Pengaruh Perubahan Elemen Fisik Brand te

PENGARUH PERUBAHAN ELEMEN FISIK BRAND
TERHADAP CITRA MEREK
(Studi Pada Konsumen PT. Citilink Indonesia .Tbk)
AKHMAD KRESNA GUMILAR
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
Malang
mountainlionpro@yahoo.com
ABSTRAK
Strategi rebranding Citlink melibatkan peremajaan merek yakni dengan
mengubah elemen merek visual secara fisik seperti nama, logo, slogan dan
warna. Strategi rebranding yang dilakukan oleh Citilink bertujuan agar
partisipasinya dalam jasa transportasi udara untuk segmen penerbangan berbiaya
murah dapat dicermati masyarakat. Pendekatan yang digunakan oleh penulis
adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Variabel
yang digunakan adalah perubahan elemen fisik brand sebagai variabel x dengan
indikator yaitu nama, logo, slogan dan warna. Citra merek sebagai variabel y
memiliki indikator yaitu strength, favorability dan uniqueness.
Dari hasil distribusi pada penelitian menunjukkan bahwa responden
menyatakan setuju pada rangkuman item pada variabel x yang meliputi
perubahan nama, logo, slogan dan warna pada Citilink dapat dikategorikan

positif, memiliki ciri khas, mudah diingat dan berbeda dari maskapai lain.
Begitupula dengan item pada variabel y untuk citra merek meliputi adanya
kemampuan Citilink untuk menjadi unggul, disukai, dan memiliki keunikan
dalam pengetahuan responden. Hubungannya dengan model komunikasi SMCR,
penelitian ini menunjukkan bahwa PT. Citilink Indonesia .Tbk sebagai sumber
(source) mampu menciptakan pesan yang disampaikan bahwa partisipasi Citilink
dalam jasa transportasi udara untuk segmen penerbangan berbiaya murah dapat
dicermati oleh masyarakat dalam medium (channel) pembawa pesan pada
perubahan elemen fisik brand dari nama “Citilink”, bentuk logo baru, slogan
“your right link” dan warna baru yakni warna hijau perusahaan yang ditujukan
pada konsumen PT. Citilink Indonesia Tbk sebagai komunikan (receiver) dalam
pengetahuan citra merek dari perusahaan. Dalam studi kasus perubahan elemen
fisik brand pada strategi rebranding Citilink ini mengandung proses komunikasi
dalam perspektif mekanistis secara primer, karena Citilink menggunakan suatu
lambang (symbol) berupa nama, logo, slogan, dan warna dalam proses
menyampaikan pesan sebagai media atau saluran kepada komunikan yakni
konsumen.
Dari hasil uji korelasi yang dilakukan oleh penulis menemukan hubungan
perubahan elemen fisik brand yang dilakukan Citilink terhadap citra merek
Citilink dikategorikan kuat. Artinya ada hubungan positif antara variabel x

sebagai Perubahan Elemen Fisik Brand dan variabel y sebagai Citra Merek.
Semakin baik Perubahan Elemen Fisik Brand yang diciptakan Citlink maka Citra
Merek pada Citilink akan semakin baik pula.

Kata kunci : elemen fisik brand, brand, citra merek, citilink

 



EFFECTS OF CHANGE IN PHYSICAL ELEMENT BRAND
AGAINTS BRAND IMAGE
(Studies in Consumer of PT. Citilink Indonesia. Tbk)
ABSTRACT
Citlink rebranding strategy involves rejuvenating the brand by changing
the physical visual brand elements such as name, logo, slogan and color.
Rebranding strategy by Citilink aims to make participation in the segment of air
transportation services for low-cost airlines can be observed society. The
approach used by the author is a quantitative approach using a survey method.
Variables used are the physical elements of the brand as a change of variable x

with indicators such as the name, logo, slogan and color. Brand image as an
indicator variable y has the strength, favorability and uniqueness.
Distribution of the results of the study showed that the respondents agreed
on a summary item in the variable x which includes change of name, logo, slogan
and color can be categorized on the Citilink positive, has a characteristic,
memorable and different from other airlines. Neither the items on the variable y
to the brand image includes the capability to excel Citilink, preferred, and is
unique in the respondents' knowledge. Conjunction with SMCR communication
model, this study showed that PT. Citilink Indonesia. Tbk as the source (source)
to create the message that Citilink participation in air transport services to the
segment of low-cost airlines can be observed by the public in the medium
(channel) on the messenger changes the physical elements of the brand name
"Citilink", shape logo new slogan "your link right" and new colors namely green
company aimed at consumers PT. Citilink Indonesia Tbk as the communicant
(receiver) in the knowledge of the company's brand image. In a case study of
changes in physical elements of a brand on Citilink's rebranding strategy
contained in the communication process is the primary mechanistic perspective,
because Citilink using an emblem (symbol) form of the name, logo, slogan, and
color in the process of conveying a message as a medium or channel to the
consumer communicant.

Correlation of test results conducted by the authors found a relationship
changes the physical elements of the brand that made Citilink Citilink categorized
strong brand image. It means that there is a positive relationship between the
variables x as Element Physical Changes Brand and y variables as brand image.
Physical Elements of the better changes Citlink Brand created the brand image on
Citilink would be the better.
Keywords: physical elements of the brand, brand, brand image, Citilink 

 



menyegarkan kembali nama brand Citilink.
Warna korporat Citilink terdahulu adalah
merah dan sejak Juli 2011 pesawat Citilink
tampil dengan simbol warna gradasi hijau
dan putih dengan ornamen sayap serta ekor
yang menyerupai armada Garuda. Perubahan
juga terjadi pada interior pesawat, kantor
penjualan, uniform awak kabin, dan

peremajaan situs. Strategi rebranding
Citlink melibatkan peremajaan merek yakni
dengan mengubah elemen merek visual
secara fisik seperti nama, logo, slogan dan
warna. Dilanjutkan dengan meluncurkan
program komunikasi pemasaran terpadu
memang bertujuan menciptakan asosiasi
merek baru sehingga dapat tercipta kesan
tertentu di benak konsumen . Dalam studi
kasus perubahan elemen fisik brand pada
strategi rebranding Citilink ini mengandung
proses
komunikasi
dalam
perspektif
mekanistis secara primer. Proses komunikasi
dalam perspektif mekanistis secara primer
adalah proses menyampaikan pikiran oleh
komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan suatu lambang (symbol)

sebagai media atau saluran. Lambang dalam
hal ini adalah lambang yang dipergunakan
dapat berupa gambar, warna, dan lain
sebagainya dan bisa disebut lambang
nirverbal (Effendy, 2003:33).

I. PENDAHULUAN
Perusahaan yang dipilih oleh penulis
dalam menganalisa strategi rebranding ini
adalah perusahaan transportasi udara PT.
Citilink Indonesia Tbk. Nama brand Citilink
adalah suatu srategic business unit (SBU)
dari PT Garuda Indonesia yang melayani
penerbangan point-to-point dengan konsep
Low Cost Carrier (konsep penerbangan
berbiaya rendah). Citilink dibuat oleh Garuda
Indonesia untuk menjawab gempuran Low
Cost Carrier di Indonesia yang dikuasai dan
dipelopori oleh Lion Air dan Air Asia.
Penerbangan perdana Citilink dilaksanakan

pada tanggal 16 Juli 2001 dengan rute
Surabaya-Balikpapan-Tarakan. Namun pada
Januari 2008, Manajemen Garuda Indonesia
memutuskan Citilink tidak lagi beroperasi
sementara waktu karena merugi dan menata
ulang kebijakan strategi internal Citilink dan
termasuk
strategi
rebranding
dalam
pemasaran. Faktor yang ditemukan oleh
penulis dalam kasus mengapa Citilink
melakukan
merugi
dan
melakukan
rebranding, karena adanya isu mendasar
bahwa selama ini Citilink diterpa berbagai
persepsi negatif seperti usia pesawat yang
sudah tua dan akibat dari maskapai Lion Air

yang gencar mempromosikan pesawat baru
hingga kalah bersaing dengan harga, dimana
salah satu masalah mendasar Citilink saat ini
ialah pesawat mereka ialah bekas pesawat
Garuda, jadi memiliki maintenance cost yang
tinggi (Pointer Monitoring Media Cetak,
2008). Adapula kolom berita yang
mengkritik Citilink oleh pihak Merpati
Nusantara Airlines karena dipertanyakan
status ijin penerbangan maskapai Citilink
yang tidak memiliki air operator certificate
(AOC) dan bisa dikategorikan sebagai isu
negatif yang berpengaruh pada citra
perusahaan Citilink. Pembenahan Citilink
diikuti pula dengan strategi rebranding, yang
mana pada umumnya perusahaan mengacu
pada konsep repositioning, revitalizing, atau
rejuvenation pada merek (Abdulaziz,
2007:xv). Strategi yang dilakukan Citilink
disebut dengan brand rejuvenation (Garuda

Indonesia Company Presentation, 2011)
karena langkah yang diambil merupakan

 

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kerangka Teori
2.1.1 Model Komunikasi SMCR
Rumus SMCR adalah singkatan dari
istilah-istilah yaitu : S singkatan dari Source
yang berarti sumber atau komunikator; M
singkatan dari Message yang berarti pesan ;
C singkatan dari Channel yang berarti
saluran atau media, sedangkan R singkatan
dari Receiver yang berarti penerima atau
komunikan (Effendy, 2003:256).
2.1.2 Proses Komunikasi Primer
Proses komunikasi secara primer
adalah klasfikasi dari proses komunikasi

dalam
perspektif
mekanistis.
Proses
komunikasi secara primer (primary process)
adalah proses menyampaikan pikiran oleh
komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan suatu lambang (symbol)



sebagai media atau saluran. Lambang ini
umumnya bahasa, tetapi dalam situasi
terntentu
lambang-lambang
yang
dipergunakan dapat berupa gesture, yaitu
gambar, warna dan lain sebagainya. Dalam
komunikasi
bahasa

lambang
verbal
sedangkan lambang yang bukan bahasa
dinamakan lambang nirverbal (Effendy,
2003:33)
2.1.3 Merk (Brand)
2.1.3.1 Definisi Brand
Merek adalah nama, istilah, tanda,
simbol atau rancangan atau kombinasi dari
hal-hal tersebut, yang ditujukan untuk
mengidentifikasi produk atau jasa yang
dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau
jasa yang dihasilkan oleh pesaing (Keller,
2008:2).
2.1.4 Re-Branding
Re-branding berisikan perubahan dari
semua atau beberapa elemen nyata seperti
ekspresi fisik dari suatu brand dan elemen
tidak nyata seperti nilai, citra, dan perasaan
dari suatu brand (Moloney 2004:30). Lebih
khusus lagi, re-branding telah dikategorikan
ke dalam jenis yang berbeda berdasarkan
perubahan nama, logo dan slogan, dengan
kemungkinan ada lima jenis re-branding
yaitu, (1) nama baru dan logo, (2) nama baru,
(3) logo baru dan slogan, (4) logo baru saja,
dan (5) hanya slogan baru (Abdulaziz,
2007:6). Strategi rebranding yang dilakukan
oleh produsen biasanya mengacu pada
konsep repositioning, revitalizing, atau
rejuvenation pada merek (Abdulaziz
2007:xv). Salah satu strategi rebranding yang
melibatkan revitalization dan rejuvenation
merek umumnya juga mengubah elemen
merek secara visual atau fisik seperti warna
dan logo dan dengan meluncurkan program
pemasaran seperti komunikasi pemasaran
terpadu dalam rangka menciptakan asosiasi
merek baru dan meningkatkan pembelian
(Woon, 2001:1).
2.1.4.1 Alasan Perusahaan Melakukan
Re-Branding
Berikut beberapa alasan perusahaan
melakukan rebranding (Tjiptono, 2008:37)
yaitu :
• Menyegarkan kembali atau memperbaiki

 

brand image.
• Memulihkan brand image setelah
terjadinya krisis atau skandal.
• Bagian dari merger atau akuisisi.
• Bagian dari de-merger atau spin-off.
• Mengharmonisasikan merek di pasar
internasional.
• Pembaharuan portofolio merek, yaitu
suatu merek yang dibuat dengan
tujuan memberi keyakinan.
• Mendukung arah strategik baru
perusahaan.
2.1.5 Elemen Fisik Brand
Kotler dan Pfoertsch (2006:92)
menyebutkan bahwa elemen merek atau
elemen brand adalah upaya visual dan
bahkan kadang kala fisik yang bertindak
mengidentifikasi dan mendiferensiasi suatu
produk atau jasa perusahaan. Berikut ini
merupakan kunci elemen brand secara fisik
untuk membangun merek yang kuat :
2.1.5.1 Nama
Kotler & Pfoertsch (2006:95)
menjelaskan bahwa nama brand adalah yang
pertama dan mungkin ekspresi terbesar atau
wajah suatu produk, sehingga nama brand
harus dipilih dengan hati-hati karena
mengandung
informasi
penting
bagi
pemangku kepentingan. Nama brand
biasanya memiliki semacam citra yang
diasosiasikan, baik kultural, linguistik
maupun geografis. Melalui penciptaan nama
merek maka akan bisa diperoleh beberapa
manfaat antara lain : (1) mempengaruhi
kecepatan konsumen dalam menyadari suatu
merek, (2) mempengaruhi citra merek, dan
(3) berperan penting dalam pembentukan
ekuitas merek (Keller, 1993:9).
2.1.5.2 Logo
Logo adalah suatu tampilan grafis
dari nama merek atau perusahaan. Sebuah
logo yang baik memenuhi secara imperatif
grafis dan fungsional. Nilai-nilai perusahaan
dan karakteristik harus tercermin dalam logo
dan merek dalam menjalankan strategi
pemasaran (Kotler & Pfoertsch, 2006:98).
2.1.5.3 Slogan
Slogan atau tagline memainkan peran
yang unik dan berbeda dalam membuat
identitas merek yang harmonis. Slogan


memiliki tujuan untuk mendukung citra
merek yang diproyeksikan perusahaan oleh
nama merek dan logo. Slogan harus mewakili
nilai fungsional dan emosional pada saat
yang sama bagi target yang dituju (Kotler &
Pfoertsch, 2006:101).
2.1.5.4 Warna
Warna memiliki kemampuan untuk
mengkomunikasikan banyak hal pada para
pembeli prospektif, termasuk kualitas, serta
kemampuan produk untuk memuaskan
beragam kebutuhan psikologis (Shimp,
2003:308). Berbagai penelitian telah
mendokumentasikan peran penting bahwa
warna berperan dalam mempengaruhi panca
indera kita.
2.1.5.5 Kriteria Elemen Brand
Kotler dan Pfoertsch (2006:92)
menjelaskan bahwa unsur resmi seperti
nama, logo atau slogan diciptakan untuk
membentuk identitas visual dari sebuah
brand dari perusahaan. Elemen tersebut
harus
mencerminkan
esensi
merek,
kepribadian merek, dan budaya perusahaan.
Dalam rangka untuk menjamin konsistensi
kinerja suatu merek maka identitas visual
pada elemen merek harus sesuai dengan
kriteria sebagai berikut :
• Available, yaitu merek yang ditawarkan
harus tersedia dan dapat digunakan
pasar.
• Meaningful, yaitu idealnya elemen
merek harus menangkap esensi merek
dan mengkomunikasikan sesuatu tentang
sifat bisnis.
• Memorable, yaitu elemen merek yang
baik adalah khas dan harus mudah
diingat. Nama merek harus mudah
apalagi untuk dibaca dan dieja.
• Protectable, yaitu nama merek dapat
dilindungi secara hukum
• Future-Oriented, yaitu elemen merek
yang dipilih dapat diposisikan oleh
perusahaan sebagai suatu bentuk
pertumbuhan,
perubahan,
dan
kesuksesan.
• Positive, elemen merek yang efektif
adalah yang dapat membangunkan
asosiasi yang positif pada pasar sasaran.
• Transferable, yaitu merek dimungkinkan
 

untuk menjadi pembeda di kategori pasar
yang sama atau berbeda.
2.1.6 Citra Merek
Citra merek atau brand image
menurut Keller (2008:51) adalah “ The
perception and beliefs held by the consumer,
as reflected in the association held in
consumer memory “. Berdasarkan pendapat
ini brand image adalah anggapan dan
kepercayaan yang dibentuk oleh konsumen
seperti yang direfleksikan dalam hubungan
yang terbentuk dalam ingatan konsumen.
Kotler & Pfoertsch (2006:198) menyebutkan
“brand image is created by marketing
programs that link strong, favorable, and
unique associations to the brand in the
customer’s memory.”. Hal ini menunjukan
bahwa citra merek yang diciptakan oleh
program
komunikasi
pemasaran
menghubungkan asosiasi yang menciptakan
merek yang kuat, disukai, dan memiliki
keunikan dalam memori pelanggan.
2.1.6.1 Pengukuran Citra Merek
Keller
(2008:56)
menyebutkan
pengukuran citra merek (brand image) dapat
dilakukan berdasarkan pada aspek sebuah
merek, yaitu : strength, uniqueness, dan
favorable.
1.
Strength of brand association
Semakin dalam individu berfikir tentang
informasi produk dan menghubungkannya
dengan pengetahuan merek yang ada, maka
semakin kuat asososiasi merek yang akan
dihasilkan. Faktor yang mempengaruhi hal
ini adalah program komunikasi pemasaran
yang diciptakan dapat menumbuhkan brand
image dalam benak khalayak (personal
relevance)
dan
merupakan
program
komunikasi pemasaran yang konsisten
(consistency) pada suatu waktu dan
sepanjang waktu (Keller 2008:56).
2.
Favorable of brand association
Asosiasi yang menguntungkan bagi merek
adalah asosiasi yang diinginkan untuk
konsumen, seperti bentuk kenyamanan,
produk
yang
handal,
pesan
dapat
disampaikan oleh produk atau program
komunikasi pemasaran yang mendukung.
Favourable mengarah pada kemampuan
merek tersebut untuk mudah diingat oleh



konsumen. Favorable adalah asosiasiasosiasi yang dapat diharapkan oleh khalayak
sasaran (desirable) dan disampaikan
(delivered) secara sukses oleh sebuah produk
melalui program komunikasi pemasaran yang
mendukung merek produk tersebut (Keller
2008:58).
3.
Uniquess of brand association
Inti dari asosiasi ini adalah merek harus
memiliki keunggulan yang berkelanjutan atau
memiliki proposisi penjualan yang unik untuk
memberikan alasan mengapa konsumen harus
membelinya. Aspek uniqueness bergantung
pada dua faktor yaitu sejauh mana asosiasi
merek produk yang dibawakan oleh program
komunikasi pemasaran memiliki unsur
kesamaan/keseimbangan jika dibandingkan
dengan asosiasi merek produk lainnya (point
of parity) dan sejauh mana program
komunikasi pemasaran memiliki unsur
perbedaan (point of difference) jika
dibandingkan dengan asosiasi merk produk
lainnya (Keller 2008:58).
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi
referensi bagi penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Roby Harijono dan Johan
Wijaya Mahasiswa Universitas Petra dengan
judul “Analysis of Customer Perception
Differntiation After Penang Village Rebbranding into Penang’s House and its Impact
to Customer Loyalty”. Penelitian ini dilakukan
untuk
mengetahui
perbedaan
persepsi
konsumen setelah management melakukan rebranding Penang Village menjadi Penang’s
House. Hal ini didasari oleh pertanyaan, jika
manajemen
Penang’s
House
mampu
meningkatkan persepsi konsumennya lebih
baik daripada para pesaingnya maka profit
perusahaan akan bertambah secara signifikan
seiring
dengan
peningkatan
persepsi
konsumen.Penelitian lain dilakukan oleh Fifi
Silviani dengan judul “Rebranding Analysis
Strategy for Improving Brand Image of SBO
TV”. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan brand image SBO TV. Teknik
pengumpulan datanya dengan menggunakan
teknik komunikasi tidak langsung melalui
penyebaran kuesioner. Penelitian ini mengukur
adanya perbedaan yang signifikan antara

 

elemen brand image yang terdiri atas strength,
favorability, dan uniqueness associations.
2.3
Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini re-branding
yang dilakukan Citilink adalah untuk
mempertegas
pesan
produk
kepada
konsumen agar konsumen tidak melupakan
keberadaan sebuah brand dalam konsep
perubahan elemen brand secara fisik dan
pengaruhnya terhadap citra merek (brand
image). Adapun skema dari kerangka
pemikiran penelitian ini adalah sebagai
berikut :

2.4 Hipotesa Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan diatas dapat di buat hipotesis
penelitian sebagai berikut :
Ho
: tidak ada pengaruh yang signifikan
didalam perubahan elemen fisik brand
terhadap citra merek (brand image) pada PT
Citilink Indonesia Tbk.
X
Y
H1
: Diduga ada pengaruh yang
signifikan didalam perubahan elemen fisik
brand terhadap citra merek (brand image)
pada PT Citilink Indonesia Tbk.
X
Y
III.
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam
penilitian ini adalah positivistik dengan
metodologi kuantitatif. Pendekatan posivistik
menekankan pada obyektifitas penulis dan
penelitian yang dilakukan bersifat deduktif,
yaitu berangkat dari konsep yang bersifat
umum menjadi hal-hal yang khusus.
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksplanatif,
yaitu
penelitian
yang
menjelaskan hubungan antara dua atau lebih
konsep (variabel) yang akan diteliti
(Kriyantono, 2006:69). Dalam penelitian ini,



penulis ingin menjelaskan hubungan yaitu
perubahan elemen fisik brand sebagai
variabel independen dan citra merek (brand
image) sebagai variabel dependen.Metode
yang akan dipakai dalam penelitian ini
adalah metode survei yaitu suatu metode riset
dengan mengguanakan kuesioner sebagai alat
pengumpul datanya. Tujuannya untuk
memperoleh informasi kepada sejumlah
responden yang dianggap mewakili populasi
tertentu (Kriyantono, 2006:60).
3.2
Populasi dan Sampel
Penentuan ukuran atau jumlah sampel
juga bisa dilakukan dengan penghitungan
statistik. Penghitungan statistik ini bisa
diterapkan baik untuk populasi yang
diketahui jumlahnya atau belum. Untuk
mengetahui ukuran sampal yang diketahui
jumlahnya menggunakan rumus Slovin
(Kriyantono, 2006:160), rumusnya adalah :

dari PT. Citilink Indonesia Tbk di Malang.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Counter
Sales Citilink yang ada di kota Malang,
dimana kuesioner di berikan kepada
pelanggan atau customer jasa layanan
penerbangan Citilink.
3.3.2 Sumber Data
Dalam penelitian ini terdapat dua
macam sumber data, yaitu :
a.
Data primer, merupakan data mentah
yang diperoleh secara langsung melalui
wawancara dengan pihak yang berhubungan
dengan penelitian yang sedang dilakukan,
kemudian akan diolah untuk tujuan tertentu
sesuai dengan kebutuhan.
b.
Data sekunder, merupakan sumber
data yang sudah dikumpulkan dan digunakan
oleh pihak pertama berupa studi kepustakaan
yang berbentuk antara lain buku literatur,
teori-teori, maupun catatan-catatan yang
berhubungan dengan rumusan masalah yang
diangkat penulis, seperti gambaran umum
perusahaan, struktur organisasi internal, dan
lain sebagainya.
3.4
Operasional Variabel
3.4.1 Definisi Konseptual
a.
Definisi Variabel X1:
Perubahan elemen fisik pada brand dalam
konsep rebranding dapat diketogorikan
perubahan dalam jenis berdasarkan merubah
nama, logo dan slogan, dengan kemungkinan
ada lima jenis re-branding yaitu, (1) nama
baru dan logo, (2) nama baru, (3) logo baru
dan slogan, (4) logo baru saja, dan (5) hanya
slogan baru (Abdulaziz, 2007:6). Strategi
rebranding yang melibatkan revitalization
dan rejuvenation merek umumnya juga
mengubah elemen merek secara visual
seperti warna dan logo dan dengan
meluncurkan program pemasaran seperti
komunikasi pemasaran terpadu dalam rangka
menciptakan asosiasi merek baru dan
meningkatkan pembelian (Woon, 2001:1).
b.
Definisi Variabel Y :
Citra Merek adalah kepercayaan yang
dibentuk oleh konsumen seperti yang
direfleksikan
dalam
hubungan
yang
terbentuk dalam ingatan konsumen (Keller,

n
:
ukuran sampel
N
:
ukuran populasi
e
:
kelonggaran,
atau
tingkat
signifikansi dari penelitian ini sebesar 0,05
Populasi dalam penelitian ini adalah
konsumen pada PT. Citilink Indonesia Tbk
yang berada di Malang. Dari data yang
diperoleh pada bulan April 2013 rata-rata
konsumen yang melakukan transaksi di
lokasi penelitian sales office Citilink di Jl.
Letjen Sutoyo Malang adalah 8 orang per
hari. Maka didapat jumlah populasi sebanyak
240 orang sebagai konsumen Citilink Malang
dalam satu bulannya, sehingga dapat ditarik
sampel sebagai berikut :

Dari perhitungan tersebut maka
sampel yang diambil sebesar 150 orang.
Sampel dalam penelitian ini yaitu konsumen

 



2008:51). Citra merek yang diciptakan oleh
program
komunikasi
pemasaran
menghubungkan asosiasi yang menciptakan
merek yang kuat, disukai, dan memliki
keunikan dalam memori pelanggan (Kotler &
Pfoertsch, 2006:198). Pengukuran citra
merek (brand image) dapat dilakukan
berdasarkan pada aspek sebuah merek, yaitu :
strength, uniqueness, dan favorable (Keller,
2008:56).
3.4.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah unsur
penelitian yang memberitahukan bagaimana
cara mengukur suatu variabel, atau dengan
kata lain definisi operasional adalah
semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana
cara mengukur suatu variabel (Singarimbun
& Effendi, 1995:46). Maka definisi
operasional dari penelitian ini adalah :
a.
Variabel X (Independent)
Perubahan Elemen Fisik Brand.
Indikator :
1. Nama
2. Logo
3. Slogan
4. Warna
b.
Variabel Y (Dependent)
Citra Merek adalah hubungan asosiasi
yang menciptakan merek yang kuat, disukai,
dan memliki keunikan dalam memori
pelanggan.
Indikator :
1. Strength
2. Favorability
3. Uniqueness

2. Logo

3. Slogan

4. Warna
Tabel Definisi Operasional
a. Variabel (X) : Perubahan Elemen Fisik
Brand
Indikator
Item
1. Nama
- Nama “Citilink”
menggambarkan fungsi dan
makna perusahaan daripada
nama sebelumnya (Citilink
Garuda Indonesia)
- Nama “Citilink” mensugesti
keuntungan bagi konsumen
daripada nama sebelumnya
(Citilink Garuda Indonesia)
- Nama “Citilink” memiliki

 



ciri khas yang lebih baik
daripada nama sebelumnya
(Citilink Garuda Indonesia)
- Tipografi (jenis font) logo
Citilink yang baru
dikategorikan
positif/baik/bagus daripada
logo sebelumnya.
- Perubahan bentuk logo
Citilink yang baru mampu
memperkokoh ciri
khas/identitas baru bagi
perusahaan.
- Bentuk logo Citilink yang
baru mudah diingat
konsumen.
- Bentuk logo Citilink yang
baru berbeda dengan
makspai lain.
- Slogan “your right link”
lebih unik dari pada “enjoy
simplicity”.
- Slogan “your right link”
mudah diingat daripada
“enjoy simplicty”.
- Slogan “your right link”
mencakup visi misi
perusahaan daripada “enjoy
simplicity”
- Slogan “your right link”
berbeda dengan maskapai
lain
- Slogan “your right link”
tidak memiliki konotasi
negatif.
- Warna baru Citilink (hijau)
dikategorikan
positif/baik/bagus daripada
warna sebelumnya (merah).
- Warna baru Citilink (hijau)
mampu memperkokoh ciri
khas/identitas baru bagi
perusahaan daripada warna
sebelumnya (merah).
- Warna baru Citilink (hijau)
mudah diingat konsumen.
- Warna baru Citilink (hijau)
berbeda dengan maskapai
lain.

b. Variabel (Y) : Citra Merek
Indikator
Item
1. Strength
- Citilink memiliki
kelebihan (menjadi
pioner) dalam hal
produk.
- Citlink tercipta dari
proses persaingan
yang ketat
(kompetitif).
- Citilink memiliki suatu
kepedulian dan
tanggung jawab
kepada konsumen
(kolaboratif).
- Citilink memiliki
konsisten dari tujuan
perusahaan yang
dibuat kepada
konsumen.
- Citilink memiliki
kategori perusahaan
yang jujur dan apa
adanya (terbuka bagi
konsumen)

perusahaan yang selalu
berinovasi
- Citilink memiliki
kualifikasi produk
yang lebih tinggi dari
pesaing.
- Citilink adalah
perusahaan yang
memiliki daya tarik
kreatifitas tinggi.
- Citilink adalah
perusahaan yang tidak
pernah menjiplak
maskapai lain.
3.4.3

Skala Pengukuran
Data penelitian diperoleh dari hasil
jawaban para responden, sehingga data
tersebut termasuk data ordinal. Oleh karena
itu teknik pengukurannya berdasarkan skala
likert. Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok tentang fenomena
sosial. Terdapat 5 poin pilihan jawaban,
dimana nilai peringkat setiap jawaban
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total.
Skala likert digunakan karena mempunyai
beberapa pertimbangan sebagai berikut
(Rangkuti, 2005:66):
a.
Mempunyai banyak kemudahan,
seperti dalam menyusun pertanyaan,
memberi skor, serta skor yang lebih tinggi
tarafnya lebih mudah dibandingkan skor
yang lebih rendah.
b.
Mempunyai reliabilitas tinggi
dalam mengurutkan berdasarkan intensitas
sikap tertentu.
Terdapat lima alternatif jawaban,
yaitu :
Apabila responden memilih jawaban
“sangat setuju”, maka skornya 5
Apabila responden memilih jawaban
“setuju”, maka skornya 4
Apabila responden memilih jawaban
“netral”, maka skornya 3
Apabila responden memilih jawaban
“tidak setuju”, maka skornya 2
Apabila responden memilih jawaban
“sangat tidak setuju”, maka skornya 1

2. Favorability - Citilink mudah
dipahami sebagai
maskapai penerbangan
rendah biaya.
- Citilink dapat
membangun susana
positif bagi konsumen.
- Citilink disukai oleh
konsumen.
- Citilink mudah diingat
oleh konsumen.
- Citilink sesuai dengan
selera konsumen.
3. Uniqueness

 

- Citilink memiliki
bagian/tanda/ciri yang
spesial bagi
konsumen.
- Citilink adalah produk
yang potensial untuk
dijadikan pembanding
utama dari maskapai
lain.
- Citilink adalah



3.5

Teknik Analisis Data
Teknik analisis data statistik yang
digunakan adalah teknik analisis data secara
deskriptif. Tujuan dari metode deskriptif
dalam penelitian komunikasi adalah untuk
melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang
tertentu secara faktual dan cermat (Rakhmat,
2001:22).
Tahapan analisis data dalam
penelitian ini adalah :
3.5.1 Editing
Pengeditan adalah proses pengecekan
untuk memastikan bahwa data yang akan
diolah tidak asal isi (asal jawab) konsisten,
dah
dapat
dipertanggungjawabkan
(Simamora, 2004:229).
3.5.2 Coding
Pengodean
merupakan
proses
memberikan simbol pada pertanyaan maupun
jawaban. Pengodean ini mempermudah
pengelolaan data (Simamora, 2004:231).
3.5.3 Data Entry
Memasukkan data dalam analisis,
seperti tabel gambar dan sebagainya.
3.5.4 Uji Validitas
Uji validitas digunakan mengukur
kevalidan suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid apabila pertanyaan atau
pernyataan
pada
kuesioner
mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut. Dalam penelitian ini
uji validitas melihat tingkat kolerasi antara
masing-masing item dalam satu variabel
dengan nilai total variabel dimana suatu item
dinyatakan valid apabila rhasil adalah nilai
positif dan tingkat signifikannya berada pada
0,05
maka Ho diterima
Jika probabilitas (sig.2-tailed) < 0,05
maka Ho ditolak

10 

Atau:
Apabila rhitung < rtabel , maka Ho diterima
Apabila rhitung > rtabel, , maka Ho ditolak
IV.
4.1

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian

Selain peluncuran livery baru dan warna
baru Citilink, Citilink telah menjalankan pula
strategi
peluncuran
branding
secara
menyeluruh, mulai dari interior baru pesawat,
kantor tiketing, seragam baru awak kabin,
situs dan lay out baru, serta didukung
program marketing dan komunikasi untuk
menjangkau
masyarakat
secara
luas.
“Strategi
pengembangan
Citilink
ini
bertujuan agar partisipasi kami dalam jasa
transportasi
udara
untuk
segmen
penerbangan berbiaya murah dapat segera
dicermati masyarakat. Kami berharap strategi
rebranding ini bisa membawa dampak positif
bagi
tradisi
kualitas
keselamatan,
kenyamanan
dan
keamanan
Garuda
Indonesia grup, khususnya untuk segmen
yang disasar Citilink”, ungkap Arif Wibowo,
Senior Vice President Citilink. Lanjutnya,
“Dalam waktu dekat ini, secara operasional,
Citilink akan segera mengudara dan
beroperasi penuh secara mandiri dengan dua
digit nomor identifikasi baru sebagai puncak
dari
Spin
Off
Citilink
(Citilink
Announcement, 2012).
4.2
Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini
adalah pengguna maskapi penerbangan
Citilink. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan terhadap 150 orang responden
melalui penelitian survei, maka diperolah
gambaran umum responden sebagai
 

berikut :
1.Distribusi
Frekuensi
Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambaran distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
sebagai berikut :

2.Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Usia
Gambaran distribusi frekuensi responden
berdasarkan usia dapat dilihat sebagai berikut
:

3.Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Jenis Pekerjaan
Gambaran distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat
sebagai berikut :

11 

4.2.1 Analisis Profil Responden
Berdasakan tabel deskripsi responden di atas
dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang
didapat sebagai pengguna atau konsumen
Citilink dalam penelitian ini adalah berjenis
kelamin wanita, sehingga konsumen Citilink
berjenis kelamin wanita pada penelitian ini
lebih mendominasi sebagai pasar sasaran dari
Citilink daripada pria
Untuk segi usia,
mayoritas berumur di kisaran 15 tahun hingga
25 tahun, dapat digambarkan konsumen
Citilink pada penelitan ini adalah remaja dan
dewasa. Untuk kagetori jenis pekerjaan yang
mendominasi adalah responden yang bekerja
sebagai karyawan swasta dan mahasiwa,
sehingga segmen pasar konsumen Citilink
pada penelitian ini adalah responden yang
terpelajar dan memiliki mata pencahariaan.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam penelitian ini, digunakan data
uji coba pada 30 responden sebelum kuesioner
disebarkan kepada 150 responden dengan hasil
valid dan reliabel. Dari pengujian tersebut,
didapatkan data sebagaimana tercantum dalam
tabel berikut :
4.3.2 Analisis Data Deskriptif
4.3.2.1 Deskripsi jawaban responden pada
variabel Perubahan Elemen Fisik Brand (X)

Dari hasil penelitian terhadap indikator Nama,
dapat dilihat pada tabel (4.8) bahwa skor mean
tertinggi diperoleh pada item pertama yang
berarti nama “Citilink”
saat ini lebih
menggambarkan fungsi dan makna perusahaan
dari pada nama sebelumnya (Citilink Garuda
Indonesia) bagi responden. Skor mean
keseluruhan pada indikator Nama diperoleh
sebesar 3,74, angka tersebut menunjukkan
bahwa nama “Citilink” yang baru juga
mensugesti keuntungan, dan memiliki ciri khas

 

12 

yang lebih baik dari pada nama sebelumnya
bagi responden. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kotler & Pfoertsch (2008:95) bahwa
nama brand harus dipilih secara hari-hati
karena mengandung informasi penting bagi
perusahaan. Penciptaan nama brand akan
memperoleh manfaat antara lain : (1)
mempengaruhi kecepatan konsumen dalam
menyadari suatu merek, (2) mempengaruhi
citra merek, dan (3) pembentukan ekuitas
merek (Keller, 1993:9).

Dari hasil penelitian terhadap indikator
Logo, dapat dilihat pada tabel (4.9) skor mean
tertinggi didominasi oleh item keenam dan
ketujuh sebesar 3,93 yang berarti bahwa
responden setuju jika logo Citilink yang baru
mudah diingat dan berbeda dari maskapai lain.
Secara keseluruhan item dengan nilai mean
3,88 maka logo Citilink juga memiliki jenis
tulisan yang positif (baik/bagus) dan mampu
memperkokoh ciri khas/identitas perusahaan
dari logo sebelumnya. Hal ini sesuai dengan
teori yang disebutkan oleh Kotler & Pfoertsch
(2008:98) bahwa logo yang baik adalah yang
memenuhi kriteria secara imperatif grafis
maupun fungional, dan nilai-nilai perusahaan
dan karakteristik perusahaan harus tercermin
dalam logo dan merek dalam menjalankan
strategi pemasaran

 

Dari nilai mean pada tabel (4.10) tiap item
dapat dilihat bahwa angka terbesar diperoleh
item 11 yaitu pernyataan jika slogan “your
right link” dari Citilink berbeda dengan slogan
maskapai lain dan secara keseluruhan
diperoleh nilai mean sebesar 3,76 menujukkan
bahwa rata-rata responden setuju jika slogan
Citilink “your right link” yang baru adalah
slogan yang unik, slogan Citilink sudah
mencakup visi misi atau pesan dari perusahaan
dan tidak memiliki konotasi negatif. Hal ini
sesuai dengan pendapat Kotler & Pfoertsch
(2008:101) yang menyebutkan bahwa slogan
atau tagline memang memainkan peran yang
unik dan berbeda dalam membuat identitas
merek yang harmonis. Slogan memiliki tujuan
untuk mendukung citra merek yang
diproyeksikan perusahaan oleh nama merek
dan logo. Slogan harus mewakili nilai
fungsional dan emosional pada saat yang sama
untuk target yang dituju.

Tabel (4.11) menunjukkan nilai mean
untuk tiap item diperoleh angka terbesar
yaitu pada item 16 sebesar 4,02 yang berarti
rata-rata responden setuju jika warna hijau
Citilink yang baru berbeda dari maskapai
lain. Selain itu, nilai mean yang diperoleh
3,93 secara keseluruhan juga menunjukkan
bahwa responden rata-rata setuju jika warna
hijau Citilink dapat dikategorikan positif
(baik/bagus), mampu memperkokoh ciri
khas/identitas baru bagi Citilink dan mudah
diingat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Shimp bahwa warna memiliki kemampuan
untuk mengkomunikasikan banyak hal pada
para pembeli prospektif, termasuk kualitas,
serta kemampuan produk untuk memuaskan
beragam kebutuhan psikologis, dan strategi

13 

pemanfaatan warna dalam produk cukup
efektif karena warna mampu mempengaruhi
orang secara emosional (2003, hal. 308).
4.3.2.2 Deskripsi jawaban responden pada
variabel Citra Merek (Y)

Dari tabel (4.12) nilai mean tiap item
dapat dilihat nilai terbesar didapat pada item
20 dengan angka sebesar 3,96 yang
menyebutkan
bahwa
Citilink
adalah
perusahaan
yang
konsisten
dalam
menyampaikan tujuannya kepada konsumen
bagi responden. Nilai mean secara
keseluruhan sebesar 3,76 menunjukkan
bahwa rata-rata responden setuju jika Citilink
memiliki kelebihan dalam hal produk,
Citilink tercipta dari proses persaingan yang
ketat, Citilink memiliki suatu keperdulian
atau tanggung jawab kepada konsumen
(kolaboratif) dan Citilink dikategorikan
perusahaan yang jujur atau terbuka kepada
konsumen. Hal ini didukung oleh pendapat
Keller (2008:56) yaitu, semakin dalam
individu berfikir tentang informasi produk
dan menghubungkannya dengan pengetahuan
merek yang ada, maka semakin kuat pula
asosiasi merek yang dihasilkan.

