PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI ALUN-ALUN KOTA MOJOKERTO.

PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJ A DALAM PENATAAN
PEDAGANG KAKI LIMA DI ALUN-ALUN
KOTA MOJ OKERTO

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Per syar atan Memper oleh Gelar Sar jana
Ilmu Administr asi Negar a Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “ Veter an “ J awa Timur

Oleh:
ENGGAR SETYA LAKSANA
NPM. 1041010038

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
SURABAYA
2014

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJ A DALAM PENATAAN
PEDAGANG KAKI LIMA DI ALUN-ALUN
KOTA MOJ OKERTO

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Per syar atan Memper oleh Gelar Sar jana
Ilmu Administr asi Negar a Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “ Veter an “ J awa Timur

Oleh:
ENGGAR SETYA LAKSANA
NPM. 1041010038

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
SURABAYA

2014

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

LEMBAR PERSETUJ UAN

PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJ A DALAM PENATAAN
PEDAGANG KAKI LIMA DI ALUN-ALUN
KOTA MOJ OKERTO

Disusun Oleh :
ENGGAR SETYA LAKSANA
NPM : 1041010038

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui :
Pembimbing,


Tukiman, S.Sos, M.Si
NIP. 196103231989031001

Mengetahui :
Dekan Falutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasionl ”Veteran” J awa Timur

Dra.Ec. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 19550718 198302 2001

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJ A DALAM PENATAAN
PEDAGANG KAKI LIMA DI ALUN-ALUN
KOTA MOJ OKERTO
Disusun Oleh :

ENGGAR SETYA LAKSANA
NPM : 1041010038
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 10 J uli 2014
Dosen Pembimbing,

Tim Penguji :
1. Ketua,

Tukiman, S.Sos, M.Si

Dr s. Pudjo Adi, M.Si
NIP. 195105101973031001

NIP. 196103231989031001

2. Sekretaris,


Dr. Lukman Arif, M.Si
NIP . 196411021994031001

3. Anggota,

Tukiman, S.Sos, M. Si
NIP.196103231989031001

Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ J awa Timur

Dra.Ec. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 19550718 198302 2001

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan segala puji syukur Alhamdulillah pada kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PERAN SATUAN POLISI PAMONG
PRAJ A DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI ALUN-ALUN
KOTA MOJ OKERTO”.
Pembuatan skripsi ini merupakan bagian dari proses studi dalam program studi
Ilmu Administrasi Negara yang wajib diselesaikan oleh setiap mahasiswa yang
merupakan persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana (S1) Ilmu Administrasi
Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di UPN “Veteran” Jawa Timur.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Tukiman, M.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
Disamping itu penulis juga telah mendapatkan banyak bantuan pikiran atau
tenaga dalam peneyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.


v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Bapak Dr. Lukman Arif, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur
3. Ibu Dra. Susi Hardjati, M.AP selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UPN ”Veteran”Jawa
Timur.
4. Bapak Drs. Agus Supriyanto, M.Si selaku Kepala Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Mojokerto.
5. Buat kedua orang tua terima kasih atas do’a, kesabaran, semangat dan
pengertian dalam memberikan dukungan yang luar biasa selama proses
penyusunan skripsi ini.
6. Buat teman-teman angkatan 2010 terima kasih atas dukungannya, khususnya
Yasa, Mamat, Bondaz, Adit, Ali, Adi, Diana, Ari, Dini, Sinta, Fauziah.
Terima kasih atas semangat yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membanguan penulisan

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Juli 2014

Penulis

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN J UDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJ UAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN REVISI ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
ABSTRAKSI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................... 11
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 12
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 12
BAB II KAJ IAN PUSTAKA ........................................................................... 14
2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 14
2.2. Landasan Teori ........................................................................................... 18
2.2.1. Pengertian Peran.................................................................................... 19
2.2.2. Kebijakan .............................................................................................. 20
2.2.3. Kebijakan Publik ................................................................................... 21
2.2.3.1. Tahap-Tahap Pembuatan Kebijakan Publik ...................................... 22
2.2.4. Pengertian Birokrasi .............................................................................. 24
2.2.4.1. Karakteristik Birokrasi ..................................................................... 25
2.2.5. Pengertian Organisasi ............................................................................ 26
2.2.5.1. Prinsip-Prinsip Organisasi ................................................................ 28
2.2.6. Pengertian dan Ruang Lingkup Tata Ruang ........................................... 30

2.2.6.1. Asas dan Tujuan Penataan Ruang ..................................................... 31

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.6.2. Kebijakan dan Strategi ..................................................................... 31
2.2.7. Pedagang Kaki Lima ............................................................................. 34
2.3. Kerangka Berfikir ....................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 40
3.1. Jenis Penelitian ........................................................................................... 40
3.2. Fokus Penelitian ......................................................................................... 41
3.3. Lokasi Penelitian/Situs Penelitian ............................................................... 42
3.4. Informan dan Teknik Penarikan Informan ................................................... 43
3.5. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 45
3.6. Teknik Analisa Data ................................................................................... 45
3.7. Keabsahan Data .......................................................................................... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 51

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................................ 51
4.1.1. Visi dan Misi ........................................................................................... 52
4.1.2. Sejarah Satuan Polisi Pamong Praja ......................................................... 53
4.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP Kota Mojokerto ................................ 54
4.1.4. Komposisi Pegawai ................................................................................. 59
4.1.5. Profil Alun-alun Kota Mojokerto ............................................................. 62
4.2. Hasil Penelitian........................................................................................... 63
4.2.1. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menegakkan
Ketentuan Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima ..................................... 64
4.2.2. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menegakkan Ketentuan Pidana 71
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................... 77
4.3.1. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menegakkan
Ketentuan Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima .................................... 78
4.3.2. Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menegakkan Ketentuan Pidana 82

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 86
5.2. Saran .......................................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 : Pedagang Kaki Lima di Area Sekitar Alun-alun Mojokerto ..........

