PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL.

(1)

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN

KOMPETENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES

PROMOTION GIRL (SPG)

(Studi Eksperimen Kuasi terhadap Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro Comm Bandung Tahun 2013)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi

Bimbingan dan Konseling

Oleh Vina Dartina

1009646

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN

KOMPETENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES

PROMOTION GIRL (SPG)

(Studi Eksperimen Kuasi terhadap Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro Comm Bandung Tahun 2013)

Oleh Vina Dartina

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister pada Program Studi Bimbingan dan Konseling

© Priyanka Permata Putri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

(4)

(5)

Vina Dartina (2013). Program bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl (Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Sales Promotion Girl Pada Agensi Eta Pro Comm Bandung Tahun 2013)

Fenomena yang terjadi di lapangan Sales Promotion Girl dalam pekerjaannya belum memiliki performa yang cukup baik terutama gaya berkomunikasi interpersonal saat menawarkan produk pada calon konsumen, sehingga memerlukan pematihan atau bimbingan untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl. Tujuan akhir penelitian adalah menghasilkan program bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal sesuai dengan hasil eksperimen yang telah dilaksanakan terhadap Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro Comm. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi. Hasil penelitian menunjukkan program bimbingan karir efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl. Rekomendasi ditujukan untuk Agensi yang menangani Sales Promotion Girl dan konselor perusahaan yaitu program ini dapat dijadikan rujukan untuk mengembangkan kompotensi Sales Promotion Girl terutama kompetensi komunikasi interpersonal. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian dari segi pengambilan sampel penelitian, perluasan metode penelitian dan penyusunan instrumen.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iv

DAFTAR ISI ………. vii

DAFTAR TABEL ………. ix

DAFTAR BAGAN ……… xi

DAFTAR GRAFIK ……… xii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Penjelasan Istilah ... 8

E. Program Bimbingan Karir berdasarkan teori Rogers………..…...… 12

F. Manfaat Penelitian ... 16

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG KOMPETENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PROGRAM BIMBINGAN KARIR ... 17 A. Konsep Kompetensi Komunikasi Interpersonal ... 17

B. Upaya-upaya Pengembangan Kompetensi Komunikasi ………... 34

C. Konsep Program Bimbingan Karir ... 37

D. Kerangka Teoretik Program Bimingan Karir untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal ………... 56

BAB III METODE PENELITIAN ……… 69 A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian ………. 69

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 70

C. Alur Penelitian ………... 71

D. Variabel Penelitian ……… 73

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ……… 74

F. Teknik Analisis Data ……… 87

G. Langkah-langkah Penelitian ………..… 92

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….……… 88 A. Hasil Penelitian ……… 88

B. Pembahasan ………. 109

C. Keterbatasan Penelitian ……… 126

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………... 128

A. Kesimpulan ………. 128


(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 132

DAFTAR TABEL

1.1 Kemampuan dalam Dunia Kerja ………... 2

2.1 Kerangka Model Konseling Karir John Crites……….. 46

2.2 Struktur dan Tahapan Program Bimbingan Karir ………. 63

2.3 Format Refleksi Program ………... 67

3.1 Desain Penelitian ………... 70

3.2 Kisi-kisi Instrumen Komunikasi Interpersonal Sebelum Validasi ... 79

3.3 Kisi-kisi Instrumen Komunikasi Interpersonal Setelah Validasi ... 80

3.4 Hasil Perhitungan Pengujian Validasi Item ……….. 84

3.5 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisen Korelasi ... 87

3.6 Ketentuan Perolehan Skor Angket Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl... ... 89

3.7 Kriteria Gambaran Umum Variabel ………. 89

3.8 Konversi Skor Profil Kompetensi Komunikasi Interpersonal ……….. 90

4.1 Profil Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl Pada Agensi Eta Pro Comm secara Umum………... …………... 95

4.2 Profil Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl Pada Agensi Eta Pro Comm tiap Aspek………...………. 96

4.3 Profil Aspek Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl Pada Agensi Eta Pro Comm tiap Indikator ………... 97

4.4 Uji Normalitas Data Kompetensi Komunikasi Interpersonal ... 107

4.5 Hasil Uji Homogenitas Varias Data Kompetensi Komunikasi Interpersonal ………... 107 4.6 Hasil Uji t Independen Data Pretest-Posttest Kompetensi Komunikasi Interpersonal setelah penerapan Program Bimbingan Karir ………... 107

4.7 Hasil Uji t Independen Data Pretest-Posttest Kompetensi Komunikasi Interpersonal setelah penerapan Program Bimbingan Karir Pada Setiap Aspek ………... 109

4.8 Hasil Uji t Independen Data Pretest-Posttest Kompetensi Komunikasi Interpersonal setelah penerapan Program Bimbingan Karir Pada Setiap Indikator ………... 110


(8)

DAFTAR BAGAN

1.1 Alur Penelitian Program Bimbingan Karir dalam Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl……… 16 2.1 Elemen-elemen komunikasi interpersonal ……… 28 2.3 Ukuran lingkaran menandakan jumlah informasi 55 2.3 Ketidakselarasan antara diri dan dunia kerja sebagai fungsi

penyesuaian dan informasi …... 39 3.1 Alur penelitian Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan

Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl... 72 3.2 Hubungan antar variabel ……….. 73


(9)

DAFTAR GRAFIK

4.1 Profil Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl Pada Agensi Eta Pro Comm secara Umum……….. ……… 95 4.2 Profil Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl

Pada Agensi Eta Pro Comm tiap Aspek ………... 97 4.3 Rata-Rata Skor Data Pretest-Posttest Kompetensi Komunikasi

Interpersonal setelah penerapan Program Bimbingan Karir

………. 108

4.4 Rata-Rata Skor Pretest Data Pretest-Posttest Kompetensi Komunikasi Interpersonal setelah penerapan Program Bimbingan Karir pada tiap


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Surat-surat izin Penelitian ………. 1 Instrumen Peneitian ………... 2

Hasil Pengolahan Data ………. 3

Program Hipotetik Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kompetensi

Komunikasi Interpersonal ………. 4

Program Tested Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kompetensi

Komunikasi Interpersonal ………. 5

Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

……….. 6


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Tanpa disadari proses komunikasi sudah terjadi sejak seseorang dilahirkan. Dengan berkomunikasi banyak hal yang dapat dilakukan, termasuk berbisnis. Melalui komunikasi seseorang dapat menyampaikan pesan yang dimaksud, dan sebaliknya, tanpa adanya komunikasi, orang tidak akan mengetahui maksud yang ingin disampaikan.

Komunikasi merupakan kegiatan yang mendasar bagi manusia. Dengan melakukan komunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi tidak hanya memiliki peranan penting bagi manusia tetapi juga bagi suatu organisasi atau perusahaan.

Survei di sebuah perguruan tinggi (2011) membuktikan mayoritas mahasiswa yang lolos test seleksi rekruitasi kerja adalah mereka yang rata-rata memiliki Indeks Prestasi rata-rata, sedangkan mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi tinggi banyak mengalami kecenderungan gagal. Kebanyakan dari mereka gagal di tahap communication skill. Kemungkinan mahasiswa dengan Indeks Prestasi tinggi lebih berorientasi pada nilai akademis, berbeda dengan mahasiswa


(12)

yang memiliki Indeks Prestasi rata-rata, yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bersosialisasi dan berorganisasi.

Hasil survey National Accociation of College and Employers, USA, (2002) mengenai kemampuan lulusan Perguruan Tinggi yang diharapkan dalam dunia kerja (Skala 1 - 5) dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1.1

Kemampuan dalam Dunia Kerja

No Aspek Penilaian Kemampuan (Skills) Hasil Penilaian (%) 1 Kemampuan Komunikasi 4.69 2 Kejujuran / Integritas 4.59 3 Kemampuan Bekerjasama 4.54 4 Kemampuan Interpersonal 4.50

5 Beretika 4.46

6 Motivasi / Inisiatif 4.42 7 Kemampuan beradaptasi 4.41

8 Daya analitik 4.36

9 Kemampuan komputer 4.21 10 Kemampuan berorganisasi 4.05 11 Berorientasi pada detail 4.00

12 Kepemimpinan 3.97

13 Kepercayaan diri 3.95

14 Ramah 3.85

15 Sopan 3.82

16 Bijaksana 3.75

17 Indeks Prestasi > 3,00 3.68

18 Kreatif 3.59

19 Humoris 3.25

20 Kemampuan berwirausaha 3.23 Sumber: National Accociation of College and Employers, USA, 2002

Data tersebut membuktikan kemampuan komunikasi sangat penting dalam dunia kerja dan diharapkan dapat membangun relationship dalam dunia bisnis.


(13)

Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa communication skill merupakan prioritas utama, tidak hanya sebatas kemampuan akademis.