 

Dari tabel (4.13) dapat dilihat nilai
mean tertinggi terdapat pada item 23 yaitu
Citilink
dapat
membangun
suasana
penerbangan yang positif bagi responden.
Total keseluruhan nilai mean sebesar 3,87
menunjukkan bahwa rata-rata responden juga
setuju jika Citlink mudah dipahai sebagai
maskapai rendah biaya (low cost), responden
menyukai Citlilink secara individu, ciri-ciri
dari maskapai Citilink mudah diingat oleh
responden, dan Citilink sesuai dengan selera
konsumsi penerbangan responden. Hasil dari
penelitian pada indikator favorable ini
didukung teori Keller (2008:58) yang
menyebutkan
bahwa,
asosiasi
yang
menguntungkan bagi merek adalah asosiasi
yang diinginkan untuk konsumen, seperti
bentuk kenyamanan, produk yang handal,
pesan dapat disampaikan oleh produk atau
program
komunikasi
pemasaran
yang
mendukung.

Dari tabel (4.14) dapat dilihat bahwa
nilai mean terbesar diperoleh pada item 27 dan
item 28 yang menyebutkan bahwa rata-rata
responden setuju jika Citilink memiliki
bagian/tanda/ciri yang spesial di benak mereka
dan Citilink sudah bisa dijadikan produk
pembanding yang unggul dari maskapai lain.
Dari tabel juga terdapat nilai mean mendekati
jawaban netral yaitu pada item 29 sebesar
3,53, item 30 memiliki nilai mean sebesar
3,51, item 31 memiliki nilai mean sebesar
3,49, dan item 32 memiliki nilai mean sebesar
3,47. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
responden menjawab netral atau ragu-ragu jika
Citilink bisa dijadikan sebagai produk
pembanding yang unggul dari maskapai lain,
Citilink adalah perusahaan yang selalu
berinovasi, Citilink adalah perusahaan yang

14 

memiliki kualifikasi produk yang lebih tinggi
dari pesaing, Citilink adalah perusahaan yang
memiliki daya tarik kreatifitas tinggi dan
Citilink adalah perusahaan yang tidak pernah
menjiplak maskapai lain. Nilai mean secara
keseluruhan pada indikator mencapai 3,56,
angka ini menunjukkan bahwa rata-rata
responden memberi jawaban netral atau raguragu pada aspek indikator uniqueness pada PT.
Citilink Indonesia. Tbk. Inti dari asosiasi ini
adalah merek harus memiliki keunggulan yang
berkelanjutan
atau
memiliki
proposisi
penjualan yang unik untuk memberikan alasan
mengapa konsumen harus membelinya
(Keller, 2008:58).
4.3.3 Uji Korelasi

Hasil uji korelasi Spearman yang
disajikan pada tabel diatas menunjukkan
bahwa untuk korelasi variabel x yaitu
Perubahan Elemen Fisik Brand dan variabel y
yaitu Citra Merek diperoleh data yaitu
probabilitas (Sig.) sebesar 0,000, r hitung sebesar
0,767 dan r tabel (0,05 ; 150) sebesar 0,159. Karena
nilai probabilitas < 0,05 yakni 0,00, dan rhitung
(0,767) > rtabel (0,159) maka Ho ditolak dan Hi
diterima. Artinya ada hubungan positif antara
variabel x sebagai Perubahan Elemen Fisik
Brand dan variabel y sebagai Citra Merek.
Semakin baik Perubahan Elemen Fisik Brand
yang diciptakan Citlink maka Citra Merek
pada Citilink akan semakin baik pula.
4.3.4 Model Komunikasi SMCR
Dikaitkan dengan teori model SMCR
dimana : S singkatan dari Source yang berarti
sumber atau komunikator; M singkatan dari
Message yang berarti pesan ; C singkatan dari
Channel yang berarti saluran atau media,
sedangkan R singkatan dari Receiver yang

 

berarti penerima atau komunikan (Effendy,
2003:256). Maka pada penelitian ini sebagai
Source atau sumber atau komunikator adalah
PT. Citilink Indonesia, Message atau pesan
adalah Strategi rebranding yang dilakukan
oleh Citilink bertujuan agar partisipasinya
dalam jasa transportasi udara untuk segmen
penerbangan berbiaya murah dapat dicermati
masyarakat (Citilink Bussiness Plan, 2012).
Khusus istilah Channel atau media pengirim
pesan
pada
penelitian
ini
Citilink
menggunakan saluran primer yakni terletak
pada perubahan elemen fisik brand yang
diciptakan seperti Nama, Logo, Slogan dan
Warna. Pada Receiver yang berarti penerima
atau komunikan adalah konsumen PT. Citilink
Indonesia
yang
dihubungkan
dengan
pengetahuan Citra Merek perusahaan dalam
studi penelitian ini. Dari penelitian yang
dilakukan penulis menunjukkan bahwa PT.
Citilink Indonesia .Tbk sebagai sumber
(source) mampu menciptakan pesan yang
disampaikan bahwa partisipasi Citilink dalam
jasa transportasi udara untuk segmen
penerbangan berbiaya murah dapat dicermati
oleh masyarakat dalam medium (channel)
pembawa pesan pada perubahan elemen fisik
brand dari nama “Citilink”, bentuk logo baru,
slogan “your right link” dan warna baru yakni
warna hijau perusahaan yang ditujukan pada
konsumen PT. Citilink Indonesia Tbk sebagai
komunikan (receiver) dalam pengetahuan citra
merek dari perusahaan. Dalam studi kasus
perubahan elemen fisik brand pada strategi
rebranding Citilink ini mengandung proses
komunikasi dalam perspektif mekanistis secara
primer. Proses komunikasi dalam perspektif
mekanistis secara primer adalah proses
menyampaikan pikiran oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan
suatu lambang (symbol) sebagai media atau
saluran.
Lambang dalam hal ini adalah
lambang yang dipergunakan dapat berupa
gambar, warna, dan lain sebagainya dan bisa
disebut lambang nirverbal (Effendy, 2003:33).
Dilihat dari aspek tujuan komunikasi yang
dilakukan dalam studi kasus Citilink pada
strategi rebranding ini diantaranya adalah
bertujuan untuk : (1) mengubah sikap (to
change the attitude);
(2) mengubah

