PENGELOLAAN LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SALATIGA Pengelolaan Lesson Study Berbasis Sekolah Di Madrasah Aliyah Negeri Salatiga.

PENGELOLAAN LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH
DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SALATIGA

NASKAH PUBLIKASI
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Manajemen Pendidikan

OLEH
WARDANI
NIM. Q. 100 090 257

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011

PERSETUJUAN

Telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk dipertahankan di hadapan Dewan
Penguji Tesis Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.
Pada Hari

: Rabu

Tanggal

: 7 Desmber 2011

Surakarta,

Desmber 2011

Pembimbing

Dr. Bambang Sumardjoko, M.Pd.

PENGELOLAAN LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH
DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SALATIGA
Oleh: Wardani

Wardani, Graduat School of Muhammadiyah University of Surakarta
ABSTRACT

The objective of this research was to: (1) describe the characteristic of
lesson study at plan phase, (1) describe the characteristic of lesson study at do phase,
(2) describe the characteristic of lesson study at see phase, (4) describe the
characteristic of School Based Lesson Study in Madrasah Aliyah Negeri Salatiga.
This research was qualitative in its nature because it aimed to understand
deeper social situation and discover the patterns and the theory. Moreover, it was due
to the complex, dynamic, and meaningful nature of the problems examined. The key
instrument in this research was the researcher herself, with such key information as:
principal, lesson study team coordinator, deputy head of curriculum affair, and lesson
study model teacher. Data collecting technique used interviews, documentation, and
observation. Data validity test used the triangulation technique and data source
triangulation.
The findings showed that activity result of lesson study during first round of
the school year, 2010/2011, demonstrated that learners experienced open lesson as
more exciting one, while teachers as participants in lesson study stated were being
motivated to do better learning and could follow the example of their peers
(colleagues) who had implemented this kind of learning. It was showed that, based on

above results, school-based lesson study held in MAN Salatiga could create the
culture of learning society among teachers (colleagues) and between teachers and
experts from University/College, and also improved learning quality in the classroom.
Keywords: Management, School Based Lesson Study.

1

Pendahuluan
Latar Belakang
Mutu pendidikan berbanding lurus dengan mutu pendidiknya, artinya
kualitas pendidikan merupakan dampak dari profesionalisme para pendidiknya. Mutu
pendidikan yang baik dapat dicapai dengan guru yang professional dengan segala
kompetensi yang dimilikinya.
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
meningkatkan mutu guru diantaranya adalah melalui pelatihan. Ada minimal dua hal
penyebab pelatihan guru kurang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.
Pertama, pelatihan tidak berbasis pada permasalahan nyata di dalam kelas.
Materi pelatihan yang sama kepada semua guru tanpa mengenal daerah asal, padahal
kondisi sekolah di suatu daerah belum tentu sama dengan sekolah di daerah lain.
Kedua, hasil pelatihan hanya menjadi pengetahuan, diterapkan pada

pembelajaran di kelas hanya sekali atau dua kali selanjutnya “back to basic” (kembali
seperti semula). Hal ini disebabkan tidak ada kegiatan monitoring pasca pelatihan,
apalagi kalau kepala sekolah tidak pernah menanyakan hasil pelatihan dan
memfasilitasi forum sharing pengalaman diantara guru-guru.
Dalam rangka mengatasi kelemahan pelatihan konvensional yang kurang
menekankan pada pasca pelatihan, maka perlu dikembangkan sistem pembinaan
keprofesionalan guru melalui lesson study. Melalui lesson study dapat diketahui
seberapa efektif dan efisien suatu tampilan pembelajaran.

Landasan Teori
Lesson Study
Lesson study dapat diartikan sebagai pengkajian terhadap pembelajaran.
Menurut Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 1) Lesson Study
diartikan sebagai suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian

2

pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip
kolegalitas dan mutual learning (saling belajar) untuk membangun komunitas belajar.
Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus

menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan
prinsip-prinsip dalam Total Quality Management (TQM), yakni memperbaiki proses
dan hasil pembelajaran peserta didik secara terus-menerus.
Dalam buku Lesson study Berbasis MGMP dan Lesson study Berbasis
Sekolah (Depdiknas, Depag – JICA, 2009: 2), Lesson study dapat diimplementasikan
dalam pembelajaran melalui tiga tahapan yaitu plan (perencanaan), do (pelaksanaan),
dan see (refleksi), yang berkelanjutan. Ketiga kegiatan tersebut diistilahkan sebagai
kaji pembelajaran berorientasi praktik.
Berdasarkan kebutuhan di lapangan, terdapat dua macam kegiatan lesson
study, yaitu, (1) lesson study berbasis sekolah (LSBS) dan (2) lesson study berbasis
musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). (Susilo, 2009).
Lesson study berbasis sekolah memiliki tiga tujuan kongkrit: (1) semua guru
harus membuka pembelajaran mereka untuk diobservasi dan refleksi setidaknya satu
kali dalam satu tahun, (2) semua guru harus meningkatkan kualitas pembelajaran
mereka dengan belajar dari rekan-rekannya sesama guru; dan (3) semua guru harus
membentuk kolegialitas dengan cara berkolaborasi bersama.
Lesson study berbasis sekolah dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan
beberapa hal: (1) Banyaknya guru tiap rumpun bidang studi minimal 3 orang; (2)
Jadwal pelajaran diatur sedemikian rupa, sehingga pada pelaksanaannya, lesson study
berbasis sekolah ini tidak mengganggu tugas guru; dan (3) Sekolah sebaiknya

meminta bantuan guru senior atau dosen dari suatu perguruan tinggi pada setiap
bidang rumpun mata pelajaran sebagai nara sumber.

3

Lesson Study Sebagai Model Pembinaan Profesionalisme Guru
Lesson study merupakan suatu model alternatif pembinaan guru untuk
meningkatkan keprofesionalan guru melalui aktivitas kolaboratif dan berkelanjutan.
Dalam lesson study sekelompok guru bertemu secara periodic untuk merancang,
mengimplementasikan, mengujicoba, dan mengembangkan pembelajaran. Melalui
lesson study dapat diketahui seberapa efektif dan efisien suatu tampilan pembelajaran.
Lesson study sebagai model peningkatan keprofesionalan guru bermula dari
Jepang, saat ini telah menyebar ke berbagai negara maju termasuk Amerika Serikat
dan negara berkembang seperti Indonesia.

Penelitian Terdahulu
Muchtar Abdul Karim (2006), dalam penelitiannya tentang “Implementation
of Lesson Study For Improving The Quality of Mathematics Intruction In Malang”,
yang hasil penelitiannya dimuat dalam Tsukuba Journal of Educational Study in
Mathematics, Japan. Mengemukakan: Pelaksanaan lesson study memiliki beberapa

dampak sebagai berikut (1) kolaborasi, (2) kolegialitas, dan komunikasi antara guru
dan dosen terbentuk, Implementasi dari pembelajaran dibuka untuk diamati oleh
orang lain, (3) dosen matematika terlibat langsung dalam instruksi matematika di
sekolah, (4) asosiasi guru matematika lebih diberdayakan.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Bill Cerbin & Bryan Kopp (2006),
dalam penelitiannya yang berjudul “Lesson Study as a Model for Building
Pedagogical Knowledge and Improving Teaching” dari hasil penelitiannya
dikemukakan bahwa Lesson Study memiliki empat tujuan utama, yaitu untuk : (1)
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru
mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para
guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara
sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan
pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.

4

Penelitian yang lain dilakukan oleh Chaterin Lewis (2004), mengemukakan
pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil
observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu: (1) Tujuan bersama untuk
jangka panjang; (2) Materi pelajaran yang penting; (3) Studi tentang siswa secara

cermat; (4) Observasi pembelajaran secara langsung.
Sebuah studi kasus yang dilakukan oleh Yumiko Ono and Johanna Ferreira
(2010), Dikemukakan bahwa proses plan-do-see yang siklis didukung oleh riset
pengembangan profesional untuk suatu peningkatan umum di dalam pembelajaran.
Lesson study telah digunakan sukses di tempat lain, bisa memberikan suatu kontribusi
utama kepada pengembangan para guru yang profesional. Suatu keuntungan strategi
lebih lanjut adalah bahwa dengan kultur lesson study berguna bagi peningkatan
keprofesionalan guru.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Khoirul Adib (2011) tentang lesson
study dan implementasinya dalam peningkatan kompetensi guru bahasa arab di
Madrasah Aliyah An-Nur Malang dihasilkan temuan, antara lain : (1) lesson study
secara sistemik “mengajari” para guru menjadi pribadi yang lebih terbuka (adaptif)
dengan berbagai kemajuan positif; (2) keterlibatan guru yang intens didalam setiap
tahapan kegiatan lesson study mendorong guru menjadi tipe seorang “pembelajar
yang cepat” sesuai dengan dinamika siswa di kelas; (3) mekanisme observasi oleh
para guru pengamat terhadap aktivitas siswa pada hakekatnya memantul pada
perbaikan kinerja guru secara terus-menerus dalam proses pembelajaran di kelas; (4)
lesson study menjadi forum atau media pertanggungjawaban akuntabilitas dan
transpsransi bagi guru terhadap khalayak atas seluruh sistem pembelajaran yang
dilakukannya.


