Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrovedi Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan mangrove jika ditinjau dari tata bahasa terdiri dari dua kata, yaitu
“hutan” dan “mangrove”. Menurut Undang-Undang No. 41/1999 dan UndangUndang No. 19/2004 yang mengatur tentang Kehutanan, hutan adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan mangrove adalah vegetasi hutan
yang tumbuh pada tanah alluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang
dipengaruhi oleh arus pasang surut air laut. Mangrove juga tumbuh pada pantai
karang atau daratan terumbuh karang yang berpasir tipis atau pada pantai
berlumpur (Kordi, 2012).
Mangrove

merupakan

ekosistemyang

sangat


spesifik

karena

padaumumnya hanya dijumpai di pantai yangberombak relatif kecil, estuaria,
laguna, dan di sepanjang delta. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun2004, mangrove adalah sekumpulantumbuhtumbuhan Dicotyledoneae danatau Monocotyledoneae terdiri atas jenistumbuhan
yang mempunyai hubungantaksonomi sampai dengan taksa kelas (unrelated
families) tetapi mempunyaipersamaan adaptasi morfologi danfisiologi terhadap
habitat yangdipengaruhi oleh pasang surut (Pradana dkk., 2013).
Keberadan hutan mangrove sangat menentukan dan menunjang tingkat
perkembangan sosial dan perekonomian masyarakat pantai. Hutan mangrove
merupakan sumber berbagai produksi hasil hutan yang bernilai ekonomi, seperti
kayu, sumber pangan, bahan kosmetika, bahan pewarna dan penyamak kulit serta

Universitas Sumatera Utara

2


sumber pakan ternak dan lebah. Di samping itu juga mendukung peningkatan
hasil tangkapan ikan dan budidaya tambak yang diusahakan para nelayan dan
petani tambak (Lumbessy dkk., 2014).
Kelurahan Belawan sicanang merupakan salah satu kelurahan yang berada
di wilayah administratif Kecamatan Medan Belawan. Pepohonan mangrove
diketahui banyak tumbuh di wilayah ini, khususnya di pinggiran sungai sekitar
estuari. Namun, seiring dengan berkembangnya aktivitas pertambakan yang
dilakukan oleh masyarakat, dapat mengancam keberadaan ekosistem mangrove
dengan tindakan alih fungsi lahan menjadi tambak ikan. Pengelolaan mangrove di
kawasan ini menerapkan Pengelolaan Berbasis Masyarakat (PBM) yang berarti
masyarakat setempatlah yang mengelola SDA yang ada.
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup, konservasi sumberdaya alam adalah pengelolaan sumberdaya
alam tidak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan
sumberdaya alam terbaharui seperti halnya hutan untuk menjamin kesinambungan
ketersediaanya dengan tetap memilihara dan meningkatkan kualitasnya. Pegertian
konservasi banyak dikaitkan dengan sumberdaya alam yang terdapat dalam
lingkungan hidup. Padahal konservasi pada dasarnya tidak dapat dipisahkan
antara sumberdaya alam dan lingkungannya.
Fungsi hutan mangrove adalah sebagai pencegah abrasi (pengikisan tanah

akibat air laut), penghasil oksigen, tempat tinggal berbagai tumbuhan dan hewan
kecil seperti kepiting, kerang, ikan-ikan kecil, dan tempat tinggal spesies primata,
burung-burung dan masih banyak manfaat yang lain. Melihat manfaat dari hutan
mangrove, masyarakat mempunyai peran yang besar untuk melestarikannya

Universitas Sumatera Utara

3

karena menyusutnya hutan mangrove akibat dari berbagai kegiatan masyarakat
seperti pencemaran dan penggunaan kawasan hutan mangrove sebagai lahan
tambak. Kearifan masyarakat dalam memanfaatkan hutan mangrove sebagai
kebutuhan sehari-hari baik sebagai obat-obatan, bahan makanan, atau kerajinan
dapat mambantu untuk melestarikan dan untuk kelangsungan hidup mereka
tentunya tanpa merusak ekosistem hutan mangrove sebagai pelestari lingkungan
(Aflaha, 2014).
Pengembangan konservasi merupakan proses untuk dapat menciptakan
perencanaan dan pelaksanaan awal sebagai dasar perlindungan ekologi, dengan
menggunakan teknik yang signifikan dalam mengembangkan kerapatan, topik dan
keuntungan dari konservasi itu sendiri. Perlu dicari suatu model manajemen

konservasi yang dapat digunakan dalam pengelolaan lahan di daerah tropis secara
terpadu untuk mendapatkan keseimbangan antara kebutuhan lahan, kebutuhan
masyarakat, penyangga kehidupan, konservasi keanekaragaman hayati serta
fungsi ekosistem (Said, 2008).
Tekanan pada ekosistem mangrove yang berasal dari dalam, disebabkan
karena pertumbuhan penduduk dan yang dari luar sistem karena reklamasi lahan
dan eksploitasi mangrove yang makin meningkat telah menyebabkan perusakan
menyeluruh

atau

sampai

tingkat-tingkat

kerusakan

yang

berbeda-beda.