Kompetensi komunikasi merupakan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi. Setiap individu melakukan kegiatan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi sangat jarang diketahui efektivitas komunikasi tersebut dilakukan baik secara individual, sosial maupun secara profesional.

Perusahaan adalah suatu unit usaha yang salah satu tujuannya mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama antara pihak manajemen dan karyawan. Karyawan merupakan tulang punggung sebuah perusahaan yang melakukan berbagai kegiatan dalam menjalankan perusahaan. Kegiatan dimaksud di antaranya adalah kegiatan produksi dan pemasaran. Semakin banyak pengalaman dan keterampilan komunikasi yang didapat oleh karyawan pada bagian ini, maka produk yang dihasilkan dan dijual pada khalayak akan semakin berkualitas dan meningkat. Dengan kata lain, organisasi atau perusahaan sangat bergantung kepada komunikasi dalam mencapai tujuannya.

Hasil penelitian yang dilakukan Sproul (1993:115) menunjukkan orang-orang dalam organisasi ataupun perusahaan menggunakan 69% hari kerja mereka untuk melakukan komunikasi verbal, baik berbicara, mendengarkan, menulis, ataupun membaca. Sisanya sebanyak 31% waktu yang ada dilakukan untuk berkomunikasi secara non verbal.


(14)

Sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri perdagangan akan melakukan strategi penjualan dengan menggunakan jasa Sales Promotion Girl untuk mempromosikan dan menjual produknya. Strategi yang digunakan ini merupakan salah satu strategi yang mengacu pada bauran pemasaran seperti

dikemukakan oleh Kottler (1997:82) bahwa “Bauran pemasaran adalah

seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran”.

Keberadaan Sales Promotion Girl secara tidak langsung adalah bagian yang dapat menunjang strategi perusahaan dalam proses penjualan, karena pemasaran sebuah produk memerlukan aktivitas yang melibatkan berbagai sumber daya. Sales Promotion Girl merupakan pramuniaga wanita yang menawarkan jasa pelayanan untuk melayani customer (pelanggan). Sales Promotion Girl kerap digunakan oleh pemilik usaha (owner) sebagai pintu depan marketing produk yang dihasilkannya. Sales Promotion Girl juga kerap disebut sebagai ujung tombak penjualan barang. Mereka distandardisasi dengan kemampuan interpersonal yang baik dan penampilan yang menarik.

Seorang Sales Promotion Girl dituntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik terlebih kegiatan pekerjaan yang dilakukan menyangkut interaksi dengan orang lain. Semua penjualan dan relasi bisnis didasarkan pada komunikasi interpersonal. Karena itu meningkatkan kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu faktor terpenting yang memengaruhi sukses berbisnis dan bekerja bagi seorang Sales Promotion Girl.


(15)

Menurut Devito (1989:4, dalam Effendy 2000:61) “komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang bersifat dialogis yang dapat langsung diketahui responnya serta dapat menjalin hubungan interaksi dengan adanya pengertian bersama, empati dan rasa saling menghormati.

Dalam wawancara singkat dengan Manajer Operasional pada Agensi Eta Pro Comm, selaku perusahaan yang menyediakan tenaga Sales Promotion Girl, pihaknya selalu mengamati secara seksama gaya dan cara berkomunikasi calon Sales Promotion Girl saat melakukan suatu interview. Hal ini dimaksudkan untuk menilai kesanggupan mereka berkomunikasi dengan calon konsumen atau pembeli kelak saat mereka bekerja. Pihak Agensi merasakan pentingnya hal tersebut, selain untuk memberikan kepuasan pada pihak perusahaan yang meminta penyediaan Sales Promotion Girl, hal ini pun tentunya akan sangat bermanfaat bagi kinerja para Sales Promotion Girl.

Akan tetapi dalam praktik di lapangan, pihak agensi masih sering menerima laporan dalam bentuk keluhan dari pihak perusahaan yang meminta Sales Promotion Girl kepada pihak agensi. Keluhan yang disampaikan pada umumnya cenderung berkenaan dengan ketidakpuasan pihak perusahaan akan performa para Sales Promotion Girl dalam menjalankan tugas pokok dan


(16)

fungsinya. Indikator yang menjadi ketidakpuasan pihak perusahaan adalah tidak meningkatnya penjualan produk yang ditawarkan. Pihak perusahaan menilai hal tersebut disebabkan kurang efektifnya komunikasi yang terjadi antara para Sales Promotion Girl dengan calon pembeli.

Bagi pihak agensi kondisi tersebut merupakan hal yang membutuhkan perhatian dan penanganan segera. Di satu pihak, bila kondisi tersebut dibiarkan tanpa penanganan akan menyebabkan perusahaan yang meminta tenaga Sales Promotion Girl pada pihak mereka menjadi berkurang. Di sisi lain, selama ini belum terdapat penanganan atau pun jenis training khusus yang diberikan pada Sales Promotion Girl dalam meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal.

Keahlian berkomunikasi merupakan keahlian yang tidak dimiliki secara mutlak, artinya kemampuan berkomunikasi dapat diubah dan diperbaiki ke arah yang lebih baik melalui keberanian dan latihan. Keahlian seseorang dapat diketahui saat dia berkomunikasi dan menunjukkan hasil yang dikerjakannya, seiring dengan peningkatan kemampuan berkomunikasi interpersonal yang merupakan salah satu faktor terpenting yang memengaruhi sukses berbisnis dan bekerja.

Supriatna (2009:13) menyatakan bahwa “salah satu prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan karir adalah bahwa bimbingan karir ditujukan bagi semua individu”. Dengan demikian, bimbingan karir merupakan suatu proses bantuan atau layanan yang berkelanjutan


(17)

dalam seluruh perjalanan hidup seseorang, bukan merupakan peristiwa yang terpilah.

Paparan di atas mengisyaratkan layanan bimbingan karir sangat perlu diberikan kepada mereka yang tengah menjalani pekerjaan sebagai Sales Promotion Girl untuk dapat meningkatkan kemampuan atau kompetensi komunikasi interpersonal.

Atas dasar hal tersebut dan mengacu pada studi pendahuluan yang telah dilakukan, diperlukan adanya suatu “program bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada

agensi Eta Pro Comm Bandung”.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah “bagaimana program bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm?”

Secara khusus rumusan utama masalah penelitian dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Seperti apa profil kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm Bandung?


(18)

2. Bagaimana rumusan hipotetik dan implementasi program bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm Bandung?

3. Bagaimana gambaran keefektifan program bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm Bandung?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah menghasilkan program bimbingan karir yang secara empirik terbukti efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm Bandung.

Adapun tujuan khusus penelitian yaitu menghasilkan deskripsi empirik tentang:

1. profil kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro Comm Bandung;

2. rumusan hipotetik dan implementasi program bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro Comm Bandung;

3. gambaran keefektifan program bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro Comm Bandung.


(19)

D. Penjelasan Istilah

Berdasarkan rumusan masalah, terdapat dua konsep yang perlu dijelaskan, yaitu: 1) kompetensi komunikasi interpersonal; dan 2) program bimbingan karir. 1. Kompetensi Komunikasi Interpersonal

Spitzberg dan Cupach (1989:112) menjelaskan “kompetensi komunikasi

interpersonal dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk berkomunikasi

secara efektif yang memengaruhi kandungan pesan dan bentuk komunikasi”.

Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Spitzberg dan Cupach, De Vito (1997:213) menyebutkan kompetensi komunikasi interpersonal mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (context) dalam memengaruhi kandungan pesan (content) dan bentuk komunikasi, seperti pengetahuan pesan yang layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, dan juga pengetahuan tentang cara perilaku non verbal, misalnya kepatutan sentuhan, suara, serta kedekatan fisik yang merupakan bagian dari kompetensi komunikasi interpersonal. Selain hal tersebut, komunikasi interpersonal dapat efektif dengan melihat lima hal, yaitu: a) keterbukaan; b) empati; c) dukungan; d) kepositifan; e) kesamaan (De Vito, 1997:259).

Menurut Trenholm dan Jensen (1996) kompetensi komunikasi interpersonal meliputi: a) kompetensi pesan, yaitu kemampuan untuk memilih pesan yang dapat dimengerti orang lain dan untuk merespon pesan yang diberikan orang lain; b) kompetensi interpretative, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan, mengorganisasikan, dan menerjemahkan kondisi yang terjadi sewaktu individu berinteraksi dengan orang lain; c) kompetensi peran, yakni


(20)

sebuah kemampuan untuk mengambil suatu peran sosial dan mengetahui perilaku yang tepat untuk peran tersebut; d) kompetensi diri, yang merupakan kemampuan untuk menetukan dan menampilkan imej diri yang diinginkan; e) kompetensi tujuan, yaitu kemampuan untuk menentukan tujuan atau dengan kata lain kemampuan untuk mengantisipasi konsekuensi yang mungkin terjadi dengan perilaku yang efektif.