Fokus dan Sub Fokus
Setelah melakukan penjelajahan umum pada MAN Salatiga selama satu
bulan pada bulan April 2011, maka situasi sosial yang ditetapkan sebagai focus

5

penelitian adalah “Pengelolaan Lesson Study Berbasis Sekolah di Madrasah Aliyah
Negeri Salatiga”.
Fokus Penelitian tersebut dijabarkan dalam subfokus: 1) bagaimanakah
karakteristik lesson study pada tahap plan (perencanaan) pembelajaran ?, 2)
bagaimanakah karakteristik lesson study pada tahap do (pelaksanaan) pembelajaran ?,
3) bagaimanakah karakteristik lesson study pada tahap see (refleksi) ?, 4)
Bagaimanakah karakteristik implementasi lesson study berbasis sekolah di MAN
Salatiga ?

Tujuan
Tujuan Penelitian: 1) mendeskripsikan karakteristik lesson study pada tahap
plan (perencanaan) pembelajaran, 2) mendeskripsikan karakteristik lesson study pada
tahap do (pelaksanaan) pembelajaran, 3) mendeskripsikan karakteristik lesson study

pada tahap see (refleksi), 4) mendeskripsikan karakteristik implementasi lesson study
berbasis sekolah di MAN Salatiga.

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis. Secara teoritis, diharapkan 1) dapat memberikan informasi dan pengetahuan
tentang pengelolaan lesson study berbasis sekolah; 2) dapat menjadi kontribusi
terhadap pembinaan keprofesionalan guru melalui lesson study. Sedangkan secara
praktis diharapkan 1) bagi institusi, dapat memberikan alternatif untuk penysunan
program kegiatan lesson study berbasis sekolah; 2) bagi peneliti lain, dapat
memberikan informasi tambahan atau pembanding yang masalah penelitiannya
berkaitan dengan lesson study berbasis sekolah.

6

Metode Penelitian
Jenis dan Desain Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif bisa dilakukan oleh peneliti di bidang sosial, perilaku, atau di
bidang yang menyoroti masalah yang terkait dengan perilaku dan peranan manusia

(Strauss, 2009: 4). Penelitian kualitatif menurut Sutama (2010: 61), merupakan
penelitian yang memberikan tekanan pada pemahaman dan makna, berkaitan erat
dengan nilai-nilai tertentu, lebih menekankan proses dari pada pengukuran,
menafsirkan, memberikan makna, dan memanfaatkan multimetode dalam penelitian.
Dari sisi definisi lainnya dikemukakan oleh Moleong (2011: 6) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistic dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di MAN Salatiga dengan alamat Jl. KH. Wahid Hasyim
No. 12 Kota Salatiga. Alasan penulis memilih MAN Salatiga sebagai tempat
penelitian adalah karena madrasah tersebut telah menerapkan lesson study dalam
pembelajaran mulai Maret 2011, disamping memiliki beberapa keberhasilan prestasi
yang dimiliki baik fisik maupun prestasi akademik..

Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah
peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sumber data, melakukan pengumpulan dan analisis
data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuan.

7

Data dan Sumber Data
Data atau informasi yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini
berupa data kualitatif. Sumber data penelitian kualitatif berupa kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data berupa dokumen. Sumber data dalam penelitian ini
meliputi data primer dan data sekunder. Beberapa informan tentang pengelolaan
lesson study berbasis sekolah di MAN salatiga, antara lain koordinator tim lesson
study, wakil kepala urusan kurikulum, guru model lesson study, dan peserta didik.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan: 1) In depth Interview (wawancara
mendalam); 2) Dokumentasi, yakni dengan cara mencatat dan memanfaatkan data
yang ada di institusi terkait, berupa arsip, foto, surat keputusan kepala madrasah,
maupun data sekunder yang relevan; dan 3) Observasi, yang dilakukan secara
partisipatif dalam kegiatan Lesson study.

Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyususn secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri
maupun orang lain. (Sugiyono, 2010).

Keabsahan data
Di dalam penelitian kualitatif ada beberapa cara untuk meningkatkan
kesahihan data, yaitu dengan triangulasi, penyusunan data base, dan pengecekan
dengan anggota. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk pengecekan atau sebagai

8

pembanding data. Validitas data dilakukan dengan triangulasi teknik dan triangulasi
sumber data. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama
dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui
sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah kepala madrasah,
koordinator tim lesson study, dan guru model lesson study. Penyusunan Data Base:
Setiap bukti pengumpulan data disusun untuk memudahkan peneliti menelusuri
kembali proses penelitian yang telah dilakukan. Pengecekan dengan Anggota,agar
tidak terjadi penafsiran yang berbeda diperlukan pengecekan dengan informan yang
terlibat dalam pengumpulan data, sehingga verifikasi yang telah dilakukan oleh
peneliti dapat dipertanggung jawabkan.

Hasil penelitian
Karakteristik lesson study pada tahap plan (perencanaan) pembelajaran
Sekelompok

guru

menyusun

rancangan

umum pembelajaran

secara

kolaborasi. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara kolaborasi.
Pemilihan guru model. Pemilihan kelas untuk kegiatan pembelajaran.

Karakteristik lesson study pada tahap do (pelaksanaan) pembelajaran
Guru model melaksanakan pembelajaran di kelas dan sekelompok observer
mengamati pembelajaran. Adanya beberapa aturan dasar bagi para observer selama
mengamati pembelajaran.

Karakteristik lesson study pada tahap see (refleksi)
Refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi dan evaluasi atas pembelajaran yang
telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Adanya kesepakatan untuk merevisi pembelajaran.

9

Karakteristik implementasi lesson study berbasis sekolah di MAN Salatiga
Karakteristiknya yaitu: a) Diawali dengan sosialisasi lesson study; b) Lesson
study dilakukan dengan siklus tiga tahap yang berkelanjutan, yaitu (1) perencanaan
(plan), (2) pelaksanaan (do), dan (3) refleksi (see); c) Adanya prinsip kolaborasi
dalam proses pembelajaran; d) Adanya prinsip refleksi pengkajian pembelajaran yang
telah dilakukan; e) Kekhasan Penerapan lesson study di MAN Salatiga adalah adanya
pendampingan dari ahli (expert), sehingga berjalan lebih baik.

Pembahasan Hasil Penelitian
Karakteristik lesson study pada tahap plan (perencanaan) pembelajaran
Dalam merancang pembelajaran tidak dilakukan sendirian oleh satu orang
guru (guru model), tetapi dilakukan secara bersama oleh beberapa guru secara
kolaborasi. Sekelompok guru serumpun mata pelajaran berkumpul saling berbagi
gagasan untuk merancang pembelajaran berdasarkan pengalaman, pengamatan
peserta didik, buku pegangan guru, dan sumber belajar lain. Hasil dari langkah ini
antara lain: rancangan pembelajaran, lembar kerja peserta didik, panduan observasi
aktivitas guru/peserta didik, menyusun aturan kelompok observer, dan lain-lain.
Ada dua cara penyusunan RPP dalam lesson study, yaitu (1) RPP disusun
bersama oleh sekelompok guru secara kolaborasi dari awal hingga akhir; (2) seorang
guru open class (guru model) membuat konsep RPP terlebih dahulu dan selanjutnya
memberi kesempatan kepada guru peserta lain (teman sejawat) mengkaji konsep RPP
tersebut. Berdasarkan kesepakatan bersama para guru peserta lesson study di MAN
Salatiga, baik kelompok guru rumpun mata pelajaran IPA maupun kelompok guru
matematika, telah memulai mempraktikkan cara yang kedua tersebut. Hal itu dipilih
karena menyadari bahwa mereka harus menghargai hak guru model untuk menyusun
pembelajaran dengan caranya sendiri. Disamping itu cara yang kedua juga dinilai bisa
mengklarifikasikan hak kepemilikan RPP, serta memperkuat kapasitas masisngmasing guru untuk merancang pembelajaran sendiri.

