Efek Larvisida Infusa Daun Gandarusa (Justicia Gendarussa Burm.F.) Terhadap Larva Culex sp.
iv
ABSTRAK
EFEK LARVISIDA INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP LARVA Culex sp.
Carolina, 2014 Pembimbing : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Nyamuk, terutama Culex, merupakan vektor penularan berbagai penyakit di negara tropis. Banyak cara telah dilakukan untuk mengatasi nyamuk Culex sp., salah satunya dengan penggunaan larvisida sintetis. Namun, pemakaian obat-obat kimia banyak menyebabkan kerugian. Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. f) merupakan tanaman yang dipercaya masyarakat memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai larvisida.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui bahwa infusa daun gandarusa (IDG) dapat digunakan sebagai larvisida Culex sp. dan nilai konsentrasi LC50 IDG sebagai larvisida terhadap Culex sp.
Desain penelitian eksperimental laboratorium sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Larva Culex sp. sebanyak 750 ekor dibagi dalam 6 perlakuan dengan 5 pengulangan, kemudian diberikan IDG kosentrasi 0,8%, 1,6%, 3,2%, 6,4%, temephos 1%, dan aquades. Setiap gelas diisi dengan 25 ekor larva Culex sp. dan diamati jumlah larva yang mati setelah 24 jam. Analisis data dengan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata LSD. Nilai bermakna bila p<0,05, menggunakan perangkat lunak komputer.
Hasil penelitian didapatkan persentase kematian dengan IDG konsentrasi 1,6% (36,8%), 3,2% (56%), dan 6,4% (76,8%) terhadap kontrol negatif memiliki p = 0,000 dan pada IDG konsentrasi 0,8% (19,2%) terhadap kontrol negatif memiliki
p = 0,007. Simpulan penelitian adalah infusa daun gandarusa memiliki efek larvisida terhadap nyamuk Culex sp. dengan LC50 sebesar 3,248%.
(2)
v ABSTRACT
THE LARVICIDES EFFECT OF WILLOW LEAF INFUSION (Justicia gendarussa Burm. f.) AGAINST Culex sp. LARVAE
Carolina, 2014 Tutor: Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc.
Culex is a vector of various diseases in tropical country. Many efforts have been made to overcome Culex, such as the use of synthetic larvicides. However, the use of chemical drugs causes a lot of harm. Willow (Justicia gendarussa
Burm. f) is trusted by community to have larvicides effect.
The purpose was to determine the used of willow leaf infusion (WLI) and the LC50 concetration value of IDG as larvicides against Culex sp.
The research design was real laboratory experimental with completely randomized design (CRD). Divided 720 Culex larvae into 6 treatments with 5 repetitions and gived 0.8%, 1.6%, 3.2%, 6.4% IDG concentrations, 1% temephos, and distilled water. Filled each glass with 25 Culex larvae and observed how many larvae that had dead after 24 hours. To analysis data used one-way ANOVA followed by a multiple comparisons LSD. The value was significant if p <0.05, used computer software.
The results showed the percentage of deaths by IDG concentration of 0.8% (19.2%), 1.6% (36.8%), 3.2% (56%), and 6.4% (76.8%) with very significant differences (p <0.01) for negative control. The conclusion was the willow leaf infusion had larvicidal effect against mosquito Culex sp. with LC50 value is
3,248%.
(3)
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 2
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2
1.4Manfaat Penelitian ... 2
1.4.1 Manfaat Akademis ... 2
1.4.2 Manfaat Praktis ... 2
1.6Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3
1.6.1 Kerangka Pemikiran ... 3
1.6.2 Hipotesis ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Gandarusa ... 5
2.1.1 Taksonomi ... 5
2.1.2 Morfologi ... 6
2.1.3 Distribusi ... 6
(4)
ix
2.1.5 Pemakaian ... 8
2.2Biologi Nyamuk Umum ... 9
2.3Culex sp. ... 10
2.3.1 Taksonomi ... 10
2.3.2 Siklus Hidup ... 11
2.3.2.1Telur ... 11
2.3.2.2Larva ... 12
2.3.2.3Pupa ... 13
2.3.2.4Nyamuk Dewasa ... 13
2.3.3 Penyebaran ... 14
2.4Penyakit yang Dapat Ditularkan Culex sp. ... 14
2.4.1 Filariasis ... 14
2.4.1.1Penyebaran ... 14
2.4.1.2Etiologi ... 15
2.4.1.3Occult Filariasis ... 16
2.4.1.4Patofisiologi ... 16
2.4.1.5Aspek Klinik ... 17
2.4.1.6Diagnosis ... 18
2.4.1.7Pengobatan ... 19
2.4.2 Arbovirus ... 20
2.4.2.1Arbovirus Grup A ... 20
2.4.2.1.1 Sindbis Virus ... 21
2.4.2.1.2 Western Equine Encephalitis (WEE) ... 21
2.4.2.1.3 Eastern Equine Encephalitis (EEE) ... 23
2.4.2.2Arbovirus Grup B ... 27
2.4.2.2.1 Saint Louis Encephalitis (SLE) ... 27
2.4.2.2.2 Japanese Encephalitis (JE) ... 29
2.4.2.2.3 Murray Valley Encephalitis ... 32
2.4.2.2.4 West Nile Virus ... 32
2.4.2.3Arbovirus Grup C ... 35
(5)
x
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan ... 37
3.1.1 Alat ... 37
3.1.2 Bahan ... 37
3.1.3 Subyek Penelitian ... 37
3.2Metode Penelitian ... 38
3.2.1 Desain Penelitian ... 38
3.2.2 Besar Replikasi ... 38
3.2.3 Variable Penelitian ... 39
3.2.3.1Definisi Konsepsional Variabel ... 39
3.2.2.2Definisi Operasional Variabel ... 39
3.2.4 Prosedur Kerja ... 39
3.2.4.1Persiapan Bahan Uji ... 39
3.2.4.2Pembuatan Simplisia ... 40
3.2.4.3Pembuatan Infusa ... 40
3.2.5 Persiapan Hewan Coba ... 40
3.2.6 Prosedur Penelitian ... 41
3.3Metode analisis ... 41
3.3.1 Analisis Data ... 41
3.3.2 Hipotesis Statistik ... 41
3.3.3 Kriteria Uji ... 42
3.4Tempat dan Waktu Penelitian ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil dan Pembahasan ... 43
4.1.1 Hasil Percobaan ... 43
4.1.2 Pembahasan ... 46
4.2Pengujian Hipotesis Penelitian ... 47
(6)
xi
4.2.2 Kriteria Uji ... 48
4.3Hal-hal yang Mendukung ... 48
4.4Hal-hal yang Tidak Mendukung ... 48
4.5Simpulan ... 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 49
5.2Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
LAMPIRAN ... 54
(7)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Larva yang Mati Setelah Diberi Perlakuan ... 43 Tabel 4.2 Tabel ANAVA ... 44 Tabel 4.3 Tabel Multiple Comparison LSD ... 45
(8)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Gandarusa ... 5
Gambar 2.2: Morfologi Nyamuk Dewasa ... 9
Gambar 2.3: Bagian-bagian dari Probosis Nyamuk Dewasa ... 10
Gambar 2.4 Culex sp. ... 10
Gambar 2.5 Siklus Hidup Nyamuk ... 11
Gambar 2.6 Bagian-bagian Larva Nyamuk Culex sp. ... 12
Gambar 2.7 Larva Culex sp. ... 12
Gambar 2.8 Pupa Culex sp. ... 12
Gambar 2.8 Nyamuk Dewasa Culex sp. Jantan (Kiri) dan Betina (Kanan) ... 12
Gambar 2.9 Siklus Hidup Wuchereria bancrofti Pada Manusia dan Vektor Nyamuk ... 15
Gambar 2.11 Peta Penyebaran Japannese Encephalitis di Dunia ... 32
Gambar 2.12 Siklus Transmisi West Nile Virus ... 33
(9)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Dosis ... 54
Lampiran 2 Tabel Uji ANAVA Satu Arah ... 56
Lampiran 3 Tabel Uji Beda Rata-rata LSD ... 57
Lampiran 4 Tabel Uji Analisa Regresi Probit ... 58
Lampiran 5 Surat Determinasi Tanaman ... 59
(10)
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyamuk merupakan vektor penularan penyakit terutama di negara-negara beriklim tropis seperti Indonesia. Filariasis, West Nile virus (WNV), Saint Louis encephalitis (SLE), dan Eastern Equine encephalitis (EEE) merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Culex sp. melalui cucukan (Al-Ali, et al., 2008).
