih baik mengimpor barang-barang luar negeri yang
memiliki posisi keuntungan komparatif lebih baik. Sehingga dari sini efisiensi
terjadi. Peran Negara sangat terbatas pada penyediaan fondasi bagi bekerjanya
system pasar, seperti pembangunan infrastruktur, penegakkan hukum, menjamin
keamanan, mencegah persaingan tidak sehat, dan menyelenggarakan pendidikan.
Dengan demikian, menurut persektif liberal, ekonomi dan politik merupakan
bidang yang terpisah.

Universitas Sumatera Utara

c). Perspektif Radikal
Basis pokok perspektif ini adalah gagasan Marxisme. Sementara
perspektif liberal memandang pasar bisa memungkinkan individu memaksimalkan
perolehan, kaum Marxis meilhat kapitaslisme dan pasar telah menciptakan
kekayaan untuk kepitalis dan kemiskinan untuk kaum buruh. Perpektif ini
memiliki tujuan kegiatan ekonomi (dan politik) untuk redistribusi kekayaan dan
kekuasaan. Kaum radikal membuat beberapa asumsi berikut. Pertama, bahwa
kelas social adalah actor dominan dalam ekonomi dan politik. Kedua, bahwa
kelas-kelas tersebut bertindak berdasarkan kepentingan materiil mereka. Ketiga.
Bahwa basis dari ekonomi kapitalis adalah eksploitasi kelas buruh oleh kapitalis.
Asumsi ketiga ini membawa kesimpulan bahwa baginya, buruh dan kapitalis
merupakan dua actor antagonis.
d).Perspektif Reformis
Perspektif ini mengusung konsepsi Tata Ekonomi Internasional Baru
(TEIB), muncul sebagai kritik atas ketiga perspektif di atas. Mereka tidak setuju
dengan penekan berlebihan kaum liberal terhadap pertimbangan efisiensi sehingga
merugikan actor yang lebih lemah. Mereka tidak setuju dengan kaum radikal
untuk melakukan perubahan revolusioner menentang system kapitalis. Karena
mereka lebih percaya pada reformasi struktur hubungan internasional. Dan
walaupun mereka setuju dengan gagasan merkantilis mengenai peran aktif Negara

Universitas Sumatera Utara

dalam urusan ekonomi internasional, mereka lebih bersikap internasionalis
daripada nasionalis.
Dewasa ini, terdapat banyak perspektif dalam ekonomi politik, namun
perspektif yang hingga saat ini masih eksis atau dapat bertahan adalah pandangan
tentang konsep ekonomi politik liberalisme dan sosialisme. Dua perspektif yang
telah lama dibicarakan berabad-abad. Kedudukan sistem ekonomi politik liberal
yang dibangun atas kedudukan corak produksi industrial yang melahirkan
hubungan produksi klas pekerja dan klas pemodal telah bertahan sejak lama dan
didalilkan. Kedudukan sistem liberal kemudian disempurnakan dengan sistem
politik

demokrasi

sosialismeadalah

dan

kebudayaan

sebagai

kritikan

liberal.Lahirnya
terhadap

sistem
sistem

ekonomi
ekonomi

liberalisme/kapitalisme, yang oleh Marx menganggap bahwa kapitalisme hanya
menyebabkan jurang yang semakin lebar bagi dua kelas yang bertentangan. Kedua
sistem ekonomi politik ini terus tetap eksis dan berkembang di beberapa negara.
Untuk itu dalam kajian berikutnya kajian tentang sosialisme dan kapitalisme
menjadi titik tekan dalam penelitian ini:
A. Ekonomi Politik Liberalisme
Pemikiran ekonomi politik liberal klasik sesuai pandangan Adam Smith
ialah bahwa tiap pelaku ekonomi (baik konsumen maupun produsen) haruslah
diberi kebebasan untuk mengejar kepentingan pribadinya masing-masing. Walau
kedua pihak (konsumen dan produsen) memiliki motivasi yang bertolak belakang,

