ANALISIS SUFIKS -SA DAN -MI DALAM BAHASA JEPANG.

(1)

ANALISIS SUFIKS –SA DAN MI DALAM BAHASA JEPANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Bagian Dari Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jepang

Oleh: Imas Siti Nurlaela

1103561

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

Imas Siti Nurlaela, 2015

ANALISIS SUFIKS –SA DAN –MI DALAM BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS SUFIKS –SA DAN MI DALAM BAHASA JEPANG

Oleh: Imas Siti Nurlaela

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Bahasa Jepang

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra

©Imas Siti Nurlaela 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dan dicetak ulang, difoto kopi, atau dengan cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

(4)

iii

Imas Siti Nurlaela, 2015

ANALISIS SUFIKS –SA DAN –MI DALAM BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Analisis Sufiks -sa dan -mi dalam Bahasa Jepang (Imas Siti Nurlaela, 2015, 74 halaman)

Penelitian ini menganalisis fungsi dan makna sufiks -sa dan sufiks -mi dalam bahasa Jepang yang ditinjau dari segi morfologi sintaksis. Sufiks -sa dan -mi termasuk kedalam sufiks derivasional, dan sufiks derivasional sangat berpengaruh dalam Bahasa Jepang. Sufiks -sa dan sufiks -mi biasanya ditambahkan pada kata sifat Bahasa Jepang. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipikal adjektiva Bahasa Jepang apa saja yang bisa dibubuhi sufiks -sa dan -mi, makna kata yang telah dibubuhi sufiks -sa dan -mi dalam konteks kalimat bahasa Jepang, serta persamaan dan perbedaan sufiks -sa dan -mi dalam konteks kalimat bahasa Jepang. Kata sifat yang bisa ditambahkan sufiks -sa lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan kata sifat yang bisa ditambahkan sufiks -mi. Namun, makna yang terkandung dalam kata sifat yang telah ditambahkan sufiks -mi, lebih banyak jumlahnya daripada makna yang terkandung dalam kata sifat yang telah ditambahkan sufiks -sa. Selain itu, persamaan fungsi sufiks -sa dan -mi adalah membendakan kata sifat (nominalisasi).


(5)

ABSTRACT

Analysis Suffix ‘sa’ and ‘mi’ in Japanese (Imas Siti Nurlaela, 2015, 74 pages)

This research analyzed the functional and meaning of suffix ‘sa’ and ‘mi’ in Japanese from the morphology and syntax point of view. Suffix ‘sa’ and ‘mi’ included in the derivational suffix and suffix devirasional very influential in Japanese. Suffix ‘sa’ and ‘mi’ is usually added to the adjective in Japanese. The purpose of this study is to determine the function of adjectives typical Japanese language what can be added the suffix ‘sa’ and ‘mi’, the meaning of words that have been added the suffix ‘sa’ and ‘mi’ in the context of Japanese language sentence, and difference suffix ‘sa’ and ‘mi’ in the context of Japanese language sentence. Typical adjective which can be added the suffix ‘sa’ more than the adjective which can be added the suffix ‘mi’. However, the meaning contained in the added adjective suffix ‘mi’ more numerous than the meaning contained in the written adjective suffix ‘sa’. Moreover, the function equation suffix ‘sa’ and ‘mi’ is make adjective into noun.


(6)

v

Imas Siti Nurlaela, 2015

ANALISIS SUFIKS –SA DAN –MI DALAM BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

日本語 接尾辞 サ 分析

ス シテ ヌルラエラ

1103561

要旨

本研究 日本語 接尾辞 サ 機能 そ 意味を形態学及び構文 視

点 分析した あ 接尾辞 サ 派生接尾辞 あ 日本語

重要 役割を持っ い 接尾辞 サ 大体日本語 形容詞 付け

本研究 目的 接尾辞 サ 付加さ 形容詞及び 日本語 文

脈 中 接 尾 辞 サ 付 加 さ 言 葉 意 味 ま た 接 尾 辞 サ

共通点 相違点を調べ た あ そ 結果 接尾辞 サ 付加さ

形容詞 接尾辞 付加さ 形容詞 多い し し 接尾辞 付加さ

形容詞 意味 接尾辞 サ 付加さ 形容詞 意味 多く 様々 あ

そ 他 接尾辞 サ 共通点 形容詞 名詞 こ あ


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL……….…xviii

DAFTAR LAMPIRAN………..….xix

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Masalah Penelitian ...3

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...4

E. Sistematika Penulisan Skripsi ...5

BAB II KERANGKA TEORITIS ...6

A. Morfologi ...6

B. Sintaksis ...14

C. Morfologi Bahasa Jepang ...15

D. Kerangka Pemikiran ...19

E. Penelitian Sebelumnya terkait Sufiks -sa dan -mi...20

BAB III METODE PENELITIAN ...25

A. Metode Penelitian...25

B. Pengumpulan Data ...26

D. Prosedur Penelitian...28

E. Analisis Data ...28

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ...30


(8)

xvii

Imas Siti Nurlaela, 2015

ANALISIS SUFIKS –SA DAN –MI DALAM BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI...67

A. Kesimpulan ...67

B. Implikasi……….…....69

C. Rekomendasi ...70

DAFTAR PUSTAKA ...71 LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pada umumnya, beberapa bahasa di dunia, dalam penggunaannya pasti mempunyai kata dasar dan kata yang terbentuk melalui suatu proses. Kata dasar tersebut bisa disusun menjadi kata bentukan melalui tiga macam proses, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan) dan komposisi (pemajemukan). Pada proses pembentukan afiksasi telah dikenal adanya imbuhan atau afiks yang didalamnya meliputi prefiks (awalan), sufiks (akhiran) dan infiks (sisipan). Dari ketiga jenis imbuhan ini, pada umumnya sufiks (akhiran) yang lebih banyak digunakan.

Tidak banyak dari kalangan pelajar yang mengetahui istilah sufiks, khususnya sufiks derivasional. Mungkin hanya terbatas pada saat mempelajari bahasa Indonesia di sekolah tingkat menengah atau tingkat atas. Ternyata bukan hanya bahasa Indonesia saja yang mempunyai kata yang mengandung sufiks, khususnya sufiks derivasional. Tetapi bahasa Jepang pun sangat dipengaruhi oleh sufiks derivasional tersebut dalam menentukan makna dan fungsi kata.

Sufiks atau akhiran yang akan diteliti pada penelitian ini adalah akhiran -sa dan -mi dalam Bahasa Jepang. Kedua akhiran tersebut ditambahkan pada kata sifat (keiyoushi), baik itu i-keiyoushi maupun na-keiyoushi. Kedua akhiran tersebut diketahui memiliki fungsi derivasi.

Analisis mengenai akhiran itu sendiri, merupakan sebuah kajian morfologis. Menurut Crystal (Abdul Muis dan Herman, 2005:1), morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem. Morfologi pada umumnya dibagi ke dalam dua bidang: yakni telaah infleksi (inflectional morphology), dan telaah pembentukan kata (lexical or derivational morphology).


(10)

2

Imas Siti Nurlaela, 2015

ANALISIS SUFIKS –SA DAN –MI DALAM BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan Natsuko Tsujimura (1996, hlm. 141) mengemukakan bahwa ada beberapa jenis morfem dalam Bahasa Jepang. Yaitu tergantung pada apakah dia bisa berdiri sendiri atau harus ditambahkan morfem lainnya.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sufiks derivasional yang akan diteliti adalah termasuk sebagai cabang morfologi leksikal yaitu derivasi. Matthews (1974, hlm. 38) menyatakan bahwa derivasi adalah proses morfemis yang menghasilkan leksem baru. Maka pembentukan secara derivasional akan menghasilkan kata yang termasuk paradigma yang berbeda. Kushartati et al (2005, hlm 152) menyatakan bahwa proses derivasi mengubah suatu kata menjadi kata baru. Kata baru itu pada umumnya lain kelas atau jenisnya dengan kata yang belum mengalami derivasi.

Selain itu, sufiks sendiri termasuk afiksasi atau pengimbuhan. Yang mana sfiksasi atau pengimbuhan menurut Ida Bagus (2008:5) adalah proses pembentukan kata dalam membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks.

Afiks adalah bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan kata atau pokok kata, yang memiliki kemampuan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahakan pada awal, akhir atau tengah kata (Richard dalam Ida Bagus 2008:5).

Nihongo Kyouiku Jiten (hal, 283) menyatakan, dalam Bahasa Jepang, morfem bebas adalah apa yang disebut sebagai 接 辞- setsuji (afiks), yaitu 3 macam posisi penambahan stem. Penambahan di awal kata yaitu 接頭辞-settouji (prefiks), penambahan di akhir kata yaitu 接尾辞 -setsubiji (sufiks), penambahan ke dalam tengah stem yaitu 接 中 辞 -secchuuji (infiks). Dalam Bahasa Jepang, tidak terdapat infiks.


(11)

Bahasa Jepang banyak ditandai oleh penambahan sufiks pada akar kata untuk menunjukkan fungsi gramatikalnya. Namun, secara umum proses derivasi dalam bahasa Jepang terjadi melalui prefiksasi dan sufiksasi (Nani dan Jonjon, 2010, hlm. 46).

Tsujimura (1996;142) juga mengemukakan morfem -sa yang dilekatkan pada stem adjektif akan mengubahnya menjadi kata benda. -sa mengubah arti dan/atau kategori kata yang dilekatinya, dan oleh karena itu mereka menjadi morfem derivasional.

Maka dari itu, penulis berkeinginan untuk meneliti mengenai sufiks daripada prefiks, dan sufiks tersebut yang melalui proses derivasi, yaitu sufiks -sa dan -mi. Karena sufiks sendiri lebih banyak digunakanan dalam bahasa Jepang.

B. Masalah Penelitian

1. Batasan Masalah Penelitian

Agar cakupan masalah yang diteliti tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut:

a. Penelitian ini hanya meneliti kata sifat yang mengandung sufiks -sa dan -mi yang terdapat dalam kalimat-kalimat Baha-sa Jepang. b. Buku referensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

beberapa literatur yang didalamnya memungkinkan terdapat kata sifat yang mengandung sufiks -sa dan -mi.

c. Kajian dan analisis hanya dilakukan dari segi morfologi sintaksis, yaitu dari segi struktur kata dan makna kata.

2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Tipikal adjektiva Bahasa Jepang apa saja yang bisa dibubuhi sufiks -sa dan -mi?


(12)

4

Imas Siti Nurlaela, 2015

ANALISIS SUFIKS –SA DAN –MI DALAM BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Apa makna kata yang telah dibubuhi sufiks -sa dan -mi dalam konteks kalimat bahasa Jepang?

3. Apa persamaan sufiks -sa dan -mi dalam konteks kalimat Bahasa Jepang?

4. Apa perbedaan sufiks -sa dan -mi dalam konteks kalimat Bahasa Jepang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tipikal adjektiva Bahasa Jepang apa saja yang bisa dibubuhi sufiks -sa dan -mi.

2. Mengetahui makna kata yang telah dibubuhi sufiks -sa dan -mi dalam konteks kalimat bahasa Jepang.

3. Mengetahui persamaan sufiks -sa dan -mi dalam konteks kalimat Bahasa Jepang.

4. Mengetahui perbedaan sufiks -sa dan -mi dalam konteks kalimat Bahasa Jepang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan bisa memberikan manfaat, baik untuk penulis sendiri maupun untuk mereka yang kelak membaca penelitian ini, atau bagi para pembelajar maupun pengajar yang memiliki kebutuhan khusus terkait penelitian mengenai sufiks derivasional dalam materi buku pelajaran. Berikut manfaat penelitian ini baik secara teoritis maupun praktis :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah khasanah dan referensi mengenai makna dan fungsi sufiks -sa dan -mi yang terdapat dalam konteks kalimat yang diperoleh dari beberapa literatur bahasa Jepang.


(13)

2. Manfaat Praktis

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi baik untuk dosen, mahasiswa, maupun untuk penelitian berikutnya mengenai sufiks -sa dan -mi dalam Bahasa Jepang.

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam pembahasan penelitian secara keseluruhan, penulis merencanakan struktur organisasi skripsi seperti berikut,

Bab I yang merupakan pendahuluan, penulis akan membahas latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Pada bab selanjutnya, yaitu bab II, penulis menguraikan teori morfologi secara umum, morfologi Bahasa Jepang, pengimbuhan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang, serta pengertian sufiks dalam Bahasa Indonesia maupun dalam Bahasa Jepang, serta menguraikan secara detail penelitian-penelitian mengenai sufiks -sa dan -mi secara umum. Pada bab III, penulis membahas mengenai metode penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Sedangkan pada bab IV, penulis menguraikan hasil penelitian tentang sufiks -sa dan -mi dalam Bahasa Jepang, mengenai makna sufiks -sa dan -mi jika ditambahkan ke dalam kata sifat, mengenai persamaan dan perbedaan fungsi dan makna sufiks -sa dan -mi, mengenai jenis kata sifat yang bisa ditambahkan sufiks -sa dan -mi serta mengetahui fleksibilitas sufiks -sa dan -mi terkait kemampuan keduanya untuk saling menggantikan satu sama lain ditinjau dari segi sintaksis dan menguraikan temuan serta pembahasan dari rumusan masalah yang dirumuskan oleh penulis. Pada bab terakhir, yaitu bab V, penulis memberikan simpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.


(14)

25

Imas Siti Nurlaela, 2015

ANALISIS SUFIKS –SA DAN –MI DALAM BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

1) Metode Penelitian

Suatu penelitian dilakukan dengan tujuan untuk memecahkan berbagai masalah. Sehingga dapat ditemukan jawaban dengan harapan bisa memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, motode yang digunakan dalam penelitian sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan penelitian tersebut. Karena dengan menggunakan sebuah metode, penelitian yang dilakukan bisa lebih teratur, efektif dan efisien.

Metode, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sutedi (2011, hlm. 53) mengemukakan bahwa dalam kegiatan penelitian metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian. Dan adapun fungsinya adalah untuk memperlancar pencapaian tujuan secara lebih efektif dan efisien. Disisi lain, pengertian penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. Maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara kerja teratur dalam melakukan proses penelitian atau penyelidikan untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu.

Penelitian ini adalah sebuah analisis yang dilakukan terhadap beberapa literature mengenai sufiks -sa dan -mi yang digunakan dalam Bahasa Jepang. Menjelaskan mengenai makna dari kata sifat yang telah ditambahkan sufiks -sa dan -mi, serta persamaan dan perbedaan dari kedua sufiks tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang bersifat deskriptif (Poerwandari, 1998). Adapun menurut Moleong (2007, hlm. 6) menyatakan bahwa, penelitian kualitatif adalah


(15)

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan barbagai metode alamiah.

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik tersendiri, sejalan dengan Moleong (2007, hlm. 9) yang mengemukakan bahwa penelitian kualitatif memiliki karakteristik yaitu melalui pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Dan penelitian kualitatif juga memiliki karakteristik deskriptif yang datanya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Gay (dalam Sevilla,Consuelo G, DKK 1993, hlm. 71) mendefinisikan bahwa metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Penelitian deskriptif menentukan dan melaporkan keadaan sekarang. Sedangkan menurut Sutedi (2011:58), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara actual. Maka dapat disimpulkan bahwa sifat penelitian deskriptif yaitu menjabarkan, memotret segala permasalahan yang dijadikan pusat perhatian si peneliti, kemudian dibeberkan apa adanya.

2) Pengumpulan Data a. Sumber Data

Sutedi (2011, hlm. 179) menyatakan bahwa data penelitian dapat bersumber dari manusia atau bukan manusia. Data dalam penelitian dapat diperoleh dari berbagai sumber yang disebut sumber data, dan dalam kajian linguistik sifatnya dapat bersifat lisan dan tertulis (Nadar, 2009, hlm. 107). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa contoh kalimat yang diambil dari berbagai literature yang dianggap relevan.


(16)

27

Imas Siti Nurlaela, 2015

ANALISIS SUFIKS –SA DAN –MI DALAM BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian (Sutedi, 2011, hlm. 155). Instrumen penelitian yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah format data. Sutedi (2011, hlm. 178) menyatakan bahwa format data merupakan salah satu instrumen dalam bentuk tabel yang terdiri dari lajur dan kolom.

Selain format data, Moelong (2007, hlm. 37) juga menyebutkan bahwa dalam penelitian kualitatif “tape recorder”, catatan lapangan, dan peneliti adalah instrumen itu sendiri. Alwasilah dalam Sutedi (2011:178) juga mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri berperan sebagai instrument. Artinya, secara langsung peneliti bisa mengumpulkan data-data yang diperlukan baik dari penutur (native) secara langsung maupun dari sumber data tertulis lainnya. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan peneliti sendiri sebagai instrumennya.

c. Teknik Pengumpulan Data

Dibutuhkan teknik yang tepat untuk mengumpulkan data-data relevan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan sebelumnya. Maka dari itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literature atau studi kepustakaan, yaitu kegiatan penelusuran dan penelaahan literature dengan mengumpulkan berbagai macam data yang berhubungan dengan tema penelitian ini yaitu analisis sufiks -sa dan -mi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Nazir (1988:111) yang mengemukakan bahwa, studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dipecahkan.


(17)

3) Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan serangkaian langkah yang akan ditempuh dalam pelaksanaan penelitian. Mengingat pentingnya prosedur penelitian tesebut, maka akan diuraikan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada penelitian ini dimulai dari awal penelitian dilakukan sampai dibuat kesimpulan akhir. Langkah-langkah tersebut antara lain:

a. Menentukan objek penelitian, dalam hal ini penulis memilih analisis pada akhiran -sa dan -mi yang ditambahkan pada kata sifat Bahasa Jepang. b. Mengumpulkan teori-teori umum yang berkaitan dengan kajian

morfologi.

c. Mengumpulkan teori-teori yang berkaitan dengan morfologi Bahasa Jepang.

d. Menggali, mengkaji, dan mendalami teori-teori mengenai akhiran (setsubiji) -sa dan -mi dalam Bahasa Jepang.

e. Mengumpulkan data, dalam hal ini contoh kalimat-kalimat yang mengandung akhiran -sa dan -mi.

f. Menganalisis data, yaitu menganalisis kalimat-kalimat yang mengandung akhiran -sa dan -mi yang telah dikumpulkan sebelumnya.

g. Menyimpulkan hasil penelitian.

4) Analisis Data

Tahap-tahap analisis data yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut: a. Mengumpulkan Data

Seperti yang telah dijabarkan dalam prosedur penelitian, pada tahap ini data dikumpulkan dari berbagai literature yang relevan dengan tema penelitian, yaitu kalimat-kalimat yang mengandung akhiran -sa dan -mi.


(18)

29

Imas Siti Nurlaela, 2015

ANALISIS SUFIKS –SA DAN –MI DALAM BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Mengklasifikasikan Data

Sebelum dianalisis, data yang sebelumnya telah dikumpulkan, diklasifikasikan ke dalam kelompok-kelompok akhiran -sa dan -mi. c. Menganalisis Data

Data yang sudah diklasifikasikan kemudian dianalisis berdasarkan kajian morfologis.

d. Menyimpulkan Hasil Analisis Data

Menyimpulkan hasil analisis data berdasarkan kalimat-kalimat yang mengandung akhiran -sa dan -mi. Memaparkan makna-makna yang dihasilkan dari penambahan kedua akhiran tersebut dan memaparkan perbedaan fungsi kedua akhiran tersebut.


(19)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pencapaian yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah telah diketahuinya jenis-jenis kata sifat yang bisa ditambahkan sufiks -sa dan -mi, serta berbagai makna yang terkandung dalam pembubuhan sufiks -sa dan -mi terhadap kata sifat Bahasa Jepang.

A. Kesimpulan

Setelah melakukan seluruh proses dalam penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

1) Jumlah kata sifat yang bisa ditambahkan sufiks -sa lebih banyak dibandingkan kata sifat yang bisa ditambahkan sufiks -mi. I-keiyoushi yang dapat ditambahkan sufiks -sa berjumlah 156 buah, dan yang tidak dapat ditambahan sufiks -sa berjumlah 7 buah. Sedangkan na-keiyoushi yang dapat ditambahkan sufiks -sa berjumlah 41 buah, dan yang tidak dapat ditambahkan sufiks -sa berjumlah 155 buah.

2) Sufiks -sa, selain dapat ditambahkan pada akar kata i-keiyoushi dan na-keiyoushi, juga dapat ditambahkan pada berbagai jenis kata sifat yang mengandung berbagai nuansa. Jenis kata sifat tersebut adalah :

a. 次元形容詞 (jiken keiyoushi) = kata sifat dimensi

b. 味覚-評価形容詞 (mikaku – hyouka keiyoushi) = kata sifat rasa dan

penilaian

c. 関係形容詞 (kankei keiyoushi) = kata sifat hubungan

d. 情意形容詞 (jyoui keiyoushi) = kata sifat afektif

e. 感覚形容詞 (kankaku keiyoushi) = kata sifat sensorik

Selain itu, sufiks -sa juga bisa ditambahkan pada jenis kata sifat berikut:

a. 単純形容詞 (tanjun keiyoushi) = kata sifat sederhana


(20)

68

Imas Siti Nurlaela, 2015

ANALISIS SUFIKS –SA DAN –MI DALAM BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. 派生形容詞 (hasei keiyoushi) = kata sifat derivatif

d. 複合形容詞 (fukugou keiyoushi) = kata sifat majemuk

e. Kata sifat perspektif/atribut: visual, dimensi, penciuman, perasa, peraba, dll。

f. Kata sifat intuisi/penilaian.

g. Kata sifat opini subjektif/emosi/perasaan)

Namun demikian, dalam penelitian ini, hanya menganalisis kata sifat i-keiyoshi dan na-keiyoushi yang umum dipergunakan dalam Bahasa Jepang. 3) Konteks kalimat, sangat menentukan dalam menyimpulkan makna yang

terkandung dari kata sifat yang telah ditambahkan sufiks -sa dan -mi yang berada didalamnya.

4) Dalam beberapa konteks kalimat, sufiks –sa dan –mi dapat saling menggantikan. Namun akan mengubah makna yang terdapat didalamnya. Sesuai dengan fungsi dari masing-masing sufiks -sa dan -mi.

5) Dalam beberapa konteks kalimat, sufiks -sa dan -mi tidak dapat saling menggantikan. Terbatas pada konteks kalimat dan fungsi masing-masing sufiks -sa dan -mi. Misalnya, sufiks -sa tidak mengandung makna sebagai idiom, maka tidak bisa menggantikan posisi sufiks -mi jika dalam konteks kalimat tersebut sufiks -mi berperan menyatakan idiom.

Berikut kesimpulan terkait makna sufiks -sa dan -mi : 1. Makna sufiks -sa

a) Kata sifat yang ditambahkan sufiks -sa hanya membentuk kata benda (nominalisasi)

b) Menyatakan ukuran, derajat yang terbatas pada kata sifat yang bermakna positif

c) Dalam beberapa konteks kalimat tertentu, sufiks -sa yang ditambahkan pada kata sifat yang bermakna negatif pun, bisa menyatakan ukuran.


(21)

2. Makna sufiks -mi

a) Kata sifat yang ditambahkan sufiks -mi berfungsi membentuk nomina yang artinya menyerupai sesuatu

b) Menyatakan keterangan atas keadaan suatu tempat

c) Menyatakan suatu keadaan atau hal yang dimiliki orang maupun benda

d) Menyatakan peristiwa yang pernah terjadi e) Menyatakan suatu keadaan kongkrit f) Menyatakan idiom atau ungkapan

g) Sufiks -mi yang terdapat dalam konteks kalimat yang mempunyai makna sebagai sesuatu yang menyerupai, juga dipastikan akan mengandung makna yang menyatakan suatu keadaan yang dimiliki oleh sesuatu baik itu benda, maupun orang.

3. Persamaan antara sufiks -sa dan -mi adalah, sama-sama membendakan kata sifat. Atau membentuk nomina dari akar kata yang asalnya merupakan kata sifat.

4. Perbedaan antara sufiks -sa dan -mi adalah, sufiks -sa hanya terbatas pada pembentukan nomina dan menyatakan derajat ukuran sesuatu benda. Sedangkan, meskipun kata sifat yang bisa ditambahkan sufiks -mi cenderung sedikit, namun makna yang dihasilkan oleh kata sifat yang telah dibubuhi sufiks -mi cenderung lebih beragam jika dibandingkan sufiks -sa.

B. Implikasi

Dari penelitian yang telah penulis lakukan, maka berikut ini akan dipaparkan beberapa implikasi yang berkaitan dengan penelitian mengenai analisis terhadap sufiks -sa dan -mi:

1. Sufiks -sa dan -mi memiliki perbedaan yang cukup besar dalam hal kata sifat yang bisa dibubuhinya, begitupun makna yang muncul dari kata sifat setelah dibubuhi kedua sufiks tersebut.


(22)

70

Imas Siti Nurlaela, 2015

ANALISIS SUFIKS –SA DAN –MI DALAM BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Sufiks -sa tetap bisa memiliki makna yang menyatakan ukuran meskipun ditambahkan pada kata sifat yang memiliki arah negatif atau turun.

C. Rekomendasi

Kesulitan yang dihadapi penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sumber referensi dari berbagai literature yang digunakan, jarang menggunakan Bahasa Indonesia. Sehingga mengalami sedikit kendala dan memakan waktu yang cukup lama dalam proses penerjemahannya.

Dengan demikian, sebaiknya menjadwalkan waktu dalam proses penterjemahan, jika banyak sumber atau referensi yang menggunakan Bahasa asing dan disiplin dengan jadwal tersebut. Sehingga dapat menghindari waktu yang terbuang.

Adapun rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah, coba lakukan analisis terhadap sufiks -sa yang ditambahkan pada berbagai jenis kata sifat seperti yang telah sedikit dijelaskan sebelumnya. Sehingga penelitian berikutnya tidak hanya menganalisis makna sufiks -sa dalam i-keiyoushi dan na-keiyoushi saja.

Selain itu, rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, coba lakukan analisis makna sufiks -sa yang ditambahkan kepada kosakata selain kata sifat, misalnya pada kata kerja yang telah ditambahkan ~たい, yaitu kata kerja yang menyatakan keinginan.

Selain itu dapat pula melakukan penelitian untuk mengkonfirmasi penggunaan makna sufiks -sa dan -mi yang telah dilakukan dalam penelitian ini, karena bahasa itu dinamis, jadi akan selalu berubah penggunaannya. Dapat pula penelitian ini digunakan sebagai referensi penelitian berikutnya dalam rangka mengkontrastifkan sufiks -sa dalam Bahasa Jepang dengan akhiran –nya dalam Bahasa Indonesia, juga sufiks -mi dalam Bahasa Jepang dengan akhiran ke-an dalam bahasa Indonesia.


(23)

(24)

72

Imas Siti Nurlaela, 2015

ANALISIS SUFIKS –SA DAN –MI DALAM BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muis dan Herman. (2005). Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta.

Akira, Miyahara. (2006). Ryuugakusei no Tame no Jidai o Yomitaku Jyoukyuu Nihongo. Tokyo: Kabushiki.

Asano, Tsuruko. (1990). Kihongo Yourei Jiten. Tokyo: Bunkacho

Bagus, Ida. (2008). Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung: PT. Refika Aditama

Bagus, Ida. (2008). Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: Refika Aditama.

Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia ( Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta

http://ejje.weblio.jp/sentence/content (diakses pada: 12 Agustus 2015) https://books.google.co.jp/books (diakses pada: 12 Agustus 2015) Izuhara, Shouji. (1998). Ruigigo Tsukaiwake Jiten. Tokyo: Kenkyuusha

Matsuura, Kenji. (1994). Nihongo-Indonesiago Jiten. Kyoto: Kyoto Sangyo University Press.

Michiko Kubo, Akiko Shimomura. (2007). Nihongo Nouryoku Shiken ni Deru Dokkai 1 kyuu. Tokyo: Kokusho

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Muneko Kusano, Yoshiaki Murasawa. (2006). Kanzen Masuta 1 kyuu Nihongo Nouryoku Shiken Dokkai Mondai Taisaku. Tokyo: 3net

Nadar, F.X. (2009). Pragmatik Dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Nazir, Moh. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia


(25)

Osamu, Mizutani. (1990). Integrated Spoken Japanese Volume One. Tokyo: Yuugen

Poerwandari, E. Kristi. (1998). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Universitas Terbuka

Rifqoh, Faizah Z. (2012). Analisis Bentuk Ungkapan yang Menyatakan Alasan yang terdapat dalam Buku Ajar JPBJ FPBS UPI. (Skripsi). Pendidikan Bahasa Jepang. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Satou, Ayako. (2007). Omoiyori Nihonjin. Tokyo: Kabushiki

Sevilla, C.G. dkk. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia

Shofiawati, Ainin. (2009). Analisis Setsubigo –mi dan –sa (Bidang Kebahasaan dalam Tataran Linguistik). (Skripsi). Pendidikan Bahasa Jepang. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sudjianto & Dahidi, A. (2012). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sutedi, Dedi. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press.

Tang, Ting-chi dan Liu, Yi-chen. (2010). Keiyoushi no meishika setsubiji : (-sa), (-mi), (-me) to (-ki) nitsuite. Pdf-Jurnal. Kainan University.

Tim Penyusun (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Tim Penyusun. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan

Indonesia.

Tsujimura, Natsuko. (1996). An Introduction to Japanese Linguistics. UK: Blackwell Publisher.

Vance, Timothy J. (1993). Prefiks dan Sufiks dalam Bahasa Jepang. Jakarta. Kesaint Blanc.


(26)

74

Imas Siti Nurlaela, 2015

ANALISIS SUFIKS –SA DAN –MI DALAM BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wiyatasari, Reny.(2013). Pembentukan Kata secara Derivasional dalam bahasa Jepang (Suatu Kajian Morfologi). Pdf-Jurnal. Universitas Diponegoro.

www.aozora.gr.jp

Xi He, Zhu. (1992). Meishika setsuji (sa) to (mi) nitsuite. Kenkyuu Repooto. Nihongo Gakka Shunin. Nagoya Daigaku Gengo Bunkabu.


(1)

2. Makna sufiks -mi

a) Kata sifat yang ditambahkan sufiks -mi berfungsi membentuk nomina yang artinya menyerupai sesuatu

b) Menyatakan keterangan atas keadaan suatu tempat

c) Menyatakan suatu keadaan atau hal yang dimiliki orang maupun benda

d) Menyatakan peristiwa yang pernah terjadi e) Menyatakan suatu keadaan kongkrit f) Menyatakan idiom atau ungkapan

g) Sufiks -mi yang terdapat dalam konteks kalimat yang mempunyai makna sebagai sesuatu yang menyerupai, juga dipastikan akan mengandung makna yang menyatakan suatu keadaan yang dimiliki oleh sesuatu baik itu benda, maupun orang.

3. Persamaan antara sufiks -sa dan -mi adalah, sama-sama membendakan kata sifat. Atau membentuk nomina dari akar kata yang asalnya merupakan kata sifat.

4. Perbedaan antara sufiks -sa dan -mi adalah, sufiks -sa hanya terbatas pada pembentukan nomina dan menyatakan derajat ukuran sesuatu benda. Sedangkan, meskipun kata sifat yang bisa ditambahkan sufiks -mi cenderung sedikit, namun makna yang dihasilkan oleh kata sifat yang telah dibubuhi sufiks -mi cenderung lebih beragam jika dibandingkan sufiks -sa.

B. Implikasi

Dari penelitian yang telah penulis lakukan, maka berikut ini akan dipaparkan beberapa implikasi yang berkaitan dengan penelitian mengenai analisis terhadap sufiks -sa dan -mi:

1. Sufiks -sa dan -mi memiliki perbedaan yang cukup besar dalam hal kata sifat yang bisa dibubuhinya, begitupun makna yang muncul dari kata sifat setelah dibubuhi kedua sufiks tersebut.


(2)

meskipun ditambahkan pada kata sifat yang memiliki arah negatif atau turun.

C. Rekomendasi

Kesulitan yang dihadapi penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sumber referensi dari berbagai literature yang digunakan, jarang menggunakan Bahasa Indonesia. Sehingga mengalami sedikit kendala dan memakan waktu yang cukup lama dalam proses penerjemahannya.

Dengan demikian, sebaiknya menjadwalkan waktu dalam proses penterjemahan, jika banyak sumber atau referensi yang menggunakan Bahasa asing dan disiplin dengan jadwal tersebut. Sehingga dapat menghindari waktu yang terbuang.

Adapun rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah, coba lakukan analisis terhadap sufiks -sa yang ditambahkan pada berbagai jenis kata sifat seperti yang telah sedikit dijelaskan sebelumnya. Sehingga penelitian berikutnya tidak hanya menganalisis makna sufiks -sa dalam i-keiyoushi dan na-keiyoushi saja.

Selain itu, rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, coba lakukan analisis makna sufiks -sa yang ditambahkan kepada kosakata selain kata sifat, misalnya pada kata kerja yang telah ditambahkan ~たい, yaitu kata kerja yang

menyatakan keinginan.

Selain itu dapat pula melakukan penelitian untuk mengkonfirmasi penggunaan makna sufiks -sa dan -mi yang telah dilakukan dalam penelitian ini, karena bahasa itu dinamis, jadi akan selalu berubah penggunaannya. Dapat pula penelitian ini digunakan sebagai referensi penelitian berikutnya dalam rangka mengkontrastifkan sufiks -sa dalam Bahasa Jepang dengan akhiran –nya dalam Bahasa Indonesia, juga sufiks -mi dalam Bahasa Jepang dengan akhiran ke-an dalam bahasa Indonesia.


(3)

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muis dan Herman. (2005). Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta.

Akira, Miyahara. (2006). Ryuugakusei no Tame no Jidai o Yomitaku Jyoukyuu

Nihongo. Tokyo: Kabushiki.

Asano, Tsuruko. (1990). Kihongo Yourei Jiten. Tokyo: Bunkacho

Bagus, Ida. (2008). Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung: PT. Refika Aditama

Bagus, Ida. (2008). Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: Refika Aditama.

Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia ( Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta

http://ejje.weblio.jp/sentence/content (diakses pada: 12 Agustus 2015) https://books.google.co.jp/books (diakses pada: 12 Agustus 2015) Izuhara, Shouji. (1998). Ruigigo Tsukaiwake Jiten. Tokyo: Kenkyuusha

Matsuura, Kenji. (1994). Nihongo-Indonesiago Jiten. Kyoto: Kyoto Sangyo University Press.

Michiko Kubo, Akiko Shimomura. (2007). Nihongo Nouryoku Shiken ni Deru

Dokkai 1 kyuu. Tokyo: Kokusho

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Muneko Kusano, Yoshiaki Murasawa. (2006). Kanzen Masuta 1 kyuu Nihongo

Nouryoku Shiken Dokkai Mondai Taisaku. Tokyo: 3net

Nadar, F.X. (2009). Pragmatik Dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Nazir, Moh. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia


(5)

Osamu, Mizutani. (1990). Integrated Spoken Japanese Volume One. Tokyo: Yuugen

Poerwandari, E. Kristi. (1998). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Universitas Terbuka

Rifqoh, Faizah Z. (2012). Analisis Bentuk Ungkapan yang Menyatakan Alasan

yang terdapat dalam Buku Ajar JPBJ FPBS UPI. (Skripsi). Pendidikan

Bahasa Jepang. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Satou, Ayako. (2007). Omoiyori Nihonjin. Tokyo: Kabushiki

Sevilla, C.G. dkk. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia

Shofiawati, Ainin. (2009). Analisis Setsubigo –mi dan –sa (Bidang Kebahasaan dalam Tataran Linguistik). (Skripsi). Pendidikan Bahasa Jepang. Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sudjianto & Dahidi, A. (2012). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sutedi, Dedi. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press.

Tang, Ting-chi dan Liu, Yi-chen. (2010). Keiyoushi no meishika setsubiji : (-sa),

(-mi), (-me) to (-ki) nitsuite. Pdf-Jurnal. Kainan University.

Tim Penyusun (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Tim Penyusun. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia.

Tsujimura, Natsuko. (1996). An Introduction to Japanese Linguistics. UK: Blackwell Publisher.

Vance, Timothy J. (1993). Prefiks dan Sufiks dalam Bahasa Jepang. Jakarta. Kesaint Blanc.


(6)

Wiyatasari, Reny.(2013). Pembentukan Kata secara Derivasional dalam bahasa

Jepang (Suatu Kajian Morfologi). Pdf-Jurnal. Universitas Diponegoro.

www.aozora.gr.jp

Xi He, Zhu. (1992). Meishika setsuji (sa) to (mi) nitsuite. Kenkyuu Repooto. Nihongo Gakka Shunin. Nagoya Daigaku Gengo Bunkabu.