8

Gambar 2.1 : Kerangka Berfikir ........................................................................

41

Gambar 3.1 : Analisis Data Model Interaktif Miles Dan Huberman ...................

47

Gambar 4.1 : Foto Papan Nama Kantor Satpol PP Kota Mojokerto ....................

51

Gambar 4.2 : Bagan Struktur Organisasi Satpol PP Kota Mojokerto ..................

54

Gambar 4.3 : Alun-alun Kota Mojokerto ...........................................................

62

Gambar 4.4 : Pedagang Jamu yang masih berjualan di Alun-alun Mojekerto .....

67

Gambar 4.5 : PKL yang berada di Alun-alun Kota Mojokerto............................

69

Gambar 4.6 : Pemberian Surat Berita Acara Pemantauan/Penertiban .................

74

x

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 : Data Pedagang Kaki Lima di Alun-alun Kota Mojokerto .................

7

Tabel 4.1 : Komposisi Pegawai Kantor Satpol PP Berdasarkan Jabatan .............

59

Tabel 4.2 : Komposisi Pegawai Kantor Satpol PP Berdasarkan Golongan..........

60

Tabel 4.3 : Komposisi Pegawai Kantor Satpol PP Berdasarkan Pendidikan .......

61

Tabel 4.4 : Komposisi Pegawai Kantor Satpol PP Berdasarkan Agama ..............

61

Tabel 4.5 : Komposisi Pegawai Kantor Satpol PP Berdasarkan Jenis Kelamin ...

62

Tabel 4.6 : Daftar Pedagang Kaki Lima yang Masih Melanggar ........................

70

Tabel 4.7 : Data Pedagang Kaki Lima yang Terkena Operasi Yustisi .................

72

xi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
ENGGAR SETYA LAKSANA, PERAN SATUAN POLISI PAMONG
PRAJ A DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI ALUN-ALUN
KOTA MOJ OKERTO
Penataan Pedagang Kaki Lima sebanyak 236 pedagang di wilayah Kota
Mojokerto seperti yang terjadi di Alun-alun Kota Mojokerto telah direlokasi ke
Benteng Pancasila. Upaya Satuan Polisi Pamong Praja Kota Mojokerto untuk
merelokasi para Pedagang Kaki Lima di area Alun-alun ke Jalan Benteng
Pancasila telah di realisasikan, akan tetapi ditempat tersebut masih ada pedagang
yang tetap berjualan di area yang telah dilarang. Barang dagangan yang mereka
jual kebanyakan berupa makanan dan minuman. Tujuan diadakannya penelitian
ini oleh penulis adalah untuk mengetahui Bagaimana Peran Satuan Polisi Pamong
Praja dalam penataan Pedagang Kaki Lima di Alun-alun Kota Mojokerto.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini adalah
Peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam menegakkan Peraturan Daerah Kota
Mojokerto Nomor 5 Tahun 2005, Bab II, Pasal 2 dan Pasal 3 tentang Ketentuan
Usaha Pedagang Kaki Lima, dan focus kedua adalah Peran Satuan Polisi Pamong
Praja dalam menegakkan Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 5 Tahun
2005, Bab V, Pasal 7 tentang Ketentuan Pidana. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Analisa data dalam Penelitian
ini dengan menggunakan model interaktif.
Hasil dari penelitian ini adalah Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Mojokerto dalam menata pedagang kaki lima yang menempati kawasan yang
dilarang untuk berjualan telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja dan tugas pokok dan fungsi Satuan Polisi
Pamong Praja Pemerintah Kota Mojokerto, akan tetapi sesuai dengan fakta yang
terjadi dilapangan masih ada 64 pedagang kaki lima yang melakukan aktivitas
berjualan di kawasan yang telah dilarang seperti di Alun-alun Kota Mojokerto.
Hal tersebut dilakukan oleh pedagang kaki lima untuk memanfaatkan Alun-alun
sebagai sumber pendapatan dengan menjajakan barang dagangannya kepada para
pengunjung Alun-alun Kota Mojokerto. Dan peran satuan polisi pamong praja
kota Mojokerto dalam menata pedagang kaki lima yang masih berjualan dan
melanggar ketentuan peaturan daerah yang berkaitan dengan dilarangnya
berjualan dikawasan Alun-alun telah dilaksanakan dan sebanyak 57 surat
pernyataan yang sudah pernah diberikan kepada para pedagang kaki lima yang
masih melanggar, akan tetapi sanksi yang diberikan tersebut belum sesuai dengan
ketentuan pidana yang berlaku.
Kata Kunci : Peran, Penataan Pedagang Kaki Lima

xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan negara ini ditujukan untuk menciptakan kesejahteraan umum
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana diamanahkan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan selanjutnya disebut
UUD Tahun 1945. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar tertulis
yang memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara, tempat
atau sumber rujukan utama bagi proses perumusan dan penetapan peraturan
perundangan yang lain. Dengan kata lain, Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
kebijakan dasar penyelenggaraan negara yang akan, sedang dan telah berlaku,
yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan
negara yang dicita-citakan. Pembangunan yang diarahkan pada pentingnya
manusia dan nilai-nilai kemanusiaan merupakan prasyarat yang tidak dapat
ditawar-tawar. Agar pembangunan bermakna memberdayakan dapat dicapai
melalui apa

yang

disebut

PBM (Pembangunan Bersama Masyarakat).

Pembangunan Bersama Masyarakat adalah suatu model pembangunan yang
bertujuan untuk meningkatkan peran serta aktif, melakukan upaya pemberdayaan
masyarakat pada semua tingkatan guna mengorganisasi diri dalam menghimpun
sumber daya, merencanakan dan melaksanakan kegiatan untuk memperbaiki
keadilan sosial, ekonomi dan lingkungan.
Salah satu masalah yang dihadapi bangsa kita saat ini adalah masalah
ketenagakerjaan. Jumlah pencari kerja diperkirakan terus meningkat dari tahun ke
tahun. Gerak mobilitas pencari kerja cenderung ke wilayah perkotaan. Melihat
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

begitu besar jumlah tenaga kerja yang ada, namun berbanding terbalik dengan
lapangan pekerjaan yang ada. Lapangan pekerjaan yang sulit ini disebabkan
karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997/1998 telah
mendatangkan

problem

tersendiri

bagi

berkembangnya

pemasalahan-

permasalahan baru bagi Kota. Krisis tersebut telah banyak menjadikan perusahaan
besar gulung tikar, sehingga wajar kalau gelombang Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) saat itu terjadi besar-besaran. Dampaknya adalah semakin banyak
kemiskinan, kriminalitas semakin menjadi-jadi, dan bahkan meningkatnya jumlah
sektor informal.
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk bertahan hidup di tengah situasi negara
yang krisis saat ini, ditambah dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga
BBM (Bahan Bakar Minyak) yang mengakibatkan inflasi. Inflasi dimana laju
pergerakan harga barang dan jasa kebutuhan hidup melonjak. Inflasi yang
berimbas pada setiap sudut kehidupan, banyak perusahaan melakukan
pengurangan jumlah tenaga kerja agar tetap dapat beroperasi. Bahkan beberapa
harus menutup usahanya karena tidak lagi mernpunyai daya saing. Jika sudah
demikian yang terjadi adalah bertambahnya jumlah pengangguran, angkatan kerja
yang tidak memiliki kekayaan dan makin bertambahnya masyarakat miskin.
Salah satu upaya untuk bertahan di tengah kesulitan adalah berusaha di sektor
informal sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL). Berusaha di sektor informal
menjadi pilihan dikarenakan tidak memerlukan modal besar. PKL adalah juga
warga negara yang berhak untuk mendapatkan penghidupan yang layak dalam
menjalani hidup dan kehidupannya. Bagaimanapun pilihan berusaha di sektor
informal membuktikan bahwa dalam keadaan krisis mereka tetap bertahan, dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

dikatakan keberadaan mereka amat diperlukan agar roda perekonomian tetap
dapat berputar walaupun dalam skala "kecil".
Sektor ekonomi informal hampir ditemui di seluruh pusat perkotaan. Sektor
ekonomi ini telah menjadi penopang ekonomi nasional yang cukup tangguh
terhadap kondisi ekonomi di tengah-tengah krisis. Ketika badai krisis moneter
tahun 1997 menghantam, sektor informal (khususnya Pedagang Kaki Lima /PKL)
menjadi alternatif perekonomian masyarakat.
Sektor informal memiliki karakteristik seperti jumlah unit usaha yang banyak
dalam skala kecil, kepemilikan oleh individu atau keluarga, teknologi yang
sederhana dan padat tenaga kerja, tingkat pendidikan dan ketrampilan yang
rendah, akses ke lembaga keuangan daerah, produktivitas tenaga kerja yang
rendah dan tingkat upah yang juga relatif lebih rendah dibandingkan sektor
formal. Banyaknya saingan pelaku usaha menyebabkan banyak orang lebih
memilih untuk mengais rejeki dari sektor perdagangan. Salah satu bentuk sektor
perdagangan tersebut diantaranya adalah Pedagang Kaki Lima (PKL). Hal ini
disebabkan karena ketatnya persaingan untuk dapat bekerja dalam sektor formal,
dan sangatlah wajar apabila para pengangguran memilih bekerja di sektor
informal.
Agar keberadaan mereka yang selama ini selalu dicap sebagai sumber
kekumuhan dan ketidaktertiban serta jauh dari keindahan, maka peranan
pemerintah yang menyangkut kebijakan publik di sektor informal hendaklah
dirumuskan secara arif dan bijaksana. Kebijakan publik di sektor informal yang
sungguh-sungguh memenuhi persyaratan yang menampakkan kemajuan sosial,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

ekonomi juga politik yang tidak memarginalkan sekelompok rakyat, yakni
Pedagang Kaki Lima.
Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan suatu jalan yang dianggap mudah
oleh sebagian besar masyarakat untuk dilakukan karena pedagang disini tidak
dituntut memiliki pendidikan yang tinggi. Anggapan tersebut berdampak pada
bermunculannya PKL baru lainnya yang semakin hari semakin memadati kota,
sehingga banyak menimbulkan dampak bagi masyarakat sekitar maupun
Pemerintah Kota. Perkembangan PKL yang semakin banyak menimbulkan suatu
kelompok-kelompok PKL yang akan dijadikan sebagai wadah penampung
aspirasi dan penyelesaian permasalahan.
Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai bagian dari usaha sektor informal
memiliki potensi untuk menciptakan dan memperluas lapangan kerja, terutama
bagi tenaga kerja yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai
untuk bekerja di sektor formal karena rendahnya tingkat pendidikan yang mereka
miliki. Pada Kenyataannya, keberadaan PKL di kota-kota besar kerap
menimbulkan masalah baik bagi pemeritah setempat, para pemilik toko, dan
pengguna jalan. Tidak sedikit para pemilik toko dan pengguna jalan, merasa
terganggu dengan banyaknya PKL. Hal ini disebabkan karena semakin
melebarnya tempat yang digunakan para PKL untuk menjajakan dagangannya.
Dalam hal ini pemerintah sudah menghimbau agar sebelah luar trotoar diberi
ruang untuk taman, resapan air dan sekaligus sebagai kawasan berdagang PKL.
Dan pada akhirnya semua kesalahan ditujukan kepada PKL yang telah memakan
ruas jalan dalam usaha menggelar jajanannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Merebaknya PKL yang terjadi di kota merupakan adanya keterpusatan
penduduk dengan aktivitasnya. Kota itu sendiri bersifat dinamis dan akan terus
berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini dikarenakan kota
merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat masyarakat dengan aktivitas
dan perilakunya. Dengan segala keterbatasan yang ada, baik dari segi sumber daya
maupun aspek sarana prasarana yang ada, keadaan ini kemudian berkembang
menjadi suatu permasalahan kota yang perlu dipecahkan. Berkembangnya sebuah
kota adalah hal yang alamiah, bukan sesuatu yang harus dicegah. Akan tetapi,
perlu arahan agar perkembangan tersebut dapat terkendali.

Kondisi dualistik

(perbedaan keadaan) di perkotaan ini ditunjukkan pada berbagai hal, seperti
miskin dan kaya, modern dan tradisional, serta sektor formal dan informal. Oleh
karena itu kota merupakan dari berbagai kepentingan, konflik maupun
ketidakpastian akan selalu timbul, termasuk permasalahan sektor informal kota.
Permasalahan yang sering muncul dari kegiatan informal kota adalah di sektor
perdagangan, yaitu kegiatan PKL. Keberadaan mereka sangat mudah dijumpai di
kota, seperti pada lokasi alun-alun kota maupun di dekat pusat keramaian kota
yang umumnya berjualan di trotoar-trotoar, dan pinggir-pinggir toko. Kota
Mojokerto adalah sebuah kota (dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya)
di Jawa Timur, Indonesia. Terletak 50 km barat daya Surabaya, wilayah kota ini
dikelilingi oleh Kabupaten Mojokerto. Kota ini merupakan kota dengan luas
wilayah terkecil di Jawa Timur sekitar 16,46 km2. Mojokerto sebagai kota yang
berada di Jawa Timur juga mempunyai tempat pariwisata yang sering dikunjungi
oleh warga Mojokerto yaitu Alun-alun , Dengan adanya Alun-alun yang terletak
di Pusat Kota Mojokerto maka disini masyarakat akan bertemu dan beraktifitas,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

selain itu merupakan salah satu kebanggaan masyarakat kota untuk melewatkan
waktu berkunjung bersama keluarga baik pagi maupun sore hari atau dihari-hari
tertentu. Alun-alun sebagai tempat bertemu, beraktifitas dan rekreasi sebagian
besar masyarakat kota Mojokerto maka Alun-alun cenderung ditempati para PKL
yang melayani kebutuhan bagi masyarakat yang memanfaatkan Alun-alun.
Namun perlu disadari bahwa keberadaan PKL memiliki berbagai permasalahan
yang ditimbulkannya. Sehingga Pemerintah Kota Mojokerto merelokasi PKL ke
Jl. Benteng Pancasila yang tidak jauh dari Kediaman Walikota Mojokerto.
Kota Mojokerto yang terdiri dari 2 kecamatan diantaranya adalah Kecamatan
Prajurit Kulon dan Kecamatan Magersari. Kecamatan tersebut terdapat wilayah
yang dilarang oleh pemerintah Kota Mojokerto untuk mendirikan tempat
berdagang bagi para Pedagang Kaki Lima, seperti di kecamatan Prajurit Kulon
yang terdiri dari Pasar Kliwon, Alun-alun kelurahan Kauman, Kelurahan
Surodinawan, Jl Prapanca, Jl. Brawijaya Depan Kelurahan Miji. Sedangkan
Kecamatan Magersari terdiri dari Jl. Raya Ijen, Jl. Residen Pamuji, Jl. Ben Pas
Minggu Pagi, Alun-alun Kelurahan Magersari, Jl. Joko Sambang, Jl. Hayam
Wuruk (Jooging Track), Jl. Bay pas, Jl. Empunala, Jl Mojopahit Utara/ Sekitar
Alun-alun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Instansi Satuan Polisi Pamong
Praja Kota Mojokerto tahun 2013, menunjukkan bahwa Pedagang Kaki Lima
yang berada di Alun-alun Wilayah Kota Mojokerto yang telah direlokasi ke Jalan
Benteng Pancasila adalah sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Tabel 1.1
Data Pedagang Kaki Lima
Di Alun-alun Kota Mojokerto yang telah Direlokasi
Data PKL Di Wilayah Kota Mojoker to
Alun-alun Kelurahan Kauman
Alun-alun Kelurahan Magersari
J umlah

J umlah Ta. 2013
116
120
236

Sumber : Satuan Polisi Pamong Praja Kota Mojokerto, 2013
Berdasarkan data yang diperoleh dari Instansi Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Mojokerto tahun 2013, jumlah PKL di daerah Alun-alun yang telah
direlokasi sebanyak 236 PKL. Pemerintah Kota Mojokerto telah membahas
permasalahan yang ada di tempat tersebut. Upaya relokasi menjadi salah satu
alternatif untuk menyelesaikan persoalan ini, namun tempat relokasi bagi PKL ini
seringkali dianggap sulit dijangkau oleh para pembeli atau konsumen sehingga
menjadikan PKL enggan untuk menempatinya. Keberadaan pedagang kaki lima
tersebut dipandang masyarakat sangat mengganggu ketertiban dan kebersihan
kota. Adanya PKL yang semakin berjubal membuat suasana kota semakin sempit
dan gerah. Memperhatikan kondisi tersebut, Pemerintah Kota Mojokerto sudah
mengadakan tindakan berupa relokasi Pedagang Kaki Lima yang diharapkan bisa
mengatasi PKL tersebut, agar tidak kembali lagi ke tempat asal dimana mereka
awal berjualan.
Surya Online: Pemerintah Kota Mojokerto merelokasi Pedagang Kaki
Lima yang berada di jalan Joko sambang ke Benteng Pancasila sedangkan
Pedagang Kaki Lima yang berada di Alun-alun dilakukannya relokasi
karena Alun-alun akan ditata ulang dan dijadikan taman yang bernuansa
Majapahit dan fasilitas umum bagi warga.
Menurut Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 5 Tahun 2005 Tentang
Penataan Dan Pembinaan Kegiatan PKL menjelaskan bahwa PKL merupakan
suatu kegiatan bidang usaha khususnya bagi golongan ekonomi lemah yang perlu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

mendapatkan pembinaan untuk pertumbuhan dan perkembangan serta perlu juga
diadakan penataan dalam rangka mewujudkan lingkungan kota yang bersih, sehat,
rapi dan indah. Relokasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan apabila tidak
terpenuhinya daerah-daerah yang digunakan untuk berdagang para PKL tersebut.
Dengan diadakannya penataan pedagang kaki lima ini tidak berarti Pemerintah
Kota akan membiarkan pedagang kaki lima untuk terus tumbuh semakin besar
dengan mendirikan tempat-tempat usaha yang permanen ditempat tersebut, tetapi
apabila pedagang kaki lima tersebut telah tumbuh dan berkembang menjadi besar,
dalam jangka waktu tertentu diharapkan akan dapat pindah ke pasar-pasar atau
toko-toko, sesuai dengan jenis barang dagangannya.
Gambar 1.1
Pedagang Kaki Lima di Area Sekitar Alun- alun Kota Mojokerto

Sumber: Foto Alun-alun Kota Mojokerto, 19 Mei 2014
Penataan Pedagang Kaki Lima sebanyak 236 di wilayah Kota
Mojokerto seperti yang terjadi di Alun-alun Kota Mojokerto telah
direlokasi ke Benteng Pancasila. Upaya Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Mojokerto untuk merelokasi para Pedagang Kaki Lima di area Alun-alun
ke Jalan Benteng Pancasila telah di realisasikan, akan tetapi ditempat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

tersebut masih ada pedagang yang tetap berjualan di area yang telah
dilarang. Barang dagangan yang mereka jual kebanyakan berupa makanan
dan minuman.
Tampak bahwa keberadaan sektor informal sebagai katup pengaman bagi
permasalahan ketenagakerjaan khususnya dan perekonomian pada umumnya.
Oleh karena itu pedagang kaki lima perlu dibina dan dilindungi agar mereka dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup, juga ditata supaya tercipta kenyamanan bagi
warga kota, warga masyarakat mengingat bahwa kota dikonsepkan sebagai suatu
tempat atau wilayah kediaman yang nyaman, sehat, bersih dan teratur.
Berdasarkan Peraturan Walikota Mojokerto Nomor 30 Tahun 2013 tentang
Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Mojokerto
yang berkaitan dengan eksistensi Satuan Polisi Pamong Praja yang merupakan
bagian

perangkat

daerah

dalam

penegakkan

Peratruan

daerah

dan

Penyelenggarakan ketertiban umum. Dengan demikian aparat Satuan Polisi
Pamong Praja diharapkan menjadi motivator dalam menjamin kepastian
pelaksanaan peraturan daerah dan upaya menegakannya ditengah-tengah
masyarakat, sekaligus membantu dalam menindak segala bentuk penyelewengan
dan penegakkan hukum.
Satuan Polisi Pamong Praja sebagai bagian dari perangkat daerah dalam
penegakkan peraturan daerah dan penyelengaraan ketertiban umum, mempunyai
wewenang untuk melakukan tindakan penataan terhadap warga masyarakat,
aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas perda dan peraturan
kepala daerah. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang
mengganggu ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat.