10

Dalam putaran awal lesson study mereka belum maksimal namun berdasarkan
temuan peneliti, mereka mendapatkan pengalaman berharga “merasakan sendiri”
bagaimana mendesain dan menganalisis RPP secara kolaborasi yang ternyata tak
semudah yang mereka bayangkan sebelumnya, tetapi hasilnya jauh lebih baik.
Hal penting dalam pemilihan kelas adalah bahwa kelas untuk pengamatan
harus merupakan kelas yang memang diajar oleh guru model tersebut pada setiap
harinya. Jika kelas yang dipilih tidak diajar oleh guru model pada setiap harinya,
maka guru tidak mengenal para peserta didik secara dekat, sehingga akan mengalami
kesulitan untuk merespon beraneka ragam situasi secara efektif. Selain itu, tidak
boleh guru menyisihkan peserta didik berkemampuan rendah/lemah dari kelas yang
dibuka, karena salah satu tujuan lesson study adalah agar guru bisa mengeksplorasi
jenis-jenis tugas yang menarik minat dan menginspirasi peserta didik semacam itu.
Keberadaan peserta didik semacam itu sangat penting untuk memahami realita
pembelajaran.
Kelas yang dipilih untuk pengamatan tidak perlu diadakan gladi bersih. Jika
para guru memaksa para peserta didk berlatih apa yang akan mereka katakan dalam
kelas yang dibuka dan untuk tampil di depan observer, maka tidak aka nada yang bisa
dipelajari dari pembelajaran semacam itu.

Karakteristik lesson study pada tahap do (pelaksanaan) pembelajaran
Tahap kedua lesson study adalah tahap do (pelaksanaan). Tahap ini
merupakan penerapan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam
perencanaan. Guru Model melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah dikaji
secara kolaborasi. Sekelompok guru selaku observer mengamati peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran dan mencatat hal-hal yang terjadi selama pembelajaran
dalam lembar observasi.
Pada putaran awal implementasi lesson study di MAN Saltiga pelaksanaannya
terkesan masih mencari-cari pola dengan berusaha mencocokkan/mengikuti prosedur

11

dan kerangka kerja lesson study sebagaimana yang mereka fahami sehingga
pelaksanaannya terkesan rigid dan kurang lancar sebab untuk pertama kalinya yang
bersangkutan mengajar dengan dihadiri para kolega sebagai observer. Demikian juga
yang terjadi pada peserta didik, mereka terkesan cukup tegang dan tidak alami.
Akibatnya atmosfir pembelajaran menjadi terasa kaku dan tidak alamiah. Namun
setelah berlangsung pada tahap kedua, pemandangan tersebut mulai tidak nampak
lagi sebab mereka mulai terbiasa dengan kehadiran para observer di tengah-tengah
mereka. Salah satu hal yang membedakan dengan pembelajaran secara konvensional
adalah adanya Observasi pembelajaran oleh sekelompok guru selaku observer dalam
aktivitas pembelajaran.
Dengan kehadiran para observer yang variatif (dari segi kualitas, latar
belakang pendidikan, dan pengalaman) ternyata sangat berpengaruh positif terhadap
tingkat konsentrasi peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran untuk tampil
lebih baik. Hal ini sangat mendorong guru (terutama guru model) untuk menguasai
kompetensi dalam cultural literacy dan scientific literacy.
Ada beberapa aturan dasar yang disepakati bersama oleh para observer selama
mengamati pembelajaran. Pada prinsipnya observer harus menghormati guru model,
peserta didik, serta proses belajar mengajar.

Karakteristik lesson study pada tahap see (refleksi)
Tahap ketiga dari lesson study adalah see (refleksi). Tahap ini dilakukan
setelah pembelajaran di kelas telah selesai. Pada tahap refleksi dilakukan diskusi
antara guru model, observer, didampingi pakar dipandu oleh seorang moderator.
Beragamnya hasil pengamatan dan temuan masing-masing observer menjadi sangat
menarik pada saat dilakukan refleksi pasca pembelajaran. Temuan hasil observasi
yang beragam, memungkinkan terjadinya pertukaran pengetahuan secara lebih
produktif, sehingga masing-masing pihak akan mampu memperoleh pengetahuan
tentang pembelajaran yang terjadi secara lebih komprehensif.

12

Hal yang perlu diingat bahwa pada tahap refleksi, bukan untuk mengevaluasi
apalagi mengadili kinerja guru ketika memberi materi pembelajaran, tetapi diarahkan
pada bagaimana peserta didik belajar. Ketika mengoreksi kesalahan konsep-konsep
melalui sharing pendapat yang didukung fakta yang benar disampaikan secara santun
dan bijak sehingga semua anggota komunitas belajar merasa nyaman.
Dari hasil refleksi tersebut dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau
keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran,
baik pada tataran indiividual, maupun menajerial. Pada tataran individual, berbagai
temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan
refleksi tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai guru
model maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih
baik.
Refleksi dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Lesson study
bertujuan untuk melakukan pembinaan profesi pendidik secara berkelanjutan agar
terjadi peningkatan keprofionalan pendidik terus menerus. Pembinaannya adalah
melalui pengkajian pembelajaran secara terus menerus dan berkolaborasi.
Pengkajiannya dilakukan secara periodik, karena membangun komunitas belajar
adalah membangun budaya yang memfasilitasi anggotanya untuk saling belajar,
saling koreksi, saling menghargai, saling bantu, dan saling menahan ego.
Membangun budaya belajar tidak sebentar, memerlukan waktu lama. Berapa
lama waktu diperlukan untuk membangun budaya komunitas belajar tidak ada
batasan, semakin lama semakin baik. Dengan kata lain lesson study merupakan
merupakan model pembinaan keprofesionalan pendidik yang tak pernah berakhir
(kontinous improvement).
Pada tahap refleksi juga didiskusikan tentang apa yang harus dilakukan
selanjutnya. Apakah berkeinginan untuk membuat peningkatan agar pembelajaran
(kelas yang sama) menjadi lebih baik?, atukah akan mencoba di kelas masing-masing.
Revisi dan perbaikan pembelajaraan dilakukan dengan pelaksanaan lesson study pada

13

siklus (plan-do-see) berikutnya sehingga dapat belajar dari pembelajaran tersebut.
Kelompok lesson study tersebut dapat menggunakan pelaksanaan berikutnya untuk
menguji dua strategi pembelajaran yang berbeda.

Karakteristik Implementasi lesson study berbasis sekolah di MAN Salatiga
Implementasi lesson study di MAN Saltiga diawali dengan sosialisasi lesson
study. Kemudian dilanjutkan dengan implementasi lesson study dalam pembelajaran.
Lesson study dalam pembelajaran di MAN salatiga dilaksanakan melalui tiga tahap
yang berkelanjutan, yaitu : Perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan Refleksi (see),
yang berkelanjutan. Berkelanjutan, artinya setelah tiga tahap pla–do–see pada siklus
pertama tersebut dilalui, dilanjutkan dengan lesson study siklus kedua juga dengan
tahap plan–do–see, bedanya pada lesson study siklus kedua tadi sebagai perbaikan
terhadap siklus sebelumnya, dan ini berlangsung terus menerus.
Prinsip berkelanjutan akan memberi peluang bagi guru untuk menjadi
masyarakat belajar sepanjang hayat.

Hal ini sesuai dengan lesson study

yang

merupakan suatu cara peningkatan kualitas pembelajaran yang tidak pernah berakhir
(continous improvement).
Pembelajaran yang sifatnya kolegial khas lesson study ini muncul ketika para
guru bekerjasama untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Hal ini telah
dilakukan dalam lesson study berbasis sekolah di MAN Salatiga, dimana dalam
kegiatan tersebut disamping ada kolaborasi antar guru, menghadirkan pula pakar
(nara sumber) dari UNNES, serta pengawas Kementerian Agama Kota Salatiga.
Kolaborasi itu dilakukan sejak penyusunan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, hingga refleksi. Prinsip kolaborasi akan memfasilitasi para guru untuk
membangun komunitas belajar yang efektif dan efesien.
Prinsip kolegalitas dan mutual learning (saling belajar) telah diterapkan dalam
berkolabirasi antar guru, antara guru dengan fasilitator / pakar, ketika melaksanakan
kegiatan lesson study di MAN Saltiga. Prinsip kolegalitas dan mutual learning (saling

14

belajar) diterapkan ketika melaksanakan lesson study sejak plan (perencanaan), do
(pelaksanaan), hingga see (refleksi).
Guru yang aktif terlibat dalam pembelajaran model lesson study mendapat
progress (kemajuan) dan perubahan melalui mekanisme saling belajar, saling
memberi masukan, dan saling refleksi diantara sesame kolega guru.
Kekhasan lesson study di MAN Saltiga atau bisa dikatakan sebagai salah satu
inovasi menarik adalah menghadirkan pakar yang bertindak sebagai expert judgment
dalam lesson study. Kehadiran pakar sebagai pendamping sangat memotivasi guru
dalam tahap pelaksanaan (do) dan refleksi (see), karena bisa berfungsi sebagai
narasumber walaupun dalam beberapa waktu mendatang bisa tanpa dosen
pendamping. Narasumber atau pendamping dalam forum lesson study bertindak
sebagai fasilitator, bukan instruktur.

Fasilitotor memotivasi peserta untuk

mengembangkan potensi yang dimilikinya agar para peserta dapat maju bersama.
Peran

yang

dilakukan

oleh

dosen

pendamping

tersebut

adalah

memotivasi/mefasilitasi peserta lesson study dan membantu bila terjadi kebuntuan
selama kegiatan agar tujuan yang diharapkan dalam lesson study dapat tercapai.
Hal ini menjadi sangat penting sebab selama ini penerapan model lesson study
di berbagai sekolah dipahami tak lebih sebagai Tim Teaching dari para guru sendiri,
sehingga ketika muncul permasalahan-permasalahan teknis maupun non teknis terkait
proses implementasi maupun prediksi diagnose solusinya, mereka mengalami
kebuntuan-kebuntuan. Namun dengan kehadiran pakar tersebut, persoalan-persoalan
yang muncul dapat diselesaikan dengan baik, para guru mudah berkonsultasi kepada
pakar dalam hal pembelajaran atau kesulitan materi pelajaran, meskipun
kehadirannya tidak setiap waktu pelaksanaan open class.

15

Kesimpulan
Karakteristik lesson study pada tahap plan (perencanaan) pembelajaran
Pembelajaran dirancang secara kolaborasi antara guru serumpun mata
pelajaran. Ada dua cara penyusunan RPP dalam lesson study berbasis sekolah, yaitu
pertama, RPP disusun bersama oleh sekelompok guru secara kolaborasi dari awal
hingga akhir; atau kedua, seorang guru model membuat konsep RPP terlebih dahulu
selanjutnya konsep RPP tersebut dikaji secara kolaborasi. Sebelum pelaksanaan
pembelajaran harus sudah disepakati tentang pemilihan guru model dan penentuan
kelas untuk kegiatan pembelajaran, yaitu kelas yang biasa diajar oleh guru model.

Karakteristik lesson study pada tahap do (pelaksanaan) pembelajaran
Pada tahap do (pelaksanaan), seorang guru model melaksanakan pembelajaran
di kelas dan sekelompok observer serumpun mata pelajaran mengamati
pembelajaran. Selama mengamati pembelajaran, para observer harus mematuhi
beberapa aturan dasar dalam lesson study.

Karakteristik lesson study pada tahap see (refleksi)
Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi dan evaluasi atas
pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mendiskusikan
mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran, yang selanjutnya akan dilakukan revisi
pembelajaran pada siklus berikutnya.

Karakteristik implementasi lesson study berbasis sekolah
Lesson study berbasis sekolah diawali dengan sosialisasi tentang lesson study,
yaitu dengan menghadirkan ahli/pakar. Lesson study dilakukan dengan siklus tiga
tahap yang berkelanjutan, yaitu plan (perencanaan), do (pelaksanaan), dan see
(refleksi). Dalam proses kegiatan lesson study terdapat prinsip kolaborasi, refleksi

16

dan mutual learning (saling belajar). Kekhasan Penerapan lesson study di MAN
Salatiga adalah adanya pendampingan dari ahli (expert), sehingga berjalan lebih baik.