Universitas Sumatera Utara

tetapi kalau perekonomian dibiarkan bebas sesuai kekuatan mekanisme pasar
tanpa campur tangan pemerintah maka akan tercipta suatu keseimbangan atau
ekuilibrium. 18
Fungsi paling utama dari pasar adalah untuk mengalokasikan sumber daya
yang ada secara rasional. Menurut Arthur Sheldon dalam Capitalism, empat tugas
sistem-sistem ekonomi adalah : (1) mengembangkan tekhnik-tekhnik untuk
menilai sumber-sumber yang langka, (2) membuat insentif untuk berkonsentrasi
pada metode-metode yang paling produktif, (3) menyediakan alat-alat untuk
merakit dan mendistribusikan informasi, dan (4) menciptakan prinsip-prinsip
mengalokasikan output pada penggunaan yang paling penting atau bernilai paling
tinggi. Inilah persisnya, metode dan alat-alat yang dikembangkan oleh pasar.
Kapitalisme

merupakan

sistem

ekonomi

yang

dicirikan

19

dengan

kepemilikan hak milik privat atas alat-alat produksi dan distribusi yang
pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi yang sangat kompetitif.
Sistem ekonomi kapitalis juga memberikan kebebasan bagi pelaku-pelaku
ekonomi untuk melakukan kegiatan bagi kepentingan individual atas sumber daya
ekonomi atau faktor-faktor produksi. 20
Pada sistem ekonomi ini, terdapat keleluasan bagi perorangan untuk
memiliki sumberdaya, seperti kompetisi antar individu dalam memenuhi

18

Ibid. Hal. 30
Ibid. Hal. 29
20
Agustiati. Sistem Ekonomi Kapitalisme. Portal Garuda. ISSN 1411-3341. Hal. 154
19

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan hidup, persaingan antar badan usaha dalam mencari keuntungan.
Secara umum kedudukan sistem ekonomi politik kapitalisme ditekankan pada
kepemilikan individu untuk berhak atas pengolahan kapital yang dimilikinya.
Akan tetapi kebebesan ini telah menciptakan sistem monopoli terhadap alat
produksi.
B. Ekonomi Politik Sosialisme
Sosialisme dilihat sebagai suatu sistem ekonomi-politik adalah sebuah
sistem sosial yang dilandaskan pada prinsip komune atau kebersamaan, di mana
pemilikan alat-alat produksi (means of production) dan distribusi adalah bersifat
kolektif

21

. Di dalam masyarakat sosialis sangat ditonjolkan yang namanya

kebersamaan dalam bentuk komunisme, dimana keputusan-keputusan ekonomi
disusun, direncanakan, dan sekaligus dikontrol oleh Negara.
Konsep kelas sangat sentral dalam teori Marx, kelas-kelas yang diorganisir
secara politik tidak muncul spontan dibawah kapitalisme. Bagi Marx, kelas-kelas
yang sadar tentang kondisi kolektif adalah prasyarat tidak hanya bagi tindakan
politik, tetapi juga untuk ekonomi politik. 22
Bagi Marx, kapitalisme pasar bukan hanya tidak bersifat “self organizing”,
tetapi karena ketamakan kaum kapitalis justru menjadikan sistem ini mengandung
sifat menghancurkan diri sendiri (self-destruction). Akumulasi modal oleh

21

Op.Cit. Ekonomi Politik. hal 39
Ibid. Hal. 45

22

Universitas Sumatera Utara

kapitalis di satu sisi adalah akumulasi penderitaan, kesengsaraan, dan degradasi
mental di sisi buruh. Buruh yang sadar sebagai kelas yang tertindas harus bersatu
dan secara bersama-sama memperjuangkan kepentingan kolektif mereka melalui
wadah politik. 23
Kedudukan kelas buruh dalam sistem ekonomi politik sosialisme memiliki
peran sebagai pimpinan tertinggi di negara sosialis. Kepemilikan kolektif atas alat
produksi telah menghaspuskan sistem monopoli yang dikembangkan dari sistem
kapitalisme. Kesimpulannya sistem politik sosialisme adalah sistem yang tidak
meletakan kedudukan individu sebagai penentu utama corak produski ekonomi
suatu negara.
1.6.2. Sosialisme Marxisme
Seperti hal nya kebangkitan liberalisme atau kapitalisme, sosialisme atau
marxisme juga bangkit sebagai suatu respons terhadap era industrialisasi. Marx
dengan gencar mengkritik ekonomi pasar yang dikembangkan oleh Adam Smith.
Marx menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk “membuktikan” bahwa
kapitalisme adalah sebuah sistem yang tidak adil dan “busuk dari dalam”. Secara
esensi kelahiran sistem sosialisme adalah cara untuk menghancurkan kapitalisme
yang tumbuh pesat pasca revolusi industri atau biasa disebut sebagai revolusi
borjuasi tipe lama. Dalam sejarahnya kelahiran sosialisme digambarkan oleh Karl
Marx harus dijalankan melalui perjuangan klas melalui revolusi sosial. Revolusi

23

Ibid. Hal 46

Universitas Sumatera Utara

sosial digambarkan oleh Marx merupakan bagian dari hukum dialektika histori
atas perkembangan masyarakat.
Menurut Karl Marx sejarah perjuangan dan perkembangan masyarakat
adalah sejarah perjuangan kelas. Teori kelas merupakan analisis Karl Marx dan
Friedirch Engles terhadap kapitalisme dan pada mulanya memfokuskan pada
corak produksi. Analisis Marx tertuju pada inti ketidakadilan yang tersembunyi
dari hubungan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalisme di mana ia melihat
hubungan tersebut bersifat eksploitatif, Sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh
pemikir sosial lainnya. Masyarakat di mana-mana terbagi menjadi klas penghisap
dan terhisap. Sementara itu, kelas penghisap karena kepemilikan monopolinya
atas alat produksi, mereka mendapat bagian terbesar dari barang yang diproduksi
dalam masyarakat untuk keuntungannya sendiri sekalipun tidak bekerja.
Sementara, ada kelas yang terhisap yang hanya memiliki tidak memiliki sama
sekali, sekalipun mereka yang bekerja untuk memproduksi barang akan tetapi
mereka hanya mendapat bagian yang sangat kecil bahkan tidak cukup untuk
bertahan hidup.
Perjuangan klas lahir dari pertentangan kepentingan klas-klas dalam
masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah pertarungan antara klas yang mengeruk
keuntungan dan karenanya mempertahankan hubungan produksi yang lama
dengan klas yang berusaha menghancurkan hubungan produksi yang lama dan
menggantikannya dengan yang baru. Perjuangan antara klas penghisap dan klas

Universitas Sumatera Utara

terhisap terpusat pada penghilangan tipe penghisapan tertentu dalam sebuah
sistem kemasyarakatan. Dan karena penghisapan itu berasal dari sebuah tipe
tertentu dari monopoli atas alat produksi, maka perjuangan klas berlangsung di
seputar pihak-pihak yang mempertahankan dan menentang monopoli tersebut.
Marx menganggap bahwa kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam, hal
ini dikarenakan sistem liberal tidak perduli tentang masalah kepincangan dan
kesenjangan sosial. Dengan menerapkan sistem “upah besi” kaum buruh dalam
sistem perekonomian liberal tidak akan pernah mampu mengangkat derajatnya
lebih tinggi karena sebagaimana yang diucapkan Marx “pasar bebas memang
telah mentakdirkannya demikian”. Sistem perekonomian liberal-kapitalis harus
digantikan dengan sistem lain yang lebih memperhatikan masalah pemerataan
bagi semua untuk semua, yaitu sistem perekonomian sosialis-komunis

24

. Sistem

liberal yang lebih menyebabkan kaum buruh menderita haruslah diperbaiki, atau
diganti dengan sistem sosialis yang lebih berpihak pada golongan kaum buruh.
Akumulasi kapital akan semakin berhasil jika para kapitalis bisa menindas
kaum buruh, yaitu dengan memberikan tingkat upah yang sangat rendah. Disini
tampak perbedaan yang sangat nyata antara Marx dan Smith dalam memandang
persaingan. Smith menganggap persaingan bebas sebagai prasyarat bagi
terbentuknya masyarakat sejahtera. Sebaliknya Marx memandangnya sebagai
penyebab terjadinya konsentrasi-konsentrasi ekonomi atau monopoli. 25

24

Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2007. Hal.74
Ibid. Hal 79

25

Universitas Sumatera Utara

Basis adalah suatu sistem ekonomi. Factor-faktor dari sistem ekonomi
yaitu pemilikan alat produksi, distribusi hasil produksi dan

pertukaran hasil

produksi. Dari ketiga factor tersebut maka yang paling mempengaruhi adalah
pemilikan alat produksi. Adapun bangunan atas adalah suatu pencerminan dari
basis. Bangunan atas dipengaruhi oleh kekuatan basis. Bangunan atas terdiri dari
factor ide dan factor pelaksana ide (realisasikan ide). Namun yang paling penting
dari kedua tersebut adalah factor alat pelaksana ide atau alat realisasi ide, atau
negara, karena negara mempunyai birokrasi, tentara, dan penjara.
Marx menjelaskan secara keseluruhan hubungan produksi menentukan
sistem ekonomi masyarakat. Basis menentukan bangunan atas kemudian
melahirkan kesadaraan sosial. Cara produksi barang-barang materil untuk
memenuhi kebutuhan hidup menentukan karakter kehidupan sosial, politik,
spiritual. Bukan kesadaraan sosial yang menentukan keadaan sosial, tetapi
keadaan sosial yang menentukan kesadaraan sosial.
Sementara itu pengubahan bangunan atas itu menurut Karl Marx harus
dengan jalan Perjuangan atau tepatnya melalui revolusi politik. sebab bangunan
atas yaitu negara, kekuasaan politik, hukum, moral, dan ideologi, itu dicipta untuk
melindungi basis, terutama sistem pemilikan alat-alat produksi. Dengan demikian
basis harus dihancurkan untuk melahirkan sebuah sistem sosial yang baru. Paham
pemikiran Karl Marx mengenai basis dan bangunan atas kemudian dikembangkan
menjadi teori kelas dan perjuangan kelas.Menurut Marx, sistem yang tidak baik

Universitas Sumatera Utara

akan digantikan oleh sistem yang lebih maju. Perbudakan akan digantikan oleh
feodalisme, feodalisme akan digantikan oleh kapitalisme, dan kapitalisme akan
digantikan oleh sistem yang lebih maju lagi, yaitu sosialisme dan komunisme.
Permasalahan seperti kelangkaan (scarcity) dan insentif pribadi dengan
sendirinya akan hilang jika masyarakat sudah sampai pada tahap komunisme
penuh. Bahkan, uang tidak perlu lagi digunakan. Dalam tahap komunisme penuh,
tidak ada lagi soal kelangkaan, tidak ada lagi kelas-kelas masyarakat, penghisapan
dari suatu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya. Bahkan
negara dengan sendirinya akan hilang. 26
Negara dan revolusi adalah pengembangan Karl Marx oleh Lenin. Marx
memiliki konsep pemikirannya, Lenin yang mempraktekkannya. Negara dan
revolusi bagaiakan dua sisi pada satu keeping mata uang. Negara lahir karena
adanya revolusi, dan revolusi lahir karena adanya negara yang menghisap dan
menindas rakyatnya. Revolusi borjuis lahir karena negara feudal menindas
rakyatnya, sementara revolusi sosialis lahir karena negara borjuis menindas
rakyatnya. Revolusi kemerdekaan lahir karena negara colonial menindas rakyat
yang dijajah.
a). Negara
Negara adalah bangunan atas masyarakat. Negara merupakan suatu organisasi
yang menguasai masyarakat. Negara itu lahir karena pertentangan kelas-kelas
sosial yang tidak dapat diselesaikan . ia berdiri di atas pertentangan kelas sosial.
26

Ibid. Hal 87

Universitas Sumatera Utara

Manusia secara orang per orang tidak mampu melawan negara. Negara menurut
pandangan Karl Marx merupakan bangunan atas, yaitu pelaksana ide, alat sesuatu
kelas yang berkuasa untuk menindas dan menguasai kelas lain, guna
mempertahankan dan melindungi kepentingan dan kekuasaan kelas yang
berkuasa. oleh karena itu negara merupakan suatu lembaga yang tidak berada di
atas masyarakat, tetapi merupakan lembaga yang digunakan oleh kelas ekonomi
yang berkuasa untuk melawan kelas-kelas lain. Atau negara adalah badan
pelaksana kelas ekonomi yang dominan dalam suatu masyarakat. Negara lahir
sebagai akibat dari suatu perjuangan kelas antara terhisap dan penghisap yang
tidak bisa didamaikan. Untuk bisa mengatasi penghisapan tersebut, maka negara
sebagai alat legitimasi penghisap untuk mengatasi perlawanan dari kelas terhisap
yang terus-menerus semakin besar. 27

b). Revolusi
Revolusi adalah keharusan karena kelas yang berkuasa tidak mampu digulingkan
secara diplomasi, tetapi penguasa hanya bisa digulingkan dengan revolusi. Kelas
yang melakukan revolusi mengulingkan penguasa lama dan membangun kembali
masyarakat baru. Revolusi hakikatnya pergantian kekuasaan politik dengan
kekerasaan. Mengubah sistem sosial lama menjadi sistem sosial yang baru. Oleh
sebab itu harus melalui revolusi politik.