15 

opini/pendapat/pandangan (to change the Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
opinion); (3) mengubah perilaku (to change
Multivarite
dengan
SPSS.
behaviour) dan (4) mengubah masyarakat (to
Cetakan Keempat. Semarang :
change society) (Effendy, 2003:55).
Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
Haig, Matt. 2005. Brand failures: The
Berdasarkan hasil penelitian yang
truth about the 100 biggest
dilakukan oleh penulis dalam pengaruh
branding mistakes of all times.
perubahan elemen fisik brand terhadap citra
London : Kogan Page Publishers
merek pada studi konsumen PT Citilink Husein, Umar. 2002. Metode Riset Bisnis.
Indonesia Tbk, maka diperoleh kesimpulan
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
yaitu, hubungan perubahan elemen fisik brand
Utama
yang dilakukan Citilink terhadap citra merek
Citilink dikategorikan kuat. Artinya ada Keller,
Kevin
Lane.
1993.
hubungan positif antara variabel x sebagai
Conceptualizing, Measuring, and
Perubahan Elemen Fisik Brand dan variabel y
Managing
Customer--‐Based
sebagai Citra Merek. Semakin baik Perubahan
Brand Equity,
Journal
of
Elemen Fisik Brand yang diciptakan Citlink
Marketing
maka Citra Merek pada Citilink akan semakin Keller, Kevin Lane. 2008. Strategic Brand
baik pula.
Management
:
Building,
Saran
yang
disampaikan
dari
Measuring and Management
keseluruhan hasil penelitian sebagaimana
Brand Equity 3rd Edition. Upper
Berdasarkan hasil penelitian adalah tampak
Saddle River, NJ: Prentince Hall
bahwa strategi rebranding pada aspek Kotler,
Philip.
2002.
Marketing
perubahan elemen fisik brand memiliki
Management Millenium Edition.
pengaruh yang kuat dan signifikan terhadap
New Jersey : A Pearson
citra suatu merek, oleh karena pentingnya
Education
Company
Upper
strategi rebranding proses rebrandng harus
Saddle River
mempunyai kesesuian dengan citra merek atau
,
Kotler Philip & Waldemar Pfoertsch.
asosiasi harapan konsumen tentang pandangan
2006. B2B Brand Management.
suatu merek tersebut. Proses rebranding
Jerman
:
Springer
Berlin
dengan aspek perubuahan elemen fisik brand
Heidelberg
sangat penting untuk membentuk citra merek
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik
menjadi disukai, unggul dan memiliki ciri
Praktis Riset Komunikasi. Jakarta
khas. Untuk penelitian selanjutnya dapat
: Kencana Prenada Media Grup
dikembangan lebih lanjut pengaruh proses
Lane, W. Ronald, Karen Whitehill King, J.
rebranding terhadap citra merek dengan
Thomas Russell. 2009. Prosedur
komponen yang lain.
Periklanan. Jakarta. PT. Indeks
Mulyana, Deddy M.A Phd. Ilmu
DAFTAR PUSTAKA
Komunikasi Suatu Pengantar.
Aaker, David. 1997. Manajemen Ekuitas
2008. Bandung. PT. Remaja
Merk. Jakarta : Spektrum
Rosda Karya.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Rakhmat, Jalaludin. 2001. Metode
Penelitian, Suatu Pendekatan
Penelitian Komunikasi. Bandung:
Praktek. Jakarta: PT. Rineka
PT Remaja Rosda Karya
Cipta
Regina,
College Maria. 2009. Teknik
Effendy, Onong Uchjana, M.A Ilmu, Teori
Membuka
Bisnis
Desain
dan Filsafat Komunikasi. 2003.
Arsitektur. Jakarta : Elex Media
Bandung : PT. Citra Aditya
Komputindo
Bakti.

 

16 

Shimp, Terence A. 2003. Periklanan
Promosi, Komunikasi Pemasaran
Terpadu. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Simamora,
Bilson.
2004.
Riset
Pemasaran.
Jakarta:
PT.
Gramedia Pustaka Utama
Singarimbun, Masri & Sofya Effendi,
1995
Metodologi Penelitian
Survey. Jakarta : Pustaka LP3ES
Indonesia
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung : Alphabeta
Tjiptono,
Fandy.
2008.
Strategi
Pemasaran. CV. Andi Offset
Wheler, Aline. 2003. Designing Brand
Identity. New Jersey: John Wiley
and Sons, Inc
Wijanarko, Himawan & Susanto A.B.
2004. Power Branding. Jakarta :
Quantum Manajemen & Bisnis
Woon, Liu Shuk. 2011. How Customers
Asses Rebranding Strategy The
Impact Percieved Brand Image
Similiarity and Loyalty Before
Rebranding. The Hong Kong
Polytechnic university : M Phill

Harkinson, Philippa,.Wendy Lomax, Chris
Hand. The Time Factor in re--‐
branding Organizations.
Juntunen,Mari,. Saila Saraniemi, Ritta
Jusiila. 2009. Corporate re--‐
branding as a process.
Landors Brand Name Taxonomy figure
Osler,Rob. 14 September 1998. The Name
Game : Tips on How to Get It
Right. Marketing News
Pointer Monitoring Berita Media Cetak.
24 Maret 2008. Sub Sektor
Perhubungan Udara, --‐ Harian
Media Indonesia. Departemen
Perhubungan
Press Event Citilink AOC Announcement.
5 Juli 2012. Citilink Bussines
Plan. Jakarta
SWA.

TRANSMEDIA, Edisi 08/2012, “Langgar
Taris Batas Atas” , hal 41.
Tretheway, M. Distortion of airline revenues:
why the network airline business model is
broken. Journal of Air Transpor Management.

SUMBER LAIN :
Abdulaziz,
Saleh,
Alshebil.
2007.
Consumer
Perception
of
Rebranding The Case of Logo
Changes.
Client’s Brief Report Fortune PR. 6 April
2011. Citilink, Viral Marketing
and Media Relations
Daly, A, & D. Moloney. 2004. Managing
Corporate Rebranding. Irish
Marketing Review
Franke, M. Competition between network
carriers and low cost carriers –
retrest battle or breaktrough to a
new level of efficiency. Journal of
Air Transport Management.

 

30 Maret 2012. Corporate,
corporate
action.
Elisa
Lumbantoruan,
Direktur
Keuangan Garuda Indonesia

17