Daftar Pustaka
Abdul Karim, Muchtar, 2006. Tsukuba Journal of Educational Study in Mathematics.
Vol.25, 2006, “Implementation of Lesson Study For Improving The Quality of
Mathematics Intruction In Malang”. Faculty of Mathematics and Science, State
University of Malang. Diakses Pada Jam 16.00 WIB tanggal 21 Mei 2011.
Adib, Khoirul, 2011. Lesson Study dan Implementasinya dalam Peningkatan
Kompetensi Guru Bahasa Arab. Surabaya: Program Pascasarjana IAIN Sunan
Ampel.
Algozzine, Gretes dan Queen. 2007. International Journal of The Clearing House.
Vol. 80, Iss 3; 137, 7pgs. “ BeginningTeachers, perceptions of Their Induction
Program Experiences”. Diakses Pada Jam 14.15 WIB Tanggal 13 Juli 2011.
Arikunto, Suharsimi, 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah dan
Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.
Asrori, Muhammad, 2007. Psokologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
Botha, R.J., 2004. South African Journal of Education. 2004 EASA Vol 24(3) 239–
243, "Excellence in leadership: demands on the professional school principal”.
College of Human Sciences, School of Education, University of South Africa,
PO Box 392, Unisa, 0003 South Africa. Diakses Pada Jam 14.30 WIB Tanggal
13 Juli 2011.
Cerbin, William, and Bryan Kopp, 2006. International Journal of Teaching and
Learning in Higher Education, 2006, Volume 18, Number 3, 250-257, ISSN
1812-9129, “Lesson Study as a Model for Building Pedagogical Knowledge
and Improving Teaching”. University of Wisconsin – La Crosse.
http://www.isetl.org/ijtlhe/ Diakses Pada Jam 15.00 WIB Tanggal 15 Agustus
2011.

17

Depdiknas, 2006. Sistem pendidikan Nasional. Jakarta: Fokus Media.
Depdiknas, 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka.
Depdiknas dan Depag RI–Japan International Cooperation Agency (JICA), 2009.
Panduan Untuk Lesson STudy Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis
Sekolah.
Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional, 2010.
Program Perluasan Lesson Study Untuk Penguatan LPTK.
Jurnal Pendidikan Dasar, 2008. Meningkatkan kemampuan Mahasiswa Menerapkan
Strategi Pembelajaran Melalui lesson Study Di Sekolah dasar. (online). Nomor
10 – Oktober 2008. Diakses Jam 16.30 WIB Tanggal 18 Maret 2011.
Lewis, Catherine C., 2006. International Journal of Teaching and Learning in Higher
Education, 2006, Volum 18, Mumber 3, 250 – 257. http://www.isetl.org.ijtlhe
Diakses Pada Jam 15.15 WIB 22 Juli 2011.
Lydiah, L.M., and J.W. Nasongo, 2009. Current Research Journal of Social Sciences
1(3): 84-92, 2009. Published Date: October 30, 2009, “Role of the Headteacher
in Academic Achievement in Secondary Schools in Vihiga District, Kenya”.
Masinde Muliro University of Science and Technology, Kenya. Diakses Pada
Jam 16.00 WIB Tanggal 22 Juli 2011.
Mulyasa, H. E., 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala SekolahPT. Jakarta:
Bumi Aksara.
Manca, W., 2007. Etnografi Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan Manajemen
Pendidikan. Malang: Elang Mas.
_________, 2010. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan
dan Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Emas.
Moleong, Lexy J., 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

18

Ono, Yumiko, and Johanna Ferreira, 2010. South African Journal of Education, 2010
EASA Vol 30: 59–74. “A case study of continuing teacher professional
development through lesson study in South Africa”. ferrejg@unisa.ac.za
Diakses Pada Jam 15.20 WIB Tanggal 20 Juli 2011.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Sagala, Syaiful, 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Strauss, Anselm & Corbin, Juliet, 2007. Penerjemah: Muhammad Shodiq & Imam
Muttaqien. Dasar Dasar Penelitian Kualitatif, Tata Langkah dan Teknik-Teknik
Teoritisasi
Data.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
e-mail:
pustakapelajar@telkom.net\ Diakses Jam 15.30 WIB Tanggal 23 Juli 2011.
Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Susilo, Herawati, dkk., 2009. Lesson Study berbasis Sekolah, Guru Konservatif
Menuju Guru Inovatif. Malang: Bayumedia Publishing.
Tilaar, H. A. R., 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,
Ilmu Pendidikan Praktis. Bandung: PT Imperial Bakti Utama.
Wenger, Win, 2003. Beyond Teaching & Learning. Bandung: Nuansa Cendekia.