Pasien filariasis akan mengalami kecacatan permanen. Berdasarkan World Health Organization (WHO), filariasis merupakan penyebab kecacatan kedua terbanyak di dunia (Wayangankar & Bronze, 2013). Kasus filariasis di Indonesia sangat tinggi, berdasarkan survei tahun 2000 didapatkan 6.500 kasus kronis pada 26 provinsi (Dit. Jend. PPM & PL, 2009). West Nile virus meyebabkan kelainan sistem neural seperti encephalitis dan meningitis pada 1% penderita, serta 10% pasien yang terkena kelainan sistem neural akibat virus ini meninggal (CDC, 2013). Orang yang terinfeksi SLE akan mengalami koma sebanyak 5% dan kelumpuhan nervus kranialis sebanyak 25% (Somboonwit, 2013). EEE merupakan penyakit paling berbahaya yang ditularkan oleh nyamuk Culex sp. di Amerika karena memiliki nilai mortalitas 33% dan yang bertahan hidup akan mengalami kerusakan otak yang parah (CDC, 2010).
Banyak cara telah dilakukan untuk mengatasi nyamuk Culex sp., salah satunya dengan penggunaan larvisida sintetis. Pemakaian obat-obatan kimia seperti temephos dapat menimbulkan banyak kerugian seperti bau tidak enak, timbul karatan dalam drum penampung air, kemungkinan dampak resistensi terhadap nyamuk, dan kerusakan ekosistem (Rumengan, 2010). Salah satu cara untuk mengatasi hal ini yaitu dengan penggunaan larvisida alami, sehingga dampak kerugian temephos dapat teratasi (Sudjari, et al., 2005). Contoh larvisida alami yang dapat digunakan yaitu gandarusa, legundi, mimba, cengkeh, dan lainnya.
(11)
Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. f) dapat juga ditemukan tersebar di Jawa dan hampir di seluruh Indonesia. Tumbuhan ini umumnya tumbuh di pinggir hutan dan di atas tanggul sungai. Gandarusa memiliki banyak manfaat yang telah dipakai oleh masyarakat sejak dahulu, salah satunya sebagai larvisida terhadap
Anopheles stephensi, anti nyeri, anti radang, dan lain sebaginya (StuartXchange, 2012).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identitifikasi masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apakah infusa daun gandarusa memiliki efek larvisida terhadap Culex sp.
2. Berapa nilai LC50 infusa daun gandarusa sebagai larvisida terhadap Culex sp.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Mengetahui efek larvisida infusa daun gandarusa terhadap Culex sp.
2. Mengetahui nilai LC50 infusa daun gandarusa sebagai larvisida terhadap Culex sp.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan farmakologi dan parasitologi mengenai efek larvisida daun gandarusa.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat sekitar mengenai manfaat gandarusa sebagai larvisida yang ramah lingkungan.
(12)
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Gandarusa memiliki kandungan justisin (alkaloid), flavonol-3-glikosida,
gendarusin A dan B (flavonoid), luteolin, isoorientin (luteolin-6-c-glikosida), kumarin, iridoit, saponin, minyak atsiri, tanin dan kalium (Bambang, et al., 2007; Iqbal, 2008).
Flavonoid adalah racun pernafasan dengan mekanisme kerja merusak saraf pada sistem pernafasan sehingga menyebabkan larva tidak dapat bernafas hingga akhirnya mati (Cania B & Setyanimgrum, 2013). Tanin dan flavonoid
mengkoagulasi protein yang akan membentuk kompleks protein sehingga mengubah susunan protein dan menyebabkan kerusakan protein (Bruneton, 1999). Tanin bekerja sebagai racun perut dengan membentuk ikatan kompleks dengan protein pada enzim dan substrat sehingga menghambat kerja enzim tersebut dan menyebabkan gangguan pencernaan serta kerusakan dinding sel larva (Sumilih, et al., 2010).
Saponin merupakan racun perut yang bekerja dengan mengganggu pencernaan dan merusak dinding sel (Sumilih, et al., 2010). Kerusakan dinding sel tersebut dikarenakan sifat saponin yang bekerja mengikat protein dan lipid membran sel sehingga terjadi perubahan struktur protein dan lipid yang menyebabkan penurunan tegangan permukaan sehingga terjadi osmosis intraselular dan menyebabkan lisis sel (Pratiwi, et al., 2013). Saponin bersama alkaloid bekerja menghambat enzim asetilkolinesterase yang menyebabkan penumpukan asetilkolin. Penumpukan ini akan mengganggu transmisi rangsang dan menyebabkan kontraksi yang terus menerus sehingga larva menjadi kejang hingga menimbulkan kematian (Cania B & Setyanimgrum, 2013; Sinaga, 2009).
Temephos memiliki mekanisme kerja menghambat enzim asetilkolinesterase pada vetebrata dan invetebrata. Penghambatan enzim ini akan menyebabkan penimbunana asetilkolin sehingga terjadi gangguan pada aktivitas syaraf.
(13)
Penimbunan ini mengakibatkan kontraksi terus menerus dari otot hingga menimbulkan kejang dan kematian pada larva (Ridha & Nisa, 2012).
1.5.2 Hipotesis
(14)
49 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan
1. Infusa daun gandarusa memiliki efek larvisida terhadap Culex sp.
2. Nilai konsentrasi LC50 infusa daun gandarusa sebagai larvisida
terhadap Culex sp. adalah 3,248%.
5.2Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bentuk sediaan galenik lainnya seperti air perasan.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan spesies larva yang berbeda.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan stadium perkembangan nyamuk yang berbeda.
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bagian tanaman lainnya.
5. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mencari senyawa aktif daun gandarusa yang paling efektif sebagai larvisida.
6. Diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan konsentrasi yang lebih besar agar didapat efek larvisida yang sama dengan temefos.
