PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTIONTERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGKLARIFIKASI MASALAH SISWA SEKOLAH DASAR.
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGKLARIFIKASI MASALAH SISWA SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
ANA MARDIANA NIM 0903588
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA 2013
(2)
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGKLARIFIKASI MASALAH SISWA SEKOLAH DASAR
Oleh Ana Mardiana
Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Ana Mardiana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
ANA MARDIANA
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGKLARIFIKASI MASALAH SISWA SEKOLAH DASAR
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Drs. Edi Hendri Mulyana, M.Pd. NIP. 19600825 198603 1 002
Pembimbing II,
Drs. Akhmad Nugraha, M.Si. NIP. 19591027 198611 1 001
Diketahui oleh Ketua Program Studi PGSD
UPI Kampus Tasikmalaya,
Drs. Rustono WS, M.Pd. NIP. 19520628 198103 1 001
(4)
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGKLARIFIKASI MASALAH SISWA SEKOLAH DASAR
ABSTRAK
Model Problem Based Instruction merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik. Kecenderungan guru di sekolah yang sering menggunakan model pembelajaran konvensional membuat siswa sulit mengembangkan keterampilan berpikirnya. Sampel penelitian adalah siswa kelas V SDN 6 Singaparna berjumlah 62 orang, diperoleh melalui teknik sampling jenuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai: 1) keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA tentang siklus air dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas VA SDN 6 Singaparna, 2) keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA tentang siklus air dengan menggunakan model Problem Based Instruction di kelas VB SDN 6 Singaparna, 3) perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA tentang siklus air yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan model Problem Based Instruction di kelas V SDN 6 Singaparna, 4) pengaruh model Problem Based Instruction terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah tentang siklus air pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 6 Singaparna. Instrumen yang digunakan adalah tes soal keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah tentang siklus air dan lembar observasi keterlaksanaan model Problem Based Instruction. Hasil pengolahan dan analisis data, antara lain: 1) Keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model konvensional di kelas V berada pada kategori sedang (41.50) dan tinggi (60.33), 2) Keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model Problem Based Instruction di kelas V berada pada ketegori sedang (44.69) dan sangat tinggi (60.33), 3) Ada perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa yang signifikan dalam mengklarifikasi masalah antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran Problem Based Instruction. Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan nilai rerata normal gain kelas eksperimen 0,75 (cukup efektif) sedangkan nilai rerata normal gain kelas kontrol 0,32 (tidak efektif). Penggunaan model Problem Based Instruction mempengaruhi keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA tentang siklus air di kelas V SDN 6 Singaparna, hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA tentang siklus air yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan menggunakan model Problem Based Instruction.
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 8
A. Kajian Pustaka ... 8
1. Model Problem Based Instruction ... 8
2. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 17
3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 20
4. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 26
B. Kerangka Berpikir ... 27
C. Hipotesis Penelitian ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
(6)
B. Desain Penelitian ... 30
C. Metode Penelitian ... 31
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32
E. Instrumen Penelitian ... 34
F. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 36
G. Teknik Pengumpulan Data ... 43
H. Teknik Analisis Data Penelitian ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Hasil Penelitian ... 51
1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51
2. Analisis Deskriptif Hasil Belajar Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Mengklarifikasi Masalah ... 51
3. Analisis Statistik Inferensial Hasil Belajar Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Mengklarifikasi Masalah ... 75
4. Perbedaan Hasil Belajar Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Mengklarifikasi Masalah antara Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen ... 82
5. Keterlaksanaan Model Problem Based Instruction ... 90
B. Pembahasan ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95
A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 101 RIWAYAT HIDUP
(7)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Model Problem Based Instruction ... 12 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
dalam Mengklarifikasi Masalah ... 34 Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Keterampilan Berpikir Kritis .. 37 Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Pengujian Reliabilitas ... 39 Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Keterampilan Berpikir Kritis 39 Tabel 3.5 Kategori Tingkat Kesukaran ... 42 Tabel 3.6 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Soal Keterampilan
Berpikir Kritis ... 42 Tabel 3.7 Kategori Interpretasi Normal Gain ... 46 Tabel 4.1 Rambu-Rambu Interval Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
dalam Mengklarifikasi Masalah ... 53 Tabel 4.2 Interval Kategori Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
dalam Mengklarifikasi Masalah ... 53 Tabel 4.3 Kategori Interpretasi Normal Gain ... 54 Tabel 4.4 Rekapitulasi Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dan
Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
dalam Mengklarifikasi Masalah pada Kelas Kontrol ... 54 Tabel 4.5 Rekapitulasi Tingkat Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Kelas Kontrol ... 55 Tabel 4.6 Interval dan Kategori Jumlah Siswa yang Menjawab Benar
pada Kelas Kontrol ... 57 Tabel 4.7 Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Mengklarifikasi
Masalah pada Indikator dapat Melihat dengan Jelas Perumusan dari Masalah Sederhana (Simple) yang Tidak Jelas ... 57 Tabel 4.8 Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam
(8)
Jelas Perbedaan dan Persamaan... 59 Tabel 4.9 Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam
Mengklarifikasi Masalah pada Indikator Dapat Memahami
Konsep yang Relevan dan Tidak Relevan ... 60 Tabel 4.10 Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Mengklarifikasi
Masalah pada Indikator Dapat Mengenali Pertanyaan Sederhana yang Sesuai dan Tidak Sesuai ... 61 Tabel 4.11 Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Mengklarifikasi
Masalah pada Indikator Dapat Mengungkap Masalah atau Isu ... 62 Tabel 4.12 Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Mengklarifikasi
Masalah pada Indikator Dapat Mengenali Secara Jelas Pandangan dan Orientasi Kelompok ... 63 Tabel 4.13 Rekapitulasi Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dan Peningkatan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Mengklarifikasi Masalah pada Kelas Eksperimen ... 65 Tabel 4.14 Rekapitulasi Tingkat Keterampilan Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen ... 67 Tabel 4.15 Interval dan Kategori Jumlah Siswa yang Menjawab Benar
pada Kelas Eksperimen ... 68 Tabel 4.16 Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Mengklarifikasi
Masalah pada Indikator dapat Melihat dengan Jelas Perumusan dari Masalah Sederhana (Simple) yang Tidak Jelas ... 69 Tabel 4.17 Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam
Mengklarifikasi Masalah pada Indikator Dapat Mencatat dengan Jelas Perbedaan dan Persamaan... 70 Tabel 4.18 Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam
Mengklarifikasi Masalah pada Indikator Dapat Memahami