Menurut Reardon (1987), terdapat dua jenis kemampuan sosial yang penting dimiliki dan berkaitan dengan kompetensi komunikasi interpersonal, yaitu:

1. kemampuan-kemampuan kognitif, meliputi: empati, pengambilan perspektif sosial, kompleksitas kognitif, sensitivitas terhadap standar-standar suatu hubungan, pengetahuan situasional, dan mengawasi diri;

2. kemampuan-kemampuan behavioral, meliputi: keterlibatan interaksi (sikap tanggap, sikap perspektif, dan sikap penuh perhatian), manajemen interaksi, fleksibilitas perilaku, mendengarkan, gaya sosial, dan kecemasan komunikasi.

Pendapat Spitzberg dan Cupach menekankan pada kemampuan seseorang dalam mengolah sebuah proses komunikasi dan memengaruhi orang lain. Sementara itu, Trenholm dan Jenssen lebih menitikberatkan pada kemampuan komunikator dalam beraksi menanggapi sebuah proses komunikasi dengan cara menilai diri secara keseluruhan, sehingga respon ataupun feedback yang diberikan pada lawan bicara akan tepat guna.


(21)

Pengertian Reardon berorientasi pada kepekaan komunikator dalam menentukan sikap saat melakukan sebuah komunikasi. Komunikator sebagai pemberi pesan dituntut untuk memiliki sensitivitas dalam menilai komunikan dan lingkungan sekitar saat terjadi suatu interaksi.

Secara garis besar, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari pendapat para tokoh mengenai kompetensi komunikasi interpersonal, kesemuanya berorientasi pada pengetahuan dan kemampuan. Akan tetapi, De Vito memberikan pengertian secara lebih detail, tidak hanya mengacu pada aspek pengetahuan akan cara berkomunikasi secara verbal, komunikasi non verbal pun menjadi hal yang tidak kalah penting.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kompetensi komunikasi interpersonal adalah kemampuan seseorang dalam melakukan interaksi verbal dan non verbal secara timbal balik dengan orang lain dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan, pengambilan keputusan, pengendalian konflik, melakukan suatu transaksi, dan pemberian umpan balik pada situasi tertentu, yang ditandai dengan aspek keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan.

2. Program Bimbingan Karir

Program bimbingan karir merupakan bagian dari program bimbingan dan konseling secara umum. Dalam penelitian ini program bimbingan karir menggunakan teori Rogers yang bersifat person-oriented.


(22)

Rogers (Crites,1981:57) menyatakan setiap organisme mempunyai tujuan untuk maju dan berkembang ke depan. Organisme itu berkembang dan bersifat realistik. Dasar pendekatan yang digunakan adalah person oriented, yang berkeyakinan dalam diri setiap organisme terdapat daya dorong untuk mengembangkan dan memenuhi potensi-potensi pembawaan sejak lahir. Potensi yang direalisasikan oleh individu digambarkan sebagai pribadi yang berfungsi penuh. Istilah ini digunakan Rogers untuk menggambarkan individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya.

Rogers lebih mementingkan dinamika daripada struktur kepribadian. Sejak awal Rogers mengurusi cara kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak menekankan aspek struktural kepribadian. Namun demikian, dari 19 rumusannya mengenai hakikat pribadi, diperoleh tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya yaitu self, organisme dan medan fenomena.

Keterkaitan antara pendekatan teori Rogers dan program bimbingan karir adalah adanya sebuah keyakinan bahwa potensi manusia sangat bisa dikembangkan. Mengingat Sales Promotion Girl berada dalam setting dunia pekerjaan, maka program bimbingan karir merupakan hal yang tepat diberikan sebagai layanan untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal.

Dengan mengacu pada teori Rogers, secara umum program bimbingan karir dalam penelitian ini menilai individu secara utuh dalam menggunakan


(23)

kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya. Pelaksanaan layanan bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal adalah proses konselor/pembimbing dalam mengupayakan peningkatan aspek dan indikator kompetensi komunikasi interpersonal yang ingin dicapai yaitu, memecahkan permasalahan, pengambilan keputusan, pengendalian konflik, melakukan suatu transaksi, dan pemberian umpan balik pada situasi tertentu, yang ditandai dengan aspek keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan.

Gysberg dan Henderson (Muro & Kottman, 1995:55-61) mengemukakan empat fase dalam pengembangan program yaitu: perencanaan (planning),penyusunan (designing), pelaksanaan (implementing), dan evaluasi (evaluating).

Kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan program adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan (planning)

Pada tahap ini ditetapkan sasaran layanan program, tujuan program dan ruang lingkup program. Pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan Sales Promotion Girl sebagai bahan penyusunan program.

b. Penyusunan (designing)

Berdasarkan analisis kebutuhan Sales Promotion Girl dirumuskan fokus dan tujuan yang akan diprioritaskan dalam program dan hubungan antara tujuan


(24)

pelaksanaan program dengan tujuan peusahaan. Sasaran program disesuaikan dengan data hasil analisis kebutuhan. Pada tahap ini dipertimbangkan strategi yang paling tepat dalam pelaksanaan program.

c. Pelaksanaan (implementing)

Tahap pelaksanaan program dipersiapkan agar sesuai dengan rancangan. Program dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi lapangan, kondisi fisik, dan kondisi psikologis Sales Promotion Girl.

d. Evaluasi (evaluating)

Evaluasi menjadi umpan balik yang berkesinambungan bagi semua tahap pelaksanaan program. Evaluasi bertujuan untuk mengolah data yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan, baik untuk perbaikan atau pengembangan program di masa yang akan data. Evaluasi juga dimaksudkan untuk menguji keberhasilan dan pencapaian tujuan yang tidak ditetapkan.

E. Manfaat penelitian

Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi konselor perusahaan serta agensi pengguna Sales Promotion Girl dan peneliti selanjutnya.

1. Bagi konselor perusahaan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi konselor perusahaan untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal para karyawan. 2. Bagi agensi pengguna Sales Promotion Girl


(25)

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk bahan menyeleksi dan sekaligus meningkatkan kualitas para Sales Promotion Girl yang tergabung dalam agensi.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat ditindaklanjuti untuk mengembangkan konsep komunikasi interpersonal dalam setting masyarakat luas.

F. Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan tujuan penelitian, guna menguji efektivitas program bimbingan karir dalam meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro Comm Bandung, maka digunakan metode penelitian eksperimen kuasi (quasi experiment). Penelitian eksperimen kuasi yaitu rancangan penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol/mengendalikan variabel-variabel luar yang memengaruhi pelaksanaan eksperimen. Dalam eksperimen kuasi tidak dilakukan penugasan random (random assigment), melainkan pengelompokan subjek penelitian berdasarkan kelompok yang terbentuk sebelumnya (Mohammad Ali, 1993: 140).

Tujuan akhir penelitian adalah menghasilkan program bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan desain penelitian yang mempunyai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.


(26)

G. Alur Penelitian

Dalam rangka menghasilkan program bimbingan karir yang efektif dilakukan sejumlah tahapan penelitian, yaitu : (1) Studi Pendahuluan; (2) Judgemet dan Uji Validasi; (3) Eksprimen, sebagaimana digambarkan dalam alur penelitian sebagai berikut.


(27)

Gambar 1.1

Alur Penelitian Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl

- Kajian Literatur - Kajian Lapangan

- Pengungkapan data - Profil KKI SPG

- Pengambilan sampel

- Pelaksanaan program - Uji Efektivitas

- Revisi Program

TAHAPAN KEGIATAN HASIL

Studi Pendahuluan

Judgment, uji keterbacaan & Uji

validitas

Eksperimen Kuasi (Pretest &

Posttest)

Instrumen KKI

Program Hipotetik

Program bimbingan karir yang efektif


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi (quasi experiment). Metode eksperimen kuasi digunakan untuk menghasilkan program bimbingan karir yang efektif dalam meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan tujuan penelitian, guna menguji efektivitas program bimbingan karir dalam meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro’Comm Bandung, maka penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi yaitu rancangan penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol/mengendalikan variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Dalam eksperimen kuasi tidak dilakukan penugasan random (random assigment), melainkan melakukan pengelompokkan subjek penelitian berdasarkan kelompok yang terbentuk sebelumnya (Mohammad Ali, 1993: 140).

Dalam desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diambil berdasarkan sampel bertujuan (purposive sampling). Dua kelompok yang ada diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan (treatment) berupa layanan program bimbingan karir pada kelompok eksperimen dan perlakuan konvensional pada kelompok kontrol, dan terakhir diberikan posttest.