Dibeberapa tempat ekosistem mangrove telah diubah sama sekali menjadi
ekosistem lain. Terdapat ancaman yang semakin besar terhadap daerah mangrove
yang belum diganggu dan terjadi degradasi lebih lanjut dari daerah yang
mengalami tekanan baik oleh sebab alami maupun oleh perbuatan manusia
(Rengkung dan Gosal, 2015).

Universitas Sumatera Utara

4

Melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan
semakin lama semakin banyak dilaksanakan di beberapa daerah. Akan tetapi
informasi hasil dari pendekatan serupa itu masih sangat jarang. Selama ini
masyarakat hanyalah sebagai objek tetapi hasil penelitian yang berbasis
pengetahuan mereka tidak pernah sampai atau diketahui oleh masyarakat sendiri.
Partisipasi aktif dari penduduk lokal jelas dianggap sebagai sebuah strategi
penentu bagi keberhasilan konservasi keragaman hayati yang telah dirancang
dengan baik. Namun penggunaan strategi keterlibatan akan sama pentingnya
dengan ketertarikan yang ditunjukkan oleh penduduk setempat dalam persoalan

keragaman hayati. Ketertarikkan ini mungkin akan bergantung pada manfaat yang
penduduk rasakan baik langsung maupun tidak langsung yang mereka peroleh
dari alam serta sistem nilai dari hubungan mereka dengan alam (Said, 2008).
Kawasan Mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang merupakan salah satu
sumberdaya pesisir kota medan dengan dimana telah terdapat tindakan
pengelolaan dan pemanfaatan yang dilakukan oleh Masyarakat setempat. Namun
dampak tekanan dari aktivitas manusia seperti pertambakan dan penangkapan
ikan di sekitar kawasan mangrove tersebut bukanlah sesuatu yang bisa
dikesampingkan. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan di kawasan mangrove
tersebut seperti kondisi vegetasi, potensi ekowisata dan kondisi bioekologi namun
belum ada penelitian mengenai strategi pengelolaan di kawasan tersebut.
Melihat dari permasalahan dan potensi yang ada, ekosistem mangrove
Kelurahan Belawan Sicanang memerlukan perhatian dari berbagai pihak baik dari
pemerintah maupun masyarakat setempat. Sehingga potensi yang ada dapat
dikembangkan melalui pengelolaan yang berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara

5


Perumusan Masalah
Mangrove memiliki sejumlah potensi ekonomi yang dapat dimanfaatkan
bagi masyarakat. Namun di satu sisi, aspek konservasi sering diabaikan dalam
upaya pengelolaannya sedangkan penelitian tentang kajian strategi pengelolaan
ekosistem

mangrove

Kampung

Sentosa

Barat

Kelurahan

Belawan

SicanangKecamatan Medan Belawanbelum pernah dilakukan, sehingga perlu
dilakukan


untuk

mewujudkan

pengelolaan

ekosistem

mangroveyang

berkelanjutan. Oleh sebab itu,masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1.

Apa yang menyebabkan degradasi ekosistem mangrove Kelurahan Belawan
Sicanang Kecamatan Medan Belawan?

2.


Bagaimana strategi pengelolaan ekosistem mangrove Kelurahan Belawan
Sicanang Kecamatan Medan Belawan?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk:
1.

Mendeskripsikan penyebab degradasi ekosistem mangrove Kelurahan
Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan

2.

Memaparkan strategi pengelolaan ekosistem mangrove Kelurahan Belawan
Sicanang Kecamatan Medan Belawan

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
penyebab degradasi ekosistem mangrove dan strategi pengelolaan ekosistem
mangrove dan sebagai dasar acuan untuk pengelolaan ekosistem mangrove
berkelanjutandi Kondisi Mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang.


Universitas Sumatera Utara

6

Kerangka Pemikiran
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem penting dimana terdapat
berbagai sumberdaya dan fungsi-fungsi vital lainnya sehingga perlu dilakukan
suatu pengelolaan yang berkelanjutan. Untuk mencapai pengelolaan dan
kelestarian

sumberdaya

yang

berkelanjutan

perlu

ditetapkannya


pola

pengembangan kawasan konservasiekosistem mangrove di Kelurahan Belawan
Sicanang, Kecamatan Medan Belawan. Kerangka pemikiran dari penelitian yang
akan dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar 1.
Potensi Ekosistem Mangrove Kelurahan
Belawan Sicanang

Pariwisata

Ekonomi

Degradasi Ekosistem

Konservasi

Strategi Pengelolaan

Rekomendasi Pengelolaan Berkelanjutan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara