PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA PADA

MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh :

Raniutami Widiyanti 0802611

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Penerapan Pembelajaran Inkuiri dalam

Upaya Peningkatan Penguasaan Konsep

dan Kemampuan Berinkuiri Siswa pada

Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Oleh

Raniutami Widiyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Raniutami Widiyanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014


(3)

RANIUTAMI WIDIYANTI 0802611

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA PADA

MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. H. Wahyu Sopandi, M.A NIP. 196605251990011001

Pembimbing II

Prof.Dr.R.H. Asep Kadarohman, M.Si. NIP. 196305091987031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Dr.rer.nat.H. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP. 196611211991031002


(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi... ii

Daftar Tabel ... iv

Daftar Lampiran ... vi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional ... 6

BAB II Penerapan Pembelajaran Inkuiri dalam Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berinkuiri Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan A. Pembelajaran Inkuiri ... 7

B. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri ... 18

C. Penguasaan Konsep ... 21

D. Tinjauan Materi ... 24

BAB III Metodologi Penelitian A. Metode Penelitian ... 29

B. Alur Penelitian ... 30

C. Subjek Penelitian ... 32

D. Instrumen Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 34

G. Waktu Penelitian ... 43

H. Variabel Penelitian ... 43 BAB IV Analisis Data, Temuan dan Pembahasan


(5)

A. Analisis Data

1. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa ... 45

2. Peningkatan Kemampuan Berinkuiri Siswa ... 46

B. Temuan dan Pembahasan 1. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa ... 48

2. Peningkatan Kemampuan Berinkuiri Siswa ... 57

BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

Daftar Pustaka ... 64


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang menerapkan pembelajaran inkuiri pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, khusunya dari aspek penguasaan konsep dan kemampuan berinkuiri siswa, dengan siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan desain kuasi eksperimen. Intrumen yang digunakan terdiri atas tes penguasaan konsep, tes kemampuan berinkuiri, lembar observasi pembelajaran, dan pedoman wawancara bagi guru dan siswa. Subjek penelitian berjumlah 68 siswa, berasal dari salah satu SMA Negeri di Cimahi, yang terdiri atas dua kelas, satu kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran inkuiri, satu lagi kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional. Ditemukan, dikedua kelas terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa yang tidak berbeda signifikan (p-value= 0,630) dengan N-Gain sebesar 17,70% untuk kelas eksperimen dan 17,84% untuk kelas kontrol. Kemampuan berinkuiri siswa di kedua kelas tidak berbeda signifikan (p-value= 0,252) dengan N-Gain sebesar 26,28% untuk kelas eksperimen dan 15,92% untuk kelas kontrol.

Kata Kunci: pembelajaran inkuiri, penguasaan konsep, kemampuan berinkuiri, kelarutan dan hasil kali kelarutan.


(7)

ABSTRACT

This study aimed to see whether there is any difference in improving student learning outcomes which apply to the inquiry learning on material solubility and solubility product, especially from the aspect of mastery of concepts and inquiry ability of students, with students applying conventional learning. The study used an experimental method to the quasi-experimental design. Instruments used consisted of concept mastery test, test the inquiry ability, learning observation sheets and interview guides for teachers and students. Subjects numbered 68 students, coming from one of the high schools in Cimahi, which consists of two classes, one class implementing inquiry learning experiments, one control class that implements the conventional learning. Found, there was an increase in both grade student mastery of concepts that are not significantly different (p-value = 0.630) with N-Gain of 17.70% for the experimental class and 17.84% for the control class. Inquiry ability of students in both classes did not differ significantly (p-value = 0.252) with N-Gain of 26.28% for the experimental class and 15.92% for the control class.

Keywords: inquiry learning, concept mastery, inquiry ability, solubility and solubility product.


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah lakuanak didik agarmenjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada (Sagala,2003: 3). Seperti proses-proses lain pada umumnya, proses pendidikan bertujuan menghasilkan produk yang bermutu tinggi.Produk dari hasil pendidikan yang bermutu tinggi yang dimaksud tentunya adalah sumber daya manusia yang mempunyai tingkat intelektualitas dan kepribadian yang baik dan mampu bersaing dengan sumber daya manusia asing dalam rangka menghadapi era globalisasi saat ini.

Proses pendidikan yang akan nantinya menghasilkan produk yang bermutu tinggi membutuhkan strategi pembelajaran yang baik saat proses pembelajaran di kelas berlangsung.Strategi pembelajaran yang baik pada intinya merupakan strategi pembelajaran yang memfasilitasi siswa sebagai peserta didik mengembangkan intelektualitas dan pribadinya selama proses belajar berlangsung yang dikenal dengan dengan pembelajaran berorientasi aktifitas siswa (Sanjaya, 2006: 137). Agar intelektualitas dan kepribadian siswa berkembang, orientasi

pembelajaran harus bersifat “student centered” yang menuntut siswa menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran. Porsi guru dalam proses pembelajaran hanya sebagai sebagai tutor, fasilitator, mediator, motivator, dan evaluator.Dengan keaktifan siswa, diharapkan aspek intelektualitas dan kepribadian siswa akan lebih berkembang. Selain itu, potensi yang dimiliki oleh siswa akan lebih terlihat dan lebih mudah pula diarahkan ke arah yang lebih baik.

Pelajaran-pelajaran sains, salah satunya kimia, rata-rata dianggap sulit oleh sebagian besar siswa.Alasan yang banyak dikemukakan biasanya adalah karena materinya sulit dimengerti dan terkesan rumit.Padahal pembelajaran sains itu


(9)

sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa karena sains berangkat dari fenomena yang terjadi di alam.Menurut logika, para siswa sudah mengenal sains.Adanya pembelajaran sains berfungsi untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang telah dikenal siswa sebelum pembelajaran dilakukan.Pembelajaran sains di kelas pada masih ada yang memposisikan siswa sebagai pihak yang pasif sehingga hal-hal yang sudah mereka ketahui sebelum proses pembelajaran pun tidak bisa digali dan dikembangkan lewat proses belajar. Para siswa hanya bisa mengingat apa yang disampaikan oleh guru mereka tanpa mengerti dan memahami apa inti dari pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, orientasi “student centered” seharusnya diterapkan agar pembelajaran yang tadinya kurang menyenangkan menjadi lebih menyenangkan sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.Dimana siswa tidak dianggap sebagai objek belajar yang diatur dan dibatasi kemauan guru (Sanjaya, 2006: 99).

Salah satu model pembelajaran yang dipercaya bisa memfasiltasi siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran inkuiri. Inkuiri memposisikan siswa sebagai subjek belajar.Pembelajaran inkuiri menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri dan mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah (Sagala, 2003).Sadeh dan Zion (2011) juga mengemukakan bahwa inkuiri menggambarkan proses-proses yang menjadi rutinitas kerja para ilmuan dalam melakukan penelitian, dan memberikan suatu metode bagi para siswa untuk mempelajari sains.Adapun hasil penelitian lain oleh Chang dan Mao (Falkenberg et al, 2006: 15) telah menunjukkan bahwa mengajar sains menggunakan inkuiri pada sekelompok siswa menghasilkan pencapaian skor yang signifikan dibanding skor yang didapatkan oleh siswa pada kelompok kontrol yang tidak menerima kesempatan untuk belajar menggunakan inkuiri. Peneliti lain Trumbul, Bonney dan Gurdens-Schuck (Falkenberg et al, 2006: 15) memberikan kesempatan bagi siswa-siswa secara mandiri untuk melakukan kegiatan inkuiri sains sebagai upaya untuk mempertinggi kemampuan siswa untuk menganalisis pemikiran-pemikiran kompleks secara ilmiah secara baik.


(10)

Dengan penggunaan model inkuiri ini diharapkan pemahaman dan pengetahuan siswa terhadap materi pembelajaran akan bertambah. Namun secara khusus model inkuiri ini akan meningkatkan kemampuan lain dari siswa dianntaranya kemampuan berinkuiri. Dengan adanya pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenal konsep kimia serta diikuti oleh praktek pembelajaran inkuiri yang baik maka akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kemampuan berinkuiri. Kemampuan berinkuiri siswa disamakan dengan kemampuan siswa bersikap ilmiah dan memposisikan dirinya sebagai ilmuan. Kemampuan berinkuiri ini pun terdiri dari beberapa aspek diantaranya mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data, interpretasi data dan menyimpulkan.

Kimia merupakan bagian dari sains.Salah satu materi kimia yang cocok dengan model inkuiri ini adalah kelarutan dan hasil kali kelarutan. Dari materi asam basa bisa ditimbulkan banyak masalah yang bisa diangkat dalam pembelajaran dan nantinya akan dipecahkan oleh siswa. Materi ini juga mengandung beberapa konsep baru bagi siswa sehingga peneliti bisa menguji penguasaan konsep siswa dengan strategi pembelajaran yang diterapkan. Selain penguasaan konsep, kemampuan berinkuiri siswa juga perlu diuji sebagai dampak dari penggunaan model inkuiri dalam pembelajaran.

Menurut hasil penelitian sebelumnyapada materi larutan penyangga (Ulpiyana, 2011), Didapatkan temuan bahwa penguasaan konsep kelas kontrol (yang mengalami pembelajaran konvensional) mengalami peningkatan lebih tinggi dari kelas eksperimen (yang mengalami pembelajaran inkuiri), sedangkan kemampuan berinkuiri kelas kontrol(yang mengalami pembelajaran konvensional) memberikan hasil lebih rendah dari kelas eksperimen (yang mengalami pembelajaran inkuiri).

Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Fauzia (2010) tentang penggunaan penerapan pembelajaran inkuiri ini pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.Kemampuan siswa yang menjadi sorotan adalah penguasaan konsep.


(11)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri membuat siswa mengalami peningkatan penguasaan konsep yang rata-rata kenaikannya berkisar dari 21,8% sampai dengan 81,3%.

Pada penelitian ini akan diterapkan pembelajaran inkuiri, khususnya inkuiri terbimbing, untuk mengamati ada atau tidaknya peningkatan pada penguasaan konsep dan kemampuan berinkuiri siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.Penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing atas dasar pertimbangan siswa yang belum terbiasa dengan pembelajaran inkuiri sehingga membutuhkan bimbingan dari guru.Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang oleh sebagian besar siswa dianggap sulit karena materi ini merupakan materi yang tergolong kompleks karena berkaitan dengan konsep-konsep dasar yang telah mereka pelajari seperi persamaan reaksi, konsep mol, kesetimbangan kimia dan konsentrasi larutan.Kemampuan berinkuiri yang akan diamati adalah kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan. Dengan adanya penekan pada aspek-aspek berinkuiri secara utuh, lewat adanya pengamatan pada kemampuan berinkuiri, para siswa dituntut untuk melakukan kegiatan ilmiah layaknya para ilmuan yang mungkin akan dapat membantu kesulitan belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Berdasarkan latar belakang tesebut maka peneliti mengajukan judul penelitian

“Penerapanan Pembelajaran Inkuiri dalam Upaya Meningkatkan Penguasaan

Konsep dan Kemampuan Berinkuiri Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapanpembelajaran inkuiri dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berinkuiri


(12)

siswa pada kelarutan dan hasil kali kelarutan?Untuk menjawab permasalahan tersebut dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep pada siswa kelas yang menerapkan pembelajaran inkuiri dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional ?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berinkuiri pada siswa kelas yang menerapkan pembelajaran inkuiri dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional?

C. Pembatasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian agar memperoleh hasil maksimal, maka masalah dibatasi dalam beberapa hal, yaitu:

1. Siswa yang diteliti berasal dari satu SMA Negeri di kota Cimahi dengan subjek penelitian dua kelas yang dibagi menjadi satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen.

2. Kemampuan berinkuiri yang diteliti meliputi kemampuan mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan.

3. Jenis pembelajaran inkuiri yang digunakan adalah inkuiri terbimbing.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian inibertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang menerapkan pembelajaran inkuiri pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, khusunya dari aspek penguasaan konsep dan kemampuan berinkuiri siswa, dengan siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah sebagai berikut.


(13)

b. Merangsang rasa ingin tahu siswa, menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa dan melatih kemandirian siswa dalam belajar sehingga ketergantungan siswa terhadap guru bisa diminimalisir.

c. Melatih kemampuan berinkuiri siswa.

d. Membiasakan siswa lebih mandiri memecahkan suatu permasalahan kehidupan sehari-hari.

2. Manfaat penelitian ini bagi guru adalah sebagai berikut.

a. Memberikan pilihan desain pembelajaran lain kepada guru untuk materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

b. Menyediakan RPP dan alat evaluasi yang dapat mencakup kemampuan berinkuiri siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

3. Bagi Peneliti Lain

Memberikan suatu masukan yang diharapkan dapat dijadikan sebagai studi banding dan dasar pemikiran bagi timbulnya gagasan-gagasan baru dalam dunia pendidikan khususnya dalam mengembangkan model pembelajaran kimia.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunnakan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan dari beberapa definisi operasional sebagai berikut:

1. Pembelajaran inkuiri yang dimaksudkan adalah pembelajaran inkuiri yang diterapkan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang didalamnya menyangkut aspek-aspek berinkuiri.

2. Penguasaan konsep yang dimaksudkan adalah pemahaman siswa terhadap konsep yang ada di dalam materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang sesuai dengan indikator-indikator yang diharapkan.

3. Kemampuan berinkuiri yang dimaksudkan adalah kemampuan berinkuiri siswa yang dapat dikembangkan dalam materi kelarutan dan hasil kali kelarutan meliputi mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis,


(14)

melakukan percobaan, mengumpulkan data, interpretasi data dan mernarik kesimpulan yang sesuai dengan indikator-indikator yang diharapkan.


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif jenis penelitian eksperimen yang dapat diartikan sebagai metode penlitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2010).

Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen atau eksperimen semu yang sampelnya tidak dipilih secara acak. Jenis yang digunakan adalah Non-equivalent Control Group Design. Penelitian dilakukan terhadap dua grup atau kelas yang berasal dari kelas reguler. Satu kelompok sebagai kelas kontrol dan satu kelompok sebagai kelas eksperimen. Dengan syarat riwayat hasil belajar dari kedua kelas ini tidak berbeda jauh.

Tabel 3.1 Desain Penellitian Quasi Eksperimen

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

O1 adalah kondisi awal siswa dengan pengetahuan konsep dan kemampuan berinkuiri sebelum mendapatkan pembelajaran, O2 adalah keadaan akhir pengetahuan konsep dan kemampuan berinkuiri siswa setelah mendapatkan pembelajaran, X1 adalah perlakuan dengan menggunakan kepada siswa pembelajaran inkuiri dan X2 adalah perlakuan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional.Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran induktif yang proses pembelajarannya sama-sama menharapkan siswa menemukan sendiri konsep lewat kegiatan belajar mengajar. Hasil yang diperoleh dari pretes dan postes digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berinkuiri setelah pembelajaran berlangsung.


(16)

B. Alur Penelitian

Alur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Analisis materi kelarutan dan hasil kali kelarutan pada standar isi mata pelajaran

kimia

Studi kepustakaan mengenai pembelajaran inkuiri, penguasaan konsep dan

kemampuan berinkuiri

Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pembuatan LKS, Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dan

Pedoman Wawancara

Pembuatan Instrumen Tes

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Hasil Perbaikan Perangkat

Pembelajaran

Valid Tidak Revisi

Tes Awal

Menerapkan Model Pembelajaran Konvensional

Tes Akhir

Tes Awal

Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing

Tes Akhir Wawancara

Pengumpulan Data

Analisis Data


(17)

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Berikut ini penjelasan dari gambaran alur penelitian yang telah dicantumkan di atas.

1. Analisis Materi

Analisis materi kelarutan dan hasil kali kelarutan ini mencakup penganalisisan standar isi berupa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, standar kompetensi, kompetensi dasar dan ruang lingkup dari materi yang sesuai dengan kurikulum yang sedang diterapkan yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2. Studi Kepustakaan

Dalam tahap ini dilakukan pencarian informasi dari literatur mengenai pembelajaran inkuiri, pemahaman konsep dan kemampuan berinkuiri dari sumber-sumber yang sesuai. Sumber-sumber-sumber yang digunakan adalah buku, jurnal maupun artikel.

3. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dibuat dengan menyesuaikan pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. RPP yang dibuat sebanyak dua macam, satu untuk kelas eksperimen dan yang satu lagi untuk kelas kontrol. RPP untuk kelas eksperimen adalah RPP yang menerapkan pembelajaran inkuiri sedangkan RPP untuk kelas kontrol adalah RPP yang menerapkan pembelajaran konvensional. 4. Pembuatan Instrumen Tes

Instrumen tes dibuat dengan menyesuaikan instrumen dengan indikator yang ingin diteliti. Ada dua macam instrumen tes pada penelitian ini. Pertama adalah instrumen tes untuk menguji penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran, dan yang kedua adalah instrumen tes untuk menguji kemampuan berinkuiri siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.


(18)

Lembar Kerja Siswa dibuat dengan menyesuaikan LKS tersebut tujuan pembelajaran untuk membantu jalannya kegiatan praktikum. Lembar Observasi dibuat dengan menyesuaikan lembar observasi tersebut dengan hal-hal yang akan diamati selama proses pembelajaran berlangsung, terutama keterlaksanaan proses pembelajaran. Pedoman wawancara dibuat dengan menyesuaikan pedoman wawancara tersebut dengan poin-poin apa saja yang ingin diketahui dari siswa dan guru setelah mengalami proses pembelajaran.

6. Validasi Instrumen

Pada tahap ini instrumen tes berupa soal yang menguji penguasaan konsep dan kemampuan berinkuiri untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen divalidasi. Hasil uji validasi yang tidak valid dilakukan revisi lalu divalidasi kembali.

7. Pelaksanaan Penelitian dan Pengumpulan Data

Pelaksanaan penelitian dilakukan di dua kelas berbeda. Kelas pertama dibuat menjadi kelas kontrol yang di dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Kelas kedua dibuat menjadi kelas eksperimen yang di dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran inkuiri. Pada kedua kelas dilakukan tes penguasaan konsep dan kemampuan berinkuiri sebelum dan sesudah pembelajaran serta pelaksanaan pembelajarannya diamati dengan menggunakan lembar observasi.

8. Wawancara

Wawancara dilakukan pada kelas eksperimen setelah pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru pada pembelajaran inkuiri yang diterapkan dalam proses pembelajaran.

9. Analisis Data

Data hasil penelitian baik dari kelas kontrol maupun eksperimen dianalisis guna mendapatkan kesimpulan.

10.Menyimpulkan

Proses ini dilakukan setelah analisis data hasil penelitian dilakukan secara keseluruhan yang kemudian dikumpulkan untuk dijadikan kesimpulan.


(19)

C. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa SMA kelas XII dari salah satu SMA Negeri di Kota Cimahi. Sampel diambil dua kelas dari kelas reguler yang salah satu kelas dijadikan kelas kontrol dan yang satu kelas lagi dijadikan kelas eksperimen.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2008). Berikut ini instrumen-instrumen penelitian yang digunakan.

1. Instrumen Tes Tertulis

Menurut Webster‟s Collegiate (Arikunto, 2010), tes merupakan serentetan

pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa baik sebelum maupun sesudah pembelajaran.

Tes tertulis pada penelitian ini terbagi menjadi dua macam yaitu tes penguasaa konsep dan tes kemampuan berinkuiri yang telah divalidasi. Tes tertulis ini berupa pilihan berganda.

2. Lembar Observasi Pembelajaran

Observasi adalah teknik yang digunakan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Arikunto, 2010). Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan dari awal sampai dengan akhir proses pembelajaran.Lembar observasi yang digunakan mengadaptasi dari penelitian tentang pembelajaran inkuiri sebelumnya oleh Ulpiyana (2011)


(20)

Wawancara adalah cara untuk mendapatkan suatu informasi yang diinginkan dari narasumber. Pedoman wawancara dibuat untuk mengarahkan proses wawancara terhadap murid dan guru tentang pembelajaran inkuiri yang diterapkan pada proses pembelajaran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang berkaitan dengan penguasaan konsep dan kemampuan berinkuiri dikumpulkan dengan cara pelaksanaan tes tertulis pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran. Untuk mengumpulkan data mengenai keterlaksanaan pembelajaran di kelas digunakan lembar observasi yang diisi selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan pembelajaran inkuiri di kelas dilaksanakan wawancara pada akhir pembelajaran.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Analisis hasil uji coba instrumen

a. Validitas

Menurut Anastas dalam Ulpiyana (2011) validitas merupakan suatu tingkatan yang menyatakan bahwa alat ukur telah sesuai dengan apa yang akan diukur. Suatu instrumen tes dikatakan valid apabila instrumen tes tersebut sudah dapat mengukur apa yang ingin diukur. Validasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan validasi yang dilakukan lewat diskusi dengan ahli yang sudah berpengalaman dengan ahli yang berpengalaman menyangkut validasi isi, konstruksi dan kejelasan bahasa dalam instrumen tes. Selain itu dilakukan juga penghitungan nilai validitas instrumen tes dari hasil uji coba instrumen di lapangan menggunakan software SPSS 20. Data Rhitung yang didapat dibandingkan dengan Rkritis. Instrumen dikatakan valid apabila Rhitung lebih besar dari Rkritis.


(21)

Berikut rekapitulasi nilai validitas instrumen hasil uji coba di lapangan dengan tingkat kepercayaan 95%.

Tabel 3.2 Hasil Validasi Soal Penguasaan Konsep Nomor

Soal Rhitung

Rkritis

(N = 30) Kesimpulan

1 0,376

0,3

Valid

2 0,378 Valid

3 0,490 Valid

4 0,472 Valid

5 0,601 Valid

6 0,381 Valid

7 0,667 Valid

8 0,533 Valid

9 0,556 Valid

10 0,617 Valid

Tabel 3.3 Hasil Validasi Soal Kemampuan Berinkuiri Nomor

Soal Rhitung

Rkritis

(N = 30) Kesimpulan

1 0,688

0,3

Valid

2 0,825 Valid

3 0,544 Valid

4 0,565 Valid

5 0,691 Valid

6 0,484 Valid

b. Menguji Reliabilitas Butir Soal

Suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap atau ajeg. Reliabilitas soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson 20 atau K-R 20 (Arikunto, 2008).

� = −1 � 2

�2 Keterangan :

ri = reliabilitas tes secara keseluruhan.


(22)

subjekyang mendapat skor 1)

q = proporsi subjek yang mendapat skor 0 (q=1-p)

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya butir pernyataan

S2 = variansi dari tes

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas, nilai reliabilitas yang didapat dari hasil analisis dibandingkan dengan kriteria acuan nilai reliabilitas yang dikemukakan oleh Arikunto (2008) berikut.

Tabel 3.4Kriteria Acuan Nilai Reliabititas

Nilai Kriteria

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi 0,60 – 0,79 Tinggi 0,40 – 0,59 Cukup 0,20 – 0,39 Rendah 0,00 – 0,19 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada instrumen tes tertulis didapatkan hasil nilai reliabilitas untuk soal kemampuan berinkuiri sebesar 0,73 dan nilai reliabilitas untuk soal penguasaan konsep sebesar 0,61. Kedua jenis soal termasuk dalam kriteria tinggi dan dapat digunakan dalam penelitian.

c. Menguji Daya Pembeda

Daya pembeda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Menghitung daya pembeda suatu butir soal dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini (Arikunto, 2008).

� =

� − = � − �

Keterangan :

D = Indeks diskriminasi (daya pembeda) JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah


(23)

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Untuk interpretasi nilai daya beda soal, nilai daya beda yang didapat dari hasil analisis dibandingkan dengan kriteria acuan daya pembedayang dikemukakan oleh Arikunto (2008) berikut.

Tabel 3.5Kriteria Acuan Daya Pembeda

Nilai Keterangan

Negatif Sangat Jelek 0,00 – 0,20 Jelek 0,20 – 0,40 Cukup 0,40 – 0,70 Baik 0,70 – 1,00 Sangat Baik

Berdasarkan uji coba instrumen tes yang dilakukan sebelum penelitian didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 3.6 Daya Pembeda Soal Penguasaan Konsep Nomor

Soal Daya Pembeda Kriteria

1 0,5 Baik

2 0,375 Cukup

3 0,75 Sangat Baik

4 0,625 Baik

5 0,75 Sangat Baik

6 0,25 Cukup

7 0,875 Sangat Baik

8 0,5 Baik

9 0,875 Sangat Baik

10 0,625 Baik

Tabel 3.7 Daya Pembeda Soal Kemampuan Berinkuiri Nomor

Soal Daya Pembeda Kriteria

1 0,75 Sangat Baik


(24)

3 0,75 Sangat Baik

4 0,625 Baik

5 0,875 Baik

6 0,875 Sangat Baik

Berdasarkan perolehan hasil uji daya pembeda maka seluruh instrumen tes soal penguasaan konsep dan kemampuan berinkuiri dapat digunakan dalam penelitian.

d. Menguji Tingkat Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran dari suatu butirsoal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2008).

� =

�� Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk interpretasi nilai daya beda soal, indeks kesukaran yang didapat dari hasil analisis dibandingkan dengan kriteria acuan tingkat kesukaran yang dikemukakan oleh Arikunto (2008) berikut.

Tabel 3.8Kriteria Acuan Tingkat Kesukaran

Kriteria Kesukaran

0,00 Sangat Sukar 0,01 - 0,30 Sukar 0,31 - 0,70 Sedang 0,71 – 0,99 Mudah

1,00 Sangat Mudah

Berdasarkan uji coba instrumen tes yang dilakukan sebelum penelitian didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 3.9Tingkat Kesukaran Soal Penguasaan Konsep Nomor

Soal

Tingkat


(25)

1 0,73 Mudah

2 0,70 Sedang

3 0,57 Sedang

4 0,53 Sedang

5 0,57 Sedang

6 0,80 Mudah

7 0,53 Sedang

8 0,27 Sukar

9 0,47 Sedang

10 0,30 Sukar

Tabel 3.10Tingkat Soal Kemampuan Berinkuiri Nomor

Soal

Tingkat

Kesukaran Kriteria

1 0,67 Sedang

2 0,57 Sedang

3 0,40 Sedang

4 0,67 Sedang

5 0,37 Sedang

6 0,60 Sedang

2. Analisis Hasil Pengambilan Data a. Tes Tertulis

Data hasil tes tertulis didapatkan dari data hasil pretes dan postes mengenai penguasaan konsep siswa dan juga pretes dan postes mengenai kemampuan berinkuiri siswa. Instrumen yang digunakan dalam kedua jenis tes adalah soal pilihan ganda. Pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Memberi skor siswa

Pemberian skor siswa yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

S = R Keterangan:


(26)

S = Skor yang diperoleh siswa R = Jawaban yang betul

b) Mengubah skor menjadi nilai

Nilai = � �� ��

� �� � � x100

c) Mengitung rata-rata dan simpangan baku d) Memberi persentase pencapaian siswa

Persentase pencapaian siswa yang dicari adalah persentase penguasaan konsep dan persentase kemampuan berinkuiri siswa di setiap indikator penguasaan konsep serta tiap tahap berinkuiri. Berikut cara perhitungan persentase pencapaian siswa secara lebih jelas.

Pencapaian Siswa =Jumlah Siswa yang Menjawab Benar

Jumlah Total Siswa X 100%

e) Menghitung nilai % N-Gain

Perhitungan nilai gain ternormalisasi dilakukan untuk melihat besarnya peningkatan dari aspek yang diteliti setelah dilakukannya proses pembelajaran dengan cara sebagai berikut.

% N-Gain =Skor post test−skor pre test

skor maksimal −skor pretest x 100%

Tabel 3.11 Interpretasi Nilai Gain yang Terinormalisasi Nilai %N-Gain Kategori

<g> 70% Tinggi 70% ><g> 30% Sedang <g>< 30% Rendah

Setelah nilaiN-Gain didapat, analisis statistik dilakukan pada skor yang telah diperoleh meliputi rata-rata, standar deviasi, normalitas, homogenitas dan uji signifikansi yang bertujuan untuk menguji hipotesis. Berikut penjelasan mengenai uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini.


(27)

1) Melakukan Uji Normalitas

Pada hasil penelitian ini, dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (uji K-S). Uji normalitas dilakukan untuk melihat seberapa besar kecenderungan populasi dari suatu data sampel mendekati normal. Konsep dasar uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data dengan distribusi yang dipilih. dalam pengujian terhadap pendekatan distrubusi normal (uji normalitas) dari suatu data yang mewakili populasi tertentu, dapat dilakukan dengan persamaan:

Z =

S Fr = 0,5 – P (z) Fs =

∑ Frekuensi

D = Fr – Fs Dimana:

Z = nilai statistik penguji Xi = data ke i

z = Transformasi dari angka ke notasi pada distribusi normal Fr = Probabilitas komulatif normal standar

Fs = Probabilitas komulatif normal empiris

Dalam uji pendekatan terhadap distribusi normal, menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov, berlaku hipotesis:

H0 : Data berasal dari populasi distribusi normal. Hi : Data berasal dari populasi tidak distribusi normal.

Hipotesis tersebut selanjutnya akan diuji menggunakan statistik penguji sebagai berikut.

a) Jika Dhitung> Dtabel, maka H0 diterima dan Hi ditolak. b) Jika Dhitung< Dtabel, maka H0 ditolak dan Hi diterima.

Xi + X


(28)

Apabila uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan pada SPSS, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Pilih menu Analyze Non Parametric Test Legacy Dialogs 1-Sampel K-S.

b) Pada dialog box, masukan variabel yang dianalisis dan pilih distribusi normal. c) Setelah pengaturan selesai, kemudian pilihlah Ok.

Pada hasil SPSS, terlihat nilai signifikansi yang selanjutnya disebut dengan Dhitung. Kemudian bandingkan dengan harga Dtabel. Pengujian ini dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (Nugroho, 2011).

2) Melakukan Uji Homogenitas

Menurut Nugroho (2011) pengujian homogenitas dapat menggunakan Anova satu jalur. Asumsi yang dingunakan yaitu variansi populasi harus homogen. Homogen atau tidaknya suatu data, dapat dilihat dari signifikansi hasil homogenitas variansi. Adapun kriteria pengujiannya adalah:

a) Jika tingkat signifikansi > 0,05, maka data dapat dinyatakan homogen. b) Jika tingkat signifikansi < 0,05, maka data dapat dinyatakan tidak homogen.

Langkah-langkah analisis Anova satu jalur menggunakan SPSS dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a) Pilihlah menu AnalyzeCompare MeansOne Way Anova. b) Lakukan pengaturan pada dialog box.

c) Tingkat signifikansi standar SPSS adalah 5%.

d) Lakukan pengaturan pada Option, tampilkan Homogenity of variance test. Kemudian pilih Ok.

3) Uji hipotesis penelitian

Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data nilai pretest dan data Normalized Gain (N-Gain). Menurut Sugiyono (2006), untuk sampel independen (tidak berkorelasi) mempunyai ketentuan sebagai berikut:

a) Jika kedua data terdistribusi normal dan variansinya homogen maka dilanjutkan dengan uji t (test t).


(29)

b) Jika kedua data terdistribusi normal dan variansinya tidak homogen maka dilanjutkan dengan uji t‟ (test t‟).

c) Jika salah satu atau kedua data terdistribusi tidak normal maka langkah selanjutnya digunakan test Mann-Whitney. Tes ini dipilih karena kajian menggunakan dua sampel independen dan bila data tidak terdistribusi normal (Sugiyono 2006).

b. Lembar Observasi Pembelajaran

Data yang didapatkan berupa data hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup pembelajaran yang di dalamnya terdapat tahap-tahap berinkuiri dan konten pembelajaran yang berkenaan dengan konsep yang diteliti. Lembar observasi pembelajaran berupa lembaran yang berisi aspek-aspek yang diamati dan cara melakukan penilaiannya dengan membubuhkan tanda checklist dalam kolom “ya”

atau “tidak”. Pembubuhan checklist disesuaikan dengan pengamatan. Apabila

aspek yang diteliti tampak pada kegiatan pembelajaran tanda checklist dibubuhkan pada kolom ya dan juga sebaliknya. Pilihan jawaban “ya” diberi skor 1,

sedangkan pilihan jawaban “tidak” diberi skor 0.

Pengolahan data yang diperoleh dari lembar observasi pembelajaran adalah sebagai berikut.

1) Penentuan skor untuk setiap indikator

Skor = Jumlah responden yang menjawab „ya‟ + Jumlah responden yang

menjawab „tidak‟

2) Penentuan skor maksmial untuk setiap indikator Skor maksimal = bobot maksimal x jumlah responden

3) Penentuan rata-rata skor untuk setiap indikator

Rata−rata =Jumlah Skor yang Diperoleh


(30)

4) Penentuan persentase skor untuk setiap indikator Persentase = Rata-rata x 100%

5) Penentuan rata-rata persentase skor untuk setiap tahap kegiatan pembelajaran

Rata−rata Persentase =Jumlah Persentase Setiap Indikator

Banyaknya Indikator × 100%

6) Penentuan rata-rata persentase untuk setiap kegiatan berinkuiri

Rata−rata Persentase =Jumlah Persentase Setiap Indikator

Banyaknya Indikator × 100%

c. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi pokok-pokok pertanyaan yang diajukan kepada narasumber saat proses wawancara dilakukan. Narasumber pada penelitian ini adalah guru dan siswa yang berasal dari tiap-tiap kelompok siswa yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah yang masing-masing kelompok diwakili oleh dua orang siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada guru seputar kemudahan dan kesulitan mengajar dengan model inkuiri sedangkan pertanyaan-pertanyaan pengalaman siswa selama proses pembelajaran serta kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung yang berkaitan dengan penguasaan kosep dan kemampuan berinkuiri mereka.

G. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan disesuaikan dengan jam pelajaran kimia di sekolah tempat dilakukannya penelitian. Pembelajaran pada masing-masing kelas dilakukan selama tiga kali pertemuan (6 x 45 menit) termasuk untuk tes kemampuan awal dan akhir siswa.

H. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009).


(31)

Ada tiga jenis variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas (independent) merupakan variabel yang apat mempengaruhi atau menjadi sebab berubahnnya atau timbulnya variabel terikat (dependent). Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas dan variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor yang diteliti.

Variabel-variabel dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran dalam masing-masing kelas. Kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional sedangkan kelas eksperimen menggunakan pembelajaran inkuiri.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran berlangsung berupa penguasaan konsep dan kemampuan berinkuiri.

3. Variabel kontrol adalah materi pelajaran, jumlah jam pelajaran, kemampuan awal siswa di kedua kelas, guru yang menyampaikan materi, media serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pembelajaran.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Pembelajaran inkuiri tidak menghasilkan peningkatan penguasaan konsep siswa yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran inkuiri tidak menghasilkan peningkatan kemampuan berinkuiri siswa yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi guru, hendaknya menerapkan pembelajaran di kelas yang lebih memacu siswa agar mau berpikir dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas agar siswa lebih terlatih untuk mengembangkan kemampuannya dalam proses belajar mengajar.

2. Bagi guru, harus bersikap tegas pada siswa yang membuat suasana belajar mengajar menjadi kurang kondusif agar tidak mengganggu siswa lain yang ingin belajar dengan sungguh-sungguh.

3. Bagi siswa, harus mengubah kebiasaan belajar yang hanya menunggu materi diberikan oleh guru di kelas saja. Belajar untuk belajar mandiri dengan cara membaca buku atau mencari informasi di internet. Siswa juga hendaknya selalu berusaha untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Jika ada yang tidak dipahami berani untuk bertanya dan mencari informasi tentang apa yang tidak dimengerti dari sumber lain.

4. Bagi peneliti selanjutnya, menguji coba instrumen tes hendaknya dilakukan pada beberapa sekolah dan dengan grade sekolah yang beragam.


(33)

5. Bagi peneliti selanjutnya, mempertimbangkan kebiasaan belajar mengajar siswa dan guru jika akan menerapkan pembelajaran inkuiri agar mempermudah jalannya penelitian dan mendapatkan hasil penelitian yang maksimal.

6. Bagi peneliti selanjutnya, prioritaskan guru yang pengelolaan kelasnya baik untuk mengajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri agar mudah mengelola kelas selama jalannya pembelajaran.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid Dua. Jakarta: Erlangga

Dahar, Wilis, R. (1988). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga.

Falkenberg, K. (2006). Science In Afterschool Literature Review.Greensboro: Serve Center at UNCG.

Fauzia, F. (2009). Penerapan Pembelajara Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, UPI: tidak diterbitkan.

Kuswanto, W. (2010). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa SMA pada Sub Materi Sifat Larutan Garam dan Konsep Hidrolisis. Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, UPI: tidak diterbitkan.

Liliasari. (1997). Pengembangan Model-model Pembelajaran Materi Subyek untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Calon Guru IPA. Bandung: FPMIPA UPI.

Majid, A. (2011). Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(35)

Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Orlich, C. (2010). Teaching Strategies (A Guide to Effective Instruction) Ninth Edition. Boston: Wadsworth.

Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sadeh, I dan Zion, M. (2011).Which Type of Inquiry Project Do High School Biology Student Prefer: Open or Guide?. [Online]. Tersedia:http://www. http://weizmann.ac.il15 Januari 2012]

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Bandung.

Sandoval, A dan Harven, A. (2010). Urban Middle School Students’ Perceptions of The Value and Difficulty of Inquiry. [Online]. Tersedia:http://www. http://spinerlink.com.[15 Januari 2012]

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta: Prenada Media Group.

Silalahi, R. (2011). Kontribuusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam Jurnal Pengajaran Edisi Khusus.[Online], No 2. Tersedia: http://www.jurnal.upi.edu. [16 januari 2012]


(36)

Sunarya, Y. (2007). Kimia Umum. Bandung : Alkemi Grafisindo Press.

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Svehla, G. (1990). Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.

Ulpiyana, Ayra. (2011). Penerapan Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berinkuiri Siswa Pada Topik Sifat Larutan Penyangga. Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, UPI: Tidak Diterbitkan.


(1)

Raniutami Widiyanti, 2014

Penerapan Pembelajaran Inkuiri Dalam Upaya Peningkatan Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berinkuiri Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

45 Ada tiga jenis variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas (independent) merupakan variabel yang apat mempengaruhi atau menjadi sebab berubahnnya atau timbulnya variabel terikat (dependent). Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas dan variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor yang diteliti.

Variabel-variabel dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran dalam masing-masing kelas. Kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional sedangkan kelas eksperimen menggunakan pembelajaran inkuiri.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran berlangsung berupa penguasaan konsep dan kemampuan berinkuiri.

3. Variabel kontrol adalah materi pelajaran, jumlah jam pelajaran, kemampuan awal siswa di kedua kelas, guru yang menyampaikan materi, media serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pembelajaran.


(2)

62 Raniutami Widiyanti, 2014

Penerapan Pembelajaran Inkuiri Dalam Upaya Peningkatan Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berinkuiri Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Pembelajaran inkuiri tidak menghasilkan peningkatan penguasaan konsep siswa yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran inkuiri tidak menghasilkan peningkatan kemampuan berinkuiri siswa yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi guru, hendaknya menerapkan pembelajaran di kelas yang lebih memacu siswa agar mau berpikir dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas agar siswa lebih terlatih untuk mengembangkan kemampuannya dalam proses belajar mengajar.

2. Bagi guru, harus bersikap tegas pada siswa yang membuat suasana belajar mengajar menjadi kurang kondusif agar tidak mengganggu siswa lain yang ingin belajar dengan sungguh-sungguh.

3. Bagi siswa, harus mengubah kebiasaan belajar yang hanya menunggu materi diberikan oleh guru di kelas saja. Belajar untuk belajar mandiri dengan cara membaca buku atau mencari informasi di internet. Siswa juga hendaknya selalu berusaha untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Jika ada yang tidak dipahami berani untuk bertanya dan mencari informasi tentang apa yang tidak dimengerti dari sumber lain.

4. Bagi peneliti selanjutnya, menguji coba instrumen tes hendaknya dilakukan pada beberapa sekolah dan dengan grade sekolah yang beragam.


(3)

63 Raniutami Widiyanti, 2014

Penerapan Pembelajaran Inkuiri Dalam Upaya Peningkatan Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berinkuiri Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

5. Bagi peneliti selanjutnya, mempertimbangkan kebiasaan belajar mengajar siswa dan guru jika akan menerapkan pembelajaran inkuiri agar mempermudah jalannya penelitian dan mendapatkan hasil penelitian yang maksimal.

6. Bagi peneliti selanjutnya, prioritaskan guru yang pengelolaan kelasnya baik untuk mengajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri agar mudah mengelola kelas selama jalannya pembelajaran.


(4)

Raniutami Widiyanti, 2014

Penerapan Pembelajaran Inkuiri Dalam Upaya Peningkatan Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berinkuiri Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

64 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid Dua. Jakarta: Erlangga

Dahar, Wilis, R. (1988). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga.

Falkenberg, K. (2006). Science In Afterschool Literature Review.Greensboro: Serve Center at UNCG.

Fauzia, F. (2009). Penerapan Pembelajara Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, UPI: tidak diterbitkan.

Kuswanto, W. (2010). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa SMA pada Sub Materi Sifat Larutan Garam dan Konsep Hidrolisis. Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, UPI: tidak diterbitkan.

Liliasari. (1997). Pengembangan Model-model Pembelajaran Materi Subyek untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Calon Guru IPA. Bandung: FPMIPA UPI.

Majid, A. (2011). Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(5)

Raniutami Widiyanti, 2014

Penerapan Pembelajaran Inkuiri Dalam Upaya Peningkatan Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berinkuiri Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

65 Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Orlich, C. (2010). Teaching Strategies (A Guide to Effective Instruction) Ninth Edition. Boston: Wadsworth.

Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sadeh, I dan Zion, M. (2011).Which Type of Inquiry Project Do High School Biology Student Prefer: Open or Guide?. [Online]. Tersedia:http://www. http://weizmann.ac.il15 Januari 2012]

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Bandung.

Sandoval, A dan Harven, A. (2010). Urban Middle School Students’ Perceptions of The Value and Difficulty of Inquiry. [Online]. Tersedia:http://www. http://spinerlink.com.[15 Januari 2012]

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta: Prenada Media Group.

Silalahi, R. (2011). Kontribuusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam Jurnal Pengajaran Edisi Khusus.[Online], No 2. Tersedia: http://www.jurnal.upi.edu. [16 januari 2012]


(6)

Raniutami Widiyanti, 2014

Penerapan Pembelajaran Inkuiri Dalam Upaya Peningkatan Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berinkuiri Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

66 Sunarya, Y. (2007). Kimia Umum. Bandung : Alkemi Grafisindo Press.

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Svehla, G. (1990). Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.

Ulpiyana, Ayra. (2011). Penerapan Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berinkuiri Siswa Pada Topik Sifat Larutan Penyangga. Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, UPI: Tidak Diterbitkan.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CORE DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

11 101 131

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

0 5 45

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN UNTUK MENINGKATKAN METAKOGNISI SISWA SMA

1 48 270

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 2 22

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS PRAKTIKUN TERHADAP HASIL BELAJAR SIWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 17

PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 12 47

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 36

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI LABORATORIUM TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 41

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN - repository UPI S KIM 0802611 Title

0 0 3

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN - repository UPI S KIM 0802611 Title

0 0 3