(29)

Desain penelitian digambarkan sebagai berikut. Tabel 3.1

Desain Penelitian

Kelompok Eksperimen Pretest X Postest

Kelompok Kontrol Pretest - Postest

Keterangan:

X : Perlakuan - : Tanpa Perlakuan

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi

Penelitian dilakukan di Kantor Agensi Eta Pro’Comm yang bertempat di Jalan Subang Raya No. 60 Antapani Bandung.

2. Populasi

Populasi penelitian adalah Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro’Comm Bandung yang berjumlah 58 orang.

3. Sampel

Sampel ditentukan untuk memperoleh informasi tentang obyek penelitian dengan mengambil representasi populasi yang diprediksikan terhadap seluruh populasi. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu cara mengambil sampel yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu, dan berbagai pertimbangan peneliti (Arikunto, 2022:117).


(30)

Sampel penelitian adalah Sales Promotion Girl yang teridentifikasi memiliki kompetensi komunikasi interpersonal yang belum mencapai kategori sangat kompeten. Adapun langkah-langkah menentukan sampel penelitian adalah sebagai berikut.

a. Menyebarkan instrumen kompetensi komunikasi interpersonal kepada seluruh Sales Promotion Girl yang tergabung dalam Agensi Eta Pro’Comm sejumlah 58 orang.

b. Mengambil Sales Promotion Girl yang belum mencapai kategori sangat kompeten.

Langkah pengambilan sampel tersebut dimaksud agar dapat menyaring Sales Promotion Girl yang berada pada kategori: (1) sangat kompeten; (2) kompeten; (3) tidak kompeten; dan (4) sangat tidak kompeten. Berdasarkan kategori tersebut diperoleh 40 orang Sales Promotion Girl sebagai sampel penelitian.

C. Alur Penelitian

Tujuan akhir penelitian adalah menghasilkan program bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl. Dalam rangka menghasilkan program bimbingan karir yang efektif dilakukan sejumlah langkah-langkah penelitian sebagaimana digambakan dalam alur penelitian sebagai berikut.


(31)

Bagan 3.1

Alur penelitian Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl

- Kajian Literatur - Kajian Lapangan

- Pengungkapan data - Profil KKI SPG

- Pengambilan sampel

- Pelaksanaan program - Uji Efektivitas

- Revisi Program

TAHAPAN KEGIATAN HASIL

Studi Pendahuluan

Judgment, uji keterbacaan & Uji

validitas

Eksperimen Kuasi (Pretest &

Posttest)

Instrumen KKI

Program Hipotetik

Program bimbingan karir yang efektif


(32)

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian terdapat dua variabel yaitu komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl dan program bimbingan karir, definisi dari kedua variabel tersebut diuraikan lebih lanjut sebagai berikut.

Variabel adalah objek penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikuto, 1993:91). Dalam penelitian terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Adapun variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel bebas adalah program bimbingan karir.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab akibat. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel terikat adalah kompetensi komunikasi interpersonal.


(33)

Bagan 3.2

Hubungan antar variabel E. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Definisi Kompetensi Komunikasi Interpersonal

Kompetensi komunikasi interpersonal dalam penelitian ini mengacu pada pengertian komunikasi interpersonal yang dikembangkan oleh beberapa tokoh dengan pengertian sebagai berikut.

Spitzberg dan Cupach (1989:112) menjelaskan bahwa “kompetensi seseorang dalam melakukan sebuah komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif yang memengaruhi kandungan pesan dan bentuk komunikasi”.

Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Spitzberg dan Cupach, De Vito (1997:213) menyebutkan bahwa kompetensi komunikasi interpersonal mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (context) dalam memengaruhi kandungan pesan (content) dan bentuk komunikasi, seperti pengetahuan bahwa pesan apa yang layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, dan juga pengetahuan tentang cara perilaku non verbal, misalnya kepatutan sentuhan, suara, serta kedekatan fisik yang merupakan bagian dari kompetensi komunikasi interpersonal. Kompetensi komunikasi interpersonal dikatakan efektif ditandai


(34)

dengan lima aspek, yaitu a) keterbukaan; b) empati; c) dukungan; d) kepositifan; e) kesamaan De Vito (1997:259).

Menurut Trenholm dan Jensen (1996) kompetensi komunikasi interpersonal meliputi a) kompetensi pesan, yaitu kemampuan untuk memilih pesan yang dapat dimengerti orang lain dan untuk merespon pesan yang orang lain berikan; b) kompetensi interpretative, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan, mengorganisasikan, dan menterjemahkan kondisi yang terjadi sewaktu individu berinteraksi dengan orang lain; c) kompetensi peran, yakni sebuah kemampuan untuk mengambil suatu peran sosial dan mengetahui perilaku apa yang tepat untuk peran tersebut; d) kompetensi diri, yang merupakan kemampuan untuk menetukan dan menampilkan imej diri yang diinginkan; e) kompetensi tujuan, yaitu kemampuan untuk menentukan tujuan atau dengan kata lain kemampuan untuk mengantisipasi konsekuensi yang mungkin terjadi dengan perilaku yang efektif.

Menurut Reardon (1987), terdapat dua jenis kemampuan sosial yang penting dimiliki dan berkaitan dengan kompetensi komunikasi interpersonal, yaitu:

a. Kemampuan-kemampuan kognitif, meliputi: empati, pengambilan perspektif sosial, kompleksitas kognitif, sensitivitas terhadap standar-standar suatu hubungan, pengetahuan situasional, dan mengawasi diri.

b. Kemampuan-kemampuan behavioral, meliputi: keterlibatan interaksi (sikap tanggap, sikap perspektif, dan sikap penuh perhatian), manajemen interaksi, fleksibilitas perilaku, mendengarkan, gaya sosial, dan kecemasan komunikasi.


(35)

Pendapat Spitzberg dan Cupach menekankan pada kemampuan seseorang dalam mengolah sebuah proses komunikasi pada penekanan memengaruhi orang lain. Sementara itu, Trenholm dan Jenssen lebih menitikberatkan pada kemampuan komunikator dalam beraksi menanggapi sebuah proses komunikasi dengan cara menilai diri secara keseluruhan, sehingga respon ataupun feedback yang diberikan pada lawan bicara akan tepat guna.

Pengertian Reardon berorientasi pada kepekaan komunikator dalam menentukan sikap saat melakukan sebuah komunikasi. Komunikator sebagai pemberi pesan dituntut untuk memiliki sensitivitas dalam menilai komunikan dan lingkungan sekitar saat terjadi suatu interaksi.

Secara garis besar, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari pendapat para tokoh mengenai kompetensi komunikasi interpersonal, kesemuanya berorientasi pada pengetahuan dan kemampuan. Akan tetapi, De Vito memberikan pengertian secara lebih detail, tidak hanya mengacu pada aspek pengetahuan akan cara berkomunikasi secara verbal, komunikasi non verbal pun menjadi hal yang sangat penting. De Vito secara langsung menyebutkan kompetensi komunikasi interpersonal, ditandai oleh lima aspek, yaitu: a) keterbukaan; b) empati; c) dukungan; d) kepositifan; dan e) kesamaan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan oleh tokoh-tokoh dalam bidang komunikasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi komunikasi interpersonal merupakan suatu keahlian seseorang menyampaikan pesan kepada


(36)

orang lain untuk memecahkan permasalahan, pengambilan keputusan, pengendalian konflik, melakukan suatu transaksi penjualan, dan pemberian umpan balik pada situasi tertentu. Indikator seseorang yang memiliki kompetensi komunikasi interpersonal yaitu pemilihan, pengorganisasian dan penjelasan pesan dengan tepat, penampilan menarik, penyesuaian diri, penentuan tujuan, empati, kepositifan, pengambilan perspektif sosial, keterbukaan, kompleksitas kognitif, dukungan, sensitivitas terhadap standar-standar suatu hubungan, pengetahuan situasional, keterlibatan interaksi, manajemen interaksi, fleksibilitas perilaku, mendengarkan, gaya sosial, kesetaraan dan kecemasan komunikasi

Secara lebih spesifik, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kompetensi komunikasi interpersonal mengacu pada kemampuan Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro Comm dalam menyampaikan pesan kepada konsumen dilihat dari aspek keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan pada waktu menawarkan dan menjual produk, yang ditandai dengan indikator sebagai berikut. a. Keterbukaan

1) Jujur terhadap lawan bicara.

2) Kesiapan atas segala reaksi yang diberikan oleh lawan bicara. 3) Menerima dengan senang hati informasi yang disampaikan. b. Empati

1) Memperhatikan pesan dari lawan bicara. 2) Mengetahui perasaan lawan bicara.


(37)

c. Dukungan

1) Menghargai orang lain tanpa pengecualian.

2) Memberi semangat lawan bicara untuk berkomunikasi aktif. 3) Memberikan kesempatan kepada lawan bicara.

d. Kepositifan

1) Memberikan penilaian positif pada lawan bicara.

2) Menciptakan situasi kondusif agar tercipta komunikasi yang efektif.

e. Kesetaraan

1) Membuat nyaman lawan bicara.

2) Memandang objektif terhadap lawan bicara.

2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian maka dikembangkan alat pengumpul data yang berupa skala kompetensi komunikasi interpersonal, digunakan untuk memperoleh gambaran kompetensi komunikasi interpersonal sebelum dan sesudah mengikuti program bimbingan karier. Angket menggunakan format rating scale (skala penilaian) model Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.


(38)

Instrumen kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel. Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan tentang kompetensi komunikasi interpersonal merujuk pada aspek keterbukaan, kepositifan, empati, dukungan, dan kesamaan berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh De Vito (1989). Adapun kisi-kisi instrumen disajikan dalam Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Komunikasi Interpersonal Sebelum Validasi

NO. Aspek Indikator

Pernyataan Ʃ Positif (+) Negatif (-) 1. Keterbukaan

(kemampuan

menerima informasi di dalam menghadapi hubungan

interpersonal)

Jujur terhadap lawan bicara

1,2,3,5,7,8,9 4,6,10 10 Siap atas segala

reaksi yang diberikan oleh lawan bicara

11,12,13,14, 16,17,19

15,18,20 10

Menerima dengan senang hati informasi yang

disampaikan.

21,22,23,24,25, 26,27,29,30

28 10

2. Empati (kemampuan mengetahui yang sedang dialami orang

Memperhatikan pesan dari lawan bicara

31,32,33,35,36, 37,38,39,40


(39)

NO. Aspek Indikator Pernyataan Ʃ Positif (+) Negatif (-) tertentu, dari sudut

pandang orang lain itu, melalui kacamata orang tersebut)

Mengetahui perasaan lawan bicara

41,42,43,44,46, 47,48,49,50

45 10

3. Dukungan

(situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi

berlangsung secara efektif)

Penghargaan terhadap orang lain tanpa pengecualian.

51,52,53,54, 56,58,59,60

55,57 10

Memberi semangat lawan bicara untuk

berkomunikasi aktif.

61,63,65,66, 67,68,69,70

62,64 10

Membuka kesempatan kepada lawan bicara.

71,72,73,74, 75,76,77,80

78,79 10

4. Kepositifan (adanya

kecenderungan bertindak pada diri komunikator secara positif pada diri komunikan)

Menilai positif pada lawan bicara

82,83,84,85, 86,87,88,90

81,89 10

Menciptakan situasi kondusif agar tercipta komunikasi yang efektif

91,92,93,94, 96,98,99,100

95,97 10

5. Kesamaan/Kesetaraan (pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan)

Membuat nyaman lawan bicara

102,103,104, 106,108,109,

110

101,105,107 10

Memandag objektif lawan bicara. 113,114,115, 116,117,118 111,112, 119,120 10


(40)

Kisi-kisi Instrumen Komunikasi Interpersonal Setelah Validasi

NO. Aspek Indikator

Pernyataan Ʃ Positif (+) Negatif (-) 1. Keterbukaan

(kemampuan

menerima informasi di dalam menghadapi hubungan

interpersonal)

Jujur terhadap lawan bicara

1,2,3,7,8,9 - 6

Siap atas segala reaksi yang diberikan oleh lawan bicara

11,12,13,14, 17,19

- 6

Menerima dengan senang hati informasi yang

disampaikan.

21,22,23,24,25, 26,27,29,30

- 9

2. Empati (kemampuan mengetahui yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata -orang tersebut)

Memperhatikan pesan dari lawan bicara

31,32,33,35,36, 37,38,40

- 8

Mengetahui perasaan lawan bicara

41,42,43,44,46, 47,48,49,50

- 9

3. Dukungan

(situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi

berlangsung secara efektif)

Penghargaan terhadap orang lain tanpa pengecualian.

51,52,53,54, 58,59,60

- 7

Memberi semangat lawan bicara untuk

berkomunikasi aktif.

61,63,65,66, 67,68,69,70

- 8

Membuka kesempatan kepada lawan bicara.

71,72,73,74, 75,76,77,80

- 8

4. Kepositifan (adanya

Menilai positif pada lawan

102,103,104, 106,108,109,


(41)

NO. Aspek Indikator Pernyataan Ʃ Positif (+) Negatif (-) bertindak pada diri

komunikator secara positif pada diri komunikan)

Menciptakan situasi kondusif agar tercipta komunikasi yang efektif

113,114,115, 116,117,118

- 6

5. Kesamaan/Kesetaraan (pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan)

Membuat nyaman lawan bicara

102,103,104, 106,108,109,

110

- 7

Memandang objektif lawan bicara.

113,114,115, 116,117,118

- 6

TOTAL 90 0 90

3. Uji Kelayakan Instrumen

Penimbang instrumen adalah Dr. H. Mubiar Agustin, M. Pd., H. Nandang Budiman, S. Pd., M. Si., yang merupakan pakar dalam bimbingan dan konseling, serta Drs. Yaya Sunarya M. Pd., yang merupakan pakar dalam testing psikologis dan konstruksi tes.

Instrumen yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari para penimbang tersebut. Setelah itu instrumen yang telah direvisi disebar pada seluruh populasi penelitian.


(42)

Uji keterbacaan oleh lima responden dengan karakteristik yang cenderung sama dengan Sales Promotion Girl, untuk mengetahui tingkat keterbacaan setiap item agar mudah dipahami oleh responden, mengetahui kata-kata yang kurang dipahami, sehingga kalimat dalam pernyataan dapat disederhanakan tanpa mengubah maksud pernyataan tersebut. Setelah uji keterbacaan, pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh Sales Promotion Girl dan kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.

5. Uji Validitas Item

Untuk menguji validitas konstruk, yang pertama digunakan pendapat dari dua orang ahli (judgment experts), pada bidang yang diteliti. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Setelah pengujian konstruk dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

1) Menghitung koefisien korelasi product moment/ r hitung (rxy), dengan menggunakan rumus seperti berikut.

 



  2 2 2 2 XY Y) ( Y N X) ( X N Y) X)( ( XY N r (Arikunto, 2006) Keterangan:


(43)

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Item soal yang dicari validitasnya

Y = Skor total yang diperoleh sampel 2) Proses pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria sebagai berikut. a) Jika r hitung positif, dan r hitung ≥ 0,3, maka butir soal valid b)Jika r hitung negatif, dan r hitung < 0,3, maka butir soal tidak valid

Menurut Masrun dalam Sugiyono (2007 : 188-189), item yang dipilih (valid) adalah yang memiliki tingkat korelasi ≥ 0,3. Jadi, semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan yang seharusnya diukur.

Untuk lebih jelas tentang uji validitas item data, berikut disajikan hasil rekapitulasi uji validitas kompetensi komunikasi interpersonal dengan menggunakan program Ms. Excel 2007 sebagai berikut.

Tabel 3.4

Hasil Perhitungan Pengujian Validasi Item No

Pernyataan r Hitung r Tabel Kriteria

No

Pernyataan r Hitung r Tabel Kriteria 1 0.42 0.30 Valid 61 0.44 0.30 Valid 2 0.40 0.30 Valid 62 -0.33 0.30 Invalid 3 0.32 0.30 Valid 63 0.40 0.30 Valid 4 0.14 0.30 Invalid 64 0.01 0.30 Invalid 5 0.03 0.30 Invalid 65 0.39 0.30 Valid 6 -0.19 0.30 Invalid 66 0.35 0.30 Valid 7 0.33 0.30 Valid 67 0.36 0.30 Valid 8 0.31 0.30 Valid 68 0.38 0.30 Valid


(44)

No

Pernyataan r Hitung r Tabel Kriteria

No

Pernyataan r Hitung r Tabel Kriteria 9 0.41 0.30 Valid 69 0.50 0.30 Valid 10 -0.02 0.30 Invalid 70 0.63 0.30 Valid 11 0.37 0.30 Valid 71 0.36 0.30 Valid 12 0.34 0.30 Valid 72 0.49 0.30 Valid 13 0.34 0.30 Valid 73 0.42 0.30 Valid 14 0.50 0.30 Valid 74 0.37 0.30 Valid 15 -0.17 0.30 Invalid 75 0.50 0.30 Valid 16 0.46 0.30 Valid 76 0.32 0.30 Valid 17 0.37 0.30 Valid 77 0.36 0.30 Valid 18 0.03 0.30 Invalid 78 -0.34 0.30 Invalid 19 0.45 0.30 Valid 79 -0.15 0.30 Invalid 20 -0.41 0.30 Invalid 80 0.55 0.30 Valid 21 0.38 0.30 Valid 81 -0.20 0.30 Invalid 22 0.62 0.30 Valid 82 0.35 0.30 Valid 23 0.42 0.30 Valid 83 0.50 0.30 Valid 24 0.61 0.30 Valid 84 0.37 0.30 Valid 25 0.34 0.30 Valid 85 0.34 0.30 Valid 26 0.39 0.30 Valid 86 0.55 0.30 Valid 27 0.58 0.30 Valid 87 0.33 0.30 Valid 28 -0.30 0.30 Invalid 88 0.43 0.30 Valid 29 0.11 0.30 Invalid 89 -0.10 0.30 Invalid 30 0.44 0.30 Valid 90 0.37 0.30 Valid 31 0.33 0.30 Valid 91 0.46 0.30 Valid 32 0.34 0.30 Valid 92 0.46 0.30 Valid 33 0.36 0.30 Valid 93 0.53 0.30 Valid 34 0.08 0.30 Invalid 94 0.44 0.30 Valid 35 0.36 0.30 Valid 95 -0.31 0.30 Invalid 36 0.52 0.30 Valid 96 0.42 0.30 Valid 37 0.33 0.30 Valid 97 -0.07 0.30 Invalid 38 0.37 0.30 Valid 98 0.42 0.30 Valid 39 0.15 0.30 Invalid 99 0.35 0.30 Valid 40 0.38 0.30 Valid 100 0.34 0.30 Valid 41 0.41 0.30 Valid 101 -0.06 0.30 Invalid 42 0.33 0.30 Valid 102 0.35 0.30 Valid


(45)

No

Pernyataan r Hitung r Tabel Kriteria

No

Pernyataan r Hitung r Tabel Kriteria 44 0.51 0.30 Valid 104 0.37 0.30 Valid 45 0.13 0.30 Invalid 105 -0.14 0.30 Invalid 46 0.33 0.30 Valid 106 0.34 0.30 Valid 47 0.34 0.30 Valid 107 -0.12 0.30 Invalid 48 0.35 0.30 Valid 108 0.45 0.30 Valid 49 0.36 0.30 Valid 109 0.30 0.30 Valid 50 0.37 0.30 Valid 110 0.34 0.30 Valid 51 0.69 0.30 Valid 111 -0.01 0.30 Invalid 52 0.34 0.30 Valid 112 0.05 0.30 Invalid 53 0.40 0.30 Valid 113 0.49 0.30 Valid 54 0.53 0.30 Valid 114 0.49 0.30 Valid 55 -0.13 0.30 Invalid 115 0.60 0.30 Valid 56 0.04 0.30 Invalid 116 0.41 0.30 Valid 57 -0.09 0.30 Invalid 117 0.46 0.30 Valid 58 0.52 0.30 Valid 118 0.46 0.30 Valid 59 0.44 0.30 Valid 119 -0.07 0.30 Invalid 60 0.38 0.30 Valid 120 0.04 0.30 Invalid

Berdasarkan Tabel 3.4 tampak bahwa dari 120 pernyataan, item yang valid ada 90 pernyataan dan yang tidak valid ada 30 pernyataan. Item yang tidak valid artinya bahwa item tersebut tidak dapat mengukur yang seharusnya diukur.

6. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian derajat konsistensi (keajegan) instrument pengumpul data. Uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketetapan setiap item yang digunakan.


(46)

 

N N X X

 2 2 2 

Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha (

) melalui tahapan sebagai berikut.

Pertama, menghitung nilai reliabilitas atau r hitung (r11) dengan menggunakan rumus berikut.

2

11 1 2

1 i t n r n          

Keterangan : 11

r = Reliabilitas tes yang dicari 

2

i

 Jumlah varians skor tiap-tiap item 2

t

 = Varians total n = banyaknya soal

Kedua, mencari varians semua item menggunakan rumus berikut.

(Arikunto, 2002:109)

Keterangan : X

= Jumlah Skor

2

X

= jumlah kuadrat skor N = banyaknya sampel

Setelah diuji validitas butir soal/item dari variabel kompetensi komunikasi interpersonal, maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah reliabilitas soal tersebut dengan menggunakan bantuan perhitungan program Ms Excel 2007 dan diperoleh hasil sebagai berikut.


(47)

Varian Total (t ) = 465,85

Reliabilitas = 0,95 (Sangat Tinggi)

Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (1999 : 149) yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisen Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 - 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Merujuk pada tabel interpretasi nilai koefisien korelasi, maka reliabilitas instrumen ini dinyatakan sangat tinggi, karena 0,95 berada di antara 0,80-1,00. dengan kata lain, instrumen ini dapat digunakan untuk penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian menggunakan metode eksperimen kuasi yang menyajikan kondisi awal tentang kompetensi komunikasi interpersonal dan efektivitas program bimbingan karir. Untuk uji efektivitas program, dibandingkan hasil skor rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Mengacu pada kepentingan tersebut, dilakukan analisis statistika untuk menjawab pertanyaan penelitian dan memperoleh data dalam bentuk angka.


(48)

Teknik analisis pertama ditujukan untuk mengetahui kondisi awal kompetensi komunikasi interpersonal, alat yang digunakan berupa instrumen. Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sehingga menghasilkan item-item pernyataan dan kemungkinan jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur kompetensi komunikasi interpersonal rendah Sales Promotion Girl. Item pernyataan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl menggunakan bentuk skala Likert yang dimodifikasi sehingga hanya terdiri dari empat alternatif jawaban, dengan pilihan Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Adapun yang menjadi alasan dimodifikasinya skala Likert tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kategori indecisided, yaitu mempunyai arti ganda, bisa juga diartikan netral atau ragu-ragu

b. Dengan tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan kecenderungan jawaban di tengah atau central tendency effect

c. Maksud jawaban dengan empat tingkat kategori untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah tidak sesuai sehingga dapat mengurangi data penelitian yang hilang (Sutrisno Hadi,1991:19-20).

Kriteria penskoran untuk mendapat skor angket kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.6

Ketentuan Pemberian Skor Angket Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl


(49)

Pernyataan SS S TS STS

Positif 3 2 1 0

Negatif 0 1 2 3

Pertanyaan No. 1 mengenai gambaran awal kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Menentukan Skor maksimal ideal yang diperoleh sampel:

Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi b. Menentukan Skor terendah ideal yang diperoleh sampel:

Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah c. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel:

Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal d. Mencari interval skor:

Interval skor = Rentang skor / 4

Berdasarkan langkah langkah di atas, didapat kriteria sebagai berikut. Tabel 3.7

Kriteria Gambaran Umum Variabel

Kriteria Rentang

Sangat Kompeten X > Min Ideal + 3.Interval

Kompeten Min Ideal + 2.Interval < X ≤ Min Ideal + 3.Interval Tidak Kompeten Min Ideal + Interval < X ≤ Min Ideal + 2.Interval Sangat Tidak Kompeten X ≤ Min Ideal +Interval

(Sudjana 1996 : 47) Berdasarkan kriteria gambaran umum variabel profil kompetensi komunikasi interpersonal, perolehan skor dikonversikan sebagai berikut.


(50)

Konversi Skor Profil Kompetensi Komunikasi Interpersonal

Kategori Skor Penjelasan

Sangat kompeten 202.51 - 270.00 Sales Promotion Girl memiliki kemampuan komunikasi interpersonal pada 5 aspek, yakni keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan.

Kompeten 135.01 - 202.50 Sales Promotion Girl setidaknya memiliki 3 aspek kemampuan komunikasi interpersonal. Tidak kompeten 67.51 - 135.00 Sales Promotion Girl hanya memiliki 1 aspek

kemampuan komunikasi interpersonal. Sangat tidak

kompeten

0.00 - 67.50 Sales Promotion Girl tidak memiliki kompetensi komunikasi interpersonal.

2. Teknik Uji Efektivitas Program Bimbingan Karir

Guna menjawab pertanyaan penelitian No. 3 tentang keefektifan program bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm dilakukan dengan teknik uji t independen (independent sample t test) melalui analisis data kompetensi komunikasi interpersonal sebelum dan setelah mengikuti program bimbingan karir. Teknik uji ini dilakukan dengan cara membandingkan data pretest dan posttest, antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Tujuan uji ini adalah untuk memperoleh fakta empirik tentang keefektifan program bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol. Teknik pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan software statistical product and service solutions (SPSS) versi 18.0.


(51)

Prosedur pengujian efektivitas tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, menguji normalitas data pretest dan posttest kedua kelompok. Pengujian normalitas data dilakukan dengan dengan statistik uji Z Kolmogrov-Smirnov (p>0,05) dengan menggunakan bantuan SPSS 18.0.

Kedua, menguji homogenitas varians data pretest dan posttest kedua kelompok (p>0,05) dengan bantuan SPSS 18.0.

Ketiga, uji perbedaan (efektivitas) program bimbingan karier untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm menggunakan uji t independent (Independent sample t test) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

a. Hipotesis

H0 : µ eksperimen = µ kontrol

Tidak ada perbedaan rata-rata kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm sebelum dan setelah mengiikuti program bimbingan karir.

H1 : µ eksperimen > µ kontrol

Rata-rata kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm setelah mengikuti program bimbingan karir lebih baik dibandingkan sebelum perlakuan.


(52)

Pengambilan keputusan dilakukan dengan dua cara, yaitu membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai probabilitas yang diperoleh dengan α=0,05.

Jika pengambilan keputusan berdasarkan nilai t hitung, maka kriterianya adalah terima H0 jika – t 1- ½

< t hitung < t 1- ½

, dimana t 1- ½

didapat dari daftar tabel t dengan dk = ( n1 + n2 – 1) dan peluang 1- ½

. Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.

Jika pengambilan keputusan berdasarkan angka probabilitas (nilai p), maka kriterianya adalah:

1) Jika nilai p < 0,05, maka H0 ditolak 2) Jika nilai p > 0,05, maka H0 diterima c. Mencari nilai t hitung

Nilai t hitung ditentukan dengan rumus:

1 2

Hitung 2 2

1 2

1 2

Y Y t

n n

S S

 

Keterangan:

1

Y = rata-rata data kontrol

2

Y = rata-rata data eksperimen n1 = banyak sampel kelas kontrol n2 = banyak sampel kelas eksperimen s12 = varians kelompok kontrol

s22 = varians kelompok eksperimen


(53)

G. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan; (2) tahap pelaksanaan; dan (3) tahap pengolahan dan analisis data. Secara garis besar tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang kompetensi komunikasi interpersonal dan bimbingan karir yang merupakan salah satu teknik dari konseling kognitif perilaku.

b. Menentukan subjek penelitian.

c. Menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian berupa kuesioner. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan/implementasi layanan program bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal.

b. Observasi terhadap pelaksanaan program bimbingan karir pada kelompok eksperimen untuk mengetahui keefektifan layanan dalam meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro’Comm.

3. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data

a. Mengolah skor tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl.


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penelitian tentang Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl dengan menggunakan metode eksperimen kuasi pada Agensi Eta Pro Comm menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.

1. Profil kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl Agensi Eta Pro Comm secara umum berada pada kategori kompeten.

2. Rumusan hipotetik dan implementasi program bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal memiliki struktur yang menurut ahli bimbingan dan konseling dinilai memadai untuk diujicobakan. Adapun struktur dan tahapan program bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal yaitu; (a) Orientasi program; (b) Asumsi program; (c) Dasar kebutuhan; (d) Tujuan program; (e) Peran konselor; (f) Struktur dan tahapan program; (g) Refleksi; dan (h) Indikator keberhasilan. 3. Program bimbingan karir efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi

interpersonal. Peningkatan terjadi baik secara umum, aspek dan indikator kompetensi komunikasi interpersonal secara signifikan. Indikator kompetensi komunikasi interpersonal yaitu mencakup: (a) jujur terhadap lawan bicara; (b) siap atas segala reaksi lawan bicara; (c) menerima dengan senang hati informasi yang disampaikan; (d) memperhatikan pesan dari lawan bicara; (e)


(55)

mengetahui perasaan lawan bicara; (f) menghargai orang lain; (g) memberi semangat; (h) membuka kesempatan berpendapat; (i) menilai positif; (j) menciptakan situasi kondusif; (k) membuat nyaman; dan (l) memandang objektif lawan bicara.

B. Rekomendasi

Rekomendasi penelitian ditujukan kepada pihak-pihak sebagai berikut. 1. Bagi konselor perusahaan

Hasil penelitian program bimbingan karir dapat digunakan oleh konselor perusahaan sebagai pedoman dalam meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal pada karyawan. Langkah-langkah konselor perusahaan dalam melaksanakan program bimbingan karir yaitu sebagai berikut.

a. Menyebarkan instrumen tentang kompetensi komunikasi interpersonal b. Memaknai profil atau kondisi awal karyawan di perusahaan hasil dari

penyebaran instrumen.

c. Menganalisis bersama hasil yang diperoleh dari bagian-bagian perusahaan tentang kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl di lapangan.

d. Membangun relasi yang baik antara konselor dengan Sales Promotion Girl, terlebih dalam pertemuan pertama, karena sangat penting untuk menumbuhkan rasa percaya satu sama lain demi terciptanya suasana kondusif dalam layanan bimbingan karir.


(56)

e. Menumbuhkan empati Sales Promotion Girl dengan tujuan membuka perasaan pekanya terhadap orang lain.

f. Sales Promotion Girl dilatih untuk memberikan penghargaan terhadap orang lain.

g. Memotivasi diri Sales Promotion Girl dan orang lain, bertujuan agar menciptakan kondisi nyaman dan tidak ada saling merendahkan satu sama lain.

h. Menciptakan situasi kondusif antara Sales Promotion Girl dan konsumen, hal ini sangat penting dalam memberikan pelayanan yang baik pada konsumen.

i. Refleksi program dilakukan bersama-sama antara konselor perusahaan dan Sales Promotion Girl, dengan memberikan instrumen kompetensi komunikasi interpersonal kembali kepada Sales Promotion Girl dan membandingkan hasil awal dan hasil akhir untuk melihat keberhasilan program bimbingan karir.

2. Bagi Agensi Pengguna Sales Promotion Girl

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk bahan menyeleksi sekaligus meningkatkan kualitas para Sales Promotion Girl yang tergabung dalam Agensi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh Agensi pengguna Sales Promotion Girl yaitu sebagai berikut.


(57)

a. Bekerjasama dengan konselor perusahaan untuk memberikan pelayanan bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal.

b. Menginformasikan kondisi Sales Promotion Girl di lapangan kepada konselor perusahaan sebagai dasar kebutuhan empirik program bimbingan karir.

c. Memberikan semangat pada setiap karyawan yang ingin maju terutama dalam mengembangkan kompetensi komunikasi interpersonal.

d. Melayani Sales Promotion Girl untuk meningkatkan kompetensinya terutama kompetensi komunikasi interpersonal.

e. Menyediakan sarana dan prasarana dalam rangka pelaksanaan program bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka rekomendasi untuk peneliti selanjutnya yaitu sebagai berikut.

a.Pengambilan sampel penelitian yang cakupannya hanya pada universitas yang memiliki program studi komunikasi atau perusahaan lain yang membina karyawannya dengan keahlian utama komunikasi interpersonal. b.Memperluas lagi kajian penelitian dengan menggunakan seluruh aspek dan


(58)

c.Menggunakan metode penelitian Research and Development yang didasari pada hasil efektivitas program bimbingan karir sebagai acuan penelitian.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

AW Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Barnlund, C. (1968). Interpersonal of Communication. Boston: Hongtong Mefflin. Berlo, K David, (1960). The Process of Communication. An introduction the

theory and practice. New York : Holt Reinhart and Winston

Birdwhistell, Ray L, (1070). Kinesics and Context. Philadephia : University of Pennsylvania Press.

Crites, John. (1981). Career Counseling:Models, Methods, and Materials, New York:McGrawhill Book Company.

De Vito, J A. (1997). Komunikasi Antar Manusia (cetakan kelima). Jakarta: Proffesional Books.

Delozier, M Wayne. (1976). The Marketing Communication, Second Edition. New York: David Mc Kay Company

Effendy, Onong Uchjana (1986). Dimensi-dimensi komunikasi. Bandung: Alumni _______. (2007). Ilmu Komunikasi dan Praktek. Bandung : Rosdakarya

Fisher, B. A., & Adams, K. L. (1994). Interpersonal communication: Pragmatics of human relationship (2nd. Ed.). New York: McGeaw-Hill, Inc.

Fuad Mas’ud (2004). Survai Diagnosis Organisasional. Konsep dan Aplikasi.

Semarang : Badan Penerbit UNDIP.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gardner, H. (2003). Multiple Intelligences (Kecerdasan majemuk Teori dan Praktek)Terjemahan Alexander Sindoro. Batam Centre: Interaksa.

Hardjana, A. M. (2003). Komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Yogyakarta: Kanisius

Joni, T. R. (2008). Changing Parenting Style: Nurturing Cultural Diversity Competence in Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang.


(60)

.

Kottler,Phillip. (1997). Manajemen Pemasaran Marketing Management 9e Analisis,Perencanaan,Implementasi, dan Kontrol. Jakarta: Prenhallindo. Mappiare, A. (2006). Kamus Istilah Konseling & Terapi. Jakarta: Rajagrafindo

Pesada.

Margono, Rahmat Sumarto Purwokusumo (1996). Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Partisipasi Pembangunan Masyarakat Di Kalangan Partisipan Organisasi Kemasyarakatan. Disertasi. UNPAD Muhammad, Arni. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Munandir. (1996). Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Akademis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Mulyana, D. (2008). Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintasbudaya.

Bandung: Remaja Rosdakarya

Nuraeni, Erni (2009). Program bimbingan karir untuk meningkatkan orientasi masa depan pada siswa kelas IX SMA Terpadu Baiturrahman Ciparay Kab Bandung. Tesis. Program Pascasarjana UPI

Pace, D. F. (2002). Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan kinerja Perusahaan (terjemahan Deddy Mulyana). Bandung: Rosdakarya

Payne, H.J, (2005). “Reconceptualizing Social Skills in Organizations : Exploring the Relationship Between Communication Competence. Job performance

and supervisory roles”. Journal of Leadership & Organizational Studies,

Vol 11, No. 2

PMPTK, D. J. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.

Raharti, Mujiasih. (2001). Manajemen Penjualan dan Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset.

Rahmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.

Reardon, K. K. (1987). Interpersonal communication: Where minds meet. California: Wadsworth Inc


(61)

Retnasih,Ratna, 2001. Sales Promotion Girl dalam berbagai perspektif. Jakarta: Salemba Raya.

Schramm, Wilbur. Donald F Roberts, 1977. The Process and Effect of MassMedia Communication_Revised Edition. Urbana Chicago London : University of Illinois Press.

Smith, Dennis R, L Keith Williamson. 1982. Interpersonal Coomunication 2nd, Ed Wm.C. Brown Company Publisher, College Division, United States of America

Spitzberg, B. H., & Cupach, W. R. (1984). Interpersonal communication. (http://www.uky.edu/drlane/capstone/interpersonal/competence.htm). 2007. Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suherman, Uman. (2006). Konseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan. Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sujarwo. (2010). Efektivitas bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Tesis. Program Pascasarjana UPI Bandung

Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antar pribadi: Tinjauan psikologis. Yogyakarta: Kanisius

Supriatna, Mamat. 2009. Layanan Bimbingan Karier di Sekolah Menengah. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia.

Trenholm, S., & Jensen, A. (1996). Interppersonal communication (3th. Ed). California: Wadsworth Publishing Company

Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

http://www.zona-remaja.com/2011/03/pentingnya-komunikasi.


(1)

130

Vina Dartina, 2013

Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Menumbuhkan empati Sales Promotion Girl dengan tujuan membuka perasaan pekanya terhadap orang lain.

f. Sales Promotion Girl dilatih untuk memberikan penghargaan terhadap

orang lain.

g. Memotivasi diri Sales Promotion Girl dan orang lain, bertujuan agar menciptakan kondisi nyaman dan tidak ada saling merendahkan satu sama lain.

h. Menciptakan situasi kondusif antara Sales Promotion Girl dan konsumen, hal ini sangat penting dalam memberikan pelayanan yang baik pada konsumen.

i. Refleksi program dilakukan bersama-sama antara konselor perusahaan dan Sales Promotion Girl, dengan memberikan instrumen kompetensi komunikasi interpersonal kembali kepada Sales Promotion Girl dan membandingkan hasil awal dan hasil akhir untuk melihat keberhasilan program bimbingan karir.

2. Bagi Agensi Pengguna Sales Promotion Girl

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk bahan menyeleksi sekaligus meningkatkan kualitas para Sales Promotion Girl yang tergabung dalam Agensi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh Agensi pengguna Sales


(2)

131

Vina Dartina, 2013

Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Bekerjasama dengan konselor perusahaan untuk memberikan pelayanan bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal.

b. Menginformasikan kondisi Sales Promotion Girl di lapangan kepada konselor perusahaan sebagai dasar kebutuhan empirik program bimbingan karir.

c. Memberikan semangat pada setiap karyawan yang ingin maju terutama dalam mengembangkan kompetensi komunikasi interpersonal.

d. Melayani Sales Promotion Girl untuk meningkatkan kompetensinya terutama kompetensi komunikasi interpersonal.

e. Menyediakan sarana dan prasarana dalam rangka pelaksanaan program bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka rekomendasi untuk peneliti selanjutnya yaitu sebagai berikut.

a.Pengambilan sampel penelitian yang cakupannya hanya pada universitas yang memiliki program studi komunikasi atau perusahaan lain yang membina karyawannya dengan keahlian utama komunikasi interpersonal. b.Memperluas lagi kajian penelitian dengan menggunakan seluruh aspek dan


(3)

132

Vina Dartina, 2013

Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c.Menggunakan metode penelitian Research and Development yang didasari pada hasil efektivitas program bimbingan karir sebagai acuan penelitian.


(4)

116 Vina Dartina, 2013

Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

AW Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Barnlund, C. (1968). Interpersonal of Communication. Boston: Hongtong Mefflin. Berlo, K David, (1960). The Process of Communication. An introduction the

theory and practice. New York : Holt Reinhart and Winston

Birdwhistell, Ray L, (1070). Kinesics and Context. Philadephia : University of Pennsylvania Press.

Crites, John. (1981). Career Counseling:Models, Methods, and Materials, New York:McGrawhill Book Company.

De Vito, J A. (1997). Komunikasi Antar Manusia (cetakan kelima). Jakarta: Proffesional Books.

Delozier, M Wayne. (1976). The Marketing Communication, Second Edition. New York: David Mc Kay Company

Effendy, Onong Uchjana (1986). Dimensi-dimensi komunikasi. Bandung: Alumni _______. (2007). Ilmu Komunikasi dan Praktek. Bandung : Rosdakarya

Fisher, B. A., & Adams, K. L. (1994). Interpersonal communication: Pragmatics

of human relationship (2nd. Ed.). New York: McGeaw-Hill, Inc.

Fuad Mas’ud (2004). Survai Diagnosis Organisasional. Konsep dan Aplikasi.

Semarang : Badan Penerbit UNDIP.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gardner, H. (2003). Multiple Intelligences (Kecerdasan majemuk Teori dan

Praktek)Terjemahan Alexander Sindoro. Batam Centre: Interaksa.

Hardjana, A. M. (2003). Komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Yogyakarta: Kanisius

Joni, T. R. (2008). Changing Parenting Style: Nurturing Cultural Diversity


(5)

117 Vina Dartina, 2013

Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

.

Kottler,Phillip. (1997). Manajemen Pemasaran Marketing Management 9e

Analisis,Perencanaan,Implementasi, dan Kontrol. Jakarta: Prenhallindo.

Mappiare, A. (2006). Kamus Istilah Konseling & Terapi. Jakarta: Rajagrafindo Pesada.

Margono, Rahmat Sumarto Purwokusumo (1996). Pengaruh Komunikasi

Interpersonal Terhadap Partisipasi Pembangunan Masyarakat Di Kalangan Partisipan Organisasi Kemasyarakatan. Disertasi. UNPAD

Muhammad, Arni. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Munandir. (1996). Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Akademis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Mulyana, D. (2008). Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintasbudaya.

Bandung: Remaja Rosdakarya

Nuraeni, Erni (2009). Program bimbingan karir untuk meningkatkan orientasi

masa depan pada siswa kelas IX SMA Terpadu Baiturrahman Ciparay Kab Bandung. Tesis. Program Pascasarjana UPI

Pace, D. F. (2002). Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan kinerja

Perusahaan (terjemahan Deddy Mulyana). Bandung: Rosdakarya

Payne, H.J, (2005). “Reconceptualizing Social Skills in Organizations : Exploring

the Relationship Between Communication Competence. Job performance

and supervisory roles”. Journal of Leadership & Organizational Studies,

Vol 11, No. 2

PMPTK, D. J. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Pelayanan Bimbingan

dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.

Raharti, Mujiasih. (2001). Manajemen Penjualan dan Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset.

Rahmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.

Reardon, K. K. (1987). Interpersonal communication: Where minds meet. California: Wadsworth Inc


(6)

118 Vina Dartina, 2013

Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Retnasih,Ratna, 2001. Sales Promotion Girl dalam berbagai perspektif. Jakarta: Salemba Raya.

Schramm, Wilbur. Donald F Roberts, 1977. The Process and Effect of MassMedia Communication_Revised Edition. Urbana Chicago London : University of Illinois Press.

Smith, Dennis R, L Keith Williamson. 1982. Interpersonal Coomunication 2nd, Ed Wm.C. Brown Company Publisher, College Division, United States of America

Spitzberg, B. H., & Cupach, W. R. (1984). Interpersonal communication. (http://www.uky.edu/drlane/capstone/interpersonal/competence.htm). 2007. Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suherman, Uman. (2006). Konseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan. Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sujarwo. (2010). Efektivitas bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Tesis. Program Pascasarjana

UPI Bandung

Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antar pribadi: Tinjauan psikologis. Yogyakarta: Kanisius

Supriatna, Mamat. 2009. Layanan Bimbingan Karier di Sekolah Menengah. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia.

Trenholm, S., & Jensen, A. (1996). Interppersonal communication (3th. Ed). California: Wadsworth Publishing Company

Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

http://www.zona-remaja.com/2011/03/pentingnya-komunikasi.