Dalam rangka

penataan pedagang kaki lima Satuan Polisi Pamong Praja tersebut mengacu pada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Peraturan Walikota Mojokerto Nomor 30 Tahun 2013 tentang Rincian Tugas
Pokok dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Mojokerto sebagai pedoman
bagi Satuan Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan tugas untuk meningkatkan
kepatuhan dan ketaatan masyarakat terhadap peraturan daerah, peraturan kepala
daerah dan keputusan kepala daerah serta menyelenggarakan ketertiban umum
dan ketentraman masyarakat.
Dengan memperhatikan pada tugas Satuan Polisi Pamong Praja dalam
menyangga kewibawaan pemerintah daerah serta penciptaan situasi kondusif
dalam kehidupan pembangunan bangsa. Karena itu, eksistensi Satuan Polisi
Pamong Praja, baik sebagai personil maupun institusi yang menangani bidang
ketenteraman dan ketertiban umum, akan mengalami perkembangan sejalan
dengan

luasnya

cakupan

tugas

dan

kewajiban

kepala

daerah

dalam

menyelenggarakan bidang pemerintahan.
Dalam kaitan dengan ketertiban umum, tentunya peran Satuan Polisi Pamong
Praja tidak dapat diabaikan begitu saja, sebaliknya diharapkan mempunyai tingkat
profesionalisme yang tinggi dan selalu bersinergi dengan aparat Polri dan alat-alat
kepolisian khusus lainnya serta bermitra dengan masyarakat, yang dapat
diwujudkan melalui berbagai tindakan, seperti kegiatan penyuluhan, pembinaan
dan penggalangan masyarakat. Upaya ini dapat diterapkan guna mencegah secara
dini gangguan ketertiban masyarakat dan ketenteraman masyarakat sekaligus
dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang bersinggungan dengan masyarakat
secara arif dan bijaksana.
Berbagai macam permasalahan yang ditimbulkan Pedagang Kaki Lima yang
masih menempati wilayah yang telah dilarang untuk berjualan seperti di Alun-

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

alun Kota Mojokerto, ternyata merugikan masyarakat dan juga Pemerintah Kota
Mojokerto sendiri, seperti dapat dilihat dari segi kebersihan, keamanan,
kenyamanan dan ketertiban. Upaya untuk melakukan penataan pedagang kaki
lima agar tidak kembali lagi ke tempat asal dimana mereka awal berjualan telah
dilakukan oleh pemerintah Kota Mojokerto, khususnya ditangani oleh petugas
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Mojokerto. sehingga untuk menegakkan
Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 5 Tahun 2005 tentang Penataan dan
Pembinaan Kegiatan Pedagang Kaki Lima yang berpedoman pada Peraturan
Walikota Mojokerto Nomor 30 Tahun 2013 tentang Rincian tugas dan fungsi
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Mojokerto, yang merupakan bagian perangkat
daerah dalam penegakkan Peratruan daerah dan Penyelenggarakan ketertiban
umum.
Dari data dan fenomena diatas menunjukkan, dengan adanya Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Mojokerto, tidak menutup peluang bagi lembaga penegakkan
peraturan daerah tersebut untuk melakukan tindakan terhadap pelanggaran yang
dilakukan oleh pedagang kaki lima, hal ini yang membuat penulis melakukan
sebuah penelitian mengenai Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam
Penataan Pedagang Kaki Lima Di Alun-alun Kota Mojokerto.
1.2 Perumusan masalah
Penataan Pedagang Kaki Lima dibeberapa tempat di wilyah kota Mojokerto
seperti yang terjadi di sekitar Alun-alun Kota Mojokerto telah berlangsung sesuai
rencana. Upaya Satuan Polisi Pamong Praja Kota Mojokerto untuk merelokasi
para Pedagang Kaki Lima di area alun-alun Kota Mojokerto ke Jalan Benteng
Pancasila telah direalisasikan, akan tetapi masih ada pedagang yang tetap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

berjualan di area tersebut. Barang dagangan yang mereka jual berupa makanan
dan minuman.
Permasalahan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan
apa yang senyatanya, antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia, antara
harapan atau capaian. Untuk memudahkan pemahaman terhadap permasalahan
yang diteliti dan agar mudah terarah dan mendalam pembahasannya sesuai dengan
sasaran yang ditentukan, Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan
masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu menggambarkan Peran
Satuan Polisi Pamong Praja dalam memberikan penataan pedagang kaki lima di
Mojokerto. Maka penulis merumuskan masalah penelitian mengenai Bagaimana
Peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Alunalun Kota Mojokerto.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini oleh penulis adalah untuk mengetahui dan
menganalisis Peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam Penataan Pedagang Kaki
Lima di Alun-alun Kota Mojokerto.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Hasil ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam
mengatasi masalah yang terjadi dan juga untuk membantu memberikan
pemahaman lebih kepada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan sebagai
bahan pertimbangan dalam penataan para Pedagang Kaki Lima.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

2. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Sebagai bahan studi perbandingan bagi mahasiswa yang mengkaji mengenai
topik penataan pedagang kaki lima serta menjadi bahan referensi bagi
mahasiswa yang lainnya
3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalam mengkaji
pengetahuan atau teori Ilmu Administrasi Negara khusunya tentang teori
kebijakan publik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan
penelitian ini, yaitu :
1) Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mega Tri Suseno, Agustus
2013, J urnal S1 Ilmu Sosiatri,Volume 2,Nomor 2, yang berjudul
”Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Membina Pedagang Kaki
Lima. Pedagang kaki lima (PKL) merupakan suatu realita saat ini bersamaan
dengan tumbuh dan berkembangnya perekonomian di suatu kota/ daerah.
Keberadaan PKL sangat bermanfaat bagi masyarakat luas, namun disisi lain
keberadaan PKL memunculkan permasalahan sosial berkaitan dengan
masalah kebersihan, keindahan, dan ketertiban suatu kota. Kondisi tatanan
PKL yang ada di Komplek Alpokat Indah (ALPIN) Pontianak yang masih
tidak teratur membuat pemerintah Kota Pontianak mengeluarkan kebijakan
dalam rangka penertiban dan pembinaan PKL yang dilaksanakan oleh Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pontianak. Penelitian meliputi kondisi
sosial ekonomi serta kendala yang dihadapi oleh PKL. Metode penelitian
deskriptif

dan

menggunakan

pendekatan kualitatif.

Sedangkan

alat

pengumpulan data yang meliputi: wawancara, dokumentasi. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Upaya Pembinaan oleh Satpol PP
14
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

terhadap Pedagang Kaki Lima pada Komplek Alpokat Indah kelurahan sungai
beliung Kota Pontianak sudah berjalan dengan baik, 2) Upaya pembinaan
oleh pemerintah Kota Pontianak terhadap PKL pada Komplek Alpokat Indah
jaminan perlindungan bagi PKL di Komplek Alpokat Indah yang diberikan
oleh pemerintah Kota maupun Pemerintah Provinsi sudah dilaksanakan
dengan baik, diharapkan kepada pemerintah selaku legulator sekaligus
memfasilitasi kepentingan pedagang kaki lima lebih cepat dan tanggap jika
memungkinkan melakukan rehabilitasi atau relokasi yang strategis.
Pemerintah kota melalui Dinas Pasar Kota Pontianak dan Dinas
Perdagangan/UMKM perlu menangani PKL tersebut, sebagai wujud sesuai
tugas dan tanggung jawab bersama melakukan pengawasb dan pembinaan
terhadap pedagang kaki lima (PKL) di Komplek Alpokat Indah Kota
Pontianak secara khusus, serta PKL Kota Pontianak pada umumnya.
2) Penelitian berikut yang dilakukan oleh Mitha Miftakul Hikmiyah, yang
berjudul Peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam Implementasi
Peraturan

Daerah

Nomor

2

Tahun

2003

tentang

Perizinan

Penyelenggaraan Hiburan di Kota Cilegon. Penelitian ini dilatarbelakangi
oleh adanya beberapa permasalahan terkait peran Satuan Polisi Pamong Praja
dalam Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2003 tentang
Perizinan Penyelenggaraan Hiburan di Kota Cilegon, diantaranya kurangnya
jumlah personil Satpol PP, komunikasi yang dilakukan hanya bersifat
persuasif, kurangnya anggaran untuk kegiatan penertiban. Dan andanya
lempar tanggung jawab antara stakeholders terkait. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

menggunakan teori implementasi menurut George Edward III meliputi
sumber daya, Komunikasi, Disposisi (Sikap), dan Struktur Birokrasi. Teknik
pemgumpulan data yang dilakukan adalah melalui wawancara, observasi, dan
studi dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan teknis anaisis interaktif
dari Miles dan Huberman. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa peran Satuan
Polisi Pamong Praja dalam implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2003 tentang Perizinan Penyelenggaraan Hiburan di Kota Cilegon masih
belum berajalan maksimal. Saran dari peneliti adalah memaksimalkan jumlah
personil yang ada dengan cara koordinasi, komunikasi persuasuif perlu
diimbangi dengan komunikasi preventif dan represif, meningkatkan
pendidikan dan pelatihan bagi personil Satpol PP disesuaikan dengan
anggaran, koordinasi antar Stakeholders pihak terkait, dan revisi Perda
Hiburan
3) Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nur Fatnawati (2013) yang
berjudul

Dampak

Relokasi

Pedagang

Kaki

Lima

Berdasar kan

Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Terhadap Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Surakarta. Membahas mengenai m araknya pedagang kaki lima yang
memadati lingkungan kota dengan menggelar dagangannya diruas jalan
maupun ruang publik lainnya dirasa tidak sesuai dengan sistem penataan
kota. Semakin berkembangnya PKL banyak disebabkan karena factor
lapangan pekerjaan yang tidak memadai bagi orang yang membutuhkannya.
Keadaan demikian mendesak Pemerintah Kota Surakarta untuk menata PKL
tersebut dengan jalan Relokasi dan membentuk suatu Peraturan Daerah Kota

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Surakarta Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah pemerintah dalam
penerapan Perda Nomor 3 Tahun 2008, cara relokasi PKL menurut Perda
Nomor 3 Tahun 2008 dan dampak relokasi bagi PKL, masyarakat dan
Pemerintah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
empiris. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa penataan dan pengelolaan
PKL yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta dilaksanakan dengan
beberapa langkah yaitu Relokasi, Selter Knock Dwon, Tenda, Gerobak dan
Penertiban. Langkah awal yang ditempuh Pemerintah Surakarta yaitu dengan
melaksanakan relokasi. Relokasi dilakukan apabila tidak tersedianya lahan
untuk menampung PKL dengan jumlah yang begitu banyak. Pelaksanaan
relokasi dilakukan dengan langkah Pendataan, Sosialisasi dan yang terakhir
adalah pemberian kepastian hukum. Adanya relokasi menimbulkan suatu
akibat yang dirasakan oleh PKL, masyarakat maupun Pemerintah.
Keberadaan PKL telah banyak menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dengan sumbangan retribusi sebesar 4,5% dari total PAD sebesar
106.759.419.000,-. Masyarakat lebih merasa nyaman dengan keberadaan
PKL yang direlokasi serta terjaminnya kepastian hukum dalam menjalankan
kegiatan usaha bagi PKL. Relokasi dilakukan dengan memperhatikan
Peraturan yang sudah ditetapkan. Sehingga dapat mendatangkan manfaat bagi
PKL, masyarakat maupun bagi Pemerintah Kota Surakarta.
Penelitian terdahulu yang tertulis merupakan penelitian yang dilakukan oleh
pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan pengkajian atau perbandingan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. penelitian terdahulu mengenai Peranan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Satuan Polisi Pamong Praja dalam Membina Pedagang Kaki Lima, yang kedua
mengenai, Peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam Implementasi Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Perizinan Penyelenggaraan Hiburan di Kota
Cilegon dan yang ketiga mengenai Dampak Relokasi Pedagang Kaki Lima
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Terhadap Usaha Pedagang Kaki Lima Di
Surakarta. penelitian yang dilakukan oleh Mega Tri Suseno dan Mitha Miftakul
Hikmiyah berbeda dengan penelitian ini. Meskipun terdapat beberapa kesamaan,
diantaranya tempat melaksanakan penelitian, objek yang dijadikan penelitian.
Letak perbedaannya adalah permasalahan yang dibahas dalam penelitian. Dalam
penelitian ini dibahas mengenai Bagaimana Peran Satuan Polisi Pamong Praja
dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Alun-alun Kota Mojokerto. Penelitian ini
mempunyai tujuan Untuk mengetahui dan menganalisis Peran Satuan Polisi
Pamong Praja dalam Penataan Pedagang Kaki Lima.
2.2. Landasan Teori
Di dalam cara berpikir secara ilmiah, penggunaan teori sangat dibutuhkan,
baik sebagai tolak ukur berpikir maupun bertindak. Karena teori merupakan suatu
kebenaran yang

sudah dibuktikan kebenarannya,

walaupun

mempunyai

keterbatasan waktu dan tempat. Adapun tujuan landasan teori ini adalah untuk
memberikan suatu landasan berpikir kepada penulis dalam usahanya untuk
mencari kebenaran yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas, dimana
hasilnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

2.2.1. Pengertian Peran
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, peran adalah beberapa tingkah laku
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat dan harus
dilakukan.
Peranan menurut Soekanto (2009:212-213) merupakan proses dinamis
kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara
kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang
lain dan sebaliknya.
Merton dalam Raho (2007:67) mengatakan bahwa peranan didefinisikan
sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang
menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran (roleset). Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari hubunganhubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki statusstatus sosial khusus.
Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan peranan mencakup 3
hal, antara lain:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan

yang

membimbing

seseorang

dalam

kehidupan

bermasyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
indvidu dalam masyarakat sebagai organisasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
2.2.2. Kebijakan
Sebelum dibahas lebih jauh mengenai konsep kebijakan publik, kita perlu
mengakaji terlebih dahulu mengenai konsep kebijakan atau dalam bahasa inggris
sering kita dengar dengan istilah policy. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kebijakan diartikan sebagai rangkaian
konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang
pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis
pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.
Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini kita tidak dapat lepas dari apa
yang disebut dengan kebijakan publik. Kebijakan-kebijakan tersebut kita tentukan
dalam bidang kesejahteraan sosial (social welfare), di bidang kesehatan,
perumahan rakyat, pertanian, pembangunan ekonomi, hubungan liar negeri,
pendidikan nasional, dan lain sebagainya. Kebijakn-kebijakan tersebut ada yang
berhasil namun banyak juga yang gagal. Oleh karena luasnya dimensi yang
dipengaruhi oleh kebijakan publik, maka kita dapat mengajukan pertanyaan
apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kenijakn publik itu ?
Menurut Winarno (2007 : 15), istilah kebijakan (policy term) mungkin digunakan
secara luas seperti pada “kebijakan luar negeri Indonesia” , “kebijakan ekonomi
Jepang”, dan atau mungkin juga dipakai untuk menjadi sesuatu yang lebih khusus,
seperti misalnya jika kita mengatakan kebijakan pemerintah tentang debirokartisasi
dan deregulasi. Namun baik Solihin Abdul Wahab maupun Budi Winarno sepakat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

bahwa istilah kebijakan ini penggunaanya sering dipertukarkan dengan istilah lain
seperti tujuan (goals) program, keputusan, undang-undang, ketentuan - ketentuan,
standar, proposal dan grand design Suharno (2009 : 11).

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan
atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang di
dalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai
alternatif yang ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.
2.2.3. Kebijakan Publik
Secara konseptual kebijakan publik dap