27

Cahyono Edi. Njoto Marxisme Ilmu dan Amalnya. Harian Rajat 1962. Hal 25

Universitas Sumatera Utara

1.8. Metodologi Penelitian
1.8.1. Metode Penelitian
Berdasarkan metode yang diterapkan, maka penulis menggunakan
metode penelitian deskriptif. Sebab metode penelitian deskriptif adalah suatu
metode dimana data yang diperoleh disusun dan kemudian diinterpretasikan.
Sehingga data yang terkumpul dapat memberikan keterangan-keterangan terhadap
masalah-masalah yang aktual berdasarkan fakta dan analisis yang ada. Langkah
yang diambil dalam penelitian ini terlebih dahulu mendeskripsikan tentang
kondisi negara Cina dimasa kepemimpinan Mao Zedong dengan sistem ekonomi
politik sosialisme dan kondisi negara Cina dimasa kepemimpinan Deng Xiaoping
dengan sistem ekonomi politik kapitalisme. Kemudian dari data tersebut, penulis
akan mengkaji tentang kebijakan ekonomi politik Cina di masa Mao maupun
Deng dengan tujuan untuk dapat melihat perbandingan dan ciri dari kedua sistem
ekonomi politik sosialisme maupun kapitalisme. Sehingga penulis dapat
menganalisis tentang peralihan sistem ekonomi politik Cina dari sosialisme
menuju kapitalisme.
1.8.2. Jenis Penelitian
Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian deskritif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan
lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagai mana

Universitas Sumatera Utara

adanya. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data-data dan
fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat dipahami dan disimpulkan. 28
Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan bagaimana peralihansistem
ekonomi politik Cina sosialisme menuju sistem ekonomi politik kapitalisme.
Tentunya penelitian menggunakan data-data, konsep-konsep yang berguna
sebagai kerangka acuan untuk menjelaskan hasil penelitian, menganalisis dan
sekaligus untuk menjawab persoalan yang diteliti.
1.8.3. Teknik Pengumpulan Data
Data-data, keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan sumber data pustaka yang berasal dari buku-buku
ekonomi politik dari perspektif liberal maupun sosialis, internet, jurnal ilmiah
lokal maupun jurnal ilmiah internasional, serta literatur lainnya yang berkaitan
dengan penelitian.ini.
1.8.4. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah menggunakan analisa kualitatif. Sebab penelitian kualitatif merupakan
metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah
individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau

28

Hadar Nawawi. Metodelogi Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 1987. Hal
63

Universitas Sumatera Utara

kemanusiaan 29. Dalam konteks ini tehnik komparatif digunakan untuk
menganalisis sistem ekonomi politik sosialisme Cina dengan sistem ekonomi
politik kapitalisme Cina. Hal tersebut karena perbandingan digunakan untuk
menganalisis peralihan sistem ekonomi politik sosialisme menuju kapitalisme di
Cina.

29

John W. Creshwell. Research Design. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2012.hal 4

Universitas Sumatera Utara

1.9. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab satu ini akan menguraikan dan membahas latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, teknik
pengumpulan data, jenis penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : PROFIL NEGARA CINA
Bab kedua ini akan membahas sejarah negara Cina dalam bentuk periode sistem
perkembangan masyarakat secara khusus tentang Cina dibawah kepemimpinan
Mao Zedong dan Deng Xiaoping.Dalam sub bagiannya akan lebih membahas
tentang dinamika sejarah peralihan sistem ekonomi politik Cina dari sosialisme
menuju kapitalisme.
BAB III : PERALIHANEKONOMI POLTIK SOSIALISME CINA
MENUJU SISTEM EKONOMI POLITIK KAPITALISME
Di dalam bab ketiga akan memuat analisa data penelitian tentang peralihan sistem
ekonomi politik sosialisme Cina menuju sistem ekonomi kapitalisme. Dalam sub
bagiannya akan melihat tentang perbandingan sistem ekonomi politik sosialisme
dan sistem ekonomi politik kapitalisme di Cina untuk melihat faktor yang
menyebabkan peralihan sistem ekonomi di Cina.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV : PENUTUP
Bab keempat yaitu penutup akan meliputi kesimpulan-kesimpulan dari ulasan
pembahasan sebelumnya, serta saran-saran bagi penulis yang berguna nantinya.

Universitas Sumatera Utara