(15)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Carolina
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 7 Febuari 1993
Alamat : Cluster Taman Sari, Blok HN8 no. 25, Harapan Indah 2
Bekasi Barat
Email : ageha107@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
1. 1999 lulus TK Alodia, Bekasi Barat 2. 2005 lulus SD St. John, Bekasi Barat 3. 2008 lulus SMP St. John, Bekasi Barat
4. 2011 lulus SMA BPK Penabur Harapan Indah, Bekasi Barat
(16)
EFEK LARVISIDA INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP LARVA Culex sp. THE LARVICIDES EFFECT OF WILLOW LEAF INFUSION
(Justicia gendarussa Burm. f.) AGAINST Culex sp. LARVAE
Carolina1, Rita Tjokropranoto 2
1 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
2 Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAK
Nyamuk, terutama Culex, merupakan vektor penularan berbagai penyakit di negara tropis.
Banyak cara telah dilakukan untuk mengatasi nyamuk Culex sp., salah satunya dengan
penggunaan larvisida sintetis. Namun, pemakaian obat-obat kimia banyak menyebabkan
kerugian. Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. f) merupakan tanaman yang dipercaya
masyarakat memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai larvisida.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui bahwa infusa daun gandarusa (IDG) dapat digunakan sebagai larvisida Culex sp. dan nilai konsentrasi LC50 IDG sebagai larvisida
terhadap Culex sp.
Desain penelitian eksperimental laboratorium sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Larva Culex sp. sebanyak 720 ekor dibagi dalam 6 perlakuan dengan 5 pengulangan,
kemudian diberikan IDG kosentrasi 0,8%, 1,6%, 3,2%, 6,4%, temephos 1%, dan aquades.
Setiap gelas diisi dengan 25 ekor larva Culex sp. dan diamati jumlah larva yang mati setelah 24
jam. Analisis data dengan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata LSD. Nilai bermakna bila p<0,05, menggunakan perangkat lunak komputer.
Hasil penelitian didapatkan persentase kematian dengan IDG konsentrasi 1,6% (36,8%),
3,2% (56%), dan 6,4% (76,8%) terhadap kontrol negatif memiliki p = 0,000 dan pada IDG
konsentrasi 0,8% (19,2%) terhadap kontrol negatif memiliki p = 0,007. Karena itu dapat
disimpulkan bahwa infusa daun gandarusa memiliki efek larvisida terhadap nyamuk Culex sp.
dengan LC50 sebesar 3,248%.
Kata kunci: infusa daun gandarusa, Culex sp., larvisida
ABSTRACT
Culex is a vector of various diseases in tropical country. Many efforts have been made to overcome Culex, such as the use of synthetic larvicides. However, the use of chemical drugs causes a lot of harm. Willow (Justicia gendarussa Burm. f) is trusted by community to have larvicides effect.
The purpose was to determine the used of willow leaf infusion (WLI) and the LC50 concetration value of IDG as larvicides against Culex sp.
The research design was real laboratory experimental with completely randomized design (CRD). Divided 720 Culex larvae into 6 treatments with 5 repetitions and gived 0.8%, 1.6%, 3.2%, 6.4% IDG concentrations, 1% temephos, and distilled water. Filled each glass with 25
(17)
Culex larvae and observed how many larvae that had dead after 24 hours. To analysis data used one-way ANOVA followed by a multiple comparisons LSD. The value was significant if p <0.05, used computer software.
The results showed the percentage of deaths by IDG concentration of 0.8% (19.2%), 1.6% (36.8%), 3.2% (56%), and 6.4% (76.8%) with very significant differences (p <0.01) for negative control. The conclusion was the willow leaf infusion had larvicidal effect against mosquito Culex sp. with LC50 value is 3,248%.
Keywords: willow leaf infusion, Culex sp., larvicides effect
PENDAHULUAN
Nyamuk merupakan vektor penularan
penyakit terutama di negara-negara
beriklim tropis seperti Indonesia. Filariasis,
West Nile virus (WNV), Saint Louis encephalitis (SLE), dan Eastern Equine encephalitis (EEE) merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
Culex sp. melalui cucukan (1).
Pasien filariasis akan mengalami
kecacatan permanen. Berdasarkan World
Health Organization (WHO), filariasis merupakan penyebab kecacatan kedua terbanyak di dunia (2). Kasus filariasis di
Indonesia sangat tinggi, berdasarkan survei tahun 2000 didapatkan 6.500 kasus kronis pada 26 provinsi (3). Sedangkan 1% dari
mereka yang terkena West Nile virus
mengalami kelainan sistem neural seperti encephalitis dan meningitis, serta 10% pasien yang terkena kelainan sistem neural akibat virus ini meninggal (4). Orang yang
terinfeksi SLE akan mengalami koma (5%)
dan kelumpuhan nervus kranialis (25%) (5).
EEE merupakan penyakit paling berbahaya yang ditularkan oleh nyamuk Culex sp. di Amerika karena memiliki nilai mortalitas 33% dan yang bertahan hidup akan
mengalami kerusakan otak yang parah (6).
Banyak cara telah dilakukan untuk
mengatasi nyamuk Culex sp., salah satunya
dengan penggunaan larvisida sintetis. Pemakaian obat-obatan kimia seperti temephos dapat menimbulkan banyak kerugian seperti bau tidak enak, timbul karatan dalam drum penampung air, kemungkinan dampak resistensi terhadap
nyamuk, dan kerusakan ekosistem (7). Salah
satu cara untuk mengatasi hal ini yaitu
dengan penggunaan larvisida alami,
sehingga dampak kerugian temephos dapat teratasi (8). Contoh larvisida alami yang
dapat digunakan yaitu gandarusa, legundi, mimba, cengkeh, dan lainnya.
Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. f) dapat juga ditemukan tersebar di Jawa dan hampir di seluruh Indonesia. Tumbuhan ini umumnya tumbuh di pinggir hutan dan di atas tanggul sungai. Gandarusa memiliki banyak manfaat yang telah dipakai oleh masyarakat sejak dahulu, salah satunya sebagai larvisida, anti nyeri, anti radang, dan lain sebaginya (9).
Gandarusa memiliki kandungan justisin
(alkaloid), flavonol-3-glikosida, gendarusin A dan B (flavonoid), luteolin, isoorientin (luteolin-6-c-glikosida), kumarin, iridoit, saponin, minyak atsiri, tanin dan kalium
(10; 11).
Flavonoid adalah racun pernafasan
dengan mekanisme kerja merusak saraf
pada sistem pernafasan sehingga
menyebabkan larva tidak dapat bernafas
hingga akhirnya mati (12). Tanin dan
flavonoid mengkoagulasi protein yang
akan membentuk kompleks protein
sehingga mengubah susunan protein dan
menyebabkan kerusakan protein (13).
Tanin bekerja sebagai racun perut dengan membentuk ikatan kompleks dengan protein pada enzim dan substrat
sehingga menghambat kerja enzim
tersebut dan menyebabkan gangguan pencernaan serta kerusakan dinding sel larva (14).
(18)
Saponin merupakan racun perut yang bekerja dengan mengganggu pencernaan
dan merusak dinding sel (14). Kerusakan
dinding sel tersebut dikarenakan sifat saponin yang bekerja mengikat protein dan lipid membran sel sehingga terjadi perubahan struktur protein dan lipid yang
menyebabkan penurunan tegangan
permukaan sehingga terjadi osmosis
intraselular dan menyebabkan lisis se (15).
Saponin bersama alkaloid bekerja
menghambat enzim asetilkolinesterase
yang menyebabkan penumpukan
asetilkolin. Penumpukan ini akan
mengganggu transmisi rangsang dan
menyebabkan kontraksi yang terus
menerus sehingga larva menjadi kejang hingga menimbulkan kematian (12; 16).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek larvisida infusa daun
gandarusa terhadap Culex sp. dan nilai
LC50 infusa daun gandarusa sebagai
larvisida terhadap Culex sp.
ALAT, BAHAN, dan SUBYEK
PENELITIAN
Alat yang digunakan adalah timbangan, pemanas air, panci infusa, gelas ukur, gelas beker, gelas plastik 250 ml, pipet tetes,
saringan, kain flannel, termometer,
stopwatch/ jam tangan, corong, kaki tiga. Bahan yang digunakan adalah daun gandarusa (Justicia gendarussa Burm. f.),
temephos 1%, larva Culex sp., akuades,
makanan ikan yang telah dihaluskan untuk makanan larva.
Subjek penelitian adalah larva Aedes
sp. instar III sebagai hewan coba sebanyak
750 ekor diperoleh dari Laboratorium Entomologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB).
PROSEDUR PENELITIAN
Botol-botol gelas plastik 240 ml
dibagi menjadi 6 kelompok (I, II, III, IV, V dan VI) di mana masing-masing kelompok terdapat 5 buah gelas plastik.
Kelompok I diisi dengan 100 ml
infusa daun gandarusa 0,8% dan 25 larva Culex sp.
Kelompok II diisi dengan 100 ml
infusa daun gandarusa 1,6% dan 25 larva Culex sp.
Kelompok III diisi dengan 100 ml
infusa daun gandarusa 3,2% dan 25 larva Culex sp.
Kelompok IV diisi dengan 100 ml
infusa daun gandarusa 6,4% dan 25 larva Culex sp.
Kelompok V diisi dengan akuades dan
25 larva Culex sp.
Kelompok VI diisi dengan 100 ml
temephos 1% dan 25 larva Culex sp.
Pengamatan dilakukan selama 24 jam
dan hitung jumlah larva yang mati dari setiap gelas plastik pada masing-masing kelompok.
ANALISIS DATA
Analisis data jumlah larva yang mati dihitung menggunakan ANAVA satu arah dengan α = 0,05. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05 dan apabila bermakna dilanjutkan dengan uji beda rerata LSD dengan α = 0,05. Untuk LC50
didapatkan dengan analisis probit.
HASIL dan PEMBAHASAN
Dari penelitian yang telah dilakukan
dengan membagi 750 ekor larva Culex sp.
menjadi 6 kelompok perlakuan, yaitu infusa daun gandarusa dengan konsentrasi 0,8%, 1,6%, 3,2%, dan 6,4%, kontrol negatif dengan akuades, dan kontrol positif
(19)
dengan temephos 0,0001% di mana masing-masing kelompok dilakukan 5 kali
pengulangan, maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Larva yang Mati Setelah Diberi Perlakuan
Pengulangan N Jumlah larva yang mati (ekor)
I II III IV V VI
1 25 3 9 13 16 0 25
2 25 6 8 10 24 0 25
3 25 2 10 16 21 1 25
4 25 5 12 18 18 0 25
5 25 8 7 13 17 2 25
Rerata 25 4,8 9,2 14 19,2 0,6 25
% Mortalitas 100 19,2 36,8 56 76,8 2,4 100
Keterangan:
N : Jumlah larva di setiap perlakuan
I : Infusa daun gandarusa 0,8 %
II : Infusa daun gandarusa 1,6 %
III : Infusa daun gandarusa 3,2 %
IV : Infusa daun gandarusa 6,4 %
V : Akuades
VI : Temephos 0,0001%
Pada hasil percobaan diketahui bahwa infusa daun gandarusa memiliki efek larvisida. Efek terkecil didapatkan pada konsentrasi 0,8% dengan rerata 4,8 larva yang mati (19,2%) dan efek tertinggi didapatkan pada konsentrasi tertinggi
yaitu pada konsentrasi 6,4% dengan rerata jumlah larva yang mati 19,2 larva (76,8%). Dari percobaan ini diketahui bahwa jumlah konsentrasi infusa daun gandarusa berbanding lurus dengan efek larvisida dari infusa daun gandarusa tersebut.
Tabel 4.2 Hasil ANAVA Jumlah Larva yang Mati Setelah 24 jam
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1940 5 388 226,019 ,000
Within Groups 41,2 24 1,717
Total 1981,2 29
Hasil tabel ANAVA di atas, diketahui nilai Fhitung = 81,784 > Ftabel1% = 9,47, serta
nilai p = 0,000. Nilai p = 0,000
menunjukkan hasil yang sangat bermakna, yang berarti minimal ada sepasang perlakuan yang berbeda.
Hasil uji beda rata-rata LSD diketahui adanya perbedaan sangat bermakna (p < 0,01) antara kontrol negatif dengan konsentrasi infusa daun gandarusa 0,8%,
1,6%, 3,2%, dan 6,4%. Hal ini
menunjukkan bahwa semua konsentrasi infusa daun gandarusa yang diuji pada
percobaan memiliki efek larvisida terhadap
Culex sp. Semua konsentrasi infusa daun gandarusa yang diuji pada percobaan memiliki efek larvisida yang berbeda antara satu sama lain.
LC50 merupakan konsentrasi yang
diperlukan oleh suatu bahan uji untuk meyebabkan kematian pada 50% hewan
coba. Untuk mengetahui LC50, maka
dilakukan uji analisa regresi Probit dengan menggunakan suatu perangkat lunak komputer. Hasil dari uji analisa regresi
(20)
Probit didapatkan nilai LC50 infusa daun
gandarusa sebesar 3,248%.
Penelitian efek larvisida dari daun gandarusa sebelumnya pernah dilakukan di India. Pada penilitian ini digunakan sebelas jenis tanaman yang berbeda dan salah satunya ialah gandarusa. Dari penelitian itu diketahui bahwa efek
larvasida ekstrak gandarusa pada
konsentrasi 10% terhadap larva instar III
Anophles stephensi didapatkan LC50
sebesar 4,160 ppm (17).
Daun gandarusa memiliki efek larvisida
karena mengandung flavonoid, tanin,
saponin, dan alkaloid. Flavonoid
merupakan inhibitor kuat pernafasan
dengan merusak saraf pada sistem
pernafasan sehingga menyebabkan larva tidak dapat bernafas hingga akhirnya mati
(12). Flavonoid juga dapat mengganggu
protein fungsional (enzim) dengan cara
membuat kompleks protein yang
mengubah susunan protein enzim tersebut sehingga menyebabkan rusaknya protein enzim. Bila enzim ini terinaktivasi karena kerusakan protein, maka metabolisme sel akan terganggu yang kemudian akan menyebabkan sel kekurangan energi dan larva akan mati lemas (15). Tanin bekerja
membentuk ikatan kompleks dengan protein pada enzim dan substrat sehingga
terjadi penghambatan enzim yang
menyebabkan gangguan pada pencernaan
larva karena adanya gangguan
metabolisme energi dan kerusakan dinding sel (14; 15). Saponin dapat mengubah struktur
protein dan lipid pada membran sel larva
yang akan menurunkan tegangan
permukaan sel dan menyebabkan
terjadinya osmosis intraseluler yang
berakhir pada lisis sel (15). Alkaloid dan
saponin bekerja menghambat enzim
asetilkolinesterase sehingga menyebabkan
penumpukan asetilkolin yang
mengakibatkan gangguan transmisi
rangsang sehingga terjadi kontraksi yang
terus menerus dan menyebabkan
timbulnya kejang yang berakhir pada kematian larva (12; 16).