Konsep yang Relevan dan Tidak Relevan ... 71 Tabel 4.19 Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Mengklarifikasi
(9)
yang Sesuai dan Tidak Sesuai ... 72
Tabel 4.20 Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Mengklarifikasi Masalah pada Indikator Dapat Mengungkap Masalah atau Isu ... 73 Tabel 4.21 Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Mengklarifikasi
Masalah pada Indikator Dapat Mengenali Secara Jelas Pandangan dan Orientasi Kelompok ... 74 Tabel 4.22 Nilai Pretest, Posttest, dan Normal Gain Keterampilan
(10)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 28 Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 30
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Instrumen Penelitian ... 101
Lampiran A.1 Instrumen Soal ... 102
Lampiran A.2 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Problem Based Instruction pada Pembelajaran 1 ... 114
Lampiran A.3 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Problem Based Instructionpada Pembelajaran 2 ... 117
Lampiran A.4 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Problem Based Instruction pada Pembelajaran 3 ... 120
Lampiran A.5 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Problem Based Instruction pada Pembelajaran 4 ... 123
Lampiran B Hasil Uji Instrumen ... 126
Lampiran B.1 Tabulasi Skor Uji Coba Instrumen ... 127
Lampiran B.2 Output Uji Validitas Instrumen ... 129
Lampiran B.3 Output Uji Reliabilitas Instrumen ... 131
Lampiran B.4 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 132
Lampiran B.5 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis Siswa tentang Siklus Air ... 133
Lampiran B.6 Instrumen Soal Keterampilan Berpikir Kritis Siswa tentang Siklus Air ... 134
Lampiran A.5 Lembar Observasi Uji Keterlaksanaan Model Problem Based Instruction ... 148
Lampiran C Perangkat Pembelajaran ... 151
Lampiran C.1 Pretest ... 152
Lampiran C.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen pada Pembelajaran 1 ... 159
Lampiran C.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen pada Pembelajaran 2 ... 171
(12)
Lampiran C.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
pada Pembelajaran 3 ... 183
Lampiran C.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen pada Pembelajaran 4 ... 194
Lampiran C.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol pada Pembelajaran 1 ... 205
Lampiran C.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol pada Pembelajaran 2 ... 211
Lampiran C.8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol pada Pembelajaran 3 ... 219
Lampiran C.9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol pada Pembelajaran 4 ... 227
Lampiran D Hasil Penelitian ... 233
Lampiran D.1 Nilai Pretest Siswa Kelas Kontrol ... 234
Lampiran D.2 Nilai Posttest Siswa Kelas Kontrol ... 236
Lampiran D.3 Rekapitulasi Ketermpilan Berpikir Kritis Siswa pada tiap Indikator di Kelas Kontrol ... 238
Lampiran D.4 Nilai Pretest Siswa Kelas Eksperimen ... 239
Lampiran D.5 Nilai Posttest Siswa Kelas Eksperimen ... 241
Lampiran D.6 Rekapitulasi Ketermpilan Berpikir Kritis Siswa pada tiap Indikator di Kelas Eksperimen ... 243
Lampiran E Prosedur dan Hasil Pengolahan Data dengan SPSS ... 244
Lampiran E.1 Langkah-langkah Uji Validitas ... 245
Lampiran E.2 Langkah-langkah Uji Homogenitas ... 247
Lampiran E.3 Langkah-langkah Uji Komparasi ... 249
Lampiran E.4 Hasil Uji Statistik Inferensial pada Kelas Kontrol ... 251
Lampiran E.5 Hasil Uji Statistik Inferensial pada Kelas Eksperimen ... 253
Lampiran E.6 Hasil Uji Perbedaan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 255
(13)
Lampiran F.1 Profil SD Negeri 6 Singaparna ... 259 Lampiran F.2 Surat Keputusan Direktur UPI Kampus Tasikmalaya ... 261 Lampiran F.3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari UPI
Kampus Tasikmalaya ... 262 Lampiran F.4 Surat Izin Penelitian dari Badan Kesbang, Politik, dan
Linmas ... 263 Lampiran F.5 Surat Keterangan Penelitian dari SD Negeri 6 Singaparna ... 264 Lampiran F.6 Foto-Foto Penelitian ... 265
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Adanya perubahan Kurikulum 2004 menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya perubahan dalam paradigma pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan perubahan tersebut, pembelajaran IPA di sekolah dasar pun mengalami perubahan, yang semula pembelajaran berpusat pada guru (teacher oriented) kini menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru dan siswa sama-sama memiliki tanggung jawab atas pembelajaran sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membuat keputusan mengenai proses pembelajaran. Akibat perubahan paradigma tersebut, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah dasar. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:124) dipaparkan bahwa,
“Pembelajaran IPA di SD/MI sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup”.
Hendry dan Jenny dalam Mulyana (2011:7) mempertegas ucapan Einstein bahwa ‘IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang logis tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah’. Iskandar (1997:17) menyatakan bahwa “IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan latihan berpikir kritis”.
Berdasarkan pernyataan tersebut pembelajaran IPA di sekolah dasar harus diajarkan melalui inkuiri ilmiah dan sebagai suatu pola berpikir sehingga pengalaman yang dimiliki oleh siswa melalui pembelajaran IPA dapat dijadikan suatu sistem pola berpikir yang disebut sebagai pola berpikir ilmiah. Selain itu, IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilan berpikir kritis, hal ini didasarkan pada banyaknya contoh pemecahan masalah dalam pembelajaran IPA yang memerlukan daya
(15)
berpikir kritis meskipun masih dalam tahap sederhana. Misalnya dalam menarik kesimpulan dalam sebuah percobaan. Rampengan dalam Trianto (2007: 65) mengatakan bahwa:
‘Banyak kritikan yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi atau konsep belaka. Penumpukan informasi atau konsep pada siswa dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada siswa melalui satu arah seperti menuangkan air kedalam sebuah gelas’.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan kondisi siswa hanya mencatat, mendengarkan dan menghafal kurang efektif untuk diterapkan karena dalam pembelajaran tersebut siswa hanya bisa menerima konsep tanpa bisa mengembangkan keterampilan berpikirnya. Konsep dalam proses pembelajaran memang merupakan hal yang sangat penting, akan tetapi konsep itu sendiri akan lebih bermakna jika konsep tersebut dapat dipahami dan diaplikasikan untuk memecahkan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman konsep dalam proses pembelajaran dapat mempengaruhi prilaku siswa baik dalam sikap, keputusan dan cara-cara memecahkan masalah.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik pendidikan IPA, materi dan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan pada pembelajaran IPA. Joyce & Weil dalam Rusman (2010:133) menyatakan bahwa
‘Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain’.
Berdasarkan konsep diatas guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat bagi siswa sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Ketepatan seorang guru dalam memilih model pembelajaran akan menghasilkan pembelajaran yang efektif. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang
(16)
ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa yaitu Model Problem Based Instruction. Trianto (2007:67) menyatakan bahwa
“Model Problem Based Instruction merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata .
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Instruction merupakan suatu model pembelajaran yang menyajikan masalah yang otentik kepada siswa dan penyelesaiannya membutuhkan penyelidikan autentik. Dalam model Problem Based Instruction siswa terlibat aktif dalam diskusi bermakna untuk menganalisis situasi masalah dan mempertimbangkan analisis alternatif. Problem Based Instruction menyatakan siswa sebagai pemain kunci dalam pembelajaran dan kemampuan proses berpikir mereka.
Salah satu aspek keterampilan berpikir tingkat tinggi yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pembelajaran untuk menghadapi perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan masyarakat yang cepat saat ini adalah keterampilan berpikir kritis. Ennis dalam Hassaoubah (2008:67) menyatakan bahwa ‘Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercaya atau dilakukan’. Keterampilan berpikir kritis tidak berkembang secara alami tetapi harus diajarkan dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah yang otentik dan bermakna.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti menerapkan model Problem Based Instruction dalam proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Penerapan model ini diaktualisasikan dalam penelitian dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Instruction terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Mengklarifikasi Masalah Siswa Sekolah Dasar”.
(17)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah proses dan ruang lingkup penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada keluasan variabel dan sampel penelitian. Variabel model Problem Based Instruction dibatasi hanya pada keterlaksanaan model pembelajaran tersebut di kelas eksperimen. Sedangkan variabel keterampilan berpikir kritis siswa tentang siklus air pada pembelajaran IPA yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu aspek saja yaitu mengklarifikasi masalah. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya yang terdiri dari 2 rombongan belajar yaitu kelas VA dan VB. Siswa kelas VA ditetapkan sebagai kelas kontrol dan siswa kelas VB ditetapkan sebagai kelas eksperimen.
2. Perumusan Masalah a. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut yang menjadi fokus perhatian peneliti di SD Negeri 6 Singaparna adalah pentingnya guru memiliki model pembelajaran IPA yang efektif, inovatif dan bermakna bagi siswa. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya menerima konsep saja, tetapi siswa dapat memahami, mengembangkan keterampilan berpikir dan mengapliasikan konsep yang telah diterima melalui pengalaman belajar untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh model Problem Based Instruction terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA tentang siklus air di kelas V SDN 6 Singaparna ?”
Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian, maka rumusan masalah di atas dapat diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
(18)
1. Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA tentang siklus air dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas VA SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya?
2. Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA tentang siklus air dengan menggunakan model Problem Based Instruction di kelas VB SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya?
3. Bagaimana perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA tentang siklus air yang menggunakan model konvensional dengan menggunakan model Problem Based Instruction di kelas V SDN 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya?
4. Bagaimana pengaruh model Problem Based Instruction terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA tentang siklus air di kelas V SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Instruction terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA tentang siklus air di kelas V SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
Adapun secara rinci, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu : 1. Untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran
IPA tentang siklus air dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas VA SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
2. Untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA tentang siklus air dengan menggunakan model Problem Based Instruction
(19)
di kelas VB SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
3. Untuk mendeskripsikan perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA tentang siklus air yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan model Problem Based Instruction di kelas V SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
4. Untuk mendeskripsikan informasi mengenai ada tidaknya pengaruh model Problem Based Instruction terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah tentang siklus air pada pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang Model Problem Based Instruction terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah terutama pada pembelajaran IPA.
b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukkan tentang suatu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
c. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan belajar IPA secara aktif dan menyenangkan.
d. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan acuan bagi peneliti lain dalam mengembangkan model pembelajaran sehingga menjadi bahan referensi.
(20)
F. Struktur Organisasi Skripsi
Gambaran lebih jelasnya tentang isi keseluruhan skripsi disampaikan dalam sistematika penulisan yang pembahasannya disusun sebagai berikut:
1. Bab I pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.
2. Bab II kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis. Bab ini menjelaskan tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis.
3. Bab III metode penelitian. Bab ini terdiri atas lokasi dan subjek populasi/ sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.
4. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini mengemukakan tentang gambaran umum objek penelitian, hasil penelitian yang dicapai dan pembahasannya.
5. Bab V kesimpulan dan saran. Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.
(21)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. SD Negeri 6 Singaparna ini berada di pusat kota Singaparna yang berdampingan dengan terminal. SD Negeri 6 Singaparna ini terletak di Jalan Alun-alun Selatan No.44 Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Margono (2010:118) “Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian
kita dalam ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”. Sedangkan Arikunto
(2006:131) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Jadi populasi merupakan seluruh data yang menjadi subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD pada Gugus 2 Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya tahun ajaran 2012/2013. Gugus 2 Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya ini terdiri dari SD Negeri 2 Cimanglid, SD Negeri 3 Cimanglid, SD Negeri 4 Cimanglid, SD Negeri 5 Cimanglid, SD Negeri 7 Cimanglid, SD Negeri 6 Singaparna, SD Negeri 8 Singaparna dan SD Negeri Dewi Sartika.
Margono (2010:121) “Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Sedangkan Arikunto (2006:131) “Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti”. Jadi sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara tertentu. Sample yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif. Untuk menentukan sampel, terlebih dahulu harus menentukan teknik sampling yang digunakan. Sugiyono (2009:118) “Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel”. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Nonprobability Sampling. Sugiyono (2009:122) Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang kesempatan sama bagi
(22)
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Kategori yang dipilih dari nonprobability sampling yaitu sampling purposive. Sugiyono (2009:124) “Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Berdasarkan teknik sampling yang digunakan, maka sampel dalam penelitian ini yaitu kelas V SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya yang terdiri dari 2 rombongan belajar yaitu kelas VA dan VB yang berjumlah 62 orang, terdiri dari 30 orang siswa kelas VA yang ditetapkan sebagai kelas kontrol dan 32 orang siswa kelas VB yang ditetapkan sebagai kelas eksperimen. Pemilihan sampel ini didasarkan pada pertimbangan karakteristik sekolah dan adanya rujukan dari UPTD Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
B. Desain Penelitian
Bentuk desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design, desain ini hampir sama dengan Pretest-Posttest Control Group Design hanya pada desain ini kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak dipilih secara random. Kedua kelas ini diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal apakah ada perbedaan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan. Pola Noneequivalent Control Group Design dijelaskan sebagai berikut :
C.
Gambar bagan 3.1 Desain Penelitian Keterangan:
E = Kelas Eksperimen
K = Kelas Kontrol
O1 & O3 = Tes awal sebelum perlakuan (Pretest)
X1 = Perlakuan dengan menggunakan model Problem Based Instruction terhadap kelas eksperimen
X2 = Perlakuan dengan menggunakan model konvensional terhadap kelas control
E O1 X1 O2
(23)
O2 & O4 = Tes akhir setelah perlakuan (Posttest)
Perlakuan terhadap kelas eksperimen adalah pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Instruction sedangkan perlakuan pada kelas kontrol adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Di dalam desain ini pretest digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa tentang siklus air sebelum perlakuan (O1 & O3). Sedangkan posttest digunakan untuk mengukur hasil belajar keterampilan berpikir kritis siswa tentang siklus air setelah mendapatkan perlakuan (O2 & O4). Pretest dan posttest dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pretest dilakukan di awal pertemuan saja sedangkan posttest dilakukan di akhir setiap pertemuan.
C. Metode Penelitian
Sugiyono (2009:3) “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Sugiyono (2009:107)
“Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Danim dalam Siregar (2011:103) mengatakan bahwa,
‘Metode penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan
sebab akibat, dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan’.
Bentuk desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experimental (eksperimen semu) jenis Nonequivalent Control Group Design. Dikatakan eksperimen semu karena dalam hal ini variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap hasil penelitian tidak dapat dikontrol. Penelitian quasi experimental (eksperimen semu) melibatkan dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang mendapatkan perlakukan sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan.
(24)
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Margono (2010:133)
“Variabel diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau
lebih”. Sedangkan Sugiyono (2009:61) “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Jadi variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dikaji dan ditarik kesimpulan.
Variabel – variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas / independen variable
Siregar (2011:110) “Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab atau mempengaruhi suatu variabel lain”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Problem Based Instruction.
2. Variabel terikat / dependent variable
Siregar (2011:110) “Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel lain (variabel bebas)”. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
Penjelasan istilah variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut : a. Model Problem Based Instruction
Trianto (2007:67) menyatakan bahwa.
“Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata”.
Aspek-aspek dalam model Problem Based Instruction terdiri dari :
1. Tahap perencanaan meliputi: penetapan tujuan, merancang situasi masalah, organisasi sumber daya dan sumber logistik.
(25)
2. Tahap pelaksanaan meliputi: orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, analisa data dan evaluasi proses pemecahan masalah.
Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model Problem Based Instruction digunakan lembar observasi dan instrumen pengembangan bahan ajar berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk kelas V tentang siklus air.
b. Keterampilan Berpikir Kritis
Ennis dalam Hassaoubah (2008:67) ‘Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan’. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Indikator keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengklarifikasi masalah atau isu-isu, dengan indikator sebagai berikut:
a. Dapat melihat dengan jelas perumusan dari masalah sederhana (simple) yang tidak jelas.
b. Mencatat dengan jelas perbedaan dan persamaan c. Memahami konsep relevan dan tidak relevan
d. Dapat mengenali pertanyaan sederhana yang sesuai dan tidak sesuai e. Dapat mengekspresikan atau mengungkapkan masalah dan isu
f. Mengenali secara jelas pandangan dan orientasi kelompok dan individu
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah yaitu berupa soal dalam bentuk tes objektif yang terdiri dari 20 soal pilihan ganda tentang siklus air.
(26)
E. Instrumen Penelitian
Siregar (2011:161) “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan menginterprestasikan informasi yang diperoleh dari para responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama”. Variasi jenis instrumen penelitian diantaranya: angket, ceklis (check-list) atau daftar centang, pedoman wawancara dan pedoman pengamatan. Berikut dijelaskan macam-macam instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Instrumen Penelitian Utama/Primer
Instrumen penelitian utama/primer pada penelitian ini berupa soal tes keterampilan berpikir kritis siswa tentang siklus air pada semester 2 di kelas V Sekolah Dasar dalam bentuk tes objektif. Arikunto (2010:193) “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes keterampilan berpikir kritis siswa ini digunakan untuk mengukur tingkat keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah tentang siklus air pada semester 2 di kelas V Sekolah Dasar.
Soal tes ini terdiri atas 20 soal berbentuk pilihan ganda dengan 4 opsi pilihan. Butir soal instrumen ini dipilih dari 30 soal setelah terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji relibialitas soal. Konsep siklus air yang termuat dalam instrumen soal tersebut meliputi 3 materi pokok yaitu proses terjadinya siklus air, kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi proses terjadinya siklus air dan tindakan penghematan air. Adapun kisi-kisi instrumen data tentang keterampilan berpikir kritis siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Berpikir Kitis Siswa dalam Mengklarifikasi Masalah Materi Ajar Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Indikator Keterampilan
Berpikir Kritis yang Diukur Indikator Materi
Siklus Air
Mengklarifikasi masalah atau isu-isu
1. Dapat melihat dengan jelas perumusan dari masalah sederhana (simple) yang tidak jelas.
a. Menganalisis
manfaat air bagi kehidupan manusia
(27)
Tabel 3.1 (lanjutan) Materi Ajar Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Indikator Keterampilan
Berpikir Kritis yang Diukur Indikator Materi
Siklus Air
Mengklarifikasi masalah atau isu-isu
2. Mencatat dengan jelas perbedaan dan
persamaan
b.Menganalisis
sifat-sifat air
3. Memahami konsep relevan dan tidak relevan
c. Menganalisis
terjadinya proses siklus air
4. Dapat mengenali pertanyaan sederhana yang sesuai dan tidak sesuai d. Menganalisis kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi proses terjadinya siklus air
5. Dapat mengekspresikan atau mengungkapkan masalah dan isu
e. Membedakan air
bersih dan air tercemar
6. Mengenali secara jelas pandangan dan
orientasi kelompok dan individu
f. Merumuskan
tindakan
penghematan air
2. Instrumen Penelitian Pendukung/Sekunder
Instrumen penelitian pendukung/sekunder pada penelitian ini yaitu lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran pada pembelajaran IPA tentang siklus air dengan menggunakan model Problem Based Instruction. Instrumen ini berbentuk rating scale, dimana observer hanya memberikan tanda ceklish () pada kolom yang sesuai dengan
aktivitas yang diobservasi. Peneliti bertindak sebagai guru pengajar, sedangkan
guru kelas V SD Negeri 6 Singaparna bertindak sebagai observer. Lembar observasi mengenai keterlaksanaan model pembelajaran ini didiskusikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing yang kemudian dijelaskan pada observer. Lembar observasi yang telah disusun telah diujicobakan terlebih dahulu oleh
(28)
peneliti di Sekolah Dasar yang berbeda dengan Sekolah Dasar tempat penelitian tetapi kualitas sekolahnya diasumsikan sama.
3. Instrumen Pengembangan Bahan Ajar
Selain instrumen soal, untuk keperluan guru mengelola pembelajaran terlebih dahulu dibuat instrumen pengembangan bahan ajar untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen instrumen pengembangan bahan ajar berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berikut Lembar Kerja Siswa (LKS) yang semuanya dirancang sesuai dengan karakteristik model Problem Based Instruction. Sedangkan untuk kelas kontrol berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berikut Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dirancang disesuaikan dengan pembelajaran seperti biasanya. Adapun materi yang dipilih adalah materi kelas V tentang siklus air pada semester 2.
F. Pengembangan Instrumen Penelitian
Setelah pembuatan instrumen penelitian soal tes selesai, langkah selanjutnya adalah pengujian instrumen. Pengujian ini dilaksanakan di kelas dan sekolah dasar yang subjeknya berbeda dengan subjek penelitian, tetapi kualitas sekolahnya diasumsikan sama. Pada penelitian ini uji instrumen dilakukan terhadap siswa kelas VI SD Negeri Sukasenang. Kelas VI SD Negeri Sukasenang ini terdiri dari 4 rombongan belajar akan tetapi yang diambil oleh peneliti untuk dilakukan uji instrumen hanya dua rombongan belajar saja yaitu kelas VI B dengan jumlah siswa 30 orang dan kelas VI C dengan jumlah siswa 30 orang. Pengujian instrumen ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel sehingga layak digunakan dalam penelitian.
1. Uji validitas instrumen
Riduwan (2013:194) “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Siregar (2011:162) “Valid atau kesahihan adalah menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa
(29)
yang ingin diukur”. Jadi uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas item. Validitas item ditunjukan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Dari perhitungan korelasi akan didapat suatu koefesien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan dengan bantuan Program SPSS 16.0. Langkah-langkah uji validitas dengan bantuan Program SPSS 16.0 dapat dilihat pada lampiran E.1
Riduwan (2011:98) “Kriteria pengujian validitas adalah dengan membandingkan antara koefisien korelasi (rhitung) dengan nilai tabel korelasi Pearson Product Moment (rtabel). Kriterianya: “jika rhitung> rtabel maka instrumen valid, sebaliknya jika rhitung< rtabel maka instrumen tidak valid”. Hasil perhitungan uji validitas instrumen dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 sebagai berikut.
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Item Soal rhitung rtabel Keterangan
1 0,104 0,266 Tidak Valid 2 0,226 0,266 Tidak Valid
3 0,463 0,266 Valid
4 0,311 0,266 Valid
5 0,445 0,266 Valid
6 0,514 0,266 Valid
7 0,360 0,266 Valid
8 0,200 0,266 Tidak Valid
9 0,428 0,266 Valid
10 0,298 0,266 Valid
11 0,587 0,266 Valid
(30)
Tabel 3.2 (lanjutan)
Item Soal rhitung rtabel Keterangan
13 0,389 0,266 Valid
14 0,439 0,266 Valid
15 0,298 0,266 Valid
16 0,235 0,266 Tidak Valid
17 0,412 0,266 Valid
18 0,252 0,266 Tidak Valid
19 0.366 0,266 Valid
20 0,150 0,266 Tidak Valid
21 0,345 0,266 Valid
22 0,458 0,266 Valid
23 0,368 0,266 Valid
24 0,565 0,266 Valid
25 0,541 0,266 Valid
26 0,504 0,266 Valid
27 0,472 0,266 Valid
28 0,520 0,266 Valid
29 0,571 0,266 Valid
30 0,396 0,266 Valid
Berdasarkan tabel 3.2, diketahui bahwa dari 30 soal terdapat 24 soal valid dan 6 soal tidak valid, ke 6 soal itu tidak valid karena nilai rhitung lebih kecil dari pada nilai rtabel. Untuk item soal yang tidak valid yaitu soal nomor 1, 2, 8, 16, 18, dan 20 akan dihilangkan, karena dari seluruh butir soal sudah mewakili tiap indikator.
2. Uji reliabilitas instrumen
Riduwan, (2013:194) “Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik”. Siregar (2011:173) “Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula”. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur,
(31)
sehingga hasil suatu pengukuran itu dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (homogen) diperoleh hasil yang relatif sama, dengan catatan selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan dengan metode Cronbach’s Alpha yang perhitungannya menggunakan bantuan komputer pada program SPSS 16.0. Langkah-langkah uji reliabilitas dengan bantuan Program SPSS.16 dapat dilihat pada lampiran E.1
Pengujian reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran itu dapat dipercaya. Adapun hasil perhitungan pengujian reliabilitas dengan menggunakan uji Cronbach’s Alpha dalam program SPSS. 16.0 sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hasil Perhitungan Pengujian Reliabilitas
Cronbach's Alpha N of Items
.801 30
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Alpha Cronbach. Kriterianya yaitu bila ada butir atau item pada kolom Alpha if Item Deleted memberi nilai koefisien yang lebih tinggi dari nilai Cronbach’s Alpha keseluruhan, maka butir tidak reliabel dan sebaiknya dihilangkan atau direvisi.
Tabel 3.4
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Item Soal
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Nilai Alpha
Cronbach Keterangan
1 0,802 0,801 Tidak Reliabel
2 0,799 0,801 Reliabel
3 0,792 0,801 Reliabel
4 0,798 0,801 Reliabel
5 0,793 0,801 Reliabel
(32)
Tabel 3.4 (lanjutan)
Item Soal
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Nilai Alpha
Cronbach Keterangan
7 0,797 0,801 Reliabel
8 0,800 0,801 Reliabel
9 0,793 0,801 Reliabel
10 0,798 0,801 Reliabel
11 0,788 0,801 Reliabel
12 0,799 0,801 Reliabel
13 0,795 0,801 Reliabel
14 0,793 0,801 Reliabel
15 0,800 0,801 Reliabel
16 0,800 0,801 Reliabel
17 0,794 0,801 Reliabel
18 0,803 0,801 Tidak Reliabel
19 0,796 0,801 Reliabel
20 0,808 0,801 Tidak Reliabel
21 0,798 0,801 Reliabel
22 0,792 0,801 Reliabel
23 0,797 0,801 Reliabel
24 0,786 0,801 Reliabel
25 0,788 0,801 Reliabel
26 0,790 0,801 Reliabel
27 0,791 0,801 Reliabel
28 0,789 0,801 Reliabel
29 0,796 0,801 Reliabel
30 0,794 0,801 Reliabel
Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa dari jumlah soal seluruhnya yaitu sebanyak 30 soal terdapat 27 butir soal yang reliabel dan 3 butir soal tidak reliable, ke 3 soal itu tidak reliabel karena nilai Cronbach's Alpha if Item Deleted lebih besar dari nilai Cronbach’s Alpha. Untuk butir soal yang tidak reliabel, yaitu butir soal nomor 1, 18, dan 20 akan dihilangkan, karena dari seluruh butir soal sudah mewakili tiap indikator.
(33)
3. Seleksi Butir-Butir Soal untuk Instrumen Penelitian
Untuk keperluan penyusunan soal pada kegiatan pretest dan posttest dalam pembelajaran, dari 30 butir soal dipilih 20 butir soal yang valid dan reliabel. Pemilihan didasarkan pada pertimbangan hasil uji validitas dan reliabilitas, keterkaitan dengan indikator kompetensi hasil belajar dan kualitas soal. Kualitas soal dalam penelitian ini dibatasi pada tingkat kesukaran. Daryanto (2007:179) menyatakan bahwa,
“Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya”.
Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar antara 0,00-1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK = 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila memiliki TK = 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar.
Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu. Rumus ini dipergunakan untuk soal objektif. Secara manual tingkat kesukaran (TK) butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Depdiknas dalam Nurramdani (2012:56) Perhitungan tingkat kesukaran dibantu dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007. Menurut Depdiknas dalam Nurramdani (2012:57) klasifikasi tingkat kesukaran disajikan pada tabel berikut.
(34)
Tabel 3.5
Kategori Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran Kategori Soal
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester atau hasil belajar (tes formatif) lebih banyak digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi lebih banyak digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan lebih banyak butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah atau mudah.
Tabel 3.6
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Soal Keterampilan Berpikir Kritis Item Soal Indeks Kesukaran Kategori Soal
1 0.88 Mudah
2 0.90 Mudah
3 0.82 Mudah
4 0.93 Mudah
5 0.80 Mudah
6 0.50 Sedang
7 0.55 Sedang
8 0.87 Mudah
9 0.65 Sedang
10 0.78 Mudah
11 0.85 Mudah
12 0.57 Sedang
13 0.65 Sedang
14 0.78 Mudah
15 0,72 Mudah
16 0.85 Mudah
17 0.30 Sukar
18 0.60 Sedang
19 0.65 Sedang
20 0.40 Sedang
21 0.57 Sedang
22 0.65 Sedang
(35)
Tabel 3.6 (lanjutan)
Item Soal Indeks Kesukaran Kategori Soal
24 0.67 Sedang
25 0.70 Sedang
26 0.30 Sukar
27 0.60 Sedang
28 0.65 Sedang
29 0.52 Sedang
30 0.80 Mudah
Berdasarkan tabel 3.6 dapat diketahui bahwa dari jumlah soal seluruhnya yaitu sebanyak 30 soal terdapat 12 butir soal berkategori mudah dan 16 butir soal berkategori sedang, dan 2 butir soal yang berkategori sukar.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul sedangkan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Langkah
pengumpulan data sangat penting dilakukan untuk menjawab dan memecahkan masalah penelitian. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan dan pokok masalah dalam penelitian ini adalah melalui alat pengumpul data primer berupa tes keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah dalam bentuk tes objektif dan lembar observasi.
1. Tes
Tes adalah alat untuk memperoleh data. Tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa berupa butiran-butian soal dalam bentuk tes objektif. Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA tentang siklus
(36)
air. Tes ini berupa soal pretest dan posttes. Pretest diberikan sebelum ada perlakuan dalam pembelajaran, hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi, sedangkan posttest diberikan setelah adanya perlakuan dalam pembelajaran.
Data tes keterampilan berpikir kritis dalam mengklarifikasi masalah ini diperoleh melalui proses pembelajaran. Pembelajaran dalam penelitian ini seluruhnya dilaksanakan dalam 8 kali pertemuan, empat kali pertemuan di kelas eksperimen dan empat kali pertemuan di kelas kontrol dengan alokasi waktu setiap pertemuan yaitu 2 x 35 menit. Pada pertemuan pertama yang dilaksanakan pada tanggal 20 April 2013, indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menyelidiki sifat-sifat air; menganalisis sifat-sifat air. Pada pertemuan kedua yang dilaksanakan pada 22 April 2013, indikator yang disampaikan yaitu menyelidiki proses terjadinya siklus air; menganalisis proses terjadinya siklus air. Pada pertemuan ketiga yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 2013, indikator yang disampaikan yaitu menyelidiki kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi proses terjadinya siklus air; menganalisis kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi proses terjadinya siklus air. Pada pertemuan keempat yang dilaksanakan pada tanggal 27 April 2013, indikator yang disampaikan yaitu melakukan proses penjernihan air; merumuskan tindakan penghematan air.
2. Observasi
Sutrisno dalam Sugiyono (2009:145) mengemukakan bahwa ”Observasi merupakan suatu proses kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai unsur biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan”. Observasi hanya dilaksanakan di kelas eksperimen oleh
guru kelas V SD Negeri 6 Singaparna yang bertindak sebagai observer. Sedangkan peneliti bertindak sebagai guru pengajar. Observasi ini bertujuan untuk menilai keterlaksanaan model pembelajaran di kelas eksperimen. Instrumen observasi berbentuk rating scale, dimana observer hanya memberikan tanda ceklish () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diobservasi.
(37)
H. Teknik Analisis Data Penelitian
Sugiyono (2009:335) menyatakan bahwa:
“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.
Selanjutnya data yang dihasilkan dari pengumpulan data diolah melalui beberapa tahap. Tahap pertama yaitu persiapan, kegiatan pada langkah persiapan ini antara lain: mengecek kelengkapan identitas pengisi, mengecek kelengkapan data dan mengecek isian data. Tahap kedua yaitu tabulasi, kegiatan pada langkah tabulasi ini antara lain: memberikan skor terhadap item-item soal dan mentabulasikan setiap data yang berhasil dikumpulkan ke dalam tabel. Tahap ketiga yaitu analisis statistik, pada langkah analisis statistik dalam penelitian ini yaitu menggunakan uji statistik komparasi. Analisis komparasi (Uji t) digunakan untuk memprediksi perbandingan atau perbedaan antara dua variabel bebas. Dalam analisis ini langkah-langkah yang dilakukan, antara lain:
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif berkaitan dengan upaya menjawab rumusan masalah a dan b pada Bab I, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA tentang siklus air dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas V SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya?
2. Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA tentang siklus air dengan menggunakan model Probelm Based Instruction di kelas V SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya?
Untuk menjawab rumusan masalah a dan b (tentang keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen), prosedur pengolahan data meliputi:
(38)
a. Pemberian skor dan nilai terhadap jawaban pretest dan posttest siswa untuk masing-masing kelas kontrol dan kelas eksperimen.
b. Melakukan olah data statistik deskriptif terhadap nilai pretest dan posttest siswa untuk masing-masing kelas kontrol dan kelas eksperimen.
c. Berdasarkan hasil olah data statistik deskriptif, maka dideskripsikan kualitas keterampilan berpikir kritis siswa pada masing-masing kelas, baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
d. Untuk melengkapi informasi keterampilan berpikir kritis siswa juga dilakukan perhitungan normal gain antara nilai pretest dengan nilai posttest untuk masing-masing kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Normal gain adalah perbandingan antara selisih nilai posttest dengan nilai pretest dan selisih nilai ideal dengan nilai pretest. Normal gain digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah setelah pembelajaran dilaksanakan. Rumus normal gain menurut Meltzer dalam Nurramdani (2012:22) adalah:
Normal Gain =
Efektifitas normal gain didasarkan pada klasifikasi dari Arikunto dalam Nurramdani (2012:22), yaitu:
Tabel 3.7
Kategori Interpretasi Normal Gain Normal Gain Tafsiran
< 0,40 Tidak Efektif 0,40 – 0,55 Kurang Efektif 0,56 – 0,75 Cukup Efektif
> 0,76 Efektif 2. Uji Hipotesis
Pengolahan data untuk uji hipotesis berhubungan dengan keperluan uji signifikansi peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada masing-masing kelas kontrol dan kelas eksperimen, serta untuk menjawab rumusan masalah bagian c dan d. Dalam penelitian ini, seluruh teknik pengolahan data untuk
(39)
keperluan uji stastik (uji hipotesis) sepenuhnya menggunakan program aplikasi software SPSS 16.0 for Windows. Rambu-rambu uji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
a. Uji Asumsi
Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji asumsi ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai pengolahan data yang akan digunakan. Apakah data yang diperoleh diolah dengan parametrik atau dengan non parametrik.
1) Uji Normalitas
Priyatno (2010:71) “Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak”. Jika data tersebut berdistribusi normal, maka data dianalisis menggunakan statistik parametrik. Sedangkan jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka menggunakan statistik non parametrik. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0. dengan Uji kolmogorov-smirnov. Langkah-langkah uji normalitas dengan bantuan Program SPSS 16.0. dapat dilihat pada lampiran E.2
Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada Asymp. Sig (2-tailed). Untuk menentukan kenormalan, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut:
a) Menetapkan hipotesis.
b) Tetapkan taraf signifikansi uji misalnya a = 0,05. c) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.
d) Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
e) Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Priyatno (2010:76) “Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak”. Pada penelitian ini, uji
(40)
homogenitas data dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0. Langkah-langkah uji homogenitas dengan bantuan Program SPSS 16.0 dapat dilihat pada lampiran E.2
Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji homogenitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada (Sig.) Based on Mean. Untuk menetapkan homogenitas digunakan pedoman sebagai berikut:
a) Menentukan hipotesis.
b) Tetapkan taraf signifikansi uji, misalnya a = 0,05. c) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.
d) Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka variansi setiap sampel sama (homogen).
e) Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen)
b. Uji Hipotests Statistik
Uji hipotesis statistik terdiri dari uji komparasi dan uji hipotesis statistik penelitian. Uji komparasi dan uji hipotesis statistik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
1) Uji Komparasi
Uji komparasi dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas data. Peneliti menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007 untuk mentabulasi data dan SPSS 16.0 untuk melakukan analisis komparasi. Uji komparasi ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol dengan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen. Dalam penelitian ini untuk mengetahui perbedaan rerata pretest dengan rerata posttest pada kelas kontrol dan eksperimen menggunakan uji Paired Samples T Test. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan rerata pretest kelas kontrol dengan rerata pretest kelas eksperimen, perbedaan rerata posttest kelas kontrol dengan rerata posttest kelas eksperimen dan perbedaan rerata normal gain kelas kontrol dengan rerata normal gain kelas eksperimen menggunakan uji
(41)
Independent Sample T-Test. Langkah – langkah uji komparasi dengan bantuan Program SPSS 16.0 dapat dilihat pada lampiran E.3
Cara mengetahui ada tidaknya perbedaan rerata pretest dengan rerata posttest pada kelas kontrol dan eksperimen adalah dengan memperhatikan bilangan pada Sig. (2-tailed). Untuk menetapkan ada tidaknya perbedaan itu digunakan pedoman sebagai berikut:
a) Menentukan hipotesis.
b) Tetapkan taraf signifikansi uji, misalnya a = 0,05. c) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.
d) Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pretest dengan rerata nilai posttest.
e) Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka ada perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pretest dengan rerata nilai posttest.
Cara mengetahui ada tidaknya perbedaan rerata nilai pretest kelas kontrol dengan rerata nilai pretest kelas eksperimen adalah dengan memperhatikan bilangan pada Sig. (2-tailed). Untuk menetapkan ada tidaknya perbedaan itu digunakan pedoman sebagai berikut:
a) Menentukan Hipotesis
b) Menentukan taraf signifikansi. Nilai a adalah 0,05. c) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh. d) Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka H0 ditolak. e) Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka Ha diterima.
a. Uji hipotesis statistik
Hipotesis statistik pada penelitian tentang pengaruh model Pembelajaran Problem Based Instruction terhadap keterampilan berpikir kritis siswa tentang siklus air pada pembelajaran IPA ditetapkan sebagai berikut :
(1) Hipotesis nol (H0): tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA tentang siklus air antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based
(42)
Instruction dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa menggunakan model Problem Based Instruction. H0 : µ1 = µ2
(2) Hipotesis alternatif (Ha): terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA tentang siklus air antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Instruction dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa menggunakan model Problem Based Instruction. Ha : µ1 ≠ µ2
(43)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada BAB IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA tentang siklus air di kelas kontrol sebelum pembelajaran berada pada ketegori sedang dan setelah pembelajaran berada pada kategori tinggi. Hasil perhitungan uji beda menunjukan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah tentang siklus air sesudah pembelajaran mengalami perubahan yang signifikan. Meskipun mengalami perubahan yang signifikan tetapi rerata normal gain pada pembelajaran konvensional di kelas V SD Negeri 6 Singaparna menunjukkan efektifitas pencapaian hasil belajar keterampilan berpikir kritis dalam mengklarifikasi masalah berada pada kategori tidak efektif
2. Keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA tentang siklus air di kelas eksperimen sebelum pembelajaran berada pada ketegori sedang dan setelah pembelajaran berada pada kategori sangat tinggi. Hasil perhitungan uji beda menunjukan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah tentang siklus air sesudah pembelajaran mengalami perubahan yang signifikan. Rerata normal gain pada pembelajaran Problem Based Instruction di kelas V SD Negeri 6 Singaparna menunjukkan efektifitas pencapaian hasil belajar keterampilan berpikir kritis dalam mengklarifikasi masalah berada pada kategori cukup efektif
3. Ada perbedaan keterampilan berpikir kritis dalam mengklarifikasi masalah antara siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan siswa yang mengikuti pembelajaran Problem Based Instruction. Hal ini dibuktikan dari hasil uji-t terhadap rerata normal gain antara kelas kontrol dengan kelas
(44)
eksperimen yang menunjukan harga Sig. (2-tailed) < 0.05. Dengan mencermati nilai Sig. (2-tailed) atau signifikansi uji dua pihak sebesar 0,000 diperoleh dari nilai sig. < 0,05 atau Sig. < α maha H0 ditolak atau H1 diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara rerata normal gain kelas kontrol dengan kelas eksperimen.
4. Hasil uji beda Independent Sampel Test antara rerata normal gain kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan adanya pengaruh positif pada model Problem Based Instruction terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA tentang siklus air di kelas V SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya maka saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut. 1. Hasil penelitian membuktikan bahwa model Problem Based Instruction
cukup efektif diterapkan dalam pembelajaran IPA tentang siklus air. Dengan demikian, model Problem Based Instruction dapat dijadikan salah satu alternatif model dalam pembelajaran IPA sehingga membuat siswa termotivasi untuk giat belajar.
2. Untuk mengatasi situasi yang membosankan dalam pembelajaran di sekolah, sebaiknya guru menggunakan berbagai strategi, model, metode, maupun media yang tepat. Khususnya dalam pembelajaran IPA yang membutuhkan daya berpikir kritis untuk memecahkan masalah dan menarik suatu kesimpulan dari suatu percobaan.
3. Hendaknya guru mampu mengembangkan dan merangsang kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran IPA tentang siklus air. Salah satunya dengan model Problem Based Instruction yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan masalah.
4. Dalam model Problem Based Instruction guru hendaknya mampu merancang dan menggunakan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari siswa,
(45)
sehingga hasil belajar dengan menggunakan model Problem Based Instruction dapat optimal.
(46)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. Abu dan Widodo Supriyono. (2004). Psikologi Belajar. Penerbit : Rineka Cipta.
Arend, R.L. (2008). Learning To Teach : Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arief Achmad, (2007), Memahami Berpikir Kritis, Tersedia:http://www.re-searchengines.com/1007arief3.html; (16 Februari 2013)
Azmiyawati, Choiril. dkk. (2008). IPA Salingtemas 5 untuk Kelas V SD/ MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rhineka Cipta Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta :
Depdikbud
Dahar, Ratna Wilis. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga
Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Media Makmur Maju Mandiri
Dewim Kemala. (2009). Menyelidiki Air dan Manfaatnya. Jakarta : PT Musi Perkasa Utama
(47)
Hassoubah, Zaleha Izhab. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa
Herlan, Novianti Triana. (2012). Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Memecahkan Soal Cerita Pecahan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Iskandar, Srini. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Depdikbud Johnson, B. (2006). Contextual Teaching and Learning. Bandung : MLC
Lestari, Fuji. (2012). Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Penguasaan Siswa Tentang Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Mulyana, Edi Hendri. (2011). Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press
Nurramdani, Handy Aprilia. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kreatif Produktif Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Tentang Peristiwa Alam Pada Pembelajaran IPA Di Kelas V SDN 7 Ciamis Kabupaten Ciamis. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Nur’azizah, Novi Nafisah. (2011). Pengaruh Model Problem Based Instruction terhadap Penguasaan Konsep Siswa tentang Sifat-sifat Cahaya pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Cipondok Kecamatan Sukaresik. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Priyatno, Duwi. (2010). Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Jakarta: Buku Seru.
(48)
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Riduwan, Adun, Enas. (2013). Cara Mudah Belajar SPSS dan Aplikasi Statistik Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sagala. S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Samatowa, Usman. (2006) Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud
Sari, Nurul Ratna. (2009). Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Ipa Siswa Sekolah Dasar. Tesis. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Siregar, S. (2011). Statistik Deskriftif untuk Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. (2006). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
Supriadi. (2011). Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Mahasiswa PGSD Antara Mahasiswa yang Mendapatkan Pembelajaran Inquiry Based Learning dan Pendekatan Konvensional. Dalam Jurnal Pendidikan Dasar Vol 3, No. 4, Tasikmalaya: UPI Kampus Tasikmalaya.
(49)
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka
Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Uyanto, Stanislaus. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
(1)
eksperimen yang menunjukan harga Sig. (2-tailed) < 0.05. Dengan mencermati nilai Sig. (2-tailed) atau signifikansi uji dua pihak sebesar 0,000 diperoleh dari nilai sig. < 0,05 atau Sig. < α maha H0 ditolak atau H1 diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara rerata normal gain kelas kontrol dengan kelas eksperimen.
4. Hasil uji beda Independent Sampel Test antara rerata normal gain kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan adanya pengaruh positif pada model Problem Based Instruction terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklarifikasi masalah pada pembelajaran IPA tentang siklus air di kelas V SD Negeri 6 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya maka saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut.
1. Hasil penelitian membuktikan bahwa model Problem Based Instruction
cukup efektif diterapkan dalam pembelajaran IPA tentang siklus air. Dengan demikian, model Problem Based Instruction dapat dijadikan salah satu alternatif model dalam pembelajaran IPA sehingga membuat siswa termotivasi untuk giat belajar.
2. Untuk mengatasi situasi yang membosankan dalam pembelajaran di sekolah,
sebaiknya guru menggunakan berbagai strategi, model, metode, maupun media yang tepat. Khususnya dalam pembelajaran IPA yang membutuhkan daya berpikir kritis untuk memecahkan masalah dan menarik suatu kesimpulan dari suatu percobaan.
3. Hendaknya guru mampu mengembangkan dan merangsang kemampuan
berpikir siswa dalam pembelajaran IPA tentang siklus air. Salah satunya dengan model Problem Based Instruction yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan masalah.
4. Dalam model Problem Based Instruction guru hendaknya mampu merancang
(2)
sehingga hasil belajar dengan menggunakan model Problem Based Instruction dapat optimal.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. Abu dan Widodo Supriyono. (2004). Psikologi Belajar. Penerbit : Rineka Cipta.
Arend, R.L. (2008). Learning To Teach : Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arief Achmad, (2007), Memahami Berpikir Kritis, Tersedia:http://www.re-searchengines.com/1007arief3.html; (16 Februari 2013)
Azmiyawati, Choiril. dkk. (2008). IPA Salingtemas 5 untuk Kelas V SD/ MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rhineka Cipta
Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta : Depdikbud
Dahar, Ratna Wilis. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga
Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Media Makmur Maju Mandiri
Dewim Kemala. (2009). Menyelidiki Air dan Manfaatnya. Jakarta : PT Musi Perkasa Utama
(4)
Hassoubah, Zaleha Izhab. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa
Herlan, Novianti Triana. (2012). Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Memecahkan Soal Cerita Pecahan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Iskandar, Srini. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Depdikbud
Johnson, B. (2006). Contextual Teaching and Learning. Bandung : MLC
Lestari, Fuji. (2012). Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Penguasaan Siswa Tentang Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Mulyana, Edi Hendri. (2011). Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press
Nurramdani, Handy Aprilia. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kreatif Produktif Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Tentang Peristiwa Alam Pada Pembelajaran IPA Di Kelas V SDN 7 Ciamis Kabupaten Ciamis. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Nur’azizah, Novi Nafisah. (2011). Pengaruh Model Problem Based Instruction terhadap Penguasaan Konsep Siswa tentang Sifat-sifat Cahaya pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Cipondok Kecamatan Sukaresik. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
(5)
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Riduwan, Adun, Enas. (2013). Cara Mudah Belajar SPSS dan Aplikasi Statistik Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sagala. S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Samatowa, Usman. (2006) Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud
Sari, Nurul Ratna. (2009). Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Ipa Siswa Sekolah Dasar. Tesis. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Siregar, S. (2011). Statistik Deskriftif untuk Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. (2006). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
Supriadi. (2011). Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Mahasiswa PGSD Antara Mahasiswa yang Mendapatkan Pembelajaran Inquiry Based Learning dan Pendekatan Konvensional. Dalam Jurnal Pendidikan Dasar Vol 3, No. 4, Tasikmalaya: UPI Kampus Tasikmalaya.
(6)
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka
Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Uyanto, Stanislaus. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.