SIMPULAN
Infusa daun gandarusa memiliki efek larvisida terhadap Culex sp. dengan nilai
konsentrasi LC50 infusa daun gandarusa
sebagai larvisida terhadap Culex sp. adalah
3,248%. SARAN
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bentuk sediaan galenik lainnya seperti air perasan, menggunakan spesies larva yang berbeda, stadium perkembangan nyamuk yang berbeda, menggunakan bagian tanaman lainnya, menggunakan konsentrasi yang lebih besar agar didapat efek larvisida yang sama dengan temefos, dan untuk mencari senyawa aktif daun gandarusa yang paling efektif sebagai larvisida.
DAFTAR PUSTAKA
1. A Study on Culex Species and Culex Transmitted Diseases in AI-Madinah. Al-Ali, Khalil H., et al., et al. 2008, Parasitologists United Journal, Vol. I, pp. 101-108.
2. Wayangankar, Siddharth and Bronze,
Michael Stuart. Filariasis. CDC. [Online]
May 20, 2013. [Cited: November 10, 2014.] http://emedicine.medscape.com/article/217 776-overview#showall.
3. Dit. Jend. PPM & PL. Mengenal
Filariasis (Penyakit Kaki Gajah). Jakarta : Bakti Husada, 2009.
4. CDC. CDC Centers of Disease Control
and Prevention. [Online] November 22,
2013. [Cited: Januari 9, 2014.]
(21)
5. Somboonwit, Charurut. Medscape.
emedicine. [Online] Juli 25, 2013. [Cited:
Januari 15, 2014.]
http://emedicine.medscape.com/article/233 710-clinical.
6. CDC. Eastern Equine Encephalitis.
Centers of Disease Control and Prevention.
[Online] Agustus 16, 2010. [Cited: Januari
15, 2014.]
http://www.cdc.gov/easternequineencepha litis/.
7. Uji Larvasida Nyamuk (Aedes aegypti) Dari Ascidian (Didemnum molle).
Rumengan, Antonius P. Agustus 2010, Jurnal Perikanan dan Kelautan, Vols. VI-2, pp. 83-86.
8. Efek Ekstrak Biji Sirsak (Annona muricata L) Sebagai Larvasida Aedes sp.
Sudjari, Kalsum, Umi and Prasetya, Citra
Ahdi. 2005, Journal Kedokteran
Universitas Brawijaya.
9. StuartXchange. Tuhod Manok.
Philippine Medicinal Plane. [Online] Juli
2012. [Cited: Januari 9, 2014.]
http://www.stuartxchange.com/Tuhod-manok.html.
10. Analisis Kadar Gendarusin A pada Tanaman Budidaya Justicia gendarussa Burm. f. Bambang, Prajogo E.W., Dudy, S. and Mulja, H. S. Juli 4, 2007, Jurnal Farmasi Indonesia, Vol. III/4, pp. 176-180.
11. Iqbal, Julian M. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Etanol Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm.) Terhadap Kadar Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih Jantan.
Jakarta : Universitas Indonesia, 2008. 12. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia). Cania B, Eka and
Setyanimgrum, Indah. Februari 2013, Medical Journal of Lampung University, Vol. II/4, pp. 52-60. 2337-3776.
13. Bruneton, Jean. Pharmacognosy
Phytochemistry Medicinal Plants. U.S.A. : Lavoisier Publishing, 1999.
14. Efektivitas Ekstrak Lempuyung Wangi (Zingiber aromaticum Val.) Dalam Membunuh Larva Aedes aegypti. Sumilih, Sri, Ambarwati and Astuti, Dwi. 1,
Surakarta : s.n., Juni 2010, Jurnal
Kesehatan, Vol. 3, pp. 78-88. 1979-7621. 15. Efektivitas Ekstrak Daun Ceremai (Phyllanthus acidus) terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti. Pratiwi, Yulida Catur, Haryono, Tjipto and Rah, Yuni Sri. 3, Surabaya : s.n., September 3, 2013, LenteraBio, Vol. 2, pp. 197-201. 2252-3979.
16. Sinaga, Riswanto. Uji Efektivitas
Pestisida Nabati Terhadap Hama Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae) pada Tanaman Tembakau (Nicotina tabaccum L.). Medan : Universitas Sumatera Utara, 2009.
17. Larvicidal and adulticidal activities of some medicinal plants against the Malarial Vector, Anopheles stephensi (Liston).
Senthilkumar, N., Varma, Pushkala and Gurusubramanian, G. 2, s.l. : Springer-Verlag, 2009, Parasitology Research, Vol. 104, pp. 237-244.
(22)
50
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ali, K. H., El-Badry, A. A., Eassa, A. H., Al-Juhani, A. M., Al-Zubiany, S. F., & Ibrahim, E.-K. D. (2008). A Study on Culex Species and Culex
Transmitted Diseases in AI-Madinah. Parasitologists United Journal, I, 101-108.
Annon. (2008, Febuari 11). Mosquito Taxonomic Inventory. Dipetik November
08, 2014, dari Culex:
http://mosquito-taxonomic-inventory.info/simpletaxonomy/term/6165
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia I (Vol. 1). Jakarta: Bakti Husada.
Bambang, P. E., Dudy, S., & Mulja, H. S. (2007, Juli 4). Analisis Kadar Gendarusin A pada Tanaman Budidaya Justicia gendarussa Burm. f.
Jurnal Farmasi Indonesia, III/4, 176-180.
Bruneton, J. (1999). Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants. U.S.A.: Lavoisier Publishing.
Cania B, E., & Setyanimgrum, I. (2013, Februari). Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia). Medical Journal of Lampung University, II/4, 52-60.
CDC. (2010, Agustus 16). Eastern Equine Encephalitis. Dipetik Januari 15, 2014,
dari Centers of Disease Control and Prevention:
http://www.cdc.gov/easternequineencephalitis/
CDC. (2010, November 2). Parasites - Lymphatic Filariasis. Dipetik November 10, 2014, dari Centers for Disease Control and Prevention: http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/biology_w_bancrofti.htm l
CDC. (2012, November 12). Japanese Encephalitis. Dipetik Agustus 19, 2014,
dari Centers of Disease Control and Prevention:
http://www.cdc.gov/japaneseencephalitis/index.html
CDC. (2013, May 9). West Nile Virus. Dipetik Agustus 19, 2014, dari Centers of Disease Control and Prevention: http://www.cdc.gov/westnile/
(23)
51
Charlesworth, S. (2008). Mosquitoes. Dipetik November 10, 2014, dari Purdue University:
http://extension.entm.purdue.edu/publichealth/insects/mosquito.html Dalimartha, S. (2003). Atlas Tumbuhan Indonesia (Vol. 1). Jakarta: Trubus
Agriwidya.
DepkesRI. (1995). Farmakope Indonesia (4 ed.). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dian, I. P. (2011). Pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum l.) terhadap mortalitas larva nyamuk Culex spp. l. Jakarta: UPNVJ.
Dit. Jend. Perkebunan. (2013, Mei 27). Direktorat Jendral Perkebunan. Dipetik September 25, 2014, dari http://ditjenbun.pertanian.go.id/tanregar/berita-214-tanaman-biduri-gandarusa.html
Dit. Jend. PPM & PL. (2004). Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Dit. Jend. PPM & PL. (2009). Mengenal Filariasis (Penyakit Kaki Gajah).
Jakarta: Bakti Husada.
Doggett, S. L. (2002). Mosquito Photos Culex Adults & Larvae. Dipetik
November 10, 2014, dari Medical Entomology:
http://medent.usyd.edu.au/arbovirus/mosquit/photos/mosquitophotos_cule x.htm
Fishel, F. M. (2013). Pesticide Toxicity Profile: Coumarin and Indandione Rodenticides. Dipetik November 10, 2014, dari University of Florida IFAS Extention: http://edis.ifas.ufl.edu/pi113
Hasyimi, M., Suwarto, Waluyo, I., Mardiana, Suyitno, Sukijo, & Supriyono. (2006, April ). Pengaruh Temephos Terhadap Perolehan Telur Nyamuk Aedes aegypti (L) Di Cipinang Muara Jakarta. J. Entomol. Ind., III/1, 14-19.
Iqbal, J. M. (2008). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm.) Terhadap Kadar Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih Jantan. Jakarta: Universitas Indonesia.
James, M. T., & Harwood, R. F. (1967). Herm's Medical Entomology (6th ed.). New York: Macmillan Publishing CO. INC.
(24)
52
Nandalur, M. (2013, Juli 19). Western Equine Encephalitis . Dipetik November 10, 2014, dari MedScape: http://emedicine.medscape.com/article/233568-overview#showall
Nandalur, M. (2014, September 11). Eastern Equine Encephalitis . Dipetik
September 28, 2014, dari MedScape:
http://emedicine.medscape.com/article/233442-overview
Nirwani, Z. (2011). Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat Di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang. Dipetik Agustus 19, 2014, dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22749/4/Chapter%20II.pd f
Nopitasari, Pratiwi, L., & Natalia, D. (2014). Uji Aktivitas Ekstrak N-Heksana Biji Langsat (Lansium domesticum Cor.) Sebagai Larvasida Aedes aegypti. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 1(1),
1-10. Diambil kembali dari
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/view/4633/4710
Nutman, T. B., & Weller, P. F. (2011). Filarial and Related Infections. Dalam T. R. Harrison, Harrison's Principle of Internal Medicine (hal. 1260-1266). United States: McGraw-Hill.
Peters, C. J. (2011). Infections Caused By Arthropod- and Rodent-Borne Viruses. Dalam T. R. Harrison, Harrison's Principle of Internal Medicine (Vol. 18, hal. 1161-1174). United States: McGraw-Hill.
Pratiwi, Y. C., Haryono, T., & Rah, Y. S. (2013, September 3). Efektivitas Ekstrak Daun Ceremai (Phyllanthus acidus) terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti. LenteraBio, 2(3), 197-201. Diambil kembali dari http://www.scribd.com/doc/164820392/Untitled#download
Rahmawati, E., Hidayat, M., & Budijastuti, W. (2013, Mei 3). Pemanfaatan Biji Mimba (Azadirachta indica) Sebagai Larvasida Nyamuk Culex sp.
LenteraBio, 2, 207-210.
Ridha, M. R., & Nisa, K. (2012). Larva Aedes aegypti Sudah Toleran Terhadap Temepos Di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Jurnal Vektora, III(2), 93-111.
Rumengan, A. P. (2010, Agustus). Uji Larvasida Nyamuk (Aedes aegypti) Dari Ascidian (Didemnum molle). Jurnal Perikanan dan Kelautan, VI-2, 83-86.
(25)
53
Russell, R. C. (1996). Mosquito Photos Culex Adults & Larvae. Dipetik
November 10, 2014, dari Medical Entomology:
http://medent.usyd.edu.au/arbovirus/mosquit/photos/mosquitophotos_cule x.htm
Senthilkumar, N., Varma, P., & Gurusubramanian, G. (2009). Larvicidal and adulticidal activities of some medicinal plants against the Malarial Vector, Anopheles stephensi (Liston). Parasitology Research, 104(2), 237-244. doi:10.1007/s00436-008-1180-4
Sinaga, R. (2009). Uji Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Hama Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae) pada Tanaman Tembakau (Nicotina tabaccum L.). Medan: Universitas Sumatera Utara. Dipetik November 11,
2014, dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7710/1/09E01069.pdf Soedarto, D. (1992). Entomologi Kedokteran (1 ed.). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Somboonwit, C. (2013, Juli 25). Medscape. (B. A. Cunha, Penyunting) Dipetik
Januari 15, 2014, dari emedicine:
http://emedicine.medscape.com/article/233710-clinical
StuartXchange. (2012, Juli). Tuhod Manok. Dipetik Januari 9, 2014, dari Philippine Medicinal Plane: http://www.stuartxchange.com/Tuhod-manok.html
Sudjari, Kalsum, U., & Prasetya, C. A. (2005). Efek Ekstrak Biji Sirsak (Annona muricata L) Sebagai Larvasida Aedes sp. Journal Kedokteran Universitas Brawijaya.
Sumilih, S., Ambarwati, & Astuti, D. (2010, Juni). Efektivitas Eekstrak Lempuyung Wangi (Zingiber aromaticum Val.) Dalam Membunuh Larva Aedes aegypti. Jurnal Kesehatan, 3(1), 78-88.
Wayangankar, S., & Bronze, M. S. (2013, May 20). Filariasis. (R. L. Jackson,
Penyunting) Dipetik November 10, 2014, dari CDC:
http://emedicine.medscape.com/article/217776-overview#showall
Wisnu, S. A., & Prasetyowati, H. (2012, Juni 25). Daya Larvasida Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosa) Dengan Rentang Waktu Penyimpanan Yang Berbeda Terhadap Larva Culex quinquefasciatus. Aspirator, 4(1), 21-26.
(1)
Probit didapatkan nilai LC50 infusa daun
gandarusa sebesar 3,248%.
Penelitian efek larvisida dari daun gandarusa sebelumnya pernah dilakukan di India. Pada penilitian ini digunakan sebelas jenis tanaman yang berbeda dan salah satunya ialah gandarusa. Dari penelitian itu diketahui bahwa efek larvasida ekstrak gandarusa pada konsentrasi 10% terhadap larva instar III
Anophles stephensi didapatkan LC50
sebesar 4,160 ppm (17).
Daun gandarusa memiliki efek larvisida karena mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid. Flavonoid
merupakan inhibitor kuat pernafasan dengan merusak saraf pada sistem pernafasan sehingga menyebabkan larva tidak dapat bernafas hingga akhirnya mati
(12). Flavonoid juga dapat mengganggu
protein fungsional (enzim) dengan cara membuat kompleks protein yang mengubah susunan protein enzim tersebut sehingga menyebabkan rusaknya protein enzim. Bila enzim ini terinaktivasi karena kerusakan protein, maka metabolisme sel akan terganggu yang kemudian akan menyebabkan sel kekurangan energi dan larva akan mati lemas (15). Tanin bekerja
membentuk ikatan kompleks dengan protein pada enzim dan substrat sehingga terjadi penghambatan enzim yang menyebabkan gangguan pada pencernaan larva karena adanya gangguan metabolisme energi dan kerusakan dinding sel (14; 15). Saponin dapat mengubah struktur
protein dan lipid pada membran sel larva yang akan menurunkan tegangan permukaan sel dan menyebabkan terjadinya osmosis intraseluler yang berakhir pada lisis sel (15). Alkaloid dan
saponin bekerja menghambat enzim asetilkolinesterase sehingga menyebabkan penumpukan asetilkolin yang mengakibatkan gangguan transmisi rangsang sehingga terjadi kontraksi yang terus menerus dan menyebabkan
timbulnya kejang yang berakhir pada kematian larva (12; 16).
SIMPULAN
Infusa daun gandarusa memiliki efek larvisida terhadap Culex sp. dengan nilai konsentrasi LC50 infusa daun gandarusa
sebagai larvisida terhadap Culex sp. adalah 3,248%.
SARAN
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bentuk sediaan galenik lainnya seperti air perasan, menggunakan spesies larva yang berbeda, stadium perkembangan nyamuk yang berbeda, menggunakan bagian tanaman lainnya, menggunakan konsentrasi yang lebih besar agar didapat efek larvisida yang sama dengan temefos, dan untuk mencari senyawa aktif daun gandarusa yang paling efektif sebagai larvisida.
DAFTAR PUSTAKA
1. A Study on Culex Species and Culex Transmitted Diseases in AI-Madinah. Al-Ali, Khalil H., et al., et al. 2008, Parasitologists United Journal, Vol. I, pp. 101-108.
2. Wayangankar, Siddharth and Bronze, Michael Stuart. Filariasis. CDC. [Online] May 20, 2013. [Cited: November 10, 2014.] http://emedicine.medscape.com/article/217 776-overview#showall.
3. Dit. Jend. PPM & PL. Mengenal Filariasis (Penyakit Kaki Gajah). Jakarta : Bakti Husada, 2009.
4. CDC. CDC Centers of Disease Control and Prevention. [Online] November 22, 2013. [Cited: Januari 9, 2014.] http://www.cdc.gov/westnile/symptoms/.
(2)
5. Somboonwit, Charurut. Medscape.
emedicine. [Online] Juli 25, 2013. [Cited:
Januari 15, 2014.]
http://emedicine.medscape.com/article/233 710-clinical.
6. CDC. Eastern Equine Encephalitis.
Centers of Disease Control and Prevention.
[Online] Agustus 16, 2010. [Cited: Januari
15, 2014.]
http://www.cdc.gov/easternequineencepha litis/.
7. Uji Larvasida Nyamuk (Aedes aegypti) Dari Ascidian (Didemnum molle).
Rumengan, Antonius P. Agustus 2010, Jurnal Perikanan dan Kelautan, Vols. VI-2, pp. 83-86.
8. Efek Ekstrak Biji Sirsak (Annona muricata L) Sebagai Larvasida Aedes sp.
Sudjari, Kalsum, Umi and Prasetya, Citra Ahdi. 2005, Journal Kedokteran Universitas Brawijaya.
9. StuartXchange. Tuhod Manok.
Philippine Medicinal Plane. [Online] Juli 2012. [Cited: Januari 9, 2014.] http://www.stuartxchange.com/Tuhod-manok.html.
10. Analisis Kadar Gendarusin A pada Tanaman Budidaya Justicia gendarussa Burm. f. Bambang, Prajogo E.W., Dudy, S. and Mulja, H. S. Juli 4, 2007, Jurnal Farmasi Indonesia, Vol. III/4, pp. 176-180. 11. Iqbal, Julian M. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm.) Terhadap Kadar Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih Jantan.
Jakarta : Universitas Indonesia, 2008. 12. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia). Cania B, Eka and
Setyanimgrum, Indah. Februari 2013, Medical Journal of Lampung University, Vol. II/4, pp. 52-60. 2337-3776.
13. Bruneton, Jean. Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants. U.S.A. : Lavoisier Publishing, 1999.
14. Efektivitas Ekstrak Lempuyung Wangi (Zingiber aromaticum Val.) Dalam Membunuh Larva Aedes aegypti. Sumilih, Sri, Ambarwati and Astuti, Dwi. 1, Surakarta : s.n., Juni 2010, Jurnal Kesehatan, Vol. 3, pp. 78-88. 1979-7621. 15. Efektivitas Ekstrak Daun Ceremai (Phyllanthus acidus) terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti. Pratiwi, Yulida Catur, Haryono, Tjipto and Rah, Yuni Sri. 3, Surabaya : s.n., September 3, 2013, LenteraBio, Vol. 2, pp. 197-201. 2252-3979.
16. Sinaga, Riswanto. Uji Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Hama Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae) pada Tanaman Tembakau (Nicotina tabaccum L.). Medan : Universitas Sumatera Utara, 2009.
17. Larvicidal and adulticidal activities of some medicinal plants against the Malarial Vector, Anopheles stephensi (Liston).
Senthilkumar, N., Varma, Pushkala and Gurusubramanian, G. 2, s.l. : Springer-Verlag, 2009, Parasitology Research, Vol. 104, pp. 237-244.
(3)
50
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ali, K. H., El-Badry, A. A., Eassa, A. H., Al-Juhani, A. M., Al-Zubiany, S. F., & Ibrahim, E.-K. D. (2008). A Study on Culex Species and Culex
Transmitted Diseases in AI-Madinah. Parasitologists United Journal, I, 101-108.
Annon. (2008, Febuari 11). Mosquito Taxonomic Inventory. Dipetik November
08, 2014, dari Culex:
http://mosquito-taxonomic-inventory.info/simpletaxonomy/term/6165
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2000). Inventaris Tanaman
Obat Indonesia I (Vol. 1). Jakarta: Bakti Husada.
Bambang, P. E., Dudy, S., & Mulja, H. S. (2007, Juli 4). Analisis Kadar Gendarusin A pada Tanaman Budidaya Justicia gendarussa Burm. f. Jurnal Farmasi Indonesia, III/4, 176-180.
Bruneton, J. (1999). Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants. U.S.A.:
Lavoisier Publishing.
Cania B, E., & Setyanimgrum, I. (2013, Februari). Uji Efektivitas Larvasida
Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia). Medical Journal of Lampung
University, II/4, 52-60.
CDC. (2010, Agustus 16). Eastern Equine Encephalitis. Dipetik Januari 15, 2014,
dari Centers of Disease Control and Prevention:
http://www.cdc.gov/easternequineencephalitis/
CDC. (2010, November 2). Parasites - Lymphatic Filariasis. Dipetik November
10, 2014, dari Centers for Disease Control and Prevention: http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/biology_w_bancrofti.htm l
CDC. (2012, November 12). Japanese Encephalitis. Dipetik Agustus 19, 2014,
dari Centers of Disease Control and Prevention:
http://www.cdc.gov/japaneseencephalitis/index.html
CDC. (2013, May 9). West Nile Virus. Dipetik Agustus 19, 2014, dari Centers of
(4)
51
Charlesworth, S. (2008). Mosquitoes. Dipetik November 10, 2014, dari Purdue
University:
http://extension.entm.purdue.edu/publichealth/insects/mosquito.html
Dalimartha, S. (2003). Atlas Tumbuhan Indonesia (Vol. 1). Jakarta: Trubus
Agriwidya.
DepkesRI. (1995). Farmakope Indonesia (4 ed.). Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.
Dian, I. P. (2011). Pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum l.) terhadap mortalitas larva nyamuk Culex spp. l. Jakarta: UPNVJ.
Dit. Jend. Perkebunan. (2013, Mei 27). Direktorat Jendral Perkebunan. Dipetik
September 25, 2014, dari http://ditjenbun.pertanian.go.id/tanregar/berita-214-tanaman-biduri-gandarusa.html
Dit. Jend. PPM & PL. (2004). Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Dit. Jend. PPM & PL. (2009). Mengenal Filariasis (Penyakit Kaki Gajah).
Jakarta: Bakti Husada.
Doggett, S. L. (2002). Mosquito Photos Culex Adults & Larvae. Dipetik
November 10, 2014, dari Medical Entomology:
http://medent.usyd.edu.au/arbovirus/mosquit/photos/mosquitophotos_cule x.htm
Fishel, F. M. (2013). Pesticide Toxicity Profile: Coumarin and Indandione
Rodenticides. Dipetik November 10, 2014, dari University of Florida IFAS Extention: http://edis.ifas.ufl.edu/pi113
Hasyimi, M., Suwarto, Waluyo, I., Mardiana, Suyitno, Sukijo, & Supriyono. (2006, April ). Pengaruh Temephos Terhadap Perolehan Telur Nyamuk Aedes aegypti (L) Di Cipinang Muara Jakarta. J. Entomol. Ind., III/1, 14-19.
Iqbal, J. M. (2008). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Gandarusa
(Justicia gendarussa Burm.) Terhadap Kadar Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih Jantan. Jakarta: Universitas Indonesia.
James, M. T., & Harwood, R. F. (1967). Herm's Medical Entomology (6th ed.).
(5)
52
Nandalur, M. (2013, Juli 19). Western Equine Encephalitis . Dipetik November
10, 2014, dari MedScape: http://emedicine.medscape.com/article/233568-overview#showall
Nandalur, M. (2014, September 11). Eastern Equine Encephalitis . Dipetik
September 28, 2014, dari MedScape:
http://emedicine.medscape.com/article/233442-overview
Nirwani, Z. (2011). Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Yang Berpotensi
Sebagai Tanaman Obat Di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Sub
Seksi Bukit Lawang. Dipetik Agustus 19, 2014, dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22749/4/Chapter%20II.pd f
Nopitasari, Pratiwi, L., & Natalia, D. (2014). Uji Aktivitas Ekstrak N-Heksana Biji Langsat (Lansium domesticum Cor.) Sebagai Larvasida Aedes
aegypti. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 1(1),
1-10. Diambil kembali dari
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/view/4633/4710
Nutman, T. B., & Weller, P. F. (2011). Filarial and Related Infections. Dalam T.
R. Harrison, Harrison's Principle of Internal Medicine (hal. 1260-1266).
United States: McGraw-Hill.
Peters, C. J. (2011). Infections Caused By Arthropod- and Rodent-Borne Viruses. Dalam T. R. Harrison, Harrison's Principle of Internal Medicine (Vol. 18, hal. 1161-1174). United States: McGraw-Hill.
Pratiwi, Y. C., Haryono, T., & Rah, Y. S. (2013, September 3). Efektivitas Ekstrak Daun Ceremai (Phyllanthus acidus) terhadap Mortalitas Larva
Aedes aegypti. LenteraBio, 2(3), 197-201. Diambil kembali dari
http://www.scribd.com/doc/164820392/Untitled#download
Rahmawati, E., Hidayat, M., & Budijastuti, W. (2013, Mei 3). Pemanfaatan Biji Mimba (Azadirachta indica) Sebagai Larvasida Nyamuk Culex sp. LenteraBio, 2, 207-210.
Ridha, M. R., & Nisa, K. (2012). Larva Aedes aegypti Sudah Toleran Terhadap Temepos Di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Jurnal Vektora, III(2), 93-111.
Rumengan, A. P. (2010, Agustus). Uji Larvasida Nyamuk (Aedes aegypti) Dari Ascidian (Didemnum molle). Jurnal Perikanan dan Kelautan, VI-2, 83-86.
(6)
53
Russell, R. C. (1996). Mosquito Photos Culex Adults & Larvae. Dipetik
November 10, 2014, dari Medical Entomology:
http://medent.usyd.edu.au/arbovirus/mosquit/photos/mosquitophotos_cule x.htm
Senthilkumar, N., Varma, P., & Gurusubramanian, G. (2009). Larvicidal and adulticidal activities of some medicinal plants against the Malarial Vector,
Anopheles stephensi (Liston). Parasitology Research, 104(2), 237-244.
doi:10.1007/s00436-008-1180-4
Sinaga, R. (2009). Uji Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Hama Spodoptera
litura (Lepidoptera : Noctuidae) pada Tanaman Tembakau (Nicotina tabaccum L.). Medan: Universitas Sumatera Utara. Dipetik November 11,
2014, dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7710/1/09E01069.pdf
Soedarto, D. (1992). Entomologi Kedokteran (1 ed.). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Somboonwit, C. (2013, Juli 25). Medscape. (B. A. Cunha, Penyunting) Dipetik
Januari 15, 2014, dari emedicine:
http://emedicine.medscape.com/article/233710-clinical
StuartXchange. (2012, Juli). Tuhod Manok. Dipetik Januari 9, 2014, dari
Philippine Medicinal Plane:
http://www.stuartxchange.com/Tuhod-manok.html
Sudjari, Kalsum, U., & Prasetya, C. A. (2005). Efek Ekstrak Biji Sirsak (Annona muricata L) Sebagai Larvasida Aedes sp. Journal Kedokteran Universitas Brawijaya.
Sumilih, S., Ambarwati, & Astuti, D. (2010, Juni). Efektivitas Eekstrak Lempuyung Wangi (Zingiber aromaticum Val.) Dalam Membunuh Larva Aedes aegypti. Jurnal Kesehatan, 3(1), 78-88.
Wayangankar, S., & Bronze, M. S. (2013, May 20). Filariasis. (R. L. Jackson,
Penyunting) Dipetik November 10, 2014, dari CDC:
http://emedicine.medscape.com/article/217776-overview#showall
Wisnu, S. A., & Prasetyowati, H. (2012, Juni 25). Daya Larvasida Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosa) Dengan Rentang Waktu Penyimpanan Yang Berbeda Terhadap Larva Culex quinquefasciatus. Aspirator, 4(1), 21-26.